Anda di halaman 1dari 40

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Landasan Hukum 4
1.2 Tujuan Program dan Indikator Keberhasilan 4
1.2.1 Tujuan Pelaksanaan Program Roots Indonesia 4
1.2.2 Indikator Keberhasilan Program Roots Indonesia 5
1.3 Latar Belakang 5
1.4 Hasil Program Roots 6
1.5 Cara Kerja Program Roots Indonesia 7
1.5.1 Tahap Pelaksanaan Program Roots Indonesia 8
1.5.2 Skema Pendanaan Program Roots Indonesia 9
1.5.2.1 SMP 10
1.5.2.2 SMA 10
1.5.2.3 SMK 11

BAB II PENDAFTARAN SEKOLAH DAN FASILITATOR GURU 12


2.1 Persyaratan Sekolah 12
2.1.1 Persyaratan Administrasi 12
2.1.2 Persyaratan Teknis Operasional 12
2.1.3 Persyaratan Tambahan 12
2.2 Pemilihan Fasilitator Guru 13
2.2.1 Kualifikasi Guru sebagai Fasilitator 13
2.2.2 Tanggung Jawab Fasilitator 13
2.3 Mekanisme Pemilihan Fasilitator Guru 14
2.4 Bimbingan Teknis Fasilitator Guru 15

BAB III PEMILIHAN PESERTA DIDIK SEBAGAI AGEN PERUBAHAN 16


3.1 Peran dan Tanggung Jawab Agen Perubahan 16
3.2 Langkah-Langkah Pemilihan Agen Perubahan 17

BAB IV PELAKSANAAN PROGRAM ROOTS 20


4.1 Format Penyampaian Program Roots 20
4.2 Persiapan dan Panduan Pelaksanaan Program Roots 23
4.3 Panduan Penanganan Laporan Perundungan 24
4.3.1 Pelaporan Perundungan oleh Peserta Didik 24
4.3.2 Penanganan Langsung dan Segera oleh Guru/Tenaga Kependidikan 26
4.3.3 Pelaporan Insiden Perundungan ke Pihak Sekolah oleh Guru dan/atau Tenaga
Kependidikan 26
4.3.4 Pencatatan dan Dokumentasi Laporan Kasus oleh Pihak Sekolah 27
4.3.5 Intervensi oleh Pihak Sekolah 27
4.3.6 Perujukan Kasus Pelaporan ke Lembaga Lain oleh Pihak Sekolah 28
4.3.7 Pemantauan Tindak Lanjut Kasus oleh Pihak Sekolah dan Pemerintah Pusat 28
4.4 Persiapan dan Pelaksanaan Roots Day 29

2
BAB V PEMANTAUAN DAN EVALUASI 31
5.1 Survei Akhir Kegiatan 31
5.2 Keberlanjutan Program Roots di sekolah 31
5.3 Keberlanjutan Program Roots di tingkat daerah 32

DAFTAR LAMPIRAN 33
Lampiran 1 Surat Perizinan Orang Tua 33
Lampiran 2 Lembar Persetujuan Peserta Didik 35
Lampiran 3 Contoh Google Form Pemilihan Agen Perubahan 38
Lampiran 4 Contoh Kertas Suara Pemilihan Agen Perubahan 39

3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 20023 tentang Sistem
Pendidikan Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan
Anak;
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2020
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2020–2024;
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2021
tentang Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 156);
5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2022
tentang Strategi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan
Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan;
7. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2021 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
963);
8. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2022 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun
2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Tahun 2020–2024; dan
9. Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2022 tentang Petunjuk Teknis
Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Satuan Pendidikan.

1.2 Tujuan Program dan Indikator Keberhasilan


Pelaksanaan Roots Indonesia: Program Pencegahan Perundungan
dan Kekerasan Berbasis Sekolah untuk tahun 2023 dilakukan di
jenjang SMP, SMA, dan SMK. Buku petunjuk pelaksanaan ini disusun
untuk memberikan informasi lebih lanjut kepada kepala sekolah dan
guru di tiap-tiap sekolah tentang cara kerja, panduan, dan mekanisme
pelaksanaan program Roots Indonesia.

4
1.2.1 Tujuan Pelaksanaan Program Roots Indonesia
1. Menyamakan pemahaman tentang pencegahan dan
penanganan perundungan dan tindak kekerasan di sekolah
2. Mencegah, menanggulangi, serta meminimalkan
perundungan dan tindak kekerasan yang terjadi di sekolah
3. Mewujudkan nilai-nilai utama Penguatan Pendidikan
Karakter melalui program pencegahan perundungan
4. Menghasilkan fasilitator pencegahan perundungan di tingkat
nasional (fasilitator nasional), daerah (fasilitator guru), dan
sekolah (agen perubahan) yang terlatih untuk melakukan
program Roots Indonesia
5. Mendorong sekolah untuk membentuk peserta didik sebagai
agen perubahan yang difasilitasi oleh fasilitator guru terkait
dengan pencegahan perundungan dan tindak kekerasan di
sekolah

1.2.2 Indikator Keberhasilan Program Roots Indonesia


1. Terjadinya persamaan pemahaman tentang pencegahan dan
penanganan perundungan dan tindak kekerasan di sekolah
2. Adanya keterlibatan warga sekolah dalam pencegahan dan
penanganan perundungan dan tidak kekerasan dengan
terbentuknya satuan tugas di sekolah yang terdiri atas guru,
tenaga kependidikan, peserta didik, orang tua, dan warga
sekolah lainnya (misalnya penjaga sekolah, tukang kebun,
dan petugas kantin)
3. Terlatihnya guru sebagai fasilitator program pencegahan
perundungan dan tindak kekerasan di sekolah
4. Terlaksananya pertemuan Roots sebanyak minimal sepuluh
kali pertemuan sesuai dengan Modul Roots Indonesia yang
dipandu oleh fasilitator guru serta kegiatan Roots Day:
Unjuk Informasi dan Kreasi tentang Pencegahan
Perundungan di Sekolah yang dipimpin oleh agen
perubahan
5. Terbentuknya kelompok peserta didik agen perubahan dan
satuan tugas guru guna mencegah perundungan dan tindak
kekerasan di sekolah
6. Meningkatnya pengetahuan peserta didik tentang nilai-nilai
utama pendidikan karakter setelah mengikuti program
pencegahan perundungan dan tindak kekerasan di sekolah
7. Adanya perubahan pengetahuan peserta didik tentang
perundungan, dibuktikan dengan adanya media kampanye
dan mekanisme pelaporan kasus yang disepakati

1.3 Latar Belakang


Pemerintah Indonesia telah menetapkan perlindungan anak sebagai
prioritas nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Aturan mengenai
larangan kekerasan terhadap anak dalam konteks satuan pendidikan
diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbudristek) Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Tindak Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan.
5
Aturan dan kebijakan tersebut diterjemahkan sebagai upaya
pencegahan dan penanganan kekerasan pada anak dengan tujuan
menciptakan iklim lingkungan sekolah yang aman dan nyaman bagi
peserta didik dengan melibatkan partisipasi aktif pendidik, tenaga
kependidikan, peserta didik, dan orang tua.

UNICEF bersama mitra telah mengembangkan program riset-aksi


terkait pencegahan kekerasan antarteman sebaya yang mengadaptasi
program bernama Roots di tahun 2017-2020 yang kemudian diadaptasi
menjadi Roots Indonesia: Program Pencegahan Perundungan dan
Kekerasan Berbasis Sekolah di tahun 2021. Program pencegahan
kekerasan di kalangan teman sebaya ini berfokus pada upaya
membangun iklim yang aman di sekolah dengan mengaktifkan peran
peserta didik sebagai agen perubahan. Program Roots Indonesia ini
dimasukkan ke dalam kegiatan sekolah dengan implementasi yang
didorong oleh fasilitator guru dengan partisipasi aktif dari agen
perubahan. Dalam hal ini pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta
didik mendesain kegiatan Roots di sekolah sesuai dengan kebutuhan
dan konteks lokal, diikuti dengan internalisasi desain kegiatan tersebut
di sekolah untuk memastikan keberlanjutan.

1.4 Hasil Program Roots


Program Roots sebelumnya telah diimplementasikan di Amerika
Serikat. Di negara bagian New Jersey, uji coba dilakukan pada 56
sekolah dan menyasar peserta didik usia 11–15 tahun. Dari sekolah
target kemudian dipilih perwakilan peserta didik secara acak dan
mengikuti pertemuan yang melatih kemampuan berpikir kritis dan
mengelola konflik. Peserta didik ini dianggap menjadi sebuah benih
untuk mengubah pertemanan dan mengurangi perundungan di
kalangan teman sebaya. Dari benih ini kemudian mereka bertumbuh
dan berakar seperti komunitas akar rumput (grassroots) yang mampu
menginisiasi aksi dan mengubah iklim sekolah sesuai dengan konteks
sekolahnya.

Di Indonesia, program Roots mulai diimplementasikan pada tahun


2017, tepatnya di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu di Kota Makassar
dan Kabupaten Gowa dan direplikasi ke Jawa Tengah. Program ini
menunjukkan bahwa kita bisa mendorong perilaku positif untuk
mengurangi perundungan. Kita dapat menargetkan peserta didik
tertentu untuk menyebarkan pesan antiperundungan kepada
sebayanya. Agen perubahan yang telah terbukti mempunyai jejaring
sosial akan memengaruhi lingkungan pertemanannya untuk
berperilaku positif dan berani menghentikan perundungan. Melalui
pertemuan dalam program Roots, agen perubahan dibekali
kemampuan kritis untuk saling menghormati, mengenali identitas, dan
menyebarkan perilaku positif. Program ini juga dapat menguatkan
potensi agen perubahan untuk menyebarkan perilaku positif kepada
peserta didik lain dalam keseharian mereka di sekolah atau di luar
sekolah. Selain itu, akan ada banyak cara yang datang dari diri mereka
sendiri untuk memberikan inspirasi dan membuat perubahan positif.

Pada tahun 2021 dan 2022 Kementerian Pendidikan, Kebudayaan,


Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menjalin kerja sama dengan
6
UNICEF Indonesia untuk menjadikan program Roots sebagai salah
satu usaha penghapusan 3 Dosa Besar Pendidikan (Perundungan,
Kekerasan Seksual, dan Intoleransi). Pelaksanaan program Roots
Indonesia dilakukan dengan kolaborasi Pusat Penguatan Karakter
bersama dengan Direktorat Sekolah Menengah Pertama (SMP),
Direktorat Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Direktorat Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) untuk menjangkau sekitar 7.400 satuan
pendidikan dan 13.800 fasilitator guru. Seluruh sekolah yang mengikuti
program Roots telah menunjukkan komitmennya untuk melaksanakan
pertemuan program Roots dan membagikan kampanye pencegahan
perundungan secara daring dan luring. Survei situasi perundungan
yang berlangsung melalui media U-Report pada tahun 2022
menunjukkan bahwa 42% peserta didik menyatakan program Roots
memberikan perubahan positif bagi lingkungan sekolahnya. Selain itu,
32% peserta didik merasa bahwa perundungan telah berkurang
setelah adanya intervensi program Roots.

1.5 Cara Kerja Program Roots Indonesia


Program Roots menggerakkan peran peserta didik sebagai Agen
Perubahan untuk mempromosikan perilaku positif di lingkungan
pertemanannya. Pemilihan Agen Perubahan dilakukan dengan metode
jejaring sosial yaitu berdasarkan kemampuan mereka dalam berjejaring
di komunitasnya. Agen Perubahan merupakan 30 orang peserta didik
terpilih berdasarkan kemampuan mereka dalam mempengaruhi
teman-temannya. Untuk membuktikan pengaruh tersebut, siswa akan
diminta untuk menuliskan nama teman-temannya yang sering
berinteraksi dengan dirinya selama sebulan terakhir.

Gambar 1 Jaringan Sosial Peserta Didik (Titik biru adalah agen


perubahan yang memengaruhi titik merah atau seluruh peserta didik
lainnya.)
Untuk menentukan peserta didik yang paling berpengaruh, semua
peserta didik di satuan pendidikan terkait akan menominasikan 10
peserta didik di angkatan mereka yang menghabiskan waktu paling
7
sering dengan mereka, baik di dalam maupun di luar sekolah, secara
tatap muka ataupun daring (online). Dengan menggunakan data ini,
dapat dipetakan jaringan sosial di tiap-tiap sekolah. Sebanyak 30
peserta didik di setiap satuan pendidikan akan dipilih untuk
berpartisipasi dalam program Roots Indonesia.

1.5.1 Tahap Pelaksanaan Program Roots


Indonesia

Gambar 2 Empat Tahap Pelaksanaan Program Roots Indonesia 2023

Pelaksanaan program Roots Indonesia dibagi menjadi empat tahapan


utama berikut ini.

1. Pelatihan Fasilitator Nasional


Mempersiapkan fasilitator nasional sebagai master trainer yang
secara langsung akan melatih fasilitator guru dari tiap sekolah.
Pelatihan ini telah berlangsung pada bulan April-Mei 2023.

2. Bimbingan Teknis (Bimtek) Fasilitator Guru


Dengan penunjukkan dari kepala sekolah terpilih, dua fasilitator
guru dari setiap satuan pendidikan akan dilibatkan di program
Roots Indonesia; dua fasilitator guru tersebut akan mengikuti
bimbingan teknis pada bulan Mei-Agustus 2023.

3. Pemilihan Peserta Didik Sebagai Agen Perubahan


Pemilihan agen perubahan akan disesuaikan dengan kaidah
program Roots Indonesia yang berdasar pada jejaring sosial dari
peserta didik di satuan pendidikan terkait. Pemilihan agen
perubahan akan dilakukan pada awal pelaksanaan program Roots
Indonesia 2023 yang waktu tepatnya dapat disesuaikan dengan
situasi dan kondisi di masing-masing satuan pendidikan.

4. Aktivitas Bersama Agen Perubahan


Aktivitas bersama agen perubahan dapat dimulai dengan sesi
pembelajaran dan diskusi mingguan tentang modul Roots antara
fasilitator guru dan agen perubahan. Kegiatan ini dapat dilakukan
setiap minggu mulai dari bulan Juni (setelah Bimtek fasilitator guru)
sebanyak 10-15 kali pertemuan dan ditambah dengan pelaksanaan

8
Roots Day pada akhir program. Jika diperlukan penyesuaian waktu,
sekolah diizinkan untuk melakukannya pada periode sebelum
penerimaan peserta didik baru tahun 2024.

Gambar 3 Detail Lini Masa Pelaksanaan Program Roots Indonesia


2023

1.5.2 Skema Pendanaan Program Roots


Indonesia
Pendanaan program Roots Indonesia akan dibagi berdasarkan jenjang
pendidikan yang menjadi target sasaran program, yaitu SMP, SMA,
dan SMK. Secara garis besar, pendanaan akan menggunakan skema
dana Bantuan Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) yang merujuk
pada Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Nomor 63 Tahun 2022 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana
Bantuan Operasional Satuan Pendidikan.

Berikut adalah detail dari skema pendanaan untuk setiap jenjang


pendidikan.

Gambar 4 Alur proses revisi RKAS untuk penggunaan dana BOSP di


program Roots Indonesia
9
1.5.2.1 SMP
Pendanaan program Roots Indonesia di jenjang SMP akan
menggunakan skema dana BOS sesuai dengan
Permendikbudristek Nomor 63 Tahun 2022. Mekanisme
penggunaan dana BOSP untuk program Roots Indonesia 2023
adalah sebagai berikut:
a. melakukan penganggaran untuk pelaksanaan program Roots di
RKAS dalam kategori ekstrakurikuler sesuai dengan kebutuhan
di tiap-tiap satuan pendidikan (contoh: alat tulis, peralatan untuk
Roots Day, dan kudapan untuk siswa dan fasilitator guru);
b. melakukan koordinasi dengan dinas pendidikan kota/kabupaten
terkait dengan perubahan anggaran (apabila alokasi anggaran
direvisi pada tengah tahun);
c. mengajukan persetujuan terkait dengan perubahan anggaran
tersebut di RKAS;
d. menggunakan dana BOSP yang telah dianggarkan dan
disalurkan untuk pelaksanaan Roots di tiap-tiap satuan
pendidikan sesuai dengan ketentuan program Roots dan BOSP;
dan
e. membuat dan mengumpulkan laporan pertanggungjawaban
sesuai dengan ketentuan program Roots dan BOSP.

1.5.2.2 SMA
Pendanaan program Roots Indonesia di jenjang SMA akan
menggunakan skema dana BOSP sesuai dengan
Permendikbudristek Nomor 63 Tahun 2022. Mekanisme
penggunaan dana BOSP untuk program Roots Indonesia 2023
adalah sebagai berikut:
a. melakukan penganggaran untuk pelaksanaan program Roots di
RKAS dalam kategori ekstrakurikuler sesuai dengan kebutuhan
di tiap-tiap satuan pendidikan (contoh: alat tulis, peralatan untuk
Roots Day, dan kudapan untuk siswa dan fasilitator guru);
b. melakukan koordinasi dengan dinas pendidikan provinsi terkait
dengan perubahan anggaran (apabila alokasi anggaran direvisi
pada tengah tahun);
c. mengajukan persetujuan terkait dengan perubahan anggaran
tersebut di RKAS;
d. menggunakan dana BOSP yang telah dianggarkan dan
disalurkan untuk pelaksanaan Roots di tiap-tiap satuan
pendidikan sesuai dengan ketentuan program Roots dan BOSP;
dan
e. membuat dan mengumpulkan laporan pertanggungjawaban
sesuai dengan ketentuan program Roots dan BOSP.

1.5.2.3 SMK
Pendanaan program Roots Indonesia untuk SMK akan
menggunakan skema dana BOS sesuai dengan
Permendikbudristek Nomor 63 Tahun 2022. Mekanisme
penggunaan dana BOSP untuk program Roots Indonesia 2023
adalah sebagai berikut:

10
a. melakukan penganggaran untuk pelaksanaan program Roots
di RKAS dalam kategori ekstrakurikuler sesuai dengan
kebutuhan di tiap-tiap satuan pendidikan (contoh: alat tulis,
peralatan untuk Roots Day, dan kudapan untuk siswa dan
fasilitator guru);
b. melakukan koordinasi dengan dinas pendidikan provinsi
terkait dengan perubahan anggaran (apabila alokasi anggaran
direvisi pada tengah tahun);
c. mengajukan persetujuan terkait dengan perubahan anggaran
tersebut di RKAS;
d. menggunakan dana BOSP yang telah dianggarkan dan
disalurkan untuk pelaksanaan Roots di tiap-tiap satuan
pendidikan sesuai dengan ketentuan program Roots dan
BOSP; dan
e. membuat dan mengumpulkan laporan pertanggungjawaban
sesuai dengan ketentuan program Roots dan BOSP.

Penggunaan dana BOSP untuk pelaksanaan program Roots Indonesia


di masing-masing satuan pendidikan dapat digunakan untuk
kepentingan aktivitas mingguan dengan agen perubahan. Dana
tersebut dapat digunakan untuk membeli keperluan untuk program
Roots Indonesai seperti alat tulis kantor (ATK), kudapan saat
pertemuan mingguan, dan keperluan Roots Day seperti ATK
tambahan, spanduk, poster dari aktivitas agen perubahan, dan
lain-lain.

Kebutuhan Jumlah

ATK untuk aktivitas dengan agen Sesuai kebutuhan (dapat


perubahan menggunakan ATK yang
sudah ada)

Keperluan Roots Day (contoh: spanduk, Sesuai kebutuhan (dapat


poster, ATK tambahan, dll.) menggunakan keperluan
yang sudah ada)

Kudapan untuk aktivitas dengan agen 32 (agen perubahan dan


perubahan (opsional) guru) untuk 10 kali
pertemuan

Gambar 5 Contoh kebutuhan pelaksanaan program Roots Indonesia

11
BAB II PENDAFTARAN SEKOLAH
DAN FASILITATOR GURU
2.1 Persyaratan Sekolah
Sekolah jenjang SMP, SMA, dan SMK baik negeri maupun swasta
yang terpilih menjadi target fokus dalam program Roots Indonesia
dapat menggunakan dana bantuan operasional satuan pendidikan
(BOSP) untuk mengimplementasikan program Roots. Berikut ini
persyaratan bagi sekolah yang akan mengimplementasi program Roots
Indonesia.

2.1.1 Persyaratan Administrasi


a. Memiliki izin operasional sekolah
b. Memiliki kepala sekolah definitif yang dibuktikan dengan surat
keputusan (SK) pengangkatan kepala sekolah atau pejabat
pelaksana kepala sekolah
c. Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP) atas nama sekolah
d. Tercantum dalam data pokok pendidikan (Dapodik) dan memiliki
nomor pokok sekolah nasional (NPSN)

2.1.2 Persyaratan Teknis Operasional


a. Memiliki fasilitas yang memadai untuk melaksanakan program
b. Mampu menyediakan atau memanfaatkan modul atau bahan
ajar mengenai pencegahan perundungan dan tindak kekerasan

2.1.3 Persyaratan Tambahan


a. Bersedia mengikuti peraturan yang telah ditetapkan oleh
Direktorat Sekolah Menengah Pertama (SMP), Direktorat
Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Direktorat Sekolah
Menengah Kejuruan SMK), Direktorat Jenderal PAUD,
Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dasmen),
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, dan Kemendikbudristek
b. Bersedia membuat rencana tindak lanjut (action plan)
c. Bersedia melaksanakan program sampai dengan selesai
d. Bersedia mengalokasikan dana BOSP sesuai dengan peraturan
yang berlaku dengan alokasi biaya sesuai dengan anggaran
BOSP
e. Bersedia membuat laporan pelaksanaan dan laporan keuangan
dana BOSP yang telah digunakan dalam mengimplementasikan
program Roots di sekolah

Pihak sekolah diberi keleluasaan untuk menentukan mekanisme


pelaksanaan dan keberlanjutan program di sekolah masing-masing
asalkan tidak mengubah dasar program dan komponen utama Roots
Indonesia. Beberapa contoh inovasi yang dapat dilakukan di tiap-tiap
sekolah terkait dengan keberlanjutan program Roots antara lain
adalah:
a. Menjadikan program Roots Indonesia sebagai program
ekstrakurikuler di sekolah dan berkelanjutan setiap tahunnya;
12
b. Mengadopsi beberapa modul yang ada di program Roots
Indonesia ke Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila; dan
c. Mengadopsi beberapa modul yang ada di program Roots
Indonesia menjadi bahan ajar atau refleksi wajib dalam kegiatan
pengenalan lingkungan sekolah untuk peserta didik baru.

2.2 Pemilihan Fasilitator Guru


Fasilitator guru menjadi salah satu pemain utama dalam pelaksanaan
program pencegahan perundungan dan tindak kekerasan di sekolah.
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan
fasilitator guru dalam program Roots Indonesia.

2.2.1 Kualifikasi Guru sebagai Fasilitator


a. Memiliki jabatan di sekolah, misalnya sebagai wakil kepala
sekolah bidang kesiswaan, wali kelas, guru mata pelajaran, atau
guru bimbingan konseling
b. Berkomitmen untuk mengikuti bimtek melalui media daring atau
secara luring selama tiga hari
c. Guru yang aktif berusia 25-40 tahun dan mampu menyesuaikan
diri dengan para remaja
d. Bersahabat dengan anak-anak dan menunjukkan ketertarikan
pada isu anak
e. Memiliki pengalaman memfasilitasi kegiatan ekstrakurikuler atau
menjadi pembina kegiatan peserta didik
f. Menguasai Bahasa Indonesia dengan baik dan benar
(penguasaan bahasa daerah setempat merupakan nilai tambah)
g. Mampu menghadapi diskusi dengan topik yang sensitif
(misalnya kasus kekerasan dan pelecehan antarpeserta didik)
dan mampu memberikan tanggapan yang nyaman bagi peserta
didik
h. Mampu berdiskusi dengan jujur, terbuka, dan menghargai dalam
konteks individu ataupun kelompok
i. Mampu mengatur waktu antara tanggung jawab akademik dan
pendampingan program Roots Indonesia di masing-masing
satuan pendidikan

2.2.2 Tanggung Jawab Fasilitator


a. Merencanakan dan menyusun pertemuan mingguan dengan
peserta didik agen perubahan
b. Memfasilitasi diskusi dan menyusun rencana aksi bersama
peserta didik dalam menghadapi tantangan yang berkaitan
dengan perundungan di sekolah
c. Memfasilitasi kegiatan-kegiatan berbasis peserta didik dengan
kelompok agen perubahan
d. Menjaga komunikasi dengan kepala sekolah dan guru
Bimbingan Konseling (BK)–jika perlu berkomunikasi juga
dengan dinas pendidikan–untuk mendiskusikan kegiatan dan
pertemuan
e. Mengikuti etika berinteraksi dan disiplin positif pada saat
membawakan sesi Roots
f. Menindaklanjuti laporan kekerasan dari peserta didik atau orang
tua

13
g. Berkoordinasi dengan orang tua untuk mendapatkan izin bagi
peserta didik untuk berpartisipasi dalam kegiatan Roots

2.3 Mekanisme Pemilihan Fasilitator Guru

Gambar 6 Bagan Mekanisme Pemilihan Guru sebagai Fasilitator di


Setiap Sekolah, Pelaksanaan Roots, dan Laporan dan Evaluasi

Pada tanggal 15-17 Mei 2023, Pusat Penguatan Karakter


Kemendikbudristek menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Program
Roots Indonesia kepada Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas
Pendidikan Kabupaten/Kota dengan tujuan menyosialisasikan tahapan
implementasi program Roots di sekolah. Setelah kegiatan ini, Puspeka
akan memberikan surat resmi kepada satuan pendidikan yang terpilih
terkait dengan pelaksanaan program Roots Indonesia dan Dinas
Pendidikan akan mengadvokasi kepada sekolah terkait dengan
pelaksanaan program tersebut. Kepala sekolah lalu diberi kesempatan
selama satu minggu untuk mengajukan nama dua orang guru melalui
tautan Google Drive untuk mengikuti kegiatan Bimtek fasilitator guru
pada bulan Mei-Agustus 2023.

Fasilitator guru yang terpilih mengikuti program Roots Indonesia dapat


14
mulai mempersiapkan pelaksanaan program selama bulan
Mei-Agustus (sebelum program dimulai bersama para agen
perubahan). Berikut ini adalah beberapa persiapan yang perlu
dilakukan:
1. Menyediakan barang-barang perlengkapan untuk pelaksanaan
program (misalnya mempersiapkan ATK dan mencetak
spanduk);
2. Mempelajari materi-materi pembelajaran Roots Indonesia, baik
dalam bentuk modul maupun paparan PowerPoint yang sudah
tersedia dalam Google Drive;
3. Memulai proses pemilihan agen perubahan melalui Google
Form atau kotak suara;
4. Mempelajari profil dan latar belakang peserta didik agen
perubahan yang terpilih untuk mengikuti program Roots
Indonesia; dan
5. Menyiapkan kegiatan dan keperluan lain yang menunjang
pelaksanaan program Roots Indonesia.

2.4 Bimbingan Teknis Fasilitator Guru

Pelatihan Fasilitator Guru

Tujuan Mempersiapkan fasilitator guru dalam


menguasai modul pembelajaran
Roots Indonesia; memahami cara
penyampaian program Roots
Indonesia; memahami tahapan
implementasi program Roots
Indonesia di satuan pendidikan; dan
mengetahui langkah-langkah
perlindungan anak di lingkungan
satuan pendidikan.

Peserta Pelatih: fasilitator nasional


Peserta pelatihan: 2 (dua) fasilitator
guru dari setiap sekolah

Durasi Pelatihan Tiga hari pelatihan

Lokasi Penyampaian Dilaksanakan secara daring atau


luring

Pelaksanaan bimbingan teknis bagi fasilitator guru yang berasal dari


satuan pendidikan sasaran Roots di jenjang SMP, SMA, dan SMK
terpilih akan dibagi beberapa gelombang secara luring dan daring.
Kegiatan bimtek akan dilaksanakan mulai dari bulan Mei 2023 sampai
dengan Agustus 2023 dengan detail yang akan diberikan kepada
fasilitator guru terpilih secara terpisah.

Catatan: Alokasi jadwal dan metode pelaksanaan bimtek untuk setiap


satuan pendidikan akan diberitahukan mendekati tanggal pelaksanaan
pelatihan
15
BAB III PEMILIHAN PESERTA
DIDIK SEBAGAI AGEN
PERUBAHAN
3.1 Peran dan Tanggung Jawab Agen Perubahan
Agen perubahan adalah 30 orang peserta didik paling berpengaruh
yang dipilih oleh peserta didik lain berdasarkan teori jejaring sosial.
Dalam menentukan peserta didik yang paling berpengaruh, fasilitator
meminta semua peserta didik di sekolah untuk menominasikan 10
peserta didik di angkatan mereka yang menghabiskan waktu paling
sering dengan mereka, baik di dalam maupun di luar sekolah, secara
tatap muka ataupun daring. Agen perubahan yang terpilih akan
mengikuti sesi pertemuan Roots yang difasilitasi oleh fasilitator guru.

Agen perubahan yang terpilih akan memiliki tanggung jawab sebagai


berikut:

1. menyebarkan perilaku positif kepada peserta didik lainnya untuk


menciptakan iklim positif di sekolah;
2. mengambil pembelajaran yang didapat dari pertemuan
mingguan Roots untuk mengidentifikasi permasalahan yang
timbul antarpeserta didik;
3. mengembangkan kemampuan menemukan solusi, termasuk
kemampuan untuk menghentikan perilaku perundungan dengan
menjadi positive bystander. Positive bystander adalah saksi
yang membela korban perundungan dan menghentikan aksi
perundungan;
4. menyusun kegiatan aksi berbasis peserta didik yang melibatkan
seluruh sekolah (misalnya penyebaran perilaku positif,
kampanye antiperundungan di media sosial, dan deklarasi
antiperundungan);
5. membuat ide-ide peserta didik terlihat oleh peserta didik lain
pada saat pelaksanaan Roots Day sehingga mereka bisa
menunjukkan hasil karya dan perkembangan diri mereka setelah
mengikuti program Roots Indonesia; dan
6. melapor jika mengalami atau menyaksikan perundungan di
sekolah kepada pihak sekolah atau layanan yang berwenang
(cara pelaporan dijelaskan pada subbab berikutnya).

16
3.2 Langkah-Langkah Pemilihan Agen
Perubahan

Gambar 7 Bagan Langkah-Langkah Pemilihan Peserta Didik untuk


Menjadi Agen Perubahan

Pemilihan peserta didik yang akan menjadi agen perubahan dilakukan oleh
setiap sekolah yang menjadi bagian dari Roots Indonesia. Terdapat dua opsi
yang dapat dilakukan sekolah untuk melaksanakan proses pemilihan agen
perubahan.
1. Menggunakan Google Forms
a. Sekolah atau fasilitator guru membuat Google Forms menggunakan
template yang tersedia di Lampiran 3.
b. Sekolah atau fasilitator guru menyebarkan tautan Google Forms
kepada semua peserta didik.
c. Semua peserta didik mengisi formulir yang telah disebarkan oleh
sekolah atau fasilitator guru. Setiap peserta didik hanya memiliki
kesempatan satu kali untuk mengisi formulir tersebut.
d. Sekolah atau fasilitator guru akan mengonsolidasi hasil isian formulir.
Agen perubahan akan dipilih berdasarkan kategori berikut:
1) peserta didik urutan teratas: 21 peserta didik dari urutan teratas
yang mewakili 3 jenjang angkatan (7 peserta didik perwakilan
setiap angkatan);
2) peserta didik urutan tengah: 6 peserta didik dari urutan tengah
(bisa dari semua angkatan);
3) peserta didik urutan terbawah: 3 peserta didik dari urutan
terbawah (bisa dari semua angkatan).
17
2. Pemungutan Suara
a. Sekolah atau fasilitator guru membuat kartu pemungutan suara cetak
menggunakan template yang tersedia di Lampiran 4.
b. Sekolah atau fasilitator guru menyebarkan kartu pemungutan suara
cetak dan mengumumkan mekanisme pengumpulan kartu suara
kepada peserta didik.
c. Semua peserta didik mengisi kartu pemungutan suara cetak yang
telah disebarkan oleh sekolah atau fasilitator guru. Setiap peserta
didik hanya dapat mengisi satu kartu pemungutan suara.
d. Sekolah atau fasilitator guru mengonsolidasi hasil pengumpulan kartu
pemungutan suara. Agen perubahan akan dipilih berdasarkan
kategori berikut:
1) peserta didik urutan teratas: 21 peserta didik dari urutan teratas
yang mewakili 3 jenjang angkatan (7 peserta didik perwakilan
setiap angkatan);
2) peserta didik urutan tengah: 6 peserta didik dari urutan tengah
(bisa dari semua angkatan);
3) peserta didik urutan terbawah: 3 peserta didik dari urutan
terbawah (bisa dari semua angkatan).

Dalam pemilihan agen perubahan perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini.
1. Keseimbangan jumlah antara agen perubahan laki-laki dan perempuan
perlu dipastikan sehingga kita dapat menjamin inklusivitas dan melibatkan
peserta didik tanpa membedakan suku, agama, ras, dan antargolongan.
2. Jika sekolah memiliki kebijakan untuk mengurangi aktivitas ekstrakurikuler
kelas 9 dan 12 yang akan fokus untuk mempersiapkan kelulusan, sekolah
dapat mengalokasikan kuota agen perubahan untuk kelas 7, 8, 10, dan
11.

Setelah 30 orang agen perubahan terpilih, langkah selanjutnya adalah


memberikan surat perizinan orang tua kepada orang tua agen perubahan.
Perlu diingat bahwa peserta didik tidak bisa berpartisipasi jika orang tua
tidak mengizinkan. Format surat perizinan dapat dilihat di Lampiran 1.
Hubungi para agen perubahan untuk menyampaikan surat perizinan orang tua
kepada orang tua/wali masing-masing untuk ditandatangani dan dikembalikan
18
dalam jangka waktu satu minggu ke depan.

Jika ada peserta didik yang tidak mendapatkan izin dari orang tua/wali,
koordinasikan dengan tim untuk memilih peserta didik lain dengan urutan di
bawah peserta didik tersebut (jika diperlukan), atau lanjutkan kegiatan agen
perubahan dengan jumlah peserta didik yang ada.

Setelah surat perizinan orang tua ditandatangani dan dikumpulkan kembali,


langkah selanjutnya adalah memberikan surat perizinan peserta didik untuk
diisi oleh agen perubahan. Format surat perizinan dapat dilihat di Lampiran 5.

19
BAB IV PELAKSANAAN PROGRAM
ROOTS
4.1 Format Penyampaian Program Roots
Penyampaian Program Roots Indonesia kepada Agen
Perubahan

Tujuan Menciptakan lingkungan sekolah yang aman


dan terbebas dari perundungan.

Pesan Kunci Memusatkan peran peserta didik sebagai


agen perubahan untuk menularkan perilaku
positif di lingkungan pertemanannya

Peserta Pelatih: fasilitator guru.


Peserta pelatihan: 30 peserta didik agen
perubahan.

Frekuensi dan Pertemuan dilakukan minimal satu kali dalam


Durasi satu minggu dengan durasi 60–90 menit per
Penyampaian pertemuan. Pertemuan bisa dilaksanakan
pada jam sekolah atau jam ekstrakurikuler.

Lokasi Pertemuan dilakukan di satu ruangan di


Penyampaian lingkungan sekolah atau ruang kelas yang
bisa digunakan sesuai dengan jadwal
mingguan yang disepakati oleh fasilitator guru
dan agen perubahan. Fasilitator guru dapat
menggunakan materi yang sudah dikompilasi
dalam Google Drive yang dibagikan pada saat
bimtek.

Syarat 1. Agen perubahan sudah mengikuti 10


Penyelesaian modul wajib program Roots secara
Program luring/daring dan memimpin kegiatan
Roots Day.
2. Agen perubahan mengikuti posttest untuk
mengukur pemahaman akhir melalui
Portal Pembelajaran Program Roots
https://belajarbersama-cerdasberkarakter.
kemdikbud.go.id/. Jika telah
menyelesaikan posttest, peserta didik
dapat mengunduh sertifikat melalui portal
tersebut. Jika peserta didik mengalami
kesulitan dalam mengakses portal belajar,
sekolah diberi kewenangan untuk
merancang sertifikat secara mandiri dan
ditandatangani oleh kepala sekolah

20
Penyampaian Program Roots Indonesia kepada Agen
Perubahan

3. Sekolah mempunyai rencana


keberlanjutan untuk Program Roots dan
kegiatan Agen Perubahan

Alat dan Materi 1. Modul Program Roots: sebagai pegangan


fasilitator dalam menjalankan pertemuan
Roots bersama dengan agen perubahan.
2. Alat tulis (spidol, kertas HVS, sticky notes,
flipchart, krayon, isolasi, karton manila):
digunakan selama 10 pertemuan secara
mandiri atau dalam kelompok agen
perubahan.
3. Grup WhatsApp: untuk koordinasi dan
media komunikasi antar-agen perubahan.
4. Media sosial: untuk interaksi agen
perubahan dengan peserta didik lain dan
publikasi kegiatan Roots (misalnya
Instagram, TikTok, dan YouTube).

Format penyampaian program Roots Indonesia menggunakan metode


diskusi yang aktif dan menyenangkan, fasilitator diharapkan mampu
untuk memfasilitasi diskusi menyenangkan di antara 30 siswa agen
perubahan. Adapun pelaksanaan kegiatan Roots dibagi dalam 2 bagian
dalam setiap pertemuan yaitu :

1. Pengenalan Materi (30 menit)


Sesi pengenalan materi bertujuan untuk mengajarkan
materi-materi Roots terkait dengan perundungan sebagai
pemantik diskusi tentang pencegahan perundungan dan
kekerasan pada sesi berikutnya. Fasilitator dapat
menggunakan media Power Point yang tersedia dalam Google
Drive atau mengkreasikan media pembelajaran secara mandiri
berdasarkan Modul Program Roots. Fasilitator juga dapat
memfasilitasi sesi Roots tanpa powerpoint dengan
menggunakan Flash card yang tersedia di Google Drive sebagai
panduan.

2. Diskusi Kelompok (60 menit)


Sesi ini bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir kritis
para agen perubahan dan membangun kerja sama sesama
agen perubahan dalam penyebaran informasi terkait
pencegahan perundungan.
Fasilitator guru dapat menggunakan powerpoint yang sudah
disediakan dan modul Roots yang menjelaskan kebutuhan untuk
setiap pertemuan agar dapat membantu menjalankan sesi
diskusi kelompok.

21
Sebagai syarat penyelesaian program Roots Indonesia, agen
perubahan diharuskan mengikuti sepuluh pertemuan wajib dari modul
Roots Indonesia serta melaksanakan Roots Day, secara luring atau
daring. Selain 10 modul wajib tersebut, Roots Indonesia juga memiliki
5 modul tambahan yang dapat dilakukan sebagai bagian dari persiapan
Roots Day di sekolah.

Daftar modul pembelajaran program Roots Indonesia


Sesi Materi Soft Skills yang Dibentuk

Pertemuan 1 Pengenalan Program 1. Pertemanan dan


(wajib) Hubungan Sosial
2. Bekerja sama

Pertemuan 2 Mengenal Identitas, 1. Pertemanan dan


(wajib) Kepercayaan, dan Hubungan Sosial
Kesadaran 2. Bekerja sama
Kelompok 3. Penghargaan terhadap
4. Keberagaman
5. Mengenal/Mengelola
Diri Sendiri
6. Partisipasi

Pertemuan 3 Mengenal 1. Pertemanan dan


(wajib) Perundungan Hubungan Sosial
(Bullying) 2. Menolak Tekanan
Sebaya
3. Antikekerasan dan
Perundungan

Pertemuan 4 Kepemimpinan dan 1. Berkomunikasi Efektif


(wajib) Komunikasi Efektif 2. Pengambilan
Keputusan
3. Mengenal/Mengelola
Diri Sendiri

Pertemuan 5 Melihat dari 1. Empati


(wajib) Perspektif yang 2. Pertemanan dan
Berbeda dan Hubungan Sosial
Membangun 3. Kesehatan Menstruasi
Hubungan yang 4. Pubertas
Sehat

Pertemuan 6 Pengaruh Peserta 1. Menolak Tekanan


(wajib) Didik dan Sebaya
Tanggapan Mereka 2. Mengelola Risiko
Terhadap Konflik

Pertemuan 7 Menghubungkan 1. Merencanakan/


(wajib) Perubahan yang Mengorganisasi
Didorong oleh 2. Menolak Tekanan
Peserta Didik Sebaya
dengan Perilaku 3. Pertemanan dan
Positif Hubungan Sosial

22
Sesi Materi Soft Skills yang Dibentuk

Pertemuan 8 Mengembangkan 1. Partisipasi


(wajib) Kesepakatan 2. Berkomunikasi Efektif
Peserta Didik
Antiperundungan

Pertemuan 9 Mengembangkan dan 1. Berpikir Kritis


(wajib) Mempraktikkan 2. Pertemanan dan
Pembagian Peran Hubungan Sosial
(role play) 3. Menolak Tekanan
Berdasarkan Sebaya
Observasi Peserta 4. Antikekerasan dan
Didik Terhadap Perundungan
Perundungan

Pertemuan 10 Menuju Aksi yang 1. Partisipasi


(wajib) Lebih Besar di 2. Antikekerasan dan
Sekolah Perundungan
3. Merencanakan/
Mengorganisasi

Pertemuan 11 Visi untuk Roots Day 1. Partisipasi


(tambahan) 2. Antikekerasan dan
Perundungan
3. Merencanakan/
Mengorganisasi

Pertemuan 12 Publikasikan dan 1. Berkomunikasi Efektif


(tambahan) Perkuat Pesan 2. Partisipasi
3. Antikekerasan dan
Perundungan
4. Merencanakan/
Mengorganisasi
5. Kreativitas

Pertemuan 13 Bersiap untuk Roots 1. Berkomunikasi Efektif


(tambahan) Day 2. Partisipasi
3. Antikekerasan dan
Perundungan
4. Merencanakan/
Mengorganisasi
5. Kreativitas

Pertemuan 14 Roots Day 1. Partisipasi


(tambahan) 2. Antikekerasan dan
Perundungan
3. Merencanakan/
Mengorganisasi
4. Kreativitas

Pertemuan 15 Evaluasi Roots Day 1. Partisipasi


(tambahan) 2. Merencanakan/
mengorganisasi
3. Kreativitas

23
4.2. Persiapan dan Panduan Pelaksanaan
Program Roots
Dalam pelaksanaan setiap pertemuan Roots, fasilitator guru berperan sangat
penting untuk memastikan kualitas penyampaian informasi kepada agen
perubahan, baik materi pengenalan maupun diskusi kelompok. Fasilitator
guru diharapkan mampu membuat situasi belajar yang menyenangkan,
aman, dan inklusif menggunakan berbagai teknik fasilitasi dan menyiapkan
diri dengan beragam situasi emosional.

Sebelum melaksanakan pertemuan pertama dengan agen perubahan,


fasilitator guru wajib melakukan persiapan sebagai berikut:

1. melakukan sosialisasi tentang program Roots kepada perwakilan orang


tua/komite, guru/tenaga kependidikan, dan OSIS untuk menjelaskan
mengenai tahapan program Roots dan isu perundungan;
2. menyusun kepanitiaan pemilihan agen perubahan bersama perwakilan
siswa dan melakukan pemilihan agen perubahan sesuai dengan panduan
yang akan dijelaskan pada bagian pemilihan agen perubahan;
3. mengumumkan nama-nama agen perubahan yang terpilih dengan
menekankan tujuan utama program Roots adalah mengurangi
perundungan di sekolah dan tidak ada paksaan untuk mengikutinya;
4. memastikan semua agen perubahan telah mengumpulkan surat perizinan
dan lembar persetujuan yang ditandatangani oleh orang tua dan peserta
didik masing-masing yang selanjutnya akan disimpan sekolah sebagai
bukti pernyataan konsensus;
5. meminta agen perubahan untuk menyiapkan laptop atau gawai lainnya
yang terkoneksi dengan internet untuk melakukan tantangan dalam
pertemuan Roots
6. menyampaikan kepada Agen Perubahan bahwa Program Roots adalah
kegiatan menyenangkan dan setiap peserta bebas untuk mengutarakan
pendapat

Selama berjalannya program Roots, fasilitator guru juga harus melakukan


persiapan di setiap awal minggu yang meliputi .

1. menentukan waktu khusus selama 60–90 menit untuk diskusi kelompok


di minggu itu atau menyepakati jadwal pertemuan mingguan dengan
agen perubahan:
2. membaca modul dan bahan presentasi sesuai dengan jadwal pertemuan
mingguan:
3. menyiapkan alat dan bahan yang digunakan dalam pertemuan Roots
merujuk pada powerpoint dan modul Roots
4. mempersiapkan daftar hadir untuk agen perubahan untuk memonitor
kehadiran selama pelaksanaan program; dan
5. memastikan bahwa agen perubahan berada dalam situasi nyaman untuk
mengutarakan pendapat pada saat pertemuan.

Ketika memfasilitasi sesi diskusi kelompok bersama agen perubahan,


fasilitator guru perlu mengikuti panduan berikut:

1. mengenalkan peserta didik agen perubahan dengan baik, termasuk


24
kebutuhan, karakteristik, pengalaman, dan keadaan mereka di antara
kelompok pertemanan sebaya di sekolah;
2. menunjukkan fleksibilitas, keterbukaan, dan sikap positif;
3. menunjukkan kemampuan berkomunikasi yang baik;
4. menunjukkan kemampuan interpersonal dan manajemen kelompok yang
baik;
5. memiliki kemampuan untuk menghargai keberagaman latar belakang
serta perbedaan pendapat;
6. mendorong keterlibatan dan partisipasi aktif seluruh Agen Perubahan
dalam sesi diskusi;
7. menjamin keamanan dan kenyamanan seluruh pihak yang terlibat
dengan menghargai pendapat, tidak melakukan pemaksaan dan
kekerasan dalam bentuk apa pun; dan
8. mendorong diskusi yang partisipatif dengan menggunakan pertanyaan
terbuka, mendengarkan dengan empati, dan tidak menghakimi pendapat
agen perubahan.

Setelah menyelesaikan 10 pertemuan wajib atau setelah melakukan Roots


Day, fasilitator dapat mengajak Agen Perubahan untuk melakukan registrasi
mandiri melalui laman cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id dan mendapatkan
akses untuk mengikuti posttest di portal belajar program Roots. Agen
Perubahan yang telah menyelesaikan posttest akan mendapatkan sertifikat
elektronik yang dikeluarkan oleh Pusat Penguatan Karakter. Video tutorial
penggunaan portal belajar dapat diakses pada tautan berikut
https://youtu.be/_VXg8aHM808

4.3. Panduan Penanganan Laporan


Perundungan

25
Berikut ini perincian dari beberapa tahapan atau prosedur yang dapat
dilakukan pihak sekolah jika menemukan kasus perundungan di sekolah
(khususnya di kalangan peserta didik).

4.3.1. Pelaporan Perundungan oleh Peserta Didik


a. Pihak sekolah (kepala sekolah/guru/tenaga kependidikan) perlu
mendorong para peserta didik di sekolah untuk melaporkan
kasus perundungan yang terjadi di lingkungan satuan
pendidikan kepada guru/tenaga kependidikan yang
bertanggung jawab.
b. Pihak sekolah (kepala sekolah/guru/tenaga kependidikan) perlu
menyusun mekanisme pelaporan yang melindungi peserta
didik korban ataupun pelapor. Pihak sekolah perlu memastikan
bahwa guru yang menangani kasus senantiasa
mengedepankan pelindungan korban dengan berlaku adil dan
tidak memberikan stigma kepada peserta didik.
c. Para peserta didik berhak melaporkan langsung kasus
perundungan yang terjadi di lingkungan satuan pendidikan ke
layanan rujukan yang tersedia. Sesuai dengan Permendikbud
Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pencegahan dan
Penanggulangan Tindakan Kekerasan di Satuan Pendidikan,
pihak sekolah perlu memberikan sosialisasi kepada para
peserta didik terkait portal pelaporan dan layanan yang dapat
diakses oleh seluruh pihak di sekolah.

4.3.2 Penanganan Langsung dan Segera oleh Guru/


Tenaga Kependidikan
a. Pihak sekolah perlu memiliki kepekaan untuk mendeteksi dan
memberikan perhatian khusus pada insiden atau kejadian
kekerasan di sekolah, termasuk tindak perundungan.
b. Pihak sekolah yang menyaksikan perundungan dapat
melakukan penanganan langsung dengan cara sebagai berikut:
1) menghentikan perundungan secara langsung;
2) melerai peserta didik yang terlibat;
3) memisahkan korban dengan pelaku perundungan;
4) memastikan keamanan korban; dan
5) merujuk pelaku perundungan (juga korban, tergantung
kondisinya) ke bimbingan konseling atau pihak lain yang
bertanggung jawab menangani bidang kesiswaan di
sekolah.

4.3.3. Pelaporan Insiden Perundungan ke Pihak Sekolah


oleh Guru dan/atau Tenaga Kependidikan
a. Segala bentuk perundungan sebaiknya dilaporkan secara
langsung kepada guru dan/atau tenaga kependidikan,
khususnya wali kelas, guru bimbingan konseling, bidang
kesiswaan, atau guru dan/atau tenaga kependidikan yang
ditugaskan menangani kekerasan di sekolah.
b. Pihak sekolah wajib menginvestigasi dan menindaklanjuti setiap
laporan kasus kekerasan dengan melibatkan satgas/guru yang
bertanggung jawab.
c. Melalui proses diskusi dengan pihak yang terlibat, kepala
sekolah, bidang kesiswaan, guru bimbingan konseling, atau

26
wali kelas dapat menginformasikan orang tua/wali korban dan
pelaku terkait insiden yang terjadi.
d. Pihak sekolah dapat melibatkan komunitas orang tua/komite
untuk mengawal kasus dan memastikan bahwa penanganan
berpihak pada korban.
e. Jika insiden melibatkan pihak dari sekolah lain, perlu dijalin
komunikasi lintas satuan pendidikan untuk pengambilan
tindakan bersama.
f. Sekolah wajib melindungi identitas pelapor untuk mencegah
potensi tindakan balas dendam.

4.3.4. Pencatatan dan Dokumentasi Laporan Kasus oleh


Pihak Sekolah
a. Proses investigasi dengan mewawancarai korban dan pelaku
secara terpisah.
b. Menggali informasi mengenai kronologi dan intensitas kejadian,
serta dampak terhadap korban dan kebutuhan korban.
c. Menghubungi orang tua/wali korban dan pelaku untuk
menginformasikan langkah yang perlu dilakukan dengan tetap
mengedepankan prinsip pelindungan terhadap korban.
d. Menyusun beberapa langkah rekomendasi untuk intervensi,
rujukan, dan pemantauan kasus dengan memperhatikan
kepentingan terbaik untuk korban, khususnya menjunjung tinggi
hak anak untuk pendidikan yang optimal, aman, dan nyaman.

4.3.5. Intervensi oleh Pihak Sekolah


a. Pihak sekolah perlu menyediakan sejumlah opsi penanganan
kepada korban, pelaku, dan saksi. Sesuai dengan
Permendikbud Nomor 82 Tahun 2015, sanksi yang diberikan
kepada pelaku dapat berupa teguran, sanksi yang bersifat
edukatif seperti tugas khusus tanpa mengurangi hak korban
terhadap layanan pendidikan, atau konseling lebih lanjut.
b. Mempertimbangkan kondisi, dampak, dan kebutuhan yang
dimiliki korban, pelaku, dan saksi, sekolah dapat merujuk kasus
ke lembaga layanan yang relevan.

4.3.6. Perujukan Pelaporan Perundungan ke Lembaga


Lain oleh Pihak Sekolah
a. Sekolah perlu melibatkan dinas pendidikan daerah untuk
mengawal kasus kekerasan yang membutuhkan bantuan
lanjutan ataupun rujukan ke pihak eksternal.
b. Pihak sekolah perlu mempersiapkan langkah untuk melakukan
rujukan baik bagi korban, saksi, maupun pelaku jika
membutuhkan bantuan tambahan seperti bantuan medis,
rehabilitasi psikis, dan bantuan hukum. Sekolah dapat
berjejaring dengan layanan perlindungan perempuan dan anak
yang dikelola oleh pemerintah daerah seperti UPT Perlindungan
Perempuan dan Anak, Dinas Sosial, atau layanan
swasta/nirlaba di wilayah masing-masing untuk kebutuhan
penanganan profesional.
c. Pihak sekolah dapat merujuk baik korban, saksi, maupun pelaku
untuk melaporkan insiden secara lebih lanjut untuk dapat
difasilitasi penyelesaian kasusnya oleh pemerintah pusat,
27
melalui laman https://kemdikbud.lapor.go.id/
d. Panduan penggunaan portal laporkekerasan di satuan
pendidikan
1) Ketik alamat laman https://kemendikbud.lapor.go.id sampai
muncul tampilan “Lapor!”
2) Pastikan klasifikasi laporan adalah “pengaduan”.
3) Ketik judul laporan yang sesuai dengan perhatian yang ingin
disampaikan dalam kolom “Judul Laporan” yang mencakup:
4) Ketik judul “Aduan Program Roots” untuk menyampaikan
aduan seputar hambatan pelaksanaan Roots (contoh:
kurangnya alat bantu belajar, fasilitator guru yang kurang
menguasai materi, dan jadwal penyampaian materi yang
terlalu padat.)
5) Ketik judul “Kekerasan di Sekolah” untuk menyampaikan
aduan seputar tindak kekerasan yang dilakukan di dalam
sekolah, baik yang dilakukan antarsiswa maupun guru.
6) Sampaikan aduan yang sesuai dengan judul laporan dalam
kolom “Isi Laporan” dengan menceritakannya secara detail.
7) Lengkapi tanggal kejadian dan lokasi kejadian dalam laporan
8) Pilih salah satu kategori laporan di menu drop down.
9) Pilik kategori “Topik Lainnya” saat menyampaikan aduan
seputar “Aduan Program Roots”
10)Pilih kategori “Kekerasan di Satuan Pendidikan (Sekolah,
Kasus, Lembaga Khusus)” saat menyampaikan aduan
seputar “Kekerasan di Sekolah”. Pilih salah satu atau
gabungan kejadian mencakup “Intoleransi”, “Kekerasan
Seksual”, “Perundungan (Bullying)”, atau “gabungan atau
lainnya”
11) Jika terdapat dokumentasi pendukung, silakan unggah
lampiran yang dapat mencakup foto, video, atau laporan
naratif dengan menekan tombol “Upload Laporan”
a) Pilih salah satu jenis laporan, antara “Anonim” dan
“Rahasia”.
b) Laporan “Anonim” adalah laporan yang dapat dilihat oleh
publik, tetapi identitas pelapor tidak akan ditampilkan
c) Laporan “Rahasia” adalah laporan yang tidak dapat
dilihat oleh publik tekan tombol “Lapor!” untuk mengirim
laporan.

e. Selain itu, untuk rujukan ke layanan profesional seperti layanan


kesehatan dan konseling, pihak sekolah dapat menghubungi
layanan sahabat perempuan dan anak (SAPA) yang dikelola
oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak (KPPA) di nomor hotline "129" atau menghubungi
WhatsApp di nomor 08111129129.

4.3.7. Pemantauan Tindak Lanjut Kasus oleh Pihak


Sekolah dan Pemerintah Pusat
a. Pihak sekolah perlu secara berkala menghubungi lembaga
layanan untuk mengetahui perkembangan kasus dan
kebutuhan lain yang perlu ditindaklanjuti.
b. Keputusan untuk mengakhiri penanganan kasus (terminasi)
harus berbasis penilaian terhadap kondisi dan kebutuhan pihak
yang terdampak dari insiden yang dialami.
28
c. Sekolah perlu memiliki protokol yang terstandar dalam
penanganan kasus kekerasan, termasuk perundungan, di
lingkungan satuan pendidikan untuk memudahkan penanganan
kasus di kemudian hari dan mencegah keberulangan.

4.4. Persiapan dan Pelaksanaan Roots Day


Hari unjuk informasi dan kreasi tentang pencegahan perundungan di
sekolah atau Roots Day adalah hari perayaan yang dipimpin oleh
Agen perubahan dan melibatkan semua elemen sekolah, meliputi
peserta didik, guru, tenaga kependidikan, dan warga sekolah yang lain,
serta orang tua. Roots Day bertujuan untuk menularkan perilaku
positif kepada seluruh peserta didik sekolah dengan
mengampanyekan pesan antiperundungan melalui berbagai kreasi
seni. Ketika pelaksanaan Roots Day, agen perubahan juga mengajak
seluruh peserta didik untuk melakukan deklarasi dan komitmen
antiperundungan di sekolah mereka.

Fasilitator Guru akan menjelaskan Persiapan Roots Day pada


pertemuan ke 11 dan kemudian melakukan persiapan untuk
pelaksanaan Roots Day bersama Agen Perubahan. Roots Day dapat
dilakukan pada akhir tahun ajaran, pembagian rapor, bersamaan
dengan gelar Profil Pelajar Pancasila, atau bahkan saat upacara.

Gambar 10. Petunjuk Persiapan dan Pelaksanaan Roots Day.

29
Fasilitator guru akan diberi panduan persiapan dan pelaksanaan Roots
Day. Persiapan yang perlu dilakukan oleh fasilitator guru dan agen
perubahan adalah sebagai berikut.
1. Menentukan tanggal, waktu, durasi, dan format kegiatan Roots
Day.
2. Berdiskusi bersama agen perubahan untuk menentukan agenda
dan desain acara Roots Day. Contoh agenda acara
pelaksanaan Roots Day dapat dibaca di panduan pelaksanaan.
3. Meminta agen perubahan untuk mempersiapkan materi-materi
yang diperlukan pada setiap agenda acara. Fasilitator guru juga
harus berdiskusi dengan agen perubahan untuk menentukan
peran tiap agen perubahan selama acara, seperti menjadi
pembawa acara, mempresentasikan poster, mempresentasikan
tabel perilaku positif.
4. Meminta agen perubahan untuk melakukan kegiatan sosialisasi
dan publikasi terkait Roots Day kepada seluruh peserta didik di
sekolah melalui WhatsApp dan media sosial seperti Facebook,
Instagram, dan lain-lain.

30
BAB 5. Pemantauan, Evaluasi, dan
Keberlanjutan
5.1. Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan
Satuan pendidikan yang mengikuti program Roots Indonesia
diharapkan dapat mengikuti proses pemantauan dan evaluasi yang
akan dilaksanakan oleh Puspeka di akhir tahun. Survei tersebut akan
digunakan sebagai basis untuk mengetahuin efektifitas dari
pelaksanaan program Roots Indonesia. Evaluasi dapat berbentuk
kuantitatif (seperti survei) atau kualitatif (seperti wawancara peserta)
yang akan dilaksanakan secara terstruktur. Satuan pendidikan
diharapkan dapat berperan aktif dalam mengikuti dan menyukseskan
evaluasi tersebut.

5.2. Keberlanjutan Program Roots di Sekolah


Sebagai suatu upaya strategis untuk menurunkan angka
perundungan, sekolah perlu mempersiapkan keberlanjutan program
Roots pascaintervensi. Dalam menyusun kesepakatan untuk
melanjutkan program Roots, sekolah perlu melibatkan perwakilan
peserta didik (OSIS), agen perubahan, fasilitator guru, dan guru
pembina ekstrakurikuler.

Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk melanjutkan program


Roots antara lain:
1. Melakukan evaluasi bersama agen perubahan dan perwakilan
peserta didik (OSIS) dengan mencatat hal-hal baik dan yang
perlu diperbaiki bersama;
2. Menyusun inisiatif bersama untuk melanjutkan program Roots
dengan melibatkan guru dan kepala sekolah;
3. Mengukuhkan program pencegahan perundungan Roots atau
agen perubahan menjadi kegiatan ekstrakurikuler di sekolah;
4. Membentuk kepengurusan ekstrakurikuler program Roots
bersama dengan agen perubahan;
5. Melanjutkan fungsi media sosial yang dibuat agen perubahan
untuk mengampanyekan pesan-pesan antikekerasan di satuan
pendidikan;
6. Menyusun program kerja dan anggaran untuk pelaksanaan
kegiatan Roots untuk tahun berikutnya, menggunakan dana
BOS sebagaimana yang diatur dalam Permendikbud Nomor 2
tahun 2022 atau sumber pendanaan lainnya;
7. Melakukan regenerasi agen perubahan dengan melakukan
mekanisme yang sama di setiap tahun ajaran baru; dan
8. Menyampaikan materi wajib Roots kepada agen perubahan
yang baru bergabung dan menginisiasi kampanye
antiperundungan setiap tahun.

31
5.3 Keberlanjutan Program Roots di tingkat
daerah
Upaya penghapusan kekerasan di satuan pendidikan merupakan
prioritas bersama yang perlu mendapatkan dukungan dari
Pemerintah Daerah dan kolaborasi dari semua pihak. Dalam
pelaksanaan Program Roots, Dinas Pendidikan dan Pemerintah
Daerah diharapkan mendukung pelaksaan Program Roots di sekolah
target dan perluasan intervensi dengan memberikan dukungan
sebagai berikut :

1. Mendorong satuan pendidikan untuk melakukan implementasi


program Roots melalui sosialisasi dan/atau surat edaran
2. Memfasilitasi revisi Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah untuk
penggunaan Bantuan Operasional Sekolah di program Roots
3. Mendorong satuan pendidikan untuk berpartisipasi di pengawasan
dan evaluasi program Roots yang akan dilaksanakan Puspeka
dan UNICEF
4. Memberikan apresiasi terhadap satuan pendidikan dan Fasilitator
Guru yang telah melaksanakan program Roots (jika
memungkinkan).

Saat ini ada lebih dari 7.000 satuan pendidikan jenjang SMP, SMA,
dan SMK yang telah mengikuti BIMTEK Program Roots dan
menghasilkan lebih dari 13.000 fasilitator. Dinas Pendidikan dapat
membangun jejaring Program Roots di daerah melalui kolaborasi
dengan satuan pendidikan yang telah melaksanakan Program Roots
dan melibatkan Fasilitator Nasional yang tersedia di masing-masing
daerah. Dengan terciptanya jejaring Program Roots, diharapkan
sekolah dapat membagikan praktik baik pelaksanaan Program Roots
atau membentuk komunitas antiperundungan di tingkat daerah.

Dinas Pendidikan juga dapat melakukan replikasi mandiri Program


Roots melalui sistem pengimbasan atau mengelola pelatihan mandiri
tingkat daerah dengan melibatkan Fasilitator Nasional. Inisiatif ini
diharapkan juga dapat berlanjut dengan membentuk Satuan Tugas
Penanganan dan Pencegahan Kekerasan di Satuan Pendidikan dan
berjejaring dengan penyedia layanan perlindungan daerah
sebagaimana dimandatkan dalam Permendikbud 82 tahun 2015
tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di
Satuan Pendidikan.

32
Daftar Lampiran

Lampiran 1: Surat Perizinan Orang Tua

SURAT PERIZINAN

ROOTS INDONESIA: PROGRAM PENCEGAHAN


PERUNDUNGAN DAN KEKERASAN BERBASIS
SEKOLAH

Yth. Bapak Ibu Orang Tua/Wali


… (diisi nama sekolah dan alamat)

Sehubungan dengan adanya program Roots Indonesia, kami hendak


melibatkan anak Bapak/Ibu dalam program Roots Indonesia yang akan
dilaksanakan pada … (isi rentang waktu). Anak Bapak/Ibu telah terpilih
sebagai salah satu dari 30 peserta didik yang kami percaya dapat
membuat perubahan positif bagi teman-teman sejawat dan sekolahnya.

Kegiatan ini berfokus pada upaya membangun lingkungan positif di


sekolah untuk mencegah perundungan/bullying. Jika Bapak/Ibu
memberikan izin, anak Bapak/Ibu akan mengikuti sepuluh pertemuan
Roots bersama fasilitator guru yang akan dilakukan secara daring atau
luring selama tiga bulan mendatang. Pertemuan diskusi daring akan
dilakukan setiap hari (isi hari/waktu kegiatan) dengan durasi setiap
pertemuan 60–90 menit.

Selain itu, anak Bapak/Ibu juga akan berpartisipasi dalam kegiatan


Roots Day (Unjuk Informasi dan Kreasi Pencegahan Perundungan)
pada akhir program Roots.

Dalampertemuan tersebut, anak Bapak/Ibu akan diminta menceritakan


kegiatan mereka di sekolah dan diajak untuk membuat kegiatan yang
baru dan menyenangkan untuk menyebarkan pesan positif di sekolah.
Kegiatan yang dimaksud meliputi mengirim pesan, gambar, dan video
di media sosial dengan pesan positif antiperundungan dan kekerasan di
lingkungan satuan pendidikan.

Peserta didik dapat memilih apakah mereka ingin berpartisipasi atau


tidak, dan bisa berhenti terlibat dalam kegiatan ini kapan pun jika
merasa tidak nyaman. Semua yang diceritakan oleh anak Bapak/Ibu
kepada kami tidak akan disebarluaskan kepada pihak mana pun,
kecuali anak berada dalam situasi bahaya, kami akan mencoba untuk
membantu. Adapun foto ataupun video yang dibuat dan digunakan
selama kegiatan akan dipublikasikan dan disebarluaskan kepada
publik dengan persetujuan anak Bapak/Ibu.

Jika Bapak/Ibu memiliki pertanyaan terkait kegiatan ini, silakan


33
menyampaikan kepada pihak sekolah, khususnya fasilitator guru
program Roots. Kami akan dengan senang hati untuk berdiskusi dan
menjelaskan lebih lanjut.

Apabila Bapak/Ibu berkenan untuk memberikan izin bagi anak


Bapak/Ibu untuk mengikuti rangkaian kegiatan Roots Indonesia,
mohon mengisi kotak pernyataan yang tercantum pada akhir surat ini.

Hormat kami,

… (isi nama dan tanda tangan fasilitator guru)


... (isi kontak nomor ponsel aktif/pos-el fasilitator guru)

Jika Bapak/Ibu memiliki pertanyaan, silakan kontak … (isi nama &


nomor telepon fasilitator guru)

Nama anak : ….
Kelas : ….

Apakah anak Bapak/Ibu dapat berpartisipasi dalam kegiatan Roots Indonesia?


Lingkari salah satu: Ya/Tidak

Saya mengizinkan anak saya untuk ikut menyebarkan pesan


positif antiperundungan dan kekerasan di lingkungan satuan
pendidikan dalam program Roots Indonesia menggunakan
konten foto dan video yang disebarkan di media sosial.
Lingkari salah satu: Ya/Tidak

Nama orang tua/wali: …

Tanggal :…

Tanda tangan :…

34
Lampiran 2: Lembar Persetujuan Peserta Didik

LEMBAR PERSETUJUAN PESERTA DIDIK

ROOTS INDONESIA: PROGRAM PENCEGAHAN


PERUNDUNGAN DAN KEKERASAN BERBASIS
SEKOLAH

(Diisi oleh Peserta Didik)

Hai, Agen Perubahan.

Kami ingin mengajakmu untuk menjadi bagian dari kegiatan baru


yang disebut Roots Indonesia. Kamu telah dipilih sebagai bagian
dari 30 peserta didik yang kami percaya dapat membuat
perubahan positif bagi sekolahmu.
Silakan baca lembaran ini dengan cermat dan putuskan apakah
kamu ingin atau tidak ingin bergabung. Tanyakan pada … (isi
nama fasilitator guru) jika ada yang belum jelas atau kamu
memiliki pertanyaan. Terima kasih telah menyempatkan untuk
membaca.

Kegiatan apakah ini?


Kegiatan ini berisi sesi diskusi dan pelatihan tentang pengalaman
peserta didik di sekolah atau di dunia maya tentang berteman
dan mencegah perundungan di antara teman sebaya.

Apakah saya harus ikut berpartisipasi?


Silakan memutuskan apakah kamu ingin bergabung atau tidak.
Tidak ada sanksi apapun jika kamu tidak ingin berpartisipasi.
Jika kamu memutuskan untuk ikut bergabung, kamu juga bebas
untuk berhenti kapan saja. Kamu tidak perlu langsung
memberikan alasannya jika kamu tidak mau.

Apa yang harus saya lakukan?


Jika kamu memutuskan untuk berpartisipasi, hal pertama yang
kamu harus lakukan adalah menandatangani lembar persetujuan
(halaman berikutnya), kemudian kamu akan diajak untuk
mengikuti 10—15 sesi pertemuan yang pembelajaran daring
mandiri dan/atau diskusi kelompok daring selama dua bulan
mendatang. Setiap pertemuan akan berlangsung selama 1,5—2
jam pertemuan, dengan jadwal menyesuaikan dengan fasilitator
guru dan semua peserta. Selama pertemuan, kami akan
mengajak kamu untuk membicarakan tentang kegiatan di
sekolah dan melihat hal apa yang penting bagi kamu dan ingin
kamu ubah. Kami akan mengajakmu untuk memberikan ide untuk
membuat perubahan positif, termasuk secara online
menggunakan media sosial (Instagram, TikTok, Youtube, dan
lain-lain). Kami harap pertemuannya akan menyenangkan.
35
Bagaimana jika pertemuannya membuat saya tidak nyaman?
Kami tidak ingin membuat pertemuan yang membuat kamu tidak
nyaman. Kamu bisa berhenti kapan pun kamu mau dan kamu
tidak perlu memberikan alasannya kalau kamu tidak mau. Kamu
bisa menghubungi guru fasilitator kapan pun selama satu
semester mendatang, lalu mengatakan bahwa kamu tidak ingin
bergabung lagi. Kamu bebas untuk menghapus apa pun dari
media sosialmu dan meminta kami untuk menghapus semua
informasi yang telah kamu berikan danakan kami lakukan saat itu
juga. Jika kamu ingin berbicara kepada seseorang tentang apa
pun yang berhubungan dengan ini, kamu bisa menceritakan
kepada salah satu fasilitator.

Kenapa saya harus bergabung dalam kegiatan ini?


Partisipasi kamu dapat membantu banyak teman-teman di
sekolahmu untuk belajar dan bermain secara lebih aman dan
nyaman di sekolah. Kamu akan diberi kesempatan untuk
berdiskusi dengan teman-teman lain secara interaktif dan aman
tentang pengalaman di sekolah. Selain itu, banyak sesi yang
akan berguna untuk melatih kemampuanmu, seperti
berkomunikasi efektif dan kepemimpinan.

Bagaimana kalau saya punya saran/masukan/pertanyaan?


Jika ada sesuatu yang ingin kamu katakan/tanyakan tentang
kegiatan ini, silahkan beri saran/masukan/pertanyaan pada …
(isi nama & nomor telepon fasilitator guru)

Apakah yang saya katakan akan dirahasiakan?


Semua hal yang kamu katakan tentang diri kamu atau orang lain
yang kamu tahu di sekolah akan tetap dirahasiakan, kecuali
kamu ingin membagikannya kepada orang lain. Namun, selama
beberapa bulan mendatang, jika kamu menghadapi suatu
masalah, fasilitator guru akan menjelaskan kepadamu beberapa
cara untuk mendapatkan bantuan. Semua ini akan dibicarakan
dengan kamu terlebih dahulu.

Apa yang akan terjadi setelah kegiatannya selesai?


Kamu bisa menggunakan bahan pembelajaran di Roots untuk
inspirasi kegiatan lain di sekolah. Hasil dari kegiatan ini juga
akan digunakan Kemendikbudristek untuk membuat rekomendasi
kebijakan terkait pencegahan dan penanganan kekerasan di
sekolah. Kemendikbudristek mungkin akan melakukan beberapa
kampanye menyenangkan dan melibatkan kamu selanjutnya.

Apakah kamu ingin bergabung?

Terima kasih sudah membaca lembaran ini. Jika kamu sudah


merasa cocok dengan semuanya, silakan isi kotak dan data diri
di bawah ini.

Beri tanda centang (√)

36
Saya sudah membaca lembar informasi untuk
kegiatan ini. Informasi mengenai partisipasi di
kegiatan ini sudah saya pahami dengan jelas.

Saya mengerti bahwa saya diajak untuk ikut


berpartisipasi dan saya bebas berhenti kapan pun
saya mau, tanpa memberi alasannya jika saya
tidak mau. Saya tidak akan diberikan sanksi apa
pun jika saya mau berhenti.

Saya setuju dan berada dalam keadaan sehat


untuk ikut bergabung dalam kegiatan ini.

Saya mengizinkan untuk difoto/direkam video


selama kegiatan.

Saya mengizinkan jika foto/video saya disebarkan


melalui media sosial dan media cetak.

Nama peserta didik : …

Kelas :…

Tanggal :…

Tanda tangan :…

37
Lampiran 3: Contoh Google Form Pemilihan
Agen Perubahan

38
Lampiran 4: Contoh Kertas Suara Pemilihan
Agen Perubahan

39

Anda mungkin juga menyukai