Anda di halaman 1dari 73

PENGARUH LATIHAN IMAGERY DAN KECERDASAN

EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN


ATLET CLUB ATLETIK GLAGAH
WANGI DEMAK

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister


Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh
Ardani Herfiantoro
0602515079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
PENGARUH LATIHAN IMAGERY DAN KECERDASAN
EMOSIONAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN
ATLET CLUB ATLETIKGLAGAH
WANGI DEMAK

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister


Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh
Ardani Herfiantoro
0602515079

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA


PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019

i
ii
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“Imajinasikan apa yang menjadi impianmu, yakinkan dalam sikap dan capai
suksesmu”

Persembahan :

ALMAMATER
Program Studi S2 Pendidikan Olahraga, Pascasarjana
Universitas Negeri Semarang.

iv
ABSTRAK

Herfiantoro, Ardani. 2019. Pengaruh Latihan Imagery dan Kecerdasan Emosional


Terhadap Tingkat Kecemasan Atlet Club Atletik Glagah Wangi Demak.
Tesis. Program Studi Pendidikan Olahraga, Pascasarjana Universitas
Negeri Semarang. Pembimbing I. Dr. Heny Setyawati, M.Si., Pembimbing
II. Dr. Soekardi, M.Pd.
Kata Kunci: Latihan Imagery, Kecerdasan Emosional, Kecemasana Atlet.
Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah atlet klub atletik
Glagah Wangi Demak yang mengalami kecemasan sebelum perlombaan. Dengan
tingkat kecemasan yang dialami atlet menyebabkan penampilan atlet yang belum
maksimal, dan berdampak pada prestasi yang diperoleh. Tujuan penelitian,
menganalisis pengaruh latihan imagery dan kecerdasan emosional terhadap
tingkat kecemasan atlet club atletik Glagah Wangi Demak.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan desain
faktorial 2x2. Teknik analisis data menggunakan Analysis of Varian (Anava) pada
taraf signifikansi (α) 0,05. Populasi 25 orang atlet dan sampel sebanyak 20 atlet,
pengambilan sampel purposive sampling dengan penarikan sampel berdasarkan
ciri (tujuan yang ditetapkan oleh peneliti). Variabel penelitian, latihan
imageryvideo dan script sebagai variabel bebas, kecerdasan emosional sebagai
variabel atribut, tingkat kecemasan atlet sebagai variabel terikat. Instrumen
penelitian tes kecerdasan emosional dan tes kecemasan atlet.
Hasil penelitian analisis Anava menunjukkan, Latihan imagery ada
perbedaan pengaruh Fhitung>Ftabel 6,568>3,59. Kecerdasan emosional ada
perbedaan pengaruh Fhitung>Ftabel 52,552>3,59. Ada Interaksi imagery dan
kecerdasan emosional Fhitung>Ftabel 5,153>3,59.
Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan pengaruh antara
latihan imagery (video dan script). Terdapat perbedaan pengaruh latihan imagery
(video dan script) yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dan kecerdasan
emosional rendah terhadap tingkat kecemasan atlet. Terdapat interaksi antara
latihan Imagery (video, script) dan kecerdasan emosional terhadap tingkat
kecemasan atlet. Saran peneliti menyarankan agar hasil penelitian ini diharapkan
dapat dilanjutkan peneliti lain dan insan olahraga, dengan permasalahan yang
berbeda sehingga mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, dan diharapkan
bisa memberikan kontribusi yang positif bagi atlet dan pelatih klub atletik Glagah
Wangi Demak.

v
ABSTRACT

Herfiantoro, Ardani. 2019. The Effect of Imagery Exercise and Emotional


Intelligence toward Athletic Club’s Anxiety Levels of Glagah Wangi
Demak Athletic Club. Thesis. Physical Education and Sport, Graduate
Program of Universitas Negeri Semarang. First Advisor. Dr. Heny
Setyawati, M.Si., Second AdvisorDr. Soekardi, M. Pd.

Keywords: Imagery Exercise, Emotional Intelligence, Athlete’s Anxiety.

The background of the problem in this study is the athletes of Glagah


Wangi Demak athletic club who felt anxiety before the race. With an anxiety level
experienced by the athlete caused their performance has not been done maximally
and had an impact on their achievement. The objective of this study is to analyze
the effect of imagery exercise and emotional intelligence toward the anxiety level
of Glagah Wangi Demak Athletic Club.
The method used in this study is experimental method with 2x2 factorial
designs. Techniques of analyzing the data used is Analysis of Variance (ANOVA)
at significance level (α) 0,05. The populations are 25 athletes and the sample of
amount 20 athletes, with purposive sampling through sample based on
characteristics (goals defined by the researcher). The research variables used are
imagery exercise video and script as an independent variable, emotional
intelligence as attributive variable, and anxiety level as dependent variable.
Instrument of the research is emotional intelligence test and athlete anxiety test.
The result using ANOVA analysis shows that there are differences of F-
value >F-table 6,568 > 3,59 in imagery exercise. The differences emotional
intelligence effect of F-value> F-table 52,552 > 3,59. There are interaction
between imagery and emotional intelligence proved by F-value > F-table 5,153 >
3, 59.
The conclusion of the study is there are differences effects between
imagery exercise (video and script). There are significant differences between
athletes who have high emotional intelligence and those who have low emotional
intelligence toward athlete’s anxiety level. There are interaction between imagery
exercise (video and script) and emotional intelligence toward athlete’s anxiety.
The researcher suggests that the result of this study expected to be continued due
to the perfection of the research. Furthermore, hopefully this research gives
positive contribution not only for the students, but also for athletes and coach of
Glagah Wangi Demak club.

vi
PRAKATA

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat-Nya. Berkat karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan tesis yang
berjudul “Pengaruh Latihan Imagery dan Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat
Kecemasan Atlet Club Atletik Glagah Wangi Demak”. Tesis ini disusun sebagai
salah satu persyaratan meraih gelar Magister Pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Olahraga Pascasarjana Universitas Negeri Semarang.
Penelitian ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan setinggi-
tingginya kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini.
Ucapan terimakasih peneliti sampaikan pertama kali kepada para pembimbing:
Ibu Dr. Heny Setyawati, M.Si (Pembimbing I) dan Bapak Dr. Soekardi, M.Pd.
(Pembimbing II).
Ucapan terimakasih peneliti sampaikan juga kepada semua pihak yang
telah membantu selama proses penyelesaian studi, diantaranya:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan
kepada peneliti untuk menempuh studi di Universitas Negeri Semarang.
2. Direksi Pascasarjana UNNES, yang telah memberikan kesempatan serta
arahan selama pendidikan, penelitian, dan penulisan tesis ini.
3. Koordinator Program Studi Pendidikan Olahraga Pascasarjana UNNES yang
telah memberikan kesempatan dan arahan dalam penulisan tesis ini.
4. Sekretaris Program Studi Pendidikan Olahraga Pascasarjana UNNES yang
telah memberikan kesempatan dan arahan dalam penulisan tesis ini.
5. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Olahraga Pascasarjana UNNES, yang telah
banyak memberikan ilmu kepada peneliti selama menempuh pendidikan.
6. Klub atletik Glagah Wangi Demak yang telah mengizinkan untuk melakukan
penelitian.
7. Pelatih klub atletik Glagah Wangi Demak beserta Atlet yang terlibat dalam
penelitian ini.

vii
8. Teman-teman POR Pascasarjana UNNES 2015 khususnya A4 terimakasih
atas dukungan dan motivasinya selama menimba ilmu bersama di kampus
Pascasarjana UNNES tercinta.
9. Semua orang yang telah banyak membantu dalam penulisan tesis ini, yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih.
Peneliti sadar bahwa dalam tesis ini masih terdapat kekurangan, baik isi
maupun tulisan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak sangat peneliti harapkan. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat dan
merupakan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam
bidang pendidikan olahraga.

Semarang, 2019

Ardani Herfiantoro

viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

PENGESAHAN UJIAN TESIS ....................................................................... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ..........................................................................iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

ABSTRACT ....................................................................................................... vi

PRAKATA ....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................xii

DAFTAR TABEL...........................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................... 10

1.3 Cakupan Masalah ........................................................................................ 11

1.4 Rumusan Masalah ....................................................................................... 11

1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 11

1.6 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 12

ix
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KAJIAN TEORETIS, KERANGKA
BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka........................................................................................... 13

2.2 Kerangka Teoretis ..................................................................................... 15

2.2.1 Hakikat Cabang Olahraga Atletik ......................................15

2.2.2 Nomor Dalam Atletik .........................................................17

2.2.3 Hakikat Kecerdasan Emosional..........................................23

2.2.4 Hakikat Latihan Imagery ....................................................26

2.2. Imagery Dalam Olahraga ...................................................................... 30

2.2.6 Klasifikasi Latihan Imagery ...............................................30

2.2.7 Karakteristik Imagery .........................................................31

2.2.8 Dasar-dasar Latihan Imagery .............................................33

2.2.9 Panduan Imagery ................................................................35

2.2.10 Hakikat Kecemasan ..........................................................36

2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................................... 42

2.4 Hipotesis...................................................................................................... 45

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian ......................................................................................... 46

3.2 Populasi dan Sampel ................................................................................... 48

3.3 Variabel Penelitian ...................................................................................... 53

3.4 Definisi Operasional Variabel ..................................................................... 53

3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .................................................. 55

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data ...............................................55

3.5.2 Instrumen Pengumpulan Data ...........................................61


x
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................... 63

4.2 Uji Persyaratan ............................................................................................ 67

4.3 Pengujian Hipotesis ..................................................................................... 69

4.4 Pembahasan ................................................................................................. 75

4.5 Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 78

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan ..................................................................................................... 79

5.2 Implikasi Penelitian ..................................................................................... 79

5.3 Saran............................................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................. 92

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Hubungan antara Kecemasan dengan Pertandingan ........................ 39

Gambar 2 kerangka Berpikir ............................................................................. 44

Gambar 3 Diagram batang pre-test dan post test .............................................. 66

Gambar 4 Diagram Perbandingan Nilai Rata-rata ............................................ 67

Gambar 5 Perbedaan pengaruh antara latihan imagery .................................... 71

Gambar 6 Perbedaan kecerdasan emosional atlet ............................................. 72

Gambar 7 Interasi latihan dan kecerdasan emosional atlet ............................... 74

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Desain Penelitian............................................................................... 46

Tabel 3.2 Pengelompokan Sampel Eksperimen ................................................ 49

Tabel 3.3 Rancangan Validitas Internal ............................................................ 50

Tabel 3.4 Rancangan Validitas Eksternal ......................................................... 52

Tabel 3.5 Skala Kecemasan .............................................................................. 57

Tabel 3.6 Skala Kecerdasan Emosional ............................................................ 58

Tabel 3.7 Rincian Proses Pengumpulan Data ................................................... 61

Tabel 4.1 Data skala kecemasan atletPre-Test dan Post Test ........................... 64

Tabel 4.2 Data RerataPre-Test dan Post Test ................................................... 65

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data ................................................................. 68

Tabel 4.4 Test of Homogeneity of Variances .................................................... 69

Tabel 4.5 Ringkasan Anava Dua Faktor ........................................................... 70

Tabel 4.6 Estimated Marginal Mean Imagery .................................................. 70

Tabel 4.7 Estimated Marginal MeanKecerdasan Emosional ............................ 71

Tabel 4.8 Estimated Marginal Mean Imagery*kecerdasan emosional ............. 72

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Keputusan Dosen Pembimbing Tesis................................... 82

Lampiran 2 Surat Izin Observasi ....................................................................... 83

Lampiran 3 Surat Izin Penelitian....................................................................... 84

Lampiran 4 Hasil Pengukuran Awal Kecerdasan Emosional ........................... 85

Lampiran Hasil Pre-test Kecemasan Atlet ....................................................... 86

Lampiran 6 Hasil Post-test Kecemasan Atlet ................................................... 87

Lampiran 7 Hasil Pre-test dan Post-test Kecemasan Atlet ............................... 88

Lampiran 8 Uji Normalitas dan Homogenitas .................................................. 89

Lampiran 9 Uji Analisis Data General Linier Model Univariate ..................... 90

Lampiran 10 Estimated Margenal Means ......................................................... 91

Lampiran 11 Dokumentasi Penelitian ............................................................... 92

Lampiran 12 Tabel F ......................................................................................... 95

Lampiran 13 Program Latihan .......................................................................... 96

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap atlet tentunya ingin menampilkan performa terbaiknya dalam setiap

perlombaan. Banyak cara yang dilakukan agar atlet dapat mencapai performa

terbaiknya hingga berprestasi. Agar dapat menunjang performa terbaiknya, atlet

perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mendukungnya. Untuk dapat

memberikan penampilan terbaiknya seorang atlet perlu persiapan, usaha dan

latihan. Menampilkan performa terbaik dalam olahraga menjadi harga mutlak

yang harus dicapai seorang atlet. Kenyataannya, meskipun atlet sudah berlatih

maksimal dan persiapan yang cukup, keberhasilan dalam menampilkan performa

terbaiknya tidak tentu bisa dicapai.

Ketika atlet akan turun dalam perlombaan, diperlukan kesiapan mental

untuk dapat meraih prestasi optimal. Atlet dikatakan siap mentalnya apabila tidak

merasakan ketakutan, kekhawatiran, kecemasan dan perasaan negatif lainnya.

Seringkali atlet tidak dapat menyiapkan dirinya sendiri. Atlet membutuhkan

rangsangan dari lingkungan sekitar misalnya dalam bentuk pelatihan mental. Ada

beberapa alasan mengapa pelatih kurang memperhatikan latihan mental untuk

atlet yaitu : kurangnya pengetahuan, masalah mental dianggap tidak dapat diubah,

kurangnya waktu, persoalan mental hanya hanya bagi atlet yang bermaslah,

latihan mental hanya untuk elit atlet, perubahan mental dianggap sesuatu yang

bisa cepat dilakukan, dan latihan mental dianggap tidak banyak manfaatnya (Ali

Maksum, 2008 : 115).

1
2

Agus Supriyanto (2012:2) berpendapat bahwasanya sering dijumpai

banyak pelatih atau atlet yang mengatakan bahwa kegagalannya dalam mencapai

prestasi yang ditetapkan adalah karena faktor psikis. Mereka merasa bahwa

latihan fisik yang selama ini dilakukan sudah optimal dan saat latihan atlet

menunjukkan motivasi yang tinggi untuk bisa mencapai prestasi yang diharapkan,

akan tetapi menjelang pertandingan atlet mulai cemas, sulit berkonsentrasi dan

menjadi kurang percaya diri. Atlet yang sering mengalami kecemasan menjelang

bertanding ini sering dianggap memiliki mental bertanding yang buruk.

Menurut Singgih D. Gunarso (2004:3-5), penampilan atlet itu dipengaruhi

beberapa komponen : 1) fisik, 2) teknik, dan 3) psikis. Ditambahkan lagi menurut

Rubianto Hadi (2007:47) komponen yang mempengaruhi keberhasilan atlet

meliputi fisik, teknik, taktik dan mental. Pembinaan atlet yang harmonis antara

fisik, teknik dan psikis sangat diperlukan untuk pencapaian prestasi maksimal.

Atlet seringkali tidak dapat mengerahkan kemampuan terbaiknya dalam latihan

dan perlombaan, karena memiliki keterkaitan dengan masalah psikisnya. Faktor

psikis seringkali menjadi faktor penentu untuk meraih kemenangan. Meskipun

demikian, apa yang dipikirkan dan direncanakan oleh atlet tidak selalu dapat

ditampilkan. Dibutuhkan kerja keras dari pelatih untuk dapat membantu

mengatasi mental atlet dan berbagai permasalahan psikis yang sering dihadapinya

agar dapat menunjukkan performa terbaiknya. Banyak atlet yang memiliki

kebugaran jasmani maupun keterampilan yang baik, akan tetapi gagal menunjukkan

performa terbaiknya dalam menghadapi suatu perlombaan. Ketidakmampuan atlet

dalam menampilkan performa terbaiknya akan berdampak pada hasil perlombaan


3

yang menyebabkan kekalahan. Ketika atlet mengalami kekalahan yang berulang-

ulang maka dapat menurunkan kepercayaan diri dan motivasinya sehingga dapat

membawa pada kondisi stress dan frustasi. Ini mengingatkan bahwa keberhasilan

atlet pada dasarnya merupakan hasil kombinasi antara dimensi fisik dengan dimensi

psikis.

Dirasa penting pelatihan keterampilan psikologis bagi atlet. Selain untuk

pengembangan mental atlet juga untuk menunjang keterampil teknik atlet. Namun

ironisnya sebagian pelatih terutama pelatih daerah belum menerapkan pelatihan

keterampilan psikologis tersebut dengan alasan mental atlet akan terbentuk dengan

sendirinya seiring semakin banyaknya lomba yang diikuti. Menurut Groppel, et.al

alasan lain adalah aspek psikologis terlalu kompleks, tidak jelas, sangat bervariasi,

sehingga pelatih sendiri tidak menguasai bagaimana melatih keterampilan

psikologis untuk meningkatkan prestasi (performance) (Heny Setyawati,

2014:50).

Bagian dari permasalahan psikologis yang dapat menggangu performa

atlet salah satunya adalah kecemasan. Kecemasan erat kaitanya dengan keyakinan

diri yang dimiliki. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kepribadian setiap atlet.

Beberapa situasi tertentu, atlet yang siap secara fisik dan teknik dan menunjukkan

peningkatan yang baik dari latihannya, bisa jadi pada saat perlombaan dita tidak

mampu menampilkan kemampuannya dengan baik. Gerakan yang selama ini

dilatihkan seakan hilang begitu saja. Atlet tersebut bisa jadi menghadapi masalah

kecemasan. Oleh karena itu dia menjadi ragu-ragu dalam melakukan setiap

gerakan, kesulitan dalam mengatur ritme perlombaan, kehilangan konsentrasi dan


4

muncul ketakutan yang berlebih karena dipengaruhi kecemasan. Munculnya

kecemasan akan mempengaruhi keyakinan dan semangat atlet dalam perlombaan.

Masalah yang muncul saat berlatih dan dalam perlombaan bisa saja melemahkan

keyakinan dirinya, apalagi jika itu berkaitan dengan kepribadian dirinya.

Menurut Weinberg & Gould, “kecemasan (anxiety) adalah keadaan emosi

negatif yang ditandai dengan gugup, khawatir, dan ketakutan dan terkait dengan

aktivasi atau kegairahan pada tubuh” (Apta Mylsidayu, 2014:43). Pada gejala

cemas, biasanya didominasi oleh keluhan-keluhan psikis (ketakutan dan

kekhawatiran), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan fisik. Sedangkan menurut

Straub, “kecemasan adalah reaksi situasional terhadap berbagai rangsang stress”

(Husdarta, 2014:80). Kecemasan dapat timbul kapan saja dan hampir setiap atlet

mengalaminya. Hanya saja kadar kecemasan mereka yang berbeda-beda. Kondisi

cemas yang berlebihan akan kurang menguntungkan bagi atlet.

Berkaitan dengan kondisi fisik orang cemas, bahwa secara umum respon

kecemasan dapat dilihat melalui respon psikologis maupun respon fisiologis.

Respon psikologis kecemasan dapat ditunjukkan melalui rasa tegang, gelisah,

mudah tersinggung, merasa tidak nyaman, sedangkan respon fisiologis antara lain

ditandai dengan keringat dingin, tekanan darah meningkat, jantung berdebar-

debar.Setiap atlet pastimengalami kecemasan baik ketika latihan, sebelum

perlombaan ataupun saat perlombaan. Permasalahan kecemasan yang muncul

adalah atlet belum mampu mengelola kecemasan dengan baik. Dirasa perlu setiap

atlet mampu mengelola kecemasan yang muncul agar memiliki daya saing untuk

berprestasi.
5

Melihat kondisi tersebut peneliti tertarik untuk mengkaji secara khusus

permasalahan psikologis ini terutama aspek kecemasan, khususnya pada pada

cabang olahraga atletik. Memahami karakteristik cabang olahraga atletik yang

merupakan cabang olahraga yang terukur, akan tetapi muncul beberapa

permasalahan yang ikut menjadi penentu keberhasilan atlet dalam meraih prestasi.

Terkait dengan permasalahan psikolgis tersebut dialami, oleh atlet klub atletik

Glagah Wangi Demak. Klub atletik Glagah Wangi Demak merupakan satu-

satunya klub atletik yang ada di Kabupaten Demak. Klub ini berdiri sejak 2013

dengan atlet binaan mulai usia dini hingga senior. Klub Glagah Wangi Demak

menjalani latihan pada sore hari di Stadion Pancasila atau di alun-alun Kota

Demak dengan jadwal 6 kali dalam 1 minggu, yaitu hari senin-sabtu dimulai

pukul 15.30–17.30 WIB. Klub Glagah Wangi berada dibawah pelatih yang

berlisensi IAAF, yaitu Bapak Supriyo yang berlisensi Level 1dan Bapak Budi

Darsono yang berlisensi Level II. Berdasarkan observasi peneliti, dari sisi teknik

dan fisik atlet klub Glagah Wangi dapat dikategorikan cukup baik. Beberapa atlet

memilik pengalaman berlomba dikejuaran tingkat kabupaten maupun provinsi,

sehingga para atlet klub Glagah Wangi memiliki potensi untuk lebih berprestasi

lagi. Akan tetapi hingga kini pencapaian prestasi klub atletik Glagah Wangi

Demak di kejuaraan provinsi dari tahun 2015-2017 masih dikatakan minim.

Hasil wawancara singkat dengan beberapa atlet dan observasi klub atletik

Glagah Wangi Demak yang sudah sering mengikuti perlombaan, baik di daerah

maupun tingkat provinsi, menunjukkan bahwa beberapa atlet mengalami

kecemasan. Dan terkait dengan kecemasan yang dialami, atlet belum bisa
6

mengelola emosi kecemasan itu dengan baik untuk menjadikannnya sebuah

motivasi berprestasi ketika mengikuti perlombaan. Hal tersebut bisa dilihat dari

perbedaan sikap atlet saat latihan, sebelum perlombaan dan saat pelaksaan

perlombaan. Ketika latihan, atlet menguasai teknik dan jarang melakukan

kesalahan tanpa adanya beban emosi. Sedangkan saat perlombaan akan dimulai,

kecemasan atlet belum bisa dikendalikan dengan baik sehingga atlet seringkali

tampil tidak optimal pada perlombaan. Kondisi tersebut yang mendasari peneliti

untuk mengkaji dan meneliti mengenai pengaruh imagery dan kecerdasan

emosional terhadap tingkat kecemasan atlet klub Glagah Wangi Demak.

Kecemasan seorang atlet akan mempengaruhi fisik maupun mental atlet

tersebut. Menurut Singgih D. Gunarsa (2004:67), “sumber kecemasan yang di

alami oleh atlet dapat berasal dari dalam diri atlet serta dapat pula berasal dari luar

diri atlet atau lingkungan”. Muncul beberapa kecemasan pada atlet klub Glagah

Wangi Demak yang diantaranya : 1) ketakutan apabila tidak dapat menampilkan

performa terbaik, 2) membayangkan lawan yang akan dihadapi lebih baik, 3)

kegelisahan akan timbulnya kembali cedera yang pernah dialami, 4) beberapa atlet

mengalami jantung deg-degan, tangan gemetaran dan keringat dingin saat

memasuki arena perlombaan, 5) atlet tidak bisa fokus ketika diperintahkan oleh

pelatih untuk warming up karena takut membayangkan perlombaan yang akan

dihadapi.

Suasana perlombaan merupakan salah satu kondisi yang dapat memunculkan

kecemasan. Menurut Satiadarma, Kecemasan yang timbul terlalu tinggi akan

mengganggu performa atlet, karena ia akan sulit mengendalikan irama permainan,


7

kurang dapat mengatur ketepatan waktu bereaksi, dan kontraksi otot, cepat merasa

lelah, berkurangnya kemampuan dan kecermatan membaca permainan lawan,

terlalu tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, dan cenderung melakukan

gerakan tanpa kendali pikiran secara sadar (Titis Ciptaningtyas, 2012:3).

Dampaknya, seringkali atlet merasa rendah diri dan akhirnya merasa cemas yang

berlebihan. Jika itu dibiarkan dan berlanjut terus menerus, maka kecemasan

tersebut akan mengganggu performa atlet tersebut. Kecemasan yang muncul

sebelum perlombaan akan mengurangi konsentrasi dan membuat penampilannya

menurun.

Banyak cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kecemasan atlet salah

satunya yaitu imagery. Adapun, imagery merupakan proses latihan untuk

meningkatkan ketangguhan mental seseorang dengan melibatkan unsur konsentrasi,

mengarahkan tindakan ke suatu tujuan dan pengendalian perasaan serta kondisi

psikofisik (Kamal Firdaus, 2012:201). Imagery dilakukan dengan membentuk suatu

khayalan atau gambaran mental di dalam pikiran tentang suatu gerak motorik atau

penampilan yang ingin dilakukan, atau prestasi yang ingin dicapai dalam

pertandingan (Apta Mylsidayu 2014:95). Ketika atlet melakukan imagery,

diharapkan dapat membayangkan, tidak hanya hal yang dilihat akan tetapi juga hal

yang didengar, rasakan, raba dan cium, yang kemudian akan ia susun menjadi

sebuah pengalaman. Pada penelitian S.H Mousavi dan Abolfazl Meshkini (Vol. 1,

No. 3, hlm. 342-345, 2011), menyatakan bahwa dalam program pelatihan yang

sesuai keterampilan imagery dapat meningkatkan kesadaran diri, memfasilitasi

akuisisi keterampilan dan pemeliharaan, membangun kepercayaan diri,


8

mengendalikan emosi, menghilangkan rasa sakit, mengatur gairah dan

meningkatkan persiapan penggunaan imagery yang paling efektif untuk tugas-

tugas yang memiliki komponen kognitif tinggi dan para atlet lanjutan untuk

memberikan keuntungan yang lebih banyak lagi juga untuk para pemula

dipandang paling efektif jika mendahulukan latihan fisik. Sesuai dengan

pernyataan tersebut, kemampuan kognitif atlet sekiranya perlu untuk dilatih agar

atlet memilki mental yang baik dalam setiap perlombaan yang diikuti.

Proses latihan imagery seseorang akan meletakkan setiap pengalaman masa

lalu ketika latihan atau perlombaan yang sudah dilalui dan mensimulasikan

perlombaan yang akan dihadapinya dalam pikiran. Akhirnya atlet akan dapat

mengontrol kecemasannya. Imagery bisa menjadi bagian dari program latihan

yang seharusnya diberikan secara terstruktur.

Kecakapan atlet dalam mengatasi masalah kecemasan memiliki hubungan

dengan kecerdasan emosi dalam konsep pengendalian diri serta motivasi,

sedangkan kecerdasan itu sendiri secara umum sering dikaitkan dengan

kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosi (Danang Setya Anggara & Dwi Cahyo

Kartiko, 2013:41). Kemampuan atlet dalam mengelola kecerdasan emosional yang

kurang dapat mengakibatkan kerugian bagi atlet itu sendiri, karena kemampuan

pengendalian emosi memiliki pengaruh bagi ketercapaian prestasi terbaiknya.

Kamapanan atau pengendalian emosi seorang atlet sangat menentukan

dalam pencapaian prestasi. Bagaimana atlet dapat mengontrol emosinya ketika

tertekan dalam suasana perlombaan dan menguasai dirinya dengan tetap fokus

pada perlombaan. Kemampuan kecerdasan emosional atlet tentunya berbeda-beda,

ada yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dan ada pula yang memiliki
9

kecerdasan emosional rendah. Seorang atlet adalah individu yang memiliki

keunikan tersendiri. Atlet memiliki bakat tersendiri, pola perilaku dan kepribadian

tersendiri serta latar belakang kehidupan yang mempengaruhi secara spesifik pada

dirinya (Ayodhya Mahar Zulfikar, 2014:27).

Kecerdasan emosional atau yang biasa dikenal dengan EQ (Emotional

Quotient) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, mengelola, serta

mengontrol emosi dirinya dan orang lain disekitarnya (Dwi Sunar P, 2010:129).

Sedangkan menurut Goleman, faktor-faktor dalam kecerdasan emosional seperti :

(1) mengenali emosi diri, (2) mengelola emosi, (3) memotivasi diri sendiri, (4)

mengenali emosi orang lain, dan (5) membina hubungan, harus mampu dikuasi

dengan baik bagi seorang atlet karena apabila atlet tidak mampu menguasai

dirinya akan terjadi kecemasan, ketegangan, gugup, rasa marah, dan kebingungan

yang berdampak pada penampilan atlet saat berlatih maupun dalam perlombaan

(Saam & Wahyuni, 2013:106).

Pentingnya memahami kecerdasan emosional atlet dalam berolahraga

bertujuan untuk membuat prediksi kemungkinan tingkah laku dan penampilan

atlet menghadapi situasi tertentu dalam perlombaan ataupun saat latihan. Setiap

atlet tentunya harus memiliki struktur kepribadian yang baik untuk mendukung

pencapaian prestasinya. Hal ini menjadi salah satu latar belakang peneliti untuk

melakukan penelitian secara mendalam terhadap para atlet klub atletik Glagah

Wangi Demak.

Problematika yang dialami para atlet klub atletik Glagah Wangi Demak

perlu dikaji, supaya dapat ditemukan penyebab masalah, kemudian ditentukan


10

solusi yang tepat dalam peningkatan performa atlet untuk mendorong atlet

menjadi lebih baik dan berprestasi. Lebih spesifik, penelitian dimaksudkan untuk

dapat mengetahui pengaruh imagery dan kecerdasan emosional terhadap tingkat

kecemasan para atlet. Selain itu, treatment ini diharapkan mampu membantu

pengendalian pikiran, mental dan fisik atlet yang lebih baik ketika melaksanakan

latihan dan perlombaan sehingga dapat meningkatkan prestasi para atlet klub

atletik Glagah Wangi Demak pada masa mendatang.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari gejala empiris yang diungkapkan di latar belakang, adapun sejumlah

masalah tersebut sebagai berikut :

1. Belum adanya program latihan mental untuk atlet klub Glagah Wangi

Demak.

2. Belum diketahuinya tingkat kecerdasan emosional atlet yang

mengakibatkan tidak terkendalinya kecemasan atlet.

3. Tidak stabilnya performa atlet dalam perlombaan yang berdampak pada

pencapaian prestasi atlet Glagah Wangi Demak

4. Kecemasan atlet klub Glagah Wangi Demak perlu untuk diperhatikan

5. Belum diketahui pengaruh latihan imagery yang dapat meningkatkan

kecerdasan emosional atlet Klub Atletik Glagah Wangi Demak.

6. Belum diketahui latihan imagery yang dapat mengatasi tingkat

kecemasan atlet Klub Atletik Glagah Wangi Demak.

7. Perlu diketahui bentuk latihan imagery yang tepat untuk mangatasi

tingkat kecemasan atlet Klub Atletik Glagah Wangi Demak.


11

1.3 Cakupan Masalah

Agar permasalahan penelitian ini tidak terlalu meluas, dan keterbatasan

waktu dan biaya maka peneliti memberikan cakupan masalah yang akan diteliti

diantaranya : 1) latihan imagery yang teridiri dari dua faktor latihan, imagery

script dan video, 2) kecerdasan emosional (tinggi dan rendah), 3) tingkat

kecemasan atlet klub Glagah Wangi Demak.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan cakupan masalah,

maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah perbedaan pengaruh latihan imagery video dan script

terhadap tingkat kecemasan atlet klub Atletik Glagah Wangi Demak?

2. Bagaimanakah perbedaan pengaruh tingkat kecerdasan emosional tinggi

dan rendah terhadap kecemasan atlet Klub Glagah Wangi Demak?

3. Bagaimanakah interaksi antara latihan imagery dan kecerdasan

emosional terhadap tingkat kecemasan pada atlet Klub Atletik Glagah

Wangi Demak?

1.5 Tujuan penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan yang akan dicapai dalam pemberian latihan

imagery pada atlet Klub Atletik Glagah Wangi Demak yaitu :

1. Menganalisis perbedaan pengaruh latihan imagery video dan script terhadap

tingkat kecemasan atlet klub Atletik Glagah Wangi Demak

2. Menganalisis perbedaan pengaruh kecerdasan emosional tinggi dan rendah

terhadap kecemasan atlet klub Atletik Glagah Wangi Demak


12

3. Menganalisis interaksi antara latihan imagery dan kecerdasan emosional

terhadap tingkat kecemasan pada atlet klub Atletik Glagah Wangi Demak.

1.6 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas dapat diperoleh kegunaan atau

manfaat. Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dalam

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi pembinaan dan pelatihan

cabang olahraga atletik tentang pengaruh latihan imagery dan kecerdasan

emosional terhadap tingkat kecemasan pada atlet.

2. Manfaat Praktis

1) Bagi Pelatih

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan yang

berharga bagi pelatih cabang olahraga atletik klub Glagah Wangi di dalam

melatih dan membina atlet yang merupakan tugas utamanya untuk

memasukkan perlakuan imagery pada saat latihan.

2) Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan wawasan dan pengalaman bagi peneliti dalam

menerapkan pengetahuan yang diperoleh dibangku perkuliahan khusunya

masalah yang dihadapi di dunia olahraga secara nyata.

3) Bagi Atlet

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan kepada atlet, tentang

gambaran cara mengatasi kecemasan pada cabang olahraga atletik.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR,


DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Kajian yang dilakukan dalam penelitian ini merupakan ruang lingkup

kecemasan atlet, yang mana untuk mengatasi tingkat kecemasan atlet peneliti

mencoba menggunakan treatment dua latihan imagery yang mana kedua latihan

tersebut adalah : 1) latihan imagery script, 2) latihan imagery video, latihan

imagery merupakan salah satu bentuk latihan mental yang digunakan untuk

mengatasi permasalahan psikis atlet yaitu tingkat kecemasan, 3) proporsi tingkat

kecerdasan emosional yang dimiliki seorang atlet atletik harus dikontrol sebaik

mungkin agar bisa mengatasi kecemasan yang muncul ketika berlomba.

Peneliti memaparkan penjelasan dan beberapa hasil penelitian terdahulu

yang mendukung penelitian ini. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini

antara lain :

1) Penelitian yang dilakukan oleh Titis Ciptaningtyas tentang program

intervensi imagery untuk mengatasi kecemasan kompetitif pada atlet

bulutangkis dewasa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu

partisipan mengalami penurunan kecemasan kognitif dan somatik

sedangkan partisipan lainnya kecemasan kognitif meningkat namun

kecemasan somatik tidak berubah.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Naimatul Jamaliah tentang pengaruh

hypnotherapy dan tingkat kecemasan terhadap konsentrasi atlet putri bola

13
14

voli club Pekerjaan Umum (PU) Deli Serdang Sumatera Utara Tahun 2015.

Diperoleh kesimpulan tidak adanya pengaruh yang signifikan treatment

hypnotherapy dan tingkat kecemasan terhadap konsentrasi.

3) Penelitian yang dilakukan Ni Luh Riza Sripurwanthi (2016), yang berjudul

“Pengaruh Relaksasi dan Jenis Kelamin Terhadap Penurunan Kecemasan

dan Peningkatan Efikasi Diri”. Dari hasil penelitian disimpulkan

bahwasanya treatment relaksasi otot progresif memberikan pengaruh lebih

baik untuk menurunkan kecemasan, untuk treatment ananda’s integral

meditative yoga memberikan pengaruh lebih baik untuk meningkatkan

efikasi diri.

4) Penelitian yang dilakukan Ade Hindu Prastya (2016) tentang Pengaruh yoga

dan kecerdasan emosional terhadap konsentrasi pada tim sepak bola

Undiksha Singaraja 2016. Diperoleh kesimpulan bahwasanya (1) terdapat

perbedaan antara pranayama yoga dan guided meditation terhadap

konsentrasi, (2) tidak terdapat perbedaan perbedaan pengaruh kecerdasan

emosional terhadap konsentrasi, (3) tidak terdapat interaksi yoga dan

kecerdasan emosional terhadap konsentrasi.

5) Penelitian yang dilakukan oleh S.H Mousavi (M.Sc) dan Abolfazl Meshkini

(Ph.D) (2011) tentang “The Effect of Mental Imagery upon the Reduction of

Athletes` Anxiety during Sport Performance”. Penelitian ini mencoba untuk

mempertimbangkan efek mental imagery pada pengurangan kecemasan atlet

selama kinerja olahraga dengan menggunakan metode analisis dokumenter.

Hasilnya menunjukkan bahwa mental imagery akan sangat mengurangi


15

`kecemasan atlet dan meningkatkan kinerja mereka, khususnya, jika strategi

psikologis lain seperti self-talk, relaksasi dan penetapan tujuan.

6) Penelitian yang dilakukan oleh Ali Pouladi Reishehry, Masoud Sayady,

Mohammad Reza Bahrani dan Maboud Omidi (2013) tentang “Investigation

of the Effectiveness of Progressive Muscle Relaxation and Imagery in

Reducing Anxiety in athletics”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

relaksasi metode yang efektif dalam bentuk relaksasi otot dan imagery

untuk mengurangi kecemasan.

7) Penelitian yang dilakukan Seyedeh Vajiheh Seyed Ashrafi dan Rasoul

Hemayattalab (2015) tentang “A Comparison of Elite and Non-elite

Athletes’ Sport Imagery Ability”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada

perbedaan yang signifikan antara atlet elit dan non-elit dalam hal

kemampuan imagery olahraga dan yang subskala, yaitu skill, strategi, dan

tujuan.

Kaitannya dengan penelitian ini adalah variabel dengan penggunaan metode

penelitian yang sama dapat digunakan sebagai referensi pembanding untuk

menyempurnakan penelitian.

2.2 Kerangka Teoritis

2.2.1 Hakikat Cabang Olahraga Atletik

Atletik merupakan aktivitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

yang dinamis dan harmonis, yaitu jalam, lari, lompat, dan lempar. Bila dilihat dari

arti atau istilah, atletik berasal dari bahasa Yunani yaitu Atlhonatau Athlum yang

berarti “lomba atau perlombaan/pertandingan”. Amerika dan sebagian di Eropa


16

dan Asia sering memakai istilah atletik dengan Track and Field. Dan negara

Jerman memakai kata Leicht Athletik dan negara Belanda memakai kata Athletiek.

Atletik merupakan cabang olahraga yang diperlombakan pada olimpiade

pertama pada 776 SM. Atletik disebut juga sebagai Ibu dari olahraga lain nya

(Mother Of Sport). Induk organisasi untuk olahraga atletik di Indonesia adalah

PASI (Persatuan Atletik Seluruh Indonesia).

Yunani adalah bangsa pertama yang menyelenggarakan perlombaan

olahraga Atletik. Atletik sendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu "Athlos" artinya

adalah lomba. Pada waktu itu cabang olahraga atletik dikenal dengan pentahlon

atau panca lomba dan decathlon atau dasa lomba.

Pada sebuah Buku Odysus karya dari Hemerun menjelaskan jika

petualangan Odysus saat berkunjung ke kepulauan di sebelah selatan Yunani

disambut oleh kepala suku dengan mengadakan upacara penyambutan. Diacara

tersebut ada beberapa lomba yang diperlombakan seperti lompat, lari, lempar

cakram, gulat dan tinju. Sedangkan pada tahun 776 SM bangsa Yunani

mengadakan Olympiade. Dalam lomba tersebut pemenang adalah yang menjadi

juara Petahlon.

Olympiade yang modern dilaksanakan atas usulan dari seorang berasal

dari Perancis yang bernama Baron Peire Louherbin pada tahun 1896 di Athena,

Yunani. Dalam ajang ini cabang atletik merupakan tambang medali yang menjadi

perebutan.

Organisasi Olahraga Atletik Internasional terbentuk pada 17 Juli 1912 di

Stockhom, Swedia. Pembentukan tersebut bersamaan dengan Olympiade ke-5,


17

Organisasi tersebut bernama “International Amateur Athletic Federation” atau

dapat disingkat dengan IAAF.

Sejarah Atletik di Indonesia mulai terbentuk pada 3 September 1950, pada

tahun tersebut Indonesia mendirikan Persatuan Atletik Seluruh Indonesia atau

biasa disingkat dengan PASI.

2.2.2 Nomor dalam Atletik

1. Nomor Jalan dan Lari

Pengertian Lari menurut kamus besar bahasa indonesi adalah Gerakan

melangkah dengan kecepatan tinggi, akan tetapi lari sangatlah berbeda dengan

melangkah dikarenakan ketika kita melakukan lari kaki tidak bersamaan

menyentuh tanah seperti kita berjalan. Dalam Olahraga atletik lari menjadi salah

satu nomor yang dipertandingkan dan dibagi kedalam 3 (tiga) macam diantaranya:

1) Jalan cepat

a. Putri : 10 dan 20 km

b. Putra : 20 dan 50 km

2) Lari jarak pendek

Lari sprint di kenal dengan nama lari jarak 100 meter hampir sama

dengan lari jarak pendek, cuma bedanya lari jarak pendek mempunyai

jangkau 50-400 meter.

Lari jarak pendek dilakukan sepanjang 50 hingga 400 meter. Siapa

yang tercepat ke garis finish dialah pemenangnya. Lari ini memiliki tujuan

seperti untuk memaksimalkan kecepatan horizontal. Kunci atlet berlari

terletak di langkah dan frekuensi langkah sendiri. untuk lari jarak pendek
18

putra dan putri adalah 100 m, 200 m, dan 400 m. Ada beberapa tahapan

jangka pendek. yaitu fase reaksi dan drive, percepatan tahap fase transisi,

tahap kecepatan maksimum, pemeliharaan kecepatan fase dan selesai.

3) Lari Jarak Menengah

Lari jarak menengah menempuh jarak 800 sampai 150 meter. Sebelum

berlari, peserta akan menempelkan telapak tangannya ke tanah. mata

memandang ke depan. mengayunkan lengan seperlunya. menyondongkan

badan ke depan secara vertikal.

Mengayunkan paha ke depan yang disesuaikan dengan panjang tungkai

sambil mengangkat lutut lebih tinggi. pada lari jarak menengah kaki

menapal bal hell-ball, dimana ujung kaki dan tumit menolak tanah

menggunakan ujung kakinya. Pada hitungan ketiga dilakukan dengan cara

berdiri. Poin penting pada lari jarak menengah ini adalah berlari

seadannya. jangan terlalu memaksakan. Saat mendekati finish, pastikan

kecepatan lari dipercepat.

4) Lari jarak Jauh

Disebut juga sebagai lari Marathon. Jarak yang ditempuh lari

Marathon mencapai 3000 meter ke atas. Lari marathon pertamakali diraih

oleh Marathon. Perlombaan lari ini dilakukan di luar, biasannya

menggunakan jalan umum

5) Lari Estafet

Lari estafet merupakan lari yang dilakukan secara bersambung oleh

satu team. Setiap team terdiri dari 4 orang dan dilakukan dengan cara
19

memberikan tongkat estafet ke setiap pelari dengan cara sambung

menyambung. Dan saat memberikan tongkat estafet dari pelari ke pelari

lainnya, jaraknya sudah ditentukan jadi tidak boleh asal-asalan.

Lari sambung menyambung salah satu perlombaan lari yang

membutuhkan kekompakan tim. Peserta berlari membawa tongkat.

kemudian di putaran pertama pelari memberikan tongkat kepada pelari

kedua dan seterusnya. Syarat lari estafet lebih dari satu orang. saat peserta

memberikan tongkat ke temannya ada aturan tersendiri.

Jarak yang terdapat pada lari estafet ini biasanya meliputi 4 x 100

meter dan 4 x 400 meter. Maksudnya adalah jarak setiap pelari ke pelari

lainnya adalah 100 meter atau 400 meter. Yang dilakukan dengan

sambung menyambung dengan membawa tongkat estafet yang kemudian

diberikan dari pelari pertama ke pelari kedua ke pelari ketiga dan sampai

ke pelari keempat.

6) Lari Gawang

7) Lari Ladang atau Cross Country atau Lari Lintas Alam

8) Lari 3000m halang rintang (Steplechase)

Lomba lari halang rintang menempuh jarak 3000 meter. Saat berlari.

peserta mendapatkan banyak halangan dan rintangan. Rintangan ini

dibedakan menjadi rintangan gawang dan rintangan water jump.

Atlet pelari satu ini memang harus memiliki kecepatan lari yang super

cepat. tetapi mampu bertahan berlari cepat sepanjang 5000 meter ditambah
20

kemampuan untuk melawan rintangan yang telah disiapkan oleh panitia

lomba.

9) Combined Event (nomor lomba gabungan) Yaitu panca lomba (untuk

kelomok remaja), sapta lomba (junior putra dan putri dan senior putri), dan

dasa lomba (senior putra).

2. Nomor Lompat

Lompat menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah Bergerak dengan

mengangkat kaki yang diawali dengan awalan secara bersama sama, dalam atletik

lompat dibagi kedalam beberapa cabang yaitu :

1) Lompat tinggi

Lompat tinggi merupakan olahraga yang menguji ketrampilan

melompat dengan melewat tiang mistar.Lompat tinggi adalah salah satu

cabang dari atletik. Tujuan olahraga ini untuk memperoleh lompatan

setinggi-tingginya saat melewati mistar tersebut dengan ketinggian

tertentu.Lompat tinggi dilakukan di arena lapangan atletik.Lompat tinggi

dilakukan tanpa bantun alat.

2) Lompat Jauh.

Lompat jauh adalah suatu gerakan melompat ke depan atas dalam

upaya membawa titik berat badan selama mungkin di udara (melayang di

udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan

pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

Lompat jauh merupakan suatu gerakan melompat yang

menggunakan tumpuan pada satu kaki untuk mencapai jarak sejauh-


21

jauhnya. Sasaran dan tujuan lompat jauh adalah untuk mencapai jarak

lompatan sejauh mungkin ke sebuah titik pendaratan atau bak lompat.

Jarak lompatan diukur dari papan tolakan sampai ke batas terdekat dari

letak titik pendaratan yang dihasilkan oleh bagian tubuh.

3) Lompat Galah

Lompat Galah adalah lompat tinggi yang dibantu dengan

mengunakan galah untuk melewati mistar. Tujuannya adalah untuk

melompat yang setinggi-tingginya.

4) Lompat Jangkit

Lompat jangkit sering juga dikatakan dengan lompat jingkat atau

lompat tiga (triple jump). Namun istilah atau nama yang resmi

dipergunakan di Indonesia, yaitu yang tercantum di dalam buku

Peraturan Perlombaan yang dikeluarkan oleh PB PASI adalah lompat

jangkit (Hop Step Jump).

Lompat jangkit adalah suatu lompatan yang terdiri atas jingkat

(hop), langkah (step), dan lompat (jump) yang dilakukan secara berurutan

dan terpadu. Adapun rangkaian gerak secara lengkap adalah awalan,

jingkat, melangkah, dan diakhiri dengan melompat seperti pada lompat

jauh. Pada dasarnya dalam melakukan lompatan ini ada beberapa teknik

bagian yang sangat penting diantaranya adalah Teknik Awalan, tumpuan,

Melayang dan ketika mendarat.

3. Nomor Lempar.
22

Pengertian Lempar Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

melontarkan jauh-jauh suatu benda. Lempar termasuk kedalam nomor yang

dilombakan dalam Atletik.

1) Tolak Peluru

Tolak peluru adalah suatu bentuk gerakan menolak atau mendorong

suatu alat bundar(peluru) dengan berat tertentu yang terbuat dari logam,

yang dilakukan dari bahu dengan satu tangan untuk mencapai jarak

sejauh jauhnya.

2) Lempar Lembing

Lempar lembing merupakan salah satu cabang olahraga dalam

atletik. Olahrga ini dilakukan dengan melemparkan lembing dalam jarak

tertentu. Untuk mencapai jarak maksimum, atlet harus menyeimbangkan

tiga hal, yaitu kecepatan, teknik dan kekuatan.

Ukuran, bentuk, berat minimum dan pusat gravitasi dari lembing

ditentukan oleh aturan dari International Association of Athletics

Federations (IAAF). Dalam kejuaraan internasional, laki-laki melempar

lembing yang panjanganya antara 2,6-2,7 meter dan dengan berat

minimum 800 gram. Sementara itu, perempuan melempar lembing yang

panjangnya antara 2,2-2,3 meter dan dengan berat minimum 600 gram.

Lembing tersebut dilengkapi dengan pegangan yang terbuat dari tali dan

terletak di pusat gravitasi lembing. Untuk laki-laki letak pusat gravitasi

antara 0,9-1,06 meter sedangkan untuk perempuan terletak antara 0,8-

0,92 meter.
23

3) Lempar Cakram

Lempar cakram (Bahasa Inggrisnya Discus Throw) adalah salah satu

cabang olahraga atletik. cakram yang dilempar berukuran garis tengah

220 mm dan berat 2 kg untuk laki-laki, 1 kg untuk perempuan. Lempar

cakram diperlombakan sejak Olimpiade I tahun 1896 di Athena, Yunani.

Cara melempar cakram dengan awalan dua kali putaran badan

caranya yaitu: memegang cakram ada 3 cara, berdiri membelakangi arah

lemparan, lengan memegang cakram diayunkan ke belakang kanan

diikuti gerakan badan, kaki kanan agak ditekuk, berat badan sebagian

besar ada dikanan, cakram diayunkan ke kiri, kaki kanan kendor dan

tumit diangkat, lemparan cakram 30 derajat lepas dari pegangan, ayunan

cakram jangan mendahului putaran badan, lepasnya cakram diikuti badan

condong ke depan.

4) Lontar Martil

Sumber :http://gudangilmuikor.blogs.uny.ac.id/2016/09/28/definisi-dan-
nomor-nomor-cabang-atletik/ diakses tanggal 07/02/2017

2.2.3 Hakikat Kecerdasan Emosional

Saam & Wahyuni (2013:159) mendefinisikan kecerdasan emosional

adalah kemampuan memantau perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain serta

menggunakan informasi untuk mengarahkan pikiran dan tindakan. Saam dan

Wahyuni menekankan kecerdasan emosional pada pengelolaan emosi untuk

mengontrol perilaku sendiri. Kecerdasan emosi terdiri atas dua kata, yaitu

kecerdasan dan emosi. Kecerdasan itu sendiri bermula pada pikiran yang ada pada

manusia merupakan kombinasi antara kemampuan berpikir (kemampuan


24

kognitif), kemampuan terhadap affection (kemampuan pengendalian secara

emosi), dan unsur motivasi (atauconation). Pemahaman mengenai kecerdasan

sangat berkaitan dengan unsur kognitif yang berkaitan dengan daya ingat,

reasoning (mencari unsur sebab akibat), Judgement (proses pengambilan

keputusan), dan pemahaman abstraksi (Puspasari, 2009:8).

Pemahaman mengenai emosi berkaitan dengan fungsi mental, dimana

sangat berkaitan dengan suasana hati (mood), pemahaman diri dan evaluasi, serta

kondisi perasaan lain seperti rasa bosan ataupun perasaan penuh dengan energi

(Danang Setya Anggara, 2013:43). Menurut Cooper kecerdasan emosional adalah

kemampuan merasakan, memahami, menerapkan kepekaan emosi sebagai energi,

informasi, koreksi dan pengaruh yang manusiawi (dalam Saam dan Wahyuni,

2013:159). Cooper menekankan pengertian kecerdasan emosional pada

kemampuan memahami dan menerapkan emosi sebagai kekuatan untuk perilaku

yang baik.

EQ (Emotional Quotient) merupakan kemampuan untuk memotivasi diri,

mengendalikan perasaan dan dorongan hati menjaga agar stres tidak mematikan

kemampuan berpikir, berempati dan mengaplikasikan kecerdasan emosi secara

efektif (Muhamad Fazari, 2017:34). Ditambahkan pendapat Goleman (dalam

Saam & Wahyuni, 2013:160) yang mengatakan bahwa kecerdasan emosional

adalah pengendalian diri, semangat, ketekunan, dan kemampuan memotivasi diri

serta berempati. Goleman menekankan kecerdasan emosional pada empat aspek

yaitu pada pengendalian diri, semangat, ketekunan, dan motivasi diri.


25

Saam & Wahyuni (2013:160) mengatakan kecerdasan emosional adalah

kemampuan mengenali, memahami, mengatur, menggunakan emosi secara efektif

dalam hidup. Davis memfokuskan pemahaman kecerdasan emosional pada

pemahaman dan penggunaan emosi secara efektif dalam hidup.

Menurut Goleman (dalam Saam & Wahyuni, 2013:160) memberikan ciri-

ciri kecerdasan emosional dalam lima wilayah :

1) Mengenali diri, artinya mengenal perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Ini

merupakan dasar dari kecerdasan emosi yaitu kemampuan memantau

perasaan dari waktu ke waktu. Kesadaran seseorang pada emosinya sendiri

yang memiliki makna waspada terhadap suasana hati.

2) Mengelola emosi, kemampuan menangani perasaan agar dapat terungkap

dengan tepat. Tergantung pada kesadaran sendiri seperti kemampuan untuk

menghadapi badai emosi juga dapat memperkirakan beberapa lama emosi

berlangsung.

3) Memotivasi diri sendiri, kemampuan menata emosi sebagai alat untuk

mencapai tujuan, yaitu kemampuan menahan diri.

4) Mengenali emosi orang lain, keterampilan bergaul berdasarkan kesadaran diri

emosinya. Piawai mengenali emosi orang lain, dikatakan juga memiliki

kesadaran yang tinggi, semakin terbuka pada emosi diri sendiri, makin

mampu mengenal dan mengakui emosi orang lain. Makin mudah seseorang

membaca perasaan orang lain.

5) Membina hubungan, merupakan salah satu kemampuan mengelola emosi

orang lain. Agar terampil membina hubungan dengan orang lain, seseorang
26

harus mengenal dan mengelola emosinya. Untuk bisa mengelola emosi orang

lain, sseorang perlu terlebih dahulu mampu mengendalikan diri.

Mengendalikan emosi yang mungkin berpengaruh buruk dalam hubungan

sosial, menyimpan dulu kemarahan dan beban stress tertentu, dan

mengekspresikan perasaan diri.

Berdasarkan definisi dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengontrol, mengelola

dan memahami pikiran dan perilaku sendiri hingga muncul pada suatu tindakan

yang baik.

2.2.4 Hakikat Latihan Imagery

Menurut Terry Orlick (dikutip oleh David Yukelson dalam Gunarsa,

2004:103) mengatakan imagery murujuk pada proses merasakan yang sangat

intens, seolah-olah perasaan tersebut merupakan keadaan yang sebenarnya.

Bahkan Vealey dan Greenleaf (dalam Komarudin, 3013:87)

mendefinisikan Imagery sebagai : “As re-creating or creating, as polysensory

experience, as the absence of external stimuli” yang artinya menciptakan atau

menciptakan kembali, sebagai pengalaman polysensory, sebagai tidak adanya

rangsangan eksternal. Imagery merupakan sebuah bentuk simulasi yang aktual,

dalam imagery berbagai pengalaman itu nyata melalui pancaindra (melihat,

merasakan, dan mendengarkan), tetapi secara keseluruhan pengalaman itu terjadi

di dalam otak (Komarudin, 2013:87). Menurut Singgih D Gunarsa dalam Apta

Mylsidayu (2014:94) Imagery adalah daya pikir untuk membayangkan,

mengkhayalkan, atau menciptakan gambaran atau kejadian dalam pikiran.


27

Imagery berarti gambaran-gambaran mental secara kolektif, yang

menyebabkan seseorang dapat membentuk gambaran-gambaran dalam otaknya

(Kartono & Gulo dalam Komarudin, 2013:87). Selanjutnya Hidayat dalam Apta

Mylsidayu (2014:94-95) menjelaskan imagery merupakan bayangan dalam

pikiran individu yang dapat mencakup apa saja yang dapat dilihat, didengar,

diraba, dibaui dan dicitarasakan. Sejalan dengan itu, Adisuyanto dalam Apta

Mylsidayu (2014:95) imagery merupakan teknik membayangkan sesuatu dalam

pikiran yang dilakukan secara sadar dengan tujuan untuk mencapai target,

mengatasi masalah, meningkatkan kewaspadaan diri, mengembangkan kreativitas,

dan sebagai simulasi gerakan/kejadian dalam olahraga.

Dalam latihan mental imagery akan terjadi proses visualisasi yaitu suatu

keterampilan melihat diri sendiri dalam benak atau layar mata hatinya, dengan

penuh kesadaran memanggil bayangan (gambaran) yang sudah dibayangkan

dalam proses imagery (Komarudin, 2013:87). Orlick yang dikutip Setyobroto

dalam Komarudin (2013:87) menjelaskan : “mental imagery adalah suatu simulasi

yang terjadi dalam otak. Dalam hal ini atlet atau seseorang akan menciptakan

sebuah adegan dalam otaknya terkait dengan apa yang dia inginkan.

Imagery juga digunakan untuk tujuan rehabilitasi, fokusnya adalah untuk

memelihara dalam memotivasi untuk sembuh dan melatih kembali latihan

rehabilitasi. Menurut Burke imagery pada waktu cedera dapat digunakan untuk

dua tujuan utama, yaitu: (1) digunakan untuk melatih keterampilan dan strategi

secara mental ketika atlet tidak mengikuti latihan fisik, jadi atlet masih bisa

bersama tim saat latihan; dan (2) membantu proses rehabilitasi, dengan
28

memberikan atlet perasaan pribadi yang lebih kuat untuk mengontrol semua

proses pemulihan (dalam Nurfadhila (2016:200).

Menurut Maksum, (2008:119-120) Imagery mempunyai beberapa sifat

yang diantaranya: bersifat visual (melihat gambar), audiotory (mendengar suara),

olfactory (penciuman), kinesthetic (keseimbangan), tactile (perabaan),

taste/gustatory (pengecap), dan mental rehearsal (mengingat kembali).

Sedangkan untuk jenis imagery dibagi menjadi dua yaitu imagery internal

(dilakukan dari perspektif diri individu) dan imagery eksternal (dilakukan dari

perspektif orang lain).

Berbeda dengan pendapat dari Weinberg & Gould dalam Nurfadhila

(2016:200) yang membedakan empat tipe imagery yaitu visual, kinestetik,

auditori dan olfactory. Imagery visual dan kinestetik merupakan hal yang penting

dalam imagery. Terdapat beberapa metode dalam melakukan imagery di

antaranya adalah dengan memasang foto, gambar atau poster petenis idola;

melihat video dan dengan panduan naskah.

Menurut Shearer et.al dalam Nurfadhila (2016:200) script imagery

merupakan pendekatan tradisional latihan imagery dengan naskah tertulis sebagai

panduan latihan. Williams dalam Nurfadhila (2016:200) berpendapat bahwa script

imagery adalah latihan imagery yang menggunakan panduan pengalaman imagery

berupa script atau naskah. Dapat disimpulkan bahwa script imagery adalah bentuk

latihan imagery yang menggunakan naskah sebagai panduan pelaksanaanya.

Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun script

imagery. Menurut Williams dalam Nurfadhila(2016:200) terdapat empat hal yang


29

perlu diperhatikan dalam menyususn script untuk latihan imagery di antaranya:

(1) siapa yang akan menggunakan script, (2) kapan dan dimana script digunakan,

(3) mengapa script digunakan, dan (4) apa yang akan dibayangkan.

Dari teknis pelaksanaan latihan script imagery yang sudah dijelaskan

tersebut, dapat dilihat bahwa dalam pelaksanaannya membutuhkan daya imajinasi

dan persepsi yang tinggi. Selain dengan latihan script imagery, latihan imagery

dapat dilakukan dengan bantuan video.

Banyak atlet yang memperoleh gambaran yang bagus dan jelas dengan

cara melihat suatu video. Menurut Shearer dalam Nurfadhila (2016:201) video

imagery merupakan suatu bentuk latihan imagery dengan menggunakan video

sebagai alat bantu. Huda dalam Nurfadhila (2016:201) berpendapat bahwa video

imagery merupakan bentuk latihan yang melibatkan banyak indera (multi-

sensory). Berdasarkan hasil penelitian video imagery membantu mengembangkan

kemampuan imagery, memberikan gambaran yang detail/rinci, multisensory, dan

prosisi stimulus (Shearer dalam Nurfadhila, 2016:201).

Latihan video imagery dapat dilakukan hampir setiap saat dengan bantuan

melihat video. Video imagery dapat dilakukan sebelum maupun sesudah latihan,

dan dapat dilakukan di waktu luang. Pada pelaksanaan latihan video imagery,

rekaman yang dilihat dapat berupa rekaman diri sendiri atau rekaman orang lain.

Tujuan melihat video adalah untuk membantu mengembangkan

kemampuan imagery, memberikan gambaran yang detail/rinci, multi-sensory, dan

proposisi stimulus (Shearer, dalam Nurfadhila, 2016:201). Video yang


30

memvisualisasikan situasi dan kondisi perlombaan akan sangat membantu dalam

mengontrol mental atau psikis seseorang.

Menurut Smith & Holmes dikutip Shearer dalam Nurfadhila, (2016:201)

video imagery lebih efektif daripada script imagery. Video imagery dapat

dijadikan suatu solusi yang diberikan untuk meningkatkan efektivitas intervensi

imagery dengan memutar kembali video rekaman saat atlet sedang bermain. Video

imagery dapat mengoptimalkan panca indera.

2.2.5 Imagery Dalam Olahraga (Where, What, When, dan Why)

Imagery dalam olahraga (Apta Mylsidayu, 2014:96) ditentukan oleh (1)

where (dimana imagery bisa dilakukan?), artinya, imagery dilakukan saat latihan,

pertandingan, off training, atau setelah latihan. (2) What (apa yang di-imagery-

kan?), artinya imagery yang dilakukan adalah membayangkan keterampilan gerak

cabang olahraga yang digeluti. (3) When (kapan imagery dilakukan?), artinya

imagery dilakukan sebelum, selama, dan sesudah berlatih atau bertanding, dan (4)

why (mengapa imagery dilakukan?), artinya imagery dilakukan untuk mengingat

kembali keterampilan gerak yang telah dipelajari.

2.2.6 Klasifikasi Latihan imagery

Latihan imagery diklasifikasikan menjadi beberapa bentuk latihan. Hall

yang dikutip oleh Lane dalam Komarudin (2013:88-89), mengklasifikasikan

latihan imagery menjadi lima bentuk yaitu :

1) Cognitive Specific (CS) : imagery ini khusus untuk keterampilan olahraga

yang spesifik, seperti tembakan bebas dalam bola basket.


31

2) Cognitif General (CG) : imagery ini merupakan strategi yang dilakukan

secara rutin, seperti strategi pertahanan dan penyerangan yang dilakukan

oleh tim sepakbola.

3) Motivational spesific (MS) : imagery ini dilakukan untuk menentukan

tujuan secara spesifik, dan membentuk perilaku yang berorientasi pada

tujuan, seperti atlet angkat berat ingin mencapai rekor angkatan,

memperoleh medali dalam kejuaraan.

4) Motivational general mastery (MGM) : imagery berhubungan dengan

emosi dan performa, seperti merasa gembira dan semangat ketika

bertanding di depan penonton yang banyak.

5) Motivational general mastery (MGM) : imagery terkait dengan

penguasaan situasi olahraga, seperti atlet sepakbola tetap fokus ketika

berada pada posisi dicaci-maki oleh penggemarnya.

2.2.7 Karakteristik Imagery

Karakteristik latihan imagery dapat dibagi menjadi beberapa bagian.

Apruebo dalam Komarudin (2013:90-91) menjelaskan sebagai berikut :

1. Vividness. Karakteristik ini menggambarkan sebuah peristiwa olahraga

dengan jelas, realistik, melibatkan pancaindra, dan dilakukan secara detail.

2. Multisensory. Latihan ini memungkinkan dapat melibatkan pancaindra,

misalnya melihat gerak, merasakan gerakan sendiri, mendengarkan suara,

dan mencium bau. Selain itu, berusaha untuk menciptakan kembali rasa

gerak yang sebenarnya. Gambaran tersebut lebih dekat dan nyata dalam
32

pikiran, emosi, perasaan gerak, dan transfer yang lebih baik kepada

performa yang sebenarnya.

3. Controllability. Membuat gambaran mengenai apa yang atlet inginkan

untuk ditampilkan. Masalah yang biasa dilakukan terkait dengan

bagaimana mengendalikan gambaran gerak, biasanya dengan cara

mengulang-ulang kesalahan atau kegagalan, dan mengingat gambaran

gerak yang sebenarnya. Dengan demikian, latihan keterampilan mental

membutuhkan latihan supaya berkembang lebih sempurna.

4. Internal atau eksternal perspektif. Perspektif internal mengacu kepada

memvisualisasikan olahraga atau peristiwa tertentu melalui pandangan

mata pelaku. Sedangkan perspektif eksternal mengacu kepada melihat atau

menonton penampilan atlet pada sebuah video. Imagery internal lebih

fokus pada kompetisi. Imagery internal lebih fokus pada kompetisi.

Imagery eksternal lebih baik untuk mengkoreksi keasalahan yang

dilakukan atlet.

5. Master rehearshal. Atlet melihat penampilan dirinya sendiri secara

sempurna dengan penuh percaya diri dan penuh perhatian. Perhatiannya

tertuju untuk memperhatikan permainan atau performa terbaiknya. Atlet

mendengarkan suara, merasakan energi, adrenaline, intensitas, dan

merasakan emosi positif yang ada dalam tubuhnya dan dibayangkan dalam

benaknya.

6. Coping rehearsal. Atlet melihat keberhasilan dalam mengatasi kesalahan

dan kemundurannya dengan penuh percaya diri. Atlet mengidentifikasi


33

situasi yang menyebabkan masalah, dan memvisualisasikan respon yang

tepat dalam mengatasi masalah dalam waktu yang sudah ditetapkan.

2.2.8 Dasar-dasar latihan imagery dan manfaat latihan imagery

Adapun dasar-dasar latihan imagery dalam olahraga (Apta Mylsidayu,

2014:97-98) sebagai berikut :

1) Ketajaman, dengan melakukan membayangkan hal-hal yang sudah sangat

dikenal dan membayangkan suatu keterampilan khusus yang sudah

dimiliki, serta membayangkan keseluruhan penampilan secara baik.

2) Keterkendalian, yaitu mengendalikan perilaku.

3) Latihan imagery harus dilakukan setiap hari.

4) Mengevaluasi keterampilan imagery

5) Kondisi rileks, merupakan prasyarat bagi bentuk-bentuk latihan imagery.

6) Harapan yang realistis dan motivasi yang cukup

7) Bersikap positif

8) Waktu imagery dilakukan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya

sebagian sarana untuk memindahkan kondisi imajiner ke kondisi realita.

Sementara itu manfaat latihan imagery (Apta Mylsidayu, 2014:98-99)

sebgai berikut:

1. Untuk mengembangkan kepercayaan diri atlet, kepercayaan diri

merupakan keyakinan akan kemampuan atlet untuk sukses dalam

mencapai tujuannya. Dengan latihan imagery, atlet akan mampu

meningkatkan dan mengantisipasi apa yang akan terjadi. Apabila sukses

dalam latihan mental imagery maka akan semakin yakin pada


34

kemampuannya, dan peningkatan ini dapat meningkatkan kepercayaan

dirinya.

2. Untuk mengembangkan stategi prekompetisi dan kompetisi. Atlet diajari

untuk memahami situasi baru sebelum turun di gelnggang yang

sebenarnya. Untuk itu, apa yang akan terjadi dapat diantisipasi oleh atlet,

dengan antisipasi ini, mudah melakukan adaptasi terhadap berbagai

kemungkinan hal yang terjadi, belajar untuk mempertahankan perasaan

tenang dibawah tekanan sehingga emosi dapat dikendalikan secara

konstruktif.

3. Membantu atlet memfokuskan perhatian atau konsentrasinya pada suatu

bentuk keterampilan tertentu yang sedang dilatihnya. Hal ini bisa

dilakukan pada masa latihnya. Hal ini bisa dilakukan pada masa latihan

(training session).

4. Membantu atlet memfokuskan diri pada pertandingan. Apabila ingin fokus

pertandingan, emntal imagery dapat dilakukan saat dibutuhkan. Sewaktu-

waktu bisa mengingat kembali atau membayangkan kembali keterampilan

yang bisa dilakukan di saat mengalami kesulitan dilapangan.

Tujuan utama imagery digunakan dalam olahraga menurut Murphy dalam

Nurfadhila (2016:200), di antaranya yaitu: (1) mempelajari keterampilan baru, (2)

melatih kembali keterampilan sepanjang waktu, (3) ritual sebelum tampil, (4)

mengembangkan strategi dan rencana, (5) mengurangi kecemasan pertandingan,

(6) meningkatkan psikologis, (7) mengatur ketegangan, (8) meningkatkan

kepercayaan, (9) meningkatkan motivasi, (10) meningkatkan konsentrasi, (11)


35

rehabilitasi dari cedera, dan (12) membangun kerja sama tim. Hal ini juga

diperkuat oleh Tenenbaum dan Eklund dalam Nurfadhila (2016:200) yang

menyatakan manfaat imagery diantaranya, yaitu untuk pengembangan dan

perbaikan kete-rampilan mental, pengenalan tempat bertanding kepada atlet, serta

pemanasan secara mental.

Melihat dari berbagai pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

pengertian dari imagery adalah salah satu bentuk latihan mentalyang

menggunakan berbagai indera pada saat membentuk suatu gambaran atau

poladalam pikiran (pada saat melakukan imagery) sehingga semua inderasecara

intens mengalami kejadian pada proses imagery yang seakanmelakukannya secara

nyata. Dimana latihan ini memiliki tujuan untuk meningkatkan kinerja atlet dalam

olahraga baik dalam proses berlatih maupun pada saat tampil dalam sebuah

pertandingan atau perlombaan.

2.2.9 Panduan Imagery

Berikut ini tahap-tahap yang harus dilalui dalam menjalankan latihan

imagery ini (Heny Setyawati, 2014:55-56).

1. Duduklah di tempat yang nyaman dan tidak ada gangguan.

2. Nyamankan tubuh dengan mengambil nafas panjang dan perlahan-lahan.

3. Tutup mata dan ciptakan gambaran yang jelas dan meyakinkan. Gambaran ini

bisa jadi merupakan gambaran dari peristiwa yang pernah dialami atau bisa

juga sesuatu yang diinginkan.

4. Jika tiba-tiba muncul gambaran lain yang mengganggu atau tiba-tiba berfikir

tentang sesuatu yang lain, segeralah sadari dan kembali ke gambaran semula.
36

5. Fokuslah pada pernafasan jika kehilangan gambaran yang diinginkan tadi.

6. Pertahankan sikap yang positif.

7. Bayangkan penglihatan, suara-suara, rasa, perasaan, bahkan bau dari

pengalaman.

8. Catatlah detil-detil dari gambaran tersebut sebaik mungkin. Apa yang

dipakai, siapa saja yang ada disana, apa yang didengar, bagaimana perasaan

Anda?

9. Jika sesi latihan imagery itu tidak berjalan sesuai keinginan, maka bukalah

mata dan segera memulainya lagi yang diawali dengan pernafasan.

10. Selalu mengakhiri latihan Imagery dengan gambaran yang positif.

Imagery bisa dipadu dengan teknik yang lain seperti self talk. Jika

dilakukan dengan teliti, maka imagery akan menjadi senjata yang ampuh untuk

mencapai prestasi.

2.2.10 Hakikat kecemasan

Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya “anxiety” berasal dari Bahasa

Latin “angustus” yang berarti kaku, dan “ango, anci” yang berarti mencekik.

Kecemasan biasanya berkaitan dengan ketegangan mental seseorang. Matt

Jarvis dalam Sukirno (2012:102), menyatakan bahwa anxiety atau kecemasan

merupakan negative emocional dengan perasaan nervus, selalu khawatir berkaitan

dengan kegiatan yang dilakukan. Orang yang mengalami kecemasan berlebihan

akan memiliki perasaan seolah-olah ada yang mengganggu atau mengancam

dirinya. Sehingga penampilan atau kinerja yang dilakukan tidak optimal.


37

Menurut Levitt, kecemasan dirumuskan sebagai “subjective feeling of

apprehension and heightens physiological arousal”, maksudya adalah perasaan

subjektif akan ketakutan dan meningkatkannya kegairahan secara fisiologik

(Singgih D Gunarsa, 2004:74). Kecemasan berbeda dari rasa takut biasa. Rasa

takut dirasakan jika ancaman berupa sesuatu yang sifatnya objektif, spesifik, dan

terpusat. Sementara itu kecemasan disebabkan oleh suatu ancaman yang sifatnya

lebih umum dan subjektif. Kecemasan merupakan reaksi biasa atau sesuatu yang

normal terjadi, misalnya dalam menghadapi suatu pertandingan.

Kecemasan adalah salah satu gejala psikologis yang identik dengan

perasaan negatif. Kecemasan dapat timbul kapan saja, dan salah satu penyebab

teradinya kecemasan adalah ketegangan berlebihan yang berlangsung lama.

Wiramihardja (2005:67) menjelaskan kecemasan (anxiety), yaitu suatu perasaan

yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan atau kehilangan

kepercayaan diri yang tidak jelas asal maupun wujudnya. Yang disebut cemas

disini adalah suatu keadaan perasaan, dimana individu merasa lemah sehingga

tidak berani dan mampu untuk bersikap dan bertindak secara rasional sesuai

dengan yang seharusnya.

Menurut Hawari dalam Apta Mylsidayu (2014:42), kecemasan adalah

gangguan alam persaan (affective) yang ditandai dengan perasaan ketakutan atau

kekhawatiran yang mendalam dan berkelanjutan, tidak mengalami gangguan

dalam menilai realitas, kepribadian masih tetap utuh (tidak mengalami keretakan

kepribadian / splitting of personality), perilaku dapat terganggu, tetapi masih

dalam batas-batas normal. Lebih lanjut dikatakan oleh Weinberg dan Gould dalam
38

Apta Mylsidayu (2014:43), bahwa anxiety atau kecemasan adalah keadaan emosi

negatif yang ditandai dengan gugup, khawatir, dan ketakutan dan terkait dengan

aktivasi atau kegairahan pada tubuh. Pada gejala cemas, biasanya didominasi oleh

keluhan-keluhan psikis (ketakutan dan kekhawatiran), tetapi dapat pula disertai

keluhan-keluhan somatik (fisik).

Anxiety atau kecemasan merupakan komponen jiwa yang sangat berkaitan

dengan mental, dan sangat berpengaruh terhadap kinerja seseorang, terutama bagi

atlet yang sedang menghadapi pertandingan atau perlombaan (Sukirno, 2012:241).

Orang yang terkena anxiety dapat dikatakan terganggu mentalnya atau dianggap

tidak sehat mentalnya. Karena anxiety yang berlebihan akan menganggu

konsentrasi yang mengakibatkan terkurasnya energi, sehingga pada akhirnya tidak

akan mendapatkan hasil maksimal.

Kecemasan memiliki dua komponen, yaitu terdiri dari kecemasan kognitif

(cognitive anxiety) yang ditandai dengan rasa gelisah dan ketakutan akan sesuatu

yang akan terjadi, sedangkan yang kedua adalah kecemasan somatik (somatic

anxiety) yang ditandai dengan ukuran keadaan fisik seseorang (Apta Mylsidayu,

2014:43).

Hubungan antara kecemasan dengan pertandingan diungkapkan Cratty

dalam Husdarta (2014:75) sebagai berikut : (a) pada umumnya kecemasan

meningkat sebelum pertandingan yang disebabkan oleh bayangan akan beratnya

tugas dan pertandingan yang akan datang. (b) selama pertandingan berlangsung,

tingkat kecemasan mulai menurun karena sudah mulai adaptasi. (c) mendekati
39

akhir pertandingan, tingkat kecemasan mulai naik lagi, terutama apabila skor

pertandingan sama atau hanya berbeda sedikit.

Bagan berikut memperlihatkan hubungan antara kecemasan dengan

pertandingan :

Gambar 1. Hubungan antara Kecemasan dengan Pertandingan

Tingkat Kecemasan

Sebelum perlombaan Selama perlombaan Sesudah perlombaan


Gunarsa (2008:40) mengemukakan bahwa “kecemasan sebagai

ketegangan mental yang biasanya disertai dengan gangguan tubuh yang

menyebabkan individu yang bersangkutan merasa tidak berdaya dan mengalami

kelelahan karena senantiasa harus berada dalam keadaan waspada terhadap

ancaman bahaya yang tidak jelas”.

Sehubungan dengan kecemasan, Charles Spielberger dalam Singgih D.

Gunarsa (2004:74), membagi kecemasan menjadi dua bagian, yaitu : trait anxiety

dan state anxiexy.

Trait anxiety adalah suatu predisposisi untuk mempersepsikan situasi

lingkungan yang mengancam dirinya (Singgih D. Gunarsa, 2004:74). Sedangkan

menurut Apta Mylsidayu (2014:45), trait anxiety adalah rasa cemas yang

merupakan sifat pribadi atau bawaan (sifat pencemas). Trait anxiety lebih bersifat

menetap bersifat pribadi, seperti orang yang mengalami kecemasan yang


40

berlebihan. Dimana kecemasan akan menghadirkan kegelisahan (tidak nyaman),

maka secara langsung akan mengganggu intensitas individu dalam melakukan

aktivitasnya, naik dalam aktivitas sehari-hari maupun aktivitas sehari-hari maupun

aktivitas olahraga baik dalam pertandingan maupun perlombaan (Sukirno,

2012:240).

Pada dasarnya, seseorang memiliki trait anxiety maka manifestasi

kecemasannya akan selalu berlebihan dan mendominasi aspek psikisnya.

Spielberger dalam Singgih D. Gunarsa (2004:74), merumuskan trait anxiety

sebagai berikut : Trait anxiety is a predisposition to perceive certain situations as

threathening and to respond to these situations with varying level of state anxiety,

yang artinya kecemasan ini merupakan kecenderungan untuk memahami situasi

tertentu sebagai ancaman dan untuk merespons situasi ini dengan tingkat yang

bervariasi dari kecemasan.

Trait anxiety merupakan kecemasan yang berlebihan terhadap seseorang

bersifat menetap, maka akan selalu tampak dimana yang bersangkutan merasa

terganggu, trait anxiety memiliki rujukan subjektif (Sukirno, 2012:241). Rasa

cemas akan timbul bilamana keamanan dirinya merasa kawatir akan terganggu,

maka secara psikologis menunjukkan gejala cemas berkaitan dengan rasa takut.

Selain trait anxiety juga dikenal istilah state anxiety.

State anxiety adalah keadaan emosional yang terjadi mendadak pada waktu

tertentu yang ditandai dengan kecemasan, takut, tegang, dan biasanya kecemasan

ini terjadi menjelang pertandingan, takut akan akibat sosial atas kualitas

prestasinya, takut cedera atau hal lain menimpa dirinya, takut terhadap agresi fisik
41

baik oleh lawan maupun dirinya, dan takut bahwa kondisi fisiknya tidak akan

mampu menyelesaikan tugasnya atau pertandingannya dengan baik (Apta

Mylsidayu, 2014:44). Sedangkan Singgih D. Gunarsa (2004:75), mengatakan

state anxiety adalah suatu keadaan emosional berupa ketegangan dan ketakutan

yang tiba-tiba muncul, serta diikuti perubahan fisiologis tertentu. Munculnya

kecemasan antara lain ditandai oleh gerakan-gerakan pada bibir, sering mengusap

keringat pada telapak tangan, atau pernafasan yang terlihat meninggi.

State anxiety merupakan keadaan objektif ketika seseorang

mempersepsikan rangsangan-rangsangan lingkungan, dalm hal ini pertandingan,

sebagai sesuatu yang memang menimbulkan ketegangan atau kecemasan.

Spielberger dalam Singgih D. Gunarsa (2004:75), merumuskan sebagai berikut :

“Anxiety states are charaterized by subjective, consciously perceived feelings of

apprehension and lension, accompanied by or associated with activation or

arausal of the autonomic nervous system”.

State anxiety bisa terjadi akibat emosional secara mendadak pada saat

tertentu, yang ditandai rasa takut yang sangat mendalam sehingga menimbulkan

ketegangan (stres) yang luar biasa, atau physichologis arousal (Sukirno,

2012:240). State anxiety memiliki rujukan objektif karena yang bersangkutan

timbul rasa cemas akibat keadaan tertentu. Sama halnya seseorang yang

menghadapi sesuatu yang membahayakan dirinya, maka akan terjadi rasa takut

yang luar biasa, maka menimbulkan terganggunya psikologis, dalam hal ini dapat

dikategorikan terganggu kesehatan mentalnya.


42

Dari beberapa pendapat tersebut, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa

kecemasan (anxiety) adalah keadaan emosi negatif atau perasaan subjektif akan

ketakutan yang ditandai dengan gugup, khawatir yang berkelanjutan, dan terkait

dengan aktivasi atau kegairahan pada tubuh sehingga meningkatkannya

kegairahan secara fisiologik.

2.3 Kerangka Berfikir

Kerangka berpikir merupakan suatu model konseptual yang berkaitan

dengan faktor-faktor penting dalam penelitian yang telah diidentifikasi sebagai

permasalahan dalam suatu penelitian, penelitian ini menggunakan sampel, yaitu

klub atletik Glagah Wangi Demak yang mengalami permasalahan pada tingkat

kecemasan atlet. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh club atletik

Glagah Wangi Demak, maka peneliti mencoba memberi treatment berupa

relaksasi dan imagery sesuai dengan prinsip-prinsip latihan, sasaran dan tujuan

latihan yang nantinya diharapkan memberi pengaruh pada tiap atlet untuk

mengatasi tingkat kecemasan pada saat sebelum dan saat menghadapi

perlombaan. Dalam penelitian ini latihan relaksasi dan imagery digunakan untuk

mengatasi tingkat kecemasan atlet pada cabang atletik.

2.3.1 Pengaruh Imagery Terhadap Tingkat Kecemasan Atlet

Imagery merupakan salah satu latihan yang efektif untuk diberikan kepada

atlet agar dapat mengendalikan kecemasan yang dialami dengan cara

membayangkan gerakan-gerakan atau membayangkan pada situasi tertentu

termasuk pada pertandingan yang akan dihadapi. Latihan imagery diberikan bagi
43

seorang atlet dan tidak terkecuali seorang atlet pemula yang ingin mengurangi

tingkat kecemasan.

Kepribadian atlet yang berbeda cenderung memiliki penguasaan psikis

yang berbeda pula, dalam hal ini tingkat kecemasan seseorang. Oleh karena itu,

dengan latihan imagery ini seseorang akan berlatih bagaimana cara

mensimulasikan kondisi sebelum dan saat pertandingan yang akan dihadapi dalam

fikirannya. Membayangkan kemungkinan setiap kejadian yang sudah atau akan

dihadapi, sehingga mental atlet terbentuk pada suatu kondisi dalam fikirannya

sehingga apa yang sudah tersimpan dapat menjadi lebih mudah dilakukan. Latihan

imagery akan efektif dilakukan untuk seseorang atau atlet dengan keinginan yang

datang dari diri sendiri bukan paksaan dari orang lain. Dalam penelitian ini

imagery digunakan untuk mengetahui tingkat kecemasan atlet sebelum

perlombaan.

2.3.2 Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Tingkat Kecemasan Atlet

Kecerdasan emosional adalah sejumlah kemampuan dan keterampilan

yang berkaitan dengan pembinaan hubungan sosial dengan lingkungan yang

merujuk pada kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan orang lain,

kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan

baik dan dalam hubungan dengan orang lain. Tanpa kecerdasan emosional,

kemampuan untuk memahami dan mengelola perasaan–perasaan kita dan

perasaan–perasaan orang lain menjadi sangat tipis. Kecemasan yang muncul dapat

juga disebabkan karena kecerdasan emosional seseorang yang rendah.


44

2.3.3 Interaksi antara Latihan Imagery dan Kecerdasan Emosional

Terhadap Tingkat Kecemasan Atlet

Imagery diterapkan sebagai treatment untuk mengatasi problematika

tingkat kecemasan yang dihadapi para atlet Klub Atletik Glagah Wangi Demak.

Perbedaan tingkat kecemasan berhubungan dengan kepribadian yang dimiliki oleh

atlet. Hubungan antara latihan imagery, kecerdasan emosional dan tingkat

kecemasan memiliki proses yang saling berinteraksi antara satu dengan yang

lainnya, sehingga memiliki relevansi dalam melakukan proses penelitian untuk

melihat perubahan kondisi atlet menjadi lebih baik.

Berikut kerangka berfikir terkait pengaruh imagery dan kecerdasan

emosional terhadap tingkat kecemasan atlet, dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2. Kerangka Berfikir Pengaruh Latihan Imagery dan Kecerdasan


Emosional Terhadap Tingkat Kecemasan Atlet.
AtletKlub Glagah Wangi Demak

Tingkat Kecemasan Tinggi

Latihan Imagery

Video Script

Kecerdasan Emosional
(Tinggi dan Rendah)

Tingkat Kecemasan Rendah


45

2.4 Hipotesis

Kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka dalam penelitian ini

diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh latihan imagery video dan script terhadap

tingkat kecemasan atlet Klub Atletik Glagah Wangi Demak.

2. Ada perbedaan pengaruh kecerdasan emosional tinggi dan rendah

terhadap tingkat kecemasan pada atlet klub atletik Glagah Wangi Demak.

3. Ada interaksi antara latihan imagery dan kecerdasan emosional terhadap

tingkat kecemasan atlet klub atletik Glagah Wangi Demak.


BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tersebut di atas, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan pengaruh antara latihan imagery video dan imagery

script terhadap tingkat kecemasan pada atlet klub atletik Gelagah Wangi

Demak. Latihan imagery video lebih baik dalam penurunan tingkat

kecemasan atlet dibandingkan dengan latihan imagery script.

2. Terdapat perbedaan pengaruh antara kecerdasan emosional tinggi dan

kecerdasan emosional rendah terhadap tingkat kecemasan pada atlet klub

atletik Gelagah Wangi Demak. Kecerdasan emosional tinggi lebih baik

dalam mengatasi kecemasan dibandingkan dengan kecerdasan emosional

rendah.

3. Terdapat interaksi antara latihan imagery dan kecerdasan emosional pada

tingkat kecemasan atlet klub atletik Gelagah Wangi Demak.

5.2 Implikasi Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian, implikasi penelitian adalah sebagai berikut :

1. Penerapan latihan mental imagery video dan script dapat mengurangi

tingkat kecemasan atlet, diharapkan dapat membantu penampilan atlet klub

atletik Gelagah Wangi Demak dalam perlombaan.

79
80

2. Penerapan latihan mental imagery video dan script dengan memperhatikan

psikis atau kecerdasan emosional atlet yang baik untuk membantu

mengatasi tingkat kecemasan atlet.

5.3 Saran

1. Bagi Pelatih

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi yang posistif bagi

pelatih dalam memberikan program latihan, terutama untuk program latihan

mental secara terstruktur dan berkelanjutan sehingga nantinya dapat

meminimalisir permasalahan psikis yang dihadapi atlet.

2. Bagi Atlet

Saran untuk atlet supaya memahami peran latihan mental untuk mengatasi

beberapa permasalahan psikis yang sering dihadapi atlet, sehingga nantinya atlet

mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya disamping kemampuan lainnya

yang memang harus disatu padukan.

3. Bagi Peneliti

Peneliti menyarankan agar hasil dari penelitian pengaruh latihan imagery

dan kecerdasan emosional terhadap tingkat kecemasan atlet klub atletik Gelagah

Wangi Demak, dapat dilanjutkan peneliti lain dan insan olahraga guna

pengembangan khususnya dalam hal peningkatan pencapaian prestasi atlet

sehingga mendapatkan hasil penelitian yang bermanfaat.

Bagi para peneliti lainnya yang berminat mengadakan penelitian lebih

lanjut disarankan untuk mengamati jumlah sampel yang akan diteliti, semakin

banyak sampel maka semakin memudahkan peneliti untuk lebih mendapatkan


81

hasil yang lebih baik. Tempat dan proses treatment sebaiknya dilakukan dalam

ruangan khusus yang memenuhi persyaratan tes. Pemilihan instrumen penelitian

yang lebih signifikan agar hasil skor lebih ajek.


DAFTAR PUSTAKA

Afriani, Yuni., Puspaningtyas, D. Ervira., Mahfida, S. Lailatul., Kushartanti,


Wara., & Farmawati, Arta. 2017. “Asupan Cairan dan Vitamin C dengan
Tingkat Kecemasan pada Atlet Sepak Bola di Yogyakarta”. Jurnal Media
Ilmu Keolahragaan Indonesia. Volume 7 (2) : 52-55.

Agustiar, Ogi & Sultoni, Kuston. 2016. “Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan
Hasil Pukulan Gate-In Pada Olahraga Woodball”. Jurnal Terapan Ilmu
Keolahragaan. Vol 1 (2) : 64-69.

Amaliya, S. Wilda. 2018. “Hubungan Antara Tingkat Emotional Quotient (EQ)


Dengan Prestasi Atlet Pencak Silat Kategori Tanding Putri”. Journal Of
Sport Coaching And Physical Education. Vol 1 (1) : 18-23.

Amasiatu, Athan N. 2013. “Mental Imagery Reharsal As A Psychological


Tecnique To Enhancing Sport Performance”. Nigeria. Education Research
International, 1(2), 69-77.

Amir, Nyak. 2012. “Pengembangan Alat Ukur Kecemasan Olahraga”. Jurnal


Penelitian dan Evaluasi Pendidikan. 16 (1) : 116-137.
Andiri, Linggi., Jajat, & Sultoni, Kuston. 2017. “Hubungan Kecerdasan Emosi
Dengan Prestasi Akademik Mahasiswa Olahraga”. Jurnal Terapan Ilmu
Keolahragaan. Vol.2 (2) : 137-141.
Anggara, D. Setya. & Kartiko, D. Cahyo. 2013. “Hubungan Kecerdasan Emosi
Terhadap Hasil Belajar Lay-Up Bola Basket Studi Pada Siswa Kelas Xi Ipa
5 Sma Negeri 2 Nganjuk”. Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan.
Vol 1 (1) : 41 – 45.
Anggraeni, Yuli. 2013. “Kontribusi IQ (Intelligent Quotient) Dan EQ (Emotional
Quotient) Terhadap Prestasi Atlet Pelatda Pencak Silat Pada Pon Ke-Xviii
Tahun 2012”. Jurnal Phederal Penjas. Vol 1 (1) : 1-23.
Anira., Damayanti, Imas., & Rahayu, N. Indri. 2017. “Tingkat Kecemasan Atlet
Sebelum, Pada Saat Istirahat Dan Sesudah Pertandingan”. Jurnal Terapan
Ilmu Keolahragaan. Vol.02(2) : 62-67.
Ardhiansyah, Fuad & Sudarso. 2014. “Pengaruh Mental Imagery Terhadap Hasil
Belajar Bola Basket Teknik Dasar Lay Up Dalam Pembelajaran
Penjasorkes”. Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan. Vol 02 (3) :
722 – 727.
Ardiansyah, Boby. 2014. “Dampak Kecemasan Pada Atlet Bola Basket Sebelum
Bertanding”. Jurnal Phederal Penjas. Vol 8 (1) : 1-8.

82
83

Arif, P. Lukman & Priambodo, Anung. 2013. “Pengaruh Mental Imagery


Terhadap Kemampuan Siswa Dalam Penguasaan Teknik Dasar Dribble
Bola Basket Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga Dan
Kesehatan”. Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan. Vol 01 (1) : 13 -
16.

Ashrafi, S.V. Seyed & Hemayattalab, Rasoul. 2015. “A Comparison of Elite and
Non-elite Athletes' Sport Imagery Ability”. International Journal of Sport
Studies. Vol 5 (4), 488-491.

Bal1, Baljinder Singh., Singh, Kanwaljeet., Sood, Manu., and Kumar, Sanjeev.
2011. “Emotional intelligence and sporting performance : A comparison
between open- and closed-skill athletes”. Journal of Physical Education and
Sports Management. Vol. 2 (5) : 48-52.

Ciptaningtyas, Titis. 2012. “Program intervensi imagery untuk mengatasi


kecemasan kompetitif pada atlet bulutangkis dewasa”. Tesis. Depok : FPsi
Universitas Indonesia.

Dantes, Nyoman. 2012. Model Penelitian. Yogyakarta : Andi.

Darmawan, Rachmad. 2014. Hubungan Antara Kecerdasan Emosi Dengan


Kecemasan Sebelum Menghadapi Pertandingan Pada Atlet Futsal. Skripsi.
Surakarta : Fakultas Psikologi UMS.

Diyanto, Kiki., Kusuma, D. W. Yudha., & Rustiadi,Tri. 2018. “Correlation


Anxiety, Self confidence and Motivation Toward Athlete’s Performance of
Tunas Volleyball Club Pekalongan”. Journal of Physical Education and
Sports. Vol 7 (1) : 7-12.

Effendi, Hastria. 2016. “Peranan Psikologi Olahraga Dalam Meningkatkan


Prestasi Atlet”. Nusantara (Jurnal Ilmu Pengetahuan Sosial). Vol 1 : 22-30.

Ekawaldi, I. Zufri., & Liftiah. 2014. “Efektifitas Teknik Relaksasi Pernafasan


Untuk Mengurangi Kecemasan Atlet Futsal Yang Hendak Bertanding”.
Intuisi Jurnal Ilmiah Psikologi. Vol 6 (1) : 9-14.

Fatahilah, Adika., Rahayu, Setya., & Soekardi. 2017. “Model Latihan dengan
Teknik Relaksasi Berbantuan Aromaterapi dan Musik Instrumental untuk
Menurunkan Kecemasan Atlet”. Journal of Physical Education and Sports.
Vol 6 (3) : 211-217.

Fazari, Muhamad., Damayanti, Imas., & Rahayu, N. Indri. 2017. “Hubungan


Kecerdasan Intelektual (IQ) Dan Kecerdasan Emosional (EQ) Dengan
84

Keterampilan Bermain Dalam Cabang Olahraga Bulu Tangkis”. Jurnal


Terapan Ilmu Keolahragaan. Vol.02 (1) : 33-37.

Firdaus, Kamal. 2012. Psikologi Olahraga Teori dan Aplikasi. Padang : FIK UNP
Press.

Firmansyah, Helmy. 2011. “Perbedaan Pengaruh Latihan Imagery Dan Tanpa


Latihan Imagery Terhadap Keterampilan Senam Dan Kepercayaan Diri
Atlet”. Jurnal Olahraga Prestasi. Vol 7 (1) : 1-10.

Goleman, D. 2002. Kecerdasan Emosional : Mengapa EI Lebih Tinggi Daripada


EQ. Alih Bahasa : T. Hermaya. Jakarta : PT. Gramedia

Gunarsa, D. Singgih. 2004. Psikologi Olahraga Prestasi. Jakarta : PT. BPK


Gunung Mulia.

Hadi, Rubianto. 2007. Ilmu Kepelatihan Dasar. Semarang: CV. Cipta Prima
Nusantara.

Hapilan, Pahli., Kusmaedi, Nurlan., & Fitri, Mustika. 2017. “Perbandingan


Tingkat Kecemasan Pelatih Dan Atlet Taekwondo”. Jurnal Terapan Ilmu
Keolahragaan. Vol.2 (1) : 38-43.

Hemmatinezhad, Mehr Ali., Ramazaninezhad, Rahim., Ghezelsefloo, Hamid., and


Hemmatinezhad, Mohammad. 2012. “Relationship between Emotional
Intelligence and athlete’s mood with team-Efficiency and Performance in
elite- handball players”. International Journal of Sport Studies. Vol 2 (3),
155-162.

Herman. 2011. “Psikologi Olahraga”. Jurnal ILARA. Vol II (2) : 1 – 7.

Hidayat, Yusup. 2010. “Imajeri Mental Dan Keterampilan Motorik (Studi Meta
Analisis)”. Jurnal Olahraga Prestasi. Vol 6 (1) : 1-9.

Husdarta, H.J.S. 2014. Psikologi Olahraga. Bandung : Alfabeta

Iman, I. M. Ibrahim., Rahayu, N. Indri., & Sultoni, Kuston. 2017. “Pengaruh


Imagery Training Terhadap Hasil Pukulan Parking Dan Gate-In Woodball
Di Ukm Woodball Upi”. Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan. Vol. 2 (2) :
91-95.

Jamaliah, Naimatul., Sugiharto., & Kasmini, O. Woro. 2015. “Pengaruh


Hypnotherapy Dan Tingkat Kecemasan Terhadap Konsentrasi Atlet Putri
Club Pekerjaan Umum (Pu) Deli Serdang Sumatera Utara Tahun 2015”.
Journal Of Physical Education And Sports. Vol 4 (1) : 72-78.
85

Jatmika, Devi & Linda. 2016. “Efektivitas Pelatihan Pengelolaan Kecemasan


Terhadap Kecemasan Berkompetisi Pada Atlet Bulu Tangkis Remaja”.
Jurnal Psikologi Psibernetika. Vol. 9 (2) : 102-112.

John W. Creswell. 2012. Educational Research Planning, Conducting, and


Evaluating Quantitative and Qualitative Research: ISBN-13:978-0-13-
136739-5 (alk.Paper).

Juriahn & Tahki, Kurnia. 2017. “Peran Pelatihan Mental Dalam Meningkatkan
Kepercayaan Diri Atlet Renang Sekolah Ragunan”. Journal Of Sport
Science And Education (JOSSAE). Vol 2 (1) : 9-14.

Kesuma, F. F. W., & Jannah, M. 2015. Pengaruh self-talk terhadap kecemasan


atlet senam ritmik. Character : Jurnal Penelitian Psikologi. Vol 3(2) :1-5.

Komarudin. 2013. Psikologi Olahraga Latihan Mental dalam Olahraga


Kompetitif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Kresnapati, Pandu. 2016. “Hubungan Keterampilan Dan Kecerdasan Emosi


Dengan Hasil Pertandingan Bulutangkis Pada Klub Mutiara Kab.
Pekalongan”. Jurnal Jendela Olahraga. Vol 1 (1).

Kusumawati, Mia & Mylsidayu, Apta. 2015. “Analisis Anxiety Atlet Porda Kota
Bekasi”. Motion Jurnal Research Physical Education. Vol 6 (1).

Latifah, Erna. 2015. Hubungan antara kecerdasan intelektual, kecerdasan


emosional, dan keterampilan teknik dengan prestasi pencak silat. Tesis.
Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Maksum, Ali. 2008. Psikologi Olahraga Teori dan Aplikasi. Surabaya : Unesa
University Press

Maman, Rachman. 2011. Metode Penelitian Pendidikan Moral. Semarang :


UNNES Press

Manazi, M. Sulton., & Nurhayati, Faridha. 2013. “Pengaruh Penerapan Latihan


Imagery Terhadap Hasil Tembakan Pada Jarak 30 Meter Ekstrakurikuler
Olahraga Panahan Smp Negeri 02 Bakung Blitar”. Jurnal Pendidikan
Olahraga Dan Kesehatan. Vol 1 (2) : 454 – 458.

Monsma, Eva., Mensch, James., and Farroll, Jennifer. 2009. “Keeping Your Head
in the Game: Sport-Specific Imagery and Anxiety Among Injured
Athletes”. Journal of Athletic Training. 44(4):410–417.
86

Mousavi, S.H & Meshkini, Abolfazl. 2011. “The Effect of Mental Imagery upon
the Reduction of Athletes` Anxiety during Sport Performance”.
International Journal of Academic Research in Business and Social
Sciences. Vol. 1, No. 3, hlm. 342-345.

Mudian, Deni. 2017. “Penerapan Metode Latihan Keterampilan Psikologis Berupa


Latihan Imagery Untuk Meningkatan Kinerja Wasit Dalam Memimpin
Pertandingan Sepakbola”. BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas
Subang. Vol. 4 No 2 (p) 2461-3961.

Mylsidayu, Apta. 2014. Psikologi Olahraga. Jakarta : Bumi Aksara

Nurfadhila, Risti. 2016. “Pengaruh Latihan Imagery Dan Koordinasi Terhadap


Keterampilan Forehand Drive Petenis Pemula”. Jurnal Keolahragaan.
Vol 4 (2) : 196-206.

Nurfalah, R. Taufik., Surdiniaty, & Imanudin, Iman. 2016. “Pengaruh Imajery


Training Terhadap Keterampilan Hasil Shooting Sepak Bola Di Ssb Java
Putra Yudha”. Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan. Vol 1 (1) : 40-44.

Paul, Suparno. 2004. Teory Intelligensi Ganda Dan Aplikasinya Di Sekolah.


Yogyakarta: Kanisius.

Periyadi, Al. 2017. “Pengaruh Latihan Mental Imagery Terhadap Kemampuan


Poomsae Pada Atlet Poomsae Cabang Olahraga Beladiri Taekwondo”.
Wahana Didaktika. Vol. 15 (2) : 35-41.

Prasetya, Ade Hindhu. 2016. “Pengaruh Yoga dan Kecerdasan Emosional


Terhadap Konsentrasi Pada Tim Sepak Bola UNDIKSHA Singaraja”.
Tesis. Semarang : Program Pascasarjana UNNES.

Prasetyono, D. Sunar. 2010. Tes IQ dan EQ Plus!. Jogjakarta: BukuBiru.

Priyanto, C. Wahyu., Soegiyanto K.S., & Sulaiman. 2015. “Status Gizi,


Kesegaran Jasmani Dan Kecerdasan Emosi Dengan Prestasi Belajar”.
Journal Of Physical Education And Sports. Vol 4 (1) : 28-36.

Purnama, S. Kunta. 2013. “Latihan Imagery”. JUARA (Jurnal Iptek Olahraga)


Vol. 1. No. 1 : 34-47.

Purnaningtyas, Arum., & Suharto. 2010. “Pengaruh Kecerdasan Emosi Terhadap


Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran Seni Budaya Smp”. Harmonia :
Jurnal Of Arts Research and Education. Vol 10 (1).
87

Purnomo, Arif. & Kartiko, D. Cahyo. 2014. “Hubungan Tingkat Kecemasan


Dalam Suatu Pertandingan Dengan Kemampuan Shooting Pemain
Bolabasket Sma Negeri 1 Taman Sidoarjo”. Jurnal Pendidikan Olahraga
Dan Kesehatan. Vol 2 (2) : 428 – 431.

Purnomo, Eddy. 2006. Pedoman Mengajar Dasar Gerak Atletik. Yogyakarta : FIK
UNY

Puspasari, Amaryllia. 2009. Emotional Intelligent Parenting. Jakarta: PT Alex


Media Komputindo

Putri, A.S. Asmara., Karini, S. Murti., & Agustin, R. Widya. 2015. “Pelatihan
Mental Imagery Untuk Menurunkan Kecemasan Bertanding pada Atlet
Taekwondo di Dojang Patriot Wonosobo”. Jurnal Psikologi Wacana. Vol
7 (14) : 1-10.

Rachman, M. Erika., Kristiyanto, Agus., & Utomo, T. Aprilijanto. 2018. “The


Effectiveness of Hypnotherapy on Decreasing Anxiety in Cancer Survivor
Undergoing Chemotherapy”. Journal of Physical Education, Sport, Health
and Recreations. Vol 7 (1) : 11-14.

Raynadi F. Bayu., Rachmah, D. Nur., & Akbar, S. Noor. 2016. “Hubungan


Ketangguhan Mental Dengan Kecemasan Bertanding Pada Atlet Pencak
Silat Di Banjarbaru”. Jurnal Ecopsy. Vol 3 (3) : 149-154.

Reishehry, Ali Pouladi., Sayady, Masoud., Bahrani, M. Reza, Omidi, Maboud.


2013. “Investigation of the Effectiveness of Progressive Muscle
Relaxation and Imagery in Reducing Anxiety in athletics”. Journal of
Basic and Applied Scientific Research. 3(2) : 336-339.

Rohman, M. Fatkhur., & Tuasikal, A. R. Syam. 2017. “Pengaruh Latihan Imagery


Terhadap Hasil Belajar Lay-Up Bola Basket”. Jurnal Pendidikan
Olahraga Dan Kesehatan. Vol 5 (3) : 478 – 482.

Rohmansyah, N. Azis. 2017. “Kecemasan Dalam Olahraga”. Jurnal Ilmiah


PENJAS. Vol.3 No.1 : 44-60.

Rohmansyah, N. Azis. 2017. “Kecemasan Dalam Olahraga”. Jurnal Ilmiah


Penjas. Vol 3 (1) : 44-60.

Rosad, Abdul & Hidayah, Taufiq. 2015. “Pengaruh Progam Latihan Imagery
Terhadap Peningkatan Teknik Bantingan Cabang Olahraga Pencak Silat
88

Pada Latihan Ekstrakurikuler Pencak Silat Di Man 2 Semarang”. Journal


Of Sport Sciences And Fitness. Vol 4 (1) : 7-10.

Saam, Z. Dan Wahyuni, S. 2013. Psikologi Keperawatan. Jakarta : PT. Raja


Grafindo Persada.

Safitri, D. Pamudani & Masykur A. Mujab. 2017. “Hubungan Efikasi Diridengan


Kecemasan Menghadapi Kejuaraan Nasional Pada Atlet Tenis Lapangan
Pelti Semarang”. Jurnal Empati. Vol 6 (2) : 98-105.

Santoso, AM Rukky. 2001. Mengembangkan Otak kanan. Jakarta : Pustaka


Gramedia.

Saptoto, Ridwan. 2010. “Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan


Coping Adaptif”. Jurnal Psikologi UGM. Vol 37 (1) 13-22.

Saputra, Mario. 2013. Tingkat Kecerdasan Emosi Atlet Polo Air Yogyakarta.
Skripsi. Yogyakarta : Pendidikan Kepelatihan Olahraga UNY.

Sari, R. P. Permata. 2017. “Analisis Kecemasan Atlet Terhadap Prestasi Sebelum


Dan Sesudah Pertandingan”. Skripsi. Surabaya : Pendidikan Kepelatihan
Olahraga Unesa.

Sejati, N. Wiji & Prihastuti, Rahmawati. 2012. Tingkat Kecemasan Sarjana Fresh
Graduate Menghadapi Persaingan Kerja Dan Meningkatnya Pengangguran
Intelektual. INTUISI : Jurnal Psikologi Ilmiah. Vol 4 (3) : 1-5.

Septiyanto, Ari & Suharjana. 2016. “Pengaruh Metode Latihan Imagery Dan
Konsentrasi Terhadap Ketepatan Floating Service Atlet Bola Voli”. Jurnal
Cakrawala Pendidikan. No. 3 : 412-420.

Setiadi, Harris Arfan., Retno, E. Sri., & Hadi. “Hubungan antara Tingkat
EmotionalQuotient (EQ) dengan Prestasi Kumite Atlet Karate Kadet Putra
pada Kejuaraan Nasional Karate Sunan Kalijaga Cup VIII Yogyakarta
Tahun 2012”. 1-13.

Setyawati, Heny. 2014. “Strategi Intervensi Peningkatan Rasa Percaya Diri


Melalui Imagery Training Pada Atlet Wushu Jawa Tengah”. Journal Of
Physical Education, Health And Sport. Vol 1 (1) : 48-59.

Sripurwanthi, Ni Luh Riza. 2016. “Pengaruh Relaksasi dan Jenis Kelamin


Terhadap Penurunan Kecemasan dan Peningkatan Efikasi Diri”. Tesis.
Semarang : Program Pascasarjana UNNES
89

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung : Tarsito

Sugiyono. 2008. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta

Sukamti, E. Rini., & Hidayat, I. Taufik. 2010. “Upaya Pelatih Dalam Mengatasi
Kecemasanatlet Senam Sebelum Perlombaan Pada Pekan Olahraga Pelajar
Nasional 2009”. Jurnal Olahraga Prestasi. Volume 6, (2) : 100-109.

Sukamto. (2013). “Pengaruh Latihan Imagery Terhadap Peningkatan


Keterampilan Lay Up Shoot Permainan Bolabasket Siswa Peserta
Ekstrakurikuler Bolabasket Sma N 1 Bantul”. Skripsi. Yogyakarta.
Universitas Negeri Yogyakarta.

Sukirno. 2012. Kesehatan Olahraga, Doping dan Kesegaran Jasmani, Palembang :


Unsri Press.

Sulistyo, Ery. 2014. Hubungan Antara Regulasi Emosi Dengan Kecemasan


Menghadapi Pertandingan Naskah Publikasi. Skripsi. Surakarta : Fakultas
Psikologi UMS.

Supriyanto, Agus. (2012). “Penggunaan Metode Hypnotherapi Untuk


Meningkatkan Konsentrasi Saat Start Dalam Renang”. UNY. Yogyakarta.
Jurnal Olahraga Prestasi, 8(2) : 1-16.

Suryanti, Erna. 2012. Tingkat Kecerdasan Emosional (Eq) Atlet Pencak Silat
(Ukm) Uny Kategori Tanding. Skripsi. Yogyakarta : Pendidikan
Kepelatihan Olahraga UNY.

Tawakkal, M. Iqbal., & Hartati, S. C. Yuli. 2014. “Hubungan Antara Konsep Diri
Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Pertandingan Sepakbola”. Jurnal
Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan. Vol 02 (2) : 313 – 318.

Torkfar, Ahmad., Abbariki, Zohre., Rostami, Ali Ghorban., and Karamiyan,


Esmat. 2011. “Reviewing Relationship Between Emotional Intelligence
and Competitive Anxiety in Athlete Students, in Individual and Group
Fields”. World Applied Sciences Journal. 15 (1): 92-99.

Verawati, Indah. 2015. “Tingkat Kecemasan (Anxiety) Atlet Dalam Mengikuti


Pertandingan Olahraga”. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol. 21
(79) : 39-44.

Wattimena, F.Y. 2015. “Hubungan Motivasi Berprestasi Dan Kecemasan


Terhadap Prestasi Panahan Ronde Recurve Pada Atlet Panahan Di
90

Indonesia”. Motion Jurnal Research Physical Education. Vol 6 (1):109-


122.

Weldani, Feri & Muhammad, H. Nur. 2015. “Penerapan Terapi Nlp (Neuro
Linguistic Programming) Untuk Menurunkan Kecemasan Dalam
Melakukan Lompat Kangkang Pada Siswa Kelas X”. Jurnal Pendidikan
Olahraga Dan Kesehatan. Vol 03 (2) : 303 – 307.

Wibowo, S. A. Putra, & Rahayu, N Indri. 2016. “Pengaruh Latihan Mental


Imagery Terhadap Hasil Tembakan Atlet Menembak Rifle Jawa Barat”.
Jurnal Terapan Ilmu Keolahragaan . Vol 01 (2) : 23-29.

Williams, Sarah E., and Cumming., Jennifer. 2011. “Measuring Athlete Imagery
Ability : The Sport Imagery Ability Questionnaire”. Journal of Sport &
Exercise Psychology. 33 : 416-440.

Williams, Sarah E., Cooley, Sam J., Newell, Elliott., Weibull, Fredrik., &
Cumming, Jennifer. 2014. “Seeing the Difference: Developing Effective
Imagery Scripts for Athletes”. Journal of Sport Psychology in Action. 4:2,
109-121.

Wiramihardja, Sutardjo A. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung :


Refika Aditama

Wulandari, Y. Ayu., & Jannah, Miftakhul. 2018. “Pengaruh Pettlep Imagery


Terhadap Efikasi Diri Atlet Lari 100 Meter Perorangan”. Jurnal Psikologi
Pendidikan UNESA. Vol 5 (1) : 1-8.

Yanda, E. W. F. Fredika., & Nasution, J. D. Hasiane. 2014. “Pengaruh Tingkat


Kecemasan Pada Saat Menstruasi Terhadap Tingkat Kelincahan Siswi
Dalam Mengikuti Pembelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga Dan
Kesehatan”. Jurnal Pendidikan Olahraga Dan Kesehatan. Vol 02 (3) : 538
– 541.

Yane, Stephani. 2013. “Kecemasan Dalam Olahraga”. Jurnal Pendidikan Olah


Raga. Vol. 2 (2) : 188-194.

Zulfikar, A. Mahar., Setyowati, Heni ., & Hidayah, Taufiq. 2014. “Hubungan


Kecerdasan Emosional Dengan Kerjasama Tim Dalam Permainan Bola
Basket Pada Sehati Basketball School Semarang”. Journal Of Sport
Sciences And Fitness. Vol 3 (3) : 25-28.
91

http://gudangilmuikor.blogs.uny.ac.id/2016/09/28/definisi-dan-nomor-nomor-
cabang-atletik/ diakses tanggal 07/02/2017

http://hamburblogspot.blogspot.co.id/2015/10/sejarah-atletik.html diakses tanggal


07/02/2017

http://www.sakuilmu.net/2015/10/pengertian-dan-sejarah-atletik.html diakses
tanggal 07/02/2017

Anda mungkin juga menyukai