Anda di halaman 1dari 11

PENGEMBANGAN MODUL KENDIL (KEGIATAN NUMERASI PADA MATERI

KELISTRIKAN) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN FERA UNTUK MELATIHKAN


KEMAMPUAN NUMERASI SISWA

Putri Aulia Diah Pratiwi1,


1
SMA Negeri 8 Kota Serang, Serang, Banten, Indonesia
email: putriaulia59@gmail.com

Abstrak:
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan modul
Fisika dengan nama modul KENDIL (Kegiatan Numerasi pada Materi Kelistrikan) disinergikan
dengan model pembelajaran FERA (Focus, Explore, Reflect and Apply) untuk melatihkan
kemampuan numerasi peserta didik. Kemampuan numerasi yang dilatihkan terdiri dari level
knowing, applying dan reasoning. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas XII MIPA di SMA
Negeri 8 Kota Serang dengan jumlah peserta didik sebanyak 33 orang. Penelitian dilakukan
dikelas, sebanyak 4 (empat) kali pertemuan pada materi Kelistrikan. Modul KENDIL yang
dikembangkan menggunakan model pengembangan 4D (Define, Design, Development,
Disseminate). Modul KENDIL yang dikembangkan kemudian diuji validitasnya. Hasil pengujian
validitas ahli menunjukkan bahwa modul KENDIL (Kegiatan Numerasi pada Materi Kelistrikan)
dengan model pembelajaran FERA (Focus, Explore, Reflect and Apply) mendapat persentase
88.89% dengan predikat sangat baik. Modul KENDIL (Kegiatan Numerasi pada Materi
Kelistrikan) dengan model pembelajaran FERA (Focus, Explore, Reflect and Apply) dinyatakan
efektif dapat meningkatkan numerasi siswa yang ditunjukkan dari hasil n-gain sebesar 0.47 dengan
kategori sedang.
Kata kunci: modul KENDIL, model pembelajaran FERA, numerasi

Abstract:
This research is a development research which aims to develop a Physics module with the name
of the KENDIL module (Numeration Activities on Electrical Materials) in synergy with the FERA
learning model (Focus, Explore, Reflect and Apply) to train students' numeracy skills. The
numeracy skills that are trained consist of knowing, applying and reasoning levels. This research
was conducted in class XII MIPA at SMA Negeri 8 Kota Serang with a total of 33 students. The
research was conducted in class, as many as 4 (four) meetings on the subject of Electricity. The
KENDIL module was developed using the 4D development model (Define, Design, Development,
Disseminate). The developed KENDIL module is then tested for validity. The results of the expert
validity test show that the KENDIL module (Numeration Activities on Electrical Materials) with
the FERA learning model (Focus, Explore, Reflect and Apply) gets a percentage of 88.89% with
a very good predicate. The KENDIL module (Numeration Activities on Electrical Materials) with
the FERA (Focus, Explore, Reflect and Apply) learning model was declared effective in increasing
student numeration as shown by the n-gain result of 0.47 in the medium category.
Keywords: KENDIL module, FERA learning model, numeracy
PENDAHULUAN
Perubahan kebijakan dalam bidang Pendidikan berupa Kebijakan Merdeka Belajar
membuat semua pihak harus beradaptasi dan mulai berubah dari berbagai aspek agar tidak
tertinggal dengan yang lain. Kebijakan Merdeka Belajar menjadi langkah untuk mentransformasi
pendidikan demi terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) Unggul Indonesia yang memiliki
Profil Pelajar Pancasila. Salah satu yang menjadi perubahan dalam Kurikulum Merdeka yaitu segi
evaluasi siswa, dimana sebelumnya penilaian lebih terfokus pada Ujian Nasional yang menilai
individu siswa. Namun saat ini berubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan
Survei Karakter yang meliputi penilaian kemampuan Literasi, Numerasi dan Karakter. Hal ini
wajib dilakukan oleh setiap satuan pendidikan sebagai tolok ukur keberhasilan kegiatan
pembelajaran di satuan pendidikan. Jika ditelisik lebih dalam, AKM ini tidak lagi mengevaluasi
pencapaian siswa secara individu tetapi lebih mengevaluasi bahkan memetakan sistem pendidikan
berupa input, proses, dan hasil. Tak hanya itu, Ujian Nasional dianggap tidak holistik karena hanya
menilai pengetahuan kognitif siswa saja padahal banyak sekali kemampuan siswa yang dapat
dikembangkan. Asesmen kompetensi yang tadinya dilakukan di akhir jenjang diubah menjadi di
tengah jenjang dan yang paling penting asesmen ini tidak digunakan sebagai penentuan kelulusan
siswa atau bahkan menghakimi siswa pintar atau kurang akan tetapi sebagai bahan evaluasi untuk
perbaikan proses pembelajaran dan mutu Pendidikan sekolah masing-masing.
Literasi numerasi yang menjadi fokus saat ini bukan berupa kemampuan siswa menghafal
pelajaran atau seberapa cepat siswa menghitung akan tetapi kemampuan ini merupakan
pengetahuan dan kecakapan untuk (a) menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol
yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis dalam berbagai macam
konteks kehidupan sehari-hari dan (b) menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai
bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk
memprediksi dan mengambil keputusan (Hartati, dkk, 2022). Secara sederhana, numerasi dapat
diartikan sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan konsep bilangan dan keterampilan operasi
hitung di dalam kehidupan sehari-hari (misalnya, di rumah, pekerjaan, dan partisipasi dalam
kehidupan masyarakat dan sebagai warga negara) dan kemampuan untuk menginterpretasi
informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita. Jadi pelajaran yang didapat di sekolah
menjadi lebih bermakna untuk diterapkan di kehidupan sehari – hari. Numerasi dan literasi berbeda
dengan mata pelajaran bahasa, bukan pula mata pelajaran matematika, melainkan kemampuan
siswa dalam menggunakan konsep tersebut untuk menganalisa sebuah materi (Kemendikbud,
2017).
Salah satu capaian literasi numerasi siswa dapat dilihat dari Hasil PISA 2018 yang dirilis
OECD (2019) menunjukan rata - rata skor matematika siswa Indonesia mencapai 379 dengan skor
rata - rata OECD 487. Hasil tersebut menunjukan bahwa masih rendahnya kemampuan literasi
numerasi yang dimiliki siswa yang disebabkan karena banyaknya materi yang diujikan TIMMS
dan PISA berupa soal - soal yang bersifat masalah konteks dalam kehidupan nyata. Data ini
menjadi cerminan bahwa kemampuan siswa-siswi sangat perlu ditingkatkan.
Tak hanya itu, dilihat dari Rapor Pendidikan sebagai cerminan mutu hasil belajar peserta
didik SMAN 8 Kota Serang tahun 2022 diperoleh data Kemampuan Literasi siswa telah mencapai
kompetensi minimum yang artinya sebagian besar peserta didik telah mencapai batas kompetensi
minimum untuk literasi membaca namun perlu upaya mendorong lebih banyak peserta didik
menjadi mahir dengan hasil 6,67% mahir, 51,11% cakap 42,22% dasar 0% perlu intervensi khusus.
Sedangkan dilihat dari Kemampuan Numerasi masih berada di bawah kompetensi minimum yaitu
kurang dari 50% peserta didik telah mencapai kompetensi minimum untuk numerasi dengan 9,09%
mahir, 27,27% cakap, 61,36% dasar 2,27% perlu intervensi khusus. Pada indeks karakter sudah
cukup baik karena peserta didik secara proaktif dan konsisten menerapkan nilai-nilai karakter
pelajar pancasila yang berakhlak mulia, bergotong royong, mandiri, kreatif dan bernalar kritis serta
berkebinekaan global dalam kehidupan sehari hari. Oleh karena itu dilihat dari data tersebut harus
ada inovasi-inovasi untuk meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi siswa.
Ditambah lagi adanya pandemi Covid-19 semakin membuat kemampuan siswa menurun
contohnya berupa literacy loss (ketertinggalan literasi) dan learning loss (ketertinggalan
pembelajaran) pada siswa. Learning loss sendiri yaitu menurunnya keterampilan ataupun
pengetahuan secara akademis pada anak (Andriani et al., 2021) dikarenakan kurangnya interaksi
antara siswa dan guru sedangkan literacy loss adalah menurunnya kemampuan berliterasi
membaca dan berhitung. Dari beberapa fakta dan kondisi yang terjadi dilapangan maka sudah
seharusnya kualitas literasi dan numerasi siswa terus ditingkatkan dengan berbagai cara mulai dari
proses pembelajaran, penggunaan media, saran prasarana ataupun SDM guru dan siswanya.
Sinergi dan kolaborasi guru dalam kegiatan pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan siswa.
Berbagai strategi dilakukan oleh pendidik untuk memperbaiki keadaan dan memberi
penguatan literasi numerasi siswa dengan tujuan dapat menyiapkan generasi yang literat untuk
menghadapi tantangan abad ke-21. Pendidik harus memberikan gerakan atau dobrakan baru karena
guru adalah ujung tombak dari proses pembelajaran.
Salah satu inovasi yang dianggap mampu melatihkan numerasi yaitu dengan penggunaan
modul pembelajaran dengan nama modul KENDIL (Modul Kegiatan Numerasi dalam materi
Kelistrikan) dipadukan dengan model pembelajaran FERA (Focus, Explore, Reflect And Apply).
Model pembelajaran FERA adalah model pembelajaran empat tahap yang terdiri dari focus,
explore, reflect and apply. Model pembelajaran ini termasuk model pembelajaran konstruktivisme.
Pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajaran yang dapat membantu peserta didik
membangun sendiri pengetahuannya, dengan cara melakukan sejumlah kegiatan ataupun
eksperimen yang dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta didik. Dengan
menggunakan model pembelajaran FERA selain dapat menemukan sendiri pengetahuannya,
peserta didik juga dapat menerapkan pengetahuan yang telah didapatkan kedalam kehidupan sehari
hari sehingga dapat lebih memahami apa yang telah mereka pelajari (Budiman, 2018).
Sintaks Model Pembelajaran FERA yaitu terdiri dari empat tahapan yaitu Focus, Explore,
Reflect and Apply (FERA). Setiap tahapannya dijelaskan sebagai berikut
Tabel 1. Sintaks Model Pembelajaran Fera
Sintaks Peserta Didik
Focus / Fokus 1. Menghubungkan pengalaman dengan apa yang akan dipelajari.
2. Mempertimbangkan konsep yang akan dieksplorasi.
3. Mendapatkan minat dan motivasi dari fenomena kontekstual.
Explore / Jelajahi 1. Menguji gagasan peserta didik melalui kegiatan eksperimen.
2. Membandingkan ide-ide di antara rekan-rekan dalam diskusi
kelompok.
3. Peragakan pemahaman melalui diskusi Grup.
Reflect / 1. Mengembangkan penjelasan melalui hasil yang diperoleh.
Mencerminkan 2. Membandingkan hasil percobaan dengan konsep yang sudah ada.
3. Menggunakan bahasa ilmiah untuk mewakili apa yang diperoleh dalam
percobaan
Apply / 1. Menerapkan dan mentransfer pengetahuan yang diperoleh ke dalam
Menerapkan konteks yang berbeda.
2. Menghubungkan pengalaman dengan konsep yang didapat.
3. Menyampaikan gagasan dalam konteks yang berbeda.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan penelti adalah metode research and development (R n
D). Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada model pengembangan
4D. Model penelitian 4D terdiri dari 4 langkah, yaitu: Define, Design, Development, Disseminate.
Model ini dapat digunakan untuk berbagai macam pengembangan produk seperti model, strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, media, dan bahan ajar.
Dalam penelitian ini yang menjadi objek pengembangan ialah sebuah Modul kendil
(kegiatan numerasi pada materi kelistrikan) dengan model pembelajaran FERA. Modul ini
digunakan secara offline. Modul ini dapat digunakan secara bersama-sama dalam pembelajaran di
kelas atau dapat secara mandiri oleh pengguna.
Materi yang terdapat pada media ini ialah materi kelistrikan untuk tingkat Sekolah
Menengah baik itu SMA ataupun SMK. Ketika proses pengujian, modul pembelajaran yang
dikembangkan ini akan disinergikan dengan pelaksanaan model pembelajaran FERA berupa
praktikum nyata dan virtual di dalam kelas. Karena media ini sebagai alat bantu pembelajaran
bukan sebagai pengganti praktikum. Adapun perlengkapan yang digunakan untuk membuat desain
produk awal ialah laptop dan kamera. Sedangkan software yang digunakan adalah Canva
Pada tahap pendefinisian dilakukan analisis kebutuhan atau pengumpulan informasi yang
berkaitan dengan produk yang akan dikembangkan. Tahap kedua yaitu desain merupakan kegiatan
mendesain produk baru yang dihasilkan dari penelitian berupa modul pembelajaran fisika dengan
nama KENDIL berbasis model FERA pada materi kelistrikan . Modul pembelajaran yang didesain
oleh peneliti memuat seluruh komponen modul berupa judul, kompetensi inti, kompetensi dasar,
indikator pencapaian, tujuan pembelajaran, materi, tahapan, contoh soal, rangkuman serta
evaluasi. Pada tahap ketiga yaitu pengembangan, digunakan untuk menghasilkan sebuah produk
berupa modul KENDIL berbasis model pembelajaran FERA. Pada tahap ini peneliti melakukan
uji kelayakan/ validasi produk yang dikembangkan kepada validator ahli, dengan dua validator
ahli dibidangnya yaitu ahli materi dan ahli media. Setelah melakukan validasi maka selanjutnya
dilakukan revisi sampai produk yang dihasilkan sudah layak untuk tahap berikutnya diujicobakan
kepada peserta didik. Tahap terakhir yaitu tahap penyebaran atau dessiminate merupakan tahap
akhir dari pengembangan.Tahap ini dilakukan untuk mempromosikan produk pengembangan agar
bisa diterima oleh pengguna, baik individu, kelompok atau sistem.
Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data studi pendahuluan, data validasi ahli,
tes kemampuan numerasi siswa. Uji Validasi Ahli Materi digunakan instrumen berupa angket
validasi para ahli mengenai sistematika modul dan kelayakan isi modul pada materi kelistrikan
dengan model pembelajaran FERA. Begitu juga Uji Validasi Ahli Media digunakan instrument
berupa angket validasi ahli mengenai kesesuaian modul terhadap penyajian modul yang
dikembangkan pada materi kelistrikan dengan menggunakan model pembelajaran FERA. Tolak
ukur yang digunakan untuk menginterpretasikan persentase hasil validasi ahli dapat dilihat pada
tabel berikut
Tabel 2. Interpretasi Uji Validitas Ahli
Skala Persentase Kriteria Kelayakan
85%—100% Sangat Layak
65%—84% Layak
45%—64% Cukup Layak
0%—44% Cukup Layak
Setelah itu Modul diujikan dan diberikan tes numerasi. Analisis hasil tes numerasi di
download dari LMS sanggar belajar kemudian di olah menggunakan excel. Kemudian dilakukan
uji prasyarat dengan paired sample t-test menggunakan excel dengan taraf signifikansi 5%. Dilihat
peningkatannya dengan perhitungan menggunakan gain untuk melihat selisih nilai postest dan
prettest kemudian untuk mengetahui peningkatannya digunakan rumus n - gain
post tes-pre tes
n-gain = (1)
skor maks-pre tes

Untuk kategori n-gain kita bisa menggunakan interpretasi berikut ini


Tabel 3. Interpretasi n - gain
Nilai n gain Kategori
g > 0.7 Tinggi
0.3 ≤ g ≤ 0.7 Sedang
g < 0.3 Rendah
(Sumber : Arikunto, 2006)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dari setiap tahapan prosedur pengembangan yang dilakukan adalah:
Tahap Pendefinisian (Define)
Kegiatan penelitian dan pengembangan pada tahap 1 yaitu pendefinisian yang meliputi
analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang
kebutuhan modul guru sebagai alternatif untuk panduan mengajar atau menyusun skenario
pembelajaran. Analisis kebutuhan ini dilakukan menggunakan angket kebutuhan siswa.
Berdasarkan informasi angket tersebut didapatkan temuan bahwa cukup banyak peserta didik yang
kesulitan mempelajari Fisika salah satunya materi listrik dan magnet sebesar 87% dan 73%. Hal
ini dapat dijadikan dasar untuk peneliti memilih materi yang akan dikembangkan. Temuan yang
perlu ditindaklanjuti terdapat di poin empat dan delapan yaitu hanya 5% peserta didik melakukan
praktikum dan pernah menggunakan media. Bahkan 82% peserta didik menganggap pelajaran
fisika sebatas mendengarkan penjelasan pendidik dan mencatat materi yang dituliskan pendidik.
Dari identifikasi potensi dan masalah maka sangat dibutuhkan pengembangan media pembelajaran
fisika yang interaktif, menarik dan cocok serta disinergikan dengan model-model pembelajaran
sehingga dapat melatihkan numerasi siswa.
Tahap Perancangan (Design)
Tahap perencanaan dan pembuatan modul dilakukan identifikasi materi pokok
pembelajaran dan tujuan kegiatan pembelajaran untuk memperoleh gambaran yang akan
dimasukkan ke dalam modul. Modul dikembangkan melalui tiga tahap yaitu perancangan,
pengumpulan bahan dan materi, dan penyusunan. Pada tahap perancangan modul ditentukan
spesifikasinya, kemudian dibuat rencana format desain. Tahap ini didukung oleh Canva. Tahap
pengumpulan bahan dan materi yang berasal dari beberapa sumber, seperti buku-buku rujukan,
situs pendidikan, dan gambar-gambar pendukung. Tahap penyusunan dilakukan ketika bahan dan
materi sudah terkumpul.

Gambar 1.Sampul Modul KENDIL


Tahap Validasi Modul
Kegiatan ini terlaksana dengan baik tanpa ditemukan kendala dalam pelaksanaannya. Pada
kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keterbacaan modul yang telah dibuat sehingga
dikatakan layak atau tidak untuk digunakan dalam pembelajaran. Pelaksanaannya dengan
melakukan koordinasi menyesuaikan waktu untuk Uji Keterbacaan agar tidak menggangu kinerja
mentor dan rekan guru Fisika, kemudian meminta kesedian waktu untuk dan menyampaikan
maksud dan tujuan Uji Keterbacaan, memperlihatkan lembar Uji coba kepada tiga orang guru yaitu
Ibu Eva Afiatun Nufus M.Pd, Ibu Nadia Nurliana F, S.Pd dan Bapak Mohamad Bakhrudin yaitu
dua orang guru wanita merupakan Guru Fisika dan satu orang guru Umum (Mata Pelajaran selain
Fisika). Pengambilan ketiga guru ini dengan alasan penulis ingin mengetahui penilaian dari sisi
Fisika dan dari sisi umum diluar Fisika. Berdasarkan angket uji keterbacaan didapatkan rerata
dari ketiga validator yaitu 88,89% dengan kategori sangat baik dilihat dari penilaian Kejelasan
tujuan pembelajaran, Relevansi tujuan pembelajaran dengan KI/KD/Kurikulum, Kesesuaian
materi dengan KI/KD/Kurikulum, Ketepatan penggunaan strategi pembelajaran, Interaktivitas,
Pemberian motivasi belajar, Kontekstualitas dan aktualitas, Kedalaman materi, Kemudahan untuk
dipahami, Sistematis, runut, alur logika jelas, Kejelasan uraian, pembahasan, contoh, simulasi,
latihan dan Konsistensi evaluasi dengan tujuan pembelajaran. Sehingga dapat dikatakan modul
ini layak untuk digunakan dalam pembelajaran.

Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan modul ini yaitu diawal dengan mencetak modul kemudian dibagikan
kekelompok anak. Anak dibuat berkelompok terdiri dari 5 orang siswa siswi heterogen. Diawal
pembelajaran setiap anak diberikan kocokan didalam kendil yang berisi soal hitungan dasar untuk
melatihkan operasi hitung siswa. Lalu pada pertemuan pertama peserta didik menganalisis
besaran-besaran listrik dengan cara membaca tulisan di setiap barang elektronik di dekat mereka.
Kemduian mencatat daya. Pada kegiatan kedua peserta didik diajak menggunakan alat ukur
kelistrikan seperti multimeter untuk mengcek apakah ada aliran listrik yang mengalir atau tidak.
Pada kegiatan ketiga peserta didik membuat rangkaian listrik sesuai kreativitas mereka. Hasil
praktikum siswa dibuat dalam bentuk tabel dan grafik. Kegiatan tersebut diharapkan dapat
melatihkan kemampuan menggunakan berbagai macam angka dan simbol yang terkait dengan
matematika dasar untuk memecahkan masalah dalam berbagai macam konteks kehidupan sehari
– hari khsusnya pada kelistrikan sehingga siswa dapat menghitung besar energi dan daya listrik
yang digunakan di rumah tangga. Indikator kedua yaitu siswa dapat menganalisis informasi yang
ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagian, diagram, dan sebagainya). Hal ini
dilatihkan saat siswa mendapat data hasil praktikum kemudian menuliskannya dalam bentuk tabel
dan grafik Hukum OHM. Kemampuan ketiga menafsirkan hasil analisis untuk memprediksi dan
mengambil keputusan yaitu diharapkan siswa dapat mengambil keputusan untuk melakukan
penghematan energi listrik rumah tangga.

Gambar 2. Kegiatan Pelaksanaan

Tes Kemampuan Numerasi diberikan diakhir pertemuan, didapatkan hasil analisis dengan n gain
0,47 dengan kategori sedang. Hal ini menunjukan terjadi peningkatan setelah diterapkan Modul
Kendil dengan Model Pembelajaran Fera.

Tabel 4. Hasil Tes Numerasi

Pre tes Post tes N gain kategori

Rata - rata 40 68 0.47 sedang

Hal ini terus dilakukan pengembangan karena Fisika adalah mata pelajaran yang
berhubungan dengan kemampuan numerasi, karena didalamnya terdapat elemen-elemen dan
penalaran matematika, seperti perhitungan, persamaan/rumus, simbol-simbol, grafik, tabel
ataupun diagram (Fairuzabadi & Prihandono, 2017; Gunawan et al., 2017; Sumarni et al., 2020).
Kemampuan numerasi merupakan sebuah keahlian dalam menyelesaikan masalah secara praktis
dengan menggunakan angka (Bustami & Kurniasih, 2022; Cahyanovianty, A., & Wahidin, 2021).
Kemampuan numerasi merupakan kemampuan menerapkan konsep bilangan, keterampilan
operasi hitung dan kemampuan menjelaskan suatu informasi yang terdapat di sekitar kita (Bustami
& Kurniasih, 2022; Cahyanovianty, A., & Wahidin, 2021). Kemampuan berhitung anak
merupakan kemampuan literasi numerasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah
matematis sehari-hari (Maghfiroh et al., 2021). Dengandemikian literasi numerasi sebagai
keterampilan penting yang harus dikuasai oleh anak (Liliawati, dkk, 2022).

KESIMPULAN

Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat melatihkan kemampuan numerasi siswa.
Penggunaan Modul KENDIL (Kegiatan Numerasi Pada Materi Kelistrikan) yang disinergikan
dengan Model Pembelajaran FERA (Focus, Explore, Reflect and Apply) dapat menjadi salah satu
referensi untuk melatihkan kemampuan numerasi. Karena terbukti bahwa setelah digunakan
modul ini dapat meningkatkan kemampuan numerasi siswa dengan kategori sedang.

DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Deni Moh, Surya Gumilar, And Rahmat Rizal. ―Focus, Explore, Reflect And Apply
(FERA) Learning Model: Developing Science Process Skills For Pre-Service Science
Teachers.‖ Tadris J. Kegur. Dan Ilmu Tarb. 3 (2018): 2.

Bustami, N. H., & Kurniasih, M. D. (2022). Analisis Pendekatan Iceberg melalui Video
Pembelajaran untuk Mendukung Kemampuan Numerasi. Jurnal Basicedu, 6(4), 6175–6181.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i4.3192.

Fairuzabadi, A., & Prihandono, T. (2017). Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing
dengan video berbasis kontekstual dalam pembelajaran IPA pada materi suhu dan
pengukurannya di SMP. Jurnal Pembelajaran Fisika, 6(1), 100–106.
https://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPF/article/view/4666.

Gunawan, G., Sahidu, H., Harjono, A., & Suranti, N. M. Y. (2017). Efektivitas Penerapan Model
Project Based Learning Berbantuan Media Virtual terhadap Kreativitas Fisika Peserta Didik.
Jurnal Cakrawala Pendidikan, 36(2). https://doi.org/10.21831/cp.v36i2.13514.

Hartati, Marni., Foy Ario., Nurhafni., Rina Imayanti., dan Yusuf Andrian. Panduan Gerakan
Literasi Sekolah Edisi Revisi. (Jakarta Selatan: Direktorat Sekolah Menengah Atas, 2020).
Kemendikbud. (2017) Peta Jalan Gerakan Literasi Nasional. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan

Maghfiroh, F. L., Amin, S. M., Ibrahim, M., & Hartatik, S. (2021). Keefektifan pendekatan
pendidikan matematika realistik Indonesia terhadap kemampuan literasi numerasi siswa di
sekolah dasar. Jurnal Basicedu, 5(5), 3342–3351.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i5.1341.

OECD. 2019. PISA 2018 Assessment and Analytical Framework PISA. Paris: OECD Publishing

W. Liliawati, A. Setiawan, S. Rahmah, dan ..., Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Diferensiasi


dalam Model Inkuiri terhadap Kemampuan Numerasi Siswa, Imiah Pendidik. dan , vol. 6, hal.
393401, 2022, [Daring]. Tersedia pada:
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JIPP/article/view/50838.

Winata, A., Widiyanti, I. S., & Cacik, S. (2021). Analisis Kemampuan Numerasi dalam
Pengembangan Soal Asesmen Kemampuan Minimal pada Siswa Kelas XI SMA untuk
Menyelasikan Permasalahn Science. Jurnal Educatio, 7(2), 498–508.
https://doi.org/10.31949/educatio.v7i2.1090.

Anda mungkin juga menyukai