Anda di halaman 1dari 5

II.

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Botani Tanaman Kayu Manis


Di dunia tercatat 54 jenis tanaman kayu manis (Cinnamomum sp) dan 12
jenis diantaranya ada di Indonesia. Jenis kayu-manis yang banyak ditanam di
Indonesia adalah C. burmanii, C. zeylanikum dan C. cassia. Disamping itu juga
banyak tumbuh liar dihutan-hutan jenis C. massoi dan C. culilawan.
Di beberapa daerah di Indonesia terdapat berbagai spesies tanaman kayu
manis. Di Jawa dikenal Cinnamomum javanicum dan Cinnamomum sintok (kayu
sintok). Namun, spesies ini tidak pernah dibudidayakan secara massal karena hasilnya
tidak sebaik Cinnamomun burmanii. Sementara di Maluku terdapat Cinnamomum
cullilawan yang biasa disebut sebagai kulit lawang atau kayu lawang yang minyak
atsirinya dikenal sebagai minyak lawang. Taksonomi dari tanaman kayu manis asal
Indonesia yang berasal dari Kabupaten Kerinci yaitu: Kingdom : Plantae
(Tumbuhan), Divisio : Magnoliophyta (Tumbuhan Berbunga), Class : Magnoliopsida
(Berkeping dua), Ordo : Laurales, Family : Lauraceae, Genus : Cinnamomum,
Spesies : Cinnamomum burmannii.
Tinggi tanaman kayu manis berkisar antara 5 – 15 m, kulit pohon berwarna
abu-abu tua berbau khas, kayunya berwarna merah coklat muda. Daun tunggal, kaku
seperti kulit, letak berseling, panjang tangkai daun 0,5 – 1,5 cm dengan 3 – 10 buah
tulang daun yang tumbuh melengkung. Bentuk daun elips memanjang, panjang 4,00 –
14,00 cm, lebar 1,50 – 6,00 cm, ujung runcing, tepi rata, permukaan atas licin
warnanya hijau, permukaan bawah bertepung warnanya keabu-abuan, Daun muda
berwarna merah pucat, Bunganya berkelamin dua atau bunga sempurna dengan warna
kuning, Ukurannya kecil, Kelopak bunga berjumlah 6 helai dalam dua rangkaian,
Bunga ini tidak bertajuk bunga, Benang sarinya berjumlah 12 helai yang terangkai
dalam empat kelompok, kotak sarinya beruang empat, Persarian berlangsung dengan
bantuan serangga, Buahnya buah buni berbiji satu dan berdaging, Bentuknya bulat
memanjang, Warna buah muda hijau tua dan buah tua ungu tua, Panjang buah sekitar
1,30 – 1,60 cm, dan diameter 0,35 – 0,75 cm. Panjang biji 0,84 – 1,32 cm
dan diameter 0,59 - ,68 cm (Fitriyeni, 2011).
1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Kayu Manis
Ketinggian tempat penanaman kayu manis dapat mempengaruhi pertumbuhan
tanaman serta kualitas kulit seperti ketebalan dan aroma. Kayu manis dapat tumbuh
pada ketinggian hingga 2.000 m dpl. Kayu manis akan berproduksi baik bila ditanam
di daerah dengan ketinggian 500 – 1.500 m dpl. Kayu manis menghendaki hujan yang
merata sepanjang tahun dengan jumlah cukup, sekitar 2.000 – 2.500 mm/tahun. Curah
hujan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan hasil panen rendemennya terlalu
rendah. Daerah penanaman sebaiknya bersuhu rata-rata 25°C dengan batas
maksimum 27°C dan minimum 18°C. Kelembaban yang diinginkan 70 – 90 %,
semakin tinggi kelembabannya maka semakin baik pertumbuhannya.
Sinar matahari yang dibutuhkan tanaman 40 – 70%. Kayu manis akan tumbuh
baik pada tanah lempung berpasir, banyak humus, remah, kaya bahan organik dan
berdrainase baik. pH tanah yang sesuai 5,0 – 6,5. Tanah yang paling cocok untuk
tanaman kayu manis adalah tanah yang subur, gembur, agak berpasir, dan kaya akan
bahan organik. Tanah yang berpasir membuat kayu manis dapat menghasilkan kulit
yang paling harum. Di dataran rendah tumbuhnya lebih cepat dari pada di dataran
tinggi, tetapi di dataran yang rendah kulit yang dihasilkan kurang tebal, dan rasanya
juga agak kurang baik. Di tempat tinggi pertumbuhannya lambat, tetapi kulitnya lebih
tebal, dan berkualitas lebih baik. (Rusli dan Abdullah, 1988)

1.3 Teknik Pembibitan Kayu Manis


Pembibitan merupakan tahapan budidaya yang sangat penting karena akan
menentukan kemampuan hidup tanaman pada tahap selanjutnya dilapangan. Bibit
yang bermutu menghasilkan interaksi antara tanaman dan faktor lingkungan, oleh
sebab itu dalam pembibitan tanaman kayu manis khusus nya dalam pemilihan biji
yang bermutu harus dipilih dari pohon induk yang baik yaitu pohon yang mempunyai
pertumbuhan yang baik dan berbatang besar, pohon induk harus sudah berumur lebih
dari 10 tahun, sehat, tidak terserang hama dan penyakit, kulit beraroma baik, dan
hurus memiliki kadar atsiri yang tinggi yang biasa di tandai dengan warna daun yang
sudah menjadi hijau tua (Sentra HKI Provinsi Jambi, 2011).
Teknik pembibitan kayu manis diperlukan perlakuan biji sebelum semai yang
dapat dilakukan dengan cara pengupasan daging biji, setelah itu harus segera ditanam
karena biji kayu manis tergolong biji berumur pendek yang sangat cepat kehilangan
daya kecambahnya. Biji kayu manis tidak tahan lama di simpan lebih dari satu
minggu pada suhu kamar 27o – 28o C atau lebih dari empat minggu pada suhu rendah
15o – 20o C. Penyemaian biji dapat dilakukan langsung di bedengan maupun di
polybag. Penyemaian di polybag dapat dilakukan dengan diameter 10 cm dan
tingginya sekitar 15 cm. Media yang di isi pada setiap polybag berupa campuran
tanah dan pupuk kandang matang dengan perbandingan 1:2. Hal ini bertujuan untuk
mempercepat pertumbuhan bibit. Masing-masing polybag di isi satu biji, kemudian
tutup dengan tanah setebal 0,5 – 1 cm untuk mendapatkan matahari yang cukup,
naungan dibuat menghadap ketimur dengan tinggi 150 cm dan 100 cm dibagian barat.
Penyiraman dilakuan dua hari sekali pagi dan sore (Rismunandar dan Paimin, 2001).

2.4 Kompos dan Pengomposan


Pembuatan kompos sebenarnya meniru proses terbentuknya humus oleh alam.
Melalui rekayasa kondisi lingkungan, kompos dapat dibuat serta dipercepat
prosesnya, yaitu hanya dalam jangka waktu 30 – 90 hari dengan penambahan EM-4,
Stardec, Starbio, Orgadec, Harmony dan Fix-up Plus. Waktu ini melebihi kecepatan
pembentukan humus secara alami (Dipo dan Yuwono, 2006). Unsur-unsur di dalam
kompos terdiri dari dua kelompok unsur hara, yaitu unsur hara makro dan unsur hara
mikro. 1. Unsur hara makro terbagi dua, yaitu unsur hara makro primer dan unsur
hara makro sekunder. Unsur hara makro primer adalah unsur hara yang dibutuhkan
tanaman dalam jumlah banyak, yang terdiri dari Nitrogen (N), Phospor (P) dan
Kalium (K). Sedangkan unsur hara makro sekunder adalah unsur hara yang
dibutuhkan dalam jumlah sedang, terdiri dari Kalium (Ca), Magnesium (Mg) dan
belerang (S). 2. Unsur hara mikro adalah unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah
sedikit, terdiri dari zat Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu) dan Seng (Zn).

Pengomposan adalah perombakan bahan-bahan organik yang telah


mengalami proses pelapukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri
pembusuk) yang bekerja didalamnya (Murbandono, 2000). Prinsip pengomposan
adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan organik hingga sama dengan tanah (<20).
Semakin tinggi rasio C/N bahan organik maka proses pengomposan atau perombakan
bahan semakin lama. Waktu yang dibutuhkan bervariasi dari satu bulan hingga
beberapa tahun tergantung bahan dasar. Proses perombakan bahan organik terjadi
secara biofisika–kimia, melibatkan aktivitas biologi mikroba dan mesofauna (Sutanto,
2002).
Proses pengomposan terdiri atas dua penguraian yaitu aerob dan anaerob.
Secara garis besar sebagai berikut :
a. Pengomposan aerob : Dalam sistem ini, kurang lebih dua pertiga unsur karbon (C)
menguap (menjadi CO2) dan sisanya satu pertiga bagian bereaksi dengan nitrogen
dalam sel hidup. Selama proses pengomposan aerob tidak timbul bau busuk. Selama
proses pengomposan berlangsung akan terjadi reaksi eksotermik sehingga timbul
panas akibat pelepasan energi. Kenaikan suhu dalam timbunan bahan organik
menghasilkan suhu yang menguntungkan mikroorganisme temofilik. Akan tetapi,
apabila suhu melampaui 65–700C, kegiatan mikroorganisme akan menurun karena
kematian organisme akibat panas yang tinggi.
b. Pengomposan anaerob : penguraian bahan organik terjadi pada kondisi anaerob
(tanpa oksigen). Tahap pertama, bakteri fakultatif penghasil asam menguraikan bahan
organik menjadi asam lemak, aldehida, dan lain-lain. Proses selanjutnya bakteri dari
kelompok lain akan mengubah asam lemak menjadi gas metan, amoniak, CO 2 dan
hidrogen. Hal ini menyebabkan ketersediaan hara N, P, dan K tanah menurun, karena
diserap dan digunakan oleh mikroba pendekomposisi untuk aktivitas peruraian bahan
organik (Sutanto, 2002). Proses penguraian secara anaerob juga menghasilkan
energi/suhu sehingga suhu tanah meningkat.

2.4 Ara sungsang (Asystasia gangetica) dan Potensinya sebagai Kompos


Asystasia gangetica merupakan tanaman herba yang tumbuh cepat dan
mudah berkembangbiak. Berbatang lunak, dapat tumbuh dalam keadaan yang kurang
baik. Daun berhadapan, sering berpasangan, berbentuk bulat panjang, pangkal bulat
dan bertangkai. Bunga mengelompok, banyak, sedikit berbunga tunggal, berwarna
putih atau ungu, kelopak bunga menutupi ovari. Buah kapsul, panjang 2-3 cm, berbiji
empat atau kurang dalam buah kapsul dan mengandung bahan organik yang cukup
tinggi 37,87% C, 2,06 % N, dan 1,57% K.
Kompos merupakan produk pembusukan dari limbah tanaman dan hewan
hasil perombakan oleh fungi aktynomisetes, dan cacing tanah. Pupuk hijau
merupakan keseluruhan tanaman hijau maupun hanya bagian dari tanaman seperti
sisa batang dan tunggul akar setelah bagian atas tanaman yang hijau digunakan
sebagai pakan ternak. Sebagai contoh pupuk hijau ini adalah sisa–sisa tanaman,
kacang-kacangan, dan tanaman paku air azolla. Pupuk kandang merupakan kotoran
ternak (Tyasmoro, 2006). Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
mutu bibit kayu manis adalah dengan penambahan bahan organik. Bahan organik
yang diberikan dapat berfungsi sebagai pengikat butiran-butiran tanah sehingga
agregatnya menjadi mantap. Keadaan ini berpengaruh terhadap porositas, daya
penyimpanan, dan penyediaan air serta aerase tanah. Perbaikan sifat fisik, kimia, dan
biologi tanah ini akan menjadikannya media yang baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan akar.
Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan
beberapa manfaat yaitu menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman,
menggemburkan tanah, memperbaiki stuktur tanah, meningkatkan porositas, aerasi
dan komposisi mikroorganisme tanah, meningkatkan daya ikat tanah terhadap air
serta memudahkan pertumbuhan akar tanaman (Murbandono, 2007). Menurut
Prihandini et al,. (2007), kompos mampu memperbaiki kerusakan sifat fisik
berupa struktur tanah akibat pemakaian pupuk anorganik pada tanah secara
berlebihan dalam jangka waktu lama. Penelitian (Islamiyah, 2011) menunjukkan
bahwa pemberian ara sungsang mampu meningkatkan kandungan bahan organik
tanah.

Anda mungkin juga menyukai