Anda di halaman 1dari 28

PROSES BELAJAR DAN JALUR-JALUR BELAJAR

Definisi Proses Belajar


Proses  belajar adalah suatu aktifitas psikis ataupun mental yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan setumpuk perubahan
dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu
bersifat relatif konstan dan berbekas. Setiap jenis belajar mengandung suatu
proses belajar tersendiri yang memiliki kekhususan tersendiri, namun semua jenis
belajar ini meliputi suatu proses belajar yang menunjukkan gejala-gejala  yang
terdapat pada semua proses belajar.

A. Fase-fase/ tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran

1. Rangkaian Proses Pembelaran

Fase-fase/ tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran yang dimaksud

meliputi: tahap perencanaan, tahap pelaksanan, dan tahap evaluasi. Adapun

dari ketiganya ini akan dibahas sebagaimana berikut:

1). Tahap Perencanaan.

Kegiatan pembelajaran yang baik senantiasa berawal dari rencana

yang matang. Perencanaan yang matang akan menunjukkan hasil yang

optimal dalam pembelajaran. Perencanaan merupakan proses penyusunan

sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Tahapan ini memuat kegiatan perencanaan pembelajaran

kedepan yang nantinya akan menjadi pedoman untuk mencapai hasil apa

yang diharapkan dalam akhir pembelajaran dan tentunya akan dijadikan

pedoman dalam proses pengajaran. Pelaksanaan perencanaan tersebut

dapat disusun berdasarkan kebutuhan dalam jangka tertentu sesuai dengan


keinginan pembuat perencanaan. Namun yang lebih utama adalah

perencanaan yang dibuat harus dapat dilaksanakan dengan mudah dan

tepat sasaran.

Perencanaan pembelajaran, yang direncanakan harus sesuai dengan

target pendidikan. Guru sebagai subjek dalam membuat perencanaan

pembelajaran harus dapat menyusun berbagai program pengajaran sesuai

pendekatan, metode, dan teori yang akan digunakan agar pembelajaran

yang ditempuh bisa efektif dan efisien. Dalam konteks desentralisasi

pendidikan seiring perwujudan pemerataan hasil pendidikan yang bermutu,

diperlukan standar kompetensi mata pelajaran yang dapat

dipertanggungjawabkan dalam konteks lokal, nasional dan global.

Secara umum guru itu harus memenuhi dua kategori, yaitu

memiliki capability dan loyality, yakni guru itu harus memiliki

kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan

teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi

sampai evaluasi, dan memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal terhadap

tugas-tugas keguruan yang tidak semata di dalam kelas, tapi sebelum dan

sesudah kelas.

Beberapa prinsip yang perlu diterapkan diterapkan dalam membuat

persiapan mengajar:

 Memahami tujuan pendidikan.

 Menguasai bahan ajar.

 Memahami teori-teori pendidikan selain teori pengajaran.


 Memahami prinsip-prinsip mengajar.

 Memahami metode-metode mengajar.

 Memahami teori-teori belajar.

 Memahami beberapa model pengajaran yang penting.

 Memahami prinsip-prinsi evaluasi.

 Memahami langkah-langkah membuat lesson plan.

Langkah-langkah yang harus dipersiapkan dalam pembelajaran adalah

sebagai berikut:

a. Analisis Hari Efektif dan analisis Program Pembelajaran

Untuk mengawali kegiatan penyusunan program pembelajaran,

guru perlu membuat analisis hari efektif selama satu semester. Dari

hasil analisis hari efektif akan diketahui jumlah hari efektif dan hari

libur tiap pekan atau tiap bulan sehingga memudahkan penyususnan

program pembelajaran selama satu semester. Dasar pembuatan analisis

hari efektif adalah kalender pendidikan dan kalender umum.

Berdasarkan analisis hari efektif tersebut dapat disusun analisis program

pembelajaran. Membuat Program Tahunan, Program Semester dan

Program Tagihan Program Tahunan Penyusunan program pembelajaran

selama tahun pelajaran dimaksudkan agar keutuhan dan kesinambungan

program pembelajaran atau topik pembelajaran yang akan dilaksanakan

dalam dua semester tetap terjaga.

Program Semester Penyusunan program semester didasarkan

pada hasil anlisis hari efektif dan program pembelajaran tahunan.


Program Tagihan Sebagai bagian dari kegiatan pembelajaran, tagihan

merupakan tuntutan kegiatan yang harus dilakukan atau ditampilkan

siswa. Jenis tagihan dapat berbentuk ujian lisan, tulis, dan penampilan

yang berupa kuis, tes lisan, tugas individu, tugas kelompok, unjuk kerja,

praktek, penampilan, atau porto folio.

b. Menyusun Silabus

Silabus diartikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau

pokok-pokok isi atau materi pelajaran. Silabus merupakan penjabaran

dari standard kompetensi, kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan

pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam

rangka mencapai standard kompetensi dan kompetensi dasar.

Menyusun Rencana Pembelajaran Kalau penyusunan silabus

bisa dilakukan oleh tim guru atau tim ahli mata pelajaran, maka rencana

pembelajaran seyogyanya disusun oleh guru sebeleum melakukan

kegiatan pembelajaran. Rencana pembelajaran bersifat khusus dan

kondisional, dimana setiap sekolah tidak sama kondisi siswa dan sarana

prasarana sumber belajarnya. Karena itu, penyusunan rencana

pembelajaran didasarkan pada silabus dan kondisi pembelajaran agar

kegiatan pembelajaran dapat berlangsung sesuai harapan. Penilaian

Pembelajaran Penilaian merupakan tindakan atau proses untuk

menentukan nilai terhadap sesuatu. Penilaian merupakan proses yang

harus dilakukan oleh guru dalam rangkaian kegiatan pembelajaran.

Prinsip penilaian antara lain  Valid, mendidik, berorientasi pada


kompetensi, adil dan objektif, terbuka, berkesinambungan, menyeluruh,

bermakna.

2). Tahap Pelaksanaan

Hakikat dari tahap pelaksanaan adalah kegiatan operasional

pembelajaran itu sendiri. Dalam tahap ini, guru melakukan interaksi

belajar-mengajar melalui penerapan berbagai strategi metode dan tekhnik

pembelajaran, pemanfaatan seperangkat media dan tentunya dengan

tambahan pemahaman/ penguasaan teori pendidikan, prinsip mengajar,

teori belajar dan yang lainnya yang relevan untuk proses pembelajaran.

Dalam proses ini, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh

seorang guru,diantaranya ialah:

a. Aspek pendekatan dalam pembelajaran

Pendekatan pembelajaran terbentuk oleh konsepsi, wawasan

teoritik dan asumsi-asumsi teoritik yang dikuasai guru tentang hakikat

pembelajaran. Mengingat pendekatan pembelajaran bertumpu pada

aspek-aspek dari masing-masing komponen pembelajaran, maka dalam

setiap pembelajaran, akan tercakup penggunaan sejumlah pendekatan

secara serempak. Oleh karena itu, pendekatan-pendekatan dalam setiap

satuan pembelajaran akan bersifat multi pendekatan.

b. Aspek Strategi dan Taktik dalam Pembelajaran

Pembelajaran sebagai proses, aktualisasinya mengimplisitkan

adanya strategi. Strategi berkaitan dengan perwujudan proses


pembelajaran itu sendiri. Strategi pembelajaran berwujud sejumlah

tindakan pembelajaran yang dilakukan guru yang dinilai strategis untuk

mengaktualisasikan proses pembelajaran. Terkait dengan pelaksanaan

strategi adalah taktik pembelajaran. Taktik pembelajaran berhubungan

dengan tindakan teknis untuk menjalankan strategi. Untuk

melaksanakan strategi diperlukan kiat-kiat teknis, agar nilai strategis

setiap aktivitas yang dilakukan guru-murid di kelas dapat terealisasi.

Kiat-kiat teknis tertentu terbentuk dalam tindakan prosedural. Kiat

teknis prosedural dari setiap aktivitas guru-murid di kelas tersebut

dinamakan taktik pembelajaran. Dengan perkataan lain, taktik

pembelajaran adalah kiat-kiat teknis yang bersifat prosedural  dari suatu

tindakan guru dan siswa dalam pembelajaran aktual di kelas.

c. Aspek Metode dan Tekhnik dalam Pembelajaran

Aktualisasi pembelajaran berbentuk serangkaian interaksi

dinamis antara guru-murid atau murid dengan lingkungan belajarnya.

Interaksi guru-murid atau murid dengan lingkungan belajarnya tersebut

dapat mengambil berbagai cara. Cara-cara interaksi guru-murid atau

murid dengan lingkungan belajarnya tersebut lazimnya dinamakan

metode.

Metode merupakan bagian dari sejumlah tindakan strategis

yang menyangkut tentang cara bagaimana interaksi pembelajaran

dilakukan. Metode dilihat dari fungsinya merupakan seperangkat cara

untuk melakukan aktivitas pembelajaran. Ada beberapa cara dalam


melakukan aktivitas pembelajaran, misalnya dengan berceramah,

berdiskusi, bekerja kelompok, bersimulasi dan lain-lain. Setiap

metode memiliki aspek teknis dalam penggunaannya. Aspek teknis

yang dimaksud adalah gaya dan variasi dari setiap pelaksanaan

metode pembelajaran

d. Aspek Prosedur Pembelajaran

Pembelajaran dari sisi proses keberlangsungannya, terjadi

dalam bentuk serangkaian kegiatan yang berjalan secara bertahap.

Kegiatan pembelajaran berlangsung dari satu tahap ke tahap

selanjutnya, sehingga terbentuk alur konsisten. Tahapan pembelajaran

yang konsisten yang berbentuk alur peristiwa pembelajaran tersebut

merupakan prosedur pembelajaran.

3.  Tahap Evaluasi

Pada hakekatnya evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengukur

perubahan perilaku yang telah terjadi. Pada umumnya hasil belajar akan

memberikan pengaruh dalam dua bentuk:

Peserta akan mempunyai perspektif terhadap kekuatan dan

kelemahannya atas perilaku yang diinginkan;Mereka mendapatkan

bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau

dua tahap, sehingga sekarang akan timbul lagi kesenjangan antara

penampilan perilaku yang sekarang dengan tingkah laku yang

diinginkan.
Pada tahap ini kegiatan guru adalah melakukan penilaian atas

proses pembelajaran yang telah dilakukan. Evaluasi adalah alat untuk

mengukur ketercapaian tujuan. Dengan evaluasi, dapat diukur kuantitas

dan kualitas pencapaian tujuan pembelajaran. Sebaliknya, oleh karena

evaluasi sebagai alat ukur ketercapaian tujuan, maka tolak ukur

perencanaan dan pengembangannya adalah tujuan pembelajaran. Dalam

kaitannya dengan pembelajaran, Moekijat (seperti dikutip Mulyasa)

mengemukakan teknik evaluasi belajar pengetahuan, keterampilan, dan

sikap sebagai berikut: “(1) Evaluasi belajar pengetahuan, dapat

dilakukan dengan ujian tulis, lisan, dan daftar isian pertanyaan; (2)

Evaluasi belajar keterampilan, dapat dilakukan dengan ujian praktek,

analisis keterampilan dan analisis tugas serta evaluasi oleh peserta didik

sendiri; (3) Evaluasi belajar sikap, dapat dilakukan dengan daftar sikap

isian dari diri sendiri, daftar isian sikap yang disesuaikan dengan tujuan

program, dan skala deferensial sematik (SDS)”

Apapun bentuk tes yang diberikan kepada peserta didik, tetap

harus sesuai dengan persyaratan yang baku, yakni tes itu harus:

 Memiliki validitas (mengukur atau menilai apa yang hendak diukur

atau dinilai, terutama menyangkut kompetensi dasar dan materi

standar yang telah dikaji);

 Mempunyai reliabilitas (keajekan, artinya ketetapan hasil yang

diperoleh seorang peserta didik, bila dites kembali dengan tes yang

sama);
 Menunjukkan objektivitas (dapat mengukur apa yang sedang

diukur, disamping perintah pelaksanaannya jelas dan tegas

sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang tidak ada

hubungannya dengan maksud tes);

 Pelaksanaan evaluasi harus efisien dan praktis.

2. Fase-fase dalam proses belajar di sekolah

A. Fase Motivasi

Timbulnya motivasi (dorongan belajar) dalam diri siswa

Dua jenis motivasi :

1. Motivasi Intrinsik

Dorongan yang timbul dalam diri siswa karena stimulus

(rangsangan) dari dalam dirinya sendiri. Stimulus itu antara lain minat,

bakat, cita-cita, kepuasan melakukan sesuatu dengan berhasil. Allah

berfirman dalam memberikan motivasi kepada hambanya yang terdapat

pada surat ali imron ayat 159

ِ ‫ٱست َۡغفِ ۡر لَهُمۡ َو َش‬


ۡ‫او ۡرهُم‬ ۡ َ‫وا ِم ۡن َح ۡولِ ۖكَ ف‬
ۡ ‫ٱعفُ ع َۡنهُمۡ َو‬ ِ ‫فَبِ َما َر ۡح َم ٖة ِّمنَ ٱهَّلل ِ لِنتَ لَهُمۡۖ َولَ ۡو ُكنتَ فَظًّا َغلِيظَ ۡٱلقَ ۡل‬
ْ ُّ‫ب ٱَلنفَض‬

١٥٩ َ‫فِي ٱَأۡلمۡ ۖ ِر فَِإ َذا عَزَمۡ تَ فَت ََو َّك ۡل َعلَى ٱهَّلل ۚ ِ ِإ َّن ٱهَّلل َ يُ ِحبُّ ۡٱل ُمتَ َو ِّكلِين‬ 

Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah

lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati

kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu

maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan

bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila

kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.


Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-

Nya

2. Motivasi Ekstrinsik

Dorongan yang timbuk dalam diri siswa, karena  stimulus dari luar,

seperti penghargaan atas kinerja, pujian, atau upah yang diberikan pihak

lain. Kedua motivasi itu sangat penting dalam belajar, tetapi motivasi

intrinsik yang paling penting.

B. Fase Pemerhatian

Pemerhatian:

Pemerhatian (pemberian) perhatian pada materi pelajaran yang sedang (akan

segera) disajikan. Ini timbul dengan baik setelah ada motivasi.

Ada tiga proses yang terjadi:

1. Proses memperhatikan

2. Proses menanggapi (memasukkan kedalam persepsi)

3. Proses memahami.

Kuat-lemahnya proses-proses itu banyak bergantung pada cara penyajian

materi sekolah, situasi belajar pengajar, dan motivasi.

C. Fase Pemerolehan

Pemerolehan:

Proses memahami (memeroleh) arti materi sekolah, dan

memasukkannya kedalam ingatan jangka pendek (short-term memory), dan


dari sana akan disimpan dalam ingatan jangka panjang(long-term memory).

Proses ini disebut juga pelambangan (encoding). Guru berperan penting

dalam membuat kuat-lemahnya proses ini.

D. Fase Penyimpanan

Apa yang sudah dipahami dan dimasukkan kedalam ingatan jangka

pendek dimasukkan dalam ingatan jangka panjang kemudian, dan disimpan

disana dalam jangka waktu yang lama.

Apa sesungguhnya yang terjadi dalam ingatan  jangka panjang tidak diketahui

dengan jelas.

Yang pasti ialah bahwa kapasitas ingatan ini sangat besar.

Fase penyimpanan ini juga disampaikan oleh imam syafii dalam sebuah

lantunan kata mutiara beliau yang mana syarat memperoleh ilmu diantaranya

adalah kecerdasan dan memiliki kapasitas yang luar biasa

†َ ‫ َسُأ ْنبِ ْي‬# ‫اَالَ الَتَنَا ُل ْال ِع ْل َم اِالَّ بِ ِستَّ ٍة‬


‫ك ع َْن َمجْ ُموْ ِعهَا بِبَيَا ٍن‬

ٍ ‫ َواِرْ َشا ُد اُ ْستَا ٍذ َوطُوْ ِل زَ َم‬# ‫ار َوب ُْل َغ ٍة‬


‫ان‬ ٍ ْ‫ُذ َكا ٍء َو ِحر‬
ٍ َ‫ص َواصْ ِطب‬

Ingatlah….. tidak akan kalian mendapatkan ilmu yang manfaat kecuali

dengan 6 syarat, yaitu :

 cerdas

 semangat

 sabar

 biaya

 petunjuk ustadz/guru 

 waktu yang lama


E. Fase Pengingatan

Pengingatan:

Proses mengingat kembali apa yang telah dipelajari (disimpan dalam ingatan

jangka panjang)

 Pengingatan terjadi apabila ada tuntutan dari luar, misalnya, pertanyaan atau

masalah yang dihadapi. Guru berperan penting dalam meningkatkan kemampuan

(Kecepatan dan ketepatan) siswa dalam pengingatan. Proses yang terjadi dalam

pengingatan disebut juga pelepasan lambang (decoding).

F. Fase Generalisasi

Generalisasi:

Proses mengingat dan mempergunakan apa yang telah dipelajari. Dari segi

bahasa, pada fase ini siswa dapat menyatakan apa yang telah dipelajarinya dengan

kata – kata (bahasa) sendiri secara baik . Fase inilah sesungguhnya tujuan akhir

belajar. Kemampuan Generalisasi adalah indikator mutu pemahaman siswa

tentang materi pelajaran. Pada fase ini juga berkembang daya kritis dan berpikir

mandiri.

Fase ini disebut juga transfer (pengetahuan sudah menjadi milik siswa).

G. Fase Kinerja

Ini adalah proses dimana siswa membuktikan pemahamannya tentang materi

pelajaran melalui perbuatan (kinerja), seperti jawabnya atas pertanyaan dalam

ujian, atau sikapnya dalam menghadapi masalah.


H. Fase Umpan Balik

Fase ini sesungguhnya sejalan dengan fase kinerja, karena dari kinerja diperoleh

juga umpan balik.

Dalam fase ini siswa mengetahui tingkat pemahamanya tentang materi pelajaran

dari kinerjanya sendiri, dalam arti hasil yang diperoleh dari kinerja kerja itu,

seperti nilai ujian, respon yang diberikan guru, dll.

Umpan balik berguna untuk peningkatan (perbaikan) mutu. Dari umpan balik

dapat diketahui apa yang harus diperbaiki.

Urutan fase – fase diatas adalah yang umum (standar). Tetapi dapat juga terjadi

bahwa urutan itu tidak diikuti, misalnya langsung ke fase pemerhatian atau

pemerolehan. Perubahan ini dapat terjadi terutama karena situasi belajar mengajar

yang dihadapi, termasuk cara – cara penyajian materi pelajaran oleh guru. Tetapi

bagaimanapun, fase – fase tersebut perlu diperhatikan. Menurut Jerome S.

Brunner, salah seorang penentang teori S-R Bond, dalam proses pembelajaran

siswa menempuh tiga fase, yaitu

1. Fase Informasi ( Tahap Penerimaan Materi )

Dalam fase informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah

keterangan mengenai materi yan sedang dipelajar. Diantara informasi yan

diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri ada pula yang

berfungsi menambah, memperluas, dan memperdaln pengetahuan yang

sebelumnya telah dimiliki.

1. Fase Transformasi ( Tahap Pengubahan Materi )


Dalam fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu di analisis, diubah,

atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak

pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa

pemula, fase ini akan berlangsung lebih mudah apabila disertai dengan bimbingan

anda selaku guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif

yan tepat untuk melakukan pembeljaran materi pelajaran tertentu.

1. Fase Evaluasi

Dalam fase evaluasi, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah

pengetahuan ( informasi yng telah di transformasikan tadi ) dapat dimanfaatkan

untuk memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.

Pada pembelajaran multimodel, tahapan pembelajaran tidak bersifat permanen

tetapi sangat ditentukan oleh konten/materi bahan pelajaran dan situasi kelas yang

ingin diciptakan oleh guru.  Tahapan dalam proses belajar dengan pembelajaran

multimodel sangat memungkinkan terjadinya kombinasi tahapan antar model-

model pembelajaran yang telah ada. Prinsip dalam penyusunan tahapan

pembelajaran adalah tujuan yang ingin dicapai, pengalaman belajar yang

diharapkan, partisipasi siswa dalam belajar, efektivitas dalam mengelola waktu.

Namun demikian, salah satu bentuk implementasi pembelajaran multimodel dapat

dikemukakan dalam bentuk fase-fase pembelajaran, sebagai berikut:

 Fase I (motivasi dan perumusan tujuan)

Pada tahapan awal ini, guru sebagai fasilitator melakukan ice breaker dengan

siswa, kemudian direfleksi untuk memberikan motivasi atau membangkitkan


semangat belajar siswa. setelah itu, guru memfasilitasi siswa untuk merumuskan

tujuan pembelajaran secara demokratis. Keterlibatan siswa dalam merumuskan

tujuan belajar, membangun rasa tanggung jawab dan hubungan emosional siswa

dengan aktivitas belajar.

 Fase II (Penyajian data dan orientasi masalah)

Pada tahapan kedua ini, guru dapat menyajikan materi inti dari konten yang ingin

dipahami, skill yang akan dilatih, sikap yang akan ditunjukkan serta mengarahkan

kegiatan yang akan dilakukan. Guru dan siswa dapat saling berinteraksi dalam

fase ini untuk selanjutnya, siswa memahami kegiatan yang harus dilakukan dalam

tahap belajar berikutnya. Pada tahap ini, juga dapat dilakukan pengelompokan

siswa secara berimbang dengan memperhatikan faktor efektivitas kegiatan dan

kualitas interaksi.

 Fase III (kajian masalah dan penyelesaiannya)

Pada tahapan ini siswa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah yang

ada bersama baik secara individual maupun kelompok yang telah ditentukan.

Siswa dapat mengeksplorasi lingkungan, literature, bereksperimen, berdiskusi

dengan nara sumber atau sesama anggota kelompok. Dalam tahap ini, guru dapat

melakukan pendekatan kepada siswa secara individual atau kelompok untuk

pembimbingan untuk efektivitas dalam pencapaian tujuan. Guru juga dapat

memberikan motivasi, penguatan dan penghargaan sebagai bentuk perhatian yang

dilakukan secara merata dan tepat guna kepada siswa. Namun demikian, orientasi

tetap pada tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan
melalui proses kerja sama yang memberikan peran masing-masing secara

proporsional. Teori behavioral untuk pembelajaran menekankan pentingnya

pengkondisian sebagai upaya mengaitkan atau mengasosiasi stimuli serta peran

konsekuensi perilaku dalam menghasilkan perubahan dalam probabilitas perlaku

(Santrock, 2007).

 Fase IV (Komunikasi/Penyajian hasil)

Pada tahap ini, guru memfasilitasi siswa mengkomunikasi pemahamannya dan

atau menyajikan hasil karyanya untuk dishare kepada anggota kelas/kelompok

lain. Pada tahap ini, kelompok lain dapat memberikan tanggapan dan penilaian

terhadap materi yang disajikan sehingga terjadi interaksi dalam proses

pembelajaran. Intervensi guru dalam hal ini, dapat berperan dalam klarifikasi dan

mengarahkan untuk pembentukan kesimpulan. Dengan demikian, pengembangan

akan informasi yang didapat akan lebih beraneka ragam. Interaksi yang terjadi

dapat memicu kreatifitas dan daya berpikir yang lebih luas, sehingga dapat

terbentuk asosiasi pengalaman sebagai stimulus untuk membentuk perilaku yang

lebih baik.

 Fase V (Refleksi dan Penghargaan/reward)

Pada tahap ini, siswa diarahkan untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

aktivitas yang telah dilakukan dan memikirkan upaya yang dapat dilakukan untuk

mengembangkan aktivitas sehingga menjadi lebih baik. Siswa dapat melakukan

evaluasi terhadap strategi pembelajaran yang diterapkan guru dan sebaliknya,


guru juga dapat memberikan feedback kepada siswa. Setelah itu, guru

menyampaikan penghargaan terhadap pencapaian hasil belajar siswa yang

ditunjukkan selama proses interaksi serta hasil yang dicapai dari sebuah proses.

Penghargaan dapat didukung oleh bukti rekaman aktivitas atau penilaian yang

dilakukan oleh guru ataupun oleh siswa sendiri. Penghargaan dapat diberikan

dalam bentuk pujian yang positif, sehingga dapat meningkatkan daya respon anak

terhadap stimulus. Pada tahap ini pula, guru dapat memberikan suplemen materi,

sebagai pengayaan yang dapat dipelajari siswa secara mandiri atau dengan

bimbingan guru secara nonreguler.

  Jalur-jalur belajar     


1.    Jalur belajar informasi verbal

Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik

terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi

symbol, pemecahan masalah maupun penerapan aturan.

Dalam jalur informasi verbal ataupun tekanan yang harus diberikan pada fase

tertentu:

a. Fase motivasi  : cukup berperan bila siswa harus mempelajari

banyak padanan kata-kata atau banyak fakta.

b. Fase mengolah : perlu mendapat tekanan dalam belajar fakta,

karena dalam fase ini siswa mengadakan organisasi yang pada

dasarnya berwujud mencari makna atau arti, yang kemudian

dituangkan dalam suatu perumusan verbal. Dalam belajar padanan

kata-kata, “mengolah” mengambil wujud mengulang-ulang

kembali dan hal ini membutuhkan waktu. Fase mengolah kerap

disebut “fiksasi” dan berperan sekali. Makin baik fiksasinya, makin

baik pula penyimpanannya dan makin sempurnalah reproduksinya.

c. Fase menggali : berperan sekali bila fakta yang telah dihafal,

dimasukkan kembali ke dalam LTM untuk dipelajari kembali

(review) atau dihubungkan dengan fakta baru. Dengan

demikian, working memory memegang peranan pokok dalam

belajar informasi verbal.


d. Fase prestasi   : mengambil wujud menuangkan informasi yang

dimiliki dalam perumusan verbal yang tepat, sehingga orang lain

dapat menagkapnya dengan jelas.

2.    Jalur belajar pengaturan kegiatan kognitif

Aspek kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir,

mengetahui dan memecahkan masalah. Ranah kognitif mencakup kegiatan mental

(otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah

termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan

berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi,

menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam ranah kognitif

itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah

sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang

dimaksud adalah:

a.    Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge): Adalah kemampuan seseorang untuk

mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah,

ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk

menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses berfikir

yang paling rendah. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang

pengetahuan adalah dapat menghafal surat al-‘Ashar, menerjemahkan dan

menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu materi pelajaran

kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama Islam di sekolah.


b.    Pemahaman (comprehension) : Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti

atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata

lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari

berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia

dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu

dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang

kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Salah

satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya:

Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan

tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-‘Ashar secara lancar

dan jelas.

c.    Penerapan (application): Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau

menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip,

rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret.

Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang

pemahaman. Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya:

Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep kedisiplinan yang

diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah,

maupun masyarakat.

d.   Analisis (analysis) : Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau

menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil

dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang

satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi
ketimbang jenjang aplikasi. Contoh: Peserta didik dapat merenung dan

memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa

dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengah-tengah

masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.

e.    Sintesis (syntesis) : Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari

proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan

bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu

pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis

kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu jasil

belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis

karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.

Akal dapat diartikan sebagai daya pikir atau potensi intelegensi.

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang

mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai

pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk

menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau

prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian

aspek kognitif adalah sub-taksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan

mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang

paling tinggi .

Sasaran belajar adalah pengaturan kegiatan kognitif dalam sisitematika arus

pikiran sendiri dan sistematisasi proses belajar dalam diri sendiri (control

process). Untuk menunjuk pada pengaturan kegiatan kognitif dapat menggunakan


metakognitif, yaitu pengetahuan tentang kegiatan berpikir dan belajar serta control

terhadap kegiatan itu pada diri sendiri. 

Pengaturan kegiatan kognitif merupakan suatu kemahiran tersendiri; orang

yang memiliki kemahiran ini, mampu mengontrol dan menyalurkan aktivitas

kognitif yang berlangsung dalam dirinya.

1.    Fase motivasi        : untuk mendapat motivasi siswa harus berupaya dengan

memeras otaknya sendiri. Jika kadar motivasi lemah, siswa akan cenderung

membiarkan problem tetap menjadi problem dan terlalu susah untuk memikirkan.

2.    Fase konsentrasi    : siswa harus mengamati dengan cermat, kalau penyelesaian

masalah membutuhkan pengamatan. 

3.    Fase pengolahan    : siswa harus menggali dari ingatannya terhadap siasat yang

pernah digunakan untuk mengatasi hal serupa, mana yang cocok untuk suatu

problem.  Jika tidak tersedia siasat dalam ingatan, siswa harus menciptakan siasat

baru dan ini membutuhkan pikiran kreatif, paling sedikit pikiran terarah.

4.    Fase umpan balik  : siswa mendapat konfirmasi tentang tepat tidaknya

penyelesaian yang ditemukannya. Konfirmasi ini dapat meningkatkan atau

menurunkan motivasi siswa untuk berusaha memeras otak lagi pada lain

kesempatan.

3.   Jalur belajar ketrampilan motorik

Belajar ketrampilan motorik menuntut kemampuan untuk merangkaikan

sejumlah gerak-gerik jasmani dalam urusan dan koordinasi sehingga terwujud

otomatisme gerak jasmani.


Peranan dan wujud dari beberapa fase dalam belajar ketrampilan motorik

atau tekanan yang harus diberikan pada fase tertentu:

1.    Fase motivasi              : sangat berperan, apabila  ketrampilan yang dipelajari

membutuhkan usaha kontinyu dan banyak waktu latihan.

2.    Fase konsentrasi          : berperan dalam belajar keterampilan yang menuntut

pengamatan terhadap lingkungan untuk menentukan posisi badan dan

memperkirakan jarak, seperti dalam bermain sepak bola.

3.    Fase pengolahan          : mempelajari prosedur yang harus diikuti dan melatih

diri, baik subketerampilan maupun keseluruhan rangkaian gerak-gerik, disetai

koordinasi.

4.    Fase menggali             : menggali “program mental” yang tersimpan dalam LTM

(dari ingatan).

5.    Fase umpan balik        : konfirmasi mengambil wujud umpan balik intrinsik atau

ekstrinsik.

4.   Proses Belajar Afektif

Menurut Sunarto dalam kehidupan ada dua proses yang beroperasi secara

kontinum, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung

secara saling bergantung satu sama lain. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam

bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan

untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.

Pertumbuhan berarti tahapan meningkatkan sesuatu dalam hal jumlah,

ukuran dan arti pentingnya. Dalam pengertian lain pertumbuhan berarti perubahan
kuantitatif yang mengacu pada jumlah, besar dan luas yang bersifat konkret dan

penambahan ukuran yang berangsur-angsur, seperti badan yang menjadi besar dan

tegap, kaki dan tangan semakin panjang. Sedangkan perkembangan adalah proses

tahapan pertumbuhan kearah yang lebih maju. Dalam pengertian lain,

perkembangan adalah rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia kearah

yang lebih maju dan sempurna. 

Dengan demikian proses pertumbuhan dan perkembangan, berjalan

beriringan sesuai dengan bertambahnya usia manusia, namun perkembangan akan

berlanjut terus hingga manusia mengakhiri hayatnya. Sedangkan pertumbuhan

terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisik. Artinya orang tak akan

bertambah tinggi atau besar jika batas pertumbuhan tubuhnya telah mencapai

tingkat kematangan.

J. Peaget dan L. Kohlberg, telah membagi tahap perkembangan nilai moral

seseorang kedalam empat tahap, yaitu: 

 tahap pertama: usia 0-3 tahun (pra moral). 

 Tahap kedua: usia 3-6 tahun (tahap egosentris). 

 Tahap ketiga: usia 7-12 tahun (tahap heteronom) atau disebut juga

fase usia baligh. 

 Tahap keempat: usia 12-17 tahun (tahap otonom) atau fase

pubertas.

      Anak usia SMP tergolong pada fase pubertas (tahap keempat) yaitu antara usia

12-17 tahun, dan fase ini ditandai dengan terjadinya perubahan pada diri anak.

Perubahan fisik ditandai dengan mulai nampak sifat kelaki-lakiannya pada anak
laki-laki dan kewanitaan pada diri anak perempuan. Tubuhnya mulai kelihatan

besar dan ia mulai berjalan menuju rambu-rambu kesempurnaan dan kematangan

diri.

      Perubahan psikis ditandai dengan mulai jelas kepribadian anak, baik laki-laki

maupun perempuan, anak mulai kelihatan mandiri, siap menerima segala resiko

berat, berbangga diri terhadap apa yang dimiliki. Bahkan, ia merasa dirinya paling

cakep, paling mempesona, paling luas wawasannya, paling hebat cara berfikirnya,

paling baik perilakunya, paling benar pendapatnya dibandingkan orang lain. Pada

fase ini seseorang mulai mengerti nilai-nilai dan mulai memakainya dengan

caranya sendiri. Moralitasnya ditandai dengan kooperatif, interaksi dengan teman

sebaya, diskusi, kritik diri, rasa persamaan, dan menghormati orang lain

merupakan faktor utama dalam tahap ini.

      Dalam tahap ini ada dua potensi yang masing-masing dapat mendatangkan

kebaikan dan sekaligus keburukan. Artinya, jika pada fase pubertas ini anak

diarahkan dengan pengarahan yang baik dan benar, maka ia akan mendapatkan

kebahagiaan dunia akhirat. Namun sebaliknya, jika ia dibiarkan begitu saja tanpa

diarahkan, dibimbing dan dibina secara baik, maka ia akan mendapat

kesengsaraan di dunia dan akhirat. Fase ini merupakan tahap membina perilaku

karena pada tahap ini merupakan  masa peralihan dari suatu keadaan ke keadaan

lainnya yang selalu menimbulkan gejolak, goncangan, dan benturan, yang

kadang-kadang berakibat sangat fatal.

      Seiring dengan meningkatnya umur anak, maka cara berpikir anak pun

semakin berkembang disertai kedewasaan. Hal ini menunjukkan dengan


bertambahnya usia, persoalan juga bertambah rumit, kemudian kedewasaan

berpikir dapat menyelesaikan persoalan yang dihadapi.

Ada lima tipe belajar menurut  R. M. Gagne :

a)       Informatif verbal (  Verbal Information ) adalah pengetahuan yang dimiliki

seorang dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan dan tertulis. Pengetahuan

tersebut diperoleh dari sumber yang menggunakan bahasa baik lisan maupun

tertulis.

Informasi verbal ada 2 yaitu :

-        Cap verbal : kata yang dimiliki seseorang untuk menunjuk pada obyek-obyek

yang dihadapi misal ; kata ‘ kursi ‘ untuk benda tertentu.

-        Data/fakta : kenyataan yang diketahui, missal; “ Negara Indonesia dilalui

khatulistiwa”

b)      Kemahiran intelektual ( Intelectual skill ) adalah kemampuan untuk berhubungan

dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk representasi

khususnya konsep dan berbagai lambang / symbol ( huruf, angka, kata, gambar )

Contoh : seseorang akan menempuh ujian mengemudi untuk memperoleh Surat

Ijin Mengemudi (SIM A). Ujian itu terdiri dari 2 bagian yaitu ujian praktek dan
teori. Dengan demikian pengetahuan calon pemegang SIM A dapat diuji melelui

representasi visual dari situasi lalu lintas yang dihadapi di jalan          

Kategori kemahiran intelektual dibagi atas 4 sub kemampuan antara lain :

-          Diskriminasi jamak

-          Konsep ( concept)

-          Kaidah ( rule )

-          Prinsip ( higher – order ruler )

c)       Pengaturan kegiatan kognitif (cognitive strategy)

Adalah suatu kemahiran yang berbeda sifat dengan kemahiran-kemahiran

intelektual yang dibahas sebelumnya, maka diberi nama sendiri supaya tidak

dicampuradukan dengan konsep dan kaidah. Orang yang memiliki kemampuan ini

dapat menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri, mendapat

aplikasi yang luas sekali. Oleh sebab itu, sesorang yang mendalami itu makin baik

pula hasil pemikirannya.

d)      Keterampialan motorik ( motorik skill )

Adalah orang yang memiliki keterampilan motorik mampu melakukan suatu

rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu dengan mengadakan

koordinasi antara gerak gerik berbagai anggota badan secara terpadu

e)     Sikap ( attitude )

Adalah orang yang bersikap tertentu cenderung menerima dan menolak suatu

obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu, berguna atau berharga baginya

atau tidak.
Contoh : sisiwa yang memandang belajar di sekolah sebagai suatu yang sangat

bermanfaat baginya memiliki sikap yang positif terhadap belajar di sekolah dan

sebaliknya kalau siswa memandang belajar di sekolah sebagai suatu yang tidak

berguna.

Anda mungkin juga menyukai