1). Tahap Perencanaan.
kedepan yang nantinya akan menjadi pedoman untuk mencapai hasil apa
tepat sasaran.
tugas-tugas keguruan yang tidak semata di dalam kelas, tapi sebelum dan
sesudah kelas.
persiapan mengajar:
sebagai berikut:
guru perlu membuat analisis hari efektif selama satu semester. Dari
hasil analisis hari efektif akan diketahui jumlah hari efektif dan hari
siswa. Jenis tagihan dapat berbentuk ujian lisan, tulis, dan penampilan
yang berupa kuis, tes lisan, tugas individu, tugas kelompok, unjuk kerja,
b. Menyusun Silabus
bisa dilakukan oleh tim guru atau tim ahli mata pelajaran, maka rencana
kondisional, dimana setiap sekolah tidak sama kondisi siswa dan sarana
bermakna.
2). Tahap Pelaksanaan
teori belajar dan yang lainnya yang relevan untuk proses pembelajaran.
Dalam proses ini, ada beberapa aspek yang harus diperhatikan oleh
metode.
metode pembelajaran
perubahan perilaku yang telah terjadi. Pada umumnya hasil belajar akan
bahwa perilaku yang diinginkan itu telah meningkat baik setahap atau
diinginkan.
Pada tahap ini kegiatan guru adalah melakukan penilaian atas
dilakukan dengan ujian tulis, lisan, dan daftar isian pertanyaan; (2)
analisis keterampilan dan analisis tugas serta evaluasi oleh peserta didik
sendiri; (3) Evaluasi belajar sikap, dapat dilakukan dengan daftar sikap
isian dari diri sendiri, daftar isian sikap yang disesuaikan dengan tujuan
harus sesuai dengan persyaratan yang baku, yakni tes itu harus:
diperoleh seorang peserta didik, bila dites kembali dengan tes yang
sama);
Menunjukkan objektivitas (dapat mengukur apa yang sedang
A. Fase Motivasi
1. Motivasi Intrinsik
(rangsangan) dari dalam dirinya sendiri. Stimulus itu antara lain minat,
١٥٩ َفِي ٱَأۡلمۡ ۖ ِر فَِإ َذا عَزَمۡ تَ فَت ََو َّك ۡل َعلَى ٱهَّلل ۚ ِ ِإ َّن ٱهَّلل َ يُ ِحبُّ ۡٱل ُمتَ َو ِّكلِين
Nya
2. Motivasi Ekstrinsik
Dorongan yang timbuk dalam diri siswa, karena stimulus dari luar,
seperti penghargaan atas kinerja, pujian, atau upah yang diberikan pihak
lain. Kedua motivasi itu sangat penting dalam belajar, tetapi motivasi
B. Fase Pemerhatian
Pemerhatian:
1. Proses memperhatikan
3. Proses memahami.
C. Fase Pemerolehan
Pemerolehan:
D. Fase Penyimpanan
Apa sesungguhnya yang terjadi dalam ingatan jangka panjang tidak diketahui
dengan jelas.
Fase penyimpanan ini juga disampaikan oleh imam syafii dalam sebuah
lantunan kata mutiara beliau yang mana syarat memperoleh ilmu diantaranya
cerdas
semangat
sabar
biaya
petunjuk ustadz/guru
Pengingatan:
Proses mengingat kembali apa yang telah dipelajari (disimpan dalam ingatan
jangka panjang)
Pengingatan terjadi apabila ada tuntutan dari luar, misalnya, pertanyaan atau
(Kecepatan dan ketepatan) siswa dalam pengingatan. Proses yang terjadi dalam
F. Fase Generalisasi
Generalisasi:
Proses mengingat dan mempergunakan apa yang telah dipelajari. Dari segi
bahasa, pada fase ini siswa dapat menyatakan apa yang telah dipelajarinya dengan
kata – kata (bahasa) sendiri secara baik . Fase inilah sesungguhnya tujuan akhir
tentang materi pelajaran. Pada fase ini juga berkembang daya kritis dan berpikir
mandiri.
Fase ini disebut juga transfer (pengetahuan sudah menjadi milik siswa).
G. Fase Kinerja
Fase ini sesungguhnya sejalan dengan fase kinerja, karena dari kinerja diperoleh
Dalam fase ini siswa mengetahui tingkat pemahamanya tentang materi pelajaran
dari kinerjanya sendiri, dalam arti hasil yang diperoleh dari kinerja kerja itu,
Umpan balik berguna untuk peningkatan (perbaikan) mutu. Dari umpan balik
Urutan fase – fase diatas adalah yang umum (standar). Tetapi dapat juga terjadi
bahwa urutan itu tidak diikuti, misalnya langsung ke fase pemerhatian atau
pemerolehan. Perubahan ini dapat terjadi terutama karena situasi belajar mengajar
yang dihadapi, termasuk cara – cara penyajian materi pelajaran oleh guru. Tetapi
Brunner, salah seorang penentang teori S-R Bond, dalam proses pembelajaran
Dalam fase informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah
diperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri ada pula yang
atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak
pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa
pemula, fase ini akan berlangsung lebih mudah apabila disertai dengan bimbingan
anda selaku guru yang diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif
1. Fase Evaluasi
Dalam fase evaluasi, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah
tetapi sangat ditentukan oleh konten/materi bahan pelajaran dan situasi kelas yang
ingin diciptakan oleh guru. Tahapan dalam proses belajar dengan pembelajaran
Pada tahapan awal ini, guru sebagai fasilitator melakukan ice breaker dengan
tujuan belajar, membangun rasa tanggung jawab dan hubungan emosional siswa
Pada tahapan kedua ini, guru dapat menyajikan materi inti dari konten yang ingin
dipahami, skill yang akan dilatih, sikap yang akan ditunjukkan serta mengarahkan
kegiatan yang akan dilakukan. Guru dan siswa dapat saling berinteraksi dalam
fase ini untuk selanjutnya, siswa memahami kegiatan yang harus dilakukan dalam
tahap belajar berikutnya. Pada tahap ini, juga dapat dilakukan pengelompokan
kualitas interaksi.
Pada tahapan ini siswa diberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah yang
ada bersama baik secara individual maupun kelompok yang telah ditentukan.
dengan nara sumber atau sesama anggota kelompok. Dalam tahap ini, guru dapat
dilakukan secara merata dan tepat guna kepada siswa. Namun demikian, orientasi
tetap pada tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan
melalui proses kerja sama yang memberikan peran masing-masing secara
(Santrock, 2007).
lain. Pada tahap ini, kelompok lain dapat memberikan tanggapan dan penilaian
pembelajaran. Intervensi guru dalam hal ini, dapat berperan dalam klarifikasi dan
akan informasi yang didapat akan lebih beraneka ragam. Interaksi yang terjadi
dapat memicu kreatifitas dan daya berpikir yang lebih luas, sehingga dapat
lebih baik.
Pada tahap ini, siswa diarahkan untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
aktivitas yang telah dilakukan dan memikirkan upaya yang dapat dilakukan untuk
ditunjukkan selama proses interaksi serta hasil yang dicapai dari sebuah proses.
Penghargaan dapat didukung oleh bukti rekaman aktivitas atau penilaian yang
dilakukan oleh guru ataupun oleh siswa sendiri. Penghargaan dapat diberikan
dalam bentuk pujian yang positif, sehingga dapat meningkatkan daya respon anak
terhadap stimulus. Pada tahap ini pula, guru dapat memberikan suplemen materi,
sebagai pengayaan yang dapat dipelajari siswa secara mandiri atau dengan
bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik
Dalam jalur informasi verbal ataupun tekanan yang harus diberikan pada fase
tertentu:
(otak). Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah
itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah
sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang
dimaksud adalah:
yang paling rendah. Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang
menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu materi pelajaran
atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata
lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari
dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu
kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan. Salah
satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya:
Peserta didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan
tentang makna kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-‘Ashar secara lancar
dan jelas.
rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam situasi yang baru dan kongkret.
Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi ketimbang
pemahaman. Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang penerapan misalnya:
maupun masyarakat.
menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil
satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah setingkat lebih tinggi
ketimbang jenjang aplikasi. Contoh: Peserta didik dapat merenung dan
memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari kedisiplinan seorang siswa
pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola baru. Jenjang sintesis
kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah satu jasil
belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis
mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang
paling tinggi .
pikiran sendiri dan sistematisasi proses belajar dalam diri sendiri (control
memeras otaknya sendiri. Jika kadar motivasi lemah, siswa akan cenderung
membiarkan problem tetap menjadi problem dan terlalu susah untuk memikirkan.
3. Fase pengolahan : siswa harus menggali dari ingatannya terhadap siasat yang
pernah digunakan untuk mengatasi hal serupa, mana yang cocok untuk suatu
problem. Jika tidak tersedia siasat dalam ingatan, siswa harus menciptakan siasat
baru dan ini membutuhkan pikiran kreatif, paling sedikit pikiran terarah.
menurunkan motivasi siswa untuk berusaha memeras otak lagi pada lain
kesempatan.
koordinasi.
(dari ingatan).
5. Fase umpan balik : konfirmasi mengambil wujud umpan balik intrinsik atau
ekstrinsik.
Menurut Sunarto dalam kehidupan ada dua proses yang beroperasi secara
secara saling bergantung satu sama lain. Keduanya tidak dapat dipisahkan dalam
bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan
ukuran dan arti pentingnya. Dalam pengertian lain pertumbuhan berarti perubahan
kuantitatif yang mengacu pada jumlah, besar dan luas yang bersifat konkret dan
penambahan ukuran yang berangsur-angsur, seperti badan yang menjadi besar dan
tegap, kaki dan tangan semakin panjang. Sedangkan perkembangan adalah proses
terjadi sampai manusia mencapai kematangan fisik. Artinya orang tak akan
bertambah tinggi atau besar jika batas pertumbuhan tubuhnya telah mencapai
tingkat kematangan.
pubertas.
Anak usia SMP tergolong pada fase pubertas (tahap keempat) yaitu antara usia
12-17 tahun, dan fase ini ditandai dengan terjadinya perubahan pada diri anak.
Perubahan fisik ditandai dengan mulai nampak sifat kelaki-lakiannya pada anak
laki-laki dan kewanitaan pada diri anak perempuan. Tubuhnya mulai kelihatan
diri.
Perubahan psikis ditandai dengan mulai jelas kepribadian anak, baik laki-laki
maupun perempuan, anak mulai kelihatan mandiri, siap menerima segala resiko
berat, berbangga diri terhadap apa yang dimiliki. Bahkan, ia merasa dirinya paling
cakep, paling mempesona, paling luas wawasannya, paling hebat cara berfikirnya,
paling baik perilakunya, paling benar pendapatnya dibandingkan orang lain. Pada
fase ini seseorang mulai mengerti nilai-nilai dan mulai memakainya dengan
sebaya, diskusi, kritik diri, rasa persamaan, dan menghormati orang lain
Dalam tahap ini ada dua potensi yang masing-masing dapat mendatangkan
kebaikan dan sekaligus keburukan. Artinya, jika pada fase pubertas ini anak
diarahkan dengan pengarahan yang baik dan benar, maka ia akan mendapatkan
kebahagiaan dunia akhirat. Namun sebaliknya, jika ia dibiarkan begitu saja tanpa
kesengsaraan di dunia dan akhirat. Fase ini merupakan tahap membina perilaku
karena pada tahap ini merupakan masa peralihan dari suatu keadaan ke keadaan
Seiring dengan meningkatnya umur anak, maka cara berpikir anak pun
seorang dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa lisan dan tertulis. Pengetahuan
tersebut diperoleh dari sumber yang menggunakan bahasa baik lisan maupun
tertulis.
- Cap verbal : kata yang dimiliki seseorang untuk menunjuk pada obyek-obyek
khatulistiwa”
khususnya konsep dan berbagai lambang / symbol ( huruf, angka, kata, gambar )
Ijin Mengemudi (SIM A). Ujian itu terdiri dari 2 bagian yaitu ujian praktek dan
teori. Dengan demikian pengetahuan calon pemegang SIM A dapat diuji melelui
- Diskriminasi jamak
- Konsep ( concept)
- Kaidah ( rule )
intelektual yang dibahas sebelumnya, maka diberi nama sendiri supaya tidak
dicampuradukan dengan konsep dan kaidah. Orang yang memiliki kemampuan ini
aplikasi yang luas sekali. Oleh sebab itu, sesorang yang mendalami itu makin baik
e) Sikap ( attitude )
Adalah orang yang bersikap tertentu cenderung menerima dan menolak suatu
obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek itu, berguna atau berharga baginya
atau tidak.
Contoh : sisiwa yang memandang belajar di sekolah sebagai suatu yang sangat
bermanfaat baginya memiliki sikap yang positif terhadap belajar di sekolah dan
sebaliknya kalau siswa memandang belajar di sekolah sebagai suatu yang tidak
berguna.