Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN REFLEKSI KASUS

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TUGUREJO SEMARANG


PRODI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNISSULA

BLOK : 29
RUANG : VK
Hari/Tanggal : Senin, 16 Januari 2023

IDENTITAS MAHASISWA
Nama : Rifa Ulfah Ghina
Nim : 32102100029
Semester :3

IDENTITAS PEMBIMBING
Pembimbing Klinik : Yuni Widayati, S.ST
Pembimbing Akademik : Atika Zahria Arisanti, S.ST., M.Keb

a. Deskripsi Kejadian

Pada tanggal 16 Januari 2023 Pukul 23.00 saya saat itu shift malam sedang jaga di ruang VK, lalu
sekitar pukul 23.10 salah satu bidan di VK menerima panggilan telfon dan ternyata itu dari IGD.
IGD menyampaikan bahwa akan mengantar pasien ibu hamil dengan KPD ke ruang VK. Setelah
pasien datang sekitar pukul 23.30 saya bergegas membantu mengganti pakaian pasien dan
membantu pasien untuk berbaring di bed. Tidak lama dokter datang dan ingin melakukan
Tindakan USG. Sambil melakukan USG dokter bertanya sejak kapan keluar cairan ketuban?
Merembes sedikit-sedikit atau langsung pyok? Pasien pun menjawab sekitar habis magrib pukul
18.30 dan langsung pyok. Selesai USG hasil menunjukkan bayi dalam keadaan baik kepala
berada dibawah namun belum masuk panggul, usia kehamilan ibu 39 minggu dan belum ada
kenceng-kenceng belum ada pembukaan. Lalu dokter menjelaskan kepada keluarga hasil
pemeriksaan karena ini KPD maka dokter memberikan pilihan untuk di induksi atau SC. Tetapi
saat saya melakukan TTV tekanan darah ibu tinggi 162/95mmHg dan berat badan ibu pun masuk
ke obesitas yaitu 71kg mengingat tinggi ibu hanya 153cm. setelah dokter mengetahui hal itu
maka dokter mendiagnosa bahwa ibu hamil ini dengan KPD dan PE, setelah itu saya dan bidan
langsung mengambil urin ibu dengan kateter karena ibu belum ada rasa ingin BAK. Setelah itu
saya mengantarkan urin ke laboratorium untuk di cek protein urin ibu. Setelah itu dokter
memutuskan untuk SC Cito pada jam 05.00 pagi harinya. Sebelum itu dokter sudah meminta
persetujuan dan keluarga sudah tanda tangan di lembar informed consent. Pagi harinya sekitar
jam 04.50 saya dan bidan mengantar pasien ke IBS untuk dilakukan SC.

b. Perasaan saat menghadapi kasus tersebut

Penasaran,saat menghadapi kasus tersebut tentunya sedikit bingung karena ada rasa mengantuk
tengah malam pasien datang dan bidan memberitahu saya untuk gerak cepat dalam membantu
Tindakan-tindakan. Tetapi dengan adanya kejadian ini saya jadi bisa banyak belajar bahwa
sebagai nakes kita memang harus bertindak dengan cepat, yakin, disiplin, dan tegas.

c. Evaluasi: sisi negative dan positif kasus tersebut

 Sisi Positif dari kasus ini adalah tindakan yang diberikan dokter sangat bagus dan
cepat,saat menangani pasien dokter juga dengan ramah dan tenang,dokter juga
membimbing pasien dengan sabar dan meminta bantuan ke mahasiswa praktek dengan
sangat ramah sehingga membuat saya senang ketika membantu dan banyak mendapatkan
ilmu serta pengalaman yang baik.
 Negative: Untuk sisi negativnya mungkin saya belum bisa dipercaya oleh bidan untuk
melakukan tindakan sepenuhnya sendirian seperti mengeluarkan urin dengan menggunakan
kateter.
d. Analisis

Pasien Ny. N usia 28 tahun datang ke IGD RSUD Tugurejo tanggal 16 Januari 2023 pukul
23.00 WIB dengan keluhan utama keluar air-air dari jalan lahir sejak 5 jam yang lalu. Setelah
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang maka didapatkan diagnosis
G1P0A0 hamil 39 minggu dengan ketuban pecah dini 5 jam janin tunggal hidup presentasi kepala.
Diagnosis KPD didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
laboratorium. Pada kasus, berdasarkan anamnesis didapatkan HPHT 15 April 2022 dan datang
dengan keluhan keluar air-air dari jalan lahir sejak ± 5 jam sebelum masuk rumah sakit. Air-air
yang keluar berwarna putih bening dan tidak berbau. Keluhan ini tidak disertai dengan adanya sakit
perut menjalar ke pinggang (-) dan keluar lendir darah (-). Berdasarkan teori, usia kandungan
pasien sudah cukup bulan (aterm) yaitu 39 minggu dan keluhan yang dirasakan oleh pasien
mengarah kepada diagnosis ketuban pecah dini dan menyatakan belum ada tanda-tanda inpartu.
Pada kasus, pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal, baik pemeriksaan tanda
vital, maupun status generalisata dari pasien. Pada pasien belum didapatkan adanya tanda-tanda
infeksi. Suhu pasien normal yaitu 36,6o C. Denyut nadinya juga dalam batas normal, yaitu 89 kali
per menit. Tekanan darah pasien tinggi yaitu 162/95mmHg. Berdasarkan teori, pemeriksaan fisik
pada kasus KPD ini penting untuk menentukan ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu. Hal ini
terkait dengan penatalaksanaan KPD selanjutnya dimana risiko infeksi ibu dan janin meningkat
pada KPD. Umumnya dapat terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Selain itu juga
didapatkan adanya nadi yang cepat. Tetapi pada kasus ini tidak didapatkan sehingga belum ada
tanda-tanda infeksi pada ibu.
Pemeriksaan inspekulo secara steril merupakan langkah pemeriksaan pertama terhadap
kecurigaan KPD. Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari
orifisium uteri eksternum (OUE). Pada pasien KPD akan tampak cairan keluar dari vagina. Cairan
yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna, bau dan pHnya. Air ketuban yang keruh dan berbau
menunjukkan adanya proses infeksi. Pada kasus ini tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo.
Pada kasus, dilakukan pemeriksaan dalam 1x untuk menentukan ada tidaknya pembukaan.
Pada saat di lakukan pemeriksaan dalam pada pasien ini belum ada pembukaan dan ketuban (-).
Pemeriksaan dalam vagina dibatasi seminimal mungkin untuk mencegah infeksi.
Berdasarkan pemeriksaan laboratorium didapatkan bahwa leukosit pasien meningkat yaitu
16.200/uL. Hal ini menunjukkan adanya proses infeksi.Pada kasus ini, keluar air ketuban dari jalan
lahir atau dalam hal ini pecahnya ketuban dicurigai terjadi 5 jam sebelum masuk rumah sakit,
sementara belum ada tanda-tanda inpartu pada pemeriksaan dalam.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengambil tindakan terhadap pasien KPD dan
PE, yaitu umur kehamilan dan ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu. Pemberian antibiotik
dapat menurunkan infeksi pada ibu dan pemberian terapi Methyldopa dapat menurunkan tekanan
darah ibu. Waktu pemberian antibiotik hendaknya diberikan segera setelah diagnosis KPD
ditegakkan.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan, pasien pada kasus ini didiagnosis sebagai KPD dan PE. Kasus yang ditemukan sudah
sesuai dengan teori yang ada. Penatalaksanaan KPD dan PE pada pasien ini pada umumnya tepat.

e. Kesimpulan

Dari kasus tersebut kita dapat tarik kesimpulan bahwa apapun tindakan yang kita lakukan walau
tidak banyak dan hanya Sebagian, kita harus menghadapinya dengan tenang, professional dan
yakin dan kita harus berani mencoba agar kita mendapatkan pengalaman dan pembelajaran baru
dari hal tersebut.

f. Action plan: Seandainya ke depan menghadapi kasus

Seandainya ke depan saya menghadapi kasus tersebut saya mungkin akan banyak lebih belajar
tentang penanganan psikologis dan spiritual karena ibu terlihat sangat resah dengan kondisi bayi
yang ada di dalam perutnya. Apalagi ini adalah kehamilan pertama ibu dan ibu di diagnose KPD
dan PE yang mungkin ibu tersebut baru kali itu mendengarnya. Selain tindakan secara medis
dibutuhkan juga dukungan dari orang-orang sekitar. Saya akan banyak belajar tentang Tindakan
yang harus dilakukan atau penanganan segera pada pasien dengan KPD dan PE seperti
memberikan teknik relaksasi olah nafas untuk mengurangi/mengontrol rasa takut dan emosional
serta membuat pasien agar tetap tenang dan rileks.

Anda mungkin juga menyukai