Anda di halaman 1dari 8

Eduarts 2 (1) (2013)

Eduarts: Journal of Arts Education

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduart

MODEL PEMBELAJARAN BERKARYA DAN PRESENTASI KARYA


ILUSTRASI MELALUI PAMERAN KELAS SEBAGAI UPAYA UNTUK
MENINGKATKAN APRESIASI SENI RUPA PADA SISWA KELAS XI IPS
SMA NEGERI 1 JEKULO KUDUS

Sagita Bunga Aryani

Jurusan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Pengembangan model pembelajaran akan membantu guru untuk mengemas sebuah pembelajaran yang dapat
Diterima Agustus 2013 menarik minat siswa dalam mengapresiasi karya seni rupa. Model pembelajaran yang didahului dengan kegiatan
Disetujui Agustus 2013 berkarya dilanjutkan dengan kegiatan apresiasi dalam pameran akan melibatkan siswa secara langsung dalam
setiap kegiatan pembelajaran dan dapat menggugah minat siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Dipublikasikan
implementasi model pembelajaran berkarya dan presentasi karya ilustrasi melalui pameran kelas. Penelitian ini
November 2013
merupakan penelitian pengembangan dengan analisis diskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa
________________ Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Jekulo Kudus. Hasil penelitian terdiri dari hasil validasi pakar model, hasil uji coba
Keywords: terbatas, hasil uji skala besar, dan hasil tanggapan guru. Hasil validasi pakar model pembelajaran mendapatkan
Kolagraf, waste of nature, nilai yang sangat tinggi sehingga model pembelajaran yang dikembangkan dapat diaplikasikan di sekolah. Hasil
creativity, graphic arts. uji coba terbatas mendapatkan nilai yang tinggi, tetapi perlu dilakukan revisi pada aspek berkarya ilustrasi dan
____________________ lembar apresiasi. Hasil pada uji skala besar memperoleh penilaian yang sangat tinggi. Model pembelajaran
berkarya dan presentasi karya ilustrasi melalui pameran kelas dapat diimplikasikan di SMA Negeri 1 Jekulo
Kudus dan terbukti dapat meningkatkan apresiasi seni rupa, karena berdasarkan hasil penelitian siswa lebih
berminat mengikuti pembelajaran setelah model pembelajaran diimplementasikan.

Abstract
___________________________________________________________________
Learning model development will help teachers to pack a lesson that can attract students in appreciating art. Learning model
that preceded the work activity followed by an appreciation in the fair activities will involve students directly in each learning
activity and can arouse the interest of students . The purpose of this study is to investigate the implementation of learning
models work and presentation of works of illustration through the exhibition class . This research is the development of a
qualitative descriptive analysis . The subjects were Class XI students of SMA Negeri 1 IPS Holy Jekulo . The results consist of
the results of the model validation experts , the results of limited testing , the results of a large -scale test , and the results of
teachers' responses . Results of expert validation study model scores very high so that the learning model developed can be
applied in schools . Limited test results to get a high score , but it needs to be revised in the work aspect illustrations and sheet
appreciation . Test results on a large scale to obtain a very high valuation . Learning model illustration work and presentation
of the work can be implied through the exhibition class at SMAN 1 Holy Jekulo and proven to increase the appreciation of fine
art , because based on the results of research students are more interested in taking lessons after learning model is implemented .

© 2013 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6625
Gedung B5 Lantai 2 FBS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: senirupa@unnes.ac.id

1
Sagita Bunga Aryani / Eduarts: Journal of Arts Education 2 (1) (2013)

PENDAHULUAN Hal tersebut dipertegas pendapat


Sobandi (2008:5) pada konteks pendidikan
Penerapan pendidikan seni di sekolah formal, proses penyelenggaraan pendidikan
merupakan suatu bentuk perwujudan tujuan kesenian tiap jenjang pendidikan masih
nasional yaitu mencerdaskan kehidupan ditemukan permasalahan apresiasi terhadap
bangsa. Menurut Susanto (2010) pendidikan karya seni yang rendah.
seni adalah segala usaha untuk Permasalahan tersebut menjadikan
meningkatkan kemampuan kreatif dan kurangnya minat terhadap pembelajaran
ekspresif anak didik dalam mewujudkan apresiasi pada khususnya dan pembelajaran
kegiatan artistiknya berdasarkan aturan- seni rupa pada umumnya. Pembelajaran seni
aturan estetika tertentu. Selain itu, rupa yang diberikan secara lebih kompleks
pendidikan seni bertujuan menciptakan cita akan sangat penting bagi peserta didik
rasa keindahan dan kemampuan mengolah karena dapat mengembangkan berbagai
serta menghargai seni (Dalam potensi yang dimiliki peserta didik, dan
www.pembelajaransenirupa.com). perilaku sosial seperti disiplin diri, motivasi
Tujuan pendidikan seni meliputi diri, menghargai diri, serta interaksi sosial.
kegiatan berkreasi dan berapresiasi. Hal ini Selain itu, pembelajaran apresiasi
sejalan dengan pendapat Syafii (2006) yang memegang peranan penting dalam upaya
menyebutkan tentang fungsi pendidikan seni melatih kepekaan siswa terhadap sesuatu
rupa sebagai pemenuh kebutuhan yang estetis. Hal tersebut dipertegas oleh
berekspresi, berkreasi, dan berapresiasi serta Derlan (1987:15) bahwa apresiasi seni pada
berekreasi. dasarnya adalah untuk mendapatkan apa
Melalui kegiatan berkarya seni rupa yang disebut pengalaman estetis. Apresiasi
siswa akan mampu mengembangkan seni yang terarah, sadar, dan terencana akan
gagasan yang kreatif dengan menciptakan menghasilkan pengalaman estetis. Hal ini
hal-hal baru dan unik. Selain itu, siswa juga dipertegas Soedarso (1990:79) yang
perlu mengasah kemampuan mengapresiasi menyebutkan bahwa tujuan pokok
karya seni untuk memahami, mengolah, penyelenggaraan apresiasi seni adalah untuk
menghargai, dan memahami nilai-nilai menjadikan masyarakat “melek seni”
estetis yang terkandung dalam karya seni. sehingga dapat menerima seni sebagaimana
Pada umumnya pembelajaran seni mestinya. Tujuan apresiasi seni menurut
rupa di sekolah hanya dilaksanakan pada kurikulum pendidikan umum, untuk
salah satu aspek saja, yaitu kegiatan memperkenalkan siswa terhadap seni dan
berkreasi seni rupa. Hal tersebut karena membuat siswa lebih memahami nilai-nilai
masih kurangnya tenaga pendidik serta aturan kehidupan dalam budayanya.
profesional yang sesuai dengan bidang seni Pernyataan berbagai fakta tersebut
rupa, sehingga kreativitas guru dalam menjelaskan semakin tenggelamnya
mengembangkan perangkat pembelajaran pembelajaran apresiasi sebagai salah satu
seni rupa tidak maksimal. aspek penting dalam pembelajaran seni rupa
Pembelajaran seni rupa sebagai salah dan menjadi faktor penyebab
satu aspek dalam pendidikan seni di sekolah ketidakseimbangan pembelajaran seni rupa.
juga mengalami imbas dari ketidak Selain itu, didukung oleh kenyataan bahwa
populeran pendidikan seni. Alasan guru Mata Pelajaran Seni Rupa lebih
kurangnya tenaga pendidik yang profesional mementingkan pembelajaran berkreasi,
dan kurangnya sarana prasarana yang bahkan hampir tidak pernah memberikan
memadai menyebabkan pola pemikiran pelajaran apresiasi (berdasarkan pengamatan
sebagian besar guru seni rupa hanya fokus di beberapa sekolah). Hal ini akan
pada kegiatan berkreasi seni rupa saja.

2
Sagita Bunga Aryani / Eduarts: Journal of Arts Education 2 (1) (2013)

menurunkan minat siswa dalam Penelitian ini dilakukan di SMA


pembelajaran apresiasi. Negeri 1 Jekulo Kudus dengan subjek
Berdasarkan alasan tersebut penelitian Siswa Kelas XI IPS. Pendekatan
pembelajaran apresiasi seni rupa dengan penelitian ini adalah penelitian
menerapkan model pembelajaran yang pengembangan dengan produk yang
menggabungkan kegiatan berkarya dihasilkan yaitu Model pembelajaran
dilanjutkan dengan kegiatan apresiasi seni berkarya dan presentasi karya ilustrasi
akan membantu menggugah minat siswa melalui pameran kelas.
yang kurang dalam pembelajaran apresiasi Tahapan penelitian pengembangan
seni rupa. Karena kegiatan apresiasi berdasarkan modifikasi dari Sugiyono yaitu
merupakan suatu kegiatan aktif yang studi pendahuluan yang terdiri atas studi
menuntut suatu pengalaman langsung, kepustakaan, survei lapangan, dan
sebagai pendukung dibutuhkan suatu model penyusunan produk awal. Kedua
pembelajaran yang melibatkan siswa secara pengembangan produk yang meliputi
langsung. perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan
Sebagai suatu kegiatan aktif, model pembelajaran dalam uji coba terbatas,
pembelajaran apresiasi yang dikembangkan selanjutnya pelaksanaan pembelajaran
harus didukung dengan suatu kegiatan yang dalam Uji Skala Besar untuk menguji
melibatkan siswa secara langsung agar produk. Setelah pengujian Produk akan
mendapatkan pengalaman sebagai proses diperoleh hasil penelitian.
pembelajaran. Model pembelajaran apresiasi Penelitian ini menggunakan metode
seni rupa yang didahului kegiatan berkarya analisis data dengan teknik analisis deskripti
dan diakhiri dengan kegiatan pameran akan kualitatif dengan model analisis interaktif.
melibatkan tiga komponen utama yaitu Teknik analisis deskriptif kualitatif adalah
siswa (sebagai seniman), karya seni rupa, suatu bentuk menganalisis data dengan cara
dan siswa (sebagai apresiator). Melalui mendeskripsikan atau menggambarkan data
pameran siswa akan mendapatkan yang telah terkumpul, yang selanjutnya
pengalaman langsung baik dalam berkarya dipaparkan dalam bentuk kata-kata atau
seperti lebih percaya diri, tanggung jawab, kalimat, dan dipisah-pisahkan menurut
disiplin, dan tekun. Pengalaman sebagai kategori untuk memperoleh kesimpulan.
apresiator dapat melatih bagaimana Teknik analisis diskriptif kualitatif
menghargai karya sendiri dan karya teman, menggunakan model interaktif dengan
serta saling menghormati atas segala menggunakan tiga langkah, yaitu: reduksi
perbedaan. data, penyajian data, dan penarikan
Rumusan masalah dalam penelitian kesimpulan atau verivikasi.
ini adalah apakah Model pembelajaran
berkarya dan presentasi karya ilustrasi HASIL DAN PEMBAHASAN
melalui pameran kelas dapat
diimplimentasikan dan dapat meningkatkan SMA Negeri 1 Jekulo Kudus berlokasi
apresiasi seni rupa siswa SMA Negeri 1 di Jalan Raya Kudus - Pati Km 10
Jekulo Kudus. Tujuan Penelitian ini adalah Kabupaten Kudus. Tenaga kerja di SMA
untuk mengetahui implementasi Model Negeri 1 Jekulo Kudus terdiri dari 72 guru,
pembelajaran berkarya dan presentasi karya satu guru merangkap sebagai kepala sekolah
ilustrasi melalui pameran kelas dapat dan empat guru merangkap sebagai wakil
meningkatkan apresiasi seni rupa siswa kepala sekolah, serta 33 pegawai sekolah.
SMA Negeri 1 Jekulo Kudus. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Jekulo
Kudus tahun 2013 adalah Bapak Drs. Joko
METODE PENELITIAN Sutrisno. Guru mata pelajaran seni rupa

3
Sagita Bunga Aryani / Eduarts: Journal of Arts Education 2 (1) (2013)

diampu oleh dua guru yaitu Bapak Wiet dengan ukuran, yaitu menggambar mistar
Suwito, S.Pd. dan Bapak Moh. Muchlas, dan menggambar perspektif. Pada jurusan
S.Pd. Keseluruhan siswa di SMA Negeri 1 IPS dan Bahasa lebih bebas, yaitu
Jekulo Kudus berjumlah 1074 siswa. menggambar ilustrasi dan ornamen.
Mata pencaharian orang tua siswa Apresiasi dilaksanakan secara tidak
SMA Negeri 1 Jekulo Kudus, mayoritas langsung, guru memajang karya di ruang
adalah 35% sebagai pedagang, 28% sebagai pembelajaran seni rupa, sehingga secara
petani, 16% sebagai wiraswasta, 15% sebagai tidak langsung siswa mengapresiasi karya.
PNS, dan 6% bekerja di BUMN. Model pembelajaran apresiasi seni
Berdasarkan hasil presentasi mata rupa yang dikembangkan merupakan suatu
pencaharian orang tua siswa berada pada bentuk pembelajaran apresiasi seni rupa
tingkat ekonomi menengah keatas. Namun, yang melibatkan dua aspek kompetensi yang
sebagian besar orang tua siswa bekerja harus tercapai dalam pembelajaran seni rupa
sebagai pedagang dan petani yang sibuk yaitu pembelajaran berkarya diikuti
dengan pekerjaannya untuk menghasilkan pembelajaran apresiasi dalam kegiatan
uang, sehingga kurang memperhatikan pameran. Pada tahapan proses berkarya
pendidikan anak. Hal tersebut selain harus menciptakan karya ilustrasi
mempengaruhi perkembangan kemampuan karikatur yang bertema “Tokoh Politik
kreativitas anak, khususnya pada mata Indonesia” siswa juga harus menuliskan
pelajaran seni rupa. pengalaman yang didapat selama proses
Kreativitas siswa terhambat karena berkarya dalam lembar pengalaman
kurangnya perhatian orang tua terhadap berkarya. Tahapan kedua dalam proses
pelajaran yang mengembangkan kreativitas pembelajaran apresiasi seni rupa, siswa
penuh seperti kesenian. Orang tua siswa membentuk kelompok dan memilih karya
beranggapan mata pelajaran kesenian kurang yang terbaik dalam kelompok untuk
penting sehingga tidak diperioritaskan, salah dipresentasikan dalam pameran. Tahapan
satunya dapat dilihat dari kelengkapan dan terakhir dalam pembelajaran apresiasi seni
kualitas peralatan pada pelajaran kesenian rupa, siswa memajang karya terpilih dalam
khususnya seni rupa. Media yang dibawa ruang pemeran, selanjutnya pembuat karya
siswa untuk menggambar yang terkesan mempresentasikan hasil pengalaman
seadanya, tidak lengkap, dan tidak berkarya dan siswa lain menulis hasil
diperhatikan kualitas media, sehingga apresiasi dalam lembar apresiasi.
berpengaruh pada hasil karya siswa. Hasil pengujian pertama terdiri dari
Pembelajaran seni rupa di SMA validasi pakar model dan hasil uji coba
Negeri 1 Jekulo Kudus dilaksanakan pada terbatas. Hasil penilaian dari Dosen
Kelas XI dan XII dengan alokasi waktu 2 Pembimbing 1 dan Dosen Pembimbing 2
jam pelajaran setiap seminggu sekali. sebagai validator 1 dan validator 2 model
Kurikulum Seni Budaya pada sekolah pembelajaran diperoleh total skor 95 dengan
menengah atas adalah menuntun anak agar rata-rata presentasi 95%. Berdasarkan
memiliki kemampuan berkarya dan presentasi skor yang diperoleh, model
mengapresiasi karya. Namun, seperti yang pembelajaran yang dikembangkan
telah dijelaskan pembelajaran seni rupa dinyatakan layak diaplikasikan dalam
hanya mengacu pada satu kompetensi dasar penelitian tahap pertama. Proses
saja yaitu berkarya. Kelas XI dan XII pada pembelajaran pada uji coba terbatas terbagi
dasarnya diberikan materi yang sama, yang dalam dua tahap kegiatan, yaitu kegiatan
membedakan adalah progam atau jurusan berkarya ilustrasi karikatur dan kegiatan
siswa, sebagai contoh untuk jurusan IPA apresiasi dalam pameran. Pada tahap
diberikan materi tentang menggambar terikat berkarya karikatur siswa menggambar

4
Sagita Bunga Aryani / Eduarts: Journal of Arts Education 2 (1) (2013)

karikatur dengan tema “Tokoh Politik Pengisian lembar apresiasi diarahkan


Indonesia” pada kertas A4 dan bahan cat air. dan dibimbing oleh guru, hal tersebut
Karya ilustrasi yang dipilih hanya satu untuk dilakukan agar siswa tidak kebingungan
dipajang dan diapresiasi dalam pameran. pada saat mengisi lembar apresiasi, selain itu
Pembelajaran apresiasi dalam bertujuan agar jawaban siswa tidak keluar
pameran kelas dimulai dengan kegiatan jauh dari lingkup aspek apresiasi, sehingga
pemasangan karya pada pameran. Pameran memudahkan guru dan peneliti pada saat
dilaksanakan di ruang seni budaya SMA menganalisis hasil apresiasi siswa.
Negeri 1 Jekulo Kudus. Penataan ruang seni Berdasarkan hasil apresiasi dan
budaya sudah seperti ruang pamer, siswa analisis siswa, secara keseluruhan Subjek
hanya mengatur pemasangan karya yang Penelitian mengapresiasi karya dengan baik.
akan diapresiasi. Beberapa siswa kurang Meskipun masih terdapat siswa yang kurang
bersemangat untuk mempersiapkan antusias, tetapi siswa mampu memberikan
pameran, hal tersebut karena kurangnya penilaian terhadap karya teman. Hasil
minat siswa pada kegiatan pembelajaran apresiasi dituliskan ke dalam lembar
yang aktif, serta karya yang dipasang pada apresiasi sesuai karya yang diamati dan
pameran hanya satu karya yang terpilih saja, arahan yang diberikan guru, sehingga dapat
sehingga mengurangi minat siswa untuk disimpulkan minat dan pemahaman
melaksanakan kegiatan pameran. Karya apresiasi siswa meningkat. Siswa mampu
dipasang dibagian depan, selanjutnya guru menjelaskan objek yang dilihat sesuai
membagikan lembar apresiasi karya pada dengan persepsinya, siswa juga semakin
siswa yang akan mengapresiasi karya. peka dan memberikan respon terhadap
Lembar apresiasi karya berisi tentang karya-karya yang dilihat. Pada tahap akhir
beberapa aspek, antara lain: judul karya, siswa mampu memberikan penilaian baik
nama seniman, jenis karya, media, teknik, dan buruknya karya. Hal tersebut
fungsi karya, bentuk karikatur, pewarnaan, menandakan siswa mampu mengapresiasi
penilaian secara keseluruhan, dan pesan karya.
yang disampaikan seniman. Aspek dalam Berdasarkan hasil angket yang
lembar apresiasi harus diisi semua oleh siswa disebarkan terhadap enam siswa dalam uji
sebagai apresiator. coba terbatas, lima siswa memberi
Setelah persiapan pameran selesai, tanggapan presentasi karya dalam pameran
pembelajaran dilanjutkan dengan kegiatan memudahkan apresiasi karya seni rupa dan
apresiasi melalui presentasi karya dalam satu siswa menjawab tidak. Rata-rata skor
pameran. Siswa pembuat karya terpilih maju untuk yang diperoleh dari tanggapan siswa
untuk mempresentasikan karya. Presentasi mengenai model pembelajaran adalah
karya berjalan kurang lancar, karena siswa sebesar 73% dan hasil observasi minat siswa
yang mempresentasikan sedikit grogi dan sebesar 74% termasuk kategori tinggi,
tidak percaya diri. Berdasarkan hasil sehingga dapat disimpulkan bahwa model
pengamatan, siswa termasuk anak yang pembelajaran yang dikembangkan dapat
tekun, tetapi pendiam dan kurang dilaksanakan dan apresiasi siswa lebih
bersosialisasi, sehingga berpengaruh pada meningkat dalam pembelajaran seni rupa.
saat presentasi karya. Siswa yang Berdasarkan hasil secara keseluruhan
mengapresiasi karya menuliskan hasil pada uji coba terbatas, terdapat beberapa
apresiasi pada lembar apresiasi. Sebelum kelemahan model yang mengurangi
proses presentasi dan apresiasi karya ketercapaian hasil penelitian secara
dimulai, guru terlebih dulu menjelaskan maksimal. Kelemahan pada model
tentang pengisisan lembar apresiasi. pembelajaran yang dikembangkan
selanjutnya direvisi menjadi draf baru untuk

5
Sagita Bunga Aryani / Eduarts: Journal of Arts Education 2 (1) (2013)

diaplikasikan pada uji skala besar. Beberapa untuk dipajang dalam pameran adalah karya
kelemahan model pembelajaran apresiasi milik siswa Subjek Penelitian B-02 d engan
pada uji coba terbatas dan revisi untuk karya Karikatur Gus Dur, Subjek Penelitian
diaplikasikan ke uji skala besar adalah B-16 dengan karya Karikatur B. J. Habibie,
sebagai berikut: pertama, pada proses Subjek Penelitian B-19 dengan karya
berkarya ilustrasi, contoh gambar yang Karikatur Megawati, Subjek Penelitian B-20
digunakan siswa sebagai refrensi dengan karya Karikatur Ir. Soekarno, Subjek
menggambar kurang maksimal, yaitu hanya Penelitian B-21 dengan karya Karikatur
satu contoh gambar untuk seluruh siswa. Boediono, Subjek Penelitian B-23 dengan
Kedua, tema yang digunakan sudah sesuai, karya Karikatur Moh. Hatta, Subjek
tetapi jumlah objek masih kurang. Ketiga, Penelitian B-24 dengan karya Karikatur
pada tahap persiapan pameran, karya yang Jusuf Kalla, dan Subjek Penelitian B-25
dipilih pada uji coba terbatas hanya satu, dengan karya Karikatur Susilo Bambang
selain itu pengemasan karya juga kurang Yudhoyono.
menarik, hal tersebut mengakibatkan Setelah karya yang akan dipajang
kurangnya minat siswa untuk melaksnakan dalam pameran ditentukan, delapan karya
pameran. Keempat, pada lembar apresiasi uji dari masing-masing kelompok kemudian
coba terbatas, aspek apresiasi yang dipilih difigura, figura dibuat oleh kelompok dengan
terlalu umum dan kurang spesifik, hal menggunakan media kertas karton, kertas
tersebut akan berpengaruh pada proses emboss, dan mika, serta peralatan gunting,
analisis hasil apresiasi dan harus lem, dan doubletip. Figura karya bertujuan
dikembangkan dalam beberapa aspek yang agar karya lebih bagus dan menarik untuk
lebih kompleks dan spesifik akan diapresiasi. Setelah proses figura karya
memudahkan penilaian tingkat apresiasi selesai, kegiatan pembelajaran dilanjutkan
siswa. Hasil revisi pada uji coba terbatas dengan pembuatan laporan pengalaman
diaplikasikan pada penelitian tahap berkarya oleh masing-masing siswa yang
selanjutnya, yaitu uji skala besar. karyanya terpilih dibantu dengan anggota
Pada tahap kedua terbagi menjadi uji kelompok. Laporan pengalaman berkarya
skala besar dan tanggapan guru terhadap pada uji skala besar berisi tentang nama
model pembelajaran. Proses pembelajaran siswa, judul karya, fungsi karya, teknik, alat,
pada uji skala besar juga terbagi dalam dua bahan, tahapan proses berkarya, dan
tahap kegiatan, yaitu kegiatan berkarya kesulitan dalam proses berkarya.
ilustrasi karikatur dan kegiatan apresiasi Proses apresiasi karya dalam pameran
dalam pameran. Pada tahap berkarya dilakukan dengan metode kelompok, siswa
karikatur siswa menggambar karikatur dari Kelas XI IPS 3 yang berjumlah 33
dengan tema “Tokoh Politik Indonesia” dibagi menjadi delapan kelompok
pada kertas A4 dan bahan cat air. Karya berdasarkan nomor urut siswa. Hasil
ilustrasi yang dipilih delapan karya untuk apresiasi karya dituliskan pada lembar
dipajang dan diapresiasi dalam pameran. apresiasi berdasarkan aspek apresiasi yang
Pembelajaran dilanjutkan dengan telah direvisi. Pengisian lembar apresiasi
kegiatan menentukan karya yang akan diarahkan dan dibimbing oleh guru, hal
dipajang dalam pameran oleh masing- tersebut dilakukan agar siswa tidak
masing kelompok dan mempersiapkan kebingungan pada saat mengisi lembar
pameran. Masing-masing kelompok apresiasi, selain itu bertujuan agar jawaban
menentukan satu karya yang akan dipajang siswa tidak keluar jauh dari lingkup aspek
dengan diarahkan dan didampingi oleh guru apresiasi, sehingga memudahkan guru dan
serta peneliti, untuk mengurangi peneliti pada saat menganalisis hasil
subjektivitas. Karya-karya yang terpilih apresiasi siswa. Guru menjelaskan pengisian

6
Sagita Bunga Aryani / Eduarts: Journal of Arts Education 2 (1) (2013)

lembar apresiasi per aspek apresiasi. Aspek SIMPULAN


apresiasi pada lembar apresiasi uji skala
besar lebih kompleks tapi dispesifikan. `Berdasarkan hasil penelitian dapat
Berdasarkan hasil apresiasi dan diambil simpulan sebagai berikut
analisis siswa, secara keseluruhan Subjek pengembangan model pembelajaran
Penelitian mengapresiasi karya dengan baik. apresiasi seni rupa melalui presentasi karya
Meskipun masih terdapat siswa yang kurang ilustrasi dalam pameran kelas dapat
antusias, tetapi siswa mampu memberikan diimplementasikan di SMA Negeri 1 Jekulo
penilaian terhadap karya teman. Hasil Kudus. Karya ilustrasi karikatur yang
apresiasi dituliskan ke dalam lembar dipresentasikan pada pameran hanya karya
apresiasi sesuai karya yang diamati dan yang terpilih dan bagus. Kriteria karya
arahan yang diberikan guru, sehingga dapat ilustrasi karikatur yang bagus dilihat dari segi
disimpulkan minat dan pemahaman kemiripan, bentuk karikatur, pewarnaaan,
apresiasi siswa meningkat. Siswa mampu dan goresan garis. Hal tersebut selain
menjelaskan objek yang dilihat sesuai dipengaruhi karena bakat, juga dipengaruhi
dengan persepsinya, siswa juga semakin oleh kelengkapan dan kualitas media, serta
peka dan memberikan respon terhadap jenis kelamin siswa yang menggambar
karya-karya yang dilihat. Pada tahap akhir menghasilkan karakteristik karya yang
siswa mampu memberikan penilaian baik berbeda-beda. Proses pembelajaran apresiasi
dan buruknya karya. Hal tersebut melalui presentasi karya dalam pameran
menandakan siswa mampu mengapresiasi membuat siswa mengerti tentang kegiatan
karya dan berminat melakukan kegiatan apresiasi dan memahami aspek-aspek
apresiasi. apresiasi karya seni rupa yang terdapat
Berdasarkan hasil secara keseluruhan dalam lembar apresiasi siswa. Pembelajaran
pada uji skala besar, model pembelajaran seni rupa menggunakan model pembelajaran
yang dikembangkan mengalami peningkatan apresiasi seni rupa melalui presentasi karya
hasil. Hal tersebut dapat diketahui dari hasil ilustrasi dalam pameran kelas membuat
penilaian lembar apresiasi meningkat, hasil siswa antusias dalam mengapresiasi karya,
observasi memperoleh skor sebesar 88% dan karena melalui presentasi memudahkan
angket siswa mengalami peningkatan dengan siswa dalam mengapresiasi karya sehingga
perolehan skor sebesar 88%, sehingga dapat siswa lebih berminat dalam pembelajaran
disimpulkan bahwa pengembangan Model apresiasi seni rupa.
pembelajaran berkarya dan presentasi karya
ilustrasi melalui pameran kelas dinyatakan DAFTAR PUSTAKA
berhasil dan terbukti apresiasi siswa lebih
meningkat dalam pembelajaran seni rupa. Bahari, Nooryan. 2008. Kritik Seni
Berdasarkan penilaian dari guru Wacana, Apresiasi dan Kreasi. Yogyakarta: Pustaka
terhadap model pembelajaran yang Pelajar
dikembangkan, total skor yang diperoleh Derlan. 1987. Pengantar Apresiasi Seni.
Bandung: STSI
adalah 46 dengan presentasi 92%, dapat
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan
disimpulkan bahwa guru memberikan respon
Pembelajaran. Jakarta: Pusat Perbukuan
yang sangat baik terhadap model Depdikbud bekerjasama dengan Rineka Cipta
pembelajaran yang dikembangkan dan Shadily, Hassan. 1982. Ensiklopedi
model pembelajaran apresiasi seni rupa Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru
melalui presentasi karya ilustrasi dalam Ismiyanto. 2011. Kurikulum dan Buku Teks
pameran kelas merupakan model Pendidikan Seni Rupa. Universitas Negeri
pembelajaran yang baik dan sesuai dengan Semarang.
tujuan pembelajaran seni rupa.

7
Sagita Bunga Aryani / Eduarts: Journal of Arts Education 2 (1) (2013)

Kartika, Sony. 2007. Kritik Seni. Bandung:


Rekayasa Sains
Khisbiyah, Y. dan Sabardila, A. (Ed) 2004.
Pendidikan Apresiasi, Wacana dan Praktik untuk
toleransi Pluraisme Budaya. Surakarta: Pusat Studi
Budaya dan Perubahan Sosial Universitas
Muhamadiah bekerja sama dengan The Foed
Foundation.
Milles, Mattew.B dan Hubberman A
Michael, 1992. Analisis Data Kualitatif. UI Press.
Jakarta.
Moleong, Lexy. 2009. Metodologi Penelitian
Kualitatif. Bandung: Remaja. Rosdakarya
Muharrar, Syakir. 2003. Seni Ilustrasi.
Universitas Negeri Semarang
Roestiyah. 1989. Masalah-masalah Ilmu
Keguruan. Jakarta: Bina Aksara
Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna
Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sobandi. 2008. Model Pembelajaran Kritik
dan Apresiasi Seni Rupa. Solo: Maulana Offset.
Soedarso SP. 1990. Tinjauan Seni Sebuah
Pengantar untuk Apresiasi Seni. Yogyakarta: Saku
Dayar Sana Yogyakarta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. 2004. Kurikulum dan
Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma
Karya
Syafii. 2006. Konsep dan Model
Pembelajaran Seni Rupa. Universitas Negeri
Semarang
Tim Penyusun Kamus. 1995. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
www.pembelajaransenirupa.com
www.wikipedia.com

Anda mungkin juga menyukai