Anda di halaman 1dari 11

e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha

Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 4 Tahun 2014)

PENGARUH AKTIVITAS PEMBELAJARAN APRESIASI SENI


TERHADAP PEMAHAMAN SISWA MENGENAI SENI KARAWITAN
DITINJAU DARI KEMAMPUAN ARTISTIK SISWA DI SMA NEGERI 1
SEMARAPURA

I Nyoman Juanda Putra, Nyoman Dantes, I Made Candiasa

Program Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Program Pascasarjana


Universitas pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia

e-mail : {nyoman.juanda@pasca.undiksha.ac.id, nyoman.dantes@pasca.undiksha.ac.id,


made.candiasa@pasca.undiksha.ac.id}

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perbedaan pemahaman seni karawitan antara
siswa yang menggunakan aktivitas pembelajaran apresiasi seni dengan siswa yang
menggunakan aktivitan pembelajaran langsung ditinjau dari kemampuan artistik siswa
kelas XI IPA SMA N 1 Semarapura. Penelitian ini menggunakan rancangan posttest onnly
control group design dengan mengambil sampel 80 siswa kelas XI IPA di SMAN 1
Semarapura. Data dianalisis secara deskriptif dan analisis varian (ANAVA) dua jalan. Uji
komparasi pasangan nilai rata-rata menggunakan Uji Tukey. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa: 1) terdapat perbedaan pemahaman seni karawitan antara siswa yang
menggunakan aktivitas pembelajaran apresiasi seni dengan siswa yang menggunakan
aktivitas pembelajaran langsung, 2) terdapat pengaruh interaksi antara aktivitas
pembelajaran dan kemampuan artistik terhadap pemahaman seni karawitan siswa, 3) pada
siswa yang memiliki kemampuan artistik tinggi memiliki pemahaman seni karawitan yang
lebih baik jika belajar dengan aktivitas pembelajaran apresiasi seni jika dibandingkan
dengan aktivitas pembelajaran langsung; dan 4) pada siswa yang memiliki kemampuan
artistik rendah tidak terdapat perbedaan pemahaman seni karawitan baik jika belajar
dengan aktivitas pembelajaran apresiasi seni maupun dengan aktivitas pembelajaran
langsung.

Kata kunci : aktivitas pembelajaran apresiasi seni, kemampuan artistik, pemahaman seni
karawitan

Abstract
This study aimed at knowing the difference of Art Appreciation Learning towards the
students understanding of Karawitan Art. The experimental design used in this study was
posttest only control group design by taking 80 students of XI science class of SMAN 1
Semarapura. The data were analyzed descriptively and using two ways analysis of variant
(ANAVA). The comparison pair average score test used Tukey test. The result of the study
showed that : 1) there was the difference understanding of Karawitan art between the
students using appreciation method based aesthetics attitude and the students using direct
learning method, 2) there was the effect of interaction between the learning method and
artistics attitude towards the students understanding of Karawitan art, 3) the students who
had higher artistics talent had better understanding of karawitan art if they learnt by using
art appreciation model than if they learnt by using direct learning model, and 4) the
students who had lower artistics talent did not have difference understanding of Karawitan
art if they learnt by using art appreciation model or direct learning model.

Keywords: Appreciation Learning Activity, Artistic Talent, Karawitan Art.


e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 4 Tahun 2014)

PENDAHULUAN menyebutnya sebagai konsep


Istilah pendidikan seni memiliki pemfungsian seni, yaitu usaha didik lewat
pengertian pemanfaatan seni guna seni yang jangkauan wilayah garapannya
menyiapkan anak untuk hari depannya tidak terbatas. Sedangkan Eisner (dalam
sebagai individu yang utuh. Seni dalam Soehardjo, 2005: 26) mengklasifikasinya
kurikulum sekolah umum, memanfaatkan sebagai justifikasi kontekstual (justification
karakteristik seni yang khas, yang tidak contextual), yaitu pendidikan seni yang
dimiliki oleh mata pelajaran yang lain, guna diarahkan agar siswa mempunyai
membantu anak tumbuh dan berkembang kompetensi berkesenian sebagai bentuk
menjadi dewasa. Dengan demikian, pengalaman belajar dalam rangka
hadirnya pembelajaran seni dalam pendewasaan individu untuk menjadi
kurikulum pendidikan di sekolah-sekolah manusia seutuhnya, dan hasil belajar yang
umum berfungsi sebagai sarana dianggap urgen adalah penguasaan hasil
menumbuhkembangkan individu peserta ikutan. Jadi kehadiran seni dalam
didik dalam rangka mempersiapkan hari pendidikan adalah untuk menopang misi
depannya menjadi pribadi yang utuh. pendidikan umum yang meliputi (1)
Karakteristik yang khas pada bahan ajar menumbuhkan dan mengembangkan
seni tersebut adalah karakteristik seni kepribadian peserta didik, (2) mengasuh
sebagai sebuah aktivitas. Sebagai sebuah rasa estetik anak didik, dan (3)
aktivitas atau kegiatan, aktivitas seni dapat mengkayakan kehidupan peserta didik
diidentifikasi sebagai aktivitas penciptaan secara kreatif” (Soehardjo, 2005: 25).
atau kreasi seni, aktivitas penghayatan Pada dasarnya setiap orang
atau apresiasi seni, dan aktivitas kritik seni memiliki implus/daya estetik atau
atau evaluasi (Mulyadi, 1991: 3). kesadaran estetik yang sifatnya sangat
Secara mendasar, eksistensi atau subjektif (Read, 1974: 26). Salah satu
kehidupan manusia tergerak oleh empat impuls yang juga harus ditumbuh-
nilai dasar, yaitu: kebenaran, keindahan, kembangkan melalui pendidikan formal di
etik dan moral, dan ketuhanan (Hartoko, sekolah adalah impuls estetik/ keindahan
1984: 15). Karena itulah pada hakekatnya tersebut; yang kemudian kehadirannya
kompetensi yang ingin dicapai oleh dalam kurikulum sekolah berupa
pendidikan formal melalui kurikulum matapelajaran pendidikan seni, yang
sekolah umum adalah pada upaya bahan ajarnya meliputi kegiatan apresiasi
pengembangan keempat nilai dasar seni dan kreasi seni atau ekspresi seni.
tersebut; demikian pula halnya untuk Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor
pengembangan nilai dasar keindahan. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Makna pendidikan seni adalah pemberian pendidikan Nasional, mata pelajaran Seni
pengalaman estetik (aesthetic experience) Budaya diklasifikasi dalam kelompok mata
kepada siswa, yaitu pengalaman pelajaran estetika, yang cakupannya
menghayati nilai keindahan, adalah kelompok mata pelajaran estetika
bagaimanapun keindahan itu dimaknai. dimaksudkan untuk meningkatkan
Menurut Jazuli (2008: 18), melalui sensitivitas, kemampuan mengapresiasi,
pengalaman estetik, siswa diharapkan dan kemampuan mengekspresikan
dapat menginternalisasi (meresapi, keindahan dan harmoni. Kemampuan
mengakarkan) nilai-nilai estetik yang mengapresiasi dan mengekspresikan
berfungsi untuk melatih kepekaan rasa, keindahan serta harmoni mencakup
kecerdasan intelektual, dan apresiasi dan ekspresi, baik dalam
mengembangkan imajinasinya. Suatu kehidupan individual sehingga mampu
pengalaman estetik tidak mungkin bisa menikmati dan mensyukuri hidup maupun
dicapai tanpa melibatkan olah rasa (emosi dalam kehidupan kemasyarakatan
dan estetika), olah hati (karsa dan etika), sehingga mampu menciptakan
olah cipta (pikir, logika), dan olah raga kebersamaan harmonis. Paparan di atas
(fisik, kinestetika terutama untuk seni tari). jelas mengindikasikan bahwa kelompok
Terkait dengan peran seni dalam mata pelajaran Estetika lebih mengarah
pendidikan tersebut, Soehardjo (2005: 20) kepada justifikasi atau pembenaran
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 4 Tahun 2014)

kontekstual (contextual justification) versi seni untuk membantu anak


Eisner (Jazuli, 2008: 28). tumbuhkembang menjadi dewasa. Dalam
Karakteristik bahan ajar seni yang konteks ini pengajaran seni di sekolah
khas sebagai sebuah kegiatan adalah umum bukan dimaksudkan untuk
proses kreatif, yang dalam mempersiapkan calon seniman ataupun
penyelenggaraannya diwujudkan sebagai pekerja seni lainnya, melainkan
kegiatan ekspresif, konstruktif maupun mempersiapkan aneka profesi yang tidak
apresiatif, yang masing-masing selalu berkaitan dengan bidang seni.
mengandung potensi untuk Berpegang pada prinsip bahwa
pengembangan kemampuan dasar siswa, pembelajaran seni bukan untuk
terutama pengembangan aspek perasaan, menularkan kemampuan seni, melainkan
khususnya impuls estetik (Soehardjo, untuk memfungsikan seni dalam
2005: 142). Pada dasarnya ada dua pendidikan, maka pembelajaran seni yang
proses kreatif, yaitu kreativitas artistik memanfaatkan kegiatan apresiasi seni
(proses penciptaan) dan kreativitas estetik bertujuan untuk memfungsikannya sebagai
(proses penghayatan). Kreativitas bisa sarana menumbuhkembangkan anak,
terjadi di beberapa bidang, ia bisa meliputi: walaupun karakteristik pembelajaran
(a) kegiatan ide, kegiatan berpikir, kegiatan apresiasi harus tetap bersumber pada
berangan-angan, dan kegiatan berkhayal hakikat apresiasi itu sendiri.
(fantasi); (b) kegiatan berekspresi, Aktivitas pembelajaran yang
kegiatan pernyataan artistik, atau visual; mengedepankan apresiasi seni sangat
(c) kegiatan kerja fisik yang akan penting diberikan di sekolah, karena
melaksanakan dan membuktikan aktivitas pembelajaran apresiasi seni tidak
kebenaran ide yang telah dikarangnya hanya berfungsi menumbuh kembangkan
(Soetjipto,1989:40). potensi estetik siswa, melainkan juga
Sementara ini proses menumbuh kembangkan imajinasi,
kreasi/penciptaan dan apresisasi kemunculan kesadaran individual berupa
dipersepsi sebagai proses yang aktif, kemampuan kreatif dan kesadaran sosial.
sedang proses penghayatan/apresiasi Namun kenyataan emperis di lapangan
dipersepsi sebagai proses yang pasif. menunjukkan adanya berbagai keluhan
Pandangan tentang proses penghayatan dalam pelaksanaan aktivitas pembelajaran
sebagai proses yang pasif antara lain apresiasi seni dalam pelaksanaan
karena perolehan dari aktivitas pembelajaran pendidikan seni. Seharusnya
penghayatan berupa pengalaman estetik apresiasi merupakan bagian integral dalam
yang sifatnya sangat personal dan tidak pencapaian kompetensi dalam
visibel, maka persepsi tentang proses pembelajaran Seni Budaya di sekolah,
penghayatan sebagai proses yang pasif, namun menjadi kacau ketika banyak
pasti akan akan berubah. lembaga sekolah menempatkan guru
Seiring dengan kemajuan teknologi, kesenian sebagai pelengkap kurikulum
mata pelajaran seni semakin ditinggalkan. saja, dan bukan suatu keharusan.
Siswa lebih tertarik untuk belajar sains Tarjo (2006: 25), menyatakan
dibandingkan belajar seni. Akibatnya bahwa aktivitas pembelajaran merupakan
terjadi kemerosotan nilai budaya, dan pola atau skema tentang peristiwa atau
bahkan beberapa seni asli daerah proses pembelajaran beserta elemen-
setempat di Indonesia diklaim miliki luar elemennya yang dapat digunakan untuk
negeri. Hal ini dikarenakan kebanyakan melaksanakan suatu kegiatan
seni tradisi di Indonesia di kuasai oleh luar pembelajaran. Aktivitas pembelajaran juga
negeri, sedangkan di negara kita siswa mencakup aspek filosofis, strategi, metode,
malu dan enggan untuk mempelajarinya. media dan evaluasi. Jadi yang dimaksud
Salah satu seni musik di bali yang hampir dengan aktivitas pembelajaran apresiasi
terlupakan adalah seni karawitan. seni adalah representasi dari seperangkat
Fungsi pendidikan seni dalam cara menstrukturkan kegiatan
pengajaran seni di sekolah umum adalah pembelajaran apresiasi seni dengan
memanfaatkan aktivitas dan karakteristik tahapan sedemikian rupa, sehingga
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 4 Tahun 2014)

kegiatan pembelajaran apresiasi seni termasuk perilaku manusia yang disebut


dalam bentuk kegiatan stimulus respon dengan kemampuan afektif, yaitu perilaku
yang terjadi dapat menumbuhkembangkan yang diarahkan oleh perasaan yang
kesadaran, kepekaan, dan sikap estetik berdasarkan nilai-nilai dari pengalaman
yang didasari oleh perasaan dan logika. yang didapat saat mengakrabi atau
Apresiasi seni sebagai bagian dari menikmati seni dan pengalaman saat
aktivitas pembelajaran pendidikan seni di menciptakan karya seni. Hasil keputusan
sekolah umum dapat diselenggarakan dari sikap estetik tersebut adalah berupa
dengan menggunakan berbagai cara. keputusan rasa yang sifatnya sangat
Dickie (1979: 45) mencoba mengkaitkan mempribadi, karena sangat
landasan konsep apresiasi seni dengan mempertimbangankan pengalaman
wilayah domain estetik yang dapat pribadi. Soehardjo (2005: 99), menyatakan
dijadikan sebagai landasan konsep untuk bahwa ke dua basis apresiasi seni tersebut
pengembangan pembelajaran apresiasi bisa dijadikan sebagai landasan untuk
seni. Menurutnya, wilayah domain estetik menentukan konsep, program, dan
terbagi dalam tiga kategori, yaitu: domain pelaksanaan pembelajaran apresiasi seni
teori estetika, domain filsafat seni, dan di sekolah sesuai dengan tujuan
domain filsafat kritik. pendidikan.
Ketiga wilayah domain tersebut, Model apresiasi seni yang
masing-masing memiliki isi yang mengedepankan keterlibatan rasa dalam
berhubungan dengan pengalaman estetik. proses pengamatan terhadap objek estetik/
Domain teori estetika berisi deskripsi sikap objek karya seni dalam pelaksanaannya
estetik yang berhubungan dengan objek pada proses belajar-mengajar, dapat
estetik (objek alam atau objek karya seni). dilakukan dengan dua pendekatan, yaitu:
Domain filsafat seni berisi konsep seni dan (1) Pendekatan multisensori atau
sub konsep seni yang berhubungan pendekatan empatik. Pendekatan
dengan karya seni, sedangkan domain multisensori merupakan cara
filsafat kritik berhubungan dengan menumbuhkembangkan potensi estetik
metakritik yang berisi deskripsi, melalui ikut merasakan apa yang ada
interpretasi, dan evaluasi yang dalam suatu karya seni. Pendekatan
berhubungan dengan objek kritik yaitu multisensori menggunakan konsep empati,
objek karya seni. Soehardjo (2005: 183), di mana siswa diajak untuk ikut merasakan
menyatakan bahwa domain teori estetika (to identify) sesuatu yang ada dalam karya
yang lebih banyak melibatkan respon rasa, seni dengan melakukan pengamatan
disebut sebagai apresiasi berbasis sikap terhadap karya seni. Chapman (1978: 34)
estetik (kemampuan afektif), sedang menyebut pendekatan multisensori
domain filsafat seni dan filsafat kritik, yang sebagai pendekatan empatik. Pendekatan
lebih banyak melibatkan respon rasio/ empatik merupakan suatu cara
penalaran, disebut sebagai apresiasi menumbuhkan potensi estetik siswa
berbasis pemahaman seni/ pengalaman melalui aktivitas ikut merasakan sifat yang
kognitif (kemampuan kognitif). Meskipun seolah-olah karya itu adalah sesuatu yang
berbeda dalam basisnya, namun ke dua hidup. Misalnya kita melihat garis dalam
basis apresiasi seni tersebut akan sama- sebuah lukisan, maka kita merasa seolah-
sama menghasilkan respon yang berupa olah garis itu bergerak, atau jika kita
kesadaran rasa estetik yang dapat memicu melihat pohon dalam sebuah lukisan,
rasa senang, nikmat, puas, serta maka seolah-olah menggambarkan
membangkitkan rasa penghargaan kesendirian atau kemuraman. Analogi
sebagai esensi dari aktivitas apresiasi seni. semacam itulah yang dianggap dapat
Yang dimaksud dengan apresiasi membantu kita dalam merasakan atau
seni adalah tumbuh kembangnya mengalami (experience) sesuatu yang ada
kesadaran, kepekaan, dan sikap estetik dalam karya seni. Dalam pendekatan ini
seseorang yang disebabkan oleh adanya siswa dilatih untuk menemukan rasa
pelibatan pengalaman rasa yang dilakukan melalui perenungan atas dasar argumen
tanpa pamrih. Sikap estetik seperti ini pribadi, sehingga hasil analisanya berupa
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 4 Tahun 2014)

deskripsi opini yang sifatnya subjektif; (2) menganalisis pengaruh interaksi antara
Pendekatan aplikatif atau simultan. aktivitas pembelajaran dan kemampuan
Pendekatan aplikatif/ simultan dalam artistik terhadap pemahaman terhadap
apresiasi seni adalah merupakan cara seni karawitan siswa; 3) menganalisis
menumbuhkan potensi rasa estetik siswa perbedaan pemahaman seni karawitan
melalui aktivitas penciptaan seni antara kelompok siswa yang belajar
(Soedarso, 1988: 70). Melalui kegiatan dipandu dengan aktivitas pembelajaran
penciptaan karya seni seseorang akan apresiasi seni dengan kelompok siswa
mengenal secara lebih mendalam tentang yang belajar dipandu dengan aktivitas
apa dan bagaimana karya seni yang pembelajaran langsung, pada siswa yang
dibuatnya, yang pada gilirannya akan memiliki kemampuan artistik tinggi; 4)
mengembangkan pula kemampuan menganalisis perbedaan pemahaman seni
menikmati karya seni sesuai dengan karawitan antara kelompok siswa yang
pertimbangan pengalaman estetiknya yang belajar dipandu dengan aktivitas
bersifat pribadi. Eisner (1972: 65) pembelajaran apresiasi seni dengan
mengatakan kegiatan seni yang berupa kelompok siswa yang belajar dipandu
aktivitas mengembangkan keterampilan dengan aktivitas pembelajaran langsung,
berkarya seni dapat berfungsi untuk pada siswa yang memiliki kemampuan
mempertinggi atau menunjang artistik rendah.
pemahaman seni dan apresiasi seni
sebagai suatu proses. METODE PENELITIAN
Selain model pembelajaran, Penelitian ini merupakan penelitian
kemampuan artistik siswa sangat quasi eksperimen dengan menggunakan
mempengaruhi pemahaman siswa analisis faktorial 2 jalur posttest only
terhadap suatu seni. Pembelajaran seni control group design (Dantes, 2012).
budaya pada dasarnya mengoptimalkan Populasi dalam penelitian ini adalah
kemampuan siswa dapat dilakukan melalui semua siswa kelas XI IPA semester genap
proses pembinaan dan pelatihan yang di SMA Negeri 1 Semarapura Tahun
intensif dan berskala sehingga Pelajaran 2013/2014. Pemilihan sampel
kemampuan artistik yang ada dalam diri yang digunakan dalam penelitian dilakukan
siswa lebih terasah. Kemampuan di sini dengan cara random sampling dengan
merupakan kemampuan mental maupun jumlah sampel yang digunakan pada
fisik seseorang yang dapat dikembangkan penelitian ini berjumlah 80 siswa (Koyan,
salah satunya melalui proses 2012).
pengembangan diri. Kemampuan siswa Data yang diperlukan dalam
dapat berpengaruh dalam proses dan penelitian ini adalah data pemahaman seni
hasil belajar siswa sehingga kemampuan karawitan dan data kemampuan artistik
tersebut lebih cepat berkembang. Hal ini untuk memilah kemampuan siswa. Data
dipertegas oleh Nasution (1992: 9) bahwa pemahaman seni karawitan diambil
Kemampuan merupakan faktor yang dengan menggunakan tes pemahaman
besar pengaruhnya terhadap proses dan seni karawitan yang berjumlah 25 butir
hasil belajar siswa. Kemampuan soal objektif. Data kemampuan artistik
seseorang dapat diketahui melalui tes dikumpulkan dengan menggunakan
pengukur kemampuan, tes tersebut dapat kuesioner kemampuan artistik yang
membedakan kemampuan-kemampuan berjumlah 25 butir. Teknik analisis data
khusus dari masing-masing individu. menggunakan analisis deskriptif dan
Berdasarkan paparan tersebut, analisis varian (ANAVA) dua jalan. Uji
maka tujuan penelitian ini adalah: 1) komparasi pasangan nilai rata-rata
menganalisis perbedaan pemahaman seni menggunakan uji Tukey dengan kriteria
karawitan antara kelompok siswa yang yang digunakan adalah tolak H0 jika nilai
belajar dipandu dengan aktivitas Qhit>Qtabel (Candiasa, 2010b). Perhitungan
pembelajaran apresiasi dengan kelompok semua analisis varians dibantu dengan
siswa yang belajar dipandu dengan menggunakan program SPSS-PC 16.0 for
aktivitas pembelajaran langsung; 2)
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 4 Tahun 2014)

Windows dan semua pengujian hipotesis perbedaan pemahaman seni karawitan


dilakukan pada taraf signifikansi 5%. antara kelompok siswa yang belajar
Dalam penelitian ini diajukan empat dipandu dengan aktivitas pembelajaran
hipotesis yang dijabarkan menjadi apresiasi dengan kelompok siswa yang
pengujian hipotesis nol (H0) melawan belajar dipandu dengan aktivitas
hipotesis alternatif (H1) (Candiasa, 2010b). pembelajaran langsung, pada siswa yang
Kriteria penolakan Ho apabila Fhitung lebih memiliki minat kemampuan artistik tinggi;
besar daripada nilai Ftabel (Fh > Ft) atau dan 4) Terdapat perbedaan pemahaman
angka signifikansi lebih kecil dari 0,05 seni karawitan antara kelompok siswa
dengan bunyi hipotesis sebagai berikut: 1) yang belajar dipandu dengan aktivitas
Terdapat perbedaan pemahaman seni pembelajaran apresiasi dengan kelompok
karawitan antara kelompok siswa yang siswa yang belajar dipandu dengan
belajar dipandu dengan aktivitas aktivitas pembelajaran langsung, pada
pembelajaran apresiasi dengan kelompok siswa yang memiliki minat kemampuan
siswa yang belajar dipandu dengan artistik rendah.
aktivitas pembelajaran pembelajaran
langsung; 2) Terdapat pengaruh interaksi HASIL DAN PEMBAHASAN
antara aktivitas pembelajaran dan Hasil analisis deskriptif nilai rata-
kemampuan artistik terhadap pemahaman rata pemahaman seni karawitan dirangkum
seni karawitan siswa; 3) Terdapat dalam Tabel.1.

Tabel 1 Nilai Rata-Rata Pemahaman Seni Karawitan Tiap Kelompok


Rata-Rata Pemahaman Seni
Kelompok
Karawitan
A1 80,70
A2 76,70
B1 83,00
B2 74,40
A1B1 89,00
A1B2 72,40
A2B1 77,00
A2B2 76,40

Dari Tabel 1 diatas menunjukkan memperlihatkan bahwa nilai rata-rata


bahwa rata-rata pemahaman seni pemahaman seni karawitan siswa yang
karawitan untuk siswa yang belajar dengan mengikuti aktivitas pembelajaran apresiasi
menggunakan aktivitas pembelajaran seni lebih besar dibandingkan dengan nilai
apresiasi seni memiliki rata-rata sebesar rata-rata pemahaman seni karawitan siswa
80,70 dan data pemahaman seni karawitan yang mengikuti aktivitas pembelajaran
untuk siswa yang belajar dengan langsung. Perbedaan ini kemudian diuji
menggunakan model pembelajaran dengan menggunakan analisis varians
langsung memiliki rata-rata sebesar 76,70. untuk menjawab permasalahan pertama
Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh seperti Tabel 2.

Tabel 2 Pengujian hipotesis pertama


Sumber JK db RJK
Fhitung FTabel Sig Ket
Varians
Antar A 320 1 320 4,793 3,96 0,032 Sig
Dalam 5073,6 76 66,758
Total 503648 80

Berdasarkan Tabel 2 nilai Fhitung 3,96. Jika dibandingkan nilai Fhitung dengan
diperoleh sebesar 4,793 dan FTabel sebesar FTabel didapatkan bahwa Fhitung>FTabel
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 4 Tahun 2014)

dengan taraf signifikansi (p) < 0,05 maka pribadi, sehingga hasil analisanya berupa
dapat disimpulkan bahwa terdapat deskripsi opini yang sifatnya subjektif; dan
perbedaan pemahaman seni karawitan 2) Pendekatan aplikatif/ simultan
antara kelompok siswa yang belajar Pendekatan aplikatif/ simultan dalam
dipandu dengan aktivitas pembelajaran apresiasi seni adalah merupakan cara
apresiasi dengan kelompok siswa yang menumbuhkan potensi rasa estetik siswa
belajar dipandu dengan aktivitas melalui aktivitas penciptaan seni
pembelajaran langsung. (Soedarso, 1988: 70). Melalui kegiatan
Apresiasi seni adalah kesanggupan penciptaan karya seni seseorang akan
mengenal atau memahami suatu nilai yang mengenal secara lebih mendalam tentang
terletak dalam daerah nilai luhur. Dalam apa dan bagaimana karya seni yang
apresiasi seni berlaku tindakan menyadari, dibuatnya, yang pada gilirannya akan
menyeleksi, bahkan rekreasi (mencipta mengembangkan pula kemampuan
kembali). Dalam pembelajaran seni, menikmati karya seni sesuai dengan
apresiasi di kemas memalui beberapa pertimbangan pengalaman estetiknya yang
langkah pembelajaraan yaitu: 1) bersifat pribadi. Eisner (dalam Indrawati,
pendekatan multisensori atau pendekatan 2008) mengatakan kegiatan seni yang
empatik. Pendekatan multisensori berupa aktivitas mengembangkan
merupakan cara menumbuhkembangkan keterampilan berkarya seni dapat berfungsi
potensi estetik melalui ikut merasakan apa untuk mempertinggi atau menunjang
yang ada dalam suatu karya seni. pemahaman seni dan apresiasi seni
Pendekatan multisensori menggunakan sebagai suatu proses.
konsep empati, di mana siswa diajak untuk
ikut merasakan (to identify) sesuatu yang Penekanan keterampilan proses
ada dalam karya seni dengan melakukan dapat digunakan oleh siswa untuk
pengamatan terhadap karya seni. Brown menanamkan pemahaman siswa kepada
(2001) menyebut pendekatan multisensori seni karawitan yang merupakan budaya
sebagai pendekatan empatik. Pendekatan yang hampir dilupakan oleh masayarakat
empatik merupakan suatu cara Bali khususnya. Dalam penerapan aktivitas
menumbuhkan potensi estetik siswa pembelajaran apresiasi kesempatan yang
melalui aktivitas ikut merasakan sifat yang optimal diberikan kepada siswa untuk
seolah-olah karya itu adalah sesuatu yang mengenal dan tau lebih dalam mengenai
hidup. Misalnya kita melihat garis dalam barungan seni karawitan berdasarkan
sebuah lukisan, maka kita merasa seolah- fungsi dan jenisnya. Dengan diberikan
olah garis itu bergerak, atau jika kita kesempatan untuk mengenal lebih jauh,
melihat pohon dalam sebuah lukisan, maka ketertarikan akan muncul sehingga
maka seolah-olah menggambarkan pemahaman siswa meningkat.
kesendirian atau kemuraman. Analogi Selanjutnya diuji pengaruh interaktif
semacam itulah yang dianggap dapat antara aktivitas pembelajaran dengan
membantu kita dalam merasakan atau kemampuan artistic dengan menggunakan
mengalami (experience) sesuatu yang ada anava dua jalan seperti Tabel 3.
dalam karya seni. Dalam pendekatan ini
siswa dilatih untuk menemukan rasa
melalui perenungan atas dasar argumen

Tabel 3 Pengujian hipotesis kedua


Sumber Varians JK db RJK Fhitung FTabel Sig Ket
Inter A*B 1280 1 1280 19,174 3,96 0,000 Sig
Dalam 5073,6 76 66,758
Total 503648 80

Berdasarkan Tabel 3 nilai Fhitung sebesar 3,96. Jika dibandingkan nilai Fhitung
diperoleh sebesar 19,174 dan FTabel dengan FTabel didapatkan bahwa
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 4 Tahun 2014)

Fhitung>FTabel dengan taraf signifikansi (p) < rata sebesar 6,40); dan rata-rata paling
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa rendah capai pada apresiasi untuk siswa
terdapat pengaruh interaksi antara aktivitas yang memiliki kemampuan artistik rendah.
pembelajaran dan kemampuan artistik Untuk mengetahui perbedaaan
terhadap pemahaman seni karawitan komparasi pemahaman seni karawitan
siswa. Interaksi terjadi karena model siswa jika ditinjau pada kemampuan artistic
pembelajaran memberikan pengaruh yang siswa maka dilakukan pengujian hipotesis
berbeda jika dilihat dari kemampuan ketiga dan keempat dengan menggunakan
artistik siswa. Aktivitas pembelajaran anava dua jalan yang dilanjutkan dengan
apresiasi memberikan hasil pemahaman uji lanjut (post hoc test) yaitu uji Tukey.
seni karawitan pada siswa yang memiliki Pengujian dengan menggunakan Tukey
kemampuan artistik tinggi dengan rata-rata bertujuan untuk mengetahui keberhasilan
89,00; kemudian aktivitas pembelajaran aktivitas pembelajaran dalam mencapai
langsung memberikan dampak perbedaan pemahaman seni karawitan jika ditinjau
yang kecil pada siswa yang memiliki dari kemampuan artistic. Hasil penguian
kemampuan artistik tinggi (rata-rata hipotesis ketiga dan keempat disajikan
sebesar 77,00) dengan siswa yang pada Tabel 4.
memiliki kemampuan artistik rendah (rata-

Tabel 4 Ringkasan Hasil Uji Tukey


Kemampuan Kemampuan
Unit Sel Tinggi rendah
Apresiasi 89,00 72,40
Langsung 77,00 76,40
Qhit 6,51 2,21
Qtab 2,95 2,95
Ket Signifikan Tidak Signifikan

Dari Tabel 4 diperoleh informasi pemahaman seni karawitan yang signifikan


untuk perbedaan pemahaman seni antara siswa yang mengikuti pembelajaran
karawitan pada siswa yang memiliki apresiasi seni dan siswa yang mengikuti
kemampuan artistic tinggi, diperoleh nilai pembelajaran langsung pada siswa yang
Fhitung sebesar 21,176 dengan signifikansi memiliki kemampuan artistik rendah.
p<0,05. Hasil pengujian signifikansi nilai Pembelajaran seni, khususnya seni
rata-rata dengan menggunakan Uji Tukey karawitan bagi siswa merupakan hal baru
menunjukkan nilai Qhitung = 6,51 (Qhitung> dan membuat kecenderungan minat untuk
Qtabel). Ini berarti terdapat perbedaan belajar seni kurang oleh adanya anggapan
pemahaman seni karawitan yang signifikan bahwa seni karawitan hanya cocok untuk
antara siswa yang mengikuti Aktivitas generasi tua saja mendorong guru dalam
pembelajaran apresiasi seni dan siswa menyampaikan materi mengembangkan
yang mengikuti Aktivitas pembelajaran model pembelajaran baru agar tidak
langsung pada siswa yang memiliki membosankan. Pembelajaran seni
kemampuan artistik tinggi. karawitan yang disajikan haruslah
Untuk perbedaan pemahaman seni dihubungkan dengan kehidupan sosial
karawitan pada siswa yang memiliki masyarakat dan kemajuan IPTEK
kemampuan artistic rendah, diperoleh nilai sehingga mereka merasa tidak ketinggalan
Fhitung sebesar 2,442 dengan signifikansi teknologi, dan dapat memanfaatkan
p<0,05. Hasil pengujian signifikansi nilai dampak sosial yang terjadi pada
rata-rata dengan menggunakan Uji Tukey lingkungannya akibat perkembangan
menunjukkan nilai Qhitung = 2,21 (Qhitung< teknologi.
Qtabel). Ini berarti tidak terdapat perbedaan
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 4 Tahun 2014)

Model apresiasi sebagai salah satu mendengarkan dan memainkan alat musik
inovasi pembelajaran yang mengajak seni karawitan sehingga menimbukan
siswa untuk mempersiapkan masa rangsangan bagi kemampuan siswa; 2)
depannya dengan membekali siswa Pelibatan peserta didik dalam
keterampilan seni warisan nenek moyang, pembelajaran lebih aktif (peserta didik
dan juga merupakan model yang memberi sentris), karena mereka mencari informasi
kesempatan kepada siswa untuk mengenai makna dan tujuan
berinteraksi dengan lingkungan ditabuhkannya seni karawitan di
(Munandar, 1999). Model apresiasi dapat lingkungan masyarakat; 3) Pembelajaran
memotivasi siswa siswa untuk mengenal yang dilakukan dapat melampaui apa yang
warisan budaya dengan kemampuan ditargetkan dalam kurikulum (perluasan
artistik internal yang dimiliki siswa maka kesempatan memperoleh informasi); dan
penguasaan pemahaman dapat cepat 4) Pembelajaran lebih aktif dan interaktif,
dikuasai siswa. Karena kemampuan atau karena lebih terpusat kepada pelibatan
minat siswa yang merupakan salah satu peserta didik secara optimal dalam kondisi
kemampuan artistik internal dapat yang kondusif.
dikembangkan dengan mudah. Penerapan aktivitas pembelajaran
Permasalahan yang terjadi dalam apresiasi seni yang diterapkan dibentuk
pembelajaran seni yaitu adanya dalam suatu kelompok yang heterogen dan
kemampuan artistik siswa rendah secara dituntut untuk menggali isu-isu sosial yang
umum faktor-faktor penyebabnya terletak terkait dengan seni karawitan, sehingga
pada:1) kesulitan guru dalam mengelola setiap anggota kelompok termotivasi untuk
proses pembelajaran yang menghasilkan belajar sebaik-baiknya dalam
kebermaknaan belajar para siswanya, 2) pembelajaran. Siswa yang mempunyai
guru lebih mendominasi selama kemampuan artistik yang kuat, maka akan
pembelajaran berlangsung sehingga tugas menunjukkan minat, aktivitas, dan
tidak diselesaikan pada waktu yang partisipasinya dalam pembelajaran dan
ditentukan karena menganggap guru akan akhirnya semua akan bermuara pada
memberikan solusinya, 3) kemampuan peningkatan pemahaman seni karawitan
artistik siswa kurang berkembang karena yang ingin dicapai.
dalam proses belajar siswa hanya sebatas Penerapan aktivitas pembelajaran
mendengarkan, dan mencatat apa yang apresiasi seni dalam proses pembelajaran
diberikan guru sehingga siswa malas ke akan membuat pembelajaran lebih
sekolah, 4) antusias siswa untuk bermakna bagi siswa dan memiliki
berinteraksi, baik antar siswa sendiri orientasi dalam mengingat pengetahuan
maupun dengan guru menjadi terabaikan, jangka panjang. Hal tersebut dapat terjadi
dengan demikian siswa tidak memiliki karena dalam proses pembelajaran, materi
kesempatan untuk mengembangkan yang disampaikan dikaitkan dengan
pemahaman seni karawitannya secara masalah-masalah yang ada dalam
optimal. kehidupan nyata siswa. Siswa diposisikan
Rendahnya mutu atau pemahaman dalam suatu kelompok untuk bersama-
seni karawitan serta rendahnya sama saling memberikan masukan dan
kemampuan artistik peserta didik di kemampuan artistik terhadap sebuah
tengah-tengah kemajuaan teknologi yang permasalahan guna menggali informasi
kian pesat mendorong peneliti melakukan yang relevan terhadap permasalahan yang
perubahan pendekatan yang sesuai dihadapi.
dengan lingkungan dan kemajuan jaman. Penerapan apresiasi seni juga
Alternatif model pendekatan yang mampu mendidik siswa untuk tampil di
sesuai dengan permasalahan yang dikaji depan kelas dan belajar menghargai
adalah penerapan model apresiasi seni , kemampuan orang lain dalam belajar seni,
karena model model apresiasi seni sehingga keterampilan dan sikap siswa
memiliki karakeristik seperti berikut: 1) akan berkembang dan pada akhirnya akan
Mengajak siswa tidak hanya mengenal, memberikan pengaruh positif terhadap
melainkan bertemu langsung kemampuan artistik dan pemahaman seni
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 4 Tahun 2014)

karawitan siswa. Dengan demikian dibandingkan kelompok siswa yang


kemampuan artistik dan pemahaman seni mengikuti aktivitas pembelajaran apresiasi.
karawitan siswa akan dapat ditingkatkan
dengan memberikan model apresiasi seni . DAFTAR RUJUKAN
Namun, model apresiasi tidak memberikan
dampak yang signifikan terhadap Brown, H.D. 2001. Principles of Language
pemahaman seni karawitan siswa untuk Learning and Teaching. San
siswa yang memiliki kemampuan artistik Francisco: Addison Wesley. Brown,
rendah. Hal ini dikarenakan kemampuan H.D. 2001. Principles of Language
artistik merupakan suatu daya penggerak Learning and Teaching. San
yang muncul dari dalam diri siswa sendiri. Francisco: Addison Wesley.
Pembelajaran tidak akan memberikan
dampak yang signifikan jika tidak diimbangi Candiasa, I M. 2010a. Pengujian
oleh kemampuan artistik diri siswa. Siswa Instrumen Penelitian Disertai
yang memiliki kemampuan artistik rendah Aplikasi ITEMAN dan BIGSTEPS.
memiliki kecenderungan lembam untuk Singaraja: Unit Penerbitan
menerima suatu perubahan. Hal inilah
Universitas Pendidikan Ganesha
yang menyebabkan penerapan apresiasi
kurang memberikan dampak yang Candiasa, I M. 2010b. Statistik Univariat
signifikan. Apresiasi langsung menuntut dan Bivariat Disertai Aplikasi SPSS.
siswa untuk bergerak aktif sendiri Singaraja : Undiksha Press.
mengkonstruksi pengetahuannya. Ini
cukup berat bagi siswa yang memiliki Dantes, N. 2012. Metode Penelitian.
kemampuan artistik rendah. Oleh karena Yogyakarta : Andi
itu, sebelum belajar hendaknya diawali Hadi, W. 2004. Pendidikan Musik Sebagai
dengan pemberian kemampuan artistik Upaya Menumbuhkan Daya
agar siswa dapat beradaptasi dengan Estetika Dan Kreativitas Anak.
suatu perubahan. Dalam Yayah Kisbiyah & Atiqa
Sabardila (Eds). Pendidikan
Apresiasi Seni. (Halaman 135-147).
PENUTUP Surakarta: Penerbit Pusat Studi
Berdasarkan temuan hasil Budaya & Perubahan Sosial –
penelitian yang diperoleh, dapat Universitas Muhammadiyah
disimpulkan bahwa: 1) Terdapat Surakarta.
perbedaan pemahaman seni karawitan
yang signifikan antara kelompok siswa Hartoko, Dick. 1984. Manusia dan Seni,
yang memperoleh aktivitas pembelajaran Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
apresiasi dan kelompok siswa yang Hernawan, D. 2004. Seni Tradisi Sebagai
memperoleh aktivitas pembelajaran Bahan Apresiasi Dan Kreativitas
langsung; 2) Terdapat interaksi antara Dalam Pendidikan Seni Di Sekolah.
aktivitas pembelajaran dan tingkat Dalam Yayah Kisbiyah & Atiqa
kemampuan artistik terhadap pemahaman Sabardila (Eds). Pendidikan
seni karawitan; 3) Pada kelompok siswa Apresiasi Seni. (Halaman 135-147).
yang memiliki kemampuan artistik tinggi, Surakarta: Penerbit Pusat Studi
pemahaman seni karawitan kelompok Budaya & Perubahan Sosial –
siswa yang mengikuti model apresiasi Universitas Muhammadiyah
lebih baik dibandingkan kelompok siswa Surakarta.
yang mengikuti aktivitas pembelajaran
Indrawati, L. 2008. Persepsi Guru-Guru SD
langsung; dan 4) Pada kelompok siswa
Negeri Dan Disamakan Di Kota
yang memiliki kemampuan artistik rendah,
Malang Tentang Konsep
tidak terdapat perbedaan pemahaman seni
Pendidikan Seni Sebagai Jiwa Dari
karawitan kelompok siswa yang mengikuti
Mata Pelajaran Seni Budaya Dalam
model pembelajaran langsung jika
KTSP. Laporan Penelitian Tidak
e-Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha
Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan (Volume 4 Tahun 2014)

Dipublikasikan. Malang: Lembaga pada Institut Seni Indonesia


Penelitian Universitas Negeri Denpasar, Tanggal 28 Januari
Malang. 2004.
Jazuli. 2008. Paradigma Kontekstual Riantiarno, N. 2004. Program Apresiasi
Pendidikan Seni. Surabaya: Unesa Kesenian Dewan Kesenian Jakarta
Unversity Press. Untuk Sekolah Menengah Umum
Jabotabek. Dalam Yayah Kisbiyah
Koyan, I W. 2012. Metode Penelitian
& Atiqa Sabardila (Eds). Pendidikan
Kuantitatif. Singaraja: Undiksha.
Apresiasi Seni. (Halaman 193-205).
Munandar, Utami. 1999. Mengembangkan Surakarta: Penerbit Pusat Studi
Kemampuan dan Kreativitas Anak Budaya & Perubahan Sosial –
Sekolah. Jakarta: Gramedia Universitas Muhammadiyah
Widiasarana Indonesia. Surakarta.
Rai S, I Wayan. 2004. “Unsur Musikal dan Soedarso, SP. 1988. Tinjauan Seni,
Ekstra-Musikal Dalam Penciptaart Sebuah Pengantar untuk Apresiasi
Gending Iringan Tari Bali”, Orasi Seni. Yogyakarta: Saku Dayar
llmiah daJam rangka Pengukuhan Sana.
Guru Besar Bidang Etnomusikologi

Anda mungkin juga menyukai