Anda di halaman 1dari 6

TIGA KONSEP TENTANG PENDIDIKAN SENI

Mardi
PENDAHULUAN

Pendidikan seni dalam konteks pendidikan secara lebih luas, seperti


dideklarasikan dalam konvensi internasional tahun 2006 ditujukan untuk
memastikan setiap anak dan orang dewasa mendapatkan hak untuk
memperoleh dan mendapatkan peluang terlibat dalam pembangunan dan
keikutsertaan dalam bidang kebudayaan dan artistik secara menyeluruh dan
seimbang. Hal tersebut merupakan sebuah pondasi yang kuat bahwasannya
setiap individu memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan seni baik kelompok
minoritas sampai kelompok yang berkebutuhan khusus.( lihat Rohidi 2016: 5-6)
Pendidikan seni secara umum merupakan upaya sadar untuk
menyiapkan siswa melalui kegiatan pembimbingan, pembelajaran, dan pelatihan
agar siswa memiliki kemampuan berkesenian (Jazuli 2008: 15). Kemampuan
berkesenian di sini terkait dengan kompetensi keseniman dan kompetensi
sebagai bentuk pengalaman belajar dalam rangka pendewasaan potensi individu
untuk membentuk manusia seutuhnya. Hal senada juga diungkapkan oleh Rohidi
(2011: 57) pendidikan seni merupakan bagian dari pendidikan umum (seperti
juga pendidikan lainNya) di sekolah umum, yang melalui berbagai kegiatan
dalam proses pengajaran dan pembelajarannya diharapkan dapat memacu
murid kearah kedewasaannya sebagai manusia yang bermartabat. Berdasarkan
pernyataan di atas bahwa seni memiliki peranan yang sangat penting yang harus
didapatkan oleh setiap individu dalam mengembangkan kepribadiannya.
Selain sebagai hak yang harus didapatkan dan kebermanfaatannya bagi
pengembangan individu, pendidikan seni rupanya juga memiliki sumbangsih
yang penting dalam rangka untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan
pendidikan nasional yang tertera pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003,
Pasal 3, adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Intinya tujuan pendidikan nasional untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik baik dalam bidang
sikap, pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan pendidikan seni dapat masuk
dengan leluasa memainkan perannya dalam pengembangan tiga aspek tersebut.
Ketercapaian ketiga aspek tersebut dalam pendidikan seni sering di istilahkan
dengan belajar degan seni, belajar melalui seni, dan belajar tentang seni.
Berdasarkan uraian di atas, tujuan penulisan ini untuk menguraikan secara lebih
jelas tentang hal tersebut.

PEMBAHASAN
A. Belajar Dengan Seni.
Jazuli (2008 : 115) yang mengungkapkan bahwa belajar dengan seni
merupakan pendekatan yang dilandasi oleh asumsi bahwa seni sebagai cara
pandang atau penghubung bagi siswa untuk memperoleh berbagai informasi,
pengalaman pemahanman mengenai berbagai fenomena yang ada atau yang
terjadi dilingkungannya. Hal tersebut di dukung oleh Rohidi ( 2011: 59)
menjelaskan bahwa Seni menawarkan cara-cara yang bebas dalam
pelaksanakan pendidikan ( materi pelajaran lain) dari kepastian. maksudnya seni
menawarkan sebuah persfektif yang terbuka bahwa senantiasa ada cara
memandang yang multiperspektif. Seni mengajarkan bahwa tidak ada disiplin
yang secara keseluruhan lengkap, dan seni menawarkan dimensi-dimensi makna
dan bentuk-bentuk yang baru.
Sebagai cara pandang seni menjadi wahana untuk mengembangkan citra
(image), ide-ide kreatif yang berkaitan dengan substansi objek dan cara
penyampaiannya. Dengan demikian belajar dengan seni melalui kegiatan
apresiasi, kreatif, ekspresif dan interaktif siswa akan memperoleh kesempatan
yang luas untuk mengembangkan wawasan, pengetahuan kepekaan, dan
kepedulian. Pada kontek inilah seni menampakkan sifat multukulturalnya.

B. Belajar Melalui Seni.


Belajar melalui seni pada dasarnya adalah sebuah pendidikan yang
menggunakan seni sebagai media untuk mencapai tujuan pendidikan yang
dalam pelaksanaannya lebih menekankan pada proses belajar, bukan pada
penanaman keterampilan berkarya seni. Penekanan pada segi proses, dengan
demikian sasaran belajar seni bukan menjadikan peserta didik menjadi pandai
menggambar, melukis atau mematung. Sedangakan menurut Jazuli ( 2008: 114)
belajar melalui seni sebagi alat. Media pendidikan untuk menggali dan
memahami subjec matter dari suatu mata pelajaran tertentu melalui berbagai
elemen dalam disiplin seni.
Belajar melalui seni merupakan kegiatan untuk memahami sesuatu hal
dengan atau permasalah dengan seni sebagai medianya. Artinya seni dijadikan
alat untuk mengetahui, memahami, dan memecahkan suatau permasalahan.
Contoh untuk mempermudah ingatan anak tentang belajar menghitung, seorang
pengajar menggunakan lagu atau nyanyian yang di dalam liriknya terdapat
konten penjumlahan atau hitung menghitung. Contoh lainnya untuk
mempermudah memahami cara mengucapan bahasa inggris, guru memutarkan
musik sebagai medianya. Berdasarkan hal tersebut belajar dengan seni
terintregasi dengan pelajaran lainnya sehingga peserta didik lebih mudah dan
menyenangkan dalam menyelesaikan persoalan atau permasalahan di pelajaran
lainnya.
Lebih lanjut lagi jazuli (2008) mengungkapkan bahwa dengan belajar
melalui seni siswa tidak saja akan memiliki kepekaan inderawi dan intuisi,
melainkan juga memberikan peluang terhadap pengembangan berbagai potensi
dasar dan kecerdasann lainnya untuk mencapai hasil yang maksimal.
Maksudnya kecerdasaan lainnya tidak hanya terkait dengan pengetahuan dan
keterampilan melainkan juga dengan dengan sikap serta mampu menanamkan
nilai-nilai pada saat atau selesai belajar. Contonya belajar seni rupa terdapat
pelajaran apresiasi batik. Nilai yang didapatkan dalam kasus ini sikap/ rasa
bangga yang harus dimiliki siswa bahwa memiliki warisan yang luar biasa atau
sikap menghargai karya batik. Dari pengertian di atas target dari konsep belajar
melalui seni penanaman nilai, namun jika anak mampu berkarya seni dengan
baik maka hal tersebut merupakan dampak ikutan atau bonus dalam proses
pembelajaran seni.
keberadaan seni dengan karakteristiknya yang melekat dapat
dimanfaatkan untuk dilibatkan dalam usaha mempersiapkan warga calon
masyarakat, generasi baru yang dijadikan tumpuan bagi bangsa dan negara
kedepan Soeharjo ( 2012: 31). Hal senada juga diungkapkan oleh Jhon Dewey
(dalam Dorn Dalam Ismiyanto 2010) merupakan seni sebagai alat untuk
mencapai tujuan pendidikan, bukan untuk kepentingan seni itu sendiri. Artinya
seni berkewajiban membantu ketercapaian tujuan pendidikan secara umum yang
memberikan keseimbangan rasional dan emosional, intelektualitas dan
sensibilitas.

C. Belajar Tentang Seni


Belajar tentang seni bermakna membangun keterampilan dasar ( basic
mental Skill ) tentang seni sebagai disiplin studi agar siswa dapat
mengembangkan cara berfikir, bereskpresi , dan berkreasi, berimajinasi, dan
berpengalan luas sehingga hidupnya lebih berarti ( lihat jazuli 2008 : 116-117).
Seni sebagai materi ajar mengarahkan kepada keahlian atau keterampilan
vokasional sehingga dapat diartikan dengan konsep pendidikan dalam proses
penularan seni
Pendidikan seni yang berkonsep penularan seni tidak semata- mata
hanya menularkan kemampuan berkesenian yang bersifat fisik sekaligus
penularan filosofinya ( Soeharjo 2012: 17). Karena dengan belajar filosofinya
diharapkan dapat membentuk seorang seniman yang matang setelah proses
pembelajaran selesai/ lulus. Konsep penularan seni ini dapat dilakukan di
lembaga formal, non-formal dan informal. Dalam pendidikan formal dapat
ditemukan di lingkup sekolah kejuruan seni. Pendidikan non-formal dapat
di jumpai pada sanggar seni atau komunitas seni sedangkan pendidikan
informal dilakukan di lingkungan keluarga.
Dalam pendidikan formal konsep pendidikan penularan seni cocok
diterapkan pada lembaga pendidikan sekolah kejuruan seni. Sekolah
kejuruan seni merupakan lembaga pendidikan formal yang
mengakomodasi peserta didik menjadi seorang seniman. Lulusan sekolah
kejuruan seni dapat langsung terjun ke masyarakat atau melanjutkan
pendidikan seni tinggi yang relevan. Implementasi dalam pembelajaran
dikemas secara bertahap sedemikian rupa, sesuai dengan kurikulum
acuannya. Suatu tahapan tertentu tidak dapat diikuti oleh pembelajar yang
belum menguasai keterampilan di tahap sebelumnya. Dengan demikian
penguasaan kerampilan seni merupak hal yang sangat penting.
Pendidikan non-formal dalam konsep penularan seni dapat di ditemukan
di sanggar. Menurut Soeharjo (2012 : 27) sistem sanggar merupakan tempat
berkumpul untuk saling bertukar pengalaman. Pengalaman yang dimaksud yaitu
pengalaman berkesenian baik secara konsep maupun secara praktek
berkesenian. Berdasarkan perkembanggannya sistem sanggar mulai dari saling
berkumpul berubah menjadi sarana untuk mempersiapkan para pembelajar
menjadi calon seniman. Biasanaya guru yang mengajar dalam sistem sanggar
yaitu seniman senior sedangkan peserta didiknya pelajar dan peminat yang
berbakat seni. Dengan demikian sistem sanggar merupakan pendidikan untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi bakal seniman diluar pendidikan umum
yang dilakukan secara tersruktur dan berjenjang.
Konsep penularan seni dalam bentuk pendidikan informal dapat dijumpai
di lingkungan keluarga perajin atau perupa. Sebagai bentuk pendidikan informal,
keluarga perajin atau perupa pada umumnya berusaha untuk menularkan
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kepada anaknya, dengan harapan
anaknya dapat meneruskan usahanya. Terkadang penularan dalam lingkup
keluarga bertujuan untuk menjaga nama besar dari seniman atau orang tua.
Oleh karena itu kebanyakan seniman memperoleh kemampuan dan keterampilan
dari orang tuanya atau warga masyarakat di lingkungannya. Pendidikan lebih
diorientasikan pada penguasaan keterampilan. Metode pembelajarannya dengan
latihan yang terus menerus (drill).
PENUTUP
Berdasarkan urain di atas bahwa mendidikan dengan seni merupakan
pendekatan yang dilandasi oleh asumsi bahwa seni sebagai cara pandang atau
penghubung bagi siswa untuk memperoleh berbagai informasi, pengalaman
pemahanman mengenai berbagai fenomena yang ada atau yang terjadi
dilingkungannya. Belajar melalui seni merupakan kegiatan untuk memahami
sesuatu hal dengan atau permasalah dengan seni sebagai medianya. Artinya
seni dijadikan alat untuk mengetahui, memahami, dan memecahkan suatau
permasalahan. Sedangkan Belajar tentang seni bermakna membangun
keterampilan dasar ( basic mental Skill ) tentang seni sebagai disiplin studi agar
siswa dapat mengembangkan cara berfikir, bereskpresi , dan berkreasi,
berimajinasi, dan berpengalan luas dalam hal berkesenian.
Dengan demikian pendidikan seni memiliki kontribusi yang besar pada
kehidupan manusia. Oleh karena itu perlu mendapatkan perhatian yang lebih
dari seluruh pendidik, msasyrakat, dan pemerintah. Berkembangnya kemampuan
mental, pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam pendidikan seni
memeberikan kesempatan kepada sisiwa untuk menjadi manusia yang memiliki
kepribadian dan jati diri.

Daftar Pustaka :
Rohidi. Tjetjep Rohendi. 2016. Pendidikan Seni Isu dan Paradigma. Semarang:
Cipta Prima Nusantara.
. 2011. Metode Penelitian Seni. Semarang: Cipta Prima Nusantara.
Jazuli. M. 2008. Paradigma Kontekstual Pendidikan Seni. Surabaya: Unesa
Press University
Soehardjo. A. J. 2012. Pendidikan Seni: Dari mulai konsep Samapai Progam
Buku satu. Malang : Banyupedia Publishing.
Ismiyanto. PC.S. 2010. Srategi Pembelajaran Seni Rupa, Bahan Ajar, Tidak
dipublikasikan / untuk kalangan Sendiri.

Anda mungkin juga menyukai