Anda di halaman 1dari 9

Volume 6 Nomor 2 (2019) Halaman 155- 162

Tumbuh kembang : Kajian Teori dan Pembelajaran PAUD


Jurnal PG-PAUD FKIP Universitas Sriwijaya
Website : https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/tumbuhkembang/index
Email : jtk@fkip.unsri.ac.id
pISSN : 2355-7443 eISSN:2657-0785

Paradigma Pendidikan Seni; Belajar Melalui Seni Dalam Pendidikan Anak


Usia Dini
Raden Angga Bagus Kusnanto1
Fakultas Seni dan Desain, STKIP-PGRI Lubuklinggau
Email: radenangga4@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini berfokus pada pentingnya seni dihadirkan dalam pendidikan anak usia dini. Tujuan
pendidikan seni bukan untuk menjadikan anak sebagai seorang seniman melainkan membina
kreativitasnya sedini mungkin. Jenis penelitian ini merupakan kualitatif dengan pendekatan studi kasus
dan penggunaan payung paradigma fenomenologi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; Pertama,
paradigma belajar melalui seni dalam dunia anak menuntut bahwa seni sebagai media pembelajaran
yang melibatkan anak turut serta dalam proses kreatif guna anak mendapatkan banyak pengetahuan
lain untuk mencapai tujuan pendidikan. Kedua, bentuk pembelajaran berbasis seni bersifat
multilingual, multidimensional dan multikultural. Anak tidak hanya mendapatkan pengetahuan
tentang seni melainkan ada upaya dalam membangun sebuah konsep pelajaran lain. Maka dari itu,
belajar melalui seni bersifat konstruktif bagi perkembangan kognitif anak karena melibatkan
pengalaman artistik serta pengetahuan lain yang didapat oleh anak melalui pembelajaran melalui seni.
Kata Kunci : Paradigma, Pendidikan, Belajar melalui Seni, Anak Usia Dini

Abstract
This research focuses on the importance of art presented in early childhood education. The purpose of
art education is not to make children an artist but to faster their creativity as early as possible. This
kind of research is qualitative with a case study approach and the use of a phenomenology paradigm.
The results of this study indicate that; First, the paradigm of learning through art in the world of
children demands that art as a learning medium that involves children participate in the creative
process so that children get lots of other knowledge to achieve educational goals. Second, forms of art-
based learning are multilingual, multidimensional and multicultural. Children not only get knowledge
about art, but there are efforts to build a concept of another lesson. Therefore, learning through art is
constructive for children's cognitive development because it involves artistic experience and other
knowledge acquired by children in learning through art.
Keyword : paradigm, education, learning through art, childhood

155
Jurnal Tumbuhkembang : Kajian Teori dan Pembelajaran PAUD
Edisi November Volume 6 Nomor 2, 2019

PENDAHULUAN semua keterampilan psikomotorik, kognitif


Ketimpangan dalam dunia pendidikan dan afektif anak.
di Indonesia acap kali hadir untuk mereduksi Ihwal pendidikan anak usia dini,
esensi pendidikan. Metode yang belajar melalui seni merupakan sebuah
dikonsepkan dan kurikulum yang ada langkah yang tepat untuk diimplementasikan
harusnya sesuai dengan visi pun tidak dalam pembelajaran anak karena seni
relevan. Upaya pemerintah dalam dihadirkan guna memberikan pengalaman
mengembangkan inovasi dalam dunia artistik dan estetis dalam diri anak. Akan
pendidikan selalu di usahakan, namun hal tetapi pada praktiknya, di Indonesia lebih
tersebut tidak selalu berhasil pada menekankan pada pengembangan dan
implementasi yang menjadi tujuan akhir. kinerja otak kiri sehingga untuk
Pendidikan seharusnya hadir sebagai upaya pengembangan otak kanan atau dalam hal ini
untuk membentuk manusia yang seni acap kali terabaikan. Pendidikan melalui
berkepribadian. Sebagai mana Dewey seni (education through arts) merujuk
(dalam Kristiawan, 2016: 95) menyatakan konsepsi bahwa seni yang digunakan dalam
bahwa pendidikan dapat membentuk pendidikan atau seni sebagai sarana untuk
manusia baru melalui perantaraan karakter mencapai tujuan pendidikan. Pendidikan
dan kodratinya. Antara harapan dan realitas seni juga merupakan sarana untuk
dalam dunia pendidikan kita tampaknya pengembangan kreativitas seseorang
belum memiliki keselarasan sehingga masih (Kusumastuti, 2014: 9). Belajar melalui seni,
dimungkinkan memiliki kesenjangan yang seseorang akan terlibat langsung dalam
berarti. proses kreatif sehingga anak mendapatkan
Pendidikan anak usia dini perlu pengalaman artistik dan estetis ketika
mendapatkan perhatian khusus demi berproses kreatif (Ambarwangi & Suharto,
mengembangkan keseluruhan aspek yang 2013: 81).
dimiliki oleh anak serta menjadi pondasi Belajar melalui seni dalam pendidikan
bagi pendidikan selanjutnya. Bila dilihat anak usia dini tidak sekadar menjadikan seni
pada usianya (4-6 tahun), maka fase ini sebagai subject matter dalam proses
merupakan fase yang mana keseluruhan pembelajaran, akan tetapi diharapkan
proses perkembangan aspek-aspek mampu memfasilitasi anak untuk mencapai
kepribadian anak ada pada masa itu. Pada pengetahuan lain. Karena belajar melalui
usia ini perkembangan motorik anak ditandai seni dimaksudkan bahwa seni sebagai sarana
dengan bertambah matangnya untuk mempelajari hal-hal ataupun bidang
perkembangan otak yang mengatur sistem lainnya (Ambarwangi & Suharto, 2013: 81).
syaraf otot (neoromuskuler) yang Dengan demikian, pentingnya melibatkan
memungkinkan anak lebih lincah dan aktif seni dalam sebuah proses pembelajaran
bergerak (Kusumastuti, 2014: 3). Untuk itu diperlukan sebagai metode untuk mencapai
perlu adanya inovasi metode pembelajaran tujuan pendidikan. Pendidikan seni tidak
anak usia dini yang mampu memfasilitasi hanya memberikan pengalaman artistik dan
estetis seorang anak melainkan dapat

156
Jurnal Tumbuhkembang : Kajian Teori dan Pembelajaran PAUD
Edisi November Volume 6 Nomor 2, 2019

mengolah kecerdasan emosional seorang objek penelitian adalah siswa TKIT


anak. Karena ketika seorang anak melakukan Abdurrahman Islamic School. Teknik
kegiatan seni akan melibatkan aktivitas fisik, pengumpulan data dilakukan menggunakan
kemampuan berekspresi, ekplorasi serta observasi lapangan, dokumentasi dan
kemampuan menuangkan cita rasa kepustakaan. Multimetode yang dimaksud
keindahan ke dalam bahasa rupa yaitu menggunakan payung paradigma
(Kusumastuti, 2014: 2). Seni menjadi fenomenologi sebagai pusat perhatian dalam
alternatif untuk membantu perkembangan mengkaji secara mendalam satu objek
kognitif anak, memperluas perbendaharaan tertentu untuk membongkar realitas dibalik
kata, membuka ruang imaji seluas-luasnya, fenomena. Uji keabsahan data yang
dan mengaktifkan otak kanan untuk dilakukan pada penelitian ini yaitu
mengeksplorasi segala sesuatu. menggunakan trianguasi sumber sebagai
Tujuan dalam penelitian ini yaitu pengecekan dari pelbagai sumber yaitu
untuk mengetahui dan menjelaskan bahwa observasi, dokumentasi serta kepustakaan.
belajar melalui seni bagi anak usia dini dapat Hal ini dilakukan untuk menghasilkan data
membantu anak untuk mencapai yang kredible dan suatu kesimpulan yang
perkembangan kognitif, afektif dan akurat.
psikomototik lebih maksimal, serta dengan
seni dapat membangun konsep untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
mempelajari hal-hal lainnya. Sehingga Pendidikan merupakan sebuah proses
manfaat dari penelitian ini (1) bagi anak, dari pembudayaan (Tilaar dalam Masunah &
dapat membantu perkembangan Narawati, 2003: 281). Pembudayaan yang
psikomotorik, kognitif dan afektif melalui dimaksud adalah adanya upaya masyarakat
pembelajaran seni, (2) bagi pendidik, untuk kelangsungan tradisi yang dimiliki
menjadi bahan acuan untuk dapat melalui pendidikan. Dengan demikian,
memperbaiki metode pembelajaran berbasis pendidikan memainkan sebuah peranan
seni bagi anak usia dini. penting dalam keberlangsungan sebuah
tradisi. Pendidikan juga dimaksudkan
METODOLOGI sebagai suatu proses atau kegiatan yang
Jenis penelitian yang digunakan secara sadar di usahakan oleh keluarga,
merupakan kualitatif dengan menggunakan masyarakat, dan pemerintah melalui
multimetode yang fokus melibatkan kegiatan yang bersifat bimbingan,
pendekatan ilmiah pada materi subjek dan pengajaran, dan latihan yang berlangsung di
interpretasi. Penelitian ini menggunakan sekolah maupun luar sekolah (Kristiawan,
pendekatan studi kasus sebagai metode 2016: 96).
analisis. Istilah studi kasus digunakan Pendidikan anak usia dini
peneliti untuk menggali informasi apa yang diimplementasikan sebagai dasar
didapat dari sebuah kasus (Rahardjo, 2017: pembentukan kepribadian manusia.
13). Subjek penelitian dalam hal ini yaitu Handayani (2014: 2) kepribadian yang dapat
TKIT Abdurrahman Islamic School. Dan dibentuk melalui pendidikan anak usia dini

157
Jurnal Tumbuhkembang : Kajian Teori dan Pembelajaran PAUD
Edisi November Volume 6 Nomor 2, 2019

yaitu cerdas, berbudi luhur, ceria dan kreatif. segera diwujudkan guna memfasilitasi
Kepribadian tersebut diharapkan dapat tumbuh kembang anak di masa selanjutnya.
menjadi bekal kehidupan anak dalam Diskursus belajar melalui seni sudah
bermasyarakat. sejak lama ada. Merryl Goldberg (1997: 119)
Melibatkan seni dalam proses mengatakan bahwa mengintegrasikan seni
pembelajaran menjadi menarik setelah dalam pembelajaran dapat dilakukan melalui
mengetahui kebermanfaatan seni dalam tiga cara yaitu : (1) belajar tentang seni
pendidikan. Pada penelitian ini melihat (learning about the arts), (2) belajar dengan
bahwa pendidikan dalam anak usia dini tidak seni (learning with the arts), dan (3) belajar
memaksimalkan perkembangan aspek dalam melalui seni (learning through the arts).
diri anak melalui pembelajaran. Untuk itu Imajinasi adalah hal utama yang
penting kiranya seni dihadirkan dalam diperlukan ketika melibatkan anak pada
proses perkembangan kemampuan anak baik proses kreatif. Karena imajinasi mempunyai
kognitif, afektif dan psikomotorik. kemampuan untuk menghadirkan sesuatu
Seni sebagai bentuk manifestasi atau berbagai konsep dan imaji (Murdowo,
merupakan kegiatan yang dapat membantu 2006: 116). Melatih gerak atau mengarahkan
perkembangan anak untuk mencapai hal-hal membuat sesuatu yang dapat melibatkan
yang lebih luas. Perkembangan tersebut semua indera anak adalah hal yang paling
dapat diintergrasikan melalui pembelajaran. dibutuhkan untuk perkembangan anak.
Pembelajaran seni dapat membantu anak Perkembangan yang dimaksud adalah
dalam mengembangkan seluruh potensi anak kognitif, afektif serta psikomotorik anak.
karena dalam pembelajaran seni dapat Belajar melalui seni memiliki arti
menunjang pelbagai hal yang diantaranya bahwa seni dapat digunakan sebagai sarana
meningkatkan kepandaian ekspresi anak, untuk mempelajari hal-hal lain
kepandaian dalam sisi-sisi kemanusiaan, (Ambarwangi & Suharto, 2013: 81). Sebagai
kepekaan terhadap sesuatu, melatih contoh yaitu ketika anak belajar mewarnai
konsentrasi serta kreativitas anak (Setiawan suatu objek maka dapat diintegrasikan
dalam Rolina, 2010: 6-7). dengan mempelajari hal lain seperti sastra,
Menilik bahwa dalam proses sejarah, sosial ataupun agama yang terdapat
pembelajaran yang berlangsung pada dalam objek yang sedang digambar. Belajar
sekolah TKIT Abdurrahman Islamic School melalui seni pada anak usia dini menekankan
tidak mengoptimalkan kemampuan anak tiga aspek yaitu ekplorasi, ekspresi dan
dalam bereksplorasi, maka disini menjadi apresiasi (Huliyah, 2017: 153). Melalui tiga
sebuah kasus yang patut diselesaikan. aspek tersebut dimungkinkan bahwa belajar
Karena belajar melalui seni telah lama melalui seni (learning through arts) akan
menjadi sebuah metode yang tepat dalam mencapai tujuan akhir pendidikan yaitu
mengoptimalkan tumbuh kembang anak. memfasilitasi anak untuk mengembangkan
Sehingga fenomena belajar melalui seni keterampilan berproses kreatif dan
telah ada dan tuntas diimplementasikan mendapatkan pengetahuan lain melalui
dalam pendidikan anak usia dini dan harus pembelajaran tersebut.

158
Jurnal Tumbuhkembang : Kajian Teori dan Pembelajaran PAUD
Edisi November Volume 6 Nomor 2, 2019

a. Eksplorasi memberi kesempatan pada anak untuk dapat


Pengembangan kemampuan eksplorasi melakukan sebuah tindakan tentang apa
pada anak ditujukan agar anak dapat yang mereka lihat, pikirkan, dan rasakan.
melakukan observasi dan mengeksplorasi Ekspresi yang diwujudkan dalam sebuah
segala sesuatu seperti alam semesta, manusia tindakan oleh anak juga dapat berasal dari
serta mengeksplorasi elemen-elemen seni. perasaan ataupun pikiran yang sedang
Pengembangan kemampuan mengeksplorasi dialami anak.
tersebut dapat dilakukan melalui pelbagai c. Apresiasi
cara diantaranya; Pertama, melihat Apresiasi yang dilakukan oleh anak
lingkungan dan bagian-bagiannya. Kedua, dalam hal ini bertujuan agar dapat
menggambar objek tertentu berdasarkan memberikan penilaian dan menghargai
pengamatannya selama observasi. Ketiga, pengalamannya terhadap karya yang telah
memperhatikan dalam penggunaan seperti dibuat. Apresiasi dalam seni dapat
jenis garis, warna, bentuk, serta bagian- memberikan kesempatan anak untuk tampil
bagian untuk membuat gambar. Keempat, menjelaskan karya seni yang telah
menyadari suasana hati dan ide yang dibuatnya. Bentuk kegiatan yang dapat
digambarkan melalui bahasa visual. dilakukan pada apresiasi yaitu menyajikan
Melakukan kegiatan eksplorasi bagi anak berbagai hasil karya anak dan disertai
usia dini sangat penting karena melalui dengan penjelasan mengenai hasil karyanya.
eksplorasi itulah anak-anak dapat Dengan demikian anak dituntut untuk dapat
membangun pengetahuannya tentang benda- mengungkapkan kalimat sederhana yang
benda yang ada disekitarnya (Huliyah, 2016: berkaitan dengan konsep karya yang
151). dibuatnya.
b. Ekspresi Pada tahap ini, anak dapat menjelaskan
Kemampuan berekspresi pada anak usia karya dengan mengintegrasikan segala
dini bertujuan agar anak dapat pengetahuannya tentang seni atau
mengekspresikan segala sesuatu yang ada pengetahuan yang lain. Karena pada tahap
dalam dirinya melalui seni. Ekspresi yang apresiasi, anak dapat menghubungkan
dihadirkan oleh anak dalam belajar melalui konsep seni dengan pengetahuan lain yang
seni juga merupakan sebuah tindakan dapat mendukung makna atau konsep yang
berfikir yang bermakna bahwa sebuah terdapat dalam karya tersebut.
makna obyektif dinyatakan (expressed) Kemampuan pendidik dalam mengelola
sedangkan tindakan diwujudkan kelas dengan efektif dapat membantu anak
(manifested). Oleh karenanya, ekspresi dapat lebih berhasil dalam mencapai tujuan
diartikan bahwa ide (makna obyektif) pendidikan. Pendidik juga harus dapat
menjadi kesatuan yang terhubung dalam memberikan karakterisasi tiap anak agar
sebuah tindakan yang diwujudkan pembelajaran yang diberikan sesuai dengan
(Surahman, 2002: 90). kemampuan anak atau kebutuhan anak.
Pengembangan kemampuan anak dalam Penyusunan kurikulum seharusnya
berekspresi dapat diwujudkan dengan cara menyesuaikan taraf pada perkembangan

159
Jurnal Tumbuhkembang : Kajian Teori dan Pembelajaran PAUD
Edisi November Volume 6 Nomor 2, 2019

anak sehingga apa yang harus dilakukan Multidimensional, belajar melalui seni
anak sesuai dengan kebutuhannya dalam juga bersifat multidimensional. Sifat tersebut
mengembangkan potensi yang dimilikinya. dapat memaksimalkan perkembangan
Belajar melalui seni juga merupakan kompetensi dengan memadukannya unsur
sebuah metode yang digunakan untuk yang ada dalam seni. Sebagaimana
mendorong siswa mempelajari hal lain Kusumastuti (2014: 9) menyatakan bahwa
melalui seni. Setyaningrum (2017: 50) yang dimaksud multidimensional adalah seni
menyatakan hal yang sama bahwa belajar mengembangkan kompetensi kemampuan
melalui seni dapat digunakan sebagai dasar yang meliputi persepsi, pemahaman,
metode dalam sebuah pembelajaran untuk pengetahuan, analisis, evaluasi, apresiasi dan
mendorong siswa mempelajari materi produktivitas dalam menyeimbangkan otak
pelajaran melalui bentuk-bentuk karya seni. kanan dan otak kiri dengan memadukan
Belajar melalui seni juga dapat diterapkan unsur logika, estetika dan etika.
untuk semua jenjang sekolah tak terkecuali Multikultural, yaitu dalam proses
dalam hal ini yaitu pendidikan anak usia dini. pengembangan aspek anak dapat
Pendidikan seni dalam penerapannya dimasukkan nilai-nilai budaya nusantara.
pada proses pembelajaran memiliki Dengan demikian, anak tak hanya belajar
karakteristik multilingual, multidimensional melalui seni dengan menitikberatkan seni
dan multikultural. Ketiga karakteristik akan tetapi pendidik dapat memadukan
tersebut hanya terdapat dalam pendidikan proses tersebut dengan memasukkan unsur
berbasis seni. karakteristik pembelajaran budaya yang dimiliki pada proses belajar
seni inilah memiliki tujuan khusus dalam melalui seni. Ambarwangi (2013: 82)
mencapai tujuan pendidikan. mengatakan bahwa belajar melalui seni
Multilingual, pada proses dapat mengembangkan kompetensi yang ada
pengembangannya dapat dilakukan oleh melalui kegiatan yang menimbulkan
pelbagai cara. Menurut Huliyah (2013: 81) apresiasi anak terhadap keragaman budaya
menyatakan bahwa pembelajaran berbasis Nusantara atau bahkan Mancanegara.
seni memiliki sifat multilingual yang dalam Belajar melalui seni merupakan salah
pelaksanaannya dapat dilakukan dengan satu metode yang harus diterapkan dalam
berbagai cara seperti; seni rupa, gerak, pendidikan anak usia dini mengingat bahwa
musik, peran, dan tari atau memadukan dari pentingnya seni untuk membantu segala
beberapa media tersebut. Oleh karenanya, aspek yang dimiliki anak usia dini seperti
belajar melalui seni merupakan seni menjadi keterampilan, sikap, serta membina
media yang dilibatkan dalam proses kreativitas anak dan menambah pengalaman
pembelajaran agar pembelajaran lebih estetis pada anak.
menarik dan mampu mengoptimalkan segala Perkembangan kognitif anak salah satu
aspek perkembangan yang ada dalam diri faktor yang harus dioptimalkan oleh
anak usia dini baik kognitif, afektif maupun pendidik, karena perkembangan kognitif
psikomotorik. sangat menentukan keberhasilan anak usia
dini dalam mempelajari sesuatu. Menurut

160
Jurnal Tumbuhkembang : Kajian Teori dan Pembelajaran PAUD
Edisi November Volume 6 Nomor 2, 2019

King (dalam Ibda, 2015: 29) menyatakan multidimensional, dan multikultural.


bahwa perkembangan intelektual individu Multilingual yang berarti pada proses
dalam mengamati ilmu pengetahuan pelaksanaan pembelajaran dapat melalui
dipengaruhi oleh faktor umur. Oleh sebab pelbagai macam media seni yang digunakan.
itu, anak usia dini merupakan subjek yang Multidimensional yang dimaksud adalah
harus diperhatikan dalam perkembangan seni dapat mengembangkan kemampuan
kognitifnya. dasar siswa yang meliputi persepsi,
Belajar melalui seni pada prosesnya pengetahuan pemahaman, analisis, evaluasi,
akan melibatkan anak masuk dalam apresiasi dan memadukannya dengan unsur
pengalaman artistik mereka. Anak belajar logika, estetika dan etika. Multikultural
mengungkapkan bahasa rupa melalui daya dalam hal ini yaitu seni bertujuan untuk
imajinasi yang mereka kelola dalam otak. menumbuhkembangkan kesadaran dan
Dan dalam mengungkapkannya dalam kemampuan berapresiasi terhadap
bahasa visual, anak cenderung mengingat keragaman budaya Nusantara bahkan
pengalaman artistik yang pernah mereka Mancanegara.
temukan sebelumnya. Pengalaman artistik
ini sangat penting bagi anak untuk DAFTAR PUSTAKA
mengembangkannya dalam bahasa visual.
Piaget (dalam Ibda, 2015: 29) Ambarwangi, S., & Suharto, S. (2013).
mengungkapkan bahwa pengalaman yang Pendidikan Multikultural di Sekolah
dimiliki seorang anak ditentukan oleh melalui Pendidikan Seni
skemata sensorimotor yang memberi Tradisi. Harmonia: Journal Of Arts
kerangka bagi interaksi awal anak dengan Research And Education, 13(1).
lingkungannya. Sehingga anak dapat Ayu, A. P. (2013). “Nirmana-Komposisi Tak
merespon suatu kejadian yang Berbentuk” Sebagai Dasar
diasimilasikan melalui skemata Kesenirupaan Fakultas Seni Rupa
sensorimotor. Karena pengalaman Institut Kesenian Jakarta. Jurnal
mengandung elemen unik yang harus di Ilmiah Widya, 1(1).
akomodasi oleh struktur kognitif mereka.
Goldberg, Merryl (1997). Arts and Learning.
KESIMPULAN An Integrated Approach to Teaching
Berdasarkan pada pembahasan diatas and Learning in Multicultural
maka dapat disimpulkan bahwa paradigma Settings. Longman. New York. 2003.
belajar melalui seni dapat mengoptimalkan Handayani, E. D. (2014). Aplikasi
perkembangan anak. Karena dengan Pembelajaran Cara Menggambar
melibatkan anak pada proses kreatif dapat Untuk PAUD (Doctoral dissertation,
mengembangkan kemampuan anak dari Universitas Muhammadiyah
aspek psikomotorik, kognitif dan afektif Surakarta).
mereka. Belajar melalui seni dalam proses
Huliyah, M. (2017). Pengembangan Daya
pembelajaran bersifat multilingual,
Seni Pada Anak Usia Dini. aṣ-ṣibyān:

161
Jurnal Tumbuhkembang : Kajian Teori dan Pembelajaran PAUD
Edisi November Volume 6 Nomor 2, 2019

Jurnal Pendidikan Anak Usia Surahman, A. (2002). Kamus Istilah Filsafat.


Dini, 1(02), 149-164. Yogyakarta : Matahari.
Ibda, F. (2015). Perkembangan kognitif: teori
jean piaget. Intelektualita, 3
(1).
Kusumastuti, E. (2014). Penerapan Model
Pembelajaran Seni Tari Terpadu Pada
Siswa Sekolah Dasar. Mimbar
Sekolah Dasar, 1(1), 7-16.
Kristiawan, M. (2016). “Filsafat
Pendidikan”. Yogyakarta : Valia
Pustaka Jogjakarta.
Masunah, J & Narawati, T. (2003). Seni dan
Pendidikan Seni. Bandung : UPI.
Murdowo, S. (2006). Objektivitas Imajinasi
dalam Seni. Imaji: Jurnal Seni dan
Pendidikan Seni, 4(1).
Rahardjo, M. (2017). Studi kasus dalam
penelitian kualitatif: konsep dan
prosedurnya. Retrieved from
http://repository.uin-
malang.ac.id/1104/
Rolina, N. (2010). Memahami Psikologi
Perkembangan Anak Bagi
Pengembangan Aspek Seni Anak
Usia Dini. Retrived from https://www.
staff. uny. ac.
id/sites/default/files/tmp/artikel-unk-
p4tksb. pdf.
Setyaningrum, F. (2017). Ekspresifitas
Pembelajaran Seni Lukis Dengan
Media Cat Air Pada Siswa Kelas V
Sekolah Dasar Negeri Pekuncen
01. Dialektika: Jurnal Pemikiran dan
Penelitian Pendidikan Dasar, 7(1),
42-54.

162
Jurnal Tumbuhkembang : Kajian Teori dan Pembelajaran PAUD
Edisi November Volume 6 Nomor 2, 2019

163

Anda mungkin juga menyukai