Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Imajinasi Vol XIV No 1, Januari-Juni 2020

Jurnal Imajinasi
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/imajinasi

PARADIGMA PENDIDIKAN SENI UNTUK KEHIDUPAN ANAK


Tria Ayu Dini1*

1* Universitas Syiah Kuala Aceh

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan
kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi pribadinya, yaitu rohani
Diterima September 2019 (pikir, karsa, rasa, cipta, dan budi nurani). Pendidikan juga merupakan suatu
Disetujui November 2019 lembaga yang bertanggung jawab menetapkan cita-cita atau tujuan pendidikan,
Dipublikasi Januari 2020
isi, sistem, dan organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga tersebut meliputi
Kata Kunci: keluarga, sekolah, dan masyarakat. seni adalah kegiatan berkesenian terdiri dari
Pendidikan, Seni, dua jenis, kegiatan berkesenian yang dilandasi modus imitasi, dan yang dilandasi
Pendidikan Seni dalam modus expresi. Jadi, dengan memadukan kedua pengertian pendidikan seni
Kehidupan Anak. adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran dan latihan agar menguasai kemampuan berkesenian sesuai dengan
peran yang harus dimainkannya. Ada dua peran yang dapat dimainkan. Pertama,
menularkan keterampilan seni, dan yang kedua, memfungsi pedidikan seni.
Pendidikan seni sangat efektif bagi anak dengan ditandai terciptanya kondisi yang
memberi peluang anak secara bebas terkendali mengembangkan kepekaan,
fantasi, imajinasi dan kreasi anak. Pendidikan seni juga sangat berpengaruh pada
perkembangan anak yang ditandai dengan perkembangan bahasa, membantu
pertumbuhan mental, membantu sebagai media bermain. Selain itu pendidikan
seni juga dapat melatih keterampilan dan koordinasi gerak anak, sekaligus
sebagai sarana untuk memperkenalkan, membudayakan, dan menanam nilai seni
budaya bangsa.

PENDAHULUAN
Secara etimologis, istilah paradigma pada Pendidikan sebagai sebuah tradisi dapat
dasarnya berasal dari bahasa Yunani yaitu dari berlangsung di mana dan kapan saja. Pendidikan
kata “para” yang artinya di sebelah atau pun di bisa berlangsung di rumah, di dalam lembaga
samping, dan kata “diegma” yang artinya teladan, keluarga, antara orang tua dengan anak-
ideal, model, atau pun arketif. Sedangkan secara anaknya, kakak dengan adik-adiknya, atau kakek
terminologis, istilah paradigma diartikan sebagai dengan cucunya, atau juga di antara anggota
sebuah pandangan atau pun cara pandang yang keluarga sekerabat lainnya. Pendidikan bisa
digunakan untuk menilai dunia dan alam berlangsung di dalam masyarakat, kawan
sekitarnya, yang merupakan gambaran atau pun sebaya, dan anggota minat. Pendidikan juga
perspektif umum berupa cara-cara untuk dapat berlangsung di lembaga khusus, yang
menjabarkan berbagai macam permasalahan disebut sekolah, suatu tempat atau lembaga yang
dunia nyata yang sangat kompleks. Menurut diberi kepercayaan, kewenangan, dan kebenaran
Robert Freidrichs, paradigma merupakan oleh orang tua, masyarakat, dan pemerintah
kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir untuk menyelenggarakan pendidikan secara
seseorang sebagai titik tolak pandangannya lebih teratur dan lebih terancang. Pendidikan
sehingga terbentuk citra subjektif seseorang juga berlangsung dengan berbagai sifatnya.
terhadap ralita sehingga berujung pada Pendidikan dapat berlangsung secara formal,
ketentuan bagaimana cara untuk menangani yaitu apabila dilaksanakan secara teratur,
realita tersebut.
*
Alamat : Universitas Syiah Kuala Aceh
Email : diniayutria1993@gmail.com
50 Tria Ayu Dini, Paradigma Pendidikan Seni untuk Kehidupan Anak

terstruktur, dan terancang dalam jangka masa dibandingkan dengan orang dewasa karena
tertentu secara bertahap (Rohidi, 2014). masih belum terbentuk pikirannya. Dalam segala
Seni atau juga dalam arti luas sering hal anak usia dini (3-8 tahun) keseimbangan
disebut kesenian, mencakup makna yang terkait badan, maupun keseniannya masih dalam
dengan wujudnya, baik sebagai kebudayaan idel, kondisi prima. Perkembangan mulai meregang-
sistem sosial dalam bentuk aktivitas perilaku kan dan meranjak, ketika pelajaran eksak
berpola, atau juga benda-benda hasil karya dibeikan. Sebagai contoh dengan pelajaran
manusia. Seni juga hadir dalm bentuk aktivitas matematika atau berhitung, mulailah pikiran
berpola ketika manusia berinteraksi, atau anak mempengaruhi logika bentuk dan perasaan.
berkomunikasi berkenaan dengan keindaha, Penalaran ini semakin kuat dan menggeser
yang pada asasnya mencakup aktivitas kreatuf perasaan ketika masuk sekolah dasar dan
dan aktifitas apresiatif (Rohidi, 2014). pendidikan formal. Kurikulum yang ketat,
Istilah pendidikan seni di Indonesia pelajaran penalaran mulai kuat serta beberapa
relative jarang disinggung, baik dalam forum aturan berkehidupan diberikan, mulailah anak
resmi maupun forum tidak resmi. Biasannya, membangi rasa dan pikiran dalam memecahkan
pembicaraan tentang pendidikan seni lebih permasalahan hidup. Dari pengalaman penelitian
banyak mengungkap perihal pembinaan seni menunjukan bahwa perasaan tergeser, dan
atau kesenian di masyarakat yang bersifat menguatkan pola berpikir dengan logika.
tradisional. Pendidikan Seni di Lisabon, Portugal Dampak terhadap pemahaman seni pun
pada Maret 2006, telah mengahasilkan sebuah mulai terasa ketika anak masih mengungkapkan
“road map”. Dalam rangka mengidentifikasi dan secara bebas ide dan gagasan semakin
memahami peranan pendidikan segi bagi berkurang dengan pertanyaan: “bagaimana
pemenuhan kebutuhan kreativitas dan menggambar ayam dengan benar?” bagaimana
kesadaran budaya pada abad ke-21 ini di anak meniru suara burung atau meniru seorang
berbagai negara dan bangsa, di samping juga, ibu sedang memasak di dapur. Perilaku ini
memberi penekanan pada strategi yang menyebabkan pola-pola kehidupan teratur
diperlukan untuk memperkenalkan atau memaksa anak. Perkembangan yang sangat kuat
mempromosikan pendidikan seni di dalam adalah pada masa sekolah dasar kelas akhir,
lingkungan dan suasana pendidikan. tuntutan kurikulum Matematika atau pelajaran
Pendidikan kesenian yang dimaksudkan bahasa yang sangat ketat dengan tatabahasa
dapat berperan sebagai pendidikan yang membuta anak semakin menjalani keteraturan,
mendasari pembinaan kesenian (pendidikan namun di sisi lain kemunduran idealism.
nonformal maupun informal). Gagasan ini Beberapa rumusan kurikulum SMP memberikan
mendapat ide dari ki Hadjar Dewantara: sekolah, ikatan norma sosial atau pelajaran baik-buruk
masyarakat dan keluarga. Dengan memperhati- menjadi suatu pertimbangan secara formal, anak
kan dan mempertimbangkan seluruh aspek semakin tertutup ide dan gagasan. Seharunya
kependidikan khususnya seni dalam kehidupan kebebasan berimajinasi akan dikelola oleh
anak, konsep pendidikan seni akan membahas pelajaran kesenian atau pendidik seni bagi anak
pola-pola serta arahan pembinaan sehingga merupakan ‘hantu tugas’ karena dengan
efektivitas pembiayaan, arah pembinaan serta tuntutan kuat sebagai sebagai seorang seniman.
regenarasi pendidikan seni dapat ditangkap dan Kejenuhan terhadappembelajaran dengan pola
dikembangkan dalam konteks yang lebih luas. mekanik berkarya menyebabkan anak kurang
Kehidupan anak dari usia 3 tahun sampai kreatif.
dengan 8 tahun merupakan usia perkembangan Terdapat kolerasi positif antara kenaikan
yang efektif, karena pertumbuhan kecerdasan penalaran melalui pelajaran matematika
mencapai 80%. Usia ini oleh sebagian psikolog terhadap pelajaran pendidikan kesenian.
mengatakan sebagai the golden age, usia Pelajaran matematika lebih memberikan
keseimbangan penuh antara pikiran dan penalaran dan keteraturan menyebabkan anak
perasaan. Perasaan anak sering lebih menguat berpola teratur. Maka, pelajaran seni seperti seni
Jurnal Imajinasi Vol XIV No 1, Januari-Juni 2020 51

musik menjadi lebih mudah dikembangkan menguasai kemampuan berkesenian sesuai


dalam kehidupan anak. dengan peran yang harus dimainkannya. Ada
Sebenarnya seni mempunyai fungsi tinggi dua peran yang dapat dimainkan. Pertama,
terhadap perkembangan mental dan pikiran menularkan keterampilan seni, dan yang kedua,
anak. Pelajaran sei di beberapa Negara Eropa memfungsi didikan seni.
seperti Perancis dan Belanda diajarkan filsafat Berkaitan dengan kemapuan yang
dan psikologi. Dasar ke dua ilmu ini dihasilkan oleh pendidik seni terutama pada
mengintegrasi ke dalam pembelajaran. Filsafat konsep yang kedua tersebut, terdapat dua
memberikan pandangan kritis terhadap setiap kemungkinan kelompok kemampuan yang dapat
penciptaan dan psikologi memberikan dikuasai oleh peserta didik dalam melakukan
kemampuan dan dorongan mengunggkapkan kegiatan seni. Pertama satuan kemampuan yang
pendapat. Akhirnya, oleh beberapa ilmuan yang disebut dampak-pembelajaran, dan yang kedua
tergolong kelompok pragmatism, seni satuan ini tidak harus berupa kemampuan seni.
dimanfaatkan untuk pengembangan pendidikan. Artinya bukannya kemampuan memahami hal
yang terkait dengan kegiatan seni dan
PEMBAHASAN kemampuan menghasilkan karya seni, akan
Konsep Pendidikan Seni tetapi satuan kemampuan yang lain. Seperti
Untuk memahami konsep pendidikan seni kemampuan percaya diri. Kemampuan
sebelum melangkah lebih jauh meneliti program menghargai pendapat orang lain, kemampuan
pembelajaran seni, dan kemudian melaksanakan rasa tanggung jawab dan lain sebagainya.
pembelajaran seni, merupakan tindakan yang Kembali tentang konsep pendidikan seni.
harus dilakukan oleh setiap pendidik seni. Yang Sekalipun diangkat sebagai sesuatu yang
dimaksud dengan Konsep Pendidikan Seni penting, sejatinya bukan barang baru, sebab
adalah jawaban dari pertanyaan “apakah pendidikan seni merupakan bagian dari
pengertian yang hakiki pendidikan Seni itu”. peradaban manusia pada umumnya. Telah
Jawaban yang mudah dan dapat diberikan adalah berlangsung sepanjang masa, sejak manusia
pendidikan yang menggunakan seni sebagai belum mengenal rumah sebagai tempat tinggal
bahan kajianya. Jika diuraikan jawaban itu tetap dan apalagi membangun kota. Dengan
menjelaskan tentang dua hal. Yang pertama menggunakan sistem sederhana, seperi
mengenai pengertian pendidikan dan yang pendidikan orang tua terhadap anak kadungnya,
kedua mengenai pengertian seni. berupa pelatihan merakit mata tombak untuk
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha berburu rambu-rambu hiasannya. Yang saat ini
manusia untuk meningkatkan kepribadiannya disebut karya seni (Layton, 1981).
dengan jalan membina potensi-potensi Sistem pendidikan seni yang sederhana itu
pribadinya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, seiring dengan perubahan peradaban dari waktu
dan budi nurani). Pendidikan juga merupakan ke waktu mengalami perubahan demi
suatu lembaga yang bertanggung jawab perubahan. Pada saat memuncaknya perkem-
menetapkan cita-cita atau tujuan pendidikan, isi, bangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sistem, dan organisasi pendidikan. Lembaga- mengalami perubahan besar. Dari pendidikan
lembaga tersebut meliputi keluarga, sekolah, dan yang bersistem sederhana yang diberi sebutan
masyarakat (Fuad dalam Basri, 2017) Aprentinsip, menjadi sistem Akademik
Sedangkan pengertian seni berdasarkan (Soehardjo, 1985). Kemudian semenjak
hasil analisis, seni adalah kegiatan berkesenian pertengahan abad ke-20 muncul pendidikan seni
terdiri dari dua jenis, kegiatan berkesenian yang formal non-kejuruan, maka pengertian
dilandasi modus imitasi, dan yang dilandasi pendidikan seni tidak lagi tunggal, di samping
modus expresi. Jadi, dengan memadukan kedua berkonsep penularan seni atau education in art
penegertian pendidikan seni adalah usaha sadar (Eisner, 1972) yang merupakan lanjutan konsep
untuk menyiapkan peserta didik melalui masa lalu, juga konsep baru pemfungsian seni.
kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan agar Atau Education Though Art (Read, 1945). Yang
52 Tria Ayu Dini, Paradigma Pendidikan Seni untuk Kehidupan Anak

mengandung makna, masing-masing sebagai Seni dalam pendidikan, lebih difungsikan


asset budaya dalam rangka pelestariannya sebagai media untuk memenuhi perkembangan
sebagai sarana untuk menumbuh kembangkan anak, baik fisik maupun mental. Hal ini seperti
peserta didik. dijelaskan Kusumastuti (dalam Mulyani, 2016)
bahwa pendidikan seni lebih berdimensikan
Pendidikan dalam Kehidupan Anak sebagai “media pendidikan” yang memberikan
Tak dapat disangkal bahwa sepanjang serangkaian pengalaman estetik yang sangat
sejarahnya, manusia sebagai mahluk sosial dan besar pengaruhnya bagi perkembangan jiwa
budaya menyelenggarakan pendidikan sebagai anak.
fungsi utama untuk mempertahankan, Kehadiran seni dalam dunia pendidikan,
melangsungkan, dan mengembangkan eksis- mengisyaratkan bahwa seni mempunyai
tensinya agar dapat beradaptasi dengan kedudukan, peran atau fungsi yang penting
lingkungan yang senantiasa berubah agar dalam proses pendidikan. Bahkan karena
memperoleh kehidupan yang lebih baik. Melalui pentingnya kehadiran seni, menurut Baret
proses pendidikanlah setiap individu dalam seperti dikutip Rohidi (dalam Mulyani, 2016)
masyarakat mengenal, menyerap, mewarisi, seni seharusnya menjadi dasar pendidikan,
memasukkan, dan menggembangkan unsur- dengan kata lain tanpa pendidikan seni
unsur kebudayaannya, teknologi yang pendidikan tidak akan pernah utuh.
diperlukan untuk tahap bertahan dan
berkembang dalam menghadapi lingkungnya Pendidikan Seni
(Rohidi dalam Triyanto, 2017). Pendidikan seni adalah upaya pendidikan
Pendidikan merupakan bagian dari proses dengan menggunakan seni sebagai mediannya.
pembudayaan (Tilaar, 1999). Dengan demikian, Pendidikan seni merupakan bagian penting
proses pendidikan antara lain merupakan upaya dalam pendidikan secara menyeluruh, karena
masyarakat untuk kelangsungan tradisinya. Tiga pendidikan seni merupakan unsur yang strategis
wilayah sebagai pusat pembinaan dan dan fungsional bagi upaya pemuliaan
pengembangan kebudayaan adalah pendidikan kemanusiaan (Rohidi, 2014).
informal, pendidikan non formal, dan pendidikan Menurut pakar pendidikan seni terdapat
formal. empat tindakan yang selalu ada pada setiap
Dalam kehidupan anak dari usia 3 tahun proses kegiatan seni meliputi, pengindraan,
sampai dengan 8 tahun merupakan usia 3 tahun pembayangaan, pengenalaran media dan
sampai dengan 8 tahun merupakan usia pengolahan media (Soehardjo, 2011).
perkembangan yang efektif, karena pertumbuh- Pendidikan seni dipahami sebagai pendidikan
an kecerdasan mencapai 80 %. Perasaan anak yang memberikan keseimbangan rohaniah
sering lebih menguat dibandingkan dengan terhadap hal yang bersifat jasmani, kepekaan
orang dewasa karena masih belum terbentuk emosi atas rasionalitas, imajinatif terhadap yang
pikiran. Dalam segala hal anak usia dini (3-8 realistik, yang dirancang sesuai dengan
tahun) keseimbangan badan, maupun kebutuhan perkembangan jiwa anak didik,
keseniannya masih dalam kondisi prima lingkungan alam dan sosial budaya (Rohidi,
(Pamadhi, 2012). 2014).
Dalam hal ini, tentunya yang harus digaris Pendidikan seni memiliki fungsi yang amat
bawahi bahwa seni untuk anak-anak berbeda penting sebagai sarana atau alat untuk
dengan seni untuk orang dewasa. Hal ini penting mengembangkan kesadaran atau kepekaan
diprhatikan, khususnya dalam melakukan estetik, mengembangkan daya citpa atau
penilaian dan evaluasi karya anak-anak, agar kreativitas, serta menjadi sarana bagi anak untuk
supaya hasil kreasi anak tidak diukur menurut menggungkapkan (ekspresi) diri dan lingkung-
selera dan kreteria orang dewasa (Mulyani, annya (Triyanto, 2017).
2016) Pendidikan seni pada hakikatnya
merupakan proses pembentukan manusia
Jurnal Imajinasi Vol XIV No 1, Januari-Juni 2020 53

melalui seni. Pembelajaran seni di sekolah, (menggambar), anak mampu Menggambar


memfasilitasi anak-anak, menyediakan peluang imajinatif dengan judul “rumah terapungku”.
untuk pemenuhan dirinya melalui pengalaman Digambarkan skenario rumah masa depan untuk
seni berdasarkan sesuatu yang dekat dengan mengatasi gempa, kebakaran, serta percekcokan
kehidupan dan dunia anak (Mulyani, 2016). hal antar keluarga perlu mendirikan rumah di atas
senada juga disampaikan oleh Malcolm Ross. laut. Persepsi tentang rumah terapung mendapat
Menurut ross (Kusumastuti dalam Mulyani ispirasi dari kapal induk yang mampu membuat
2016) pendidikan seni pada hakikatnya kapal kecil. Ide ini jika dilihat sepintas
merupakan pembelajaran yang menekankan sederhana, namun jika dilihat secara mendalam
pada pemberian pengalaman apresiasi estetik, ternyata memberikan arti yang sangat
disamping mampu memberikan dorongan ber- mendalam dan memberi arti sangat luas.
ekstasi lewat seni, juga memberi alternative Ungkapan perasaan dan gagasan ini
pengembangan potensi psikis diri serta dapat merupakan: (1) mengutamakan pendapaT; (2)
berperan sebagai kataris jiwa yang berkhayal berimajinasI; (3) bermain; (4) belajar;
membebaskan. (5) memahami bentuk yang ada di sekitar anak;
Pendidikan seni sangat efektif bagi anak (6) merasakan, kegembiraan, kesedihan dan rasa
dengan ditandai terciptanya kondisi yang keagamaan. Dalam proses berkarya seni pikiran,
memberi peluang anak secara bebas terkendali dan perasaan anak-anak bahkan pikiran anak
mengembangkan kepekaan, fantasi, imajinasi bercampur perasaan anak. Anak pada usia dini
dan kreasi anak. Pendidikan seni juga sangat belum dapat membedakan makna berpikir
berpengaruh pada perkembangan anak yang dengan merasakan semuanya masih menyatu
ditandai dengan perkembangan bahasa, dalam kegiatan yang bersifat refleksi.
membantu pertumbuhan mental, membantu Proses komunikasi yang terjadi ketika
sebagai media bermain. Selain itu pendidikan anak menggambar sebenarnya adalah
seni juga dapat melatih keterampilan dan komunikasi intrapersonal yang egois. Semua
koordinasi gerak anak, sekaligus sebagai sarana ingin disatukan dalam gambar anak. Menjadikan
untuk memperkenalkan, membudayakan, dan dirinya sebagai pusat pandang kejadian sehari-
menanam nilai seni budaya bangsa. hari serta memunculkan pemikiran personal
(subyektif). Kondisi seperti ini memberikan
Seni Sebagai Bahasa indikasi bahwa sebenarnya gambar merupakan
Anak pada usia SD dalam kehidupannya alat komunikasi dan berinteraksi dengan orang
sangat dekat dengan karya seni. Jika diamati, lewat imajinasinnya. Oleh karena itu tugas
setiap gerak dan ide serta gagasan anak pendidik dalam membimbing anak berkarya seni
sebenarnya mempunyai latar belakang yang adalah menjadikan alat berkomunikasi dan agar
unik. Pikiran anak kadangkala melebihi dari komunikasi itu interaktif pendidik dapat
pikiran orang dewasa, namun sering tidak menjaga agar anak terarah.
dipahami. Hampir bisa dikatakan bahwa perilaku
anak dekat dengan kegiatan berkesenian atau Seni Membantu Pertumbuhan Mental
seni. Usia anak sekitar 7-8 tahun (antara kelas 1
Karya seni anak mempunyai jangkauan dan 2) merupakan usia perkembangan
pikiran yang sangat komprehensif, sering cara penalaran anak, pikiran dan perasaan anak,
menyimbolkan ide dan gagasan serta perasaan pikiran dan perasaan anak pun mulai
anak yang tidak dimengerti oleh orang dewasa berkembang memisah. Pada suatu ketika
tidak direspon secara positif, sehingga anak pertumbuhan badan (biological age) anak lebih
kendur dalam menggembangkan dirinya cepat dari pada perkembangan pikiran (mental
(Pamadhi, 2012). Berkarya seni merupakan age). Ketidaksejajaran perkembangan anak
kebutuhan anak dalam berkomunikasi, berujar tersebut berpengaruh terhadap perkembangan
serta berpikir yang sangat komprehensif. gambar, misalnya: fungsi nalar berkembang
Sebagai contoh dalam berkarya seni rupa lebih cepat dari pada ekspresi. Hal yang terjadi,
54 Tria Ayu Dini, Paradigma Pendidikan Seni untuk Kehidupan Anak

penalaran anak lebih kuat dari pada perasaanya. menggungapkan peristiwa masa lalu serta
Tipe anak yang kuat penalarannya cenderung merupakan ungkapan perasaan terhadap
lebih dominan nuansa garis serta figure atau kejengkelan, kegembiraan dan kesedihan. Oleh
objek lukisan ditampilkan lebih relaistik karenanya bermain pun dapat dikatagorikan
daripada anak bertipe perasaan. belajar, karena dalam bermain terjadi pelatihan
Dalam pandangan psikologi humanistik, pemahaman dan pengamatan terhadap
perkembangan anak di pengaruhi oleh faktor lingkungan sekitar.
lingkungan (teori behavioral) seperti teman- Menurut Piaget, (Hartono dalam Mulyani,
teman disekelilingnya, guru kelas, atau pun 2016) bahwa anak usia dini 01 tahun berada
orang tua saja dan faktor internal. Teori pada tahapan perkembangan sensori motorik.
psikoanalisis menjelaskan bahwa internal faktor Pada usia ini anak melakukan permainan yang
sebagai modal awal seperti : pikiran, perasaan. bersifat berulang-ulang. Sedangkan anak usia 3-4
Biasanya, kedua faktor tersebut berjalan saling tahun, dapat menyanyi dengan merubah syair
mempengaruhi secara berimbang. Misalnya fisik, sesuai dengan yang ia inginkan. Selain itu, dalam
intelektual, emosional, dan interpersonal serta usia ini anak juga biasannyasudah dapat
interaksi antara semua faktor, yang bernyanyi sambil melakukan gerakan tangan dan
mempengaruhi motivasi belajar. Psikoanalisis kaki. Sementara itu anak usia 4-5 tahun, dapat
menyatakan bahwa dalam jiwa manusia menyanyi sambil memimpin sebuah permainan
berkembang kognisi, afeksi dan psikomotorik. dan dapat menyanyikan lagu dengan saling
Sebenarnya cara ungkap misalnya di dalam seni memimpin sebuah permainan dan dapat
tari mengalami kesulitan bentuk gerak tubuh. menyanyikan lagu dengan saling mengisi atau
Ketika olah tubuh, tangan diminta untuk menjawab dalam lagu yang dinyanyikan oleh
menirukan beberapa gerakan serta kemudian temannya. Anak usia 5-6 tahun, dalam
menambah dan menggayakan gerakan mulai ada penguasaan musik anak dapat menyanyi
rasa kurang percaya diri. Gerakan yang bersama sambil memainkan alat musik
semestinya mempunyai jangkauan imajinatif, sederhana.
anak semakin sulit. Peristiwa ini sangat Melalui kegiatan beryanyi dan memainkan
menghantui anak usia SMP, di mana bentuk alat musik dalam gaya yang sesuai, secara
gerakan tari yang seharusnya diciptakan anak individu atau bersama orang lain, anak
sudah terpola gerakannya berdasarkan “jenis menunjukan pengembangan berkenaan dengan
dan gaya tarian”. suara, fisik, gaya, dan konsep musik. Jadi seni
Selanjutnya perkembangan intelektual, dalam media bermain, anak belajar untuk
emosiaonal maupun persepsi dapat dikatagori- mengenali dan meninterpretasikan diri, ekspresi
kan sebagai perkembangan mental misalnya dan emosi melalui musik yang mereka mainkan
uruta usia, usia mental, usia pertumbuhan dan dengarkan.
badan.
PENUTUP
Seni Sebagai Media Bermain Pendidikan sebagai sebuah tradisi dapat
Manusia adalah mahkluk bermain (homo berlangsung di mana dan kapan saja. Pendidikan
luden), hampir seriap saat orang-orang bisa berlangsung di rumah, di dalam lembaga
memperlakukan kondisi untuk bermain. Dalam keluarga, antara orang tua dengan anak-
bermain ini peristiwa imajinasi, pikiran, dan anaknya, kakak dengan adik-adiknya, atau kakek
perasaan yang bergerak menciptakan dengan cucunya, atau juga di antara anggota
permainan. Dalam dunia anak, bermain keluarga dan kerabat lainnya. Pendidikan bisa
merupakan modal yang kuat untuk melatih berlangsung di dalam masyarakat, kawan
pikiran, perasaan dan imajinasi. Hal ini terdapat sebaya, dan anggota minat. Pendidikan juga
dalam penciptaan karya seni. Ketika anak dapat berlangsung di lembaga khusus, yang
berkarya seni, sebenarnya pikiran tertuju disebut sekolah, suatu tempat atau lembaga yang
kepada hal-hal yang dicita-citakan atau ingin diberi kepercayaan, kewenangan, dan kebenaran
Jurnal Imajinasi Vol XIV No 1, Januari-Juni 2020 55

oleh orang tua, masyarakat, dan pemerintah berdasarkan sesuatu yang dekat dengan
untuk menyelenggarakan pendidikan secara kehidupan dan dunia anak.
lebih teratur dan lebih terancang. Pendidikan Demikian dengan pendidikan dalam
juga berlangsung dengan berbagai sifatnya. kehidupan anak berpengaruh pada perkembang-
Pendidikan dapat berlangsung secara formal, an anak yang ditandai dengan perkembangan
yaitu apabila dilaksanakan secara teratur, bahasa, membantu pertumbuhan mental,
terstruktur, dan terancang dalam jangka masa membantu sebagai media bermain. Selain itu
tertentu secara bertahap. pendidikan seni juga dapat melatih keterampilan
Pendidikan adalah aktivitas dan usaha dan koordinasi gerak anak, sekaligus sebagai
manusia untuk meningkatkan kepribadiannya sarana untuk memperkenalkan, membudayakan,
dengan jalan membina potensi-potensi pribadi- dan menanam nilai seni budaya bangsa.
nya, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta, dan
budi nurani). Pendidikan juga merupakan suatu DAFTAR PUSTAKA
lembaga yang bertanggung jawab menetapkan Fuad, Ihsan. 2005. Dasar-dasar Kependidikan,
cita-cita atau tujuan pendidikan, isi, sistem, dan Jakarta : Rineka Cipta.
organisasi pendidikan. Lembaga-lembaga
Irawan, Dedy dkk, 2017. Paradigma Pendidikan
tersebut meliputi keluarga, sekolah, dan Seni. Yogyakarta : Thafa Media.
masyarakat (Fuad dalam Basri, 2017)
Sedangkan pengertian seni berdasarkan Layton, Robert. 1981. The Antropology of Art,
hasil analisis, seni adalah kegiatan berkesenian Great Britain.
terdiri dari dua jenis, kegiatan berkesenian yang
Masunah, Narwati, 2003. Seni dan Pendidikan
dilandasi modus imitasi, dan yang dilandasi Seni. Bandung: Pusar Penelitian dan
modus ekspresi. Jadi, dengan memadukan kedua Pengembangan Pendidikan Seni
penegertian pendidikan seni adalah usaha sadar Tradisional (PAST) UPI.
untuk menyiapkan peserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan agar Mulyani, Novi. 2016. Pendidikan Seni Tari Anak
menguasai kemampuan berkesenian sesuai Usia Dini. Yogyakarta: Penerbit Gava
Media.
dengan peran yang harus dimainkannya. Ada
dua peran yang dapat dimainkan. Pertama, Pamadhi, Hajar. 2012. Pendidikan Seni (Hakikat,
menularkan keterampilan seni, dan yang kedua, Kurikulum Pendidikan Seni Untuk Anak).
memfungsi didikan seni (Read,1945; Wickiser, Yogyakarta: UNY Press.
1974).
Seni dalam pendidikan, lebih difungsikan Rohidi. Tjetjep Rohendi. 2016. Pendidikan Seni
Isu dan Paradigma. Semarang: Cipta Prima
sebagai media untuk memenuhi perkembangan
Nusantara.
anak, baik fisik maupun mental. bahwa
pendidikan seni lebih berdimensikan sebagai Soehardjo, A.J. 2012. Pendidikan Seni Dari Konsep
“media pendidikan” yang memberikan Sampai Program. Malang: Universitas
serangkaian pengalaman estetik yang sangat Negeri Malang.
besar pengaruhnya bagi perkembangan jiwa
Triyanto. 2017. Spirit Ideologis Pendidikan Seni.
anak. Kehadiran seni dalam dunia pendidikan, Semarang: Cipta Prima Nusantara.
mengisyaratkan bahwa seni mempunyai
kedudukan, peran atau fungsi yang penting http://Pengertiandefinisi.com/Prengertian-
dalam proses pendidikan. Paradigma/
Pendidikan seni pada hakikatnya
merupakan proses perbentukan manusia melalui
seni. Pembelajaran seni di sekolah, memfasilitasi
anak-anak, menyediakan peluang untuk
pemenuhan dirinya melalui pengalaman seni
56 Tria Ayu Dini, Paradigma Pendidikan Seni untuk Kehidupan Anak

Anda mungkin juga menyukai