Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PERANAN FILSAFAT ILMU BAGI GURU


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Filsafat Ilmu dan Logika
Dosen Pengampu : Supriyadi , SIP, S.Pd, MM, M.Pd

Oleh :
Nanda Ayu Lestari
(19156155)

KELAS 1A
JURUSAN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PAUD
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul PERANAN FILSAFAT ILMU BAGI GURU ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah untuk memenuhi tugas
Bapak Supriyadi, SIP, S.Pd, MM, M,Pd pada mata kuliah Filsafat Ilmu
dan Logika. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang memadukan hal-hal yang bersifat pasif menjadi logis
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Supriyadi, SIP, S.Pd,
MM, M,Pd selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu dan Logika yang
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Grobogan, 14 April 2020
Nanda Ayu Lestari

~1~
DAFTAR ISI
JUDUL………………………………………………………………………………..................... i
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………… 1
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………. 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………………………… 3
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………. 5
C. Tujuan ……………………………………………………………………………………. 5

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat …………………………………………………………………………………………. 6
B. Profesi Keguruan ………………………………………………………...................................... 7
C. Peranan Filsafat Bagi Guru ………………………………………………………………………………. 8

BAB III PENUTUPAN


A. Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………………. 14
B. Saran …………………………………………………………………………………………………………….. 14

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 15

~2~
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang
terdiri atas dua kata: philos(cinta) dan shopia (hikmah,
kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman
praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta
kebijaksanaan atau kebenaran. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kata filsafat yaitu pengetahuan dan penyeledikan
dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab asal
hukumnya. Filsafat disebut sebagai Mother of Science atau
induk dari segala ilmu pengetahuan.
Filsafat sendiri memiliki arti segala ilmu pengetahuan
yang dimiliki manusia, dimana filsafat dibagi menjadi dua
bagian yakni filsafat teoritis dan filsafat praktis. Filsafat teoritis
yang mencakup ilmu pengetahuan alam, ilmu eksakta dan
matematika serta ilmu tentang ketuhanan dan metafisika
sedangkan filsafat praktis mencakup norma-norma, urusan
rumah tangga dan social politik.
Filsafat merupakan sebuah proses dan bukan merupakan
sebuah produk, sebab filsafat berarti upaya manusia untuk
memahami sesuatu secara sistematis, radikal dan kritis. Jadi
secara sederhana dapat dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah
dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh
pengetahuan secara ilmiah.
Sebagai guru mempelajari filsafat sangat diperlukan
sebab guru akan berkecimpung di dunia pendidikan dan
pendidikan sangat erat kaitannya dengan filsafat. Pendidikan
membutuhkan filsafat karena masalah-masalah pendidikan
~3~
tidak hanya menyangkut pelaksanaan pendidikan yang
dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih luas,
lebih dalam, serta lebih kompleks, yang tidak dibatasi
pengalaman maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak
memungkinkan dapat dijangkau oleh sains pendidikan.

A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
dikemukakan diatas, maka rumusan masalah dalam
makalah ini adalah Bagaimana peranan filsafat bagi
guru ?
B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
peranan filsafat bagi guru.

~4~
BAB II
PEMBAHASAN
PERANAN FILSAFAT BAGI GURU
A. PengertianFilsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas suku
kata philein/philos yang artinya cinta dan sophos/shopia yang
artinya kebijaksanaan, hikmah, ilmu kebenaran. Secara
maknawi filsafat dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang
mencoba untuk memahami hakikat segala sesuatu untuk
mencapai kebenaran atau kebijaksanaan. Untuk mencapai dan
menemukan kebenaran tersebut masing-masing filosof
memiliki karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya. Demikian pula kajian yang dijadikan objek
telaahanakan berbedan selaras dengan cara pandang terhadap
hakikat segala sesuatu.
Menurut Plato (Prasetya,1997) mengatakan bahwa
filsafat tidak lain daripada pengetahuan tentang segala yang
ada. Dalam bukunya Plato menggambarkan bahwa para filosof
adalah mereka yang mencari kebenaran mutlak.
Menurut Mautner (Wiramihardja,2006) mengatakan
bahwa filsafat adalah aktivitas intelektual yang dapat
didefinisikan dalam banyak arti, tergantung apa yang menjadi
penekanan artinya, ialah pada metodenya, masalahnya atau
maksud dari tujuannya.
Dari beberapa definisi filsafat di atas dapat disampaikan
bahwa filsafat merupakan kegiatan intelektual yang mencoba
untuk memahami hakikat sesuatu untuk mencapai kebenaran
tergantung pada maknanya, metodenya atau masalahnya, atau
tujuannya.
~5~
Filsafat diibaratkan sebuah pasukan mariner yang
merebut pantai untuk pendaratan pasukan infantri. Pasukan
infantri sebagai pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu.
Filsafatlah yang menerangkan tempat berpijak bagi kegiatan
keilmuan (Suriasumantri,2005).

B. Profesi Keguruan
Jabatan guru merupakan jabatan professional. Sebagai
jabatan professional pemegangnya harus memiliki kualifikasi
tertentu. Kriteria jabatan professional antara lain bahwa
jabatan itu melibatkan kegiatan intelektual, memerlukan
persiapan yang lama dalam jabatan yang berkesinambungan,
merupakan karir hidup dan mementingkan layanan serta
mempunyai kode etik yang harus dipatuhhi anggotannya.
Jabatan guru belum dapat memenuhi secara maksimal
persyaratan itu, namun perkembangannya di tanah air
menunjukkan arah untuk terpenuhinya persyaratan tersebut.
Usaha ini sangat tergantung kepada niat, perilaku dan
komitmen para guru dan organisasi yang berhubungan dengan
itu. Selain itu juga, oleh kebijaksanaan pemerintah.
Menurut (Soetjipto & Kosasi, 2009)jabatan guru memiliki
kriterianya, yaitu:
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual.
2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang
khusus.
3. Jabatan yang memerlukan persiapan professional yang
lama.
4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan.

~6~
5. Jabatan yang menjanjikan karir hidup keanggotaan yang
permanen.
6. Jabatan yang mementingkan layanan di atas keuntungan
pribadi.
7. Jabatan yang mempunyai organisasi professional yang kuat
dan terjalin erat.
Jabatan guru perlu mengembangkan sikap professional.
Banyak yang dapat dilakukan dalam rangka peningkatan sikap
professional keguruannya dalam masa pengabdiannya sebagai
guru. Misalnya dalam mengikuti pelatihan, lokakarnya,
seminar, atau kegiatan ilimiah lainnya. Dalam kegiatan
tersebut, terjadilah kegiatan berpikir atau kegiatan intelektual
dan disinilah filsafat berperan sehingga seorang guru dapat
meningkatkan professional keguruannya.

C. Peranan Filsafat Bagi Guru


Dalam ilmu pengetahuan, filsafat mempunyai kedudukan
sentral, asal, atau pokok. Karena filsaftlah yang mula-mula
merupakan satu-satunya usaha manusia di bidang kerohanian
untuk mencapai kebenaran atau pengetahuan.
Peranan Filsafat dalam profesi guru antara lain:
1. Filsafat dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah
satu cara pendekatan yang digunakan para ahli pendidikan
dalam memecahkan problematika pendidikan dan
menyusun teori-teori pendidikan, disamping menggunakan
metode-metode ilmiah lainnya.
2. Filsafat juga berfungsi memberikan arah agar dalam pproses
pendidikan khususnya dalam kegiatan pembelajaran.
Artinya dengan adanya arah teori-teori dan pandangan
filsafat pendidikan yang telah dikembangkan dapat
~7~
diterapkan dalam praktek kependidikan sesuai dengan
kenyataan dan kebutuhan hidup yang berkembang di
masyarakat. Disamping itu, merupakan kenyataan bahwa
semua masyarakat hidup dengan pandangan dan filsafat
hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya, dan dengan sendirinya akan menyangkut
kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Disinilah peran filsafat
dalam mengarahkan proses pendidikan yang menyesuaikan
dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup
masyarakat.
3. Filsafat mempunyai fungsi untuk memberikan petunjuk dan
arah dalam pengembangan teori pendidikan menjadi ilmu
pendidikan. Dimana suatu praktek kependidikan yang
didasarkan dan diarahkan oleh filsafat pendidikan tertentu,
akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dan
gejala-gejala kependidikan yang tertentu pula. Analisa
filsafat berusaha untuk menganalisa dan memberikan arti
terhadap data-data kependidikan untuk selanjutnya
menyimpulkan serta dapat disusun menjadi sebuah teori-
teori kependidikan yang ralistis dan selanjutnya akan
berkembanglah ilmu pengetahuan.
Filsafat dalam pendidikan khususnya bagi guru sebagai
suatu lapangan studi yang mengarahkanpusat perhatiannya
dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normatif
ilmiah, yaitu; kegiatan merumuskan dasar-dasar dan tujuan
pendidikan, konsep tentang sikap hakikat manusia, serta
konsepsi hakikat dan segi-segi pendidikan serta isi moral
pendidikannya.
Filsafat juga merupakan kegiatan merumuskan sistema
atau teori pendidikan yang meliputi politik pendidikan,
~8~
kepemimpinan pendidikan atau organisasi pendidikan,
metodologi pendidikan dan pengajaran, termasuk pola-pola
akulturasi dan peranan pendidikan dalam pengembangan
masyarakat dan Negara.
Filsafat memberikan gambaran bagaimana pengetahuan
memberikan kesadaran kepada manusia tentang kenyataan yang
diberikan oleh filsafat dapat diikuti , Contoh berikut ini: Ada
seorang guru yang mempunyai kesadaran diri untuk meningkatkan
dan mendapatkan pemahaman yang ada dalam kehidupan nyata,
misalnya bagaimana pengetahuan tersebut diperolehnya dan
bagaimana bentuk dari pengetahuan yang telah dikuasainya itu,
maka filsafatlah yang membantu guru tersebut untuk menjawabnya.
Karena memang didalam abad ini masalah pengetahuan pusat
permasalahan didalam agenda dari seorang ahli filsafat. Guru dan
pemikir tadi menyatakan pendapatnya dengan dukungan persuasif
ialah apa yang diketahui ialah apa saja yang kita buktikan. Apakah
kita pernah membantah bahwa hari cerah dan tidak ada mendung
bila kita dan orang lain melihat sinar matahari? Apakah sinar
matahari telah tertangkap oleh mata kita ? Dan apakah kita akan
membantah bahwa api itu panas setelah kita memasukkan jari kita
ke tempat api dan segera menariknya karena api itu melukai jari
kita. Jika kita memikirkan semua itu, maka, akan memperoleh
seperangkat pengetahuan dan pengalaman empris.
Pengetahuan yang berguna tidak senantiasa langsung
diperoleh, tetapi dapat juga secara tidak langsung yang merupakan
pengertian eksistensi yang diambil secara empiris. Dengan
membatasi pengetahuan pada pengalaman empiris saja berarti
mengabaikan sekian banyak yang kita rasa telah diketahui.. Kita
hanya merasa memiliki perasaan yang semacam intuisi, meskipun

~9~
kita tidak dapat membuktikannya. Dan kita menjadikan perasaan
tersebut sebagai suatu dasar untuk sikap atau keputusan.
Dari uraian tadi dapt disimpulkan bahwa kedudukan filsafat
bagi seorang guru aadalah memberikan pengertian dan kesadaran
kepada pendidik atau guru akan arti pengetahuan tentang
kenyataan itu, maka filsafat memberikan pedoman kepada pendidik
khususnya guru. Pedoman itu mengenai suatu yang terdapat
disekitar lingkungan pendidikan. Dengan akal, filsafat memberikan
pedoman pendidik berpikir guna memperoleh pengetahuan. Dengan
kehendak, dan rasa, maka filsafat memberikan pedoman tentang
kesusilaan mengenai baik dan buruk.
Apabila kita konsekuen terhadap upaya memprofesionalkan
pekerjaan guru maka filsafat pendidikan merupakan landasan
berpijak yang mutlak. Artinya, sebagai pekerja professional, tidaklah
cukup bila seorang guru hanya menguasai apa yang harus
dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kedua penguasaan ini
baru tercermin kompetensi seorang tukang.
Disamping penguasaan terhadap apa dan bagaimana tentang
tugasnya seorang guru juga harus menguasai mengapa ia
melakukan setiap bagian serta tahap tugasnya itu dengan cara
tertentu dan bukan dengan cara tertentu dan bukan dengan cara
lain. Jawaban terhadap pertanyaan mengapa itu menunjuk kepada
setiap tindakan seorang guru didalam menunaikan tugasnya, yang
pada gilirannya harus dapat dipulangkan kepada tujuan-tujuan
pendidikan yang mau dicapai, baik tujuan-tujuan yang lebih
operasional maupun tujuan-tujuan yang lebih abstrak. Oleh karena
itu maka semua keputusan serta perbuatan intruksional serta non-
intruksional dalam rangka dipertanggungjawabkan secara
pendidikan (tugas professional, pemanusiaan dan civic) yang
dengan sendirinya melihatnya dalam perspektif yang lebih luas dari
~ 10 ~
pada sekedar pencapaian tujuan-tujuan intruksional khusus, lebih-
lebih yang dicekik dengan batasan-batasan behavioral secara
berlebihan.
Tidakalah berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa di
Indonesia kita belum punya teori tentang pendidikan guru dan
tenaga kependidikan. Hal ini tidak mengherankan karena kita masih
belum saja menyempatkan diri untuk menyusunnya. Bahkan salah
satu prasatnya yaitu teori tentang pendidikan sebagaimana
disyaratkan pada bagian-bagian sebelumnya, kita masih belum
berhasil memantapkannya. Kalau kita terlibat dalam berbagi
kegiatan pembaharuan pendidikan selama ini maka yang
diperbaharui adalah peralatan luarnya nukan bangunan dasarnya.
Hal diatas itu dikemukakan tanpa didasari oleh anggapan
bahwa belum ada diantara kita yang memikirkan masalah
pendidikan guru itu. Pikiran-pikiran yang dimaksud memang ada
diketengahkan orang tetapi praktis tanpa kecuali dapat dinyatakan
sebagai bersifat fragmantaris, tidak menyeluruh. Misalnya, ada
yang menyarankan masa belajar yang pannjang (atau, lebih cepat,
menolak program-program pendidikan guru yang lebih pendek
terutama yang diperkenankan didalam beberapa tahun terakhir ini);
ada yang menyarankan perlunya diingatkan mekanisme seleksi
calon guru dan tenaga kependidikan, ada yang menyoroti
pentingnya sarana dan pra sarana pendidikan guru, dan ada pula
yang memusatkan perhatian kepada perbaikan sistem imbalan bagi
guru sehingga bisa bersaing dengan jabatan-jabatan lain
dimasyarakat. Tentu saja semua saran-saran tersebut diatas
memiliki kesahihian, sekurang-kurangnya secara partial, akan tetapi
apabila di implementasikan, sebagian atau seluruhnya, belum tentu .
Sebaiknya teori pendidikan guru dan tenaga kependidikan
yang produktif adalah memberi rambu-rambu yang memadai
~ 11 ~
didalam merancang serta mengimplementasikan program
pendidikan guru dan tenaga kependidikan yang lulusannya mampu
melaksanakan tugas-tugas keguruan didalam konteks pendidikan
(tugas professional, kemanusiaan dan civic). Rambu-rambu yang
dimaksud disusun dengan mempergunakan bahan-bahan yang
diperoleh dari tiga sumber yaitu: pendapat ahli, termasuk yang
disangga oleh hasil penelitian ilmiah, analisis tugas kelulusan serta
pilihan nilai yang dianut masyarakat. Rambu-rambu yang dimaksud
yang mencerminkan hasil telaahan interpretif, normatif, dan kritis
itu, seperti telah diutarakan didalam bagian uraian dimuka,
dirumuskan kedalam perangkat asumsi filosofis yaitu asumsi-
asumsi yang memberi rambu-rambu bagi perancang dan
implementasi program, maupun didalam “mempertahankan”
program dari penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan ataupun
dari serangan-serangan konseptual.

~ 12 ~
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Filsafat merupakan kegiatan intelektual yang mencoba untuk
memahami hakikat sesuatu untuk mencapai kebenaran
tergantung pada maknanya, metodenya atau masalahnya, atau
tujuannya.
2. Profesi keguruan merupakan jabatan professional sehingga
pemegangnya harus memiliki kualifikasi tertentu yang
melibatkan kegiatan intelektual, memerlukan persiapan yang
lama dalam jabatan berkesinambungan.
3. Peranan filsafat bagi guru sebagai suatu lapangan studi yang
mengarahkan pusat perhatiannya dan memusatkan
kegiatannya pada dua fungsi normatif ilmiah, yaitu: kegiatan
merumuskan dasar-dasar dan tujuan pendidikan konsep
tentang sikap hakikat manusia, serta konsepsi hakikat dan
segi-segi pendidikan serta isi moral pendidikannya.

B. SARAN
Saran Makalah Penelusuran tersebut perlu adanya dukungan
positif dari pemerintah serta teman-teman seperjuangan untuk
mengembangkan pembelajaran sesuai dengan cita-cita kita
untuk memajukan bangsa Indonesia dengan memperbaiki
metode pembelajaran .

~ 13 ~
Karena anak adalah tambang emas sebuah Negara maka
jangan sia-sia kan pendidikannya jika ingin sebuah Negara
maju .

DAFTAR PUSTAKA

Angsiaworld. (2014).Pentingnya Filsafat Bagi Guru, Bandung:


blogspot.com.
http://bocahkampus.com
Prasetya. (1997). Filsafat Pendidikan , Bandung: Pustaka Setia.
Soetjipto, & Kosasi,R.(2009). Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta.
Suriasumantri, Y. S. (2005). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer.
Jakarta: Sinar Harapan.
Wiramiharjda, S.A. (2006). Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama.

~ 14 ~

Anda mungkin juga menyukai