DOSEN PENGAMPU :
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
NAMA NIM
BINAGUNA MEDAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT atas limpah rahmat
dan taufik nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesusai waktu yang di
tentukan. Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas yang di berikan oleh ibu
ANDI NUR ABADY SPD.MPD. selaku guru atau dosen pengampu filsafat
Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa bahwa makalah ini terdapat kesalahan atau pun
kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sangat di butuhkan supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
Penyusun
i
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ......................................................................................... 12
B. Saran .................................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bila dilihat dari aktivitasnya filsafat merupakan suatu cara berfikir yang
berfikir yang disebut berfilsafat yaitu : a) Berfikir dengan teliti, dan b) Berfikir
menurut aturan yang pasti. Dua ciri tersebut menandakan berfikir yang insaf, dan
berfikir yang demikianlah yang disebut berfilsafat. Sementara itu Sidi Gazalba
(1976) menyatakan bahwa ciri ber-Filsafat atau berfikir Filsafat adalah : radikal,
artinya berfikir secara teratur dan logis dengan urutanurutan yang rasional dan
berfikir tapi berfikir dengan mengacu pada kaidah-kaidah tertentu secara disiplin
dan mendalam. Pada dasarnya manusia adalah homo sapien, hal ini tidak serta
merta semua manusia menjadi Filsuf, sebab berfikir filsafat memerlukan latihan
dan pembiasaan yang terus menerus dalam kegiatan berfikir sehingga setiap
1
kebenaran jawaban dengan cara yang benar sebagai manifestasi kecintaan pada
filsafat berkembang atas dasar pemikiran kefilsafatan yang telah dibangun sejak
Ada dua orang filsuf yang corak pemikirannya boleh dikatakan mewarnai
filsafat barat adalah zaman kuno, zaman abad pertengahan, zaman modern, dan
masa kini. Aliran yang muncul dan berpengaruh terhadap pemikiran filsafat
ide tersebut muncul dan disebarkan yaitu dimulai abad ke-17 dan abad ke-18,
abad ke-19 dan abad ke-20. Pada periode abad ke 17 dan 18 muncul aliran
Fenomenologi. Sedangka dari filsafat Islam dalam buku ini hanya akan membahas
B. Rumusan Masalah
2
4. Apa Yang Menjadi Persoalan Filsafat?
C. Tujuan Penulisan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat
Arti Filsafat Secara Etimologi, Kata filsafat dalam bahasa Arab falsafah
yang dalam bahasa Inggris philosophy yang berasal dari bahasa Yunani
philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein artinya cinta (love) dan
cinta kebijaksanaan (love of wisdom) atau bisa juga diterjemahkan sebagai cinta
kearifan dalam arti yang sedalamdalamnya. Jadi seorang filsuf adalah pencinta
atau pencari kebijaksanaan. Arti kata tersebut belum memperhatikan makna yang
dari pendapat beberapa ahli filsafat yaitu filsafat adalah ilmu-ilmu pengetahuan
tentang gejala-gejala atau fenomena, tetapi mencari hakikat dari suatu gejala atau
fenomena.
a). Segi semantik: perkataan filsafat berasal dari bahasa arab ‘falsafah’, yang
berasal dari bahasa yunani, ‘philosophia’, yang berarti ‘philos’= cinta, suka
4
(loving), dan ’sophia’ = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi ‘philosophia’ berarti
cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Maksudnya, setiap orang
b). Segi praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti ‘alam pikiran’
atau ‘alam berpikir’. Berfilsafat artinya berpikir, olah pikir. Namun tidak semua
filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi
secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir
adalah filsuf. Tegasnya, filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari
maka tidak mustahil kalau banyak di antara para filsuf memberikan definisinya
secara berbeda-beda. Obyek material filsafat yang diteliti adalah segala sesuatu,
sedangkan Subyek materialnya yaitu mencari hakekat. Maka dari itu berfilsafat
kebenaran yang asli. Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala
yang ada.
5
logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Kewajiban filsafat
adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat
bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi
3. Francis Bacon: Filsafat adalah induk agung dari ilmu-ilmu, dan filsafat
sebenarnya.
6. Cicero (106-43 SM): Filsafat adalah “ibu” dari semua seni (The mother of
all the arts). Ia juga mendefinisikan filsafat sebagai art vitae (seni
kehidupan).
(ilmu dari ilmu-ilmu), yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu
seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh
kenyataan.
6
tercakup empat persoalan: (a). Apakah yang dapat kita kerjakan?
10. Sidi Gazalba: Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk
C. Metode Filsafat
metode-metode filsafat yang berbeda yang dapat disusun menjadi garis histories
7
Metode ini cenderung bersifat sintesis-deduktif, dengan bertitik tolak dari
kesimpulan-kesimpulan.
hakikat sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain) dari hakikat-
Manusia mempunyai sifat ingin tahu dan ini adalah sesuatu yang sangat
2010, pada siang hari kita melihat sebuah fenomena menakjubkan, matahari
menjadikannya sebagai persoalan? Karena kita tidak tahu apa jawaban dari
fenomena yang terjadi pada matahari itu. Sederhananya, kita telah mempersoalkan
Pada awalnya, timbulnya persoalan filsafat oleh para filsuf adalah ketika
manusia kagum dan heran terhadap peristiwa dan gejala-gejala alam, seperti
gravitasi, gempa bumi, tsunami, hujan, melihat laut yang luas, dan gejala alam
lainnya. Pada saat manusia kagum dan heran, berarti pada saat itu ia tidak tahu
8
dan menjadi persoalan baginya. Apabila ingin tahu mengapa itu terjadi, maka
dibutuhkan refleksi.
pergi menyendiri hanya untuk berfikir agar tak ada seorangpun yang mengganggu
mereka. Fikiran itu berfungsi ketika akan dibuka, maksudnya ketika ada sesuatu
yang dihadapi ingin ada penyelesaian. Berpikir merupakan suatu kegiatan untuk
menemukan pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap orang
adalah tidak sama. Benar bagi kita, belum tentu bagi orang lain;benar bagi orang
lain, belum tentu benar bagi kita. Oleh sebab itu, proses kegiatan berpikir untuk
bahwa tiap jalan pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai kriteria kebenaran.
Dan kriteria kebenaran ini merupakan landasan bagi proses penemuan kebenaran
tersebut.
ide, konsep dan sebagainya dapat disebut berpikir. Umpamanya, jika seseorang
bertanya kepada saya, “Apakah yang sedang kamu pikirkan?” mungkin saya
menjawab. “Saya sedang memikirkan kekasih tercinta.” Hal ini berarti bahwa
9
saya. Karena itu maka definisi yang paling umum dari berpikir adalah
suatu cara berpikir yang berdisiplin, di mana seseorang yang berpikir sungguh-
sungguh takkan membiarkan ide dan konsep yang sedang dipikirkannya berkelana
tanpa arah.Tujuan tertentu itu, dalam hal ini, adalah pengetahuan. Berpikir
dan diarahkan kepada pengetahuan. Akan tetapi bagaimana pemikiran seperti itu
obyek yang ingin kita ketahui sebenarnya sudah ada, sudah tertentu (given), jadi
di sini tak diperlukan adanya pemikiran, yang harus dilakukan hanyalah sekedar
membuka mata kita atau memusatkan perhatian kita terhadap obyek tersebut.
Kalau ternyata objek yang ingin kita ketahui itu belum tertentu (non-given) maka
10
3. Harry Hamersma membagi cabang fisafat menjadi: Filsafat tentang
5. Plato membedakan filsafat pada tiga cabang yaitu dialetika, fisika, dan
etika.
filsafat teoretis (mencakup 3 ilmu yaitu: ilmu fisika, ilmu matematika, dan
ilmu yaitu ilmu etika, ilmu ekonomi, dan ilmu politik). Cabang terakhir
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Arti Filsafat Secara Etimologi, Kata filsafat dalam bahasa Arab falsafah
yang dalam bahasa Inggris philosophy yang berasal dari bahasa Yunani
philosophia.
pertengahan .
B. Saran
Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan yang kami miliki, baik dari
tulisan maupun bahasayang kami sajikan, oleh karena itu kami mohon diberikan
saran agar kami bias membuat makalah lebih baik lagi, dan semoga makalah ini
12
DAFTAR PUSTAKA
Mountainview Publisher.
Bintang.
Altwajri, Ahmed O. 1997. Islam, Barat dan Kebebasan Akademis. Titian Ilahi
Cet. V. Anshari, Endang Saifuddin. 1987. Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya:
13