Disusun Oleh:
Kelompok 3
(Tiga)
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
2.1 Karakteristik Filsafat...................................................................................................3
2.2 Metode-Metode Filsafat..............................................................................................7
BAB III....................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kirakira abad ke-7 SM.
Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan alam,
dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi
untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya
mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti
Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di
daerah lain- lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta, sekarang di
pesisir barat Turki. Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Socrates,
Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato.
Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “komentar-
komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada
sejarah filsafat. Filsafat dibagi menjadi 4 babakan yakni Filsafat klasik, filsafat abad
pertengahan filsafat modern dan filsafat kontemporer. Filsafat klasik di dominasi oleh
rasionalisme, filsafat abad pertengahan didominasi dengan doktrin-doktrin agama Kristen
selanjutnya filsafat modern didominasi oleh rasionalisme sedangkan filsafat kontemporer
didominasi oleh kritik terhadap filsafat modern.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir adalah berfilsafat. Berfikir
filsafat mempunyai karakteristik atau ciri-ciri khusus. Bermacam-macam buku
menjelaskan cirri-ciri berfikir filsafat dengan bermacam-macam pula. Tidak lain
diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut.
1. Konsepsional
2. Koheren
3. Memuburu kebenaran
4. Radikal
3
Telah jelas bahwa artinya berfikir radikal bisa diartikan berfikir sampai
ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya
yang terakhir. Berfikir itu tidak setengah-setengah, tidak berhenti di jalan tetap
terus sampai ke ujungnya. Berfikir radikal tidak berarti hendak mengubah,
membuang atau menjungkirbalikkkan segala sesuatu, melainkan dalam arti
sebenarnya, yaitu berfikir secara mendalam. Untuk mencapai akar persoalan
yang dipermasalahkan. Berfikir radikal justru hendak memperjelas realitas.
5. Rasional
6. Menyeluruh
2
Ahsyar, https://ahsyar.wordpress.com/ Diakses pada tanggal (30/09/2022) Pkl 09.44 WIB
4
karakteristik filsafat juga dirumuskan pada empat macam sifat. dijelaskan sebagai berikut:
a. Skeptisis
Skeptisis adalah sifat keragu-raguan terhadap suatu kebenaran sebelum
mempemleh argument yang kuat sebelum mempemleh terhadap kebenaran tersebut,
dan sifat skeptisis ini dapat dikelompokkan kepada tiga bagian, yaitu:
Skeptisisme yang dimaksud dalam filsafat ialah didalam bentuk yang pertama,
yaitu graduasi. Descartes menganjurkan agar setiap konsep / kebenaran, walau telah
diketahui kebenarannya tetapi harus dlragukan terlebih dahulu sebelum memperoleh
argumentasi yang kuat terhadap kebenaran tersebut. Oleh karena itulah sikap
skeptisisme Descartes bersifat metodologis, yaitu secara metode, segala sesuatu
harus diragukan terlebih dahulu untuk menganalisanya lebih dalam, sehingga
memperoleh argumentasi tentang kebenaran sesuatu, (Redja, 2002)
Dalarn kaitannya dengan agama, skeptisisme memiliki makana eksklusif, yaitu
bukan meragukan kebenaran ajaran agama. Karena hal itu bertentangan dengan
ajaran agarna sendiri, melainkan meragukan kemampuan manusia dalam
memperoleh kebenaran tersebut. Dengan kata lain, adanya kebenaran tidak
diragukan, yang diragukan ialah kemampuan mempemleh kebenaran tersebuL
b. Komunalisme
Komunalisme berasal dari kata komunal yang berarti umum. Maksudnya
ialah hasil pemikiran Iilsafat adalah milik masyarakat umum. Tidak memandang ras,
kelas ekonomi, dan Iain-Iain. Misalnya, hasil pemikiran Yunani dimanfaatkan Oleh
orang Asia, Eropa, Afrika, dan Iain-Iainnya. Terlepas dari sesuai atau tidaknya
pemikiran tersebutdengan situasi dan kondisi dimana filsafat itu dipraktikkan.
5
c. Desintrestedness
Berasal dari kata interest Yang berani kepentingan, kemudian diberi awalan
dis Yang berarti tidak. Disinterestedness berarti suatu kegiatan (aktifitas) kefilsafatan
tidak dimotivasi dan tidak benujuan untuk kepentingan tertentu. Seperti dalam
ungkapan Karl Marx. "The philosopher have only intemered the World in differen
Way, but howefer is to change it" (tugas seorang filsuf tidak hanya sekedar
menjelaskan dunia, melainkan sekaligus merubahnya).
Jadi seorang filsuf adalah seorang pemikir bebas, sesuai apa adanya bukan
bagaimana seharusnya. Disinilah keberadaan seorang filsuf diuji. la bertugas
hnenjelaskan dunia" atau bahkan 'hnerubah dunia". Dengan kata Iain, filsuf tidak
berada pada Status mempertahankan, melainkan menjelaskan dan merobahnya kepada
kondisi ideal (Sutardjo, 2018).
d. Universalisme
Istilah universalisme bera.sal kata universal Yang berani menyeluruh, yaitu
berfilsafat adalah hak selumh ummat manusia secara umum. Perbedaan dengan
komunalisme ialah pada isinya. Jika komunalisme mengandung makna bahwa isi /
hasil temuan filsafat menjadi milik semua ummat manusia kapan dan dimana saja.
Sedangkan universalisme berbicara dari Segi hak, yaitu semua manusia berhak
melakukan kajian filsafat.3
3 Ismail Marzuki, dkk. Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Makassar: Fakultas Teknik UNIFA, 2021), Hal. 26-27.
6
2.2 Metode-Metode Filsafat
Istilah metode berasal dari kata Yunani, methodos yang berarti apa yang ada di
sebalik jalan atau cara. Kata methodos dari akar kata meta (disebalik)
dan hodos (jalan). Dalam konteks keilmuan, metode berarti cara atau prosedur atau
jalan yang ditempuh dalam rangka mencapai kebenaran. Langkah-langkah itu harus
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah di hadapan akalbudi: runtut, logis-
rasional, dan konsisten. Dengan metode dimaksudkan agar langkah-langkah pencarian
kebenar-an ilmiah dapat dilaksanakan secara tertib dan terarah, sehingga dapat dicapai
hasil optimal.4
Filsafat berasal dari kata Philos dan Sophia yang berarti mencintai kebijakan
sebagai suatu ilmu memang berbeda dari ilmu-ilmu lain. Perbedaannya antara lain
mengenai obyeknya, baik material maupun formal. Obyek materialnya adalah seluruh
kenyataan baik yang diinderai maupun yang bisa dimengerti. Ilmu pengetahuan-ilmu
pengetahuan lainnya juga membahas realitas, tetapi hanya sebagaian saja, satu bidang
tertentu. Obyek formalnya yaitu sorotan terhadap obyek material sampai mendalam.
Kalau mengambil terminology Scolastic, filsafat dirumuskan sebagai Scientia per
ultimas causas atau pengetahuan melalui sebab-sebab terakhir. Karena itu jalan untuk
mencapai kesana memang khusus dan itulah yang disebut sebagai metode filsafat.5
4
Philip Febrian, Metode-metode filsafat. http://archepark.wordpress.com Diakses pada tanggal (30/09/2022) Pkl
11.16 WIB
5
Sutardjo A. Wiramihardja,2006, pengantar filsafat. PT.Refika Aditama.Bandung.hlm 9.
7
Ada dua mecam dalam metode filsafat yang paling dasar, yakni Metode
Umum dan Metode Khusus.
a) Metode Umum
Ada dua pasang metode berpikir : Deduksi-Induksi dan Analisis-Sintesis.
1) Metode Induksi
Ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau
masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat
umum.
2) Metode Deduksi
8
Penarikan kesimpulan secara khusus itu adalah sebagai berikut: “Setiap
manusia yang ada di dunia pasti suatu ketika akan mati, Si Ahmad adalah
manusia, atas dasar ketentuan yang bersifat umum tadi karena Ahmad
adalah manusia maka suatu ketika ia akan mati.”
3) Metode Analisis
4) Metode Sintesis
9
7
Sudarto,2002, metodologi penelitian filsafat.PT RajaGrafindo Persada.Jakarta.hlm 43.
1
0
b) Metode Khusus
Metode khusus ialah metode khas tiap-tiap ilmu atau kelompok ilmu. Pada
dasarnya setiap ilmu atau kelompok ilmu memiliki metode khasnya masing-
masing. Metode ini berkenaan dengan “operasi” atau kegiatan “riset” dalam ilmu
bersangkutan.
Socrates dalam hal ini bertindak sebagai bidan penolong sebuah proses
kelahiran. Ia sebagai lawan dialog yang kritis dan menyenangkan, mengantar
orang untuk menemukan kebenaran-kebenaran yang ada. Kemudian secara
sitematis menyusun dalam suatu batasan pengertian yang mengandung nilai
filosofis.
Metode Socrates dan Plato ini disebut metode kritis, sebab proses yang
terjadi dalam implikasinya adalah menjernihkan keyakinan-keyakinan orang.
Meneliti apakan memiliki kosistensi intern atau tidak. Prinsip utama dalam
metode kritis adalah perkembangan pemikiran dengan cara mempertemukan
ide-ide, interplay antar ide. Sasarannya adalah yang umum atau batiniah.
Akhir dari dialog kritis tersebut adalah perumusan definisi yang sudah
merupakan suatu generalisasi. 8
8
Indah Wahyyuni, metode filsafat. http://indaahwahyuni.blogspot.com. Diakses pada tanggal (30/09/2022) Pkl
11
11.25 WIB
12
2. Metode Intuitif. plotinos (205-270) dan hendri bergson (1859-1941)
13
4. Metode Geometris. Rene Descartes (1596-1650)
3.1 Kesimpulan
a. Filsafat memiliki bermacam-macam karakteristik dari berbagai sumber, ahli, maupun buku.
Diantara dari banyaknya macam-macam karakteristik tersebut ialah: Karakteristik bersifat
konsepsional, koheren, memburu kebenaran, radikal, dan rasional, serta menyeluruh. Filsafat
dirumuskan pada empat macam sifat, diantaranya skeptisis, komunalisme, desintrestedness,
universalisme.
b. Metode filsafat adalah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu berdasarkan objek
formal yang ditentukan menurut suatu pendapat dan pemikiran khas untuk berfilsafat.
Singkatnya, metode filsafat itu ialah cara atau panduan untuk mempelajari filsafat.
Metode-metode terdiri dari metode umum dan metode khusus, yang diantaranya:
Metode umum meliputi : deduksi-induksi dan analisis-sintesis
Metode khusus meliputi : kritis-dialektis, intuitif, skolaktif, serta geometris.
15
DAFTAR PUSTAKA
Marzuki, Ismail. dkk. 2021. Filsafat Ilmu Pengetahua. Makassar : Fakultas Teknik UNIFA
16