Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH FILSAFAT UMUM

KARAKTERISTIK DAN METODE-METODE FILSAFAT

Dosen Pengampu : Syarnubi M.Pd.I

Disusun Oleh:
Kelompok 3
(Tiga)

1. Lidya Diansari (2220202102)

2. Muhammad Rizki (2220202122)

Program Studi Pendidikan Agama


Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Fatah
Palembang 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan


dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah
ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Palembang, 2 2 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I.........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II.......................................................................................................................................3
2.1 Karakteristik Filsafat...................................................................................................3
2.2 Metode-Metode Filsafat..............................................................................................7

BAB III....................................................................................................................................13
3.1 Kesimpulan................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kirakira abad ke-7 SM.
Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan alam,
dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi
untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini. Banyak yang bertanya-tanya
mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu seperti
Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di
daerah lain- lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filosof ialah Thales dari Mileta, sekarang di
pesisir barat Turki. Tetapi filosof-filosof Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Socrates,
Plato, dan Aristoteles. Socrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato.
Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “komentar-
komentar karya Plato belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada
sejarah filsafat. Filsafat dibagi menjadi 4 babakan yakni Filsafat klasik, filsafat abad
pertengahan filsafat modern dan filsafat kontemporer. Filsafat klasik di dominasi oleh
rasionalisme, filsafat abad pertengahan didominasi dengan doktrin-doktrin agama Kristen
selanjutnya filsafat modern didominasi oleh rasionalisme sedangkan filsafat kontemporer
didominasi oleh kritik terhadap filsafat modern.

Akibat dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu pengetahuan


serta semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang diberikan oleh pemikiran
keagamaan, peran mitologi yang sebelumnya mengikat segala aspek pemikiran kemudian
secara perlahan-lahan digantikan oleh logos (rasio/ ilmu). Pada saat inilah, para filsofof
kemudian mencoba memandang dunia dengan cara yang lain yang belum pernah
dipraktekkan sebelumnya, yaitu berpikir secara ilmiah. Dalam mencari keterangan tentang
alam semesta, mereka melepaskan diri dari hal-hal mistis yang secara turun-temurun
diwariskan oleh tradisi. Dan selanjutnya mereka mulai berpikir sendiri. Di balik aneka
kejadian yang diamati secara umum, mereka mulai mencari suatu keterangan yang
memungkinkan mereka mampu mengerti kejadian-kejadian itu. Dalam artian inilah, mulai
ada kesadaran untuk mendekati problem dan kejadian alam semesta secara logis dan
rasional. Sebab hanya dengan cara semacam ini, terbukalah kemungkinan bagi pertanyaan-
pertanyaan lain dan penilaian serta kritik dalam memahami alam semesta. Semangat inilah
yang memunculkan filosof-filosof pada jaman Yunani. Filsafat dan ilmu menjadi satu.1

1Anggafadhilah, https://anggafadhilah.wordpress.com/ Diakses pada tanggal (30/09/2022), Pkl 09.30 WIB


1
1.2 Rumusan Masalah

 Apa saja karakteristik Filsafat


 Bagaimana metode-metode Filsafat

1.3 Tujuan

 Mengetahui karakteristik Filsafat


 Memahami metode-metode Filsafat

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Filsafat

Berfilsafat adalah berfikir, namun tidak semua berfikir adalah berfilsafat. Berfikir
filsafat mempunyai karakteristik atau ciri-ciri khusus. Bermacam-macam buku
menjelaskan cirri-ciri berfikir filsafat dengan bermacam-macam pula. Tidak lain
diantaranya akan dijelaskan sebagai berikut.

1. Konsepsional

Perenungan filsafat berusaha untuk menyusun suatu bagian


konsepsional. Konsepsi (rencana) merupakan hasil generalisasi dan abstraksi
dari pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses satu demi satu. Filsafat
merupakan pemikiran tentang hal-hal serta proses dalam hubungan umum.
Diantara proses-proses yang dibicarakan ini dalam pemikiran itu sendiri.

2. Koheren

Perenungan kefilsafatan berusaha untuk menyusun suatu bagan yang


koheren yang konsepsional. Secara singkat istilah kohern ialah runtut. Bagan
konsepsional yang merupakan hasil perenungan kefilsafatan haruslah bersifat
runtut.Dalam arti lain koheren bisa juga dikatakan berfikir sistematis, artinya
berfikir logis, yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh
kesadaran. Dengan urutan yang bertanggung jawab dan saling hubungan yang
teratur. Secara singkat, kohern berarti berfilsafat yang berusaha menyusun
suatu bagan secara runtut.

3. Memuburu kebenaran

Filsuf adalah pemburu kebenaran, kebenaran yang diburunya adalah


kebenaran hakiki tentang seluruh realitas dan setiap hal yang dapat
dipersoalkan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa berfilsafat berarti
memburu kebenaran tentang segala sesuatu. Kebenaran filsafat tidak pernah
bersifat mutlak dan final, melainkan terus bergerak dari suatu kebenaran
menuju kebenaran baru yang lebih pasti. Kebenaran yang baru ditemukan itu
juga terbuka untuk dipersoalkan kembali demi menemukan kebenaran yang
lebih meyakinkan.

4. Radikal

Berfilsafat berarti berfikir radikal. Filsuf adalah pemikir yang radikal.


Karena berfikir secara radikal, ia tidak akan pernah berhenti hanya pada suatu
wujud realitas tertentu. Keradikalan berfikirnya itu akan senantiasa
mengobarkan hasratnya untuk menemukan realitas seluruh kenyataan, berarti
dirinya sendiri sebagai suatu realitas telah termasuk ke dalamnya sehingga ia
pun berupaya untuk mencapai akar pengetahuan tentang dirinya sendiri.

3
Telah jelas bahwa artinya berfikir radikal bisa diartikan berfikir sampai
ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai kepada konsekuensinya
yang terakhir. Berfikir itu tidak setengah-setengah, tidak berhenti di jalan tetap
terus sampai ke ujungnya. Berfikir radikal tidak berarti hendak mengubah,
membuang atau menjungkirbalikkkan segala sesuatu, melainkan dalam arti
sebenarnya, yaitu berfikir secara mendalam. Untuk mencapai akar persoalan
yang dipermasalahkan. Berfikir radikal justru hendak memperjelas realitas.

5. Rasional

Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bahan konsepsional


yang bersifat rasional. Yang dimaksudkan dengan bagan konsepsionl yang
bersifat rasional ialah bagan yang bagian-bagiannya secara logis berhubungan
satu dengan yang lain.

Berpikir secara rasional berarti berpikir logis, sistematis, dan kritis


berpikir logis adalah bukan hanya sekedar menggapai pengertian-pengertian
yang dapat diterima oleh akal sehat, melainkan agar sanggup menarik
kesimpulan dan mengambil keputusan yang tepat dan benar dari premis-
premis yang digunakan. Berpikir logis yang menuntut pemikiran yang
sistematis. Pemikiran yang sistematis ialah rangkaian pemikiran yang
berhubungan satu sama lain atau saling berkaitan secara logis.

Berfikir kritis berarti membakar kemampuan untuk terus menerus


mengevaluasi argument-argumen yang mengklaim diri benar. Seorang yang
berpikir kritis tidak akan mudah menggenggam suatu kebenaran sebelum
kebenaran itu dipersoalkan dan benar-benar diuji terlebih dahulu. Berpikir
logis, sistematis – kritis adalah ciri utama berfikir rasional.

6. Menyeluruh

Perenungan kefilsafatan berusaha menyusun suatu bagan konsepsional


yang memadai untuk dunia tempat kita hidup maupun diri kita sendiri. Suatu
sistem filsafat harus bersifat komprehensif, dalam arti tidak ada sesuatu pun
yang berada di luar jangkauannya jika tidak demikian, filsafat akan ditolak
serta dikatakan berat sebelah dan tidak memadai.

Berfikir universal tidak berpikir khusus, terbatas pad bagian-bagian


tertentu, namun mencakup secara keseluruhan. Berpikir filsafat harus dapat
menyerap secara keseluruhan apa yang ada pada alam semesta, tidak
terpotong- potong. Pemikiran yang tidak hanya berdasarkan pada fakta yaitu
tidak sampai kesimpulan khusus tetapi sampai pada kesimpulan yang paling
umum. Sampai kepada kesimpulan yang paling umum bagi seluruh umat
manusia di manapun kapanpun dan dalam keadaan apapun2

2
Ahsyar, https://ahsyar.wordpress.com/ Diakses pada tanggal (30/09/2022) Pkl 09.44 WIB

4
karakteristik filsafat juga dirumuskan pada empat macam sifat. dijelaskan sebagai berikut:
a. Skeptisis
Skeptisis adalah sifat keragu-raguan terhadap suatu kebenaran sebelum
mempemleh argument yang kuat sebelum mempemleh terhadap kebenaran tersebut,
dan sifat skeptisis ini dapat dikelompokkan kepada tiga bagian, yaitu:

• Sifat gradusi yaitu sifat ragu yang naik menjadi yakin.

• Sifat degradasi yaitu sifat yakin yang turun menjadi ragu.

• Sifat bertahan yaitu tetap pada posisi semula.

Skeptisisme yang dimaksud dalam filsafat ialah didalam bentuk yang pertama,
yaitu graduasi. Descartes menganjurkan agar setiap konsep / kebenaran, walau telah
diketahui kebenarannya tetapi harus dlragukan terlebih dahulu sebelum memperoleh
argumentasi yang kuat terhadap kebenaran tersebut. Oleh karena itulah sikap
skeptisisme Descartes bersifat metodologis, yaitu secara metode, segala sesuatu
harus diragukan terlebih dahulu untuk menganalisanya lebih dalam, sehingga
memperoleh argumentasi tentang kebenaran sesuatu, (Redja, 2002)
Dalarn kaitannya dengan agama, skeptisisme memiliki makana eksklusif, yaitu
bukan meragukan kebenaran ajaran agama. Karena hal itu bertentangan dengan
ajaran agarna sendiri, melainkan meragukan kemampuan manusia dalam
memperoleh kebenaran tersebut. Dengan kata lain, adanya kebenaran tidak
diragukan, yang diragukan ialah kemampuan mempemleh kebenaran tersebuL

b. Komunalisme
Komunalisme berasal dari kata komunal yang berarti umum. Maksudnya
ialah hasil pemikiran Iilsafat adalah milik masyarakat umum. Tidak memandang ras,
kelas ekonomi, dan Iain-Iain. Misalnya, hasil pemikiran Yunani dimanfaatkan Oleh
orang Asia, Eropa, Afrika, dan Iain-Iainnya. Terlepas dari sesuai atau tidaknya
pemikiran tersebutdengan situasi dan kondisi dimana filsafat itu dipraktikkan.

5
c. Desintrestedness
Berasal dari kata interest Yang berani kepentingan, kemudian diberi awalan
dis Yang berarti tidak. Disinterestedness berarti suatu kegiatan (aktifitas) kefilsafatan
tidak dimotivasi dan tidak benujuan untuk kepentingan tertentu. Seperti dalam
ungkapan Karl Marx. "The philosopher have only intemered the World in differen
Way, but howefer is to change it" (tugas seorang filsuf tidak hanya sekedar
menjelaskan dunia, melainkan sekaligus merubahnya).
Jadi seorang filsuf adalah seorang pemikir bebas, sesuai apa adanya bukan
bagaimana seharusnya. Disinilah keberadaan seorang filsuf diuji. la bertugas
hnenjelaskan dunia" atau bahkan 'hnerubah dunia". Dengan kata Iain, filsuf tidak
berada pada Status mempertahankan, melainkan menjelaskan dan merobahnya kepada
kondisi ideal (Sutardjo, 2018).

d. Universalisme
Istilah universalisme bera.sal kata universal Yang berani menyeluruh, yaitu
berfilsafat adalah hak selumh ummat manusia secara umum. Perbedaan dengan
komunalisme ialah pada isinya. Jika komunalisme mengandung makna bahwa isi /
hasil temuan filsafat menjadi milik semua ummat manusia kapan dan dimana saja.
Sedangkan universalisme berbicara dari Segi hak, yaitu semua manusia berhak
melakukan kajian filsafat.3

3 Ismail Marzuki, dkk. Filsafat Ilmu Pengetahuan, (Makassar: Fakultas Teknik UNIFA, 2021), Hal. 26-27.

6
2.2 Metode-Metode Filsafat
Istilah metode berasal dari kata Yunani, methodos yang berarti apa yang ada di
sebalik jalan atau cara. Kata methodos dari akar kata meta (disebalik)
dan hodos (jalan). Dalam konteks keilmuan, metode berarti cara atau prosedur atau
jalan yang ditempuh dalam rangka mencapai kebenaran. Langkah-langkah itu harus
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah di hadapan akalbudi: runtut, logis-
rasional, dan konsisten. Dengan metode dimaksudkan agar langkah-langkah pencarian
kebenar-an ilmiah dapat dilaksanakan secara tertib dan terarah, sehingga dapat dicapai
hasil optimal.4
Filsafat berasal dari kata Philos dan Sophia yang berarti mencintai kebijakan
sebagai suatu ilmu memang berbeda dari ilmu-ilmu lain. Perbedaannya antara lain
mengenai obyeknya, baik material maupun formal. Obyek materialnya adalah seluruh
kenyataan baik yang diinderai maupun yang bisa dimengerti. Ilmu pengetahuan-ilmu
pengetahuan lainnya juga membahas realitas, tetapi hanya sebagaian saja, satu bidang
tertentu. Obyek formalnya yaitu sorotan terhadap obyek material sampai mendalam.
Kalau mengambil terminology Scolastic, filsafat dirumuskan sebagai Scientia per
ultimas causas atau pengetahuan melalui sebab-sebab terakhir. Karena itu jalan untuk
mencapai kesana memang khusus dan itulah yang disebut sebagai metode filsafat.5

4
Philip Febrian, Metode-metode filsafat. http://archepark.wordpress.com Diakses pada tanggal (30/09/2022) Pkl
11.16 WIB
5
Sutardjo A. Wiramihardja,2006, pengantar filsafat. PT.Refika Aditama.Bandung.hlm 9.
7
Ada dua mecam dalam metode filsafat yang paling dasar, yakni Metode
Umum dan Metode Khusus.

a) Metode Umum
Ada dua pasang metode berpikir : Deduksi-Induksi dan Analisis-Sintesis.

1) Metode Induksi

Ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu
pengetahuan dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atau
masalah yang bersifat khusus, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat
umum.

Penarikan kesimpulan secara umum itu adalah sebagai berikut:


“Perunggu itu bila dipanaskan akan memuai, perak bila dipanaskan juga
akan memuai, begitu pula emas dan jenis logam lainya, dengan demikian
semua logam bila dipanaskan akan memuai pula.”

2) Metode Deduksi

Ialah suatu cara atau jalan yang dipakai untuk mendapatkan


pengetahuan ilmiah dengan bertitik tolak dari pengamatan atas hal-hal atas
masalah yang bersifat umum, kemudian menarik kesimpulan yang bersifat
kusus.6

6 Anton Bakker,1990.Metodologi Penelitian Filsafat,Kanisius.Yogyakarta.

8
Penarikan kesimpulan secara khusus itu adalah sebagai berikut: “Setiap
manusia yang ada di dunia pasti suatu ketika akan mati, Si Ahmad adalah
manusia, atas dasar ketentuan yang bersifat umum tadi karena Ahmad
adalah manusia maka suatu ketika ia akan mati.”

3) Metode Analisis

Adalah jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan


ilmiah dengan mengadakan pemerincian terhadap obyek yang diteliti.
Metode analisis ini dapat diterapkan terhadap pengertian-pengertian yang
bersifat apriori dan aposteriori. Makna apriori adalah sifat bahanya
diperoleh tidak melalui atau tidak berupa pengalaman indrawi. Berarti,
adanya hanya pikiran manusia. Misalnya dalam bentuk kontruksi-
kontruksi pikiran atau bahkan dalam bentuk citra pikiran manusia. Makna
aposteriori menunjukan pengertian-pengertian mengenai hal-hal yang ada
dan sudah pernah dalam pengalaman manusia kususnya indrawi.
Maksutnya merupakan pengertian- pengertian hal-hal yang dapet diserap
oleh panca indra.

Di dalam filsafat, analisis berarti pemerincian istilah-istilah atau


pendapat-pendapat kedalam bagian-bagianya sedemikian rupa sehingga
kita dapat melakukan pemeriksaan atas arti yang dikandungnya.
Maksutnya ialah untuk memperoleh kejelasan arti yang sebenar-benarnya.
Jika berusaha memahami sesuatu maka kita perlu kejelasan tentang arti
yang ingin dipahami.

4) Metode Sintesis

Adalah jalan yang dipakai untuk mendapakan ilmu pengetahuan ilmiah


dengan cara mengumpulkan atau menggabungkan. Metode ini pula bararti
cara penanganan terhadap obyek ilmiah tertentu dengan cara
menggabungkan pengertian yang satu dengan pengertian yang lain, yang
pada akhirnya dapat diperoleh pengetahuan yang sifatnya baru.

Contoh apabila kita menggambarkan Ahmad pergi haji ke Mekah


berarti, bahwa pada dasarnya baik pengertian yang berupa subyek maupun
yang berupa predikat semua itu merupakan dapat ditangkap oleh indrawi
dan dalam hal ini sesudah kita mengalaminya, misalnya kita melihat
sendiri bahwa Si Ahmad pergi haji ke makkah.

Maksud pokok metode sintesis adalah mengumpulkan semua


pengetahuan yang dapat diperoleh untuk menyusun pandangan dunia.
Sintesis merupakan usaha untuk mencari kesatuan dalam keberagaman. 7

9
7
Sudarto,2002, metodologi penelitian filsafat.PT RajaGrafindo Persada.Jakarta.hlm 43.

1
0
b) Metode Khusus
Metode khusus ialah metode khas tiap-tiap ilmu atau kelompok ilmu. Pada
dasarnya setiap ilmu atau kelompok ilmu memiliki metode khasnya masing-
masing. Metode ini berkenaan dengan “operasi” atau kegiatan “riset” dalam ilmu
bersangkutan.

Ada banyak metode khusus diantaranya adalah :

1. Metode Kritis-dialektis. Socrates (470-399 SM), Plato (427-347 SM)

Socrates (470-399 SM) menganalisis objek-objek filsafatnya secara


kritis dan dialektis. Berusaha menemukan jawaban yang mendasarkan tentang
objek analisanya dengan pemeriksaan yang amat teliti dan terus-menerus. Ia
menempatkan dirinya sebagai intelektual mid wife, yaitu orang yang memberi
dorongan agar seseorang bisa melahirkan pengetahuannya yang tertimbun oleh
pengetahuan semunya. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap orang tahu akan
hakekat. Jadi Socrates menolong orang untuk melahirkan pengetahuan hakekat
tersebut dengan jalan mengajak dialog yang dilakukan secara cermat. Dialog
ini dilakukan dengan menarik, penuh humor, segar dan sederhana. Socrates
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang tajam dan terarah. Lawan
dialog digiring kearah persoalan, makin lama makin mendalam kearah
intinya.

Socrates dalam hal ini bertindak sebagai bidan penolong sebuah proses
kelahiran. Ia sebagai lawan dialog yang kritis dan menyenangkan, mengantar
orang untuk menemukan kebenaran-kebenaran yang ada. Kemudian secara
sitematis menyusun dalam suatu batasan pengertian yang mengandung nilai
filosofis.

Plato (427-347 SM) meneruskan usaha gurunya, mengembangkan


lebih lanjut metode Socrates. Dalam dialog Plato, orang dituntun untuk
memahami hakekat objek dengan jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan
secara kritis dan mencari rumusan jawaban yang benar.

Metode Socrates dan Plato ini disebut metode kritis, sebab proses yang
terjadi dalam implikasinya adalah menjernihkan keyakinan-keyakinan orang.
Meneliti apakan memiliki kosistensi intern atau tidak. Prinsip utama dalam
metode kritis adalah perkembangan pemikiran dengan cara mempertemukan
ide-ide, interplay antar ide. Sasarannya adalah yang umum atau batiniah.
Akhir dari dialog kritis tersebut adalah perumusan definisi yang sudah
merupakan suatu generalisasi. 8

8
Indah Wahyyuni, metode filsafat. http://indaahwahyuni.blogspot.com. Diakses pada tanggal (30/09/2022) Pkl
11
11.25 WIB

12
2. Metode Intuitif. plotinos (205-270) dan hendri bergson (1859-1941)

Intuisi bisa berarti pengenalan terhadap sesuatu secara langsung atau


kemampuan untuk memiliki pengetahuan segera dan langsung tentang sesuatu
tanpa menggunakan rasio. Para filsuf yang menjadi pelopor ini adalah plotinos
(205-270) dan hendri bergson (1859-1941).
Plotinos mencoba menyusun suatu sintesa dari aneka unsure filsafat
yunani. Ia sebenarnya dipengaruhi cukup kuat oleh pandangan Plato, karena
itu ia disebut sebagai neoplatonisme, tetapi ia juga mengintegrasikan dengan
filsafat Aristoteles. Semua cabang filsafat ia perhatikan kecuali politik.

Soal yang ia hadapi adalah masalah religious. Ia termasuk seorang


mistikus dan mempunyai pengalaman langsung dan pribadi akan rahasia ilahi.
Hanya saja ia mengemas itu semua secara metafisis dan sistematis serta bukan
berdasarkan wahyu. Metode filsafatnya intuitif atau mistis. Sikap kontemplatif
ini meresapi seluruh metode berfilsafat pada Plotinus. Karna itu filsafatnya
bukan hanya doktrin tetapi merupakan suatu cara hidup (way of life). Hal ini
dapat dibandingkan dengan suatu biara di mana ia dan teman-temannya
menghayati suatu hidup religi yang mendalam.[9]

3. Metode Skolastik. Thomas Aquinas (1225-1247)

Metode Skolastik dikembangkan oleh Thomas Aquinas (1225-1247).


Juga disebut metode sintetis deduktif. Metode berpikir skolastik menunjukan
persamaan dengan metode mengajar dalam bentuknya yang sistematis dan
matang. Ada dua prinsip utama dalam metode sekolastik yaitu Lectio dan
Disputatio.

Lectio adalah perkuliahan kritis, diambil teks-teks dari para pemikir


besar yang berwibawa untuk dikaji. Biasanya diberi interpretasi dan komentar-
komentar kritis. Dalam proses inilah bisa timbul objektifitas metodis yang
sangat mendalam terhadap sumbangan otentik dari para pemikir besar.

Disputatio adalah suatu diskusi sistematis dan meliputi debat dialegtis


yang sangat terarah. Bahannya adalah soal-soal yang ditemukan dalam teks
atau persoalan-persoalan yang muncul dari teks tersebut. Bentuk perbincangan
sangat terarah dan sistematis. Dosen mengajukan soal-soal yang problematis,
kemudian keberatan-keberatan diajukan oleh seorang mahasiswa, dan seorang
mahasiswa senior memberikan jawaban-jawaban. Kemudian kesimpulan
determinatif kembali deberikan oleh dosen, kesimpulan ini merupakan
jawaban-jawaban yang tepat atas persoalan dan keberatan-keberatan yang
diajukan.

Dan dengan metode ini diharapkan terjadi proses kreatif, terbentuk


sikap kritis serta kemampuan berpikir mandiri. Akhirnya akan lahir
pemikiran- pemikiran filsafat. [10]

13
4. Metode Geometris. Rene Descartes (1596-1650)

Rene Descartes (1596-1650) adalah pelopor filsafat modern yang


berusaha melepaskan dari pengaruh filsafat klasik. Dalam metodenya
Descartes mengintegrasikan logika, analisa geometris dan aljabar dengan
menghindari kelemahannya. Metode ini membuat kombinasi dari pemahaman
intuitif akan pemecahan soal dan uraian analitis. Mengembalikan soal itu
kehal yang telah diketahui tetapi akan menghasilkan pengetian baru.
Descartes ingin mencari titik pangkal yang bersifat mutlak dari filsafat
dengan menolak atau meragukan metode-metode dan pengetahuan lain secara
prinsipel ia menghasilkan segala-galanya. Tapi keraguan ini adalah bersifat
kritis.
Descartes banyak berpengaruh pada filsafat dan ilmu pengetahuan
modern. Terutama usaha-usaha pembaharuannya, baik dalam pemikiran
maupun metode ilmiah. Tapi juga banyak kritik ditujukan pada filsafat dan
pembaharuannya.[11]

[9] Armada Riyanto,2004, pengantar filsafat :pendekatan sistematis.UMMpress.Malang.hlm 47.


[10] Ibid, 49
[11] Ibid, 50
14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Filsafat memiliki bermacam-macam karakteristik dari berbagai sumber, ahli, maupun buku.
Diantara dari banyaknya macam-macam karakteristik tersebut ialah: Karakteristik bersifat
konsepsional, koheren, memburu kebenaran, radikal, dan rasional, serta menyeluruh. Filsafat
dirumuskan pada empat macam sifat, diantaranya skeptisis, komunalisme, desintrestedness,
universalisme.

Dari karakteristik-karakteristik diatas masih banyak lagi ciri-ciri filsafat yg belum


disebutkan, karena pada dasarnya konsep filsafat itu sangat luas sehingga membuat banyak
karakteristik-karakteristik yang berbeda dari berbagai sumber atau para ahli.

b. Metode filsafat adalah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu berdasarkan objek
formal yang ditentukan menurut suatu pendapat dan pemikiran khas untuk berfilsafat.
Singkatnya, metode filsafat itu ialah cara atau panduan untuk mempelajari filsafat.

Metode-metode terdiri dari metode umum dan metode khusus, yang diantaranya:
Metode umum meliputi : deduksi-induksi dan analisis-sintesis
Metode khusus meliputi : kritis-dialektis, intuitif, skolaktif, serta geometris.

15
DAFTAR PUSTAKA

Fadhilah, Angga. Latar belakang munculnya filsafat.


https://anggafadhilah.wordpress.com/ 21/12/2012

Ahsyar. 2010. Karakteristik filsafat. https://ahsyar.wordpress.com/

Marzuki, Ismail. dkk. 2021. Filsafat Ilmu Pengetahua. Makassar : Fakultas Teknik UNIFA

Sutardjo A. Wiramihardja,2006, pengantar filsafat. Bandung : PT.Refika Aditama.

Sudarto,2002, metodologi penelitian filsafat. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

Armada Riyanto,2004, pengantar filsafat :pendekatan sistematis. Malang : UMMpress.

Anton Bakker,1990.Metodologi Penelitian Filsafat, Yogyakarta : Kanisius.

Indah Wahyyuni, metode filsafat. http://indaahwahyuni.blogspot.com. 08/03/2014

16

Anda mungkin juga menyukai