Anda di halaman 1dari 11

MENINGKATKAN KREATIVITAS TARI DENGAN MODEL

ENVIRONMENTAL LEARNING PADA PEMBELAJARAN SENI TARI


DI MTsN 2 PONTIANAK

ARTIKEL PENELITIAN

Oleh:

AYU WAHYUNI

NIM F1112131021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI TARI DAN MUSIK


JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
MENINGKATKAN KREATIVITAS TARI DENGAN MODEL
ENVIRONMENTAL LEARNING PADA PEMBELAJARAN SENI TARI
DI MTsN 2 PONTIANAK

Ayu Wahyuni, Winda Istiandini, Asfar Muniir


Program Studi Pendidikan Seni Tari dan Musik Jurusan Bahasa dan Seni FKIP Untan Pontianak
Email :ayuwahyuni2694@gmail.com

Abstract
Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya imajinasi siswa di kelas IX I MTsN 2
Pontianak dalam kemampuan menciptakan sebuah tarian, siswa hanya bisa
mengimitasi gerakan saja. Hal tersebut dikarenakan guru tidak memberikan stimulus
sebagai awal dari proses pengembangan kreasi. Tujuan dalam penelitian ini adalah
mendeskripsikan konsep pembelajaran, proses pelaksanaan, dan hasil pembelajaran
untuk meningkatkan kreativitas tari dengan model environmental learning.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif.
Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (action research classroom)
terdiri dari prasiklus, siklus1, dan siklus2. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
peningkatan kreativitas tari pada siswa dari proses kegiatan yang telah dilaksanakan.
Setelah dilakukan proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II dan tahap kreativitas
tari siswa meningkat dari kategori C menjadi kategori A. Konsep pembelajaran di
kelas IX I ini pada siswa membuat sebuah tarian di luar kelas yaitu di lingkungan
sekitar sekolah dengan tahap Eksplorasi : konsep, gerak, properti tari; Improvisasi : gerak
maknawi, gerak murni, teknik pengembangan gerak; Komposisi : Kombinasi Gerak dan
Properti, Gerak dan Musik, Desain kelompok dan Pola lantai. Proses yang dilaksanakan
pada siswa kelas IX I MTsN 2 Pontianak dengan menggunakan model
environmental learning. Peningkatan tergambar dari tema yang dihasilkan, yaitu
dengan tema Anak Jalanan, Gadis Desa, Rumput Liar, Penebangan Pohon, dan Gadis
India.

Katakunci: model pembelajaran, environmental learning, kreativitas tari

Mengembangkan kreativitas pada anak ditempuh dalam menciptakan sebuah karya


tidak hanya dapat dilakukan melalui tari. Proses untuk menciptakan atau membuat
pembelajaran ilmu eksakta, sosial, atau sebuah karya tari dimulai dari mencari ide-
bahasa, tetapi juga dapat dilakukan melalui ide mengenai kreativitas tari, yaitu melalui
seni. Untuk menciptakan sebuah karya seni eksplorasi, improvisasi, dan pembentukan
terutama pada seni tari, yang terpenting (komposisi). Untuk mengoptimalkan
adalah menumbuhkan rasa ingin tahu, dalam kreativitas yang ada, diperlukan latihan serta
berkreasi. Tari merupakan sebuah bentuk usaha untuk mengembangkan kemampuan
seni yang mempunyai kaitan erat sekali kreatif yang dimiliki oleh manusia itu sendiri.
dengan konsep dan proses koreografir yang Kreativitas merupakan proses pencarian ke
bersifat kreatif (Hidajat, 2005: 2). dalam diri sendiri yang penuh tumpukan
Menciptakan dan menuangkan ide-ide yang kenangan, pikiran, dan sensasi sampai ke
ada untuk dikembangkan, tari tidak tercipta sifat yang paling mendasar bagi kehidupan
secara instan, akan tetapi terdapat sebuah (Hawkins, 2003: xv). Pada proses melakukan
proses atau langkah-langkah yang harus kreativitas tari yang dimulai dari gerak satu
dan gerak yang berikutnya secara komposisi guru mata pelajaran SBK di MTsN 2
membutuhkan waktu, dari menetukan Pontianak, serta perwakilan dari beberapa
gerakan, properti, dan musik. Sehingga siswa kelas IX I, peneliti menyimpulkan
unsur-unsur pada proses pembuatan gerak bahwa terdapat faktor yang menjadi
tari pada dasarnya terdiri dari unsur tenaga, penghambat kreativitas siswa kelas IX di
unsur ruang dan unsur waktu dalam Madrasah Tsanawiyah 2 Pontianak adalah
membentuk desain komposisi tari (Darto, kurangnya kemauan siswa untuk mencari
2015: 2). Keberhasilan dalam upaya gerak dan kurangnya percaya diri sehingga
peningkatan kreativitas tidak terlepas dari kesempatan untuk melakukan sesuatu yang
adanya faktor pendorong dan faktor kreatif, berpikir kreatif dan berproses kreatif
penghambat terhadap kreativitas itu sendiri. menjadi terhambat, siswa menjadi sulit dalam
Faktor pendorong merupakan faktor yang membuat karya tari yang memiliki
memberikan dampak positif terhadap keragaman gerak, pola lantai dan unsur-unsur
peningkatan kreativitas seseorang, contohnya pendukung tari lainnya. Gerak-gerak spontan
seorang guru yang memberikan rangsangan adalah elemen penentu dalam tahap awal.
dan motivasi kepada siswa mengenai materi Gerak spontan yang dimaksud adalah
yang akan diajarkan, agar siswa dapat gerakan alunan dari tangan, badan, dan kaki,
memperoleh hasil dari apa yang telah gerak yang bagaimana pembentukan tangan,
dijelaskan oleh guru, sedangkan faktor badan, dan kaki. Gerak seperti ini terikat
penghambat merupakan faktor yang dengan ruang di sekitar tubuh. Tenega
memberikan dampak negatif terhadap dikeluarkan dengan curahan yang merata,
perubahan atau peningkatan kreativitas mengalir terus. Ada sedikit perbedaan dalam
seseorang, contohnya bisa dari pengaruh hal kualitas atau intensitas gerak, dan tarian
lingkungan luar, dari siswa itu sendiri, dan cenderung singkat. Tidak ada bentuk lain
dari guru. Faktor-faktor inilah yang dapat yang memberatkan garapan tari, melainkan
mempengaruhi baik guru maupun siswa. gerak muncul dan mengalir terus menerus,
Kerja koreografer digerakkan oleh adanya tanpa ada permulaan, pertengahan, dan akhir
dorongan yang kuat untuk menciptakan karya (Hawkins, 2003: 90). Dimana pada
- karya baru yang mencerminkan reaksi yang pembuatan garapan membutuhkan proses
unik dari seseorang terhadap pengalaman - latihan yang cukup. Peneliti mengidentifikasi
pengalaman hidupnya. Koreografer mulai penyebabnya adalah siswa kurang
bekerja dengan sebuah khayalan atau satu termotivasi, karena pembelajaran terlalu
maksud tertentu, pada waktu lain monoton yang hanya mengandalkan teori saja
motivasinya tidak jelas sehingga ada satu tanpa ada melihat secara langsung guru
masa pencarian sebelum angan-angan bersangkutan mempraktekan tarian. Siswa
menjadi jelas, proses serta unsur-unsur tidak dirangsang untuk memiliki rasa ingin
dasarnya: merasakan, menghayati, tahu, mau mencoba, dan berimajinasi serta
mengkhayalkan, mengejawantahkan, dan mengeksplorasi diri melalui pelajaran seni
memberikan bentuk (Hawkin, 2003: 1,11-12) budaya terutama dalam materi seni tari.
Permasalahan yang ditemukan dalam Peneliti memilih satu model pembelajaran
pembelajaran seni budaya terutama pada yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
materi tari siswa di kelas IX I adalah kurang Environmental Learning (Pembelajaran
nya kreativitas tari dan pengalaman dalam Berbasis Lingkungan).
menari. Jika siswa diberikan 1 atau 2 tarian Model pembelajaran adalah suatu
untuk dikembangkan, siswa kurang mampu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
dan sulit untuk mengembangkan sebagai pedoman dalam merencanakan
kreativitasnya. Siswa hanya bisa mengimitasi pembelajaran di kelas. Hal ini sejalan dengan
saja karena kemampuan mencipta imajinasi pendapat Joyce “Earch model guides us as
siswa masih rendah. Hasil wawancara dengan we design instruction to helf students achieve
Pak Alfi dan Bu Nurbidah yang merupakan various objectis”. Artinya, setiap model
mengarahakan kita dalam merancang karena peneliti mengumpulkan data dan
pembelajaran untuk membantu peserta didik hasilnya dianalisis kemudian dideskripsikan
mencapai tujuan pembelajaran (dalam dalam tulisan serta uraian yang rinci. Peneliti
Ngalimun, 2016:24-25). Pada pembelajaran melakukan penelitian di luar kelas dan
dengan model environmental learning siswa menjadikan siswa sebagai objek penelitian.
diajak untuk mengelilingi dan Penelitian ini menggunakan
memperhatikan lingkungan alam di sekolah. pendekatan kualitatif yang menggunakan satu
Setelah itu, guru dan siswa diajak untuk set prosedur yang sistematik untuk
berdiskusi mengenai konsep untuk mengembangkan secara induktif guna
menentukan tema sebuah karya tari dengan memperoleh satu teori mendasar (Restu,
menentukan lokasi, tema cerita, alur cerita, 2010: 100). Bentuk penelitian ini adalah
dan pembagian karakter. Penerapan model Penelitian Tindakan Kelas (action research
environmental learning ini diharapkan dapat classroom) terdiri atas prasiklus, siklus1 dan
meningkatkan kreativitas siswa. Seperti yang siklus2.
dilihat dari hasil penelitian yang dilakukan Lokasi dalam penelitian ini adalah di
oleh para ahli menunjukkan bahwa model Sekolah MTs Negeri 2 Pontianak, yang
environmental learning merupakan model beralamatkan di Jalan Prof.M. Yamin Kota
pembelajaran yang mengedepankan Baru, Kelurahan Sungai Bangkok. Subjek
pengalaman siswa dalam hubungannya dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas IX I
dengan alam sekitar, sehingga siswa dapat yang siswanya berjumlah 38 orang. Alasan
dengan mudah memahami isi materi yang pemilihan subjek penelitian yaitu bertujuan
disampaikan. Lingkungan (environment) untuk mengatasi kesulitan belajar dan
sebagai dasar pengajaran adalah faktor meningkatkan kreatifitas siswa.
kondisional yang mempengaruhi tingkah laku Teknik pengumpulan data dalam
individu dan merupakan faktor belajar yang penelitian ini adalah wawancara, observasi,
penting. Lingkungan belajar/ pembelajaran/ studi dokumentasi, dan teknik tes unjuk kerja
pendidikn terdiri dari berikut: (1) Lingkungan kreativitas. Indikator penilaian dari siklus 1
sosial adalah lingkungan masyarakat baik dan siklus 2 tergambar dari bentuk
kelompok besar atau kelompok kecil; (2) eksplorasi, improvisasi, dan komposisi,
Lingkungan personal meliputi individu- dimana pada hasil penilaian terlihat dari total
individu sebagai suatu pribadi berpengaruh dan kategori nilai.
terhadap individu pribadi lainnya; (3) Instrumen dalam penelitian ini adalah
Lingkungan alam (fisik) meliputi semua lembar observasi, pedoman wawancara,
sumber daya alam yang dapat diberdayakan dokumentasi, dan lembar penilaian unjuk
sebagai sumber belajar; (4) Lingkungan kerja keterampilan. Penilaian unjuk kerja ini
kultural mencakup hasil budaya dan berisi penilaian terhadap kemampuan siswa
teknologi yang dapat dijadikan sumber dalam kreativitas tari meliputi 1.Eeksplorasi
belajar dan yang dapat menjadi faktor yang mencakup dari konsep, gerak, dan
pendukung pengajaran (Hamalik, 2008: 195- properti, 2.Improvisasi yang mencakup dari
196) gerak maknawi, gerak murni, dan gerak tari,
3.Komposisi yang mencakup dari gerak dan
METODE PENELITIAN properti, musik dan gerak desain kelompok,
Penelitian ini menggunkan metode gerak desain kelompok dan pola lantai.
deskriptif. Peneliti menggunakan metode ini

Tabel 1. Keterangan Rentang Nilai Keterampilan Siswa

No. Rentang Jumlah Kesimpulan Bobot Kategori


1. 100-90 Siswa sangat kreatif 4 A
2. 89-80 Siswa kreatif 3 B
3. 79-60 Siswa kurang kreatif 2 C
4. 59-40 Siswa tidak kreatif 1 D

Hasil penilaian keterampilan pada Siklus 2


siswa-siswi kelas IX I dirumuskan sebagai Pada pertemuan Siklus 2 yang
berikut: dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2016,
Skor siklus 2 ini dilaksanakan selama 2 pertemuan.
Pada siklus 2 ini peneliti melakukan
Nilai = X 100 perbaikan siklus 1, dimana pada siklus 1
setiap kelompok masih belum menggunakan
Sm properti tari, pola lantai, dan desain
kelompok, di siklus 2 ini siswa di arahkan
Sedangkan hasil nilai keseluruhan
dalam pembuatan karya properti, pola lantai,
dirumuskan sebagai berikut: skor (I)individu
dan desain kelompok. peneliti memberikan
+ skor (K)kelompok : 2 = ....
saran serta motivasi kepada siswa untuk bisa
Prosedur dalam penelitian ini terdiri
mengembangkan lebih banyak gerakan tarian
dari 3 tahap, yaitu : 1) Prasiklus, 2) Siklus 1,
dan tidak monoton di satu gerakan saja.
3) Siklus 2.
Prasiklus
Prasiklus pada penelitian ini adalah HASIL PENILAIAN DAN
PEMBAHASAN
melakukan kegiatan awal sebelum
dilakukannya tindakan dengan model Hasil Penelitian
Berdasarkan pengamatan peneliti pada
pembelajaran environmental learning di
kelas IX I MTsN 2 Pontianak ini, siswa-siswi
kelas IX I. Kegiatan ini berupa melakukan
mempunyai tingkat imajinasi yang mampu
wawancara, observasi, dan penelitian awal
untuk menciptakan gerak tari, namun mereka
terlebih dahulu. Pada proses pembelajaran di
kurang termotivasi untuk mengeksplorasi
kelas IX I MTsN 2 Pontianak peneliti
imajinasinya dalam bentuk gerak tari.
mengamati pengalaman siswa pada kegiatan
Adapun kriteria penilaian observasi awal
seni tari baik di dalam kelas maupun di
berdasarkan tes praktek awal kepada masing-
lingkungan sekolah.
masing siswa sebagai berikut: 1) Gerak
Siklus 1
sesuai dengan tema, meliputi aspek
Pada siklus 1 yang dilaksanakan pada
eksplorasi, 2) Gerak penghayati dalam
tanggal 3 dan 10 Oktober 2016. Pertama-
menemukan gerak, meliputi aspek
tama peneliti memberikan materi, adapun
improvisasi, 3)Gerak sesuai musik iringan,
materi mengenai kreativitas tari yang akan
meliputi aspek komposisi, 4)Harmoni
digunakan pada saat mengobservasi rencana
(keselarasan antara gerak, iringan, dan
dan pelaksanaan pembelajaran. Peneliti juga
penghayatan), meliputi aspek komposisi.
memberikan contoh gerak tari, adapun gerak
Dari tes praktek awal di atas dapat
tari nya adalah tari merak dan tari
disimpulkan bahwa pengalaman dalam
kontemporer. Peneliti memberi pandangan
kreatifitas gerak tari dapat dilihat pada Tabel
kepada siswa bahwa ide apapun yang ada di
1 sebagai berikut :
fikiran dapat dituangkan ke dalam gerak tari.

Tabel 2. Hasil Tes Prasiklus Uji Praktek Keterampilan Awal

Aspek Yang Di Nilai


NO Nama Eksplorasi Improvisasi Komposisi Nilai
1 2 3 4 Siswa
1. Ahlun Nazhad 20 24 10 20 74
2. Ali Hidayatullah 20 21 10 17 58
Aspek Yang Di Nilai
NO Nama Eksplorasi Improvisasi Komposisi Nilai
1 2 3 4 Siswa
3. Amal Ridho 20 22 10 17 69
4. Annida Maulidia 20 22 10 18 70
5. Annisatun R A 20 23 10 20 73
6. Aqmal Maulana 20 22 10 17 69

Tabel di atas, diketahui bahwa nilai merupakan kategori C, dan memiliki total
rata-rata siswa pada prasiklus tersebut nilai rata-rata 71 sampai 77,5. Sedangkan
termasuk dalam nilai kategori cukup, siklus 2 memiliki kategori A dan B, dimana
walaupun masih dibawah KKM. Nilai KKM total nilai rata-rata adalah 87 sampai 92.
pada pembelajaran seni tari adalah 80, ini Rekapitulasi hasil keterampilan siswa
menujukkan bahwa penghayatan dan disajikan pada Tabel 2 berikut, dengan rumus
penjiwaan siswa terhadap kreativitas tari sebagai berikut :
sudah sedikit memuaskan. Namun setelah Penilaian individu dan kelompok pada siklus
dilakukan kegiatan pada siklus 1 dan siklus 2, 1&2
menunjukkan hasil yang berbeda. Pada siklus Keterangan: I (Individu) K ( Kelompok)
1, nilai siswa-siswi kelas IX I masih Rumus penilaian : I + K : 2 = ...

Tabel 3. Hasil Keterampilan Siswa Kelas IX I Siklus 1

Aspek yang dinilai dari


Eksplorasi, Improvisasi, Total Kategori
NO Nama Kelompok Komposisi
I K
1. Anak Jalanan 75 - 80 66,7 71 - 74 C
2. Gadis Desa 75 - 80 66,7 71 - 74 C
3. Rumput Liar 77 - 80 75 76 – 77,5 C
4. Penebangan Pohon 77 - 80 66,7 72 - 74 C
5. Gadis India 78 - 80 75 76,5 – 77,5 C

Tabel 4. Hasil Keterampilan Siswa Kelas IX I Siklus 2

Aspek yang dinilai dari


Eksplorasi, Improvisasi, Total Kategori
NO Nama Kelompok Komposisi
I K
1. Anak Jalanan 82 - 84 91,7 87 - 89 B
2. Gadis Desa 80 - 84 91,7 86 - 89 B
3. Rumput Liar 83 - 84 100 91,5 - 92 A
4. Penebangan Pohon 83 - 84 91,7 88 - 89 B
5. Gadis India 83 -84 100 91,5 - 92 A

Berdasarkan Tabel di atas, dapat di menunjukkan bahwa sebagian besar


ketahui bahwa nilai skor siklus yang meliputi kreativitas tari siswa sudah menunjukkan
eksplorasi, improvisasi, komposisi adalah peningkatan dari siklus 1, karena siswa sudah
kurang lebih 91,7 sampai 100. Hal ini mulai memahami konsep gerak tari yang
imajinatif. Hal ini menunjukkan bahwa kelas. Pada model environmental learning
penggunaan model pembelajaran terdiri dari 3 rumusan dan tujuan masalah,
environmental learing pada pembelajaran dimana untuk dapat mengetahui
seni tari dikelas IX I MTsN 2 Pontianak, meningkatnya kreativitas tari dikelas IX I
mengalami peningkatan dan sudah berhasil. ialah:
Penelitian ini dilaksanakan mulai Konsep Pembelajaran Model
tanggal 5 September 2016 sampai tanggal 7 Environmental Learning
November 2016, pada siswa-siswi kelas IX I Konsep Pembelajaran yaitu, Konsep
MTsN 2 Pontianak. Adapun kelas IX I ini pembelajaran dikelas IX I ini pada siswa-
sebagai kelas yang diajarkan dengan siswi membuat sebuah tarian di luar kelas
menggunakan model pembelajaran yaitu di lingkungan sekitar sekolah. Peneliti
environmental learing. Penelitian yang harus memiliki konsep pembelajaran sebagai
dilakukan pada kelas IX I sebanyak 3 kali berikut. Berdasarkan tahap koreografi untuk
pertemuan dengan alokasi waktu pertemuan 9 meningkatkan kreativitas tari siswa yaitu
jam (180 menit). eksplorasi, improvisasi, dan komposisi.
Pada penerapan model pembelajaran Eksplorasi meliputi sebuah tema dan alur
environmental learing terdiri atas 4 tahap cerita yang di gunakan untuk membuat
yaitu (1) Tahap Orientasi Perencanaan, sebuah garapan. Improvisasi meliputi
peneliti menyiapkan lembar observasi dan penguasaan peran masing-masing penari
bersama Guru Seni Budaya menyusun terhadap ekspresi. Komposisi meliputi
rencana pembelajaran pada materi mengenai perencanaan yang digunakan dalam setiap
kreativitas tari; (2) Tahap Pelaksanaan kelompok ketika melakukan tarian.
Tindakan, peneliti memberikan materi teori Proses Pelaksanaan Penelitian dalam
mengenai defenisi tari, unsur-unsur tari, Kreativitas Tari
jenis-jenis tari, dan memberikan materi Proses Pelaksanaan Penelitian yaitu,
tentang pengenalan mengenai lingkungan Peneliti memilih kelas IX I sebagai sampel
kepada siswa dengan melalui model dalam penelitian ini, dengan berjumlah 38
pembelajaran yang digunakan; (3) Tahap siswa. Penelitian ini dilakukan untuk
Pengamatan, peneliti mengecek absensi memberikan serangkaian tindakan dalam
kehadiran siswa, dan mengecek kesiapan pembelajaran seni Budaya dan Keterampilan.
siswa dengan memberikan pertanyaan- Model dalam pembelajaran ini menggunakan
pertanyaan mengenai materi yang akan model environmental learning. Model
dipelajari; dan (4) Tahap Refelksi, peneliti pembelajaran ini dipilih untuk meningkatkan
memberikan penilaian dan evaluasi, serta kreativitas tari pada siswa di kelas IX I ini,
memberikan penghargaan kepada siswa. yang di peroleh dari hasil tes unjuk kerja,
Pada kelas IX I diterapkan model dimana pada tes unjuk kerja siswa melakukan
environmental learning dimana siswa diajak keterampilan awal untuk melihat kreativitas
untuk mengelilingi dan memperhatikan tari pada siswa. Berikut ini proses ketika
lingkungan alam di sekolah. Setelah itu, guru awal peneliti bersama guru mata pelajaran
dan siswa diajak untuk berdiskusi mengenai SBK untuk menemukan kelas yang akan
konsep untuk menentukan tema sebuah karya menjadi objek dalam penelitian peneliti.
tari dengan menentukan lokasi, tema cerita, Berdasarkan pengamatan peneliti dari 5
alur cerita, dan pembagian karakter. Dalam kelas tersebut terlihat 1 kelas yang kurang
menentukan konsep cerita, siswa diberikan kreatif, yaitu kelas IX I dimana nampak
kebebasan untuk berpikir dan menuangkan tidak sekreatif kelas lainnya. Hal inilah yang
ide-ide mereka dalam sebuah karya cerita, hal melatarbelakangi peneliti memilih objek
tersebut ditujukan agar siswa mampu penelitian di kelas IX I MTsN 2 Pontianak
mengembangkan daya pikir mereka melalui yaitu untuk meningkatkan kreatifitas tari
pembelajaran dan pengalaman yang telah melalui model environmental learning.
mereka lihat dan amati di lingkungan luar Dalam penelitian ini peneliti berperan
sebagai guru mata pelajaran Seni Budaya dan  Improvisasi siswa : Meliputi gerak
Keterampilan, yang mengajar menggantikan maknawi, gerak murni, teknik
guru mata pelajaran SBK selama peneliti pengembangan gerak
masih melakukan praktek mengajar di  Komposisi siswa : Meliputi Gerak +
sekolah tersebut. Proses yang dilaksanakan Properti, Gerak + Musik, Desain
pada siswa kelas IX I MTsN 2 Pontianak kelompok + Pola lantai;
dengan menggunakan model environmental (3) Siklus 2, Pada pertemuan Siklus 2 yang
learning dilakukan pada 3 tahap, yaitu terdiri dilaksanakan pada tanggal 24 Oktober 2016,
dari Prasiklus, Siklus 1 dan Siklus 2. siklus 2 ini dilaksanakan selama 2 pertemuan.
Proses pelaksanaan yang dilakukan Pada siklus 2 ini peneliti melakukan
dijelaskas sebagai berikut di bawah ini : (1) perbaikan siklus 1, dimana pada siklus 1
Prasiklus, Prasiklus ini dilakukan selama 3 setiap kelompok masih belum menggunakan
kali, pertama pada hari Senin tanggal 5 properti tari, pola lantai, dan desain
September 2016 peneliti melakukan kelompok, di siklus 2 ini siswa di arahkan
wawancara kepada siswa-siswi di kelas IX I, dalam pembuatan karya properti, pola lantai,
kedua dalam hari dan waktu yang sama dan desain kelompok. peneliti memberikan
peneliti juga melakukan wawancara terhadap saran serta motivasi kepada siswa untuk bisa
bu Nurbida mengenai kreativitas tari pada mengembangkan lebih banyak gerakan tarian
siswa-siswi kelas IX I tersebut. Ketiga pada dan tidak monoton di satu gerakan saja.
hari Senin 10 Oktober 2016 peneliti bersama Dilaksanakannya siklus 2 ini bertujuan
guru mata pelajaran SBK melakukan agar mempermudah siswa untuk dalam
observasi dan penelitian awal di kelas IX I memahami materi dan menciptakan gerak tari
dengan memberikan tugas membuat karya yang kreatif. Berdasarkan observasi yang
tari berkelompok; (2) Siklus 1, Pada siklus 1 dilakukan peneliti kepada masing-masing
yang dilaksanakan pada tanggal 3 dan 10 kelompok adalah sebagai berikut :
Oktober 2016. Pertama-tama peneliti Hasil Pembelajaran dalam Meningkatkan
memberikan materi, adapun materi mengenai Kreativitas Tari
kreativitas tari yang digunakan pada saat Pada hasil kegiatan penampilan
mengobservasi dan pelaksanaan kelompok 1 memiliki peningkatan dari siklus
pembelajaran. Peneliti juga memberikan 1 menuju siklus 2. Pada siklus 1 penampilan
contoh gerak tari, adapun gerak tarinya kelompok 1 dalam gerak masih berantakan
adalah tari merak dan tari kontemporer. dan masih ada beberapa siswa yang kelihatan
Peneliti memberi pandangan kepada siswa belum serius, pada saat perbaikan gerak tari
bahwa ide apapun yang ada di pikaran dapat yang awal nya berantakan sudah mulai
dituangkan kedalam gerak tari. Setelah itu kelihatan rapi dan kelihatan bersemangat
peneliti menjelaskan bahwa bentuk tema dalam menampilkankan karya tari nya. Untuk
apapun dapat dijadikan sebuah karya tari kelompok 2, pada siklus 1 dalam penampilan
yang kreatif dan imajinatif. Setelah siswa siswa masih sedikit bermain-main karena
memahami materi pelajaran yang peneliti was-was terhadap lokasi yang dipilih, setelah
berikan, peneliti membagi siswa menjadi 5 perbaikan kelompok 2 tersebut sudah mulai
kelompok yang ditugaskan membuat tarian serius dalam penampilan karya tarinya,
dengan tema lingkungan. diawal masuk 3 orang gadis membawa
Untuk pemilihan anggota kelompok, pakaian kotor dan menyucidi sungai,
siswa dapat memilih sendiri anggota-angota selanjutnya seorang gadis menuju sungai
kelompoknya. Beberapa kriteria penilaian untuk mandi dan memanggil serta menyapa 2
siklus 1 berdasarkan observasi yang di orang gadis yang baru datang. Pada
lakukan peneliti kepada masing-masing kelompok 3, di siklus 1 gerak tari yang masih
kelompok adalah sebagai berikut : berantakan dan monoton, setelah diperbaiki,
 Eksplorasi siswa : Meliputi konsep, gerak tarinya sudah mulai meningkat, diawal
gerak, properti penampilan siswa pose berbentuk
sekumpulan rumput liar dan bergerak ke arah selendang dan ember, serta desain
yang berbeda-beda. Kemudian berpencar kelompok
membentuk pola lantai dengan jumlah 3-3, 3 (3) Kelompok 3
disamping kanan dan 3 disamping kiri. Untuk  Siklus 1 : Masih belum ada kekompakan
kelompok 4, penampilan diawal siswa pose dengan 1 kelompok, masih belum
berbentuk pohon, dengan menggunakan menggunakan properti dan gerakan yang
properti daun dan ranting pada karya tari nya. masih monoton.
Pada siklus 1 saat proses penebangan pohon  Siklus 2 : Sudah ada menggunakan
nya siswa masih berantakan, setelah properti, pola lantai, desain kelompok,
diperbaiki pada saat penebangan pohon nya dan sudah kompak
satu persatu siswa yang menjadi pohon sudah (4) Kelompok 4
bisa mengatur posisi keluar pada saat  Siklus 1 : Gerakan nya yang masih
ditebang. Kelompok 5 bertemakan gadis- monoton dan desain kelompok yang
gadis india, pada siklus 1 posisi masuk siswa masih kurang rapi, serta belum memiliki
masih berantakan dan monoton, setelah pola lantai dan penggunaan properti
diperbaiki, diawal penampilan hanya masuk  Siklus 2 : Sudah ada menggunakan pola
2 gadis india dengan menggunakan properti lantai pada garapan tarinya, desain
selendang dileher nya, sselanjutnya 2 gadis kelompok yang sudah rapi, dan
tersebut memanggil teman-teman gadis lain memanfaatkan properti yang ada seperti
nya untuk ikut menari bersama-sama. daun dan ranting
Hasil Pembelajaran, Dari pelaksanaan (5) Kelompok 5
siklus 1 siswa yang masih kurang dalam  Siklus 1 : gerakan yang belum kompak
garapan tarian, masih belum memiliki pola dan desain kelompok yang masih kurang
lantai dalam garapan tarian, masih belum rapi, masih belum ada menggunakan
memanfaat kan properti tari, dan gerakan properti
yang belum pas hitungan dengan musik, ada  Siklus 2 : desain kelompok yang sudah
terjadi peningkatan dalam garapan tarian rapi, sudah ada pola lantai, dan sudah
masing-masing kelompok di siklus 2 ini, ada memanfaatkan properti yang ada
yaitu pada penggunaan properti, pola lantai, seperti selendang.
desain kelompok, dan iringan musik tari.
Pada siklus 2, dihasilkan karya tari dari Pembahasan Penelitian
masing-masing kelompok antara lain. Pada bagian pembahasan ini peneliti
(1) Kelompok 1 menyampaikan mengenai proses
 Siklus 1 : Pada gerakan masih ada yang pembelajaran setelah dilakukannya tindakan
belum serius dan sedikit kurang rapi, menggunakan model environmental learning
belum memiliki desain kelompok, dan dalam pembelajaran seni tari dengan materi
belum sesuai dengan konsep membuat sebuah garapan tari bertemakan
 Siklus 2 : Pada siklus 2 sudah ada lingkungan sekitar sekolah. Sampai saat ini
perbaikan dalam keseriusan bergerak, tampaknya orang hanya berpandangan,
pada desain kelompok, dan konsep bahwa mengajar tari di sekolah adalah
garapan praktek tari bentuk yang mempunyai gerak
(2) Kelompok 2 yang standar atau aturan-aturan tradisi yang
 Siklus 1 : Pada siklus1 masih kurang mengikat (Masunah, 2012: 265). Model
serius dalam gerakan, masih belum environmental learning merupakan model
memanfaatkan properti tari, desain pembelajaran yang menggabungkan
kelompok, dan belum tampak kompak pengalaman siswa yang sesuai untuk
dalam 1 kelompok diajarkan hubungannya dengan alam sekitar,
 Siklus 2 : Sudah ada kekompakan dan agar siswa dapat dengan mudah memahami
serius dalam garapan, sudah ada isi materi yang disampaikan, dengan
menggunakan properti tari yaitu langkah-langkah pelaksanaannya yaitu guru
menjelaskan sedikit mengenai gerak, elemen terarah, juga mengarahkan dan mengajarkan
tari, dan konsep penyajian cerita dalam karya bagaimana cara siswa belajar
tari dan pembelajaran prakteknya dilakukan
di luar kelas, yaitu di lingkungan sekolah. SIMPULAN DAN SARAN
Siswa diajak untuk mengelilingi dan Simpulan
memperhatikan lingkungan alam di sekolah Tahap koreografi untuk meningkatkan
itu siswa melakukan praktek tari. kreativitas tari siswa yaitu eksplorasi,
Setiap model pembelajaran pasti improvisasi, dan komposisi. Eksplorasi
memiliki kelebihan dan kelamahan yang meliputi sebuah tema dan alur cerita yang di
berbeda. Hal tersebut berdasarkan kebutuhan gunakan untuk membuat sebuah garapan.
siswa dan kesiapan guru. Improvisasi meliputi penguasaan peran
Adapun yang menjadi kelebihan masing-masing penari terhadap ekspresi.
penggunaan model environmental learning Komposisi meliputi perencanaan yang
adalah: digunakan dalam setiap kelompok ketika
a. Siswa tidak bosan dengan apa yang melakukan tarian.Siswa membuat sebuah
dipelajari, garapan dengan konsep pembelajaran yang
b. Siswa mendapatkan pengetahuan dan meliputi dari eksplorasi, improvisasi, dan
pemahaman dengan cara mengamati komposisi, diamana dalam konsep
sendiri, dan pembelajaran ini, siswa menentukan konsep,
c. Menumbuhkan kecintaan siswa terhadap gerak, dan properti yang harus sesuai dengan
lingkungan” (Ali, 2010:34). garapan tari yang dibuat.
Dengan demikian dengan model Dari hasil pengamatan pada proses
environmental learning siswa akan dapat awal kegiatan pembelajaran hingga
lebih memahami dirinya sendiri dan presentasi, peneliti menyimpulkan bahwa ada
lingkungannya. Selain itu, siswa juga akan kemajuan pada diri siswa kelas IXi dalam
memliki kecintaan terhadap lingkungan peningkatan kreatifitas tari, dari yang tidak
sekitar mereka. bisa menari menjadi bisa menari, walaupun
Selain memiliki kelebihan, model sikap badan tidak terlalu lentur, dari yang
environmental learning juga memiliki tidak bisa mengembangkan ide-ide nya
kelemahan. Ali (2010:34) mengungkapkan menjadi bisa mengemukakan ide-ide nya
bahwa, “Kelemahan environmental learning kedalam sebuah karya tari, walaupun kerap
di antaranya yaitu: ada yang salah saat menari. Peningkatan
a. Membutuhkan tenaga yang lebih, dan terlihat juga pada saat siswa tampak
b. Hanya dapat digunakan dalam beberapa bersemangat menggarap karya tarinya,
materi pembelajaran”. mereka selalu berusaha untuk dapat
Materi yang tidak dapat digunakan menampilkan hasil karyanya dengan baik.
dalam model environmental learning ini Selain itu, siswa tampak berani dan
adalah seperti mata pelajaran agama, bahasa kritis pada saat untuk menyampaikan ide,
inggris, dan fisika. Tenaga lebih yang konsep, dan pendapat dalam membuat sebuah
dimaksud yaitu keahlian guru dalam karya tari. Siswa antar kelompok saling
menyusun, tema materi pembelajaran yang memberikan semangat dan dukungan saat
harus disesuaikan dengan lingkungan belajar penampilan berlangsung. Siswa mendapatkan
siswa. Siswa akan diberi kesempatan untuk pengalaman baru dalam mengembangkankan
menentukan lingkungan yang sesuai denga kreativitas tari di luar kelas yaitu di
materi pembelajaran yang diberikan oleh lingkungan yang adadisekitar sekolah dan
guru. Ketika siswa diberi kebebasan dalam merangkainya mendjadi sebuah karya tari.
menentukan lingkungan yang sesuai, guru
akan membimbing siswa dalam menentukan Saran
konsep dan tema yang sesuai, dan agar dapat Berdasarkan hasil penelitian dan
menentukan pembelajaran yang tertatur dan kesimpulan diatas, maka disarankan bagi
peneliti lain yang tertarik pada penggunaan Kartiko Widi, Restu. 2010. Asas Metode
model environmental learning ini, dapat Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
mengembangkan ataupun meningkatkan Masunah, Juju dan Tati Narawati. 2012. Seni
kreativitas-kreativitas lainnya, dimana masih dan Pendidikan Seni. Bandung: Pusat
terdapat kekurangan-kekurangan pada Penelitian dan Pengembangan
sekolah tersebut, seperti keterbatasan dalam Pendidikan Seni Tradisional (P4ST)
penggunaan kostum dan alat musik, serta UPI
dalam penggunaan audiovisual. Penelitian ini Mustapa, Rusdi. 2013. Pembelajaran
perlu di kembangkan oleh peneliti lain, agar Berbasis Lingkungan Dengan Model
dapat memajukan kegiatan pembelajaran Environmental Learning. (Online).
khususnya mata pelajaran seni budaya. (https://boardingschool.wordpress.co
m/2013/05/24/pembelajaran-
DAFTAR RUJUKAN berbasis-lingkungan-dengan-model-
Arikunto, Suharsimi dkk. 2015. Penelitian environmental-learning/), diakses 10
Tindakan Kelas. Jakarta: BUMI September 2016
AKSARA Ngalimun, dkk. 2013. Perkembangan dan
Darto, G.S. 2005. Dasar Kreativitas Tari Pengembangan Kreativitas.
Untuk Pelatihan Guru Seni Budaya Yogyakarta: Aswaja Presindo.
SMA. Yogyakarta: Pusat Ngalimun, dkk. 2016. Strategi dan Model
Pengembangan Dan Pemberdayaan PEMBELAJARAN. Yogyakarta:
Pendidikan Dan Tenaga Ke Aswaja Presindo.
Pendidikan Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi
Hamalik, Prof. Dr. Oemar. 2008. Proses Penelitian. Yogyakarta. ISBN
Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran
Aksara Berorientasi Standar Proses
Hawknis, Alma M. 2003. Bergerak Menurut Pendidikan. Jakarta: KENCANA
Kata Hati. Jakarta: MSPI Sujarweni, V. Wiratna. 2014. Metodologi
Hidajat, Robby. 2005. Wawasan Seni Tari. Penelitian. Yogyakarta:
Malang: Jurusan Seni dan Desain PUSTAKABARUPRESS
Fakultas Sastra Universitas Negeri
Malang.

Anda mungkin juga menyukai