Anda di halaman 1dari 12

Pedagogi Jurnal Penelitian Pendidikan

Volume 04 No 01 Mei 2017

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR KESENIAN DENGAN MENGGUNAKAN


MODEL PEMBELAJARAN KELOMPOK DENGAN CARA MENYANGKAL
PADA SISWA KELAS VII SEMESTER GANJIL SMPN 1 CINIRU KABUPATEN
KUNINGAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh;
YEYET NURHAYATI, S.Pd.
SMPN 1 Ciniru Kabupaten Kuningan

ABSTRAK

Seorang guru tentunya dalam menyampaikan materi pembelajaran membutuhkan


metode agar materi lekas bisa diterima oleh peserta didik.
Tentunya dalam kegiatan penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah
pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Kelompok Dengan Cara
Menyangkal bisa meningkatkan minat belajar pada siswa.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan di SMPN 1 Ciniru Kabupaten
Kuningan tepatnya di kelas VII. Karena penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas,
maka penelitian dilakukan dimana guru mengajar pada kelas tersebut.
Untuk pengambilan data digunakan dua angket yaitu angket aktivitas dan soal
penilaian. Angket aktivitas untuk melihat keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar
dan untuk melihat tingkat kerjasama siswa. Sedangkan angket penilaian untuk melihat hasil
belajar siswa dalam satu siklus.
Dari hasil penelitian ternyata bahwa pembelajaran dengan metode jurnal kemampuan
siswa dan hasil belajar siswa terbukti meningkat. Terbukti tampak dari data daya kreasi
pada siklus 3 mencapai 39 siswa atau 97,5%, daya pengembangan mencapai 40 siswa atau
100% dan daya penerapan mencapai 40 siswa atau 100% serta tingkat pemahaman
mencapai 40 siswa atau 100%, tingkat pengamatan 38 siswa atau 95,00% dan tingkat
penghayatan 37 siswa atau 92,5%.Dengan harapan penelitian ini dapat berkembang dan
bermanfaat untuk meningkatkan hasil pembelajaran.

Kata Kunci; Prestasi Belajar, Model Pembelajaran Kelompok

PENDAHULUAN Dalam mengatasi hal tersebut


diperlukan upaya yang nyata dari guru
A. Latar Belakang untuk embentuk strategi dalam
Pelajaran Kesenian seringkali penyampaian materi pembelajaran
dikatakan sebagai mata pelajaran yang sehingga tercapai kemampuan siswa untuk
tidak penting. Asumsi ini muncul dari menciptakan, mengembangkan dan
siswa dikarenakan pelajaran Kesenian menggeneralisasikan sehingga tidak lagi
bukan yang diUANkan sehingga banyak dihasilkan siswa yang hanya meniru.
siswa yang malas untuk belajar Kesenian Upaya yang dilakukan adalah penelitian
disampaikan oleh seorang guru. tindakan kelas untuk peningkatan
penguasan pelajaran Kesenian dengan

96
Pedagogi Jurnal Penelitian Pendidikan
Volume 04 No 01 Mei 2017

model pelajaran koferaktif dan metode 2. Meningkatkan keaktifan dan


menyangkal yang bertujuan untuk Apresiasi seni siswa belajar
mengembangkan interaksi silih asah, silih Kesenian.
asih dan silih asuh sehingga sesuai dengan 3. Meningkatkan prestasi belajar serta
kodrat manusia sebagai mahluk individu mampu melaksanakan dalam
dan juga mahluk social. kehidupan sehari-hari.
b. Guru :
B. Identifikasi Masalah 1. Dapat dijadikan sebagai acuan dan
1. Siswa belum aktif, apresiasi seni tolok ukur untuk strategi
kurang, dan belum mencapai KKM. pembelajaran Kesenian.
2. siswa belum mampu menerapkan 2. Untuk meningkatkan
materi pembelajaran Kesenian keprofesionalisme guru Mata
kedalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran Kesenian.
3. kreatifitas guru dalam menerapkan c. Sekolah :
motivasi pembelajaran dipandang 1. Sebagai pedoman meningkatkan
sangat kurang. kualitas pembelajaran.
4. guru masih berambisi menguasai 2. Alat pemacu para guru dalaqm
kelas. Mata Pelajaran Kesenian.
5. kurangnya komunikasi antara guru 3. Sekolah bisa memprediksi sistem
dengan siswa pembelajaran di masa mendatang.
C. Pembahasan dan Rumusan
Masalah KAJIAN PUSTAKA
Permasalahan yang kami dapat 1. Pengertian Belajar
rumuskan berdasarkan latar belakang Belajar membudayakan suatu
adalah apakah penggunaan model usaha mencapai perubahab dalam
pembelajaran kelompok dengan cara kehudupan manusia baik perubahab itu
menyangkal dapat meningkatkan prestasi menuju hal yang buruk atau perubahan
siswa dalam penguasaan konsep Pelajaran menuju hal yang lebih baik, seperti yang
Kesenian Kelas VII SMPN 1 Ciniru? dikatakan oleh ngalim purwanto dalam
bukunya yang berjudul Pisikologi
D. Tujuan Pendidikan sebagai berikut “ Belajar
Tujuan yang ingin dicapai melalui membudayakna suatun perubahan dalam
PTK ini adalah untuk mengetahui apakah tingkah laku yang lebih baik, tetapi ada
model pembelajaran kelompok dengan juga kemungkinan-kemungkinan
cara menyangkal dapat meningkatkan mengarah pada tingkah laku yang lebih
prestasi siswa dalam penguasaan konsep buruk” (Ngalim Purwanto, 1987:86).
Pelajaran Kesenian Kelas VII SMPN 1 2. Ada beberapa Faktor yang
Ciniru Mempengaruhi Belajar
Belajar sebagai proses atau aktifitas
E. Manfaat Hasil Penelitian manusia. Banyak faktor-faktor
Penelitian Tindakan Kelas ini mempengaruhinya. Dalam buku psikologi
diharapkan dapat bermanfaat bagi pendidikan Sumadi Suryabrata
a. Siswa : menuliskan bahwa ada dua factor yang
1. Meningkatkan minat siswa dalam mempengaruhi belajar siswa :
mempelajari Kesenian. a. Faktor yang berasal dari luar diri anak.
dibagi menjadi yaitu:

97
Pedagogi Jurnal Penelitian Pendidikan
Volume 04 No 01 Mei 2017

 Faktor-faktor non sosial dan memamerkan, mempergelarkan karya


 Faktor-faktor sosial seni.
b. Faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri anak dibagi menjadi : d. Ruang Lingkup
 Faktor-faktor pisiologis Lingkup mata pelajaran seni
 Faktor-faktor pisikologis (Sumadi meliputi kesenian,musik,tari,dan teater.
Surya Brata, 1993:249) Pendekatan pengorganisasian materi pada
2. Pelajaran Kesenian mata pelajaran pendidikan seni
a. Pengertian menggunakan pendekatan terpadu,yang
Pendidikan melibatkan semua penyusunan kompetensi dasar dirancang
bentuk kegiatan berupa aktivitas fisik dan secara sistematik berdasarkan
citarasa keindahan itu tertuang dalam keseimbangan antara rana
kegiatan berekspresi dan berkreasi melalui kognitif,afektif,dan psikomotor yang
bahsa rupa,bunyi, gerak dan peran,yang terjabarkan dalam aspek-aspek konsepsi,
masing-masing mencakup materi dengan apresiasi, dan produksi yang meliput :
bidang seni serta berapresiasi dengan Kemampuan preseptual yang
memperhatikan konteks sosial budaya meliputi kepekaan terhadap rupa, bunyi,
masyarakat. gerak, dan perpaduannya.

b. Karakteristik mata pelajaran e. Standar Kompetensi Bahan Kajian


Kesenian Seni Kesenian
Pendidikan seni di sekolah pada 1. Mampu menggunakan kepekaan
dasarnya diarahkan untuk kepekaan rasa indrawi dan intelektual dalam
estetik terbentuk sikap kritis apresiatif dan memahami dan
kreatif pada diri siswa secara menyeluruh. mempersentasekan keragaman
Kurikulum mata pelajaran seni memuat gagasan, teknik, dan keahlian
ketiga kegiatan tersebut yang disusun berkarya kesenian nusantara dan
sebagai suatu kesatuan.Artinya pada manca negara.
proses pembelajaran, ketiga proses 2. Mampu berkreasi dalam dua dan
kegiatan tersebut harus merupakan tiga dimensi dengan beragam
rangkaian aktifitas seni yang harus dialami teknik dan medium kesenian
siswa yang memuat dalam aktifitas nusantara dan mancanegara.
mengapresiasi dan aktifitas berkreasi seni. 3. Mampu mengkomunikasikan
gagasan,teknik,materi, dan
c. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran keahlian berkarya kesenian
Seni nusantara dan mancanegara
Mata pelajaran pendidikan seni melalui kegiatan pameran.
memiliki fungsi dan tujuan menumbuhkan 3. Model Pembelajaran Kelompok Dengan
sikap toleransi, demokrasi, beradab, serta Cara Menyangkal
mampuh hidup rukun dalam masyarakat Proses pembelajaran agar mencapai
yang majemuk,mengembangkan tujuan yang diharapkan menentukan waktu.
kemampuan imajinatif intelektual, Prinsip dasarnya, tiap anak mempunyai
ekspresi melalui seni,mengembangkan kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan
kepekaan rasa, keterampilan, serta mampu bakat minat yang dimiliki.
menerapkan teknologi dalam berkreasi Hal tersebut di atas sesuai dengan Teori
Nativisme, Arthur Schopenhawer (1788-1860)

98
Pedagogi Jurnal Penelitian Pendidikan
Volume 04 No 01 Mei 2017

Perkembangan pribadi hanya ditentukan oleh d. Beri mereka waktu yang cukup untuk
factor hereditas, faktor dalam yang berari persiapan, baik di dalam kelas maupun di
kodrati. Merujuk Teori Nativisme yang jelas- luar kelas.
jelas kemampuan seseorang sangat ditentukan e. Setiap kelompok melalui wakilnya
factorpembawaan dari siswa tersebut. Maka menyampaikan sub materi sesuai dengan
pandai-pandailah kita memberikan materi tugas yang telah diberikan. Guru
pelajaran menggunakan berbagai komponen bertindak sebagai narasumber utama.
yang dikemas menjadi bahan yang menarik agar f. Setelah semua kelompok menyampaikan
dapat cepat ditangkap atau dipahami peserta tugasnya secara berurutan sesuai dengan
didik. urutan sub materi, beri kesimpulan dan
Seseorang karena kematangan jiwanya klarifikasi seandainya ada pemahaman
dalam waktu cepat dapat mengerti dan siswa yang perlu diluruskan.
memahami pelajaran yang diterimanya. Namun
sebaliknya jika seseorang Karena belum matang METODE PENELITIAN
jiwa dan penalarannya maka akan lamban A. Setting Penelitian
menerima pelajaran. Karena tipe siswa yang Penelitian ini dilaksanakan di
beragam dan unik, akibatnya berbeda pula pada SMPN 1 Ciniru kab.Kuningan pada bulan
waktu tertentu ia memahami materi pelajaran agustus 2014 sampai bulan oktober 2014
dari siapa yang memberikan. Siswa memandang yang menjadi sasaran penelitian adalah
guru adalah segalanya maka ia biasanya akan siswa Kelas VII semester ganjil tahun
lebih mudah dan cepat memahami. Tetapi ada pelajaran 2014/2015. Sebanyak 40 Siswa.
pula siswa akan mengerti dan paham jika yang SMPN 1 Ciniru letaknya didaerah
menerangkan adalah temannya. kuningan. Selama ini prestasi belajar
Oleh karena itu, pemilihan model pelajaran Kesenian masih rendah untuk itu
pembelajaran menggunakan kelompok belajar peneliti ingin mencoba menggunakan
sebagai strategi pembelajaran akan sangat Model Pembelajaran Kelompok dengan
membantu siswa di dalam mengerjakan materi Cara Menyangkal dalam Pembelajaran
kepada teman-temannya. Kesenian.
Jika model pembelajaran kelompok
belajar dalam kelompok kecil itu diterapkan, B. Objek Penelitian
maka langkahnya sebagai berikut. Objek dari PTK adalah
a. Pilihan materi yang memungkinkan permasalahan yang akan dilihat dari
materi tersebut dapat dipelajari siswa kegiatan pembelajaran sebagai berikut :
secara mandiri. Materi pelajaran dibagi 1. Keaktifan siswa
dalam sub-sub materi (segmen materi). Meliputi semua tindakan siswa
b. Bagilah para siswa menjadi kelompok- dalam kerja kelompok diantaranya
kelompok kecil yang heterogen, sebanyak menghargai pendapat teman,
sub-sub materi yang akan disampaikan menyampaikan pendapat, dan
guru. Siswa-siswa pandai disebar dalam menyelesaikan masalah.
setiap kelompok dan bertindak sebagai 2. Tingkat apresiasi seni
tutor sebaya. Dalam apresiasi seni ini dilihat
c. Masing-masing kelompok diberi tugas bagaimana siswa menirukan gambar lain
mempelajari satu sub materi, setiap yang meliputi kemiripan, komposisi dan
kelompok dipandu oleh siswa yang pandai proporsi.
sebagai tutor sebaya. 3. Tes hasil belajar

99
Pedagogi Jurnal Penelitian Pendidikan
Volume 04 No 01 Mei 2017

Tes hasil belajar yang dimaksud


adalah nilai ulangan teori Kesenian pada B. Uraian Penelitian Secara umum
siklus berlangsung Penelitian dilakukan dengan tiga
siklus dan observasi dilakukan dengan
C. Metode Pengumpulan Data cara kolaborasi dengan teman guru satu
Observasi sekolah sehingga penelitian langsung
Melihat kegiatan siswa tentang dapat dikoreksi oleh teman kolaborasi
keaktifan yang meliputi menghargai untuk menjaga kemurnian data yang
pendapat teman, menyampaikan pendapat, diperoleh.
menyelesaikan masalah, kegiatan apresiasi Waktu yang digunakan dalam satu
seni, dan apresiasi seni ini dilihat siklus 2 jam pelajaran dan berlangsung
bagaimana siswa menirukan gambar lain tiga siklus. Penulis memakai Model
yang meliputi kemiripan, komposisi, Pembelajaran Kelompok dengan Cara
proporsi siswa dalam proses belajar Menyangkal karena mempunyai banyak
mengajar yang dilakukan oleh peneliti dan kelebihan yaitu :
teman kolaborasi. Yang meliputi : 1. Dengan bahan pembelajaran
a. Keaktifan siswa meliputi pemahaman yang lengkap dan sistematis
terhadap seni, pengamatan terhadap pembelajaran lebih efisien
seni,penelitian terhadap seni, penghayatan 2. Dapat mengatasi permasalahan
terhadap seni. tentang daya ingat siswa
b. Tingkat apresiasi seni meliputi 3. merangsang siswa untuk
pemahaman terhadap seni, pengamatan menemukan dan memahami
terhadap seni,penelitian terhadap seni, konsep Kesenian dengan cepat
penghayatan terhadap seni. Kompetensi Dasar yang dibahas adalah
Menganalisis keragaman gagasan, teknik,
4. Metode Analisis Data bahan dan keahlian berkarya Kesenian
Menganalisis data dilakukan setelah nusantara (daerah setempat) secara lisan
hasil pengamatan penelitian dan tema dan atau tertulis. Setiap siklus 2 x 40
klaborasi dilakukan, kemudian dimasukan menit (2 jam pelajaran).
kedalam table tabulasi selanjutnya diolah Siklus I
dengan menggunakan ketentuan nilai 1. Perencanaan
keaktifan. Kooperaktif siswa setiap siklus Pada siklus 1 diambil indicator :
dan nilai prestasi per siklus berdasarkan Membuat kumpulan (dapat berbentuk
setandar minimal ketentuan belajar. kliping) gambar dan atau tulisan tentang
keragaman gagasan berdasarkan objek,
HASIL PENELITIAN DAN tema dan makna symbol pada karya
PEMBAHASAN Kesenian dua dimensi nusantara missal di
A. Setting museum, candi atau artefak lain. Rencana
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) scenario pembelajaran adalah :
dilakukan di SMPN 1 Ciniru kelas VII 1. Kelas dibagi 8 kelompok
semester ganjil tahun pelajaran 2. Dijelaskan seperlunya cara
2014/2015. Kelas VII ini terdiri dari 40 mengisi lembar kerja
siswa yang terdiri dari 25 siswa wanita 3. diwakili oleh satu kelompok,
dan 15 siswa laki-laki, letak SMPN 1 setiap kelompok menyampaikan
Ciniru didaerah Perbukitan jarak ke Kota hasil kerjanya
Kuningan 16 Km.

100
Pedagogi Jurnal Penelitian Pendidikan
Volume 04 No 01 Mei 2017

4. Guru menyiapkan lembar b. Menyiapkan lembar kerja secara


observasi penilaian kelompok atau mandiri
2. Pelaksanaan c. Menyiapkan blangko observasi
Siklus 1 dilaksanakan pada tanggal d. Memadukan hasil siklus I dan II
7 Agustus 2009 jam ke 2-3 dengan 2. Pelaksanaan
langkah-langkah : Dilaksanakan pada tanggal 14
a. Guru menjelaskan tentang Agustus 2009 jam ke 2-3 dengan langkah-
scenario pembelajaran yang langkah :
direncanakan serta proses kerja 1. Menanyakan tugas mandiri pada
kelompok atau individu siklus I
b. Guru menjelaskan cara 2. Menjelaskan tata kerja kelompok yang
menggunakan lembar kerja masih belum efektif
c. Pemberian tugas individu 3. Memberikan contoh ulang
3. Pengamatan 4. Menjelaskan cara menjawab dengan
Pengamatan dikerjakan oleh peneliti benar
dan teman kolaborasi dengan cara 3. Pengamatan
mengamati kegiatan siswa. Dengan Siswa yang kurang aktif pada siklus
menggunakan lembar observasi, guru 1 mendapat pengamatan khusus, dan yang
mencatat aktivitas siswa dan apresiasi seni kurang mampu dalam memahami
siswa dalam kelompok. permasalahan dipantau agar lebih aktif
a. Kerja kelompok siswa belum berinteraksi dengan teman yang lebih
maksimal mampu.
b. Komunikasi kelompok belum 4. Refleksi
lancer Pada siklus II ini terjadi
c. Kerjasama belum tampak perkembangan yang signifikan tentang
d. Penggunaan lembar kerja belum keaktifan siswa dan kooperatif siswa
maksimal dalam berinteraksi dengan kelompoknya.
4. Refleksi Refleksi dalam siklus II meliputi :
Dari hasil pengamatan, ditemukan a. Penguasaan pemahaman
beberapa hal yang perlu perbaikan, antara konsep perlu mendapatkan
lain adanya beberapa siswa yang belum penegasan dari guru
aktif dalam interaksi belajar dalam b. Siswa yang kurang aktif,
kelompok. Dari hasil pengamatan siklus 1 kurang apresiasi dan belum
terdapat beberapa kekurangan, maka perlu mencapai SKBM
perbaikan dalam pelaksanaan siklus 2. dimungkinkan karena faktor
Siklus II intelektual yang tidak sama
1. Perencanaan dengan temannya dan
Indikator siklus 2 adalah Membuat ketelatenan dari guru.
benda hias dengan teknik membentuk dan Siklus III
atau memahat dengan mengambil unsure- 1. Perencanaan
unsur Kesenian Nusantara daerah Pada siklus III indikator yang
setempat dari refleksi siklus II perlu dibahas adalah Membuat benda hias
perbaikan dalam scenario pembelajaran. dengan teknik membentuk dan atau
Adapun scenario pembelajaran siklus II memahat dengan mengambil unsure-unsur
adalah : kesenian nusantara daerah setempat.
a. Menyusun rencana perbaikan Penekanannya adalah bimbingan dan

101
Pedagogi Jurnal Penelitian Pendidikan
Volume 04 No 01 Mei 2017

penjelasan khusus pada siswa yang kurang Analisis siklus I ini meliputi keaktifan
mampu dalam rangka meningkatkan siswa, kooperaktif siswa dan hasil belajar siswa
pemahaman terhadap konsep. Skenario seperti terlihat pada interpretasi di bawah ini.
pembelajaran sebagai berikut :
a. Menyusun scenario perbaikan No Keaktifan Jmh Prosentase
b. Pemanfaatan waktu seefektif (%)
mungkin 1 Kreasi 28 70,00
c. Mempersiapkan lembar kerja 2 Kurang Kreasi 12 30,00
d. Menyiapkan blangko
3 Pengembangan 29 72,25
observasi dan evaluasi
2. Pelaksanaan 4 Kurang 11 27,5
Siklus III dilaksanakan pada 28 Pengembangan
Agustus 2009 jam ke 2-3 dengan langkah- 5 Penerapan 25 62, 5
langkah : 6 Kurang Penerapan 15 37,5
a. Menjelaskan kepada siswa
bahwa kerja kelompok harus
lebih dimaksimalkan. a. Interpretasi keaktifan secara
b. Siswa yang ketinggalan kelompok siklus I
mendapat perhatian lebih dari Kel.1: 5 siswa, tidak aktif 2 = 40%
guru Kel.2: 5 siswa, tidak aktif 3 = 60%
c. Siswa yang kemampuannya Kel.3: 5 siswa, tidak aktif 2 = 40%
lebih diberi tugas khusus dan Kel.4: 5 siswa, tidak aktif 2 = 40%
untuk membantu teman yang Kel.5: 5 siswa, tidak aktif 1 = 20%
masih menemukan kesulitan. Kel.6: 5 siswa, tidak aktif 0 = 100%
3. Pengamatan Kel.7: 5 siswa, tidak aktif 1 = 20%
Pengamatan dilakukan pada siswa Kel.8: 5 siswa, tidak aktif 0 = 0%
yang kurang mampu untuk berinteraksi
dengan siswa yang mampu. Pada siklus III b. Interpretasi apresiasi seni
ini tampak bahwa siswa yang kurang secara kelompok siklus I
mampu mengalami peningkatan dalam hal Tabel 2. Hasil Interprestasi
keaktifan memahami konsep dan No Keaktifan Jmh Prosentase
mengerjakan soal-soal latihan serta (%)
kepedulian kelompok meningkat sangat 1 Pemahaman 28 70,00
baik.
2 Kurang 12 30,00
4. Refleksi
memahami
Dari hasil pengamatan pada siklus terakhir
3 Pengamatan 29 72,25
ini ditunjukkan bahwa pembelajaran
dengan menggunakan Model 4 Kurang 11 27,5
Pembelajaran Kelompok dengan Cara mengamati
Menyangkal (Action Learning), 5 Penghayatan 27 67,5
meningkatkan keaktifan, apresiasi seni 6 Kurang 13 32,5
dan prestasi belajar. menghayati

d. Proses Menganalisis data Kel.1: 5 siswa, tidak aktif 2 = 40%


Kel.2: 5 siswa, tidak aktif 3 = 60%
Kel.3: 5 siswa, tidak aktif 2 = 40%

102
Pedagogi Jurnal Penelitian Pendidikan
Volume 04 No 01 Mei 2017

Kel.4: 5 siswa, tidak aktif 2 = 40%


Kel.5: 5 siswa, tidak aktif 1 = 20% Kel.1: 5 siswa, tidak aktif 3 = 60%
Kel.6: 5 siswa, tidak aktif 0 = 100% Kel.2: 5 siswa, tidak aktif 2 = 40%
Kel.7: 5 siswa, tidak aktif 1 = 20% Kel.3: 5 siswa tidak aktif 2 = 40%
Kel.8: 5 siswa, tidak aktif 0 = 0% Kel.4: 5 siswa, tidak aktif 2 = 40%
Kel.5: 5 siswa, tidak aktif 1 = 20%
1. Interpretasi siklus II Kel.6: 5 siswa, tidak aktif 0 = 0%
Dari data siklus II ini diperoleh Kel.7: 5 siswa, tidak aktif 1 = 20%
hasil sebagian Kel.8: 5 siswa, tidak aktif 0 = 0%
Tabel3.Hasil Interprestasi siklus II
No Keaktifan Jmh Prosentase 2. Iterpretasi siklus III
(%) Dari data pada siklus III ini
1 Kreasi 30 75,00 diperoleh hasil sebagai berikut :
2 Kurang Kreasi 10 25,00 Tabel 5. Hasil Interprestasi
No Keaktifan Jmh Prosentase
3 Pengembangan 29 72,25
(%)
4 Kurang 11 27,5 1 Kreasi 39 97,5
Pengembangan
2 Kurang Kreasi 1 2,50
5 Penerapan 30 75,00
3 Pengembangan 39 97,5
6 Kurang 10 25,00
Penerapan 4 Kurang 1 2,50
Pengembangan
Kel.1: 5 siswa, tidak aktif 1 = 20% 5 Penerapan 40 100
Kel.2: 5 siswa, tidak aktif 1 = 20% 6 Kurang 0 0
Kel.3: 5 siswa, tidak aktif 1 = 20% Penerapan
Kel.4: 5 siswa, tidak aktif 1 = 20%
Kel.5: 5 siswa, tidak aktif 1 = 20% Kel.1: 5 siswa, tidak aktif 2 = 40%
Kel.6: 5 siswa, tidak aktif 0 = 100% Kel.2: 5 siswa, tidak aktif 3 = 60%
Kel.7: 5 siswa, tidak aktif 1 = 20% Kel.3: 5 siswa, tidak aktif 2 = 40%
Kel.8: 5 siswa, tidak aktif 1 = 20% Kel.4: 5 siswa, tidak aktif 2 = 40%
Kel.5: 5 siswa, tidak aktif 1 = 20%
a. Interpretasi apresiasi seni Kel.6: 5 siswa, tidak aktif 0 = 0%
secara kelompok siklus II Kel.7: 5 siswa, tidak aktif 1 = 20%
Tabel 4. Hasil Interprestasi Kel.8: 5 siswa tidak aktif 0 = 0%
No Keaktifan Jmh Prosentase
(%) Tabel 6. Hasil Interprestasi
1 Pemahaman 33 82,50 No Keaktifan Jmh Prosentase
2 Kurang 7 17,50 (%)
memahami 1 Pemahaman 40 100,00
3 Pengamatan 31 77,50 2 Kurang 0 0
4 Kurang 9 22,5 memahami
mengamati 3 Pengamatan 38 95,00
5 Penghayatan 34 85,00 4 Kurang 2 5,00
6 Kurang 6 15,00 mengamati
menghayati 5 Penghayatan 40 100,00

103
Pedagogi Jurnal Penelitian Pendidikan
Volume 04 No 01 Mei 2017

6 Kurang 0 0 agar proses pembelajaran dapat berjalan


menghayati dengan baik
2. hendaknya pembelajaran dengan Model
Pada siklus III sudah mencapai yang Pembelajaran Kelompok dengan Cara
maksimal baik keaktifan, apresiasi siswa. Menyangkal bisa dikembangkan agar
siswa mampu membangun prestasinya
e. Pembahasan dan Pengambilan 3. dalam penerapan pembelajaran
Kesimpulan kooperatif dengan Model Pembelajaran
Setelah melalui proses pengambilan Kelompok dengan Cara Menyangkal
data, pengolahan data atau analisis data, perlu diperhatikan cara memahami
pembelajaran dengan menggunakan konsep agar siswa mampu Kesenian
Model Pembelajaran Kelompok dengan yang dipelajari sehingga dapat
Cara Menyangkal (Action Learning) berdiskusi sisa dapat menyampikan ide
pembelajaran siklus I sampai dengan III atau gagasannya
pada Kelas VII SMPN 2 Suranenggala
untuk pelajaran Kesenian menunjukkan B. Saran
hasil yang maksimal, sampai pada siklus 1. Dalam penerapan pembelajaran
III sudah aktif dan apresiatif. Jadi dapat kooperatif dengan menggunakan Model
kita ambil kesimpulan bahan penerapan Pembelajaran Kelompok dengan Cara
pembelajaran seni rupa dengan Menyangkal perlu diperhatikan
Menganalisis keragaman gagasan, teknik kemampuan siswa agar terjadi
bahan dan keahlian berkarya Kesenian pengelompokan siswa yang heterogen
nusantara (daerah setempat) secara lisan agar proses pembelajaran dapat berjalan
atau tertulis berhasil. dengan baik
Adapun hasil yang diperoleh 2. hendaknya pembelajaran dengan Model
meliputi : Pembelajaran Kelompok dengan Cara
a. Keaktifan siswa dan apresiasi Menyangkal bisa dikembangkan agar
seni siswa meningkat siswa mampu membangun prestasinya
b. Prestasi belajar siswa 3. dalam penerapan pembelajaran
meningkat kooperatif dengan Model Pembelajaran
c. Siswa merasa mempunyai Kelompok dengan Cara Menyangkal
tanggung jawab dalam perlu diperhatikan cara memahami
pembelajaran konsep agar siswa mampu Kesenian
d. Rasa percaya diri pada siswa yang dipelajari sehingga dapat
sangat tinggi berdiskusi sisa dapat menyampikan ide
e. Kerja kelompok sangat efektif atau gagasannya.
f. Perhatian siswa pada
keterangan guru sangat bagus

A. Kesimpulan
1. Dalam penerapan pembelajaran
kooperatif dengan menggunakan Model
Pembelajaran Kelompok dengan Cara
Menyangkal perlu diperhatikan
kemampuan siswa agar terjadi
pengelompokan siswa yang heterogen

104
Pedagogi Jurnal Penelitian Pendidikan
Volume 04 No 01 Mei 2017

DAFTAR PUSTAKA

Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Muhibbin, 2003. Psikologi Belajar.


Jakarta: Ciputat Pers. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Aqib, Zainal, 2002. Profesionalisme Guru Palardi, Mj. 1975. Teaching Today Task
Dalam Pembelajaran. Surabaya: and Challenges. New York: Mac
Insan Cendekia Milan Publishing Co inc..
Bobbi De Porter. 1999. Quantum Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UM
Teachung. Jakarta: Kaifa. 2003, Malang.
Depdikbud. 1999;13 Teknik Analisa Data. Sugeng Riyono, 2005. Penelitian
Jakarta. Tindakan Kelas Panduan Praktis
Dinas Pendidikan Nasional, 2004. Profesi Guru. Cirebon.
Kurikulum 2004. Jakarta. Sumadi Suryabrata, 1993. Psikologi
Mel Sibermen, 1996. Active Learning. Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo
Jakarta: Yapendis. Persada.
Nasution, 1977. Dikdaktik Asas-asas Tim Dosen FIP IKIP Malang, 1998.
Mengajar. Bandung: Jammaora. Pengantar Dasar-dasar Pendidikan
Mulyasa, 2005. “Menjadi Guru Usaha Nasional Surabaya.
Profesional”. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya Offset.

105
Pedagogi Jurnal Penelitian Pendidikan
Volume 04 No 01 Mei 2017

DAFTAR PUSTAKA

Asnawir. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers.


Aqib, Zainal, 2002. Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan
Cendekia
Bobbi De Porter. 1999. Quantum Teachung. Jakarta: Kaifa.
Depdikbud. 1999;13 Teknik Analisa Data. Jakarta.
Dinas Pendidikan Nasional, 2004. Kurikulum 2004. Jakarta.
Mel Sibermen, 1996. Active Learning. Jakarta: Yapendis.
Nasution, 1977. Dikdaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Jammaora.
Mulyasa, 2005. “Menjadi Guru Profesional”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Muhibbin, 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Palardi, Mj. 1975. Teaching Today Task and Challenges. New York: Mac Milan
Publishing Co inc..
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah UM 2003, Malang.
Sugeng Riyono, 2005. Penelitian Tindakan Kelas Panduan Praktis Profesi Guru.
Cirebon.
Sumadi Suryabrata, 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Tim Dosen FIP IKIP Malang, 1998. Pengantar Dasar-dasar Pendidikan Usaha Nasional
Surabaya.

106
Pedagogi Jurnal Penelitian Pendidikan
Volume 04 No 01 Mei 2017

107

Anda mungkin juga menyukai