Anda di halaman 1dari 18

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : ALDY

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 043785897

Tanggal Lahir : 10/02/2001

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4209/Ilmu Negara

Kode/Nama Program Studi : 311/Ilmu Hukum

Kode/Nama UPBJJ : 47/Pontianak

Hari/Tanggal UAS THE : Sabtu, 16 Juli 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : ALDY

NIM : 043785897

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4209/Ilmu Negara

Fakultas : FHISIP

Program StudI : 311/Ilmu Hukum

UPBJJ/UT : 47/Pontianak

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.

Yang Membuat Pernyataan


ALDY

Nama Mahasiswa
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

No.1
Teori perjanjian/teori kontrak sosial menyatakan bahwa negara terbentuk karena adanya perjanjian antar masyarakat.
Latar belakang mengadakan perjanjian itu digambarkan jika keadaan masyarakat sebelum terbentuknya negara adalah
hidup secara individual, bebas dan sederajat. Namun, masyarakat tidak bisa bahagia dan merasa aman karena terus ada
serangan dari luar masyarakat tersebut. Negara Indonesia terlahir dari masyarakat yang membuat kesepakatan atau
kontrak sosial untuk mendirikan sebuah negara. Hal ini bisa kita cermati dari proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 merupakan sebuah momentum diawali dari tekad persatuan melalui Sumpah
Pemuda 1928.
Pertanyaan?
a. Berikan analisis Anda berdasarkan perspektif Utrecht, apakah berdirinya suatu negara dalam teori Perjanjian pasti
diawali dari kesepakatan bersama untuk mendirikan negara!
b. Berikan analisis Anda mengapa pemerintahan tumbuh dengan jalan kekerasan, menurut David Hume yang
menolak doktrin contract social (perjanjian masyarakat)!
c. Pada peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945, kriteria manakah yang sesuai dengan pendapat Nasroen dalam
perspektif Teori Perjanjian Masyarakat?
Jawab?
Timbulnya suatu negara karena perjanjian yang diadakan antara orang yang tadinya hidup bebas merdeka, terlepas satu
sama lain tanpa ikatan kenegaraan. Perjanjian ini diadakan suapay kepentingan bersama dapat terpelihara dan terjamin.
Perjanjian ini disebut sebagai perjanjian masyarakat (contract social menurut ajaran Rosseue). Perjanjian yang
dimaksud bisa terjadi antara [emerintah dari negara penjajah dengan masyarakat daerah jajahan misalnya Filipina pada
tahun 1946 dan India pada tahun 1947. Pencetus dari teori perjanjian adalah Thomas Hobbes yang berpendapat bahwa
negara yang dibuat berdasarkan perjanjian masyarakat itu harus berbentuk kerajaan (monarchie), John Locke yang
menghendaki bentuk kerajaan konstutisional dan JJ. Rosseaue yang menghendaki organisasi negara berdasarkan
kedaulatan rakyat. Ketiga tokoh tersebut berpendapat bahwa asal-usul negara karena adanya perjanjian masyarakat.
Negara menurut beberapa ahli lain.
a. Menurut Utreht, terjadinya negara bukanlah suatu perjanjian yang dilakukan dengan sengaja pada suatu rapat
raksasa, tetapi karena proses yang ada dalam suatu bangsa. Apabila dalam masyarakat bangsa ada ikatan sosial
yang lebih kuat maka masyarakat bangsa itu akan mengenal suatu organisasi yang disebut negara
b. Menurut David Hume, the state of nature is only a creation of the imagination. Maksudnya adalah keadaan alam
bebas itu adalah semata-mata karena imaginasi (khayalan). Menurut Hume yang benar ialah bahan masyarakat itu
didirikan atas dorongan naluri seksual. Dorongan seksual itu ada tiga tahap; (1) naluri seksual dikendalikan oleh
spontan, (2) naluri seksual disokong oleh kebiasaan, (3) timbulnya keinsyafan perlunya bermasyarakat. Lingkungan
keluarga itu mangkin lama kamngkin besar maka diperlukan adanya pemerintahan untuk mengendalikan egoisme
anggota-anggotanya. Pemerintah itu tidak terbentu atas dasar perjanjian tetapi tumbuh dengan jalan kekerasa.
c. Nasroen memiliki persamaan berpendapat dengan teoti perjanjian masyarakat, yakni asala mula negara itu
kemauan bersama dari orang-orang yang bersangkutan. Perbedaannya selain mengenai pangkal permulaan
(sebelum adanya negara), saatnya serta tempat lahirnya negara, juga berpendapat mengenai asal mula negara yang
tidaklah abstrak, melainkan sebagai suatu kenyataan. Negara itu adalah hasil usaha manusia dalam menyusund an
menghadapai masalah hidup dan pergaulan. Negara itu lahir dalam masyarakat yang langsung ada sebelum negara
itu ada. Pendapat Nasroen mengenai asala mula negara adalah sebagai berituk:
1. Asal mula negara itu adalah kemauan bersama dari rakyat dalam negara tersebut. Jika kita melihat sejarah
kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 17 Agustus 1945, maka kita dapat tahu bahwa persiapan
kemerdekaan untuk rakyat Indonesia dilakukan secara bersama yang dilakukan oleh pahlawan revolusioner
dari mulai terbentuknya BPUPKI sampai dengan PPKI.
2. Tempat timbulnya kemauan bersama itu sebagai asal mula negara ialah suatu pergaulan hidup yang terdapat
sebelum negara itu lahir atau ada.
3. Saat lahir dan adanya negara itu adalah suatu soal yang gaib yang tidak dapat dipastikan dan dijamin dari
semula, tetapi dapat ditentukan sesudah adanya suatu negara.
4. Manusia yang mengadakan negara itu adalah manusia biasa, yakni manusia yang sesungguhnya terdapat dalam
kenyataan.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

No. 2
Konstitusi RI dalam penjelasannya menegaskan bahwa negara Indonesia berdasarkan atas hukum (Rechtstaat) tidak
berdasarkan atas kekuasaan belaka (Machtstaat). Negara hukum mewajibkan semua warga negara dan penyelenggara
harus tunduk pada aturan hukum yang berlaku. Namun dalam kenyataannya, aturan hukum seringkali dilanggar,
bahkan oleh aparat penegak hukum dan pembentuk hukum itu sendiri. Penegakan hukum masih tajam ke bawah tetapi
tumpul ke atas. Perkembangan hukum tidak hanya dipengaruhi oleh kepentingan politik, tetapi dipengaruhi pula oleh
kepentingan dunia usaha, akibatnya rakyat secara individual dapat mengejar kemakmurannya. Tentu hal ini individu
dapat mengembangkan perannya secara aktif sedangkan negara (penguasa negara) bersifat pasif, dan efek negatifnya
dapat dilihat dalam kenyataannya yang berkembang saat sekarang ini, mereka yang menguasai ekonomi dapat membeli
hukum. Padahal tugas hukum membuat penyelenggaraan politik menjadi manusiawi atau memberadabkan manusia,
kekuasaan yang mengkonvergensikan perilaku orang banyak menuju ketertiban.
Pertanyaan?
a. Coba identifikasikan, apa yang melatarbelakangi munculnya negara hukum liberal!
b. Bagi negara pasif, bagaimanakah batasan kedudukan warga negara dalam negara hukum liberal? Berikan pendapat
Anda!
c. Coba identifikasilah mengapa dalam negara hukum liberal kedudukan negara bersifat pasif, padahal
penyelenggaraan politik harus menjadi manusiawi atau memberadabkan manusia!
Jawab:
a. Kelahiran negara hukum liberal bersama lahirnya dengan paham liberalisme yang menentang kekuasaan absolute
dari para raja pada masa itu. Konsep negara hukum liberal juga muncul sebagai reaksi terhadap negara polizei.
Polizei staat adalah negara yang menyelenggarakan ketertiban dan keamanan serta menyelenggarakan semua
kebutuhan hidup warga negaranya. Dalam praktiknya negara justru bertidak secara sewenang-wenang bahkan
menyalahkan gunakan wewenangnya untuk kepentingan sendiri ataupun kelompoknya. Pihak yang bereaksi
terhadap negara polisi adalah kaum borjois liberal. Kaum borjois pada saat itu diisi oleh orang panda atau kaya.
b. Dalam negara hukum liberal terdapat jaminan bahwa setiap warga negara mempunyai kedudukan hukum yang
sama dan tidak boleh diperlakukan sewenang-wenang oleh penguasa. Maka, untuk mencapai tujuan ini, negara
harus mengadakan pemisahan kekuasaan yang masing-masing mempunyai kedudukan yang sama tinggi dan sama
rendah, tidak boleh saling mempengaruhi dan tidak boleh campur tangan satu sama lain sehingga untuk dapat
disebut sebagai negara hukum dalam tipe ini harus memiliki 2 (dua) unsur pokok, yaitu: (1) Perlindungan terhadap
hak-hak asasi manusia; dan (2) Pemisahan kekuasaan dalam negara.
c. Dalam tipe negara liberal menghendaki agar negara berstatus pasif artinya bahwa negara harus tunduk pada
peraturan-peraturan negara. Negara harus melepaskan diri dari campur tangan urusan kepentingan rakyatnya yang
berarti bahwa sikap negara tidak boleh aktif. Negara hanya bertindak tatkala ada gangguan terhadap keamanan ,
jadi tekanannya adalah perlindungan terhadap warga negaranya. Negara hanya mengatur tata tertib saja. Disebut
negara hukum liberal karenaberdasarkan paham liberal yang menitik beratkan pada paham liberal yang berarti
mengutamakan individu atau perseorangan.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

No. 3
Wacana perdebatan kenegaraaan Negara Kesatuan Republik Indonesia sering diwarnai perdebatan dengan wacana
sebaiknya dengan heterogenitas atau Kebhinekaan di Indonesia muncul gagasan konsep negara federal yang dianggap
solusi terbaik dalam menghadapi tuntutan masyarakat di daerah terhadap pusat akibat kesenjangan antara pusat dan
daerah dalam masalah perimbangan keuangan, pembangunan, pendidikan. Sebagai gambaran, negara yang menganut
negara federasi adalah Amerika Serikat memiliki Kongres sebagai cabang legislatif Pemerintah Federal. Selain
menjalankan pemerintahan kekuasaan presiden (eksekutif) juga memiliki hak veto suatu rancangan undang-undang
yang dapat merugikan jalannya pemerintahan. Sedangkan cabang legislatif oleh kongres memiliki dua kamar, yaitu
Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat. Tiap kamar kongres (DPR atau Senat) memiliki kekuasaan eksklusif khusus—
Senat harus memberikan "nasihat dan persetujuan" terhadap perjanjian-perjanjian kepresidenan, dan DPR harus
mengajukan rancangan undang-undang untuk tujuan menaikkan pajak.
Pertanyaan
a. Berikan analisis Anda, apabila pada negara federasi terjadi pertentangan antara undang-undang federal dan undang-
undang negara bagian maka badan mana berwenang menyelesaikannya?
b. Mengapa bentuk negara federal Amerika Serikat disebut sebagai bentuk negara federal yang bersifat sempurna?
Berikan analisis Anda!
c. Berdasarkan pendapat Miriam Budiardjo, di manakah kita dapat melihat bentuk federalismenya suatu negara?
Jawab:
a. Menurut Hans Kelsen, tatanan hukum negara federal terdiri atas norma-norma pusat yang berlaku bagi seluruh
teritorialnya dan noorma-norma daerah hanya berlaku bagi bagian-bagian dari teritorial ini, bagi teritorial dan
“negara-negara komponenya” (negara bagian). Norma-norma umum pusat. “hukum-hukum federal, dibuat oleh
sebuah organ legislatif pusat, bada legislatif “federasi”. Sedangkan norma-norma umum daerah dibuat oleh organ-
organ legislatif daerah, badan legislatif dari negara-negara bagian. Ini mengisyaratkan bahwa dalam negara federal
kompetensi legislatif dari sebuah negara, di bagi diantara satu wewenang pusat dan sejumlah wewenang daerah.
Negara federal ditandai oleh fakta bahwa negara-negara bagian memiliki suatu derajat otonomi konstitusinal, yaitu
bahwa organ legislatif dari masing-masing negara bagian berkompeten dalam masalah-masalah menyangkut
konstitusi dari masyarakat ini sehingga perubahan-perubahan dalam konstitusi dari negara-negara bagian dapat
dilakukan dari beberapa undang-undang negara bagian itu. Fakta bahwa masing-masing negara bagian mempunyai
jumlah wakil yang sama di dalam Senat membuktikan bahwa negara bahwa negara anggotanya pada mulanya
adalah negara-negara merdeka dan masih harus diperlakukan menurut prinspi hukum internasional yang dikenal
sebagai persamaan negara-negara. Komposisi Dewan Perwakilan Negara atau Senat ini menjamin bahwa negara-
negara anggota, yakni masyarakat-masyarakat daerah, “dengan cara demikian” turut serta di dalam prosedur
pembuatan undang-undang pusat, yang sama dengan unsur desentralisasi. Akan tetapi, unsur desentralisasi yang
didasarkan pada ide persamaan dari negara-negara anggota ini hampir seluruhnya dinetralisasi oleh fakta bahwa
Dewan Perwakilan Negara menerima atau menetapkan resolusi-resolusinya menurut prinsip mayoritas. Wewenang
untuk memutuskan persoalan kompetensi antara pemerintah federal dengan dengan pemerintah negara bagian dapat
diberikan kepada MA. MA dalam negara federal merupakan pengadilan tertinggi untuk menyelesaikan persoalan
konstitusional. Dalam praktik MA merupakan penafsir utama dari udang-undang dasar dan dengan demikian lebih
kuat kedudukannya daripada badan legislatif dan eksekutif.
b. Bentuk negara Amerika Serikat umumnya dianggapp sebagai federalisme yang paling sempurna. Dia mempunya
ciri-ciri federalisme yang palingkuat yaitu: (1) dana kekuasaan terletak di negara-negara bagian dan (2) kedudukan
MA federal sebagai penafsir utama dari udang-undang dasar dalam memutuskan masalah kompentensi antara
berbagai tingkat pemerintahan. Jadi, pembagian kekuasaan menurut tingkat adalah yang paling sempurna. Di
samping itu, dianggap bahwa pembagian keuasaan menurut yang dinakamakn trias politika juga yang paling
sempurna, dalam arti yang paling mendekati konsep seperti yang diajukan oleh Montesquieu. Pembagian
kekuasaan yabg berdasarkan trias politika dimaksud untuk lebih membatasi lagi kekuasaan pemerintahan federal
terutama dalam halnya dengan badan legislatif dan badan yudikatif.
c. Dalam negara federal, kedaulatan diperoleh dari unit-unit politik yang terpisah-pisah dan kemudian sepakat
membentuk pemerintahan bersama-sama. Federalisme merupakan puncak dari desentralisasi, akan tetapi tidak
jarang federalisme itu sendiri bertentangan dengan desentralisasi. Namun, hal yang jelas adalah federalisme
merupakan sebuah mekanisme hunbungan antara pusat dengan negara-negara bagiannya hampir tidak
memungkinkan, paling tidak secara teoritik, bagi pemerintahan federal untuk melakukan perubahan terhadap
pemerintahan lokal. Dalam hal wilayah pemerintahan, sangatlah sulit bagi pemerintah pusat untuk melakukan
perubahan baik dalam bentuk penambahan maupun pengurangan jumlah atau bahkan perubahan bentuk
geografisnya. Hal ini tidak memungkinkan karena konstitusi dalam pemerintahan federal sudah memberikan
perlindungan yang sangat kuat terhadap pemerintahan lokal. Dalam struktur legislatif, sistem perwakilan dalam
pemerintahan federal menggunakan mekanisme sistem dua kamar di parlemen (bi-kameral).
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

No. 4
Untuk menghindari pemusatan kekuasaan yang dapat mengarah pada kesewenang-wenangan seperti dalam negara
kerajaan (monarki), maka perlu diadakan pembagian kekuasaan negara. Salah satu teori pembagian kekuasaan adalah
Teori Montesquieu yang membagi kekuasaan negara menjadi kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Agar tiga
bidang kekuasaan tersebut dapat saling mengontrol dan terjadi keseimbangan kekuasaan perlu diterapkan prinsip
checks and balances. Sistem ketatanegaraan Indonesia pasca amandemen UUD 1945 menganut prinsip tersebut di
mana DPR sebagai lembaga legislatif, Presiden sebagai lembaga eksekutif, dan Mahkamah Agung beserta Mahkamah
Konstitusi sebagai lembaga yudikatif dapat saling mengontrol dan terjadi keseimbangan kekuasaan antar lembaga-
lembaga tersebut hal itu untuk menghindari kekacauan dalam negara apabila ada pemisahan antara cabang kekuasaan
tersebut secara tegas.
pertanyaan
a. Analisislah dalam penyelengaraan kekuasaan negara bagaimana system checks and balances dilaksanakan di
Indonesia!
b. Coba analisislah bahwa dalam pelaksanaan system checks and balances berupa pengawasan terhadap eksekutif
yang dilakukan oleh legislatif dikatakan cukup kuat!
c. Coba analisislah bahwa dalam pelaksanaan system checks and balances berupa hak inisiatif mengajukan RUU yang
biasanya dipegang legislatif dapat dilaksanakan oleh eksekutif dikatakan cukup kuat
Jawab:
a. Dalam konstitusi ditegaskan bahwa Negara Indonesia adalah Negara hukum (Rechtsstaat), bukan Negara
kekuasaan (Machtsstaat). Di dalamnya terkandung pengertian adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi
hukum dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem konstitusional yang
diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. UndangUndang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 hasil perubahan sudah memunculkan ketentuan checks and balances secara lebih
proporsional di dalam sistem ketatanegaraan Indonesia. Dalam negara hukum terdapat pembatasan oleh hukum
disetiap kebijakan pemerintah yang ditetapkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Indonesia sebagai negara hukum segala sesuatu harus berdasarkan kepada hukum, yang diimplementasikan kepada
Peraturan Perundang-undangan yang ada sebagai manifestasi dari hukum positif.
Prinsip pemisahan kekuasaan dikembangkan oleh dua pemikir besar dari Inggris dan Perancis, John Locke dan
Montesquieu. Konsep pemisahan kekuasaan yang dikemukakan oleh dua pemikir besar tersebut kemudian dikenal
dengan teori Trias Politica. Menurut John Locke kekuasaan itu dibagi dalam tiga kekuasaan, yaitu:
a) Kekuasaan legislatif, bertugas untuk membuat peraturan dan undang-undang
b) Kekuasaan eksekutif, bertugas untuk melaksanakan undang-undang yang ada di dalamnya termasuk kekuasaan
untuk mengadili
c) Kekuasaan federatif, tugasnya meliputi segala tindakan untuk menjaga kemanan negara dalam hubungan
dengan negara lain seperti membuat aliansi dan sebagainya (dewasa ini disebut hubungan luar negeri).
Sementara itu Montesquieu dalam masalah pemisahan kekuasaan membedakan dalamnya tiga bagian pula
meskipun ada perbedaan dengan konsep yang disampaikan John Locke, yaitu:
a) Kekuasaan legislatif, berfungsi untuk membuat undang-undang
b) Kekuasaan eksekutif, bertugas untuk menyelenggarakan undang-undang, tetapi oleh Montesquieu diutamakan
tindakan di bidang politik luar negeri).
c) Kekuasaan yudikatif, bertugas untuk mengadili atas pelanggaran undang-undang.
Dari dua pendapat ini ada perbedaan antara John Locke dengan Montesquieu. John Locke memasukan kekuasaan
yudikatif ke dalam kekuasaan eksekutif, sementara Montesquieu memandang kekuasaan pengadilan (yudikatif) itu
sebagai kekuasaan yang berdiri sendiri. Menurut Montesquieu dalam setiap pemerintahan tiga jenis kekuasaan itu
mesti terpish satu sama lainnya, baik mengenai tugas (functie) maupun mengenai alat perlengkapan (organ) yang
melakukannya. Menurut ajaran ini tidak dibenarkan adanya campur tangan atau pengaruhmempengaruhi, antara
yang satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu ajaran Montesquieu disebut pemisahan kekuasaan artinya ketiga
kekuasaan itu masing-masing harus terpisah baik lembaganya maupun orang yang menanganinya. Jadi dari adanya
pembatasan kekuasaan yang dilakukan di tiap kekuasaan akan menjauhkan suatu negara dari tindakan sewenang-
wenang dari pemerintahan tertentu. Berangkat dari teori Montesquieu terkait pemisahan kekuasaan, dimana intinya
produk hukum negara melibatkan eksekutif dan legislative. Bahwa kebijakan presiden tidak masuk kategori per
undang-undangan, sebagaimana hierarki yang diatur dalam pasal 7 undang-undang No. 12 Tahun 2011. Jadi harus
ada kesepakatan bersama, berdasarkan amanat konstitusi negara.
b. System checks and balances diwujudkan dalam hubungan antara kekuasaan eksekutif yang dilakuka oleh Presiden,
kekuasaan legislatif oleh DPR, dan kekuasaan yudikatif oleh MA dan MK. System checks and balances dimaksud
untuk mengimbangi pembagian kekuasaan yang dilakukan agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan oleh
lembaga pemegang kekuasaan tertentu atau terjadi kebutuan dalam hubungan antar lembaga. Oleh karena itu dalam
pelaksanaan suatu kenegaraan selalu ada peran lembaga lain. Dalam pelaksanaan kekuasaan pembuatan undang-
undang, misalnya, walaupun ditentukan kekuasaan membuat undang-undang dimiliki oleh DPR namun dalam
pelaksanaannya membutuhkan kerja sama dengan crolegislator yaitu Presiden. Bahkan, suatu ketentuan udanng-
undang yang telah mendapatkan persetujuan bersama DPR dan Presiden serta telah disahkan dan diundangkan pun
dapat dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat oleh MK jika dinyatakan bertentangan dengan UUD
1945. Di sisi lain, Presiden dalam menjalankan kekuasaan pemerintahannya mendapatkan pengawasan dari DPR.
c. Dalam perubahan pertama UUD 1945 yang telah disahkan dalam sidang umum MPR, bunyi pasal 5 ayat (1) “DPR
memegang kekuasaan membentuk UU”. Sementara itu, dalam pasal 20 ayat (1) presiden mengesah RUU menjadi
UU. Dengan ada ketentuan ini maka kekuasaan legislatif dapat diakatakan telah tergeser dari pressiden (eksekutif)
ke DPR (legislatif). Dalam kekuasaan Presiden, di bidang legislatif, Presiden diberi hak untuk mengambil inisiatif
mengajukan RUU kepada DRP, menetapkan peraturan-peraturan pelaksanaan sebagai police rules (beleid regels).
Hak veto untuk tidak mengesahkan suatu RUU yang telah di setujui oleh DPR, hak hukum untuk sementara waktu
dalam keadaan kegentingan yang memaksa menetapkan peraturan yang seharusnya berbentuk udang-undang. Di
bidang yudikatif, Presiden diberi hak, dengan pertimbangan grasi, abolisi, dan amnesti, mengajukan suatu undang-
undang yang telah disahkan oleh DPR tetapi presiden sendiri tidak bersedia mengesahkannya ataupun tidak
menyetujuinya isi suatu undang-undang tetapi DPR bersedia ntuk tidak mengubahnya. Dalam kekuasaan legislatif
DPR, kekuasaan membentuk udang-undang berada di DPR, tetapi Presiden juga diberi hak untuk mengajukan
RUU kepada DPR. Presiden diberik hak veto untuk mengesahkan atau tidak mengesahkan suatu RUU yang telah
disetujui DPR. RUU yang tidak disahkan kepada Presiden di periode berikutnya. Sebaliknya, setiap RUU yang
diajukan Presiden yang tidak mendapatkan persetujuan DOR, juga tidak boleh lagi dimajukan kepada DPR pada
periode berikutnya. Ketentuan hak veto presiden ataupun hak untuk tidak menyetujui RUU yang diajukan pihak
lain itu, masih perlu dibatasi sehingga tidak terjadi kesewenangan. Karena itu, MA dapat dipertimbangkan untuk
diberikan hak untuk menerima permohonan dari pihak DPR ataupun Presiden untuk menguji RUU tersebut
terhadap UUD. MA harus diberi hak untuk menguji materi setiap UU terhadap UUD.

Anda mungkin juga menyukai