Anda di halaman 1dari 16

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.2 Genap (2023.1)

Nama Mahasiswa : IDA AYU PUAN MAHARANI

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 045232333

Tanggal Lahir : 17 DESEMBER 2002

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4209/ILMU NEGARA

Kode/Nama Program Studi : 311/ILMU HUKUM

Kode/Nama UPBJJ : 77/DENPASAR

Hari/Tanggal UAS THE : Selasa/04 Juli 2023

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa :Ida Ayu Puan Maharani


NIM :045232333
Kode/Nama Mata Kuliah :HKUM4209/Ilmu Negara
Fakultas :Hukum, Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik
Program Studi :Ilmu Hukum
UPBJJ-UT :Denpasar

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Denpasar, 04 Juli 2023

Yang Membuat Pernyataan

Ida Ayu Puan Maharani


BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

1. a) Terjadinya negara secara sekunder


Hal yang dimaksud dengan terjadinya negara secara sekunder adalah teori yang membahas tentang terjadinya
negara yang dihubungkan dengan negara-negara byang telah ada sebelumnya, Namun, karena adanya
revolusi, intervensi, dan penaklukantimbul negara yang menggantikan negara yang telah ada tersebut.
Mengenai masalah pengakuan atau erkening ini ada 3 macam , salah satunya secara de facto.
Pengakuan de facto bersifat sementara karena merupakan pengakuan yang diberikan oleh negara-negara
lainberdasarkan fakta dan kenyataan yang ada pada saat itu.
Pengakuan de facto dapat terjadi Ketika suatu wilayah/entitas memperoleh kemerdekaan atau otonomi secara
factual, tetapi belum mendapatkan pengakuan hukum secara resmi.
Pengakuan de facto dapat berubah seiring dengan perubahan situasi politik dan kepentingan negara-negara
lain.
Jika suatu entitas yang telah mendapatkan pengakuan de facto berhasil mmenuhi syarat-syarat yang
ditetapkan untuk pengakuan de jure, maka pengakuan de facto tersebut dapat berubah menjadi pengakuan de
jure yang lebih menguikat secara hukum.

b)Peristiwa kemerdekaan RI pada tanggal 17 Agustus 1945yang diproklamasikan oleh Soekarno Hatta atas
nama bangsa Indonesia merupakan pengakuan pemerintah secara de facto.
Pada saat itu, Indonesia belum mendapatkan pengakuan de jure secara resmi dari negara-negara lain.
Meskipun demikian, peristiwa tersebut menjadi tonggak bersejarah yang menandai Upaya dan tekad bangsa
Indonesia untuk merdeka dan menjadi negara yang merdeka.
Pengakuan de facto ini kemudian diikuti oleh Upaya diplomasi dan perjuangan politik untuk mendapatkan
pengakuan de jure yang lebih mengikat secara hukum.

c)Dalam perspektif pendekatan factual, asal mula negara Indonesia termasuk ke dalam kategori negara yang
terbentuk melalui proses sejaarah yang Panjang dan kompleks.
Sebagai negara yang terbentuk dari bekas jajahan colonial Belanda, Indonesia mengalami perjuangan yang
melibatkan berbagai elemen masyarajat untuk meraih kemerdekaan.
Proses tersebut mencakup perlawanann terhadap penjajah, perumusan naskah proklamasi, pembentukan
pemerintah sementara, serta Upaya diplomasi untuk mendapatkan pengakuan Internasional.
Dalam konteks ini, negara Indonesia termasuk dalam kategori negara yang terbentuk melalui perjuangan dan
usaha nyata dari rakyatnya, serta diakui secara de facto oleh negara-negara lain sebelum akhirnya
mendapatkan pengakuan de jure yang secara resmi.

2. a) Negara hukum kemakmuran (welfare state) merupakan bentuk negara hukum yang ideal saat ini karena
memberikan perhatian dan jaminan terhadap kesejahteraan masyarakat.
Konsep welfare state menekankan tanggung jawab pemerintah untuk melindungi dan meningkatkan
kesejahteraan social, ekonomi, dan Kesehatan warganya.
Dalam negara hukum kemakmuran, pemerintah tidak hanya berfokus pada fungsi-fungsi tradisional negara,
tetapi juga bertanggung jawab dalam menciptakan kesetaraan social, mengurangi kesenjangan ekonimi, dan
memastikan akses masyyarakat terhadap pelayanan public yang baik.

b) Dalam negara hukum kemakmuran (welfare state), terdapat potensi penyalahgunaan wewenanng (freis
ermessen)dari pemerintah.
Kebebasan bertindak yang diberikan kepada pemerintah dapat menjadi alat bagi pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok , merugikan masyarakat secara
keseluruhan.
Penyalahgunaan wewenang tersebut dapat berupa korupsi, nepotismem atau pengambilan keputusan yang
tidak memperhatikan kepentingan masyarakat secara adil.

c) Keberadaaan peradilan administrasi memiliki peran penting dalam mencegah dan mennagani
penyalahgunaan wewennang dalam negara hukum.
Peradilan administrasi bertugas meninjau dan memeriksa Tindakan-tindakan pemerintah, termasuk
penggunaan kebebasan bertindak (freis ernesmen), untuk memastikan bahwa Tindakan tersevut sesuai
dengan hukum dan tidak merugikan hak-hak masyarakat.
Melalui sesitem peradilan administrasi yang independent,; penyalahgunaan wewenang pemerintah dapat
diungkap, dikoreksi, dan dihukum sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Keberadaan peradilan adminsitrasi memberikan control dan keseimbangan dalam pelaksanaan kebijakan
pemerintah serta melindungi hak-hak warga negara dari penyalahgunaan wewenanng yang mungkin terjadi.

3.a) Dalam sudut pandang dana kekuasaan federalisme, Amerika Serikat awalnya dianggap lebih sempurna
dibandingkan dengan Uni Soviet karena beberapa alasan berikut:
1. Pembagian Kekuasaan dan Dana:

Sistem federal di Amerika Serikat didasarkan pada prinsip pembagian kekuasaan antara pemerintah federal
dan pemerintah negara bagian.

Pemerintah federal memiliki kewenangan tertentu, sementara negara-negara bagian juga memiliki otonomi
dalam kebijakan dan pengelolaan dana mereka sendiri.

Pendapatan yang dikumpulkan oleh pemerintah federal melalui pajak disalurkan kembali ke negara-negara
bagian dalam bentuk subsidi dan alokasi dana berdasarkan kebutuhan dan kebijakan yang telah ditetapkan.

Di Uni Soviet, meskipun ada konsep federalisme, kekuasaan dan dana kekuasaan secara signifikan terpusat
pada pemerintah federal.

Meskipun negara-negara bagian di Uni Soviet secara formal memiliki otonomi, namun dalam praktiknya
mereka sangat tergantung pada kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah federal.
Dana kekuasaan diatur oleh UUD Uni Soviet, sehingga negara-negara bagian harus tunduk pada keputusan
dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah federal dalam penggunaan dana tersebut.

Ini mengurangi kemandirian finansial dan keputusan bagi negara-negara bagian dalam Uni Soviet.

2. Fleksibilitas Kebijakan dan Inisiatif Ekonomi:

Dalam federalisme Amerika Serikat, negara-negara bagian memiliki kebebasan untuk mengadopsi kebijakan
ekonomi dan sosial yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik mereka sendiri.

Mereka dapat mengatur pajak, mengatur peraturan bisnis, dan mengembangkan inisiatif ekonomi yang
mendukung pertumbuhan regional.

Hal ini menciptakan kompetisi sehat antara negara-negara bagian dan memungkinkan mereka untuk
mengatasi perbedaan geografis, ekonomi, dan demografi yang ada di wilayah mereka.

Di Uni Soviet, kebijakan ekonomi dikendalikan oleh pemerintah federal dengan sedikit ruang gerak bagi
negara-negara bagian.

Pusat pengambilan keputusan yang kuat di pemerintah federal menghambat inisiatif lokal dan membatasi
fleksibilitas dalam mengadopsi kebijakan ekonomi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing negara
bagian.

3. Perlindungan Hak Asasi Individu:

Sistem federal Amerika Serikat memberikan perlindungan hak asasi individu melalui Konstitusi dan hak-hak
yang tercantum di dalamnya, termasuk kebebasan berpendapat, kebebasan beragama, dan hak-hak sipil
lainnya.

Setiap warga negara Amerika memiliki hak-hak yang dilindungi oleh Konstitusi, dan keputusan hukum dapat
ditinjau oleh Mahkamah Agung sebagai penjaga kesetaraan dan keadilan.

Di Uni Soviet, meskipun terdapat pernyataan formal tentang hak-hak individu, namun dalam praktiknya hak-
hak tersebut sering kali terbatas dan diabaikan.

Partai Komunis memiliki kendali yang kuat atas pemerintahan dan tidak adanya mekanisme independen yang
efektif untuk melindungi hak-hak individu.

Ini menciptakan ketidakseimbangan kekuasaan yang signifikan antara pemerintah federal dan individu atau
kelompok di tingkat negara bagian.

Secara keseluruhan, dari sudut pandang dana kekuasaan federalisme, Amerika Serikat awalnya dianggap
lebih sempurna dibandingkan dengan Uni Soviet karena pembagian kekuasaan yang jelas, fleksibilitas
kebijakan dan inisiatif ekonomi negara bagian, serta perlindungan yang lebih baik terhadap hak asasi
individu.

b) Ada beberapa factor yang membuat Ukraina mendapat kedudukan yang istimewa di Uni Soviet, antara
lain:

1. Potensi Ekonomi

Ukraina memiliki potensi ekonomi yang besar dan sumber daya alam yang melimpah.

Negara ini memiliki sektor industri dan pertanian yang kuat, termasuk produksi bijih besi, batu bara, baja,
dan produk pertanian seperti gandum.
Kontribusi Ukraina terhadap ekonomi Uni Soviet menjadikan negara ini kaya dan strategis dalam sistem Uni
Soviet.

Selain potensi ekonomi, keberagaman etnis dan budaya Ukraina juga menjadi faktor penting.

Di Ukraina terdapat berbagai kelompok etnis seperti Ukraina, Rusia, Yahudi, Polandia, dan kelompok
minoritas lainnya.

Keberagaman ini memberikan Ukraina daya tarik sebagai negara dengan keragaman budaya yang kaya.

Dalam konteks politik Uni Soviet yang dipimpin oleh Partai Komunis, keberadaan Ukraina sebagai negara
bagian besar memberikan kekuatan politik yang lebih besar kepada Partai Komunis Ukraina.

2. Peran Sejarah dan Kedudukan Geografis

Hal ini juga menjadi alasan mengapa Ukraina mendapatkan kedudukan istimewa di Uni Soviet.

Ukraina adalah salah satu dari empat negara bagian pendiri Uni Soviet. Letak geografis Ukraina yang
strategis memainkan peran penting dalam pertahanan dan stabilitas Uni Soviet.

Ukraina berbatasan dengan beberapa negara bagian Uni Soviet dan juga negara-negara tetangga seperti
Polandia dan Rumania. 3. Pengaruh Politik Partai Komunis

Selain itu, pengaruh politik yang dimiliki oleh Partai Komunis Ukraina juga menjadi faktor penting.

Para pemimpin politik dan pejabat Ukraina memegang peran penting dalam struktur kekuasaan Uni Soviet,
termasuk anggota Politbiro Partai Komunis Uni Soviet.

Hal ini memberikan Ukraina akses yang lebih besar terhadap pembuatan keputusan politik dan pengaruh
dalam kebijakan Uni Soviet secara keseluruhan.

Selain faktor-faktor tersebut, terdapat beberapa alasan lain yang


menjadikan Ukraina mendapatkan kedudukan istimewa di Uni Soviet.

Ukraina memiliki sektor pertanian yang penting bagi Uni Soviet, terutama dalam produksi gandum, jagung,
dan produk pertanian lainnya.

Keberadaan Ukraina sebagai negara dengan sektor pertanian yang kuat memberikan kontribusi penting
terhadap ketersediaan pangan di Uni Soviet dan mendukung ekonomi negara bagian lainnya.

Ukraina juga merupakan pusat industri yang signifikan di Uni Soviet.

Negara bagian ini memiliki sektor industri yang maju, termasuk industri mesin, industri kimia, dan produksi
baja.

Produksi industri Ukraina memberikan kontribusi besar terhadap pembangunan industri Uni Soviet secara
keseluruhan.

Keberadaan pusat industri yang kuat membuat Ukraina menjadi negara bagian yang penting dalam upaya
industrialisasi dan modernisasi Uni Soviet.

Ukraina juga memiliki infrastruktur dan sistem transportasi yang maju di Uni Soviet.

Jaringan rel kereta api yang luas, pelabuhan laut strategis, serta saluran pipa gas dan minyak yang penting
menjadikan Ukraina sebagai negara bagian yang vital dalam distribusi barang dan sumber daya di Uni Soviet.
Infrastruktur yang baik ini memungkinkan Ukraina untuk berperan sebagai simpul utama dalam koneksi
transportasi dan perdagangan antara negara bagian lainnya.

Faktor demografi juga memainkan peran penting.

Ukraina memiliki populasi yang besar dan beragam, yang memberikan kontribusi penting terhadap tenaga
kerja dan keberagaman sosial di Uni Soviet.

Ukraina juga merupakan negara bagian dengan jumlah anggota Partai Komunis yang besar, sehingga
memberikan pengaruh politik yang kuat di dalam sistem politik Uni Soviet.

Secara keseluruhan, keberadaan Ukraina di antara negara bagian lainnya mendapatkan kedudukan
istimewa di Uni Soviet karena peran ekonomi yang penting dalam sektor pertanian dan industri, infrastruktur
dan transportasi yang maju, faktor demografi yang signifikan, serta pengaruh politik yang dimiliki.

Faktor-faktor ini menjadikan Ukraina sebagai negara bagian yang strategis dan memberikan kontribusi
penting bagi Uni Soviet dalam berbagai aspek ekonomi, politik, dan sosial

c) Negara konfederasi adalah negara yang didirikan atas dasar persatuan antara negara negara merdeka dan
berdaulat melalui perjanjian hukum sebagai kebijakan bersama. Bentuk negara konfederasi tidak diakui
sebagai negara berdaulat tersendiri karena setiap negara yang bergabung memang sudah diakui tersendiri
kedaulatannya secara internasional. Federasi dan konfederasi adalah konsep dan sistem politik yang berbeda
yang berfokus pada sistem administrasi antar negara. Federasi biasanya di antara sub-wilayah dalam suatu
negara sedangkan konfederasi adalah beberapa negara bagian.

Keanggotaan negara anggota dalam federasi tidak bersifat sukarela sementara keanggotaan dalam
konfederasi bersifat sukarela. Oleh karena itu, para anggota konfederasi dapat menarik keanggotaan mereka
kapan saja, tidak seperti di federasi.

Perbedaan utama antara Federasi dan Konfederasi adalah bahwa kedaulatan para anggota dalam federasi
tidak ada lagi dengan pembentukannya sementara para anggota dalam konfederasi mempertahankan
kekuasaan berdaulat mereka bahkan setelah pembentukan konfederasi.

Oleh karena itu, Uni Soviet tidak dapat dikatakan sebaga konfederasi , tetapi sebagai federasi karena sifatnya
memkasa bukan sukarela.

4.a)Dalamsistem pemerintahan presidensial, hubungan antara eksekutif dan legislatif sangat penting dalam
menjaga keseimbangan kekuasaan dan menjalankan prinsip checks and balances.

Checks and balances adalah mekanisme yang dirancang untuk mencegah konsentrasi kekuasaan yang
berlebihan pada satu cabang pemerintahan, sehingga mencegah penyalahgunaan kekuasaan dan melindungi
hak-hak individu.

Dalam konteks ini, idealnya hubungan eksekutif dan legislatif dalam sistem pemerintahan presidensial adalah
sebagai berikut:
1. Kemandirian Legislatif:

Legislatif harus memiliki otonomi dan independensi dalam menjalankan fungsinya sebagai badan pembuat
undang-undang.

Legislatif harus memiliki kebebasan untuk menyusun, mengesahkan, dan mengawasi pelaksanaan undang-
undang tanpa adanya tekanan atau campur tangan dari eksekutif.

2. Fungsi Pengawasan:

Legislatif memiliki peran penting dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap eksekutif.

Ini meliputi pemeriksaan terhadap kebijakan dan program eksekutif, pengawasan terhadap penggunaan
anggaran, penyelidikan terhadap dugaan pelanggaran hukum atau penyalahgunaan kekuasaan, serta
pemanggilan pejabat eksekutif untuk memberikan pertanggungjawaban.

3. Persetujuan dan Konfirmasi:

Eksekutif membutuhkan persetujuan dan konfirmasi dari legislatif dalam hal-hal penting, seperti
pengangkatan pejabat pemerintah, pengesahan perjanjian internasional, dan penetapan anggaran negara.

Dengan persetujuan legislatif, eksekutif tidak dapat mengambil keputusan yang melampaui kewenangannya.

4. Dialog dan Kerjasama:

Hubungan yang harmonis antara eksekutif dan legislatif juga penting untuk mencapai
tujuan pemerintahan yang efektif.

Dialog, diskusi, dan kerjasama antara kedua cabang pemerintahan dapat memperkuat proses pengambilan
keputusan, mempercepat implementasi kebijakan, dan meningkatkan pelayanan publik.

Dengan adanya hubungan yang saling mengawasi dan mengimbangi antara eksekutif dan legislatif, checks
and balances dapat tercapai.

Eksekutif diawasi oleh legislatif untuk memastikan kepatuhan terhadap hukum dan perlindungan hak-hak
warga negara, sedangkan legislatif juga harus bertanggung jawab dalam menjalankan fungsi pengawasannya
dengan transparansi dan keadilan.

Dengan demikian, sistem pemerintahan presidensial dapat berjalan dengan baik dan mencegah terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan yang merugikan masyarakat.

Selain itu, idealnya hubungan antara eksekutif dan legislatif dalam sistem pemerintahan presidensial juga
harus didasarkan pada prinsip saling menghormati dan saling mengakui kekuasaan masing-masing lembaga.

Kedua cabang pemerintahan tersebut harus memiliki pemahaman yang kuat terhadap pembagian kekuasaan
yang diatur dalam konstitusi.

Selain memastikan kemandirian dan fungsi pengawasan, hubungan eksekutif dan legislatif dalam
sistem pemerintahan presidensial juga dapat ditingkatkan melalui mekanisme berikut:

1. Dialog Terbuka:

Kedua lembaga harus memfasilitasi dialog terbuka dan saling berkomunikasi secara efektif.

Pertemuan rutin antara kepala eksekutif dan pemimpin legislatif dapat membantu menciptakan pemahaman
bersama, mendiskusikan kebijakan publik, dan menyelesaikan perbedaan pendapat.
2. Komisi dan Komite Bersama:

Pembentukan komisi atau komite bersama antara eksekutif dan legislatif dapat
memperkuat hubungan kerjasama dalam merumuskan kebijakan dan menyusun undang-undang.

Komisi ini dapat memiliki peran khusus dalam mempelajari isu-isu yang kompleks, memberikan saran, dan
mempromosikan pemahaman yang lebih baik antara kedua lembaga.

3. Kebebasan Pers:

Kebebasan pers yang kuat juga mendukung fungsi pengawasan legislatif terhadap eksekutif.

Media yang independen dapat membantu mengungkapkan informasi penting, memeriksa tindakan
pemerintah, dan membangun kesadaran publik terhadap isu-isu penting.

4. Pemilihan dan Akuntabilitas:

Pemilihan yang adil dan transparan untuk kedua cabang pemerintahan juga penting dalam menjaga
keseimbangan kekuasaan.

Akuntabilitas harus menjadi prinsip yang mendasari tindakan eksekutif dan legislatif agar dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat.

Dalam sistem pemerintahan presidensial yang ideal, hubungan eksekutif dan legislatif harus didasarkan pada
prinsip checks and balances yang kuat. Kedua lembaga tersebut harus saling mengawasi dan saling
mengimbangi agar tidak terjadi penyalahgunaan kekuasaan.

Melalui dialog terbuka, komunikasi yang efektif, dan mekanisme


kerjasama, hubungan antara eksekutif dan legislatif dapat terjalin dengan baik untuk mencapai
tujuan pemerintahan yang lebih baik dan mewujudkan kepentingan masyarakat secara efektif.

b) Terdapat perbedaan mendasar antara sistem pemerintahan presidensial dan parlementer ini, adapaun
diantaranya seperti diuraikan di bawah ini:

1. Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan


Perbedaan pertama yaitu perbedaan sistem Pemerintahan Presidensial dengan Parlementer untuk sistem
pemerintahan presidensial dan sistem pemerintahan parlementer adalah pada kepala negara dan kepala
pemerintahannya.

 Sistem pemerintahan presidensial baik kepala negara maupun kepala pemerintahannya dijabat oleh
seorang presiden sehingga tidak ada pemisahan diantara keduanya. Dengan demikian presiden
berwenang dalam mengatur jalannya pemerintahan sekaligus berfungsi secara simbolis.
 Sistem pemerintahan parlementer memiliki presiden / sultan / raja sebagai kepala negara yang
fungsinya hanya secara simbolis sehingga berperan secara seremonial dalam melantik, mengesahkan,
maupun mengukuhkan UU (Undang-Undang) dan kabinet. Untuk membantu menjalankan
pemerintahannya, presiden dibantu oleh perdana menteri yang berperan sebagai kepala pemerintahan.
Dengan kata lain, terdapat pemisahan yang tegas antara kepala negara dan kepala pemerintahan.

2. Pemilihan Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan


Pemilihan kepala negara dan kepala pemerintahan pada sistem pemerintahan yang berbeda melalui
mekanisme yang berbeda pula, perbedaannya adalah:

 Pada sistem pemerintahan presidensial kepala negara yang sekaligus menjabat sebagai kepala
pemerintahan dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilu dimana pelaksanaan pemilu ini
diselenggarakan menjelang habisnya masa jabatan presiden dan wakil presiden periode sebelumnya.
 Pada sistem pemerintahan parlementer, perdana menteri dipilih oleh parlemen melalui penunjukan
secara langsung untuk menjalankan fungsi eksekutif. Dalam sistem pemerintahan ini, pemilu oleh
rakyat dilakukan hanya untuk memilih anggota parlemen.

3. Lembaga Supremasi Tertinggi


Terdapat perbedaan besar terkait lembaga tertinggi negara untuk sistem pemerintahan tertentu, perbedaan
keduanya adalah:

 Pada sistem pemerintahan presidensial tidak ada istilah lembaga supremasi tertinggi atau lembaga
tertinggi negara, yang ada adalah supremasi konstitusi dimana kedaulatan rakyatlah yang dijunjung
tinggi. Meskipun demikian, antar lembaga negara masih dapat saling mengawasi guna
menghindari penyebab terjadinya tindakan penyalahgunaan wewenang dan menghindari dampak
korupsi bagi negara.
 Pada sistem pemerintahan parlementer, masih terdapat lembaga supremasi tertinggi yaitu parlemen
dimana parlemen memiliki kekuasaan besar dalam negara baik sebagai badan perwakilan maupun
badan legislatif.

4. Kekuasaan Eksekutif dan Legislatif


Pada sistem pemerintahan yang berbeda menunjukkan kekuasaan eksekutif dan legislatif yang berbeda pula,
yakni:

 Sistem pemerintahan presidensial mengijinkan kekuasaan eksekutif dan legislatif berjalan sejajar
artinya kekuasaan keduanya sama-sama kuat sehingga tidak dapat saling menjatuhkan.
 Sistem pemerintahan parlementer tidak mengijinkan kesetaraan kedudukan antara eksekutif dan
legislatif seperti dalam sistem pemerintahan presidensial. Dalam sistem tersebut, kabinet dalam hal ini
perdana menteri beserta menteri dapat dijatuhkan oleh parlemen melalui mosi tidak percaya. Namun,
jika perselisihan antara kabinet dan parlemen menunjukkan kabinetlah yang berada pada pihak yang
benar, maka kepala negara berhak membubarkan parlemen.

5. Pembagian Kekuasaan Eksekutif dan Legislatif


Eksekutif dan legislatif merupakan dua lembaga yang ada dalam sebuah negara, keduanya memiliki perannya
masing-masing yang mana berbeda sistem pemerintahan dalam perbedaan sistem Pemerintahan Presidensial
dengan Parlementer maka berbeda pula peran lembaga tersebut. Perbedaan keduanya seperti diuraikan di
bawah ini:

 Terdapat pembagian kekuasaan yang jelas antara eksekutif dan legislatif dalam sistem pemerintahan
presidensial baik secara kelembagaan maupun secara kepersonalan anggota. Hal ini dikarenakan
ditetapkannya aturan perundang-undangan tentang larangan merangkap jabatan eksekutif dan
legislatif.
 Pembagian kekuasaan antara eksekutif dan legislatif dalam sistem pemerintahan parlementer tidak
begitu jelas karena eksekutif dipilih dari anggota legislatif atau bisa dikatakan kabinet dipilih dari
anggota parlemen.
6. Tanggung Jawab Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan
Oleh karena pemilihan kepala negara dan kepala pemerintahan pada sistem pemerintahan presidensial dan
parlementer dilakukan dengan cara yang berbeda maka sistem pertanggungjawabannya pun juga berbeda,
yakni:

 Pada sistem pemerintahan presidensial, kepala negara dan kepala pemerintahan yakni presiden dipilih
secara langsung oleh rakyat sehingga ia bertanggung jawab terhadap kedaulatan rakyat. Selain itu,
seluruh tindakannya harus dipertanggungjawabkan terhadap konstitusi negara. Sistem seperti ini dapat
membuat pertangungjawaban presiden kurang jelas. Untuk mengontrol tindakan pemerintah
diperlukan pengawasan dari berbagai pihak untuk selalu kritis dan tanggap.
 Pemilihan kepala pemerintahan pada sistem pemerintahan parlementer oleh parlemen, membuat
sistem pertanggungjawaban kabinet yakni perdana menteri dan para menteri dilakukan secara
langsung kepada parlemen. Kabinet berada di bawah pengawasan parlemen secara langsung maka
pertanggungjawabannya menjadi jelas karena dapat dilakukan pengawasan secara intens.

7. Masa Jabatan Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan


Masa jabatan kepala negara dan kepala pemerintahan pada sistem pemerintahan dan parlementer berbeda,
adapun perbedaan keduanya adalah:

 Masa jabatan kepala negara dan kepala pemerintahan pada negara dengan sistem pemerintahan
presidensial jelas karena sudah diatur di dalam UU misalnya setiap 5 (lima) tahun atau 6 (enam) tahun
sekali. Untuk di Indonesia sendiri dilaksanakan setiap lima tahun sekali yang mana presiden terpilih
hanya dapat menduduki jabatannya maksimal 2 (dua) kali periode pemilihan berturut-turut.
 Presiden pada sistem pemerintahan parlementer dipilih secara langsung oleh parlemen atau suatu
badan pemilihan umum. Adapun masa jabatan perdana menteri pada sistem pemerintahan parlementer
tidaklah menentu karena semua tergantung dari parlemen. Dengan demikian, bisa saja dalam 1 (satu)
tahun dilakukan penggantian perdana menteri secara berulang-ulang.

8. Pembentukan Kabinet
Pembentukan kabinet beserta mekanisme tanggung jawabnya berbeda antara sistem pemerintahan
presidensial dan sistem pemerintahan parlementer, adapun yang membedakannya adalah:

 Pada sistem pemerintahan presidensial, kabinet dipilih dan dilantik sendiri oleh presiden. Mekanisme
pemilihannya pun merupakan hak prerogatif yang dimiliki presiden karena tidak adanya UU yang
mengaturnya secara khusus. Karena kabinet yang terdiri para menteri dibentuk sendiri oleh presiden
maka sistem pertanggungjawabannya langsung kepada presiden bukan kepada parlemen.
 Pada sistem pemerintahan parlementer, kabinet dibentuk oleh parlemen yang mana setiap anggota
kabinet merupakan anggota terpilih dari parlemen sehingga bertanggung jawab langsung kepada
parlemen. Kabinet ini berada dalam lingkup tanggung jawab perdana menteri dan bukanlah presiden
seperti pada sistem pemerinatahan presidensial.

9. Peran Partai Politik


Peran partai politik sangat berpengaruh terhadap berjalannya sistem pemerintahan, terdapat ciri khas tertentu
dari sistem pemerintahan presidensial maupun parlementer yang mana perbedaan keduanya adalah sebagai
berikut:

 Dalam sistem pemerintahan presidensial partai politik berperan menjadi fasilitator yang mengusung
calon presiden dan wakil presiden. Partai politik tidak memiliki wewenang dalam memasukkan
ideologi politik kepada calon yang diusung. Presiden dan wakil presiden hanya bertanggung jawab
secara personal kepada partai politik tersebut.
 Dalam sistem pemerintahan parlementer, partai politik dapat memasukkan ideologi politik sehingga
mempengaruhi kepemimpinan presiden dan wakil presiden terpilih. Anggotanya juga terdiri dari
orang partai politik yang menang dalam pemilu.
10. Legitimasi
Proses pemilihan kepala negara dan kepala pemerintahan yang berbeda pada sistem pemerintahan yang
berbeda membuat legitimasi yang berbeda pula, yakni:

 Presiden dipilih secara langsung oleh rakyat dalam sistem pemerintahan presidensial sehingga
legitimasinya didapatkan dari rakyat. Hal ini dapat memperkuat posisi presiden yang mana telah
mendapatkan suara dari sebagian besar warga negaranya.
 Pada sistem pemerintahan parlementer, legitimasi didapatkan dari parlemen sehingga posisi perdana
menteri dalam memerintah negara dinilai kurang kuat karena tidak mendapat dukungan dari rakyat
secara langsung.

11. Penyesuaian Pelaksanaan Program Kerja


Pemerintah selalu membuat berbagai program kerja demi tercapainya tujuan pembangunan nasional. Ketika
terdapat pergantian jabatan maka program kerja yang dilaksanakan pun juga berbeda. Masa jabatan yang
berbeda dalam sistem pemerintahan presidensial dan parlementer membuat perbedaan besar dalam
penyesuaian pelaksanakan program kerja, yakni:
 Pada sistem pemerintahan presidensial, masa jabatan presiden sebagai kepala pemerintahan sudah
diatu di dalam UU sehingga dalam membuat program kerjanya pemerintah telah memikirkan dengan
baik alokasi waktu pelaksanaan program kerja yang disusunnya. Dengan kata lain dalam sistem
pemerintahan presidensial proses penyesuaian program kerja dari periode lama ke periode yang baru
lebih mudah.
 Pada sistem pemerintahan parlementer, masa jabatan pemerintah sangat bergantung pada parlemen
sehingga tidak dapat dipastikan kapan kabinet akan turun dari jabatannya. Dengan demikian
melesetnya alokasi waktu pelaksanaan program kerja akan sering terjadi dan proses penyesuaian
program kerja dari kabinet yang lama kepada kabinet yang baru lebih sulit.

12. Kestabilan Posisi Eksekutif


Selain beberapa hal di atas, kestabilan posisi lembaga eksekutif juga sangat berbeda antara sistem
pemerintahan presiden sial dan parlementer yaitu:

 Pada sistem pemerintahan presidensial, masa jabatan yang jelas dalam UU dan kekuasaan eksekutif
yang sejajar dengan legislatif membuat posisi eksekutif dalam sistem pemerintahan ini lebih stabil.
 Pada sistem pemerintahan parlementer kekuasaan eksekutif cenderung tidak stabil karena sangat
tergantung oleh parlemen.

13. Pemilihan Umum


Pemilihan umum dilakukan oleh suatu negara untuk memilih pemimpinnya yang mana terdapat perbedaan
mengenai orang-orang yang dipilih dalam pemilu tersebut jika dilihat dari sistem pemerintahan yang dianut
oleh negara, yakni:

 Pada sistem pemerintahan presidensial pemilu diadakan untuk memilih presiden beserta wakil
presiden dan anggota legislatif baik untuk kabupaten/kota, propinsi, maupun pusat. Mengikuti pemilu
dengan baik merupakan contoh sikap nasionalisme dan patriotisme.
 Pada sistem pemerintahan parlementer pemilu diakan semata-mata hanya untuk memilih anggota
parlemen dan bukannya memilih presiden beserta wakil presiden karena keduanya dipilih dari
anggota parlemen.

c) Sistem presidensial di Indonesia mengacu pada model pemerintahan di mana kekuasaan eksekutif dan
legislatif dipisahkan, dan Presiden sebagai kepala eksekutif dipilih secara langsung oleh rakyat.

Dalam konteks ini, hubungan antara kepala pemerintahan (eksekutif) dengan legislatif serta
pertanggungjawaban eksekutif kepada legislatif adalah aspek penting yang harus diperhatikan.

Berikut adalah beberapa hal yang berkaitan dengan aspek tersebut:

Hubungan Kepala Pemerintahan (Eksekutif) dengan Legislatif:

Pemisahan Kekuasaan: Sistem presidensial memisahkan kekuasaan eksekutif dan


legislatif. Kepala pemerintahan (Presiden) memimpin cabang eksekutif, sedangkan legislatif (DPR dan DPD)
merupakan cabang yang berwenang membuat undang-undang. Hubungan Kekuasaan:

Meskipun kekuasaan eksekutif dan legislatif dipisahkan, keduanya tetap memiliki hubungan yang erat.

Presiden harus bekerja sama dengan parlemen untuk mengesahkan kebijakan dan undang-undang yang
diusulkan oleh pemerintah.

Sistem Bicameral: Di Indonesia, sistem legislatif terdiri dari dua kamar, yaitu Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Kedua kamar tersebut memiliki peran dan fungsi yang berbeda
dalam proses legislasi.

Pertanggungjawaban Eksekutif kepada Legislatif:

Rencana Kerja Pemerintah:

Setiap tahun, Presiden harus menyampaikan pidato kebijakan umum pemerintah dan Rencana Kerja
Pemerintah (RKP) kepada DPR. Hal ini bertujuan untuk menjelaskan program kerja dan kebijakan yang akan
dilakukan oleh pemerintah.

Sidang Paripurna: Presiden dapat diminta untuk hadir dalam sidang paripurna DPR untuk memberikan
penjelasan atau pertanggungjawaban terkait kebijakan pemerintah.

Interpelasi:

DPR memiliki hak untuk mengajukan pertanyaan dan interpelasi kepada Presiden atau menteri terkait
kebijakan atau tindakan pemerintah.

Ini memungkinkan DPR untuk mengawasi kinerja pemerintah dan meminta pertanggungjawaban eksekutif.

Hak Angket:
DPR juga memiliki wewenang untuk membentuk panitia khusus untuk menyelidiki masalah tertentu
yang berkaitan dengan pemerintah. Panitia tersebut dapat meminta pertanggungjawaban dari Presiden atau
menteri dan mengajukan rekomendasi kepada DPR.

Dalam sistem presidensial Indonesia, hubungan antara kepala pemerintahan

(Presiden) dengan legislatif sangat penting untuk menjalankan pemerintahan yang efektif dan demokratis.

Pertanggungjawaban eksekutif kepada legislatif merupakan salah satu mekanisme pengawasan yang
diperlukan untuk memastikan akuntabilitas pemerintah dan kebijakan yang diambil.
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Anda mungkin juga menyukai