Anda di halaman 1dari 18

PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KECAMATAN PESANGGRAHAN

DINAS KESEHATAN PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

KEPUTUSAN KEPALA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT


KECAMATAN PESANGGRAHAN

NOMOR 1269 TAHUN 2023

TENTANG

PELAKSANAAN MANAJEMEN RISIKO


PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KECAMATAN PESANGGRAHAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KECAMATAN PESANGGRAHAN,


Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan kualitas pelayanan
diperlukan penerapan manajemen risiko dalam
pelaksanaan program dan pelayanan di lingkungan
Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan
Pesanggrahan;

b. bahwa dalam pelaksanaan program manajemen


risiko dalam pelaksanaan program dan pelayanan
di Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan
Pesanggrahan, perlu dibuat surat penetapan
penerapan manajemen risiko oleh kepala Pusat
Kesehatan Masyarakat Kecamatan Pesanggrahan;

c. bahwa sehubungan dengan pernyataan pada butir


a dan b tersebut diatas, perlu menetapkan
Keputusan Kepala Pusat kesehatan masyarakat
Kecamatan Pesanggrahan tentang Pelaksanaan
Manajemen Risiko di Pusat Kesehatan Masyarakat
Kecamatan Pesanggrahan;

Mengingat : 1. Undang – Undang Nomor 17 tahun 2023 tentang


Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan pasien;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun
2017, Tentang Program Pencegahan Infeksi;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 52 Tahun 2018 tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat kesehatan
masyarakat;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 25 tahun 2019 tentang Penerapan
Manajemen Risiko Terintegrasi di Linngkungan
Kementrian Kesehatan

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSAT KESEHATAN


MASYARAKAT KECAMATAN PESANGGRAHAN
TENTANG PELAKSANAAN MANAJEMEN RISIKO
PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT KECAMATAN
PESANGGRAHAN.
KESATU : Menetapkan area prioritas dalam pelaksanaan
manajemen risiko di Pusat Kesehatan Masyarakat
Kecamatan Pesanggrahan

KEDUA : Melakukan pelaksanaan Identifikasi risiko, dan


register risiko serta profil risiko di Pusat Kesehatan
Masyarakat Kecamatan Pesanggrahan
Melakukan analisis RCA dan FMEA serta pemantauan
KETIGA : manajmenen risikodi Pusat Kesehatan Masyarakat
Kecamatan Pesanggrahan
KEEMPAT :
Menetapkan pelaksanaan manajemen risiko di Pusat
Kesehatan Masyarakat Kecamatan Pesanggrahan
sebagaiamana tercantum dalam lampiran surat
KELIMA : keputusan ini
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 6 Maret 2023

KEPALA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT


KECAMATAN PESANGGRAHAN

ETRINA ERIAWATI
Lampiran : Surat Keputusan Kepala Pusat
Kesehatan Masyarakat Kecamatan
Pesanggrahan tentang Program
Manajemen Risiko

Nomor : 1269 Tahun 2023

BAB I

DEFINISI

Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan


mengimplementasikan strategi, untuk meminimalkan kerugian akibat
kecelakaan pada manusia, sarana prasarana fasilitas dan keuangan
Puskesmas melalui identifikasi dan penilaian potensi kehilangan aset
Puskesmas, dan melakukan seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer,
mekanisme pengendalian dan pencegahan.

Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan


menerapkan secara langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak
diharapkan.

Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai


dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau
meminimalkan dampaknya. Pendekatan Manajemen Risiko difokuskan pada
kejadian yang telah terjadi (reaktif) dan potensial terjadi (proaktif) dengan
menerapkan manajemen risiko terintegrasi yang memprioritaskan keselamatan
pasien, melalui revisi pengembangan proses, fungsi dan layanan.

Adanya Panduan ini sebagai acuan dalam pelaksanaan manajemen risiko


di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan
BAB II

RUANG LINGKUP

Dalam melaksanakan seluruh kegiatan manajemen risiko di Puskesmas


Kecamatan Pesanggrahan, mengacu pada Visi, Misi, Tata Nilai dan Budaya
Kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.

Adapun Visi dari Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan adalah


Puskesmas Prima Kebanggaan Warga Jakarta” dan misi Puskesmas
Kecamatan Pesanggrahan antara lain:
1. Meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan dinamis
2. Meningkatkan pelayanan yang berkualitas untuk kepuasan
pelanggan
3. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai standar mutu berbasis
teknologi
4. Menciptakan lingkungan kerja yang harmonis dan kekeluargaan
5. Menjalin kemitraan dengan lintas sektoral
serta tata nilai Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan “IMPRESI” yaitu :
● Integritas
Konsisten dalam bertindak dan memiliki karakter kuat serta jujur
● Empati
Dapat memahami perasaan atau pikiran orang lain
● Profesional
Menjalankan profesi sesuai dengan keahliannya
● Sinergi
Proses yang menghasilkan suatu keseimbangan yang harmonis
sehingga bisa menghasilkan sesuatu yang optimal
● Inovatif
Mampu mendyagunakan kemampuan untuk menghasilkan karya
baru

RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO

Ruang lingkup manajemen risiko meliputi Kepemimpinan dan Manajemen


Puskesmas, Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat, Pelayanan Upaya
Kesehatan Perorangan dan Penunjang
BAB III

TATA LAKSANA

Pelaksanaan Manajemen Risiko di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan


mengacu pada Kebijakan yang dibuat berdasarkan keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2019 tentang Penerapan Manajemen Risiko
Terintegrasi di Lingkungan Kemetrian Kesehatan dan Peraturan Gubernur
Nomor 22 Tahun 2020 tentang Penerapan Manajemen Risiko di Pemerintah
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

3.1 ELEMEN KUNCI DESAIN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO


1. TUJUAN
Tujuan disain program Manajemen Risiko adalah:
a. Untuk mengurangi mortality dan morbidity, dengan memperbaiki
pelayanan kepada pasien, melalui identifikasi dan analisa, untuk
mengurangi risiko yang dapat mencegah pasien dari cedera atau
kecacatan terkait keselamatan pasien.
b. Untuk meningkatkan pelayanan pasien dengan mencegah
penyimpangan hasil, melalui pendekatan sistematis, terkoordinasi
dan berkesinambungan untuk meningkatkan keselamatan pasien.
c. Untuk melindungi orang dan aset serta keuangan Puskesmas akibat
kehilangan karena terjadinya insiden, akibat manajemen yang tidak
efektif, dengan meningkatkan perbaikan berkesinambungan pada
proses pelayanan pasien melalui lingkungan yang diciptakan
dengan aman.

2. KEWENANGAN
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta selaku pemilik puskesmas
memiliki tanggung-jawab utama menjamin penyediaan lingkungan yang
aman untuk memberikan pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan
Provinsi DKI Jakarta mendelegasikan kewenangan kepada Kepala
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan untuk membentuk organisasi
Manajemen Risiko yang komprehensif dan berperan secara luas.
Satuan tugas Manajemen Risiko bertanggung jawab mengkoordinasikan
kegiatan Manajemen Risiko dengan Kepala Puskesmas, semua anggota
staf medis, semua pegawai dan dengan pihak luar Puskesmas.

3. KOORDINASI
Karena fungsi Manajemen Risiko sangat luas dan kegiatan Puskesmas
yang sangat beragam, maka untuk keberhasilan program Manajemen
Risiko, Puskesmas harus menetapkan mekanisme koordinasi baik
secara formal maupun informal antara Manajemen Risiko professional
dengan semua unit layanan struktural dan fungsional Puskesmas serta
fungsi lain di dalam dan di luar Puskesmas. Manajemen Risiko
profesional perlu menetapkan mekanisme komunikasi dengan orang-
orang kunci dalam organisasi. Kepala dan para pimpinan unit layanan
di Puskesmas berfungsi sebagai pembuat keputusan untuk berbagai
kegiatan penting dalam program Manajemen Risiko. Pimpinan Unit
Kesehatan Perorangan (UKP) berfungsi sebagai penghubung antara
program Manajemen Risiko dan staf medis, membantu Manajemen
Risiko dalam koordinasi kepada para dokter, untuk memastikan bahwa
organisasi melakukan clinical appointment staf medis, kredensial,
cilinical privilege dan prosedur disiplin telah dilakukan sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Bagian Keuangan bertanggung-jawab dalam
pembiayaan dan memberikan informasi yang berharga untuk program
Manajemen Risiko, mengawasi operasi keuangan sesuai dengan dana
yang ada dan mengawasi kinerja analisis keuangan Puskesmas. Bagian
Umum dan Kepegawaian bertanggung jawab untuk mengembangkan
efektifitas uraian tugas dan proses penilaian kinerja, pemeriksaan latar
belakang pegawai dan uji kompetensi, verifikasi izin dan sertifikasi,
pemberian cuti pegawai dan pemeriksaan kesehatan pegawai secara
berkala yang semuanya penting untuk mencegah serta melindungi staf
medis yang melakukan tindakan/ pelayanan. Ketua K3 Puskesmas
memiliki tanggung jawab utama membantu Manajemen Risiko dalam
melakukan fire safety, manajemen bahan berbahaya, kesiapsiagaan
darurat dan keselamatan staf. Ketua Tim Peningkatan Mutu dan
Keselamatan Pasien memiliki tanggung jawab utama membantu
Manajemen Risiko dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
Puskesmas dan keselamatan pasien.
4. TANGGUNG JAWAB
Satuan tugas Manajemen Risiko adalah bagian dari struktur
manajemen puncak dibawah Kepala. Tugasnya adalah mencegah
kerugian (loss prevention) misalnya dengan inspeksi keamanan,
pendidikan karyawan, analisa statistik tentang sumber potensial klaim
dan mengendalikan kerugian (loss control), dengan cara
mengidentifikasi, investigasi, mengevaluasi, memonitor, mengukur,
menangani klaim dan mengatasi risiko yang terkait dengan sumber
daya manusia, sistem prosedur, pengawasan internal maupun
gabungannya.
Tugas satuan tugas Manajemen Risiko sebagai berikut:
a. Mencegah dan mengurangi kerugian.
b. Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti laporan
insiden, rujukan staf, tinjauan rekam medik, tinjauan keluhan
pasien.
c. Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan iunit
layanan terkait seperti: manajemen mutu, kepelayanan, staf medis
dan kontrol infeksi.
d. Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif, tren dan pola
Manajemen Risiko.
e. Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi
risiko seperti informed consent, kerahasiaan dan penanganan
kejadian sentinel.
f. Manajemen Risiko harus menyiapkan laporan tahunan untuk
menentukan kegiatan selanjutnya, melaporkan kemajuan untuk
menetapkan tujuan Puskesmas.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan:
a. Mengidentifikasi semua risiko dan bahaya untuk mencegah dan
memperbaiki kondisi berbahaya yang dapat menimbulkan risiko yang
tidak perlu untuk pegawai, pasien dan lain- lain.
b. Review kinerja semua pegawai yang melaksanakan pelayanan pasien
untuk mengidentifikasi dan memperbaiki praktek-praktek yang dapat
menimbulkan risiko yang tidak perlu untuk pegawai, pasien dan lain-
lain.
c. Meninjau kebijakan dan prosedur untuk direvisi agar dihasilkan
pelayanan yang sesuai, dan dilakukan monitoring agar tidak terjadi
hal-hal yang merugikan.
d. Investigasi kejadian tidak diharapkan untuk menilai dan
menentukan bagaimana agar kejadian serupa dapat dihindari untuk
mengontrol kerugian.
e. Menangani keluhan, menyelesaikan sengketa dan meningkatkan
mutu pelayanan pasien dan layanan yang terkait.

3.2 RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO

Program Manajemen Risiko dirancang untuk mengidentifikasi, menilai,


mencegah dan mengontrol kerugian yang timbul akibat cedera pada
pegawai, properti, kepatuhan terhadap peraturan dan kerugian lain yang
timbul dalam proses kegiatan. Program manajemen risiko mencakup
pencegahan kehilangan, kontrol dan kegiatan peningkatan mutu
berkesinambungan. Upaya tim untuk melaksanakan program Manajemen
Risiko mencakup dokter, administrator, manajemen, pengawas dan
karyawan front line untuk mengidentifikasi, meninjau, mengevaluasi dan
pengendalian risiko yang mengganggu mutu pelayanan pasien,
keselamatan. Layanan diberikan untuk melakukan tindakan korektif dan
pencegahan tepat yang diperlukan.

Cakupan/ ruang lingkup Manajemen Risiko:

1. Risiko terkait pelayanan pasien:


a. Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien.
b. Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan.
c. Kerahasiaan dan pemberian informasi yang sesuai.
d. Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan.
e. Pasien diberitahu tentang risiko.
f. Pengobatan yang nondiskriminatif.
g. Perlindungan barang berharga pasien dari kerugian atau
kerusakan.
2. Risiko terkait staf medis.
a. Apakah telah dilakukan kredensial terhadap staf medis?
b. Apakah tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur
baku?
c. Apakah pasien dikelola dengan benar?
d. Apakah staf yang kita miliki telah cukup dilatih?
3. Risiko terkait pegawai.
a. Menjaga lingkungan yang aman.
b. Kebijakan kesehatan pegawai.
4. Risiko terkait properti.
a. Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dll.
b. Catatan rekam medik pasien non-elektronik, dan catatan keuangan,
dilindungi dari kerusakan atau perusakan.
c. Ikatan kerja sama dan asuransi untuk melindungi fasilitas dari
kerugian.
5. Risiko lain-lain:
a. Manajemen bahan berbahaya lainnya: kimia, radioaktif, bahan
biologis menular.
b. Manajemen limbah.

3.3 PROSES MANAJEMEN RISIKO

Manajemen Risiko adalah proses yang berkesinambungan dan


berkelanjutan. Risiko mungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung
dan organisasi yang terus-menerus berubah dan harus diidentifikasi.
Program Manajemen Risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:

1. Tetapkan konteks
Pada tahapan ini, Identifikasi dan pahami kegiatan operasional di
lingkungan Puskesmas dan strategi program Manajemen Risiko
layanan kesehatan yang efektif. Tetapkan parameter organisasi dan
lingkungan di mana proses Manajemen Risiko harus ditempatkan,
tujuan dari aktivitas risiko dan konsekuensi potensial yang dapat
timbul dari pengaruh internal dan eksternal. Tujuan, sasaran, strategi,
ruang lingkup, dan parameter kegiatan atau bagian dari organisasi
Puskesmas dimana proses Manajemen Risiko sedang diterapkan,
harus ditetapkan. Proses harus dipertimbangkan dengan seksama
sesuai kebutuhan untuk menyeimbangkan biaya, manfaat dan
peluang. Perlu ditentukan pula kebutuhan sumber daya dan catatan
yang harus di dokumentasikan dan dipelihara. Ketika menentukan
ruang lingkup program Manajemen Risiko secara mendalam, harus
dipertimbangkan apakah proses Manajemen Risiko mencakup
pelayanan yang banyak masalah, atau terbatas pada area praktik
klinis spesifik, unit pelayanan, fungsi, atau area proyek.
2. Identifikasi risiko
Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan
ancaman sistem kesehatan, organisasi Puskesmas, unit pelayanan
Puskesmas/ pasien. Identifikasi risiko komprehensif sangat penting
dan harus dikelola menggunakan proses sistematis yang terstruktur
dengan baik, karena potensi risiko yang tidak diidentifikasi pada tahap
ini akan dikecualikan dari analisis dan pelayanan lebih lanjut. Semua
materi risiko harus diidentifikasi, apakah mereka berada di bawah
kontrol organisasi Manajemen Risiko. Dari waktu ke waktu, semua
risiko yang signifikan di tingkat nasional (sistem kesehatan), tingkat
Puskesmas, unit pelayanan atau tingkat tim harus diidentifikasi,
dinilai, dikelola dan dipantau. Untuk memulai proses, perlu dilakukan
identifikasi dan penentuan prioritas risiko pelayanan kesehatan
internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman.
Identifikasi risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari para
eksekutif layanan kesehatan terhadap komponen-komponen berikut:
a. Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan
kerugian.
b. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau
stakeholder internal/ eksternal.
c. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau
insidendi Puskesmas atau pihak-pihak yang berkepentingan
dengan pelayanan Puskesmas.
d. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko
klinis atau bahaya dan insiden yang terjadi.
e. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi.
Identifikasi adalah elemen yang penting dalam Manajemen Risiko
karena risiko tidak akan efektif ditangani bila tidak dilakukan
identifikasi. Satuan tugas Manajemen Risiko dapat menggunakan
berbagai informasi untuk mengidentifikasi potensi risiko. Identifikasi
risiko dapat dilakukan secara reaktif dan proaktif. Beberapa sumber
informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai seperti: daftar
keluhan pasien, hasil survei kepuasan, diskusi dengan pimpinan unit
layanan serta staf dan mitra kerja, laporan insiden.

3. Analisis risiko.
Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi. Organisasi
Manajemen Risiko harus melakukan analisa secara sistematis
terhadap sistem kesehatan, organisasi Puskesmas, unit pelayanan dan
semua iunit layanan, untuk memahami risiko, mengidentifikasi tugas
agar dapat menentukan tindakan lebih lanjut. Perlu proses sistematis
untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan tingkat risiko,
memisahkan risiko kecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta
menyediakan data untuk membantu evaluasi dan pelayanan. Pada
umumnya risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian keuangan
akan menjadi prioritas intervensi. Makin besar kerugian yang akan
terjadi, makin segera tindakan harus dilakukan. Analisis risiko dapat
dilakukan dilakukan dengan melakukan severity analysis, RCA dan
FMEA tingkatan risiko untuk menentukan keparahan dari tiap risiko
dengan cara memeriksa kecenderungan terjadinya risiko dan
akibatnya bila hal ini terjadi. Analisis risiko harus mempertimbangkan
bahwa telah ada kontrol atas risiko saat ini, termasuk kemungkinan
keparahan apabila risiko tersebut muncul menjadi sebuah insiden
(risiko yang potensial menjadi insiden), dan kemungkinan terjadinya
insiden. Penilaian dan rangking risiko dilakukan menggunakan
kategori kemungkinan dan konsekuensi.
MATRIKS GRADING RISIKO.
Probabilitas/ Frekuensi Kejadian Level Frekuensi Kejadian Aktual:
a. Sangat jarang dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun.
b. Jarang dapat terjadi dalam 2-5 tahun.
c. Mungkin dapat terjadi tiap 1-2 tahun.
d. Sering dapat terjadi beberapa kali dalam setahun.
e. Sangat sering terjadi dalam minggu/ bulan.
Keterangan warna (tindak lanjut yang dilakukan):

Warna Tindak lanjut

Pita biru Dapat diatasi dengan prosedur rutin, dilakukan


investigasi sederhana.

Pita hijau Manajer/ pimpinan klinik harus menilai dampak


terhadap biaya mengatasi risiko dengan supervisi dan

dilakukan Investigasi sederhana.

Pita kuning Dilakukan RCA dan dimonitoring oleh Ketua Tim PMKP.

Pita merah Dilaporkan segera ke Kepala Puskesmas dan lakukan


RCA 4.

4. Evaluasi dan Asesmen risiko.


Mengevaluasi risiko dan membandingkan kriteria risiko yang diterima
untuk dikembangkan dalam daftar prioritas risiko yang akan ditindak
lanjuti. Melakukan evaluasi risiko dan prioritas risiko dengan cara
membandingkan tingkat risiko yang ditemukan selama analisis
dengan kriteria risiko yang ditentukan sebelumnya, dan
mengembangkan daftar prioritas risiko untuk menentukan tindak
lanjut. Saat menyusun evaluasi kriteria layanan kesehatan, harus
dilakukan identifikasi untuk menentukan tingkat risiko secara
internal maupun eksternal yang siap diterima puskesmas. Kriteria
risiko digunakan untuk menilai dan menentukan peringkat risiko,
yang menunjukkan bahwa bila risiko diterima puskesmas, maka
harus berhasil dilaksanakan. Dalam mengevaluasi kriteria risiko
mungkin dipengaruhi oleh persepsi internal, eksternal dan
persyaratan hukum. Penentuan kriteria sejak awal merupakan hal
yang sangat penting.
5. Kelola risiko
Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya
memperbaiki alat yang rusak, memberikan pendidikan pada staf medis
yang belum mendapatkan edukasi tentang prosedur pengoperasian
alat. Bila risiko tidak dapat dieliminasi, maka perlu dicari teknik lain
untuk menurunkan risiko kerugian. Setelah dilakukan identifikasi dan
analisa risiko, maka satuan tugas Manajemen Risiko harus menangani
dan mengendalikan risiko tersebut.
Ada dua pendekatan dasar:
a. Mengendalikan risiko (risk control). Risiko sedapat mungkin
dihindari karena puskesmas tidak berani mengambil risiko dengan
metode berikut:
- Menghindari risiko (risk avoidance), adalah menghindarkan
harta, orang atau kegiatan dari pajanan terhadap risiko dengan
cara menolak risiko atau menerima dan melaksanakan suatu
kegiatan walaupun hanya untuk sementara.
- Meninjau kembali risiko yang telanjur diterima atau segera
menghentikan kegiatan itu begitu diketahui mengandung risiko.
- Mengendalikan kerugian dengan mencegah dan mengurangi
kemungkinan terjadinya insiden yang menimbulkan kerugian.
b. Menanggung risiko (risk retention). Risiko diterima dan ditangani
sendiri oleh Puskesmas. Artinya Puskesmas mentolerir terjadinya
kerugian untuk mencegah terganggunya kegiatan operasional
puskesmas dengan menyediakan sejumlah dana untuk
menanggulanginya

3.4 PEMANTAUAN DAN TINJAUAN


Memantau dan meninjau risiko yang sedang berjalan, penting untuk
memastikan bahwa rencana organisasi Manajemen Risiko Puskesmas
tetap relevan. Mengingat bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi
perubahan “kemungkinan dan dampak risiko” setiap saat, maka
Manajemen Risiko harus melakukan pemantauan berulang kali, serta
meninjau kembali setiap langkah dalam proses Manajemen Risiko.
Penentuan prioritas risiko dan perencanaan kegiatan, memperhitungkan
laporan insiden internal, informasi audit, keluhan dan isu-isu perorangan,
serta persyaratan dan panduan tingkat nasional. Pimpinan unit layanan
secara sistematis harus menyusun prioritas risiko menurut keparahan
risiko (sesuai warna/ bands risiko), dan melakukan kontrol di tingkat unit
layanan. Tindak lanjut dilakukan oleh manajer level tertentu tergantung
tingkat keparahan risiko (sesuai warna/ bands risiko).

Tujuan utama pemantauan adalah:

1. Untuk mengembangkan sebuah daftar risiko (risk register) secara


komprehensif yang diprioritaskan untuk membuat rencana tindakan
terhadap risiko yang signifikan dan moderat.
2. Untuk mengembangkan daftar risiko internal dan rencana kegiatan
untuk semua unit layanan.
3. Untuk mengembangkan profil utama risiko dan risiko signifikan yang
mungkin timbul dari kegiatan puskesmas serta untuk menganalisis
risiko yang berdampak terhadap keuangan, kemungkinan risiko yang
mungkin muncul menjadi insiden dan kemungkinan untuk
mengontrol.

3.5 SISTEM PELAPORAN INSIDEN

Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak
konsisten dengan kegiatan/ prosedur rutin yang berlangsung di
Puskesmas terutama untuk pelayanan kepada pasien. Saat ini laporan
insiden diwajibkan bagi setiap RS dan Puskesmas seperti tercantum
dalam PMK no.11 tahun 2017. Secara umum maksud laporan insiden
adalah untuk mengingatkan kepada Manajemen Risiko bahwa ada
keadaan yang mengancam terjadinya klaim. Identifikasi akan membantu
langkah langkah yang akan diambil Puskesmas terhadap risiko tersebut.
Tujuan umum laporan insiden (KKP Puskesmas): Menurunnya Insiden
Keselamatan Pasien (KTD, KTC, KNC) dan Kondisi Potensial cedera (KPC)
untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.

Tujuan Khusus Laporan Insiden (KKP Puskesmas):

1. Puskesmas (Internal)
a. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden di
Puskesmas.
b. Diketahui penyebab insiden sampai pada akar masalah.
c. Pembelajaran dan perbaikan asuhan kepada pasien untuk
mencegah kejadian yang sama terulang kembali

2. KKP-RS (Eksternal)

a. Diperolehnya data peta nasional angka insiden.

b. Pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan


keselamatan pasien bagi Puskesmas lain.

c. Ditetapkannya langkah2 praktis.

Laporan insiden terdiri dari:

1. Laporan insiden RS (Internal): Pelaporan secara tertulis setiap kondisi


potensial cedera dan insiden yang menimpa pasien, keluarga,
pengunjung, maupun karyawan yang terjadi di Puskesmas.
2. Laporan insiden keselamatan pasien (eksternal): Pelaporan secara
anonim dan tertulis ke KKP-RS setiap kondisi potensial cedera dan
insiden keselamatan pasien, dan telah dilakukan analisa penyebab,
rekomendasi, dan solusinya.

Jenis-jenis insiden dan kondisi yang harus dilaporkan sebagai berikut:

1. Kejadian sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau


cedera yang serius sebagai berikut (Standar Akreditasi Internasional
RS – JCI):
a. Kematian yang tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan
penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh
bunuh diri).
b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit
pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya.
c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah.
d. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain
yang bukan orang tuanya.
2. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden
yang mengakibatkan cedera pada pasien.
3. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang
sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya
insiden yang belum sampai terpapar ke pasien.
5. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi
yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum
terjadi insiden.

Tipe Insiden:

1. Administrasi Klinis.
2. Proses/ Prosedur klinis.
3. Dokumentasi.
4. Proses Medikasi/ Cairan Infus.
5. Oxigen.
6. Alat Medis.
7. Perilaku pasien.
8. Pasien jatuh.
9. Pasien Kecelakaan.
10. Infrastruktur/ Sarana/ Bangunan.
11. Sumber daya/ Manajemen.
12. Laboratorium

Siapa yang bertanggung jawab dalam pelaporan insiden?

1. Staf yang pertama menemukan kejadian


2. Staf yang terlibat dengan kejadian atau supervisornya.

3.6 INVESTIGASI INSIDEN

Investigasi insiden adalah proses pengkajian ulang laporan insiden


dengan mencatat ringkasan kejadian secara kronologis dan
mengidentifikasi masalah pelayanan/ Care Management Problem,
mencatat staf yg terlibat dan mewawancarai mereka. Investigasi insiden
terdiri dari:

1. Investigasi Sederhana, dilakukan oleh atasan langsung bila pita/


bands grading risiko berwarna biru atau hijau. Langkah-langkah
melakukan investigasi sederhana:
a. Pengumpulan data: observasi, dokumentasi dan interview
(wawancara).
b. Tentukan penyebab insiden dengan menggunakan 5 why:
• Penyebab langsung (immediate/ direct cause):
Penyebab yang berhubungan langsung dengan insiden/ dampak
terhadap pasien.
• Akar masalah (root cause):
Penyebab yang melatarbelakangi penyebab langsung (underlying
cause).
c. Rekomendasi: tentukan penanggung jawab dan tanggal
pelaksanaan.
d. Tindakan yang akan dilakukan: tentukan penanggung jawab dan
tanggal pelaksanaan.
2. Investigasi Komprehensif/ Root Cause Analysis
Dilakukan oleh Tim Keselamatan Pasien bila pita/ bands berwarna
kuning atau merah.
RCA adalah metode evaluasi terstuktur untuk identifikasi akar
masalah dari kejadian tidak diharapkan dan tindakan adekuat untuk
mencegah kejadian yang sama berulang kembali. Metode proses
analisis yang dapat digunakan secara retrospektif untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kejadian tidak
diharapkan (KTD). Proses RCA merupakan gambaran kritis sistem
manajemen mutu dan keselamatan karena dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan untuk hal-hal yg berisiko tinggi, seperti:
a. Apa yang terjadi (aktual).
b. Apa yang harusnya terjadi (kebijakan).
c. Mengapa terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah
agar tidak terjadi kembali (tindakan/outcome).
d. Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa tindakan kita dapat
meningkatkan keselamatan pasien? (melalui pengukuran)
Langkah-Langkah RCA/ Analisa Akar Masalah:
a. Identifikasi Insiden yang akan di investigasi.
b. Tentukan Tim Investigator.
c. Kumpulkan data & informasi: observasi, dokumentasi, interview.
d. Petakan Kronologi kejadian: Narrative Chronology, Timeline, Tabular
Timeline, Time Person Grid.
e. Identifikasi CMP (Care Management Problem) (Brainstorming,
Brainwriting).
f. Analisis Informasi 5 Why’s: Analisis Perubahan, Analisis
Penghalang, FishBone/ Analisis Tulang Ikan.
g. Rekomendasi dan Rencana Kerja untuk Improvement.

BAB IV

DOKUMENTASI

A. Kebijakan yang mendasari pelaksanaan kegiatan Manajemen Risiko :


1. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2019 tentang
Penerapan Manajemen Risiko Terintegrasi di Lingkungan Kemetrian
Kesehatan
2. Peraturan Gubernur Nomor 22 Tahun 2020 tentang Penerapan
Manajemen Risiko di Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta.
B. SOP terkait proses kerja yang disebutkan di dalam panduan ini
1. SOP Pelaksanaan Manajemen Risiko
2. SOP FMEA
3. SOP RCA
C. Formulir yang diajukan dalam proses Kerja
1. Formulir RUK dan RPK
2. Formulir Register Potensial Risiko
3. Formulir FMEA
4. Formulir RCA
5. Formulir Profil Risiko
6. Formulir Monitoring dan Evaluasi

Anda mungkin juga menyukai