Anda di halaman 1dari 10

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

PADA KLIEN DENGAN PPOK (PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF)


DI UPTD PANTI SOSIAL TRESNA WERDA PROVINSI JAMBI

Disusun Oleh Kelompok II :

Hilwa Nabilah, S.Kep G1B219040


Fadilla Ocktaviani, S. Kep G1B219041
Eka Apri Yetti Masmar, S. Kep G1B219042
Natalia Fransiska, S. Kep G1B219043
Puti Dayangsari, S.Kep G1B219044
Septriani Arman, S.Kep G1B219037

Pembimbing Akademik :
Ns. Luri Makeama, S.Kep.,M.Kep

Pembimbing Klinik :

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-
paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan
yang dikenal dengan COPD adalah : Bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan asthma
bronchiale (Smeltzer, 2002)
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat dicegah dan
diobati. Penyakit ini berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik pada jalan
nafas dan paru terhadap partikel atau gas beracun sehingga menyebabkan keterbatasan aliran
udara paru yang progresif dan persisten. (GOLD, 2011).
Kebiasaan merokok diyakini menjadi faktor risiko terbesar untuk PPOK. Menurut Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018, prevalensi penduduk Indonesia usia 15 tahun
keatas yang menkonsumsi rokok mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2007
prevalensi perokok usia 15 tahun keatas sebesar 34,2%, sedangkan pada tahun 2018
meningkat menjadi 36,3%. Untuk daerah Jamnbi prevalensi jumlah perokok mencapai
21,54% (DEPKES, 2018).
PPOK merupakan kondisi kronis suatu penyakit yang dapat menyebabkan morbiditas
dan mortalitas pada pasien. Sekitar 600 juta orang menderita PPOK di seluruh dunia dan
diperkirakan akan terus meningkat. WHO melaporkan bahwa pada tahun 2004 PPOK
menempati urutan keempat sebagai penyebab kematian di dunia dan diperkirakan akan
menjadi penyebab kematian ketiga pada tahun 2020 (WHO, 2008).
Prevalensi terjadinya PPOK di beberapa negara menunjukkan angka yang cukup besar,
diantaranya, di Kanada menunjukkan proporsi PPOK sebesar 6,3% (Mannino, et al., 2002),
Sedangkan untuk wilayah Asia seperti Jepang prevalensinya sekitar 16,4% (Fukuchi, et al.¸
2004), dan sekitar 25,8 % penduduk Korea Selatan didiagnosis menderita PPOK (Kim, et al.,
2005).
Tingkat keparahan PPOK berhubungan dengan derajat sesak nafas pasien. Sesak nafas
pasien PPOK ini berhubungan dengan aktivitas fisik yang dilakukan pasien. Menurut
kuesioner modified Medical research Council (mMRC), sesak nafas pada pasien PPOK
derajat ringan dan sedang terjadi pada saat pasien melakukan aktivitas berat hingga sedang.
Kondisi ini mengakibatkan terjadinya keterbatasan aktivitas fisik yang dapat dilakukan
pasien. Sehingga jika semakin berat derajat PPOK pasien, maka akan semakin sedikit
aktivitas fisik yang dapat dilakukan pasien. (Smith MC & Worbel JP, 2014).
Salah satu dampak yang ditimbulkan oleh PPOK adalah keadaan hipoksia. PPOK dengan
hipoksia derajat sedang dapat menyebabkan disfungsi neuron monoamine otak, sehingga
produksi serotonin (5-hydroxytryptamine / 5-HT) juga ikut menurun (Tomomi SK., et al,
2013). Penurunan kadar serotonin tubuh ini dapat menyebabkan turunnya nafsu makan,
libido, motivasi hidup, kesulitan fokus, lesu, serta gagalnya pengaturan waktu tidur dan
kesadaran. Sehingga rendahnya kadar serotonin saat hipoksia sedang menjadi faktor risiko
tingginya angka kejadian bunuh diri pada pasien PPOK (Young SN, 2009).
Berdasarkan kondisi tersebut diperlukan penatalksanaan yang tepat untuk mengatasi
PPOK, salah satunya dengan batu efektif. Menurut Rosyidi & Wulansari, (2013), batuk
efektif dilakukan dengan tujuan untuk membersihkan jalan nafas, mencegah komplikasi :
infeksi saluran nafas, pneumonia dan mengurangi kelelahan. Menurut Muttaqin, (2008)
tujuan batuk efektif adalah meningkatkan mobilisasi sekresi dan mencegah risiko tinggi
retensi sekresi (pneumonia, atelektasis, dan demam). Pemberian latihan batuk efektif
dilaksananakan terutama pada klien dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak
efektif dan masalah risiko tinggi infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang
berhubungan dengan akumulasi secret pada jalan nafas yang.
Terapi aktivitas kelompok (TAK) adalah salah satu terapi modalitas yang dilakukan oleh
seorang perawat pada sekelompok klien dengan masalah keperawatan yang sama (Keliat &
Pawirowiyono, 2014). Berdasarkan kondisi tersebut, maka kelompok tertarik melakukan
terapi aktivitas untuk batuk efektif untuk mengurangi sesak nafas dan mengurangi sekret
serta mencegah komplikasi yang akan terjadi jika batuk efektif tidak dilakukan pada pasien
dengan PPOK.

A. Tujuan
1. Membebaskan Jalan Nafas dari Akumulasi Sekret
2. Mengurangi Sesak Nafas
3. Meningkatkan Volume Paru
4. Memfasilitasi Pembersihan Saluran Nafas

B. Pelaksanaan Kegiatan
1. Topik : Terapi Aktivitas Kelompok
2. Sasaran : Klien dengan PPOK
3. Metode : Diskusi dan Tanya Jawab
4. Media : Laptop/ handphone, Lembar Kegiatan, Pulpen, Bola-bola kecil
C. Waktu dan Lokasi Kegiatan
Hari/tanggal : Hari Rabu, 16 Desember 2020
Jam : WIB
Lokasi : Ruang Aula di UPTD Panti Sosial Tresna Werda Provinsi
Jambi
Lama kegiatan : 40 Menit

D. Metode
1. Memberikan stimulasi/contoh pada lansia sebelum memulai permainan
2. Diskusi dan Tanya jawab

E. Susunan Pelaksanaan
a. Susunan perawat pelaksana TAKsebagai berikut:
1. Hilwa Nabilah, S.Kep
2. Fadilla Ocktaviani, S. Kep
3. Eka Apri Yetti Masmar, S. Kep
4. Natalia Fransiska, S. Kep
5. Puti Dayangsari, S.Kep
6. Septriani Arman, S.Kep
b. Klien peserta TAK sebagai berikut:
1.

Setting Tempat
Keterangan :

= Leader
= Co-leader

= Fasilitator

= Observer

= Pasien

F. Pembagian Tugas
1. Leader :
Tugas:
a. Membuka acara kegiatan TAK
b. Memperkenalkan anggota kelompok
c. Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok sebelum
kegiatan dimulai.
d. Menggali pengetahuan pasien mengenai TAK
e. Memberikan reinforcement positif
f. Menjelaskan permainan.
g. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan
dirinya.
h. Mampu memimpin terapi aktilitas kelompok dengan baik dan tertib
i. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
j. Menjelaskan pada pasien jika ingin keluar dari lingkungan TAK harus izin
terlebih dahulu.
2. Co-leader :
Tugas :
a. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klien.
b. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang.
3. Fasilitator :
Tugas:
a. Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung.
b. Memotivasi klien yang kurang aktif.
c. Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan memfasilitasi
anggota kelompok
4. Observer :
Tugas :
a. Mengobservasi jalannya proses kegiatan
b. Mencatat prilaku Verbal dan Non- verbal klien selama kegiatan berlangsung
c. Menyampaikan hasil TAK
d. Memberikan penilaian terhadap perilaku verbal dan non verbal pasien selama
TAK berlangsung dengan menggunakan format penilaian yang tersedia.
G. Klien
a. Kriteria klien
1. Klien dengan batuk tidak efektif
2. Lansia dengan gangguan menelan
3. Lansia dengan peningkatan produksi sputum

b. Proses seleksi
1. Mengidentifikasi lanisa yang masuk kriteria.
2. Mengumpulkan lansia yang masuk kriteria.
3. Membuat kontrak dengan lanisa yang setuju ikut TAK, meliputi: menjelaskan
tujuan TAK pada lansia, rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam
kelompok
H. Tata tertib dan Antisipasi Masalah
1. Tata Tertib
a. Klien bersedia mengikuti kegiatan TAK.
b. Klien wajib hadir 5 menit sebelum acara dimulai.
c. Klien berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi.
d. Tidak diperkenankan makan, minum, merokok selama kegiatan (TAK)
berlangsung.
e. Jika ingin mengajukan/menjawab pertanyaan, peserta mengangkat tangan kanan
dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin.
f. Klien yang mengacaukan jalannya acara akan dikeluarkan.
g. Klien dilarang keluar sebelum acara TAK selesai.
h. Apabila waktu TAK sesuai kesepakatan telah habis, namun Tak belum selesai,
maka pemimpin akan meminta persetujuan anggota untuk memperpanjang waktu
TAK kepada anggota.
2. Antisipasi
a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
1) Memanggil klien
2) Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau
klien yang lain
b. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit :
1) Panggil nama klien
2) Tanya alasan klien meninggalkan permainan
3) Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan penjelasan pada klien
bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi
c. Bila ada klien lain ingin ikut
1) Berikan penjelasan bahwa permainan ini ditujukan pada klien yang telah dipilih
2) Katakan pada klien lain bahwa ada permainan lain yang mungkin dapat diikuti
oleh klien tersebut
3) Jika klien memaksa, beri kesempatan untuk masuk dengan tidak memberi peran
pada permainan tersebut.

I. Kegiatan Terapi Aktifitas Kelompok


NO Langkah- Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Sasaran
Langkah
1 Pendahuluan 5 menit  Memberi salam  Menjawab salam
 Memperkenalkan diri  Menjawab
 Menjelaskan maksud pertanyaan
dan tujuan
2 Penyajian 20 menit  Menjelaskan aturan  Mendengarkan,
cara melempar bola menyimak,
 Mendemontrasikan mengikuti
melempar bola dengan seksama
3 Evaluasi 10 menit  Tanya jawab  Partisipasi aktif
 Memberikan
reinforcement positif
4 Penutup 5 menit  Meminta/memberi  Memberikan
pesan dan kesan pesan dan kesan
 Memberi salam  Menjawab salam
DAFTAR PUSTAKA

1. Smeltzer C Suzanne (2002). Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, Brunner and


Suddarth’s, Ed 8 Vol 1. Jakarta: EGC.
2. GOLD (2011). Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. Global
Strategy for The Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic Obstructive
Pulmonary Disease; Available from: www.goldcopd.org.
3. Kementrian Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI.
4. WHO. 2008. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).
5. Mannino DM, Buist AS. 2002. Global Burden of COPD: Risk Factors, Prevalence,and
Future Trends.
6. Fukuchi Y, Nishimura M, Ichinose M, et al. 2004. COPD in Japan: the Nippon COPD
epidemiology study. Journal Respirology.
7. Hwang, Y. I., Lee, Y. S., Oh, Y. M., Lee, S. D., Park, S. W., Kim, Y. S., & Park, Y. B.
2005. Prevalence of depression and its influence on health-related quality of life in
COPD patients. CHEST Journal.
8. Smith MC, Wrobel JP. 2014. Epidemiology and CLinical Impact of Major
Comorbidities in Patients with COPD. International Journal of COPD.
9. Young R.P., Hopkins R.J., Christmas T., Black P.N., Metcalf P. and Gamble G.D.,
2009, COPD prevalence is increased in lung cancer, independent of age, sex and
smoking history, European Respiratory Journal.
10. Rosyidi, K., & Wulansari, N. D. (2013). Prosedur Praktik Keperawatan Jilid 1.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
11. Arif Muttaqin, 2008, Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan, Jakarta : Salemba Medika.
12. Keliat, B. A., & Pawirowiyono, A. (2014). Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Kelompok. In B. Angelina (Ed.) (2nd ed., p. 189). Jakarta: EGC.
Lampiran 1 standar operasional prosedur (sop) batuk efektif

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) BATUK EFEKTIF


BATUK EFEKTIF
STANDAR
OPERASIONAL
PROSEDUR

PENGERTIAN Latihan mengeluarkan secret yang terakumulasikan dan


mengganggu di saluran nafas dengan cara dibatukkan
TUJUAN 1. membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret
2. mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostic
laboraturium
3. mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret

KEBIJAKAN 1. klien dengan gangguan saluran nafas akibat akumulasi


sekret
2. pemeriksaan diagnostic sputum di laboraturium

PETUGAS Perawat
PERALATAN 1. tempat sputum
2. Tissu
3. Stestoskop
4. Hanscoon
5. Masker
6. Air putih hangat dalam gelas
PROSEDUR Tahap prainteraksi
PERALATAN
1. Mengecek program terapi
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
Tahap orientasi
1. Memberikan salam dan nama klien
2. Menjelaskan tujuan dan sapa nama klien
Tahap kerja
1. Menjaga privasi klien

2. Mempersiapkan klien

3. Meminta klien meletakkan satu tangan di dada dan


satu tangan di perut
4. Melatih klien tuberkulosis melakukan napas perut
(menarik napas dalam melalui hidung hingga 3
hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
5. Meminta klien tuberkulosis merasakan
mengembangnya perut
6. Meminta klien tuberkulosis menahan napas hingga 3
hitungan
7. Meminta klien tuberkulosis menghembuskan napas
perlahan dalam 3 hitungan (lewat mulut, bibir seperti
meniup)
8. Meminta klien tuberkulosis merasakan mengempisnya
perut
9. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan
penderita tuberkulosis bila duduk atau di dekat mulut
bila tidur miring)
10. Meminta penderita tuberkulosis untuk melakukan
napas dalam 2 kali, pada inspirasi yang ketiga tahan
napas dan batukkan dengan kuat
11. Menampung lendir ditempat pot yang telah disediakan tadi

Anda mungkin juga menyukai