Pameran Saja

Tak Cukup
Menyejahterakan
Perajin Tenun
di NTT
HLM C
JENDELA KOMPAS JUMAT, 14 JULI 2023
A

RISET

URGENSI MENINGKATKAN
PEMAHAMAN SAKSI PEMILU
Keberadaan saksi dalam penyelenggaraan pemilihan umum memiliki
peran penting, tidak saja dalam urusan teknis, tetapi juga substantif dari
kontestasi politik tersebut. Pengoptimalan peran saksi dapat menjadi pintu
untuk mengurangi potensi kecurangan dan perselisihan pemilu.

YOHAN WAHYU

Saksi di Pemilu Pentingnya Posisi Saksi Pengaduan ke Dewan Kehormatan

Merupakan orang yang mendapat surat mandat tertulis dari tim kampanye Penyelenggara Pemilu 2019*
• Penghitungan suara di TPS dapat
atau pasangan calon yang diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai diulang apabila saksi peserta Rekapitulasi penghitungan suara
politik untuk pemilu presiden dan wakil presiden, pengurus partai politik pemilu tidak dapat menyaksikan 189 (37,3%)
tingkat kabupaten/kota atau tingkat di atasnya untuk pemilu anggota DPR, proses penghitungan suara
DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota, dan calon perseorangan untuk secara jelas. Pemungutan dan penghitungan suara
pemilu anggota DPD. 64 (12,6%)
• Rekapitulasi hasil penghitungan
perolehan suara di PPK, KPU Kampanye
kabupaten/kota, dan KPU provinsi 45 (8,9%)
dapat diulang apabila saksi Pencalonan caleg/presiden
calon, peserta pemilu tidak dapat
u a n : Pasangan ota menyaksikan proses rekapitulasi
25 (4,9%)
Ketent tik/calon angg tu hasil penghitungan suara secara
oli a
partai p t menerbitkan s jelas.
a i
DPD dap dat yang beris * Empat tahapan yang paling banyak
n a
surat ma -banyaknya du • Dalam hal terdapat perbedaan
melahirkan aduan dari total 506
k
sebanya si dengan jumlah suara pada sertifikat, hasil
pengaduan yang masuk.
k ksi
orang sa hanya satu sa m penghitungan suara dari TPS dengan
tu a n d a la
keten da di
a n g d a pat bera aktu. sertifikat hasil penghitungan suara
y
m satu w yang diterima PPK dari TPS, saksi
TPS dala peserta pemilu tingkat kecamatan
Tugas Saksi di Pemilu dan saksi peserta pemilu di TPS,
Menjamin agar pelaksanaan pemungutan dan penghitungan Panwaslu kecamatan, Panwaslu
suara berlangsung jujur dan adil, sesuai peraturan kelurahan/desa, atau pengawas TPS,
perundang-undangan dengan ketentuan sebagai berikut: maka PPK melakukan penghitungan
suara ulang untuk TPS yang
• Menghadiri persiapan, pembukaan TPS serta pelaksanaan bersangkutan.
pemungutan suara dan penghitungan suara di dalam TPS.
• Mengikuti pemeriksaan terhadap perlengkapan pemungutan
suara dan penghitungan suara di TPS.
• Menyaksikan pelaksanaan pemungutan suara dan
penghitungan suara di TPS.
• Meminta penjelasan mengenai hal-hal yang berhubungan
dengan pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan
suara di TPS kepada ketua KPPS.
• Mengajukan keberatan atas terjadinya kesalahan dan/atau
pelanggaran dalam pelaksanaan pemungutan suara dan
penghitungan suara ke KPPS.

Sumber :Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum,

Buku Saku Saksi Peserta Pemilu Tahun 2019, dan Laporan Kinerja Dewan
Kehormatan Penyelenggara Pemilu 2019; Diolah Litbang Kompas/YOH
INFOGRAFIK: NINGSIAWATI

P
esan tersebut ter-
ungkap dalam disku-
si yang diselenggara-
kan Badan Pengawas
Pemilihan Umum
bersama Akademi Pemilu dan
Demokrasi, Senin (10/7/2023).
Diskusi menghadirkan akade-
misi yang fokus dalam isu-isu
kepemiluan. Mereka ialah do-
sen Fisip Universitas Indonesia
Aditya Perdana yang juga Di-
rektur Eksekutif Algoritma, do-
sen Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Sam Ratu-
langi Ferry Daud Liando, dosen
Fisip Universitas Airlangga Kris
Nugroho, serta dosen Fisipol
UGM Mada Sukmajati.
Acara yang dikemas dalam
”Forum Group Discussion Pe-
ngembangan Modul Tahap 1,
Konsolidasi Partai Politik Me-
nuju Penguatan Saksi Pemu-
ngutan dan Penghitungan Sua-
ra Pemilihan Umum 2024” ini
mengambil tema soal saksi ka-
rena keberadaan mereka cen-
derung belum dipikirkan secara
serius.
”Padahal, saksi garda terde-
pan dalam pacuan kuda de-
mokrasi elektoral,” ungkap Ma-
da Sukmajati saat memaparkan
materinya.
Isu terkait saksi juga tak le-
pas dari hasil temuan dari In-
deks Kerawanan Pemilu (IKP)
2024, yakni bobot paling besar
pada terlaksananya pemilu de-
mokratis dinilai hanya menjadi
beban bagi penyelenggara pe-
milu, dalam hal ini KPU dan
Bawaslu. Padahal, hasil IKP
menunjukkan, faktor penyebab
pemilu berjalan kurang demo-
kratis antara lain pelanggaran
yang sebagian besar di antara-
nya dilakukan peserta pemilu
atau pihak lain yang memiliki
relasi dengan peserta pemilu.
Mereka meliputi pelaksana
kampanye, tim kampanye, tim
sukses, dan pendukung peserta
pemilu.
Sebagian besar pelanggaran
yang paling krusial ditemukan
dalam tahapan pemungutan
dan penghitungan suara. Peng-
alaman di Pemilu 2019 me-
ngonfirmasi hal tersebut.
Hal ini terbaca dalam La-
poran Kinerja Dewan Kehor-
matan Penyelenggara Pemilu
2019. Dari total 506 pengaduan
yang masuk, ada empat tahapan
yang paling banyak melahirkan
aduan, yakni rekapitulasi peng-
hitungan suara 189 pengaduan
(37,3 persen), tahapan pemu-
ngutan dan penghitungan suara
64 pengaduan (12,6 persen), ta-
hapan kampanye 45 pengaduan
(8,9 persen), dan pencalonan
anggota legislatif serta pasang-
an calon presiden dan wakil
presiden sebanyak 25 penga-
duan (4,9 persen).
Hal ini makin menegaskan
betapa keberadaan saksi peser-
ta pemilu di tahapan pemu-
ngutan, penghitungan, dan re-
kapitulasi suara penting untuk
diperhatikan. Inisiator Akade-
mi Pemilu dan Demokrasi
(APD), Masykurudin Hafidz,
menyebutkan, kondisi ini pada
akhirnya mendorong upaya un-
tuk membekali saksi sebaik
mungkin. Sebagai garda terde-
pan dalam pemungutan dan
penghitungan suara, mereka di-
harapkan tak sekadar paham
secara teknis, tetapi juga
subtantif.
”APD mendorong Bawaslu
memperluas fungsi melatih
saksi pemungutan suara sejak
awal dengan meningkatkan pe-
mahaman dan strategi dalam
mencegah pelanggaran pemi-
lu,” ucap Masykurudin.
APD mengusulkan perluas-
an tersebut pada pelatihan pe-
rwakilan peserta di tingkat na-
sional, provinsi, dan kabupa-
ten/kota. Materinya bisa di-
perluas pada peranan dan ke-
terlibatan peserta pemilu da-
lam pemutakhiran daftar pe-
milih, yaitu daftar pemilih
tambahan (DPTb) dan daftar
pemilih khusus (DPK), kam-
panye, dan penanganan pe-
langgaran sesuai dengan un-
dang-undang.
Disebutkan dalam Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 2017
tentang Pemilihan Umum, ter-
utama Pasal 351, pelaksanaan
pemungutan suara disaksikan
oleh saksi (Ayat 3). Saksi harus
menyerahkan mandat tertulis
dari pasangan calon/tim kam-
panye, partai politik peserta
pemilu, atau calon anggota De-
wan Perwakilan Daerah kepa-
da Kelompok Penyelenggara
Pemungutan Suara (KPPS)
(Ayat 7). Di Ayat 8, disebutkan
saksi dilatih Bawaslu.
Kompetensi
Tanggung jawab Bawaslu da-
lam melatih saksi menjadi pintu
masuk untuk meningkatkan
ANALISIS kualitas mereka. Pelatihan pen-
ting karena tak semua orang
memahami peran dan tanggung
Litbang Kompas jawab saksi.
Salah satu persoalan saksi
adalah pemahaman yang ku-
rang memadai terhadap aturan
teknis kepemiluan, terutama
pelaksanaan pemungutan dan
penghitungan suara. Hal ini
perlu segera diatasi di tengah
kompleksitas kepemiluan de-
ngan penerapan sistem pemilu
proporsional terbuka. Sistem
ini menjadikan pertarungan
berada di level kandidat (candi-
date center).
Dengan kata lain, saksi tak
hanya dapat menjalankan pe-
rannya secara formal seperti
disebutkan dalam undang-un-
dang, tetapi juga berpeluang
menjadi saksi ”informal”, yakni
saksi dari caleg untuk menjaga
agar suaranya tak dicuri calon
anggota legislatif lain. Sayang-
nya, dalam sejumlah kasus, sak-
si juga menjadikan sistem pe-
milu yang menekankan persa-
ingan antara calon anggota le-
gislatif di dalam satu partai se-
bagai ajang mencari keuntung-
an.
Tak sedikit dari mereka men-
jadi ”saksi ganda” dari beberapa
calon anggota legislatif. Feno-
mena ini menjadikan kualitas
saksi pemilu makin tergerus.
Aditya Perdana mengidenti-
fikasi, ada tiga masalah utama
terkait saksi pemilu. Pertama,
biaya politik yang mahal bagi
caleg. Porsi pembiayaan politik
untuk menang pemilu sangat
krusial dan salah satunya ter-
kait pembiayaan saksi, teruta-
ma bagi caleg yang berpotensi
menang dan memiliki finansial
memadai. Dengan praktik sis-
tem pemilu proporsional ter-
buka, menurut dia, akan terjadi
persaingan antara saksi partai
politik versus saksi kandidat
(caleg).
Kedua, efektivitas kampanye
yang tepat sasaran. Peran saksi
di isu ini adalah mengoneksikan
potensi suara yang dihitung se-
lama masa kampanye dengan
suara riil dalam penghitungan
suara di tempat pemungutan
suara. Saksi caleg diharapkan
memastikan harapan itu se-
hingga mereka menjadi assu-
rance (kepastian dan kenya-
manan) bagi caleg dalam ber-
kompetisi.
Ketiga, masalah yang tak le-
pas dari perspektif candidate
center, yakni caleg merasa ber-
tanggung jawab penuh atas ke-
menangannya, sedangkan par-
tai politik ”hanya kendaraan”.
Maka, pembiayaan untuk me-
nang di TPS dan upaya menjaga
suara akan ditumpukan pada
saksi caleg.
Perekrutan
Problemnya sekarang ialah
desain kompetensi saksi yang
tidak seragam. Undang-un-
dang hanya memberikan syarat
umum untuk menjadi saksi di
pemilu, belum secara detail
menyebutkan syarat kompe-
tensi.
Kris Nugroho dan Ferry
Daud Liando menyoroti pen-
tingnya kompetensi saksi se-
hingga salah satu kebutuhan
peserta pemilu ialah memper-
siapkan saksi sejak dini, jauh
hari sebelum pemungutan dan
penghitungan suara.
Pada akhirnya, kuncinya ter-
letak pada perekrutan saksi pe-
milu. Mada Sukmajati me-
nyoroti dua model yang selama
ini sudah dilakukan partai po-
litik saat merekrut saksi.
Pertama, partai politik men-
coba mengintegrasikannya de-
ngan fungsi kaderisasi atau rek-
rutmen anggota partai politik
sehingga rasa memiliki terha-
dap partai kuat.
Kedua, perekrutan saksi
yang berbasis pada profesio-
nalisme tanpa memedulikan
dia anggota partai atau tidak.
Skema ini lebih bertumpu pada
kerja-kerja profesional. Saksi
tak memiliki ikatan politik apa
pun. Dia sekadar menjalankan
kerja teknis saat pemungutan
dan penghitungan suara, ter-
utama guna mengawal suara
dari caleg yang meminta ja-
sanya.
Pada akhirnya, penataan dan
pelembagaan saksi penting dan
tidak bisa diabaikan. Pelatihan
saksi oleh Bawaslu yang diama-
nahkan oleh undang-undang
menjadi pintu masuk untuk
meningkatkan kemampuan
saksi di pemilu. Hal itu krusial
tidak hanya pada tahapan pe-
mungutan dan penghitungan
suara, tetapi juga untuk mem-
perkuat pemahaman saksi ten-
tang makna pemilu.
(LITBANG KOMPAS)