2009, UU Pemilu No. 10 / 2 0 0 8 m e n e t a p k a n a d a ny a p e m b e r l a ku a n parliamentary threshold (PT) sebesar 2,5% untuk pemilihan tingkat DPR. Partai politik yang tidak berhasil memperoleh minimal 2,5% perolehan suara tidak berhak mengikuti proses penghitungan suara untuk menentukan perolehan kur si DPR. Penerapan aturan afirmatif mewajibkan partai politik mencalonkan perempuan sejumlah paling sedikit 30% dari seluruh calon dan menempatkan jenis kelamin yang berbeda Sistem Pemilu di Indonesia dalam setiap 3 nama caleg Pentingnya Pemilihan Umum (1:3). Dalam negara demokrasi, pemilihan umum (pemilu) adalah syarat prosedural yang harus dipenuhi. Pemilu menjadi sarana yang penting bagi negara untuk melakukan proses pergantian pemimpin secara adil, dan bagi masyarakat untuk Sistem pemilu merupakan melakukan partisipasi politiknya secara bebas. Dalam pemilu, masyarakat dapat memilih pemimpin yang mereka anggap lebih baik. Dalam pemilu, partai politik alat untuk menyeleksi para dan para kandidat dapat memperebutkan jabatan politik secara adil dan terbuka. pengambil keputusan Semuanya dilakukan dalam batasan aturan yang jelas dan cara-cara yang sudah disepakati. melalui cara-cara yang disepakati secara sah. Ada Tiap warga negara berhak untuk secara bebas memilih calon pilihannya sendiri, sistem sebelumnya adalah pada aspek penghitungan suara. Cara penghitungan suara dan tiap kandidat memiliki kesempatan yang sama untuk berjuang meyakinkan masih sama dengan penghitungan pemilu-pemilu sebelumnya, namun dengan dua jenis utama sistem pemilih agar memilih dirinya di bilik suara. Dengan demikian melalui pemilu, tambahan metode stembus accord, yaitu penggabungan suara partai-partai kecil (yang pemilu – mayoritas dan tercipta perputaran kekuasaan yang memadai dengan kesempatan yang terbuka suaranya tidak memadai untuk mendapatkan kursi) sehingga mereka secara bersama dapat mendapatkan 1 kursi. Pada Pemilu 2004, metode stembus accord ini proporsional -- keduanya luas bagi siapa saja yang memiliki kemampuan dan keahlian. Pemilu memungkinkan munculnya pemimpin-pemimpin politik baru yang diharapkan dihilangkan. memiliki keunggulan dan memiliki kemampuan yang lebih baik. kelemahan. Keputusan memilih sistem pemilu Apakah Sistem Pemilu? Pengertian Sistem Pemilu Referensi berpulang pada hakekat Sistem pemilu secara sederhana Sistem pemilu adalah mekanisme untuk kualitas perwakilan politik dapat diartikan sebagai sistem menyeleksi para pengambil keputusan Andrew Reynolds, “Merancang Sistem Pemilihan Umum”, dalam Juan J. Linz, et.al., penyelenggaraan pemilu yang ketika masyarakat telah menjadi terlalu besar 2001, Menjauhi Demokrasi Kaum Penjahat, terj. Rahmani Astuti, Bandung: yang dituju agar proses digunakan di sebuah negara bagi setiap warga negara untuk ikut terlibat Mizan, LIPI, dan Ford Foundation. politik dapat menghasilkan untuk menentukan tata cara dalam setiap pengambilan keputusan yang Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia, Panduan Calon Legislatif Perempuan penyelenggaraan dan penentuan Untuk Pemilu 2009, Jakarta: 2008. kebijakan publik yang lebih memengaruhi komunitas tersebut. Sistem hasil pemenang pemilu. Mengutip adil. Andrew Reynolds (2001:102- pemilu adalah metode yang di dalamnya 103), sistem pemilu adalah suara yang dihasilkan dalam pemilihan PUSKAPOL FISIP UI Diterbitkan oleh: Didukung oleh: sarana rakyat. diterjemahkan menjadi kursi-kursi yang Gedung C Lantai 3 dimenangkan dalam parlemen oleh partai- Kampus FISIP UI, Depok 16424 Di seluruh dunia terdapat ratusan partai dan para kandidat. Phone : (021) 786-5879, Fax. (021) 7888-7063 E-mail: puskapol@yahoo.com jenis sistem pemilihan umum. Sebagian besar dapat dikategorikan Agar dapat memenangkan lebih sistem proporsional ke dalam dua jenis sistem pemilu, banyak suara, partai politik dituntut terbuka, rakyat yaitu: Contoh di Distrik X, terdapat 6 calon yang memperebutkan kursi di distrik tersebut, menarik simpati rakyat di seluruh memiliki kesempatan dengan perolehan suara sebagai berikut: 1. Sistem pluralitas/mayoritas b a g i a n n e g a r a , s u p ay a b a s i s untuk memilih nama 2. Sistem proporsional Nama Calon Perolehan Suara dukungannya menyebar di banyak c a l o n y a n g 1. Kandidat A 565.026 daerah. Hal ini agar par tai dikehendakinya, selain Sistem Pluralitas/Mayoritas 2. Kandidat B 410.355 mendapatkan proporsi suara yang memilih tanda gambar Sistem ini di Indonesia biasa disebut 3. Kandidat C 1.015.190 dibutuhkan untuk mendapatkan kursi partai. 4. Kandidat D 1.167.213 Sistem Distrik. Beberapa ciri sistem di parlemen. 5. Kandidat E 875.134 distrik adalah: 6. Kandidat F 209.761 Hasil perolehan suara TOTAL 4.242.679 Terdapat dua varian utama dalam sistem dihitung di tingkat nasional. Wilayah negara dibagi-bagi menjadi ini: sistem proporsional daftar tertutup Maka dalam tiap daerah Maka pemenang di distrik tersebut adalah kandidat D karena memperoleh suara berbagai daerah pemilihan (dapil). (closed list PR) dan sistem proporsional pemilihan, proporsi terbanyak. Perhatikan bahwa proporsi suara Kandidat D sebenarnya hanya sekitar Caranya bisa dengan menggunakan 27% dari total perolehan suara sah di distrik tersebut. daftar terbuka (open list PR). Dalam perolehan kursi tiap partai d a s a r w i l ay a h a d m i n i s t r a t i f sistem proporsional daftar tertutup, disesuaikan dengan proporsi ( m i s a l ny a w i l ay a h p rov i n s i / Beberapa keunggulan dan kelemahan rakyat memilih cukup dengan menandai perolehan suara di tingkat nasional tersebut. kabupaten/kota langsung sistem Mayoritas/Pluralitas adalah: tanda gambar partai. Sementara dalam ditetapkan sebagai suatu dapil), atau ditentukan tersendiri dalam aturan yang berbeda dari Kecenderungan hubungan lebih erat Kurang memperhatikan keterwakilan Sistem Pemilu di Indonesia pembagian wilayah administratif. antara wakil terpilih dengan kelompok minoritas atau kelompok yang Sistem pemilu dalam hal ini mengacu pemilihnya aksesnya ke proses politik terbatas. Nama Partai % suara nasional % kursi di Dapil Y R a k ya t / p e m i l i h m e n e n t u ka n Mendorong penyederhanaan jumlah Partai dengan perolehan suara kecil tidak kepada sistem pemilihan anggota pilihannya dengan cara memilih partai politik. Partai dengan suara berkembang. 1. Partai Durian 28% 30% DPR dan DPRD. Pemilu 1955, Pemilu- untuk nama calon. Dengan tidak memadai cenderung Kemungkinan jumlah suara hilang lebih 2. Partai Salak 21% 26% Pemilu Orde Baru dan Pemilu-Pemilu demikian tiap calon harus bekerja menggabungkan diri dengan partai besar. 3. Partai Manggis 10% 11% Reformasi dilaksanakan berdasarkan keras agar dapat memperoleh lain atau tidak bertahan lama. Kesempatan bagi calon perempuan untuk 4. Partai Sawo 17% 23% sistem proporsional. Sistem ini Mendorong kerja sama antar partai menang lebih kecil. Karena parpol lebih 5. Partai Rambutan 8% 8% popularitas yang dibutuhkan untuk politik. dikuasai laki-laki dan lebih mendukung dianggap cocok bagi kondisi 6. Partai Jeruk 3% 3% memenangkan suara pemilih. Sederhana dan mudah diterapkan. kandidat laki-laki. Ini karena kandidat laki- Indonesia yang sangat majemuk Syarat menjadi pemenang adalah Mendorong terciptanya hubungan laki lebih dulu terjun ke politik, memiliki komposisi penduduk ser ta eksekutif-legislatif yang lebih akses ke sumber daya lebih besar, sehingga Total persentase suara di distrik bukan 100% karena ada kemungkinan memperoleh suara terbanyak partai-partai lain di luar keenam partai tersebut tidak memiliki kepentingannya. Dalam kondisi ini, seimbang dan memadai. kecenderungannya untuk memenangkan (mayoritas) di daerah pemilihan perolehan suara di Dapil Y sangat penting untuk menghasilkan suara terbanyak lebih besar pula. yang bersangkutan. suatu lembaga perwakilan yang dapat mewakili kepentingan pemilih Dalam varian-varian sistem distrik ini, Sistem Proporsional Beberapa keunggulan dan kelemahan secara lebih luas, yang merupakan dikenal penggunaan aturan Mayoritas Sistem proporsional menerjemahkan perolehan suara partai menjadi sistem Proporsional adalah: keunggulan dari sistem pemilu Absolut dan aturan First Past the Post. perolehan kursi di parlemen secara lebih proporsional. Beberapa ciri sistem proporsional. Untuk bisa menang dalam Sistem proporsional adalah: Mayoritas Absolut, calon harus Wilayah negara dibagi menjadi banyak daerah pemilihan, baik M e m b u ka ke s e m p a t a n l e b i h Kemungkinan perolehan kursi yang lebih Pemilu 1955 dikenal sebagai pemilu terwakilinya kelompok-kelompok merata di antara partai-partai, sehingga memenuhi syarat perolehan suara menggunakan dasar wilayah administratif (misalnya wilayah provinsi atau minoritas dan/atau bersifat lokal. Ini lebih banyak partai yang duduk di yang berhasil dan terselenggara sebanyak 50%+1. Apabila syarat kabupaten/kota yang langsung ditetapkan sebagai suatu daerah cocok untuk kondisi di Indonesia parlemen. Pengambilan keputusan di secara lancar serta bebas dari tersebut belum terpenuhi, perlu pemilihan) atau ditentukan tersendiri dalam aturan yang berbeda dari yang masyarakatnya sangat beragam. parlemen kemungkinan lebih tidak kekerasan, walaupun saat itu dilakukan kembali pemilihan demi pembagian wilayah administratif. Mengurangi jumlah suara hilang efisien. Indonesia belum memiliki dalam proses penghitungan suara. Mendorong terbentuknya pemerintahan tercapainya pemenang dengan Di setiap daerah pemilihan, pengalaman berpemilu dan diliputi Lebih banyak wakil terpilih di satu koalisi partai untuk membentuk kekuatan perolehan suara 50% lebih. terdapat beberapa kursi yang daerah pemilihan maka mayoritas dalam parlemen. Koalisi ini kemelut politik, sosial dan ekonomi. Sementara dalam First Past the Post, d i p e r e b u t k a n . kemungkinan latar belakang calon sering tidak stabil sehingga menyebabkan Sementara itu pemilu-pemilu Orde syarat bagi pemenang hanyalah bahwa Rakyat/pemilih menentukan terpilih lebih beragam. Dengan kemacetan dalam pembuatan kebijakan, Baru dikenal sebagai pemilu-pemilu mereka harus memenuhi perolehan pilihannya dengan cara demikian kesempatan lebih besar sebab kompromi harus dilakukan dengan hasil rekayasa Pemerintah untuk bagi perempuan untuk dapat terpilih. lebih banyak partai. suara terbanyak dalam satu daerah mencoblos untuk melestarikan kekuasaan, dengan Mendorong partai untuk sejak dini Lebih rumit dalam hal teknis sehingga pemilihan, tidak harus memenuhi nama/lambang partai. membentuk daftar calon dan lebih sulit dipahami oleh masyarakat dan adanya lembaga bentukan ketentuan lebih dari 50%. Dengan Dengan demikian, partai mengumumkannya secara terbuka. lebih sulit dilaksanakan oleh Pemerintah sebagai penyelenggara demikian, sistem ini lebih menonjolkan dituntut bekerja lebih keras Bagi kandidat perempuan, lebih penyelenggara pemilu. pemilu. kemampuan personal kandidat untuk dapat memperoleh besar kemungkinan mendapatkan Lebih kecil kemungkinan bagi pemilih dukungan dari mesin partai, yang untuk menuntut pertanggung jawaban ket i m b a n g ke m a mp u a n p a r t a i popularitas yang dibutuhkan lebih sulit diperoleh dalam sistem secara langsung kepada wakil-wakilnya, Pemilu 1999 merupakan pemilu politiknya. untuk dapat memenangkan mayoritas/pluralitas. karena tidak bisa secara langsung pertama dalam Era Reformasi. suara pemilih. mengeluarkan mereka dari pemerintahan. Beberapa aspek hasil perubahan dari