Anda di halaman 1dari 16

Mencari Solusi Terhadap Keraguan Sistem Pemilihan Umum...

( Markus H Simarmata )

MENCARI SOLUSI TERHADAP KERAGUAN SISTEM


PEMILIHAN UMUM YANG TEPAT DI INDONESIA

Markus H. Simarmata
Direktorat Jenderal Hak Asasi Manusia, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Jl. H.R Rasuna Said Kav.C.4-5, Kuningan, Jakarta Selatan
Email: ilbesuccess@yahoo.com atau markussimarmata09@gmail.com
(Naskah diterima 29/07/2017, direvisi 31/08/2017, disetujui 29/09/2017)

Abstrak
Terdapat 5 (lima) permasalahan krusial dalam pengesahan Undang-Undang tentang Pemilihan Umum (UU
Pemilu). Lima permasalahan krusial tersebut yaitu ambang batas presidensial, ambang batas parlemen, alokasi
kursi anggota DPR per daerah pemilihan (dapil), metode konversi suara pemilu legislatif, dan sistem pemilu. Dari
5 masalah krusial tersebut terdapat 3 masalah RUU Pemilu yang paling krusial yaitu adanya keraguan tentang:
1) ambang batas presidensial, 2) metode konversi suara pemilu legislatif dan 3) sistem pemilu yang tepat untuk
digunakan di Indonesia. Untuk mengukur keefektifan dari pengaturan tiga masalah tersebut maka digunakan
parameter yaitu: menyediakan representasi, menjadikan pemilu bermakna, menyediakan insentif bagi konsiliasi,
memfasilitasi pemerintahan yang stabil dan efisien, meminta pertanggungjawaban pemerintah, dan meminta
pertanggungjawaban wakil-wakil perorangan. Hasil analisa dari parameter tersebut yaitu: Sistem Pemilu yang
tepat digunakan di Indonesia adalah Sistem Pemilu Terbuka karena menciptakan kesempatan yang sangat besar
untuk memilih calon yang visi, dan misinya sama, Tingkat ambang batas kepresidenan yang tepat digunakan di
Indonesia adalah 20% karena akan menciptakan pemerintahan yang stabil dan efisien, dan metode yang tepat
untuk mengkonversi suara menjadi kursi dan parpol di legislatif adalah metode Sainte Lague karena lebih akurat
mewakili masyarakat pada dapil
Kata Kunci: pengesahan UU Pemilu, permasalahan krusial UU Pemilu, parameter keefektifan UU Pemilu, analisis
parameter UU Pemilu.

Abstract
There are 5 (five) crucial problems in establishing Law on Election. Those crucial problems consist of: Presidential
threshold, parliamentary threshold, district election magnitude, parliamentary election vote convertion method, and
election system. From those crucial problems, there are 3 most crucial election problems, among others: there are
hesitations of: Presidential threshold, parliamentary election vote convertion method and election system that is
suitable to be implemented in Indonesia.To measure the efectiveness of those three problems, it needs to apply
parameter inter alia: to provide representation, to construct meaningful election, to afford incentives for conciliation,
to facilitate stable and efficient governance, to inquire government accountability, and to inquire individual
representative accountability. Those parameter analyses result, namely: election system which suitable to be
applied in Indonesia is Open Election System because it will arise great opportunity to choose candidates who have
the same vision and mission, Presidential threshold which is appropriate to be applied in Indonesia is 20% because
it will generate stable and efficient government, and appropriate method to converse vote become chairs and political
party in legislative is Sainte Lague Method because it is accurately represent society more in election district.
Keyword: establishment of Law on Election, Crucial Problems of Law on Election, Effectiveness Parameter of Law
on Election, Parameter Analysis of Law on Election

A. Pendahuluan
Dialog dan kompromi kesepakatan terhadap bagi rekrutmen anggota legislatif dan eksekutif
Undang-Undang tentang Pemilihan Umum (UU di Indonesia. Tujuan dari Pemilu sendiri
Pemilu) selalu berjalan dengan alot, mengingat bukan saja sebagai sarana untuk mewujudkan
produk hukum tersebut merupakan pijakan demokrasi yang baik namun juga melegitimasi

285
Vol. 14 No. 03 - September 2017 : 285 - 300

kekuasaan untuk membuat undang-undang B. Pembahasan


dan melaksanakan undang-undang. RUU Kriteria merancang sebuah sistem Pemilihan
Penyelenggaraan Pemilu telah disepakati menjadi Umum (Pemilu), sebaiknya dimulai dengan
UU lewat paripurna DPR yang diwarnai aksi walk sebuah daftar kriteria yang merangkum apa
out. Sedikitnya ada 5 (lima) isu krusial di UU yang ingin dicapai, dihindari, dan dalam arti luas
Pemilu yang menjadi pijakan untuk Pemilu 2019 seperti apa badan legislative dan pemerintah
mendatang, yaitu 1) ambang batas presidensial, eksekutif yang diinginkan. Konsep terbaik dalam
2) ambang batas parlemen, 3) alokasi kursi memilih (atau memperbarui) sebuah sistem
anggota DPR per dapil, 4) metode konversi suara Pemilu adalah memprioritaskan kriteria yang
pemilu legislatif, dan 5) sistem Pemilu.1 paling penting dan kemudian menilai sistem
Pemilu, atau kombinasi berbagai sistem, mana
Untuk memberikan pendidikan politik
yang dapat paling memaksimalkan pencapaian
terhadap dinamika hukum tata negara ini,
tujuan-tujuan dimaksud.4 Parameter Pemilu
penulis akan membahas secara umum tentang
dapat dinilai dari:
kelima masalah krusial pemilu tersebut namun
penulis hanya menganalisis bentuk terbaik 1. Menyediakan representasi
dari tiga masalah krusial pemilu yang paling Representasi bisa hadir dalam setidak-
diperdebatkan oleh banyak kalangan. Pertama, tidaknya empat bentuk. Pertama, representasi
penulis akan mengkaji Isu Presidential threshold. geografis yang mengisyaratkan bahwa setiap
Fraksi di Senayan terpecah pada kubu yang daerah, entah itu kota kecil atau kota besar,
mendukung presidential threshold 0% dan sebuah provinsi atau sebuah dapil, mempunyai
kubu yang mendukung Presidential threshold anggota-anggota badan legislatif yang dipilih dan
20%. Isu Presidential threshold merupakan isu yang pada akhirnya bertanggung jawab kepada
yang paling menimbulkan perdebatan diantara daerah mereka. Kedua, pembagian ideologis
lima isu krusial lainnya.2 Kedua, penulis akan dalam masyarakat bisa diwakili dalam badan
mengkaji masalah metode konversi. Masalah ini legislatif, entah itu melalui perwakilan dari
juga menuai pro dan kontra dari fraksi-fraksi di partai-partai politik atau wakil-wakil independen
DPR, di satu sisi terdapat fraksi yang mendukung atau kombinasi keduanya, Ketiga, sebuah
penerapan metode konversi Kuota Hare dan disisi badan legislatif mungkin merepresentasikan
lain terdapat fraksi yang mendukung penerapan situasi politis partai yang ada dalam suatu
metode konversi Sainte Lague. Pembahasan negara sekalipun partai-partai politik tidak
mempunyai sebuah basis ideologis. Jika separuh
ketiga, penulis akan mengkaji masalah sistem
pemilih memberikan suara untuk satu partai
pemilu di Indonesia. Dalam menentukan sistem
politik tetapi partai tersebut tidak, atau nyaris
Pemilu Indonesia fraksi terpecah, ada yang
tidak memenangkan satu pun kursi di badan
menghendaki digunakannya sistem Pemilu
legislative, maka sistem itu tidak bisa dikatakan
terbuka, dan ada fraksi yang menginginkan
merepresentasikan kehendak rakyat. Keempat,
digunakannya sistem Pemilu tertutup.
konsep representasi deskriptif memandang
Berdasarkan pemetaan masalah krusial bahwa badan legislative hingga batas tertentu
UU Pemilu tersebut sangat jelas bahwa belum harus menjadi “cermin bangsa” yang mestinya
terdapat parameter untuk menentukan sejauh memandang, merasakan, berfikir dan bertindak
mana pengaturan pemilu tersebut berhasil dalam cara yang mencerminkan rakyat secara
untuk mewujudkan sistem demokrasi yang baik. keseluruhan. Sebuah badan legislatif yang
Proses penyelenggaraan Pemilu tidak disusun cukup deskriptif akan mencakupi laki-laki dan
berdasarkan parameter pemilu yang jelas. Satu- perempuan, tua dan muda, miskin dan kaya, dan
satunya tahap yang diatur dengan prinsip yang mencerminkan afiliasi keagamaan, komunitas,
jelas adalah pemungutan dan penghitungan linguistic dan kelompok-kelompok etnis yang
suara di TPS.3 berbeda-beda dalam suatu masyarakat.5

1 Indah Mutiara Kami, Sudah Disahkan, Ini 5 Isu Krusial di UU Pemilu, Jakarta, (21 Juli 2017), <http://m.detik.com>
2 Nabila Tashandra, Enggan Kehilangan Kursi, Alasan PAN Ngotot Konversi Suara Kuota Hare, (Jakarta: Kompas, 2017),
3 Ramlan Surbakti, Sistem Pemilu di Indonesia, Antara Proporsional dan Mayoritarian, Jakarta: P3DI Setjen DPRRI dan Azza Grafika,
2015, hlm. v
4 Andrew Reynolds, Ben Reilly, and Andrew Ellis, Desain Sistem Pemilu: Buku Panduan Baru Internasional IDEA, (Stockholm, Swedia:
International Institute For Democracy and Electoraal Assistance, 2005), hlm.10-14
5 Ibid

286
Mencari Solusi Terhadap Keraguan Sistem Pemilihan Umum... ( Markus H Simarmata )

2. Menjadikan Pemilu yang bermakna batas yang sudah tertanam dalam pikiran. Pada
Partisipasi Pemilu, setidak-tidaknya pemilihan umum persetujuan Jum’at Agung
sebagai sebuah pilihan bebas, juga dianggap 1998 di Irlandia Utara, misalnya, transfer suara
meningkat ketika hasil pemilihan umum, berdasarkan sistem STV memberi keuntungan
baik di tingkat nasional maupun di daerah bagi partai-partai “pro perdamaian” meskipun
pemilih yang bersangkutan, tampaknya akan tetap mendatangkan hasil yang pada umumnya
membuat perubahan signifikan bagi arah proporsional. Namun, pada pemilihan umum
pemerintahan di masa depan. Jika anda tahu 2003, pergeseran dalam suara preferensi-
bahwa calon unggulan anda tidak mempunyai pertama pada partai-partai garis keras cenderung
peluang memenangkan kursi di dapil anda, apa menenggelamkan efek-efek semacam itu.
insentifnya untuk memberikan suara? Dalam
4. Memfasilitasi pemerintahan yang stabil
beberapa sistem Pemilu “suara terbuang” (yaitu
dan efisien
suara sah yang tidak terpakai dalam pemilihan
kandidat yang ada, berbeda dari surat suara Prospek bagi sebuah pemerintah yang stabil
rusak atau tidak sah, yang tidak dihitung) bisa dan efisien tidak ditentukan oleh sistem pemilu
mencapai proporsi substansial dari total suara saja, tetapi hasil-hasil yang diberikan sebuah
nasional.6 sistem bisa memberi sumbangan bagi stabilitas
dalam sejumlah aspek penting. Pertanyaan-
3. Menyediakan insentif bagi konsiliasi pertanyaan kuncinya adalah apakah para pemilih
Sistem pemilu tidak hanya bisa dilihat menganggap sistem tersebut adil atau tidak,
sebagai cara untuk mewujudkan badan-badan apakah pemerintah bisa mengesahkan peraturan
pemerintahan melainkan juga sebagai sarana perundang-undangan dan memerintah secara
manajemen konflik dalam suatu masyarakat. efisien atau tidak, dan apakah sistem tersebut
Beberapa sistem, dalam beberapa situasi, akan menghindari diskriminasi terhadap berbagai
mendorong partai-partai membuat seruan pihak atau kelompok-kelompok kepentingan
inklusif bagi dukungan pemilu di luar basis tertentu.8
suara inti mereka, sekalipun sebuah partai Persepsi tentang hasil-hasil yang diperoleh
mengandalkan dukungan utamanya dari para adil atau tidak sangat berbeda dari satu negara
pemilih kulit hitam, sebuah sistem pemilu dengan negara lainnya. Dua kali di Inggris (UK)
tertentu bisa memberikan insentif untuk juga (pada 1951 dan 1947) partai yang meraih paling
menarik para pemilih kulit putih, atau yang banyak suara di negara itu secara keseluruhan
lainnya. Dengan demikian, platform kebijakan tetapi justru mendapatkan kursi lebih sedikit
partai akan menjadi tidak begitu cenderung dari lawan-lawannya, tetapi ini lebih dianggap
memecah belah dan eksklusif, dan lebih condong sebagai perkecualian ganjil dari sebuah sistem
pada upaya pemersatuan dan bercorak inklusif. yang ada pada dasarnya mapan ini (FPTP)
Insentif-insentif sistem pemilu serupa bisa daripada suatu ketidakadilan sepenuhnya yang
menjadikan partai-partai tidak begitu eksklusif harus dibatalkan. Sebaliknya hasil-hasil serupa
secara etnis, keaderahan, kebahasaan dan di Selandia Baru pada 1978 dan 1981, di mana
ideologis.7 partai Nasional tetap memegang kekuasaan
Pada sisi mata uang yang lain, sistem walaupun meraih suara lebih sedikit dari Partai
pemilu bisa mendorong para pemilih untuk Buruh yang beroposisi, dipuji karena memenuhi
melihat di luar kelompok mereka sendiri dan gerakan pembaruan yang menimbulkan
berfikir untuk memberikan suara bagi partai- perubahan sistem pemilu.
partai yang secara tradisional mewakili sebuah Pertanyaan apakah pemerintah yang
kelompok yang berbeda. Perilaku memberi berkuasa mampu mengesahkan peraturan
suara semacam itu melahirkan akomodasi dan perundang-undangan secara efisien atau tidak
pembangunan komunitas. Sistem-sistem yang untuk sebagiannya terkait dengan mampu
memberi pemilih lebih dari satu suara atau tidaknya pemerintah menghimpun sebuah
memungkinkan pemilih mengurutkan pada mayoritas yang cukup kuat dalam lembaga
kandidat berdasarkan preferensi akan memberi legislative, dan pada gilirannya hal itu terkait
ruang bagi para pemilih untuk menembus batas- dengan sistem pemilu. Pada umumnya, sistem

6 Ibid
7 Ibid
8 Ibid

287
Vol. 14 No. 03 - September 2017 : 285 - 300

Pemilu pluralitas/mayoritas lebih berpeluang 6. Meminta pertanggung jawaban wakil-wakil


menghasilkan lembaga legislatif dimana satu perorangan
partai bisa mengungguli gabungan oposisi, Akuntabilias pada tataran individual adalah
sedangkan sistem PR memberi kemungkinan kemampuan pemilih untuk secara efektif
lebih besar melahirkan pemerintahan koalisi. mengontrol mereka yang begitu sudah terpilih,
Namun, perlu diingat bahwa sistem PR juga bisa mengkhianati janji-janji yang mereka sampaikan
menghasilkan mayoritas satu partai, dan sistem selama kampanye atau menunjukkan
pluralitas/mayoritas bisa saja tidak memberi ketidakcakapan atau bermalas-malasan dalam
satu partai pun sebuah mayoritas yang cukup jabatan mereka dan “mendepak” mereka.
kuat. Banyak yang tergantung pada struktur Beberapa sistem menekankan peran kandidat-
sistem partai dan sifat masyarakat itu sendiri. kandidat yang populer di tingkat lokal, bukan
Akhirnya, sistem harus sejauh memungkinkan kandidat-kandidat yang diusulkan sebuah partai
bertindak netral secara pemilu terhadap semua sentral yang kuat.10
partai dan kandidat; sistem tersebut tidak boleh Sistem pluralitas/ mayoritas lazimnya
mendiskriminasikan secara terbuka kelompok- dipandang memaksimalkan kemampuan pemilih
kelompok politik mana saja. Persepsi bahwa untuk menggusur wakil perorangan yang tidak
politik pemilu di sebuah negara demokrasi adalah memuaskan. Sekali lagi, kadang-kadang ini
arena permainan yang tidak imbang merupakan masih berlaku. Bagaimanapun juga, hubungan
pertanda bahwa tatanan politik yang ada lemah tradisional itu menjadi lemah ketika pemilih lebih
dan instabilitas hanyalah soal waktu. Sebuah mengaitkan diri dengan partai daripada dengan
contoh dramatisnya adalah pemilihan umum kandidat, seperti di Inggris. Pada saat yang
1998 di Lesotho, di mana Konggres Lesotho untuk sama, sistem daftar bebas dan STV dirancang
Demokrasi meraih semua kursi di parlemen untuk memungkinkan para pemilih melakukan
dengan hanya 60 persen suara menggunakan pilihan kandidat dalam konteks sebuah sistem
sistem FPTP. Kekacauan public yang menyusul, proporsional
berpuncak dengan permintaan intervensi militer
di negara itu oleh Masyarakat Pembangunan B.1. Analisis Sistem Pemilu Terbuka dan
Afrika bagian Selatan, memperlihatkan bahwa Tertutup
hasil semacam itu bukan saja tidak adil tetapi Revisi UU Pemilu tengah digarap oleh
juga berbahaya, dan sistem pemilu itu pun Pemerintah dan DPR, untuk dijadikan landasan
diubah untuk pemilihan umum di masa depan. dalam Pemilu serentak 2019. Salah satu yang
menjadi perhatian masyarakat adalah terkait
5. Meminta pertanggung jawaban pemerintah sistem pemilihan. Dalam draft RUU Pemilu, Pasal
Akuntabilitas adalah salah satu landasan 138 ayat (2) dan (3), pemerintah mengusulkan
pemerintah yang representatif. Tidak adanya sistem proporsional terbuka terbatas. Kemudian
akuntabilitas sangat mungkin menimbulkan pemerintah mengusulkan Sistem proprosional
instabilitas jangka panjang. Sebuah sistem terbuka terbatas digunakan khususnya untuk
politik yang akuntabel adalah sistem politik pemilihan anggota DPR dan DPRD. Pemerintah
dimana pemerintah bertanggung jawab terhadap pun telah menyusun mekanisme penentuan
para pemilih dengan pertanggungjawaban calon anggota legislatif (DPR dan DPRD) terpilih
sebesar mungkin. Para pemilih harus bisa melalui sistem Pemilu tersebut.11 Sistem
mempengaruhi struktur pemerintahan, entah itu proporsional terbuka terbatas sebagai alternatif,
dengan mengganti koalisi partai-partai berkuasa juga kompromi dari sistem terbuka dan sistem
atau dengan menggusur sebuah partai dari tertutup. Keterbukaan terletak pada transparansi
kekuasaan jika gagal menjalankan tugasnya. daftar nama calon legislatif meski masyarakat
Sistem pemilu yang dirancang dengan layak memilih gambar partai. Adapun urutan calon
akan memudahkan tujuan ini. Jelaslah bahwa legislatif ditentukan oleh partai. 12Sistem Pemilu
sistem pemilu memiliki dampak besar pada isu- terbuka terbatas merupakan jalan tengah guna
isu tata kelola pemerintahan yang lebih luas, menyiasati kekurangan dari sistem Pemilu
entah itu dalam sistem presidensial maupun tertutup dan sistem Pemilu terbuka. Manfaat
parlementer.9
9 Ibid
10 Ibid
11 Sistem Pemilu Terbuka Terbatas, Ini Kelebihanya, 11 Mei 2017, www.kemendagri.go.id
12 Lutfy Mairizal Putra, Alasan Pemerintah Usulkan Sistem Pemilu Terbuka Terbatas Dalam RUU, Jakarta, Kompas, 20 Maret 2017,

288
Mencari Solusi Terhadap Keraguan Sistem Pemilihan Umum... ( Markus H Simarmata )

sistem pemilu terbuka terbatas, setidaknya B.1.1.


Analisis Sistem Pemilu yang
memberi peluang yang sama antara kinerja Menyediakan Representasi
tiap caleg dengan kinerja partai politik (parpol) Sistem terbuka sangat tepat untuk
secara kelembagaan. Sesuai usulan pemerintah, mewujudkan hak memilih dan dipilih masyarakat
manfaat itu dapat dipertegas melalui tiga cara sedangkan sistem tertutup dan terbuka terbatas
penentuan kursi caleg terpilih. sama seperti membeli kucing dalam karung
Pertama, jika dalam pemilu nanti yang sehingga masih terdapat pembatasan terhadap
mencoblos nama tiap caleg suaranya lebih besar hak memilih masyarakat tehadap calon yang
daripada yang mencoblos tanda gambar parpol, dinginkannya. Melalui sistem Pemilu terbuka
maka suara yang mencoblos tanda gambar tersedia mekanisme menghukum calon yang
parpol dikonversi ke suara caleg yang memiliki tidak mementingkan kepentingan masyarakat
perolehan suara terbanyak pada dapil terkait dengan tidak memilih figur yang tidak layak.
dan penentuan kursinya berdasarkan suara Sedangkan dalam sistem Pemilih Tertutup
terbanyak caleg. Kedua, sebaliknya jika yang dan Terbuka Terbatas masyarakat tidak
mencoblos nama tiap caleg suaranya lebih kecil dapat langsung menghukum calon yang tidak
daripada yang mencoblos tanda gambar parpol, menunjukkan integritas yang baik terhadap
maka suara yang mencoblos nama tiap caleg masyarakat dengan tidak memilihnya karena
dikonversi ke suara parpol dan penentuan caleg yang memilih anggota dewan adalah partai politik
terpilihnya berdasarkan nomor urut. Ketiga, pemenang pemilu. Hanya saja persamaan dari
jika yang mencoblos nama tiap caleg suaranya ketiga Sistem Pemilu tersebut adalah sama-sama
lebih besar daripada yang mencoblos tanda merepresentasikan geografis daerah pemilihan
gambar parpol, maka suara yang mencoblos baik untuk tingkat DPRD Kabupaten/Kota,
tanda gambar parpol dikonversi ke suara caleg DPRD Porvinsi, DPR dan oleh karena itu masing-
dan penentuan kursinya berdasarkan suara masing anggota legislatif yang terpilih harus
terbanyak. bertanggungjawab terhadap konstituennya pada
Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), daerah pemilihannya masing-masing.
Mahfud MD, menegaskan penerapan sistem Demikian pula dalam mengembangkan
pemilihan proporsional terbuka maupun ideologi, Sistem Pemilu Terbuka menciptakan
proporsional tertutup tak melanggar konstitusi. kesempatan yang sangat besar agar pemilih
Ia meluruskan anggapan bahwa putusan MK memilih calon yang benar-benar memiliki
Nomor 22-23/PUU-VI/2008 mengharuskan gagasan, persepsi, visi, misi dan tujuan yang
sistem Pemilu proporsional terbuka. Sehingga sama. Dengan memilih calon yang memiliki
kalau sekarang mau (sistem proporsional) ideologi yang sama tersebut diharapkan
tertutup lagi juga sah. Tidak ada sistem Pemilu kepentingan pemilih tersebut dapat dipenuhi
yang tidak konstitusional. Mahfud menjelaskan oleh calon yang dipilihnya. Sebaliknya pada
saat memutuskan soal sistem pemilihan ini, MK sistem Pemilu tertutup dan terbuka terbatas,
hanya menentukan bahwa syarat 30 persen dari pemilih hanya memilih parpol sehingga tidak
Bilangan Pembagi Pemilih (BPP) untuk dihitung mempunyai kesempatan yang besar untuk
berdasarkan sistem proporsional terbuka, tidak memilih sosok yang layak dan pantas untuk
adil.13 melaksanakan cita-cita, visi, misi dan harapan-
Ada tiga opsi sistem Pemilu yang tengah harapan mereka. Parpol yang bonavide tidak
dibahas untuk disepakati, yakni sistem dapat menjamin sepenuhnya terhadap integritas
proporsional terbuka, sistem proporsional dan kapasitas calon legislatif yang diusungnya.
tertutup, dan sistem proporsional terbuka Namun kelemahan dari sistem terbuka
terbatas. Pengamat politik dari LIMA, Ray adalah lebih menuntut peningkatan kinerja dari
Rangkuti menilai sistem pemilu terbuka terbatas calon legislatif (caleg) daripada meningkatkan
tidak ada bedanya dengan sistem Pemilu kinerja parpol, karena pemilih selalu melihat
tertutup. Sistem tersebut pun bertolak belakang dan memilih caleg daripada parpolnya. Hal ini
dengan semangat reformasi.14 berdampak kurang baik bagi peran parpol dalam

13 Nabilla Tashandra, Mahfud MD: Sistem Terbuka dan tertutup Tak Melanggar Konstitusi, Jakarta, Kompas, 18 Januari 2017
14 Fabian Januarius Kuwado, Sistem Pemilu Terbuka Terbatas Dinilai Bertolak Belakang dengan Reformasi, Jakarta, Kompas, 18 Maret
2017

289
Vol. 14 No. 03 - September 2017 : 285 - 300

menampung aspirasi masyarakat sebaliknya hal laki-laki, perempuan, tua dan muda, miskin dan
ini memberikan expectacy yang sangat besar bagi kaya, dan mencerminkan afiliasi keagamaan,
calon anggota legislatif untuk memenuhi semua komunitas, linguistik, dan kelompok-kelompok
tuntutan masyarakat. Oleh karena itu dalam etnis yang berbeda-beda dalam masyarakat.
sistem terbuka dapat saja terjadi parpol yang Oleh karena itu calon legislatif yang tepilih
mengusung caleg tidak dapat memenangkan haruslah memandang, merasakan, berfikir,
Pemilu namun caleg tersebut memperoleh dan bertindak dalam cara yang mencerminkan
jumlah suara yang besar dan dapat duduk di rakyat secara keseluruhan. Namun pada sistem
Senayan. Sebaliknya dalam sistem tertutup pemilu tertutup dan terbuka terbatas seluruh
lebih mendorong parpol untuk memaksimalkan masyarakat yang memenuhi syarat tidak
perkerjaannya untuk merealisasikan aspirasi dapat memilih caleg sesuai dengan harapan
masyarakat dan masyarakat hanya dapat masyarakat, oleh karena itu siapapun yang
menuntut kepada partai karena tidak memilih terpilih tidak dapat mewakili profil rakyat secara
calon anggota dewan dari partai tersebut. Hal keseluruhan yang belum tentu mencakup dan
ini sangat buruk bagi target-target pekerjaan menggambarkan perwakilan dari laki-laki,
yang semestinya dapat direalisasikan dengan perempuan, tua dan muda, miskin dan kaya, dan
segera oleh anggota legislatif karena masyarakat tidak dapat merefleksikan afiliasi keagamaan,
tentunya tidak pernah menagih janji-janji politik komunitas, linguistik, dan kelompok-kelompok
kepada anggota dewan namun sudah pasti etnis yang berbeda-beda dalam masyarakat. Oleh
menuntut parpol agar segera memenuhi seluruh karena itu caleg yang terpilih belum tentu dapat
janji-janji politiknya. Dengan demikian parpol memandang, merasakan, berfikir, dan bertindak
yang memenangkan pemilu sudah pasti memiliki dalam cara yang mencerminkan rakyat secara
anggota leguslatif yang duduk di Senayan. Dalam keseluruhan.
bidang ini sistem yang terbaik adalah Sistem
terbuka terbatas karena masyarakat dapat B.1.2. Analisis Sistem Pemilu yang Bermakna
memilih parpol yang diyakininya dan dapat pula Bagi Masyarakat
memilih daftar nama-nama caleg yang diusung Pada sistem terbuka foto dan nama caleg
parpol. Apabila partai tersebut memenangkan serta gambar simbol partai dicantumkan secara
Pemilu maka partai tersebutlah yang akan bersamaan sehingga masyarakat tidak lagi
memilih caleg yang diusungnya. Masyarakat menebak-nebak siapa yang dipilihnya dan caleg
dapat menuntut baik kepada partai politiknya tidak dipilih oleh parpol. Dengan kejelasan profil
maupun kepada anggota legislatif untuk caleg dan memuat seluruh calon-calon yang
memenuhi semua janji-janji kampanyenya. akan bersaing dalam pemilu akan meningkatkan
Parpol harus saling bersinergi menyusun skala antusiasme masyarakat yang memenuhi syarat
prioritas dan strategi untuk mecapai semua untuk berpartisipasi dalam Pemilu. Disamping
program-program kerjanya. Namun kelemahan itu calon-calon legislatif dapat bersaing dengan
dari sistem ini caleg yang dipilih partai belum fair karena tidak dipilih berdasarkan nomor urut
tentu orang yang mempunyai integritas dan namun berdasarkan jumlah real kertas suara
kapasitas yang baik, dapat saja caleg tersebut yang memilih caleg tersebut. Diantara sekian
dipilih karena adanya unsur kedekatan atau banyak caleg tentunya ada nama-nama yang
adanya “money politic”. Pada saat kampanye menjadi favorit pemilih dan bagi followers sejati
mesin parpol lebih banyak bekerja daripada hal ini memberikan gairah memilih yang tinggi.
caleg, tetap saja pemilih dihadapkan pada Sebaliknya pada sistem pemilih tertutup dan
pilihan membeli kucing dalam karung, karena terbuka terbatas, foto caleg tidak dicantumkan
pada saat pemilu yang disuguhkan hanya daftar bersamaan dengan gambar symbol partai.
nama-nama caleg dari suatu parpol. Parpol yang Khusus dalam sistem terbuka terbatas,
memenangkan Pemilu sudah pasti juga memiliki nama partai dapat dicantumkan bersama
anngota dewan yang duduk di lembaga DPR. dengan gambar symbol parpol, namun dalam
Pada sistem pemilu terbuka seluruh sistem tertutup nama caleg tidak dicantumkan
masyarakat yang memenuhi syarat dapat memilih bersamaan dengan gambar symbol parpol. Oleh
caleg sesuai dengan kehendak masyarakat, oleh karena itu masyarakat hanya mengandalkan
karena itu siapapun yang terpilih mencerminkan insting dan menebak-nebak caleg yang akan
profil rakyat secara keseluruhan yang juga duduk di Senayan. Dengan tiadanya gambar
mencakup dan menggambarkan perwakilan dari caleg akan menurunkan gairah masyarakat

290
Mencari Solusi Terhadap Keraguan Sistem Pemilihan Umum... ( Markus H Simarmata )

yang memenuhi syarat mengikuti pemilu untuk orang yang telah berjanji di depan orang banyak
berpartisipasi dalam Pemilu. Selain itu calon- atau masyarakat.
calon legislatif hanya menunggu keputusan
dari parpol tentang siapa yang berhak menjadi B.2.
Ambang Batas Parlementer dan
anggota DPRD, DPD dan DPRD. Tentu saja hal ini Kepresidenan
juga mengurangi animo caleg untuk mengikuti B.2.1.
Ambang Batas Parlementer
Pemilu. Masyarakat tidak akan menemukan Menyederhanakan Jumlah Parpol
calon yang sesuai dengan keinginannya sehingga
Salah satu tujuan pemberlakuan ambang
menurunkan gairah politik masyarakat dan pada
batas parlemen adalah untuk menciptakan
akhirnya meningkatkan golongan putih atau
sistem multipartai yang sederhana. Hanta
orang yang tidak mengikuti Pemilu.
Yudha dalam buku Presidensialisme Setengah
hati: Dari Dilema ke Kompromi (2010) menulis
B.1.3.
Analisis Sistem Pemilu yang
bahwa parliamentary threshold (PT) merupakan
Menyediakan Insentif Bagi Konsiliasi
ambang batas persyaratan minimal yang harus
Melalui sistem pemilu terbuka masyarakat diperoleh partai untuk mendapatkan kursi di
dapat memilih langsung figur-figur yang lebih parlemen15. Aturan tersebut mulai diterapkan
mengedepankan persatuan dan kesatuan bangsa pada Pemilu 2009. Sedangkan pada Pemilu
Indonesia. Figur-figur tersebut diyakini dapat 2004 yang diberlakukan bukan PT, melainkan
menjadi corong masyarakat untuk menggerakkan electoral threshold (ET) atau ambang batas
tindakan-tindakan yang mempererat persatuan persyaratan minimal yang harus diperoleh partai
dan kesatuan bangsa. Sedangkan pada sistem untuk bisa mengikuti pemilu berikutnya. Hanta
pemilu tertutup, masyarakat tidak dapat menegaskan bahwa, ET tidak memiliki implikasi
memilih langsung figur-figur yang tepat untuk terhadap penyederhanaan kekuatan politik di
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa. parlemen.
Semua hal ditentukan oleh parpol terutama Dalam konteks logika politik pemerintahan,
dalam menentukan caleg. Oleh karena itu sebenarnya bukan jumlah parpol peserta
masyarakat tidak dapat berharap banyak untuk pemilu yang harus dibatasi, tetapi jumlah ideal
meminta caleg yang telah terpilih menggunakan kekuatan parpol yang perlu diberdayakan dan
kewenangannya mendorong eksekutif untuk dirampingkan di parlemen. Dalam praktik politik
menyusun program-program yang mempererat keseharian, pemerintah berhadapan dengan
persatuan dan kesatuan bangsa. parpol yang berada di parlemen, bukan seluruh
partai peserta Pemilu. Karena itu, penerapan
B.1.4. Analisis Sistem Pemilu yang Meminta aturan ambang batas parlemen jauh lebih efektif
Pertanggungjawaban Wakil-Wakil Per- ketimbang penerapan ET. Menurut Hanta,
orangan PT lebih efektif mengurangi jumlah parpol
Pada sistem Pemilu terbuka masyarakat peserta Pemilu, karena lebih jelas konsekuensi
dapat langsung menuntut janji-janji kampanye politiknya. Misalnya, parpol yang tidak mampu
caleg yang menang dalam pemilu. Sedangkan mencapai ambang batas yang telah ditetapkan,
dalam sistem pemilu tertutup dan terbuka maka tidak boleh mengirimkan wakilnya di
terbatas, masyarakat tidak dapat langsung parlemen. Hal ini dapat dilihat dari gelaran
menuntut janji-janji kampanye caleg yang Pemilu 2009, dimana dari 38 partai politik yang
menang dalam pemilu. Satu-satunya upaya yang menjadi peserta pemilu hanya sembilan yang
dapat dilakukan masyarakat yaitu menuntut lolos ketentuan ambang batas parlemen 2,5
janji-janji kampanye parpol yang menang persen, yaitu: Demokrat, Golkar, PDIP, PKS,
dalam pemilu. Tentu saja tuntutan ini lebih PAN, PKB, PPP, Gerindra, dan Hanura. Hal ini
sulit karena yang dituntut adalah suatu badan juga terjadi pada Pemilu 2014 yang diikuti oleh
hukum bukan orang perorangan sehingga dapat 12 partai, dan yang lolos aturan ambang batas
saja diantara pengurus-pengurusnya mengelak parlemen 3,5 persen hanya sepuluh partai.
untuk memenuhi janji-janji mereka sedangkan Selain untuk menerapkan aturan
bila masyarakat menuntut janji-janji caleg pada ambang batas parlemen maka upaya untuk
saat kampanye dapat langsung terarah pada menyederhanakan sistem kepartaian juga

15 Abdul Aziz, Lagu Lama Perdebatan Ambang Batas Parlemen, (10 Februari 2017) <https://tirto.id>

291
Vol. 14 No. 03 - September 2017 : 285 - 300

dilakukan dengan mengecilkan alokasi kursi bangsa dan negara.17 Tapi perdebatan yang
pada setiap dapil. Nico Handani Siahaan dalam berasal dari putusan MK Nomor 14/PUU-
“Formula Penyederhanaan Jumlah Parpol di XI/2013 itu, menjadi multitafsir karena dibawa
Parlemen pada Pemilu Indonesia” yang dimuat ke ruang politik sejak rapat pansus perdana
pada Jurnal Politika (Vol.7 No.1, April 2016) Oktober 2016 hingga sidang paripurna.
mengungkapkan bahwa tujuan penyederhanaan Muncullah 3 opsi, yaitu PT sebesar 20% kursi
jumlah parpol tidak hanya terfokus pada parlemen atau 25% suara nasional, yang diusung
pendirian partai, tetapi juga pada saat parpol PDIP, Golkar, PKB, PPP, Nasdem dan Hanura.
akan memasuki parlemen. Opsi kedua meniadakan PT yang didorong
Hal tersebut dikarenakan hanya parpol di Gerindra, Demokrat, PKS, dan PAN. Namun di
luar sikap fraksi tersebut, terdapat beberapa
parlemen yang memiliki kekuasaan legislasi
alasan penolakan PT tersebut, yaitu:
untuk membuat perundang-undangan. Untuk
lolos ke parlemen parpol harus mampu melewati 1. Tidak ada basis angka hasil Pemilu legislatif
angka ambang batas yang telah ditentukan yang bisa dijadikan dasar prasyarat
pencalonan presiden, karena pemilunya
secara politik dalam UU Pemilu. Selain itu parpol
dilaksanakan secara serentak. Alasan koalisi
juga harus bersaing di dapil untuk mendapatkan
PDIP menggunakan angka PT pada Pileg
kursi. Pada Pemilu 2004, misalnya, alokasi kursi
2014, dianggap tidak logis karena Pemilu
di dapil sebesar 3-12 kursi. Kemudian, pada
2019 bukan bagian dari Pileg 2014.
Pemilu 2009 dan Pemilu 2014 alokasi kursi di
2.
Ketentuan ambang batas pencalonan
dapil dikecilkan menjadi 3-10 kursi saja. Alokasi
presiden bertentangan dengan Pasal 6A Ayat
kursi yang semakin kecil pada setiap dapil juga
(2) UUD NRI 1945, yang menjamin hak setiap
membentuk sistem kepartaian yang lebih efektif.
parpol peserta Pemilu bisa mengajukan
Sehingga hanya parpol yang memiliki basis
pasangan calon presiden (capres). Secara
dukungan yang besar pada daerah pemilihan
politik ketentuan ambang batas pencalonan
yang akan mendapatkan kursi. Semakin sedikit presiden juga akan dianggap membatasi
jumlah partai peserta Pemilu, maka angka kesempatan partai atau warga negara lain
ambang batas alamiah juga semakin tinggi. maju menjadi pasangan capres.
Maka tidak heran jika persoalan ambang batas
3. Ketentuan ambang batas pencalonan presiden
parlemen selalu marak diperbincangkan setiap justru berpotensi menyulitkan Incumbent jika
ada kesempatan merevisi UU Pemilu. mencalonkan diri kembali menjadi presiden
B.2.2. Analisis Ambang Batas Kepresidenan di periode 2019-2024. Apalagi bagi parpol
20% lain yang mengantongi kursi lebih sedikit.
DPR telah menggelar sidang paripurna untuk 4. Pembahasan RUU Pemilu ini memperlihatkan
menyepakati RUU Penyelenggaraan Pemilu. kepada publik, bahwa RUU Pemilu yang
Paripurna digelar setelah mengalami beberapa sedang dibahas hanyalah untuk kepentingan
kali deadlock. Penyebabnya adalah seluruh jangka pendek para pembentuk UU,
fraksi belum sepakat soal ambang batas Pemilu khususnya parpol peserta pemilu di DPR
Presiden 2019 atau PT.16 Fraksi-fraksi pendukung dalam menghadapi Pemilu 2019.
pemerintah seperti PDIP, Nasdem, Golkar, PPP, 5. Alasan penguatan sistem presidensial dengan
dan Hanura memberikan argumentasi yang kuat besarnya dukungan koalisi kepada satu
agar PT sebesar 20%. Sedangkan Gerindra dan capres, tak menjamin koalisi itu bertahan.
PKS meminta PT sebesar 0% sementara Fraksi Pada faktanya, di tengah perjalanan
PAN dan PKB cenderung mendukung batas 10%. pemerintahan, parpol bisa bergabung di
Namun jika DPR memutuskan PT sebesar 20 tengah jalan atau bisa menarik dukungan.
%, keputusan ini disebut melanggar putusan
B.2.3. Analisis Ambang Batas Kepresidenan
MK bernomor 14/PUU-XI/2013 yang mengatur
yang Menyediakan Representasi
pemilu serentak 2019. Pakar hukum dan tata
negara Refly Harun mempertanyakan dasar Angka PT 20 % yang disetujui oleh DPR dan
hukum jika ambang batas pemilu presiden 20%. Pemerintah pada tanggal 21 Juli 2017 lalu
Pembahasan RUU Pemilu yang pelik dan menyita merepresentasikan situasi politis Indonesia sejak
waktu, mestinya didasarkan pada kepentingan reformasi dilaksanakan. Tingginya PT sebaiknya

16 Refly Harun: Presidential Threshold 20% Langgar Konstitusi, (20 Juli 2017) <http://www.kumparan.com
17 5 Alasan Presidential Threshold Tak Bisa Dipakai di Pemilu 2019, (20 Juli 2017), <http://m.kumparan.com>

292
Mencari Solusi Terhadap Keraguan Sistem Pemilihan Umum... ( Markus H Simarmata )

dinilai dalam kerangka berfikir yang positif dan terbaik bangsa yang dapat berkompetisi dalam
konstruktif. Kebijakan ini sangat tepat dilakukan pemilihan Presiden (pilpres). Sedikitnya jumlah
karena dalam melaksanakan tugas-tugas setelah kontestan pilpres tentunya menyebabkan
pemilu Presiden harus mendapat dukungan yang masyarakat yang menjagokan calon-calonnya
kuat dari parlemen. Disamping dukungan yang namun tidak kebagian tempat untuk bersaing akan
kuat dari parlemen calon presiden juga mendapat mengurungkan niatnya untuk mengikuti Pilpres.
legitimasi politik dari seluruh rakyat Indonesia Salah satu kelemahan diberikannya tingkat PT
karena telah dipilih secara demokratis. Dari adalah berkurangnya gairah masyarakat untuk
beberapa pengalaman-pengalaman Indonesia mengikuti Pemilu. Hal ini dapat berimbas
setelah reformasi rendahnya dukungan ambang kurangnya dukungan masyarakat terhadap
suara kepresidenan menyebabkan presiden tidak program-program pemerintah. Masyarakat
mendapat dukungan terhadap program-program cenderung menjadi apatis terhadap kebijakan
pembangunan yang harus mendapatkan dan program-program pemerintah. Bahkan
persetujuan dari DPR. Berdasarkan dari sebagian masyarakat akan menganggap Presiden
pengalaman-pengalaman ketatanegaraan ini terpilih kurang legitimate karena tidak didukung
patut dan layak pemerintah dan DPR mengambil oleh sebagian besar msyarakat. Namun pada
kebijakan tersebut. sisi positifnya pemerintah akan didukung oleh
Meskipun begitu ketentuan ini dapat saja parlemen untuk mendapat persetujuan terhadap
menyebabkan partisipasi politik masyarakat program-program pembangunan pemerintah.
menjadi turun. Dengan ketentuan tersebut Meskipun begitu KPU sebagai penyelenggara
jumlah pasangan capres dan wakil presiden pemilu harus selalu melakukan edukasi
(wapres) menjadi sangat kecil, akibatnya kepada masyarakat dengan menayangkan
masyarakat kehilangan kesempatan untuk secara nasional debat capres dan cawapres. Isi
memilih figur-figur yang ingin bersaing dalam debat hendaklah dikemas semenarik mungkin
Pemilu. Disamping itu ketentuan ini juga yang dapat merangsang dan menggugah
semaki memperkecil kesempatan bagi capres apatisme masyarakat untuk bergairah kembali
dari berbagai latar belakang misalnya dari membangun asa pemilih terhadap kredibilitas
agama, komunits, linguistik, dan kelompok- dan kapasitas capres dan cawapres.
kelompok etnis yang berbeda-beda dalam suatu
B.2.5. Analisis Ambang Batas Kepresidenan
masyarakat.
yang Menyediakan Insentif Bagi
Dari kedua pandangan tersebut untuk Konsiliasi
menghadapi situasi Pemerintahan Indonesia
Dari sisi konsiliasi lembaga eksekutif maka
saat ini kebijakan PT sebesar 20 % tersebut
persyaratan ambang batas kepresidenan
sangat tepat untuk dilaksanakan. Pemerintah
sebesar 20% tentunya akan meningkatkan
harus kuat dan didukung oleh semua komponen
soliditas di lembaga DPR karena fraksi yang
untuk melaksanakan semua kebijakan dan
mencalonkan Presiden dan koalisinya selalu
program pembangunan nasional. Hal ini bukan
akan bersepakat pada setiap program-program
berarti bahwa pemerintah anti kritik tetapi kritik
pemerintah. Bahkan apabila koalisi pemerintah
itu hendaknya dibangun untuk memperbaiki
tersebut sangat besar maka partai-partai yang
sistem yang sedang berjalan saat ini. Ketika
beroposisi dengan pemerintah semakin lama
keputusan telah dibuat oleh pemerintah dan
diawasi oleh DPR maka tidak boleh ada satu cenderung mengikuti program-program yang
kekuaatan apapun yang boleh mengganggu disusun pemerintah. Meskipun begitu kehadiran
dan merusak pelaksanaan pembangunan yang opisisi meskipun dalam kuantitas yang kecil
merupakan amanat UU tersebut. Oleh karena sangat dibutuhkan untuk menciptakan check
itu berdasarkan pengalaman yang selalu balances antara legislatif dengan pemerintah.
terjadi berulang-ulang sebaiknya semua pihak Oposisi tentunya akan mengkritik kebijakan
menyetujui PT sebesar 20% dan program pemerintah yang tidak sesuai
dengan tujuan Negara Republik Indonesia,
B.2.4. Analisis Ambang Batas Kepresidenan sehingga setiap kebijakan dan program tersebut
yang Menjadikan Pemilu yang harus direvisi dan diperbaiki oleh pemerintah.
Bermakna
Kharisma, kepiawaian dan kepemimipinan yang
Ambang batas Kepresidenan yang tinggi yaitu mumpuni dari seorang presiden tentunya dapat
20% menyebabkan hanya sedikit putra-putri menyelaraskan sengitnya perbedaan pendapat

293
Vol. 14 No. 03 - September 2017 : 285 - 300

antara koalisi pemerintah dan partai opisisi. B.2.6. Analisis Ambang Batas Kepresidenan
Demikian pula transparansi, kebersamaan, dan yang Memfasilitasi Pemerintahan yang
kerja yang berorientasi pada tujuan nasional Stabil dan Efisien
yang dibangun figur Presiden terpilih tentunya Manfaat terbesar dari ambang batas
akan meningkatkan trust dan kerjasama yang kepresidenan sebesar 20% adalah menciptakan
baik dengan partai oposisi. pemerintahan yang stabil dan efisien. Partai
Namun dari sisi konsiliasi masyarakat syarat pengusung capres dan partai-partai lainnya
ambang batas ini menyebabkan masyarakat yang berkoalisi dengan pemerintah tentunya
tidak dapat mendukung figur-figur yang akan senantiasa membantu dan mendukung
menarik, menginspirasi dan menjadi panutan terlaksananya pemerintahan hingga masa
mereka karena syarat ini menyebabkan hanya jabatan Presiden berakhir. Hal ini berakibat
sedikit pasangan capres dan cawapres yang pula pada berkurangnya kemungkinan
terjadinya money politics yang terpaksa
dapat bersaing pada pilpres. Bagi sebagian
harus diberikan agar partai-partai yang
orang yang tidak dapat menerima kenyataan
bertentangan dengan pemerintah mendukung
tersebut tentu pula semakin meningkatkan
program-program pemerintah. Pemerintahan
rasa tidak puas terhadap kinerja penyelenggara
yang stabil dan efisien sangat dibutuhkan
Pemilu. Bertumpuknya rasa yang tidak puas
untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi,
bukan tidak mungkin menyebabkan pergesekan
menciptakan iklim ekonomi yang kondusif dan
sosial bagi kelompok masyarakat yang
meningkatkan kesempatan kerja bagi angkatan
tidak bisa mendukung calon calon Presiden
kerja. Berdasarkan pengalaman-pengalaman
yang dikaguminya tersebut. Disamping itu
ketatanegaraan Indonesai sejak Orde Lama
Figur Presiden dan Wapres idealnya dapat
hinga Reformasi dukungan yang besar dari
menggambarkan Indonesia mini, mewakili Jawa
legislatif akan menciptakan pemerintahan yang
dan luar Jawa. Hal ini mengingat meskipun
stabil dan efisien.
jumlah penduduk Jawa lebih dari separuh
penduduk Indonesia namun pulau Jawa adalah B.2.7. Analisis Ambang Batas Kepresidenan
Pulau terkecil dari lima pulau besar di Indonesia, yang Meminta Pertanggungjawaban
oleh karena itu keterwakilan terhadap pulau di Pemerintah
luar Jawa, keseimbangan Indonesia Barat dan Dengan ambang batas kepresidenan yang
Timur, dan keseimbangan antara mayoritas tinggi yaitu 20% pertanggungjawaban terhadap
dan minoritas sebaiknya menjadi perhatian presiden sangat besar. Legislatif dan masyarakat
yang sangat besar bagi partai pengusung yang tentunya menuntut Presiden memenuhi
akan menyandingkan capres dengan cawapres. program-program kerja yang dijanjikannya
Kualitas bagi kepribadian dan intelijensi dari pada saat kampanye. Untuk menggenapi janji-
masing-masing calon juga merupakan senjata janjinya presiden harus membentuk kabinet
untuk memperekat masyarakat Indonesia yang dengan menteri-menteri yang berkepribadian
sangat plural. Pandai menempatkan diri dan baik serta professional dalam menggeluti
menyesuaikan pada setiap kultur, ras, etnik pekerjaannya. Presiden harus selalu mengawasi
dan agama pada saat kampanye ke daerah di kabinetnya dan memberikan insentif bagi
seluruh Indonesia membuat masyarakat terpikat menteri yang berprestasi dan hukuman bagi
akan pesona capres. Keyakinan masyarakat pegawai yang bermalas-malasan dan melanggar
akan bertambah apabila capres memberikan peraturan perundang-undangan. Ambang batas
argumentasi yang konkrit dan rasionil terhadap pemilu Kepresidenan pemilu memiliki dampak
permasalahan sosial, visi, misi dan program besar pada isu-isu tata kelola pemerintahan
yang akan disuguhkan kepada audiens pada yang lebih luas, dalam sistem presidensial.
Tata kelola pemerintahan itu mengarah pada
saat debat presiden yang ditayangkan serentak
penyelenggaraan manajemen pembangunan
di televisi nasional. Pertimbangan-pertimbangan
yang solid dan bertanggungjawab yang sejalan
ini sangat tepat digunakan untuk meningkatkan
dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien,
gairah pemilih yang sudah terlanjur kecewa
penghindaran salah alokasi dana investasi
karena pasangan yang diharapkannya tidak
dan pencegahan korupsi baik secara politik
dapat bertanding dalam kontestasi presiden
maupun secara administratif menjalankan
tersebut.

294
Mencari Solusi Terhadap Keraguan Sistem Pemilihan Umum... ( Markus H Simarmata )

disiplin anggaran serta penciptaan legal dan menjadi kursi di parlemen sudah mengerucut
politican framework bagi tumbuhnya aktivitas pada dua opsi, yaitu Kuota Hare dan Sainte
usaha. Pada dasarnya tata kelola ini akan Lague murni.19 Hasil kajian perkumpulan untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat, tegaknya Pemilu dan Demokrasi (Perludem) pada 2016
supremaasi hukum, transparansi, peduli pada menyebutkan bahwa metode penghitungan suara
stakeholder/dunia usaha, berorientasi padan ini berpengaruh pada: derajat proporsionalitas
konsensus, kesetaraan, efektifitas dan efisiensi, suara, jumlah perolehan kursi parpol dan
akuntabilitas, dan visi strategis. sistem kepartaian. Penemu sistem Hare yaitu Sir
Thomas Hare (1806-1891), seorang ahli hukum
B.3. Dapil Magnitude Inggris Raya. Manfaat metode Hare yaitu akan
Jumlah dapil di Pemilu 2019 dapat bertambah mengakhiri kejahatan korupsi dalam Pemilu serta
jika ada perubahan angka ambang batas ketidakpuasan yang mengarah kepada kekerasan
alokasi kursi, atau district magnitude, dalam di masyarakat. Metode Hare menggunakan
pembahasan RUU Penyelenggaraan Pemilu oleh kuota sederhana, yaitu jumlah minimal tertentu
Panitia Khusus DPR-RI18 Menurut Ketua Pansus yang membuat sebuah parpol dapat memperoleh
RUU Pemilu Lukman Edy, jumlah dapil pada kursi di suatu dapil. Sebagai contoh, misalnya
pemilu serentak mendatang bisa meningkat di suatu dapil terdapat 10.000 suara dan jatah
hingga 98 daerah. Sebelumnya, terdapat 77 dapil 10 kursi, maka kuota untuk mendapatkan satu
dalam Pemilu legislatif 2014. Dahulu (district kursi itu adalah 1.000 suara untuk setiap kursi.
magnitude) 3-10 kursi setiap dapil, kemudian Metode kuota Hare digunakan di banyak negara,
diusulkan dilakukan perubahan menjadi 3-8 seperti Austria, Filipina, Italia, Korea Selatan,
kursi. Artinya jika disederhanakan terjadi Meksiko dan berbagai negara Afrika.
penghitungan ulang dan berpotensi menambah Metode Saint-Lague (1910) diambil dari
sampai dengan 98 dapil dari 77 dapil. Lukman nama ahli matematika Prancis Andre Sainte
mengungkapkan bahwa usul perombakan Lague, seorang guru besar Universitas di Paris
alokasi kursi per dapil muncul dari partai-partai dan aktivis kaum pekerja. Metode tersebut
besar di parlemen seperti PDIP. menggunakan “divisor” atau angka pembagi
Kursi parlemen pusat yang diperebutkan terkait pendistribusian kursi yang diperoleh oleh
dalam pemilu 2019 kemungkinan juga setiap parpol dalam suatu daerah pemilihan.
bertambah menjadi 575 dari sebelumnya 560 Sainte-Lague murni menggunakan rumus
setelah Pansus RUU Pemilu sepakat menambah seluruh jumlah suara yang masuk dibagi dengan
jumlah anggota DPR pada rapat kerja RUU angka pembagi yaitu sistem berbasis rata-
Pemilu. Hingga saat ini, tambahan 15 kursi rata jumlah suara tertinggi untuk menentukan
DPR untuk pemilu nasional belum diketahui alokasi kursi dalam suatu dapil. Banyak negara
pengalokasiannya. Pemerintah baru meminta 5 yang menggunakan Sainte-Lague seperti Bosnia-
kursi dialokasikan ke tiga daerah; Kalimantan Herzegovina, Denmark, Jerman, Norwegia,
Utara (3 kursi), Kepulauan Riau (1 kursi) dan Riau Swedia, dan Palestina.20
(1 kursi). Lukman menegaskan bahwa alokasi
10 kursi tambahan tersisa akan dilakukan B.4.1.
Analisis Penentuan Metode Sainte
dengan formula yang tepat. Namun DPR disebut Lague Murni ataukah Metode Hare
yang Paling Menyediakan Representasi
memasrahkan formula pembagian kursi tersebut
ke pemerintah.“Formulanya pansus meminta ke Bila dikaji dari tingkat keadilan keterwakilan
pemerintah memformulasikan, begitu formula caleg pada jumlah pemilih maka Sainte Lague
disampaikan secara lugas, DPR akan setuju. lebih akurat mewakili masyarakat pada dapil
namun jika dikaji dari fisibilitas partai kecil
B.4. Analisis Kuota Hare dan Sainte Lague untuk dapat bersaing dalam Pemilu maka
Sejumlah fraksi masih belum satu suara merugikan partai kecil dan menguntungkan
soal metode yang akan digunakan dalam partai besar. Sebaliknya metode Kuota Hare
penghitungan alokasi kursi tersebut. Akan kurang merefleksikan keadilan keterwakilan
tetapi, sejauh ini perdebatan soal konversi suara jumlah pemilih pada dapil jika dikaji dari

18 Lalu Rahadian, Daerah Pemilihan di Pemilu 2019 Beropotensi Meningkat, CNN Indonesia, Jakarta, (10 Juni 2017) <https://m.
cnnindonesia.com>
19 Abdul Aziz, Istilah Kuota Hare dan Sainte Lague dalam RUU Pemilu, (05 Juli 2017) < https://tirto.id>
20 Abdul Aziz, Istilah Kuota Hare dan Sainte Lague dalam RUU Pemilu, (05 Juli 2017) < https://tirto.id>

295
Vol. 14 No. 03 - September 2017 : 285 - 300

fisibilitas partai kecil untuk dapat bersaing dalam menjadi semen yang memepersatukan seluruh
Pemilu maka menguntungkan partai kecil untuk lapisan masyarakat, sebaliknya metode Kuota
dapat lolos mendapatkan kursi di legislatif. Hare yang lebih mengutamakan kesempatan
Demikian pula jika dikaji dari keterwakilan bagi caleg dari partai kecil daripada menciptakan
deskriptif maka metode Sainte Lague keadilan bagi caleg yang mendapatkan
mencerminkan keterwakilan dari beragam suara terbanyak, maka metode ini kurang
latar belakang sosial, ekonomi dan budaya mengakomodasi inklusifitas seluruh pemilih.
pemilih karena hasilnya lebih akurat mewakili Pada saat caleg menduduki jabatan sebagai
masyarakat pada dapil. Sedangkan metode anggota legislatif cenderung kurang dekat
Kouta Hare kurang mencerminkan keterwakilan dan kurang memahami apa yang diinginkan
dari beragam latar belakang sosial, ekonomi oleh masyarakat. Bila hal ini dibiarkan dan
dan budaya pemilih karena metode ini lebih diteruskan bukan tidak mungkin menimbulkan
ditujukan pada mengakomodasi partai kecil rasa tidak puas yang berimbas pada pergesekan
memperoleh kursi di parlemen. masyarakat yang menuntut keadilan agar caleg
yang mereka dukung dapat menduduki jabatan
B.4.2.
Analisis Penentuan Metode Sainte anggota legislatif berdasarkan suara Pemilu yang
Lague Murni ataukah Metode Hare memenuhi syarat.
yang Paling Menjadikan Pemilu
Bermakna B.4.4.
Analisis Penentuan Metode Sainte
Semakin akurat keterwakilan caleg dari Lague Murni ataukah Metode Hare yang
jumlah masyarakat pada dapil maka akan Paling Memfasilitasi pemerintahan
semakin tinggi pula partisipasi masyarakat yang stabil dan efisien
untuk mengikuti Pemilu karena masyarakat Implementasi metode Sainte Lague dengan
mendapat jaminan bahwa calon yang mereka pilih tepat akan sungguh-sungguh merefleksikan
memenangkan pemilu dan mewakili sebagian perwakilan dari seluruh masyarakat sehingga
besar masyarakat. Dengan demikian metode aspirasi dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat
Sainte Lague sangat tepat digunakan untuk dapat direalisasikan dengan menyampaikan
meningkatkan partisipasi publik mengikuti hal tersebut kepada pemerintah. Hal ini akan
Pemilu. Sedangkan semakin tidak akurat menciptakan kondisi masyarakat yang stabil dan
keterwakilan caleg dari jumlah masyarakat efisien. Demikian pula dengan tidak banyaknya
pada dapil maka akan semakin rendah pula parpol yang berhasil masuk ke parlemen maka
partisipasi masyarakat untuk mengikuti Pemilu menciptakan struktur legislatif yang sederhana
karena masyarakat kecewa calon yang mereka sehingga gagasan, usul dan program dari dalam
pilih seharusnya dapat memenangkan Pemilu, legislatif sendiri maupun dari eksekutif lebih
namun kursinya diambil oleh caleg lain dari mudah untuk disepakati dan diimplementasikan.
partai kecil. Dengan demikian metode Kuota Hare Oleh karena itu, kondisi ini akan menciPTakan
kurang tepat digunakan untuk meningkatkan pemerintahan yang stabil dan efisien.
partisipasi publik mengikuti Pemilu. Sebaliknya implementasi metode Kuota
Hare dengan tepat akan sungguh-sungguh
B.4.3.
Analisis Penentuan Metode Sainte
merefleksikan kepentingan parpol dibandingkan
Lague Murni ataukah Metode Hare
kepentingan masyakarat sehingga aspirasi
yang Paling Menyediakan Insentif Bagi
dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat sulit
Konsiliasi
direalisasikan, saat hal tersebut disampaikan
Metode Sainte Lague yang lebih mengutamakan
kepada pemerintah. Hal ini akan menciptakan
keadilan bagi caleg yang mendapatkan suara
kondisi masyarakat yang apatis dan penolakan
terbanyak, daripada kesempatan bagi caleg dari
terhadap kebijakan dan program-program
partai kecil untuk memenangkan Pemilu, maka
yang diusulkan oleh legislatif dan pemerintah.
metode ini mengakomodasi inklusifitas seluruh
Demikian pula dengan banyaknya parpol yang
pemilih tanpa membedakan suku, agama, ras,
berhasil masuk ke parlemen maka menciptakan
dan adat istiadatnya. Pada saat caleg menduduki
struktur legislatif yang kompleks sehingga
jabatan sebagai anggota legislatif akan cenderung
gagasan, usul, dan program dari dalam legislatif
memperlakukan sama kepada semua orang
sendiri maupun dari eksekutif lebih sulit untuk
dalam masyarakat dan cenderung mendorong
disepakati dan diimplementasikan. Oleh karena
eksekutif untuk membela kepentingan dan
itu, kondisi ini akan menciptakan pemerintahan
memberdayakan masyarakat. Hal ini akan

296
Mencari Solusi Terhadap Keraguan Sistem Pemilihan Umum... ( Markus H Simarmata )

yang sering diwarnai dengan interupsi yang C. Penutup


kurang positif. Dari pembahasan tersebut di atas dapat
B.4.5.
Analisis Penentuan Metode Sainte disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
Lague Murni ataukah Metode Hare yang 1. bahwa sistem Pemilu yang tepat digunakan
Paling Meminta pertanggungjawaban di Indonesia adalah Sistem Pemilu Terbuka
Wakil-Wakil Perorangan karena pemilih dapat memilih calon yang
Tingkat akurasi metode Sainte Lague yang memiliki gagasan, visi, dan misi yang
tinggi untuk memastikan kontestan yang sama, mencerminkan profil seluruh rakyat,
memenangkan suara yang besar berhak meningkatkan antusiasme masyarakat
mendapatkan jabatan anggota legislatif untuk berpartisipasi dalam Pemilu, lebih
menyebabkan masyarakat sangat tepat meminta mengedepankan persatuan dan kesatuan
pertanggungajawaban kepada caleg yang bangsa Indonesia, dan menyediakan
memenangkan Pemilu tersebut. Kemenangan pertanggungjawaban caleg secara langsung
yang didukung oleh mayoritas masyarakat tentu sedangkan kelemahan sistem terbuka yaitu
saja memberikan tanggungjawab yang besar bagi lebih menuntut peningkatan kinerja calon
pemenang pemilu untuk tidak mengecewakan legislatif (caleg) daripada peningkatan kinerja
parpol, karena pemilih selalu melihat dan
masyarakat dan menunjukkan kredibilitas dan
memilih caleg daripada parpolnya;
profesionalitas yang tinggi dari pemenang pemilu
kepada masyarakat. Aspirasi yang disampaikan 2. tingkat ambang batas kepresidenan yang
oleh masyarakat ke DPR dan DPRD secara tepat digunakan di Indonesia adalah
langsung akan segera dikonfirmasi dan direspons 20 % karena berdasarkan pengalaman-
oleh anggota dewan dan mendesak pemerintah pengalaman ketatanegaraan Indonesia sejak
untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi Reformasi dengan ambang batas 20% maka
partai pengusung capres dan partai koalisi
masyarakat. Demikian pula ketika anggota
tentunya akan senantiasa membantu dan
dewan mencapai titik jenuh, kurang gairah
mendukung terlaksananya pemerintahan
dan malas dalam bekerja masyarakat dapat
sehingga menciptakan pemerintahan yang
mengkritik sekaligus menyemangati anggota
stabil dan efisien. Meskipun begitu ketentuan
Dewan yang mereka pilih.
ini dapat saja menyebabkan partisipasi
Sedangkan tingkat akurasi metode Kuota
politik masyarakat menjadi turun karena
Hare yang rendah untuk memastikan kontestan jumlah pasangan capres menjadi kecil
yang memenangkan suara yang besar berhak sehingga masyarakat kehilangan kesempatan
mendapatkan jabatan anggota legislatif untuk memilih figur-figur yang menarik,
menyebabkan masyarakat ragu-ragu meminta menginspirasi dan menjadi panutan dari
pertanggungjawaban kepada caleg yang berbagai latar belakang; dan
memenangkan Pemilu tersebut. Kemenangan
3. metode yang tepat untuk mengkonversi suara
yang hanya didukung oleh keberpihakan sistem
menjadi kursi dan partai politik di legislatif
pemilu tentu saja memberikan tanggungjawab adalah metode Sainte Lague karena lebih
yang kurang bagi pemenang pemilu untuk akurat mewakili masyarakat pada dapil,
memnuhi janji-janji kampanyenya sehingga mencerminkan keterwakilan dari beragam
cenderung kurang menjaga kredibilitas dan latar belakang sosial, ekonomi dan budaya
profesionalitasnya kepada masyarakat. Aspirasi pemilih, meningkatkan partisipasi masyarakat
yang disampaikan oleh masyarakat ke DPR dan untuk mengikuti Pemilu, merealisasikan
DPRD kurang ditanggapi oleh anggota dewan aspirasi dan kebutuhan-kebutuhan
karena pemenang pemilu tidak merasa bahwa masyarakat dengan menyampaikan
kemenangan itu mutlak dari masyarakat namun hal tersebut kepada pemerintah, dan
karena kondisi yang dibentuk oleh sistem menyediakan pertanggungjawaban caleg
pemilu. Demikian pula ketika anggota dewan terhadap janji-janji kampanyenya. Namun
mencapai titik jenuh, kurang gairah dan malas jika dikaji dari fisibilitas partai kecil untuk
dalam bekerja masyarakat juga enggan untuk dapat bersaing dalam Pemilu maka metode ini
mengkritik sekaligus menyemangati pemenang merugikan partai kecil dan menguntungkan
pemilu tersebut. partai besar.

297
Vol. 14 No. 03 - September 2017 : 285 - 300

Adapun beberapa saran yang perlu Undang tidak hanya membuat regulasi
dipertimbangkan untuk permasalahan sistem saja namun mengetahui keadaan yang
Pemilu yang tepat di Indonesia diantaranya sebenarnya tentang partisipasi masyarakat
yaitu: dalam mengikuti Pemilu.
1. Partai politik harus meningkatkan kredibilitas 3. Partai kecil yang tidak memperoleh kursi di
partainya karena kredibilitas partai politik badan legislatif dan tidak dapat mencalonkan
sangat berpengaruh terhadap elektabilitas Presiden bukan berarti partai-partai tersebut
caleg atau capres yang diusungnya. Dengan tidak dapat berkiprah dalam pembangunan.
kredibilitas partai yang baik dan diakui Partai-partai tersebut yang juga mempunyai
oleh rakyat banyak maka tidak sulit bagi pendukung yang cukup besar dapat bergabung
caleg atau capres yang baru memasuki atau mendukung partai-partai besar untuk
dunia politik untuk memenangkan Pemilu mengikuti Pemilu dan menampung serta
demikian pula sebaliknya kredibilitas partai merealisasikan aspirasi masyarakat. Selain
yang buruk dan keburukan suatu partai itu partai-partai kecil juga dapat memberikan
tersebut telah menjadi rahasia umum gagasan-gagasan baru atau hal-hal yang
maka akan menyulitkan bagi caleg atau perlu diperbaiki dalam segala bidang kepada
capres yang berprestasi dan berpengalaman partai-partai besar atau kepada legislatif
di bidang politik untuk memenangkan atau kepada pemerintah dalam rangka
pemilu. Disamping itu pada saat melakukan membangun manusia Indonesia seutuhnya.
kampanye, partai politik dan caleg maupun
capres harus bersinergi untuk menggalang
simpati dari rakyat dan bersama-sama
bekerja dalam memenuhi janji janji politik Daftar Pustaka
kepada rakyat yang disampaikan pada saat
melakukan kampanye. Oleh karena itu Buku-Buku
sebelum melakukan kampanye partai politik
Reynolds,Andrew, Reilly,Ben, and Ellis,Andrew.
juga harus mampu menunjukkan konsistensi
integritasnya dengan menampung aspirasi Desain Sistem Pemilu: Buku Panduan Baru
rakyat tentang persoalan-persoalan Internasional IDEA. Stockholm, Swedia.
yang tengah dihadapi masyarakat dan International Institute for Democracy and
menyampaikan aspirasi tersebut kepada Electoraal Assistance. 2005.
kader-kadernya yang duduk dilembaga
legislatif. Hal ini menunjukkan bahwa partai Surbakti, Ramlan. Sistem Pemilu di Indonesia,
politik dan caleg maupun capres tidak hanya Antara Proporsional dan Mayoritarian.
bekerja pada saat kampanye saja namun Jakarta. P3DI Setjen DPRRI dan Azza Grafika.
selalu bekerja setiap saat untuk kepentingan 2015.
rakyat.
2.
Komisi Pemilihan Umum seharusnya Website
melaksanakan sosialisasi tentang kualitas
integritas dan profesionalitas kandidat Aziz,Abdul. Istilah Kuota Hare dan Sainte Lague
calon legislatif dan presiden. Sosialisasi dalam RUU Pemilu. (05 Juli 2017) <https://
tersebut dapat dilakukan dengan berbagai tirto.id>
cara salah satunya mengemas debat caleg
maupun capres, bekerjasama dengan Aziz, Abdul. Lagu Lama Perdebatan Ambang
kementerian/lembaga untuk melaksanakan Batas Parlemen. (10 Februari 2017). <https://
pendidikan demokrasi yang salah satu materi tirto.id>
pembahasannya yaitu Pemilihan Umum.
Selain itu penelitian yuridis empiris sangat Harun, Refly. Presidential threshold 20% Langgar
perlu dilaksanakan untuk mengetahui Konstitusi. (20 Juli 2017). <http://www.
fakta-fakta yang terjadi di lapangan tentang kumparan.com>
partisipasi masyarakat dalam Pemilu untuk
diformulasikan ke dalam suatu regulasi. Indah Mutiara Kami. Sudah Disahkan, Ini 5 Isu
Dengan adanya penelitian pembuat Undang- Krusial di UU Pemilu. Jakarta. (21 Juli 2017),
<http://m.detik.com>

298
Mencari Solusi Terhadap Keraguan Sistem Pemilihan Umum... ( Markus H Simarmata )

5 Alasan Presidential threshold Tak Bisa Dipakai Artikel


di Pemilu 2019. (20 Juli 2017). <http://m.
kumparan.com> Januarius Kuwado, Fabian, Sistem Pemilu
Terbuka Terbatas Dinilai Bertolak Belakang
Rahadian,Lalu. Daerah Pemilihan di Pemilu dengan Reformasi. Jakarta. Kompas. 18
2019 Beropotensi Meningkat. CNN Indonesia. Maret 2017
Jakarta. (10 Juni 2017) <https://m.
Mairizal Putra, Lutfy. Alasan Pemerintah Usulkan
cnnindonesia.com>
Sistem Pemilu Terbuka Terbatas dalam RUU.
Jakarta. Kompas. 20 Maret 2017.
Razi Rahmah,Muhammad. Membandingkan
Perhitungan Pemilu “Kuota Hare-Sainte Tashandra, Nabila. Enggan Kehilangan Kursi,
Lague”. Jakarta (19 Juni 2017). <http:// Alasan PAN Ngotot Konversi Suara Kuota
www.m.antaranews.com> Hare, Jakarta. Kompas. 2017.

Sistem Pemilu Terbuka Terbatas, Ini Tashandra, Nabilla. Mahfud MD: Sistem Terbuka
Kelebihannya, 11 Mei 2017, <www. dan tertutup Tak Melanggar Konstitusi.
kemendagri.go.id>. Jakarta. Kompas. 18 Januari 2017

299
Vol. 14 No. 03 - September 2017 : 285 - 300

300

Anda mungkin juga menyukai