Anda di halaman 1dari 9

EVALUASI MODEL CIPPO PADA PELAKSANAAN PROGRAM

KEWIRAUSAHAAN DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

Indah Nur Faizah, Nunuk Hariyati


Universitas Negeri Surabaya

*Korespodensi: indah.21021@mhs.unesa.ac.id

ABSTRACT
The purpose of this Systematic Literature Review (SLR) is to identify: (1) Context of implementing
entrepreneurship programs in SMA, (2) Inputs for implementing entrepreneurship programs in SMA,
(3) Process of implementing entrepreneurship programs in SMA, (4) Output of implementing
entrepreneurship programs in SMA, and (5) Outcomes of implementing the entrepreneurship program
in SMA. This research is an SLR research using the PRISMA model by identifying various
appropriate and relevant literatures. The PRISMA model adopted in this study consisted of four
stages: identification, screening, feasibility, and inclusion. Data search was carried out using criteria
determined by researchers from various search engines such as Google Scholar, ERIC, Sinta,
Researchgate, and others, which resulted in 22 articles for further analysis. Furthermore, the data were
analyzed using a qualitative approach in describing the research results. The results of this study are
1), 2), 3), 4), 5)
Keywords: Program Evaluation, Entrepreneurship Program, Life Skill

ABSTRAK
Tujuan dari Systematic Literature Review (SLR) ini adalah untuk mengidentifikasi: (1)
Context pelaksanaan program kewirausahaan di SMA, (2) Input pelaksanaan program
kewirausahaan di SMA, (3) Process pelaksanaan program kewirausahaan di SMA, (4) Output
pelaksanaan program kewirausahaan di SMA, dan (5) Outcome pelaksanaan program
kewirausahaan di SMA. Penelitian ini merupakan penelitian SLR menggunakan model
PRISMA dengan mengidentifikasi berbagai literatur yang sesuai dan relevan. Model
PRISMA yang diadopsi dalam penelitian ini terdiri dari empat tahap: identifikasi,
penyaringan, kelayakan, dan inklusi. Pencarian data dilakukan dengan menggunakan kriteria
yang ditentukan oleh peneliti dari berbagai search engine seperti Google Scholar, ERIC,
Sinta, Researchgate, dan lain-lain, yang menghasilkan 22 artikel untuk dianalisis lebih lanjut.
Selanjutnya, data dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif dalam
mendeskripsikan hasil penelitian. Hasil dari penelitian ini adalah 1), 2), 3), 4), 5)
Kata Kunci: Evaluasi Program, Program Kewirausahaan, Life Skill

1. PENDAHULUAN
Pendidikan kewirausahaan memiliki peran penting di sekolah untuk mempersiapkan
generasi yang mandiri, dikarenakan perubahan di masa mendatang sulit untuk diperkirakan.
Seperti kejadian akhir-akhir ini dimana telah terjadi kesepakatan pasar bebas. Masyarakat
Ekonomi Asean (MEA) telah membuka batas transaksi di bidang barang, jasa dan tenaga
profesional bagi negara ASEAN (Kholis et al., 2022). Upaya menghadapi MEA
mengharuskan negara memiliki wirausaha yang dapat meningkatkan ekonomi dan dapat
bersaing dengan negara lainnya. Fakta di lapangan menurut (Kementrian Koperasi &
UMKM, 2020) dijelaskan bahwa Indonesia hanya memiliki 3,47 persen wirausaha dari
seluruh jumlah penduduk yang ada. Jumlah ini tergolong rendah di bawah kategori negara
maju yang rasio kewirausahaan minimil memiliki 12 persen dari total populasi.
Selain permasalahan MEA, pengangguran merupakan masalah yang belum teratasi di
Indonesia saat ini. Hal tersebut dibuktikan dari data BPS tahun 2022 yang menjelaskan

1
bahwa presentase pengangguran tertinggi kedua di Indonesia di dominasi oleh lulusan SMA
sebanyak 8,55 persen (BPS, 2022). Hal ini menunjukkan bahwasannya masalah
pengangguran belum teratasi dengan baik di Indonesia. Setiap tahun angka pengangguran di
Indonesia mengalami kenaikan kurang lebih 20 persen dari keseluruhan jumlah penduduk
(Nurhafizah, 2018). Permasalahan pengagguran produktif ini disebabkan faktor minimnya
kemampuan atau keterampilan sumber daya manusia dan rendahnya minat lulusan untuk
berwirausaha.
Melalui pendidikan, kebijakan yang berkaitan dengan kewirausahaan harus
dilaksanakan sedini mungkin. Dengan begitu sumber daya manusia diharapkan memiliki
keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi persoalan globalisasi dan ekonomi. Sumber
daya manusia yang dibutuhkan dan berkualitas dapat terwujud melalui peran pendidikan
(Istiarsono, 2016). Lembaga pendidikan yang melaksanakan program kewirausahaan
tentunya memiliki harapan agar sumber daya manusia atau lulusan nantinya dapat membuka
lapangan pekerjaan sehingga dapat membantu mengatasi persolan penganguran, kemiskinan
dan ketertinggalan di bidang ekonomi. Adapun program dapat dilakukan mulai dari
pendidikan dasar hingga perguruan tinggi yang mana pada pelaksanaannya kurikulum yang
digunakan disesuaikan dengan jenjang pendidikan (Zurina, 2019), dilaksanakan dan diajarkan
di sekolah sesuai dengan amanat pendidikan (Agung & Fikri, 2022).
Pendidikan kewirausahaan merupakan sarana untuk mengurangi pengangguran dan
kemiskinan serta menjadi tangga menuju cita-cita setiap masyarakat untuk mandiri
secara finansial, memiliki kemampuan membangun kesejahteraan individu, sekaligus
turut serta membangun kesejahteraan masyarakat (Alif Fianto et al., 2020). Keberhasilan
Pendidikan kewirausahaan tidak dapat diraih begitu saja, melainkan harus melalui
tahapan-tahapan. Menurut (Kemendikbud, 2019) pendidikan kewirausahaan pada jenjang
sekolah menengah atas (SMA) dilaksanakan dengan tujuan agar dapat meningkatkan daya
inisiatif sekolah untuk melakukan pengembangan program kewirausahaan, memperkuat
pendidikan karakter peserta didik melalui program kewirausahaan di sekolah, dan
mempertajam aspek kreativitas dan literasi untuk berwirausaha. Dengan tujuan tersebut,
maka implementasi program kewirausahaan di SMA dilakukan secara eksploratif melalui
kegiatan pembelajaran yang sifatnya simulasi dengan berbagai model yang mengarah pada
peningkatan keterampilan dan kreativitas (Setiawan, 2019).
Kehadiran program kewirausahaan di lembaga pendidikan memberikan banyak manfaat
bagi sekolah, siswa dan masyarakat karena lulusan atau siswa dapat menghadapi persaingan,
dapat bersaing dengan perubahan, dapat bersaing dari segi intelektual,dan dapat hidup
mandiri, serta memiliki kecakapan hidup (Istiarsono, 2016). Kecakapan hidup atau life skill
merupakan keterampilan yang dapat membantu setiap individu bertahan hidup dan mampu
menghadapi persoalan atau permasalahan yang terjadi di kehidupan sehari-hari tanpa adanya
rasa tertekan. (Mislaini, 2017) menjelaskan bahwa life skill mampu memberikan kontribusi
dalam pembentukan keterampilan dasar yakni keterampilan sosial, vokasional, intelektual
serta keterampilan akademis. Oleh karena itu, kecakapan hidup menjadi salah satu
keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang individu agar dapat survive atau bertahan
hidup. Ketiga keterampilan tersebut perlu diperhatikan bukan hanya oleh guru saja akan
tetapi juga orang tua. Akan tetapi, fakta di lapangan kebanyakan orang tua kurang
memperhatikan kecakapan hidup dan keterampilan yang dimiliki oleh anak. Padahal masa
depan anak yang baik dapat diwujudkan melalui kecakapan hidup dan setiap orang perlu
menggalinya secara terus menerus baik dalam hal kecakapan hidup untuk kerja dan
kecakapan pada bidang akademik (Suprihatin & Dewi, 2018).
Saat ini di berbagai sekolah khususnya pada jenjang sekolah menengah atas sudah
banyak yang melakukan program kewirausahaan sebagai upaya meningkatkan life skill
peserta didik. Selain itu, munculnya SMA yang melaksanakan program kewirausahaan

2
merupakan implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2016 mengenai Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada
Kurikulum 2013 Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Lampiran tersebut
menyebutkan terkait Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Prakarya dan Kewirausahaan
SMA/MA/SMK/MAK (Menteri Pendidikan & Kebudayaan Republik Indonesia, 2016).
Kebijakan itu dilaksanakan untuk meningkatkan kompetensi wirausaha pada generasi muda
bangsa. Oleh karena itu, ada beberapa sekolah SMA di kabupaten dan kota yang ditunjuk
untuk melaksanakan program kewirausahaan.
Selanjutnya untuk mengetahui tingkat pencapaian program kewirausahaan yang telah
dilaksanakan di berbagai sekolah, maka diperlukan kegiatan evaluasi terhadap program yang
telah dilakukan. Evaluasi dilakukan secara keseluruhan atau multidimensi sehingga akan
diketahui apa yang masih harus ditingkatkan, dikembangkan dan dilanjutkan. Sehingga akan
diketahui apa yang masih harus ditingkatkan (Arikunto & Jabar, 2018).
Evaluasi program adalah evaluasi memiliki keterkaitan dengan kegiatan pendidikan,
meliputi kurikulum, SDM, sarana prasarana, penyelenggara program, dan hubungan dengan
masyarakat (Agustina & Mukhtaruddin, 2019). Adapun dengan melaksanakan evaluasi dapat
diketahui tingkat pencapaian tujuan program dan dimana letak kekurangannya serta mengapa
(Arikunto & Jabar, 2018). Dalam mengevaluasi program kewirausahaan di SMA,
keberhasilan program dilihat dari lima komponen yaitu komponen context, input, process,
product, dan outcome. Evaluasi komponen konteks (context) dilakukan dengan melakukan
evaluasi terhadap kebutuhan dengan tujuan program, apakah program kewirausahaan benar-
benar mengatasi permasalahan yang ada. Evaluasi komponen masukan (input) yakni evaluasi
terhadap sumber daya yang digunakan pada pelaksanaan program yang menjadi faktor
pendukung pada proses pelaksanaan seperti tenaga pendidik dan sarana dan prasarana
program kewirausahaan. Evaluasi komponen proses (process) adalah dengan melakukan
evaluasi terhadap bagaimana proses aktivitas yang dilakukan, apakah sudah sesuai dengan
kebijakan dan juknis yang telah disusun atau tidak. Evaluasi hasil (product) merupakan
evaluasi terhadap hasil dari suatu program, apakah program kewirausahaan yang dilakukan
menghasilkan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan. Komponen terakhir yakni outcome
merupakan evaluasi yang dilakukan untuk menilai dampak dari pelaksanaan program
kewirausahaan.
Berdasarkan masalah dan rasionalitas peneliti, maka penelitian ini dilakukan
menggunakan model evaluasi CIPPO yang berfokus pada lima komponen yakni context,
input, process, product, dan outcome dalam pelaksanaan program kewirausahaan di Sekolah
Menengah Atas.

2. TINJAUAN PUSTAKA
a. Evaluasi Program
Evaluasi merupakan proses menyediakan informasi yang hasilnya dapat digunakan
sebagai pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan (Ananda & Rafida, 2017).
Sedangkan program adalah rencana yang melibatkan beberapa unit yang berisi tentang
kebijakan dan rangkaan kegiatan yang wajib dilakukan pada waktu tertentu. Sehingga
dapat disimpulkan bahwsannya evaluasi program merupakan suatu unit atau kesatuan
aktivitas yang dilakukan dengan tujuan memperoleh dan mengumpulkan informasi tentang
implementasi suatu kebijakan organisasi guna memperoleh suatu keputusan. Kegiatan
evaluasi dilakukan dengan beberapa tujuan diantaranya ialah untuk mengetahui
sejauhmana program yang telah dilaksanakan (Arikunto & Jabar, 2018).
Dalam melakukan evaluasi, terdapat banyak model yang dapat dipilih, tetapi
peneliti harus memilih yang paling tepat sesuai dengan tujuan dan kondisi. Model CIPP
Stufflebeam dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas program secara umum dan
3
kualitas input, proses dan produk. CIPPO, akronim dari Context, Input, Process, Product,
dan outcome adalah model evaluasi program yang berguna untuk mengevaluasi program
pendidikan. Komponen pertama yakni evaluasi konteks terdiri dari kegiatan pemeriksaan
dan menggambarkan konteks program, melaksanakan penilaian kebutuhan dan tujuan,
pengambilan keputusan tujuan program, dan melakukan verifikasi apakah tujuan yang
diusulkan cukup responsif terhadap kebutuhan yang diidentifikasi. Selanjutnya, evaluasi
masukan atau input merupakan kegiatan yang terdiri dari penjabaran masukan dan sumber
daya program, pembiayaan, evaluasi rancangan program yang telah diusulkan, dan
melakukan pemeriksaan rekomendasi untuk strategi. Evaluasi proses melakukan penilaian
terhadap pelaksanaan rencana guna memandu kehgiatan dan kemudian membantu
menjelaskan hasil. Evaluasi product atau produk dilaksanakan dengan menentukan dan
memeriksa hasil umum dan khusus dari program. Adapun dalam melaksanakan evaluasi
produk dapat membantu dalam pengambilan keputusan evaluasi sumatif (Stufflebeam &
Zhang, 2017). Terakhir, evaluasi outcome atau evaluasi hasil menurut merupakan
memiliki keguanaan untuk menilai dan mebgujur dampak yang ditimbulkan dari
pelaksanaan suatu program (Nurfaizah et al., 2021).

b. Pelaksanaan Program Kewirausahaan


Pendidikan kewirausahaan adalah bagian integral dari struktur kurikulum pada
jenjang SMA yang memiliki fokus pada pengembangan pola pikir atau semangat
kewirausahaan siswa karena mungkin hal ini akan menjadi pusat dari tindakan
kewirausahaan lainnya. Lembaga pendidikan perlu memberikan wawasan kepada peserta
didik mengenai jenis kewirausahaan yang relevan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah. Program kewirausahaan dapat dilakukan melalui berbagai
upaya, salah satunya melalui mapel prakarya dan kewirausahaan yang diharapkan dapat
mendorong peserta didik menjadi kreatif, mandiri, serta berani membuka usaha secara
mandiri (Noviani et al., 2022).
Program kewirausahaan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk membenruk
manusia secara utuh yang memiliki pemahaman keterampilan sebagai seorang wirausaha.
Program kewirausahaan dapat dilaksanakan secara terpadu dengan aktivitas-aktivitas di
sekolah dengan cara membiasakan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam tingkah laku siswa
baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah dengan melibatkan peran orang tua (Tamara
et al., 2020).
Kewirausahaan (entrepreunership) merupakan upaya yang dilakukan oleh
seseorang dengan mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi, dan produk
baru dengan melakukan peningkatan efisiensi dalam rangka memberikan sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya dan orang lain (Imron & Burhannuddin, 2003). Selanjutnya
menurut (Hisrich & Peters, 1995) menjelaskan bahwa kewirausahaan merupakan upaya
yang dilakukan oleh seseorang untuk menciptakan sesuatu yang baru, baik berupa produk
atau jasa yang dilakukan dengan efisien, aktivitas dilaksanakan diimbangi dengan modal
dan risiko sosial, fisik dan hasil yang diperoleh dalam berupa uang serta kepuasan.
Menjadi seorang wirausaha harus memiliki pola pikir wirausaha yang berpandangan ke
depan karena dapat mendukung keberhasilan usaha yang dilakukan (Handayani et al.,
2021). Selain itu untuk mewujudkan usaha perlu memiliki kombinasi perilaku yang
inovatif, proaktif, dan mencari risiko yang melintasi batas-batas negara dan dimaksudkan
untuk menciptakan nilai dalam organisasi (Kaartemo et al., 2018).
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa kewirausahaan merupakan aktivitas
atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang agar dapat menciptakan sesuatu dengan
efisien, dimana hasil atau output yang dihasilkan dapat bermanfaat bagi diri sendiri
ataupun orang lain. Terdapat tiga indikator utama yang dimiliki oleh kewirausahaan yakni

4
berpikir terhadap hal-hal baru (kreatif), tindakan dilakukan mengarah pada hal baru, dan
selalu berkeinginan untuk menciptakan nilai tambah (Pawestri et al., 2020). Adapun
kehadiran usaha yang diciptkan oleh seseorang melalui potensi yang dimiliki tentunya
memberikan banyak manfaat di kehidupan sehari-hari diantaranya ialah:
1) Membuka peluang usaha bagi lingkungannya
2) Memiliki kebebasan untu mengendalikan sendiri karena tidak terikat dengan aturan
instansi, serta memiliki keuntungan yang lebih optimal (Hamdani & Rizal, 2019)
3) Serta membantu negara peningkatan ekonomi negara (Aviati, 2015).
4) Menjamin stabilitas sosial dan pengurangan kemiskinan. Pengembangan kewirausahaan
berkontribusi pada pertumbuhan penerimaan moneter dalam anggaran.
5) Meningkatkan stabilitas sosial dan politik (Akhmetshin et al., 2018).
Kompetensi wirausahawan abad 21 tidak hanya sekedar mampu menjalankan
bisnis tetapi harus kreatif dan inovatif untuk mengedepankan keunikan lokal dan
menguasai teknologi komunikasi informasi sebagai wahana bisnis sekaligus menciptakan
ekonomi berbasis pengetahuan (Pujiriyanto, 2013). Sehingga untuk menjawab tantang
tersebut sekolah perlu menginternalisasikan program kewirausahaan melalui berbagai
upaya diantaranya 1) Pendidikan kewirausahaan yang diintegrasikan melalui mata
pelajaran, 2) Pendidikan kewirausahaan yang terpadu dalam kegiatan ekstrakurikuler, 3)
Pendidikan kewirausahaan melalui pengembangan diri business day (bazar, karya siswa
dan lain-lain), 4) Implementasi pembelajaran pendidikan kewirausahaan teori ke praktik
berwirausaha , 5) Pendidikan kewirausahaan ke dalam buku bahan ajar, 6) Pendidikan
kewirausahaan melalui kultur sekolah, 6) Pendidikan kewirausahaan melalui muatan lokal
(Mulyani Endang, 2011).
Upaya-upaya yang dilakukan lembaga pendidikan tentunya tidak dapat terlaksana
dengan baik tanpa adanya aspek pendukung lainnya seperti antusias peserta didik, orang
tua dan lingkungan sekolah. Pertama, faktor pribadi siswa atau individu menjadi faktor
utama dalam mendukung keberhasilan pelaksanan program kewirausahaan. Hal ini
dikarenakan siswa memiliki komitmen dan serius dalam mengikuti program
kewirausahaan. Kedua ialah faktor orang tua. Dorongan dan motivasi dari orang tua
ataupun keluarga dapat menjadikan siswa yang mengikuti program menjadi lebih percaya
diri dalam mengembangkan potensi yang dimiliki, karena keluarga merupakan pendidikan
pertama yang dikenal oleh anak. Selain itu, orang tua juga harus turut andil dalam
pelaksanaan program sekolah dengan terus melakukan pemantauan terhadap kompetensi
anak (Wahyunianto, 2020). Ketiga ialah faktor lingkungan sekolah. Adapun kehadiran
tenaga pendidik dan kependidikan yang memiliki tugas merancang program harus
memberikan dukungan terhadap proses agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Dukungan yang diberikan dapat berupa kelengkapan sarana dan prasana, kerjasama yang
baik dengan pihak internal dan eksternal. Adanya dukungan dan dorongan tersebut
menjadikan siswa merasa bebas, mandiri, kreatif serta mampu mencapai tujuan yang telah
direncanakan (Jumari & Suwandi, 2020).

3. METODE
Penelitian evaluatif ini dilakukan dengan menggunakan model CIPPO dan pendekatan
Systematic Literature Review (SLR), yang bertujuan untuk mengumpulkan, mengidentifikasi,
menganalisis, dan mensintesis berbagai penelitian tentang evaluasi program kewirausahaan di
SMA. SLR merupakan tinjauan pustaka yang melekat erat pada seperangkat metode ilmiah
secara eksplisit dengan tujuan menghindari kesalahan sistematis atau bias (Kwon & Lee,
2019). Sytemic Review banyak digunakan oleh peneliti dengan tujuan pemetaan bidang yang
belum pasti, mengidentifikasi penelitian yang telah dilaksanakan, dan mengeksplorasi studi
baru (Hadi et al., 2020). Penelitian ini menggunakan beberapa tahap seperti yang disarankan

5
oleh (Peter et al., 2019) tentang item pelaporan yang digunakan untuk tinjauan sistematis.
Pencarian sumber data dalam penelitian ini diakses melalui berbagai database elektronik
seperti Google Scholar, Sinta, Researchgate, ERIC, dan lain-lain. Ada beberapa kata kunci
yang digunakan dalam pencarian data yaitu 1) Evaluasi program kewirausahaan, 2)
Pelaksanaan program kewirausahaan, dan 3) Dampak pelaksanaan program kewirausahaan di
SMA. Pemilihan kriteria dalam analisis ini dilakukan dan didasarkan pada persamaan model
SLR, yaitu Preferred Reporting Items for Systematic Review and Meta-analysis (PRISMA).
Artikel yang dipilih adalah artikel yang diterbitkan oleh jurnal ilmiah bereputasi karena
media jurnal dianggap lebih baik karena menggunakan sistem peer-review. Gambar 1 berikut
adalah sekilas tentang proses sistematis menjawab pertanyaan penelitian ini.

The results of the screening process Articles from other


Identification

from Sinta, ERIC, Google Scholar sources, n = 20


& Researchgate, n = 80

The results of the checking process from the same article (duplication), n = 60

The results of the checking process are Article that do not fit the criteria, n= 18
Screening

based on abstracts and article titles

Article that are included in the criteria


for further analysis, n= 58
Eligibility

Full-text assesment of article for Full-text articles that do not


eligibility qualify, n= 36

Articles that qualify in the synthesis process


qualitatively, n= 22
Inclusion

Gambar 3.1 Alur Pencarian dan Seleksi Data Penelitian

Selanjutnya berdasarkan hasil pencarian data seperti yang tergambar pada bagan di
atas, 22 artikel dianalisis lebih lanjut. Identitas artikel dirangkum dalam tabel 3.1.
Tabel 3.1 Identifikasi artikel yang dianalisis lebih lanjut
No Judul Artikel Nama Penulis Nama Jurnal
1. Hard and soft skills enchancement in Lidya Pradina Jounrnal of
entrepreunership learning for the Ayuningtyas, Ery Education and
twelfth grade students of SMK Tri Djatmika, Ludi Practice
Kartika IV-1 Malang Wishnu Wardana
2.
3.
4.
5.
6.

6
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.

DAFTAR PUSTAKA
Agung, M., & Fikri, A. (2022). Evaluasi Pelaksanaan Program Kewirausahaan di Sekolah
Insan Al Madani Bogor. 8(1), 233–240. https://doi.org/10.53565/pssa.v8i1.499
Agustina, N. Q., & Mukhtaruddin, F. (2019). The Cipp Model-Based Evaluation on
Integrated English Learning (IEL) Program at Language Center. English Language
Teaching Educational Journal, 2(1), 22. https://doi.org/10.12928/eltej.v2i1.1043
Akhmetshin, E. M., Kovalenko, K. E., Ling, V. V., Erzinkyan, E. A., Murzagalina, G. M., &
Kolomeytseva, A. A. (2018). Individual entrepreneurship in Russia and Abroad: Social
and legal aspects. Journal of Entrepreneurship Education, 21(Special Issue 2).
Alif Fianto, A. Y., Asiyah, S., & Rinuastuti, B. H. (2020). the Role of Entrepreneurship
Education in a Disruptive Age. Jmm Unram - Master of Management Journal, 9(2),
149–160. https://doi.org/10.29303/jmm.v9i2.529
Ananda, R., & Rafida, T. (2017). Pengantar evaluasi program pendidikan. In Perdana
Publishing (Vol. 53, Issue 9).
https://www.academia.edu/35106986/BUKU_EVALUASI_PEMBELAJARAN_pdf
Arikunto, S., & Jabar, C. S. A. (2018). Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis
Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. In Evaluasi Program Pendidikan. PT
Bumi Aksara.
Aviati, Y. (2015). Kompetensi Kewirausahaan Teori, Pengukuran, Dan Aplikasi. Graha Ilmu.
BPS. (2022). Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
(Orang). BPS RI.
Hadi, S., Tamansiswa, U. S., Palupi, M., & Indonesia, U. I. (2020). SYSTEMATIC (Issue
March).
Hamdani, & Rizal, S. (2019). Kewirausahaan. Uwais Inspirasi Indonesia.

7
Handayani, E., Haryono, S., & Darmawan, A. (2021). Transformation of entrepreneur
education programs (EEPS) of Indonesia’s higher education. International Journal of
Research in Business and Social Science (2147- 4478), 10(1), 180–188.
https://doi.org/10.20525/ijrbs.v10i1.976
Hisrich, R., & Peters, M. (1995). Entrepreneurship, Starting, Developing, and Managing A
New Entreprise. Irwin Publisher.
Imron, A., & Burhannuddin. (2003). Manajemen Pendidikan: Analisis Subtantif dan
Aplikasinya dalam Institusi Pendidikan. Penerbit Universitas Negeri Malang.
Istiarsono, Z. (2016). Tantangan Pendidikan dalam Era Globalisasi: Kajian Teoritik. Jurnal
Intelegensi, I(02), 0–116.
http://dspace.unitru.edu.pe/bitstream/handle/UNITRU/10947/Miñano Guevara%2C
Karen
Anali.pdf?sequence=1&isAllowed=y%0Ahttps://repository.upb.edu.co/bitstream/
handle/20.500.11912/3346/DIVERSIDAD DE MACROINVERTEBRADOS
ACUÁTICOS Y SU.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Jumari, & Suwandi. (2020). Evaluasi Program Pendidikan Madrasah Ramah Anak. CV.
Adanu Abimata.
Kaartemo, V., Coviello, N., & Zettinig, P. (2018). International Entrepreneurship as an
Admittance-Seeking Educational Field. Journal of Teaching in International Business,
29(3), 185–212. https://doi.org/10.1080/08975930.2018.1486777
Kemendikbud. (2019). Pedoman Program Kewirausahaan SMA (p. 57).
Kementrian Koperasi & UMKM. (2020). Bertumbuh Bersama UMKM. Media Informasi dan
Komunikasi.
Kholis, N., Ayuningtyas, R., & Rifa’i, M. K. (2022). Entrepreneurship Development in
Islamic Elementary Schools: Supports and Challenges. Nazhruna: Jurnal Pendidikan
Islam, 5(3), 1013–1024. https://doi.org/10.31538/nzh.v5i3.2270
Kwon, H., & Lee, E. (2019). Research trends and issues of education for sustainable
development-related research in South Korea. Journal of Baltic Science Education,
18(3), 379–388. https://doi.org/10.33225/jbse/19.18.379
Menteri Pendidikan & Kebudayaan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013 pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah. In Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (p. 5).
Mislaini. (2017). Pendidikan Dan Bimbingan Kecakapan Hidup (Life Skill) Peserta Didik.
Tarbawiyah Jurnal Ilmiah Pendidikan, 1(02), 88.
https://doi.org/10.32332/tarbawiyah.v1i02.974
Mulyani Endang. (2011). Model Pendidikan Kewirausahaan di Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jurnal Ekonomi Dan Pendidikan, 8(1), 1–18.
Noviani, L., Wahida, A., Kewirausahaan, P., & Jurnal, S. P. C.-. (2022). PEMBELAJARAN
KEWIRAUSAHAAN DI SMA SELAMA PANDEMI COVID-19. 10(1).
Nurfaizah, Yuniatari, & Sukiman. (2021). Evaluasi Kurikulum dengan Model CIPPO di
Lembaga PAUD. Jurnal Riset Golden Age Paud UHO, 4(1).
Nurhafizah. (2018). Bimbingan Awal Kewirausahaan Pada Anak Usia Dini. Jurnal
Konseling Dan Pendidikan, 6(3).

8
Pawestri, G. W., Sumantri, M. S., & Utomo, E. (2020). Evaluasi Program Kewirausahaan Di
Sdk21 Penabur. Jurnal Basicedu, 3(3), 861–869.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i1.172
Peter, M., Diekötter, T., & Kremer, K. (2019). Participant outcomes of biodiversity citizen
science projects: A systematic literature review. Sustainability (Switzerland), 11(10), 1–
18. https://doi.org/10.3390/su11102780
Pujiriyanto, P. (2013). The Analysis of Entrepreneurship Education Profile For Educatioanal
Institutions of Hihger Education in Yogyakarta. Dewantara, 1(1), 241238.
Setiawan, A. (2019). Pengelolaan Program Kewirausahaan di Sekolah Menengah Atas di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(2), 167–180.
Stufflebeam, D. L., & Zhang, G. (2017). The CIPP Evaluation Model: How to Evaluate for
Improvement and Accountability. In The CIPP Evaluation Model: How to Evaluate for
Improvement and Accountability.
Suprihatin, Y., & Dewi, E. L. (2018). Implementasi Pendidikan Life Skill Sejak Dini dalam
Pembelajaran Entrepreneurship (Studi pada SMP Cahaya Bangsa School Metro).
Elementary: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 4(1), 85–96.
Tamara, E., Hodsay, Z., & Aradea, R. (2020). Hubungan Pengetahuan Kewirausahaan Dan
Minat Berwirausaha Dengan Hasil Belajar Siswa Sma Setia Darma Palembang. Jurnal
Neraca: Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Ekonomi Akuntansi, 4(2), 238.
https://doi.org/10.31851/neraca.v4i2.5066
Wahyunianto, S. (2020). Menuju Sekolah Berbasis Budaya. Budi Utama.
Zurina. (2019). Best Practice: Implementasi Program Pendidikan Kewirausahaan Melalui
Penerapan Proses Pembelajaran Dalam Mewujudkan Kreativitas Dan Inovasi Peserta
Didik Sma Negeri 2 Pekanbaru Tahun 2017. Perspektif Pendidikan Dan Keguruan,
10(1), 82–89. https://doi.org/10.25299/perspektif.2019.vol10(1).3104

Anda mungkin juga menyukai