Anda di halaman 1dari 92

Bab 4.

Manajemen Sumber Daya Air Terpadu

4.1 Pengertian Manajemen


Manajemen terjemahan dari kata management Bahasa Inggris didefinisikan sebagai suatu aktifitas,
seni, cara, gaya, pengorganisasian, kepentimpinan, pengendalian, dalam mengelola, mengendalikan
kegiatan (New Webster Dictionary, 1997; Echols dan Shadily, 1988; Webster's New World
Dictionary, 1983; Collins Cobuild, 1988). Aktifitas dimulai dari perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, operasi dan pemeliharaan, organisasi, kepemimpinan, pengendalian, sampai pada
evaluasi dan monitoring.

Oleh karena itu manajemen dapat dilihat dari berbagai aspek antara lain: dapat berupa ilmu
pengetahuan, berupa profesi atau keahlian, berupa sistem, pengaturan, proses, metode, seni,
sekelompok orang atau beberapa grup dengan tujuan tertenlu.

Phase mama dan fungsi manajemen secara umum meliputi:

• Perencanaan (planning)
• Pengorganisasian (organising)
• Kepemimpinan (directing)
• Pengkoordinasian (coordinating)
• Pengendalian (controlling)
• Pengawasan (supervising)
• Penganggaran (burlgering)
• Keuangan (financing)

1. Perencanaan

Proses perencanaan umumnya melalui langkah-langkah:

• Identifikasi masalah atau bisa juga identitikasi sasaran/tujuan yang ditargetkan


• Pengumpulan data primer dan sekunder
• Penentuan metode yang akan dipakai (kajian pustaka)
• Invesligasi, analisis atau kajian
• Penentuan solusi dengan berbagai alternatif
• Penentuan skala prioritas
• Pemilihan alternatif

Untuk kesuksesan suatu proses maka perlu ada suatu konsep strategi dan implementasi perencanaan
yang jelas. Strategi perencanaan mengakomodasi rencana mendesak, rencana jangka pendek, rencana

1
jangka menengah dan rencana jangka panjang. Strategi perencanaan ini melalui beberapa tingkatan
(stage). Sedangkan implementasi perencanaan merupakan aplikasi atau aksi dari stralegi.

Salah satu contoh tingkatan perencanaan dapat dilihat berikut ini.

Gambar 4-1 Tingkatan perencanaan Grigg (1988)

2. Pengorganisasian (organising)

Organize berarti mengatur. Sehingga pengorganisasian merupakan pengaturan dalam pembagian


kerja, tugas, hak dan kewajiban semua orang yang masuk dalam suatu kesatuan/kelompok.
Pembagiannya didasarkan atas berbagai hal misalnya dari tingkat pendidikan, lamanya bertugas,
keahlian dan ketrampilan yang dimiliki dan lainnya.

Dalam hampir semua kegiatan diperlukan suatu organisasi yang bisa berdasarkan atas
struktur/strata ataupun fungsi. Gambar berikut ini merupakan salah satu contoh organisasi.

Gambar 4-2 Contoh sederhana suatu organisasi

2
3. Kepemimpinan (directing)

Lebih dominan ke aspek-aspek leadership, yaitu proses kepenumpinan, pembimbingan,


pembinaan, pengarahan, motivator, reward and punishment, konselor, dan pelatihan. Para pemimpin
(direktur) perlu menguasai aspek-aspek tersebut dalam upaya mensukseskan kepemimpinan kepada
staffnya. Dengan kepenumpinan yang baik maka tujuan dari kegiatan dapat tercapai dengan sukses.

Beberapa karakter dari kepemimpinan yang baik antara lain demokratis, transparan, jujur,
berkemauan keras, mau bekerja keras, akuntabilitas, berwibawa.

4. Pengkoordinasian (coordinating)

Koordinasi adalah upaya bagairrcana mengorganisasi sumber daya manusia (SDM) agar ikut
terlibat, mengambil bagian atau dapat beperan serta dengan baik sebagian maupun menyeluruh dari
suatu kegiatan sehingga dapat dipastikan SDM dapat bekerja secara tepat dan benar.

Situasi dan kondisi yang baik dan kondrrsif dapat mcnciptakan kerjasama yang baik dan terpadu
antar bagian- Di sinilah koordinasi sangat berpcran schingga terjadi kescimbangan harmoni antara hak
dan kewajiban dari SDM ataupun antar bagian dari sistem organisasi yang ada.

Koordinasi bisa bersifat horizontal yaitu antar bagian yang rnempunyai kedudukan setara maupun
vertikal yaitu antar suatu bagian dengan bagian di atasnya atau di bawahnya sesuai dengan struktur
yang ada

5. Pengendalian (controlling)

Pengendalian merupakan upaya kontrol, pengawasan, evaluasi dan monitoring tehadap SDM,
organisasi, hasil kegiatan dari bagian-bagian ataupun dari seluruh kegiatan yang ada. Manfaat dari
pengendalian ini dapat rneningkatkan efisicnsi dan efcktifitas dari sisi-sisi waktu, nrang (space), biaya
dan sekaligus untuk peningkatan kegiatan baik secara kuantitas maupun kualitas.

Pengendalian ini juga berfungsi seba;ai alat untuk mengetahui bagaimana kegiatan atau bagian
dari kegiatan itu bekevja. Penyimpangan atau kesalahan dapat segera diketahui dan diperbaiki.
Pengendalian ini juga berfungsi untuk menekan kerugian sekecil mungkin.

6. Pengawasan (supervising)

Pengawasan dilakuan untuk rnemastikan SDM berkerja dengan bcnar sesuai dengan fungsi, tugas
dan kewenangannya. Pengawasan juga berfungsi untuk memastikan suatu proses sudah berjalan
dengan semestinya. Di samping itu pengawasan juga berfungsi untuk mengetahui suatu kerja atau
kcgiatan sudah dilakukan dengan benar.

3
7. Penganggaran (budgeting)

Dalam kegiatan pembangunan, penganggaran menjadi suatu bagian terpenting untuk suksesnya
maksud dan tujuan dari kegiatan tersebut. Demikian halnya untuk pengelolaan sumber daya air,
penganggaran juga menjadi salah satu faktor utama suksesnya suatu proses pembangunan mulai dari,
studi, perencanaan, konstruksi, operasi dan pemeliharaan infrastruktur keairan maupun peningkatan
sistem yang ada. Penentuan anggaran yang terrencana dan tersistem sekaligus merupakan salah satu
alat manajemen. Karena dalam penganggaran unsur biaya yang dikeluarkan (expenditure) dan unsur
pendapatan (revenue) harus menjadi satu kesatuan kajian yang utuh, sehingga perencanaan
penganggaran sekaligus merupakan bagian yang penting bahkan yang utama dalam manajemcn.

Pengelolaan anggaran secara menyeluruh merupakan penglmbtmg dari proses-proses perencanaan


(planning), operasional, pemeliharaan, pemanfaatan sampai pada proses kontrol, evaluasi dan
monitoring. Laporan anggaran yang lengkap harus meliputi kriteria-kriteria antara lain sebagai
pendukung kebijakan, petunjuk operasional, dan sebagai alat mediator dalam berkomunikasi (City of
Fort Collins, 1986 di dalam Grigg, 1988).

8. Finansial

Awal dari perencanaan finansial adalah proses penganggaran. Ketika tugas, pokok dan fungsi dari
tiap-tiap kegiatan institusi sudah teridentifikasi, langkah-langkah selanjutnya adalah merencanakan
program program kerja, pehitungan biaya dan manfaat, analisis resiko dan kesuksesan program
(Grigg, 1988).

Secara umum di dalam perencanaan finansial ada beberapa langkah penting yang perlu dilakukan
yaitu (Government Finance Research Centre, 1981): analisis biaya, analisis kemampuan membayar
(ability-to-pay analysis), analisis pendapatan (revenue analysis), analisis sensitivitas, analisis dampak
sekunder (lihat Gambar 4-3).

Aspek-aspek finansial meliputi aspek-aspek pembiayaan, penganggaran, pendapatan dan biaya,


penilaian. Dengan kata lain aspek finansial sudah harus mencakup keseluruhan manajemen namun
dalam batas finansial saja.

Untuk pengelolaan sumber daya air aspek finansial sering menjadi kendala utama dalam
susksesnya pengelolaan. Keterbatasan dana menjadi salah faktor kunci kegagalan dari pengelolaan
sumber daya air.

4
Gambar 4-3 Langkah-langkah penting dalam perencanaan finansial

4.2 Proses Pembangunan


Seperti telah dijelaskan sebelumnya, pada intinya analisis biaya merupakan kajian tentang
biaya pengeluaran (expenditure) dan biaya penghasilan (revenue).

Analisis pendapatan menfokuskan pada penentuan biaya pendapatan dari berbagai sumber yang
layak dan memadai baik dari kacamata ekononi maupun kacamata kebijakan politis. Dari kacamata
ekonomi pendapatan dapat diperoleh dari penjualan produk (harga), tarif, pelayanan. Atau bahkan
untuk infrastruktur kerugian yang akan muncul bila proyek tidak dilaksanakan dapat dikategorikan
sebagai manfaat (pendapatan). Sebagai contoh, proyek pengendalian banjir suatu kawasan
memperhitungkan pendapatan adalah dari nilai kerugian akibat banjir yang terjadi bila proyek tidak
dilaksanakan. Dari kacamata kebijakan politis di samping sumber-sumber tersebut di atas, maka
subsidi dari pemerintah merupakan salah satu sumber pendapatan. Sehingga bisa saja proyek
dikatakan rugi dari kacamata bisnis namun karena faktor-faktor politik maka tetap dijalankan dan
kerugian ini ditanggung oleh pemerintah dalam bentuk (salah satunya) subsidi.

Pemerintah dan para pihak yang lain dalam melakukan pengelolaan sumber daya air dan
infrastruktur keairan di wilayahnya mempunyai kewajiban baik secara ekonomi, secara sosial maupun
secara lingkungan. Secara ekonomi maka faktor keuntungan lebih dominan untuk dikaji sebagai
pendapatan daerah. Namun secara sosial pemerintah mempunyai tanggung jawab untuk mengelola
sistem infratruktur terutama yang secara ekonomi tidak menguntungkan. Secara lingkungan
pengelolaan harus dapat menjamin tidak adanya kerusakan lingkungan. Bilamana ada potensi terjadi
kentsakan, maka perlu dilakukan dengan segera upaya-upaya pencegahan.

Rekayasa pembangunan pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang berdasarkan analisis
dari berbagai aspek untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu dengan hasil seoptimal mungkin.
Proses dan tahapan identik dengan istilah populer SIDCOM singkatan dari Survey, Investigation,

5
Design, Construction, Operation and Maintenance. Kegiatan pembangunan pada dasarnya dapat
dikelompokkan menjadi 4 tahapan, yaitu :

• tahapan studi
• tahapan perencanaan
• tahapan pelaksanaan konstruksi
• tahapan operasi dan pemeliharaan

Masing-masing tahapan ada berbagai macam aktivitas. Secara makro rekayasa dan tahapan meliputi
aktivitas seperti berikut ini:

1. Tahapan studi

Ide Atau Sasaran/Tujuan yang Akan Dicapai

Pada kegiatan ini seseorang, badan, perusahaan swasta ataupun pemerintah mendapatkan suatu
ide yang baru. Misalnya ide membuat waduk, pengendalian banjir, PLTA, mendirikan pabrik, usaha
ril estat dan sebagainya.

Pra-Studi Kelayakan

Ide itu diterjemahkan atau diaplikasikan dalam bentuk studi: apakah ide ihr layak
diimplementasikan sehingga bisa ditindak-lanjuti dengan analisis yang lebih detail. Untuk kajian yang
komprehensif dan terpadu studi yang dilakukan umumnya meliputi aspek teknis (engineering), aspek
ekonomi, aspek sosial, aspek budaya, aspek hnkum, aspek kelembagaan dan aspek lingkungan.
Dengan data yang betum detail yang dikumpulkan maka pra-studi dilakukan. Hasil prastudi dengan
melakukan kajian dan analisis dari berbagai aspek tersebut menunjukkan layak atau tidak layaknya
ide tersebut.

Layak teknis berarti ide tersebut dapat diwujudkan dengan aspek-aspek teknis termasuk teori,
metode, dan pola pembangunannya. Parameter kelayakan tcknis untuk setiap bangunan akan
berlainan, misal parameter untuk kelayakanan teknis pembangunan waduk berlainan dengan
parameter pembangunan gedung.

Layak ekonomi biasanya ditunjukkan dengan parameter-parameter Benefit Cost Ratio (BCR),
Internal Rate of Return (IRR) dan Net Present Value (NPV). Angka layak bila BCR > 1, IRR
melebihi tingkat suku bunga yang berlaku dan NPV bernilai positif.

Layak dalam aspek sosial umumnya berkaitan dengan masyarakat dari berbagai lapisan, terutama
yang terkena dampak langsung maupun tidak langsung akibat adanya aktifitas/proyek yang akan
dibuat. Berbagai analisis sosial perlu dilakukan yang pada intinya mempunyai tujuan untuk dapat

6
melihat dan mengetahui bahwa proyek itu tidak akan menimbulkan kerugian sosial namun
memberikan manfaat.

Layak budaya berkaitan dengan adat-istiadat, kearifan lokal, sifat dan karakter masyarakat. Hak
ulayat masyarakat hukum adat setempat dan hak yang serupa dengan itu tetap menjadi bagian penting
dari kajian kelayakan budaya. Unsur-unsur yang penting dalam kajian kelayakan budaya adalah (UU
Sumber Daya Air, 2004): unsur masyarakat adat, unsur wilayah, unsur hubungan antara masyarakat
tersebut dengan wilayahnya.

Layak dalam aspek hukum dan kelembagaan yaitu bahwa kegiatan yang akan dibuat sudah sesuai
dengan perundangan atau petaruran yang berlaku. Bahkan dalam kajian aspek ini dimungkinkan
kegiatan dijadikan peraturan khusus sebagai bentuk kepastian hukum. Kajian kelembagaan dilakukan
mengetahui apakah diperlukan kelembagaan baru akibat adanya kegiatan yang akan dibuat ini dan
bagaimana hubungan kelembagaan yang baru ini dengan kelembagaan yang sudah ada. Kajian ini
juga dapat mengetahui sampai sejauh mana kelembagaan yang ada mampu mengelola kegiatan yang
akan dibuat.

Layak secara lingkungan berarti bahwa proyek tidak menyetiabkan terjadinya degradasi
lingkungan. Khusus untuk aspek lingkungan, analisis dan kajiannya harus mengacu pada peraturan
yang berlaku yang telah dibuat oleh suatu badan yang disebut Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (Bapedal) baik mulai dari Pusat, Propinsi dan KabupatenlKota. Untuk Pusat, badan ini
menjadi satu dengan Kementrian Lingkungan Hidup.

Bilamana hasil rekomendasi menyatakan bahwa kegiatan tersebut layak secara komprehensif
maka dapat dilanjutkan dengan studi kelayakan di suatu lokasi yang sudah dipilih secara kasar dalam
pra-studi kelayakan. Lokasi yang terpilih dalam prastudi ini belum spesitik; artinya, ada kemungkinan
alternatip lokasi yang berbeda pada tahapan studi kelayakan.

2. Tahapan perencanaan

Hasil rekomendasi dari studi kelayakan menyodorkan beberapa alternatip berdasarkan aspek-
aspek teknis, ekonomi, sosial, budaya, hukum, kelembagaan dan lingkungan secara detail. Selanjutnya
dilakukan seleksi perancangan dengan berbagai pertimbangan baik dukungan dan maupun kendala.
Contoh untuk dukungan: adanya kesiapan dana yang cukup, dukungan dari unsur pemerintah dan
para-pihak lainnya. Contoh untuk kendala: terbatasnya sumber dana, lahan ataupun kendala dari sudut
lingkungan. Perlu diingat bahwa dukungan dan kendala tersebut, baik berupa kelebihan, keuntungan
dan kerugian, skala prioritas dan hal-hal lain yang terkait telah telah diungkapkan dalam studi
kelayakan. Pada tahap ini pemilik (Owner) dan pelaku perencana hanya tinggal memutuskan untuk
memilih satu altematip untuk dibuatkan detail desainnya.

7
3. Detail Desain

Pada alternatip yang terpilih, detail desain dibuat dengan menyangkut aspek-aspek :

teknis: kekuatan dari bangunan ditinjau dari semua bidang keilmuan yang terkait, seperti topographi,
geologi, mekanika tanah, hidrologi dan lain sebagainya. Dari hasil analisis perhitungan dengan
formula, kriteria, standar, jenis dan bahan konstruksi akan muncul gambar desain yang lengkap dan
kebutuhan data primer dan sekunder. Data ini hanya yang berhubungan dengan altematip terpilih
menyangkut situasi, lokasi baik lokal maupun regional, kondisi topografi, kondisi tanah dan tipe
bangunan. Jadi bila pada studi kelayakan data yang didapatkan digunakan untuk menentukan
beberapa alternatip tetapi pada tahapan desain ini hanya data yang berhubungan langsung dengan
altematip temilih yang bisa diwujudkan dalam bentuk fisik bangunan.

ekonontis: yaitu menentukan desain yang paling ekonomis menyangkut jenis bahan yang
dipakai, jenis konstruksi dan sebagainya dengan harus tetap memenuhi syarat seperti yang telah
dibuat dalam aspek teknis. Perhitungan Volume (Bill of Quantity) dan Rencana Anggaran Biaya
(RAB) untuk pelaksanaan fisik juga dilakukan pada tahapan ini.

metode pelaksanaan: untuk mendapatkan hasil fisik yang memenuhi aspek teknis maka para
perencana juga membuat metode pelaksanaan yang harus dilakukan oleh para pelaksana (kontraktor).
Dari sini nantinya akan muncul Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS) pelaksanaan fisiknya.
Prinsipnya, hasil tahapan detail desain ini berupa gambar-gambar rencana yang sangat lengkap
disertai dengan RKS, BQ dan RAB.

4. Tahapan pelaksanaan konstruksi

Pada tahapan ini garnbar detail desain diwujudkan dalam benluk fisik. Para pelaku pembangunan
(kontraktor) harus mematuhi gambar kerja, rencana kerja dan syarat-syarat (RKS) dan ketentuan-
ketentuan lain yang ditetapkan oleh direksi selaku pembantu dari Owner. Pengawasan biasanya
dilakukan oleh suatu badan khusus yang dikenal dengan sebutan konsultan pengawas.

Ada kalanya pada tahap ini ada beberapa desain yang tidak bisa diwujudkan karena, misalnya,
kondisi site yang berubah akibat cukup lamanya tenggang waktu antara perencanaan dan kajian ulang
desain yang dilaksanakan.

5. Tahapan operasi dan pemeliharaan

Sesudah pelaksanaan fisik selesai maka bangunan yang telah dibuat dioperasikan (dipakai) dan
dipelihara sesuai dengan umur bangunan yang direncanakan.

8
4.3 Manajemen Sumber Daya Air Terpadu
Technical Advisory Committee (TAC), Global Water Partnership (GWP) (2001) memberikan
panduan uraian, ringkasan tentang konsep Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. KTT Bun-ti (Earth
Summit) yang diselenggarakan pada bulan Juni 1992 di Rio dc Janeiro mencetuskan Deklarasi Rio
yang menyatakan bahwa pembangunan nasional suatu negara dalam bentuk semua model apapun
harus memasukkan dimensi lingkungan secara terpadu dan menyeluruh. Deklarasi ini diken3l dengan
Agenda 21 Global yang oleh Indonesia diikuti dengan Agenda 21-Indonesia. Inti dari agenda ini
adalah model pembangunan berkelanjutan yang memadukan antara dimensi-dimensi ekonomi, sosial
dan lingkungan.

Bersumber utama dari GWP (2001), Deklarasi Rio dan dari referensi-referensi yang laimlya
maka semua hal yang berkaitan dengan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu diuraikan dalam Bab
ini.

4.3.1 Kilasan Manajemen SumUer Daya Air Terpadu


Berbagai persoalan tentang sumber daya air yang berkaitan dengan kuantitas dan kualita'snya
harus menyadarkan semua pihak bahwa persoalan air perlu dilakukan dengan tindakan yang tepat
sehingga menghasilkan solusi yang optimal. Dengan kata lain diperlukan Pengelolaan Sumber Daya
Air Terpadu, Menyeluruh dan Berwawasan Lingkungan. Secara ringkas prinsip-prinsip pengelolaan
itu diuraikan berikut ini (Sumber: GWP, 2001; Grigg, 1996; Swiss Centre of Hydrogcology at al.,
2003, dan referensi-referensi terkait lainnya)

Secara ringkas beberapa substansi yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air
tepadu, meliputi: kritisnya pengelolaan sumber daya air, hal-hal yang menyebabkan air perlu dikelola,
persoalan dan tatangan masa depan, ketergantungan pengelolaan dengan banyak hal, Prinsip Dublin
dan aplikasinya sebagai pemecahan masalah, dan perubahan paradigtna. Masing-masing substansi
dijelaskan sebagai berikut.

1. Kritisnya pengelolaan sumber daya air

Karena pertumbuhan penduduk maka kebutuhan pokok maupun sekunder akan meningkat.
AktiGtas dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut akan juga meningkat baik dalam dimensi-
dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan. Akibatnya terjadi eksploitasi alam yang berlebihan,
perubahan tata guna lahan yang tak tekendali dan menurunnya daya dukung lingkungan. Multi-player
effect dari aktifitas tersebut pada hakekatnya menimbulkan kecenderungan peningkatan bencana baik
dari segi kuantitas maupun kuaiitas.

Sudah banyak disebutkan oleh para pakar bahwa ada paradoks antara penduduk dan air yaitu
pertumbuhan penduduk yang meningkat mengakibatkan pengurangan ketersediaan air. Oleh karena

9
itu diperlukan pengelolaan sumber daya air terpadu sebagai solusi sekaligus pencegahan dan
penyelesaian konflik Gambar berikut ini menunjukkan uraian tersebut.

Gambar 4-4 Pengaruh pertumbuhan penduduk dan ekonomi terhadap ketersediaan air

Dengan melihat Gambar 4-4 dapat diketahui bahwa pengelolaan sumber daya air pada kondisi
air yang kritis akan menimbuikan berbagai macam konflik. Konflik utama yang terjadi adalah pada
saat ketersediaan air tidak dapat memenuhi kebutuhan. Perebutan air akan menjadi pemicu konflik di
antara stakeholders, yang pada waktu yang sama akan berusaha memenuhi kebutuhan air dengan
ketersediaan yang jauh lebih kecil.

Kontlik lainnya adalah konflik yang berkaitan dengan perubahan tata guna lahan. Sebagai
contoh: suatu lahan hutan dianggap oleh pengembang merupakan daerah idle yang harus
dikembangkan untuk meningkatkan nilai ekonomi dari lahan tersebut. Lahan hutan akhirnya diubah
menjadi lahan yang potensial secara ekonomi misal sebagai lahan industri. Secara ekonomi memang
lahan tersebut berkembang dan menjadi pusat pemikat aktifitas lainnya. Ketika lahan hutan sudah
menjadi kawasan industri memang ada multi player effects dari perubahan ini, di antaranya terjadi
peningkatan harga jual' tanah yang berlipat, sistem infrastruktur yang terbangun lebih baik dan
nyaman, timbulnya pemukiman baru yang berarti ada perubahan tata guna !ahan.

Di sinilah letak terjadinya konflik kepentingan. Secara ekonomi perubahan tata guna lahan
cukup atraktif. Namun biasanya yang tcrjadi, peningkatan

10
ekonomi akibat perubahan lahan ini tidak dibarengi dengan kajian lingkungan atau sosial yang
seimbang. Akibatnya sudah dapat dipastikan terjadi peningkatan banjir di wilayah hilirnya dan
pengurangan daya tampung air akibat lahan resapan Hang.

Oleh karena itu oleh pemerintah yang berfungsi sebagai enabler harus membuat rambu-rambu
tentang penrbahan tata guna lahan. Biasanya peraturannya sudah ada, tetapi aplikasi dari peraturan
belum dilaksanakan. Oleh karena itu perlu dilakukan peningkatan law enforcement yang secara
kontinyu.

Dari uraian tersebut maka adalah sangat wajar bila John F. Kennedy menyatakan bahwa:
Anyone who solves the problems of water deserves not one Nobel Prize but two - one for science and
the other for neace.

2. Hal-hal substansi yang menyebabkan air perlu dikelola

Dibandingkan sumber daya alam yang lain, air mempunyai ciri khas dan unik yang menyebabkan
air menjadi spesial untuk dikelola. Hal-hal yang menyebabkan air perlu dikelola meliputi (GWP, 2001
dengan elaborasi berdasarkan sumber-sumber lainnya, diantaranya Hamengku Buwono X, 2002):

1. Kondisi kebutuhan pangan dan air (sumberdaya alam)


2. Kondisi kebutuhan air dan tanah (sumberdaya alam)
3. Batas administrasi wilayah berbeda dengan batas teknis (DAS)
4. Perubahan tataguna lahan akan berpengaruh besar terhadap sumber daya air baik secara kuantitas
maupun kualitas.
5. Tiap tata guna lahan membutuhkan air namun juga akan memberikan dampak keberadaan air di
tata guna yang lain.
6. Recovery kerusakan tataguna lahan dan tata air yang terjadi umumnya akan sulit mengembalikan
sampai sama seperti semula.
7. Tiap kehidupan dan semua sektor sosial, budaya, ekonomi serta lingkungan bergantung air.
8. Kita tinggal dalam dan dengan siklus hidrologi artinya air secara terus menerus diisi ulang
(renewable source), dipakai, dikembalikan dan dipakai lagi. Oleh karena itu kita semua
bergantung satu sama lain.
9. Dalam kaitan dengan sumber daya air, kita hampir semuanya tinggal di hilir. Kita saling
bergantung dan saling mempengaruhi.
10. Infrastruktur keairan: alami dan buatan manusia
11. Sistem infrastruktur keairan terikat dan saling bergantung dengan infrastruktur lainnya.
12. Tuntutan reformasi: demokrasi, transparansi, akuntabilitas
13. Otonomi Daerah: munculnya egosentris kedaerahan, bahwa daerah saya bisa say a eksploitasi
sesukanya. Konflik muncul akibat perbedaan batas teknis dan adminstrasi.

11
14. Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat
15. Globalisasi
16. Keterbatasan dana
17. Degradasi lingkungan yang parah
18. Lemahnya penegakkan hukum (perlu law enforcement)
19. Krisis kepercayaan
20. Krisis kebudayaan.

3. Persoalan dan tantangan masa depan

Air sebagai salah satu sumber kehidup mempunyai berbagai macam fungsi. Di sisi lain, air juga
merupakan bagian dari sumber daya alam. Dari kedua hal tersebut maka diperlukan suatu pengelolaan
sumber daya air terpadu yang memberikan jaminan keberlanjutan air.

Uraian tersebut ditunjukkan dalam gambar berikut ini.

Gambar 4-5 Kebutuhan pengelolaan terpadu untuk pencapaian keseimbangan fungsi dan peran air

4. Saling ketergantungan pengelolaan dengan banyak hal

Secara menyeluruh sumber daya air tergantung dari banyak hal yang memerlukan perpaduan baik
dalam sistem alam maupun dalam sistem kehidupan. Perpaduan itu antara lain (GWP, 2001 dengan
modifikasi):

• Perpaduan dalam sistem alam: antara pemakaian tanah dan air, antara permukaan air dan air
tanah, antara jumlah dan kualitas air, antara hulu dan hilir, antara air tawar dan air asin, antara
penyebab dan penerima dampak
• Perpaduan pengelolaan untuk pencapaian keseimbangan ideal dalam sistem alam dan dalam
sistem kehidupan (sistem manusia) langkah-langkah: pengutamaan air dalam sistem ekonomi,

12
pengutamaan air dalam sistem sosial, pengutamaan air dalam sistem lingkungan, kepastian
koordinasi antar sektor-sektor, kepastian adanya kerjasama antara pengelolaan sektor umum dan
pribadi, pengikutsertaan semua stakeholders karena: water- is every one's business!

5. Prinsip Dublin dan aplikasinya sebagai pemecahan masalah

Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan (the United Nations conference on
Environment and Development - UNCED) atau yang dikenal dengan Konferensi Tingkat Tinggi Bumi
(Earth Summit) yang diselenggarakan pada bulan Juni 1992 di Rio de Janeiro. Konferensi ini
menghasilkan Agenda 21 Global atau Agenda Rio 21 yang merupakan program kerja besar untuk
abad 20 sampai dengan abad 21 yang mewvjudkan hubungan kemitraan global yang bertujuan
terciptanya keserasian antara dua kebutuhan penting, yaitu lingkungan yang bermutu tinggi dan
perkembangan serta pertumbuhan ekonomi yang sehat bagi seluruh penduduk dunia.

Berdasarkan Agenda ini empat pesan yang sederhana namun arnpuh dikembangkan tahun 1992 di
Dublin untuk visi-ke-aksi millenium, yaitu:

• Air tawar adalah terbatas dan sumber yang lemah, sangat penting untuk mempertahanl:an
kehidupan, pengembangan dan lingkungan yaitu satu sumber dikelola secara holistik.
• Pengembangan dan pengelolaan air harus didasari dalam pendekatan partisi-patif, melibatkan
pemakai, perencana dan penentu kebijakan dalam semua tingkatan yaitu mengelola air dengan
manusia - dan dekat dengan manusia.
• Perempuan mempunyai peran sentral dalam ketentuan, pengelolaan dan perlindungan air yaitu
mengikutsertakan perempuan selurulmya!
• Air memiliki nilai ekonomi dalam setiap pemakaian kompetitifirya dan harus dipahami sebagai
benda ekonomi:
 Merupakan kebutuhan dasar, distribusi air sampai nilai tertinggi
 Mengarahkan pada penentuan harga penuh untuk meudorong pemakaian rasional dan harga
pemulihan (recovery cost)

Prinsip Dublin bertujuan kepada pengelolaan air yang bijaksana dengan fokus pada kemiskinan.
Sebagaimana sering diungkapkan bahwa pengelolaan yang buruk hampir selalu memberikan dampak
buruk bagi yang tidak mampu (miskin): Poor water management hurts the poor most!

6. Perubahan paradigma

Saat ini telah terjadi perubahan paradigma yang cukup mendasar dari pola pembangunan.
Paradigma baru ini adalah perubahan-perubahan:

• Dari pengelolaan air sektoral ke sekior silang.

13
• Pengelolaan sumber daya air terpadu yang mengutamakan dialog.
• Dari top-down to bottom-up approach.
• Yang demokratis, transparan dan akuntabilitas.
• Dari sentralisasi ke desentraiisasi (otonomi daerah).

Albertson (1993) mengembangkan suatu konsep pengembangan desa untuk pembangunan


berkelanjutan yang disebut "Village Earth Model for Sustainable Village-Based Development". Salah
satu prinsip dasarnya adalah perubahan pendekatan dari top-down to bottom-up approach dengan
karakteristik-karakteristik dasar:

• Mendengarkan dan bertanya dulu, bukan not giving answer directly.


• Interaksi, diskusi dan penciptaan konsensus, bukan pemaksaan kehendak dari solusi top-down.
• pemecahan masalah bersama-sama dengan prinsip kemitraan (partnership), bukan pemaksaan
perbaikan technically correct.
• Partisipasi aktip dalam pembuat keputusan, bukan pasip dan (kemudian) memakai saran dari luar
• Berbagi kebersamaan untuk mendapatkan teknologi tepat guna, bukan technology transfer.
• Pemakaian pengetahuan/ilmu lokal dan ilmiah beriringan (simultan), bukan suatu pemakaian yang
exclusive.
• Belajar yang saling menguntungkan, bukan we know what is best
• Kontrol internal, bukan eksternal.
• Penciptaan tim sukses, bukan controlled by elites.

4.3.2 Definisi Pengelolaan sumber daya air terpadu


Pengelolaan sumber daya air terpadu merupakan penanganan integral yang mengarahkan kita
dari dari pengelolaan air sub-sektor ke sektor silang. Secara lebih spesitik pengelolaan sumber daya
air terpadu didefinisikan sebagai suatu proses yang mempromosikan koordinasi pengembangan dan
pengelolaan air, tanah dan sumber daya terkait dalam rangka tujuan untuk mengoptimalkan resultan
ekonomi dan kesejahteraan sosial dalam sikap yang cocok/tepat tanpa mengganggu kestabilan dari
ekosistem-ekosistem penting (GWP, 2001).

Menurut Grigg (1996), PSDA didefinisikan sebagai aplikasi dari cara struktural dan non-
struktural untuk mengendalikan sistem sumberdaya air alam dan buatan manusia untuk
kepentingan/manfaat manusia dan tujuan-tujuan lingkungan.

Grigg (1996) juga mendefinisikan beberapa hal tentang sumber daya air, meliputi:

• Sistem sumberdaya air adalah sebuah kombinasi dari fasilitas pengendalian air dan elemen
lingkungan yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan pengelolaan air.

14
• Sistem sumberdaya air alami adalah sekelompok elemen hidrologi dalam lingkungan alam yang
tediri dari atmosfir, daerah aliran sungai, sungai-sungai, lahan basah, daerah banjir (flood plains),
akuifer dan sistem aliran air tanah, danau, estuari, laut dan lautan.
• Sistem sumberdaya air buatan manusia adalah sekelompok fasilitas yang dibangun yang dipakai
sebagai pengendali aliran air dan kualitas.
• Sistem tata pengairan: merupakan susunan tata letak sumber air, termasuk bangunan pemanfaatan
yang sesuai ketentuan teknik pembinaan di suatu wilayah.

4.3.3 Kerangka Konsepsional


Pengelolaan sumber daya air memerlukan kerangka konsepsional, karena mengingat bahwa:

• Semua pihak menyadari bahwa masalah $umber daya air adalah kompleks
• Wilayah sumber daya air dapat berupa bagian dari pengembangan wilayah baik perkotaan (urban)
dan perdesaan (rural) serta dapat juga merupakan bagian regional administratif (pusat, propinsi,
kabupaten/kota).
• Adanya relasi antara Rencana Tata Ruang wilayah (RTRW) dengan master plan sumber daya air.
• Adanya batas teknis (hidrologi), DAS dan daerah aliran air tanah (groundwater basin) yang pada
kondisi wilayah tertentu bisa sama ataupun berbeda dengan DAS.
• Batas teknis (hidrologi) bisa sama ataupun berbeda dengan batas adminisirasi, (lihat Gambar 4-6).
• Pembagian sumber daya air menjadi aliran permukaan tanah, air tanah.
• Untuk aliran permukaan bisa pembagian DAS (batas hidrologi) bisa batas administrasi (propinsi,
kabupaten/kota). Demikian pula untuk air tanah walaupun penentuan wilayahnya lebih sulit
dibandingkan dengan aliran permukaan.
• Pengelolaan sumber daya air dapat dibagi dengan melihat: natural atau man-made.
• Sistem sumber daya air dapat dilihat sebagai bagian dari infrastruktur khususnya infrastruktur
keairan.
• Pengelolaannya bisa dilihat dari fungsinya: irigasi, drainase, sumber air, dll.
• Pengelolaannya harus dipandang sebagai sesuatu yang integrated, comprehensive
and interdependency. John Muir (dalam Chesepeake Bay Program 1994) menyimpulkan saling
ketergantungan (interdependency) sebagai "When we try to pick out anything by itself, we find it
hitched everything else in the universe" yang kira-kira artinya "apabila kita mencoba
memilih/mengambil satu hal saja, kita temui bahwa satu hal tersebut tertambat dan terikat pada
senuua hal".

15
Gambaran batas DAS dan batas administrasi ditunjukkan dalam gambar berikut ini.

Gambar 4-6 Batas DAS dan batas administrasi

Global Water Partnership (GWP, 2001), menawarkan suatu konsep keterpaduan yang
menarik untuk Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Menurut GWP (2001), elemen elemen penting
dalam Manajemen Sumber Daya Air Terpadu dapat dikelompokkan dalam 3 elemen utama yaitu:

• The enabling environment adalah kerangka umum dari kebijakan nasional, legislasi, regulasi dan
informasi untuk pengelolaan SDA oleh stakeholders. Fungsinya merangkai dan membuat
peraturan serta kebijakan. Sehingga dapat disebut sebagai rules of the games.
• Peran-Peran Institusi (institutional roles) merupakan fungsi dari berbagai tingkatan administrasi
dan sterkeholders. Perannya mendefinisikan para pelaku
• Alat-alat manajemen (management instruments) merupakan instrumen operasional untuk regulasi
yang efektip, monitoring dan penegakkan hukum yang memungkinkan pengambi) keputusan
untuk membuat pilihan yang informatif diantara aksi-aksi alternatip. Pilihan-pilihan ini harus
berdasarkan kebijakan yang telah disetujui, sumberdaya yang tersedia, dampak lingkungan dan
konsekuensi sosial dan budaya.

Ketiga komponen tersebut sangat tergantung adanya kesadaran populis dan kemauan dari semua
pihak untuk bertindak dengan sikap yang tepat.

Pemerintah sebagai yang membolehkan atau memungkinkan (enabler) dan fasilitator bukan
pemerintah sebagai manajer top - down, dibantu stakeholders yang lain mempunyai fungsi dan peran
antara lain:

• Merumuskan kebijakan air nasionat.

16
• Menjadikan atau membuat legislasi sumber daya air.
• Membuat norma, standard, pedoman, manual.
• Memastikan pemisahan pengaturan dan fungsi-fungsi ketentuan pelayanan.
• Mendorong dan mengatur sektor swasta ataupun lokal.
• Mendorong dan mengatur sumber daya air air antar daerah (lintas batas).
• Mendorong diadakannya dialog dengan negara tetangga.
• Mengkondisikan bahwa water is every one's business.

Dalam peran institusi, semua pihak dalam semua level dan semua sektor (seluruh stakeholders)
harus berpartisipasi, berbicara dan berdialog satu sama lain untuk dapat:

• Memusatkan koordinasi di level tertinggi sampai ke level yang terendah mulai pusat, propinsi,
kabupaten/kota.
• Membuat badan koordinasi di level wilayah teknis (satuan wilayah sungai ataupun daerah aliran
sungai)
• Mengkoordinasikan di level wilayah administrasi (pusat, propinsi, kabupaten/ kota)
• Memindahkan tanggung jawab di level yang terendah
• Mengembangkan sumber daya manusia dan kapasitas institusi

Alat-alat pengelolaan dibutuhkan oleh pengelola air untuk bekerja dengan maksud dan tujuan
diantaranya meliputi (GWP, 2001):

a. Penafsiran sumber daya air:


• Jaringan koleksi data dan teknik penilaian
• Teknik-teknik analisis dampak lingkungan
• Instrumen pengelolaan resiko, misalnya untuk banj ir dan kekeringan

b. Komunikasi dan informasi:

• Peningkatan kesadaran - suatu `gerakan air'


• Informasikan partisipasi para-pihak

c. Resolusi konflik dan alokasi:

• Alokasi lewat instrumen pasar


• Alokasi berdasarkan evaluasi biaya manfaat
• Instrumen untuk penyelesaian konflik: hulu melawan hilir, sektor melawan sektor, manusia
melawan alam

17
d. Instrumen pengaturan (3 tipe):

• Kontrol langsung yaitu dengan pengaturan, standar, pedoman, norma sebagai contoh:
perencanaan tata guna lahan yang sesuai dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) di mana
RTRW sudah disahkan menjadi peraturan daerah, pengaturan utilitas, dsb.
• Instrumen ekonomi yaitu dengan penentuan harga, tarif, subsidi, barang berharga, pembayaran,
pasar, pajak, dsb., dengan tiga prinsip dasar:

prinsip "pemakai membayar" (user pays principle), prinsip "pelaku polusi membayar" (polluter pays
principle), dan prinsip "subsidi pelaku yang baik, denda pelaku yang buruk" (subsidise the good, tax
the bad) Pengkondisian untuk mendorong pengaturan diri sendiri dengan titik kontrol transparan
sebagai contolr pemberian label pada produk, kesadaran untuk tidak membuang sampah di sebarang
tempat, dsb.

c. Teknologi:

• Riset dan pengembangan


• Petunjuk penilaian teknologi
• Petunjuk pemilihan teknologi
• Pemilihan teknologi tepat guna

f. Finansial

• Investasi dalam pengelolaan sumber daya air oleh semua para pihak
• Pembiayaan untuk pemeiiharaan
• Pengembalian manfaat untuk masyarakat

Dilihat dari cakupan permasalahan pengelolaan sumber daya air, Grigg dan Fontane (2000)
menyatakan bahwa perrnasalahan yang dihadapi adalah sangat kompleks. Kompleksitas dapat dari
berbagai sudut yang dikelompokkan menjadi 4 meliputi: 1. Ketergantungan, 2. Driving force dan
persoalan, 3. Pembagian perhatian, dan 4. Sistem infrastmktur keairan. Masing-masing kelompok
menyangkut multi-aspek. Solusinya juga mencakup multi aspek dengan sasaran akhir adalah sebagai
pendukung sistem ekonomi, sosial di dalam lingkungan yang harmoni. Gambar 4-7 menunjukkan
uraian detail pengelornpokkan tersebut.

Kompleksitas sumber daya air juga dapat dilihat dari banyaknya institusi dan stakeholders lainnya
yang terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung. Masing-masing melakukan pengGlolaan
dan pemanfaatan air sesuai dengan tujuannya secara spesifik. Sehingga sering terjadi adanya tumpang
tindih balk dari tugas pokok dan fungsi maupun dari output yang dihasilkannya. Diagram dalam
Gambar 4-8 menunjukkan pemanfaataii sumber daya air oleh para-pihak untuk berbagai keperluan.

18
Akibat semua merasa berhak untuk mengelola, memakai, mengeksploitasi maka tanpa keterpaduan
terjadi degradasi Sumber Daya air baik secara kuantitas maupun kualitas.

Oleh karena itu diperlukan suatu pengelolaan sumber daya air terpadu, menyeluruh dan
berwawasan lingkungan dengan segitiga keseimbangan dan skenario manajemen sumber daya air
terpadu seperti dijelaskan dalam Gambar 4-9.

Garnbar 4-7 Kompleksitas Persoalan Pengelolaan Sumber Daya Air (Grigg dan Fontane, 2000 dengan
moditikasi).

Gambar 4-8 Pemanfaatan sumber daya air oleh stakeholders untuk berbagai keperluan

19
Gambar 4-9 Segitiga keseimbangan sosiat, ekonomi dan ekosistem untuk PSDA Terpadu dan
Berkelanjutan (GWP, 2001).

Detail dari komponen-komponen konseptual yang diusulkan oleh GWP (2001) dapat dilihat
dalam diagram berikut:

Gambar 4-10 Komponen-Komponen PSDA Terpadu (GWP, 2001)

20
4.3.4 Pembangunan Berkelanjutan dan Keberlanjutan Ekologi
Ada hal yang menarik dengan kedua istilah tersebut: Pembangunan Berkelanjutan dan
Keberlanjutan Ekologi.

Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang menfokuskan pada aspek
pembangunan ekonorru sekaligus memberi perhatian secara proposional kepada aspek pembangunan
sosiai dan aspek lingkungan hidup, sedangkan keberlanjutan ekologi lebih mengedepankan pelestarian
lingkungan dengan tetap menjamin kualitas kehidupan ekonomi dan sosial budaya masyarakat (Keraf,
2002).

Oleh Keraf (2002) lebih ditegaskan lagi bahwa pembangunan berkelanjutan perlu
memperhatikan tiga prinsip utamanya yaitu: prinsip demokrasi, prinsip adil dan prinsip berkelanjutan.

Prinsip demokrasi harus berkarakter bahwa pembangunan pada hakekamya adalah dari
"rakyat untuk rakyat sebesar-besarnya untuk mendapatkan kesejahteraan dan kemakmuran". Di
samping itu peran serta masyarakat harus dilibatkan dalam keseluruhan proses pembangunan, mulai
dari kebijakan, perencanaan, implementasi sampai pada tingkat operasi dan pemeliharaan. Pengertian
"masyarakat" di sini adalah semua para-pihak (srakeholders) yang terlibat langsung maupun tidak
langsung, yang menikmati manfaat maupun yang menerima dampak negatif dari suatu pembangunan.
Demokrasi berarti juga memberikan kesempatan pada semua pihak untuk mengetahui, memahanu dan
mengerti akan suatu pembangunan secara proporsional. Dalam hal ini cara yang perlu dilakukan
adalah pemberian inforniasi, penjelasan maupun sosialisasi pembangunan secara transparan dan
secara akuntabilitas dapat dipertanggung-jawabkan.

Prinsip keadilan adalah peluang yang sama, proporsional, serta tidak merugikan untuk
gcnerasi mendatang. Untuk implementasi prinsip keadilan ini dalam pengelolaan sumber daya air
adalah adanya keseimbangan baik yang di hulu maupun yang di hilir. Penerima manfaat di hilir
(biasanya) harus memberikan kompensasi kepada semua pihak di hulu yang biasanya hanya
mendapatkan dampak negatif dari suatu pembangunan sumber daya air misalnya hilangnya lahan
kepemilikan, tidak adanya akses untuk mendapatkan air dll.

Prinsip berkelanjutan adalah apa yang menjadi kebijakan, perencanaan, implementasi sampai
pada tingkat operasi dan perneliharaan suatu proses pembangunan tidak menimbulkan dampak negatif
terutama kepada dimensi sosial dan lingkungan

21
Terjebak Dalam "Pembangunan Berianjut"

Namun dengan kata "pembangunan", orientasi yang lebih ditekankan adalah pada
pembangunan berlanjut yang dominan di aspek ekonomi semata. Dua aspek yang lainnya menjadi
tidak dominan bahkan terabaikan.

Secara nyata banyak negara terutama negara berkembang menterjemahkan pembangunan


menjadi suatu proses pertumbuhan ekonomi. Hal ini merupakan suatu kesalahan dalam membangun.
Pembangunan ekonomi memakai istilah umum pertumbuhan ekonomi. Padahal menurut Hogendijk
(1996) seorang pakar ekonomi dalam Ismawan (1999) pertumbuhan ekonomi yang selalu
didengung¬dengungkan dzlam pembangunan sesungguhnya adalah pertumbuhan produksi, sedangkan
perekonomian sendiri pada hakekatnya tidak berkembang. Sehingga atas nama kehamsan
pertumbuhan produksi ini menyebabkan sumber daya alam yang ada di bumi dan sifamya terbatas
terus dikuras habis-habisan. Penyusutan sumber daya alam yang terbatas ini pada kenyataannya tidak
dimasukkan dalam perhitungan neraca pertumbuhan ekonomi. Sehingga pertumbuhan produksi
meningkat dengan mengeksploitasi habis-habisan sumber daya alam namun pertumbuhan ekonomi
justru menurun (Ismawan, 1999). Akibatnya, masih menurut Ismawan, yang terjadi adalah bahwa
pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang saat ini populer dan terus disebutkan
oleh para penentu kebijakan (pemerintah) maupun pelaku pembangunan lainnya terjebak dalam
jaringan nihilisme.

Kesalahan yang lainnya adalah adanya persepsi bahwa sumber daya alam dianggap sebagai
sumber daya ekonomi yang siap diolah untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan ekonomi. Nilai-nilai
lain dari kekayaan sumber daya alam menyangkut nilai sosial, nilai budaya bahkan nilai kelestarian
lingkungan jadi diabaikan dan bahkan tidak diperhitungkan sama sekali den-ii pernbangunan (Keraf,
2002).

Pernyataan dari Keraf (2002) tentang pembangunan sangat perlu dicermati dan direnungkan.
Ketika pemerintah mengumumkan pertumbuhan ekononu surplus dengan 7 % (misalnya)
sesungguhnya pertumbuhan yang negatif. Karena kerugian sosial budaya dan lingkungan ternyata
sangat mahal dan tidak dimasukkan dalam cost ketika analisis ekonomi dilakukan.

Hal ini nampak nyata bila kita cermati pola pembangunan yang berlangsung. Ketika
pengembang membangun ril estat di suatu daerah yang mengakibatkan adanya perubahan tata guna
lahan. Akibatnya, sudah kita rasakan bahwa di daerah hilimya banjir dan bahkan longsor menjadi
meningkat. Memang pengembang tidak bisa disalahkan 100 %. Karena ketika pengembang membeli
lahan, misalnya, 100 ha, pengembang hanya akan bisa mengolah lahan yang 100 ha itu saja. Di luar
itu sudah tidak menjadi kewenangannya. Pengembang akan berhitung dengan sederhana, lahan dibeli
dengan harga tertentu lalu dikembangkan dan dijual ke konsumen dengan harga tertentu yang lebih

22
besar dari investasi yang telah ditanamkan. Demikian pula ketika suatu daerah dikembangkan sebagai
daerah industri, terjadi alih fungsi lahan yang memberi dampak negatif kepada daerah hilirnya.

Para investor bisa berdalih bahwa akibat usahanya mengembangkan lahan yang dimilikinya,
wilayah sekitarnya jadi tumbuh dan berkembang. Kehidupan perekonomian mulai menggeliat,
wilayah sekitarnya menjadi jadi ramai, infrastruktur berkembang, harga tanah naik, dil.

Yang jadi persoalan adalah ketika suatu wilayah dalam kesatuan lingkungan dan ekologi
dilihat secara utuh maka perubahan lahan tersebut menimbulkan keseimbangan baru yang biasanya
berupa peningkatan bencana di sub wilayah tersebut atau bahkan di luar wilayah tersebut.

Dari perhitungan bagi hasil sumber daya alam yang ada di Jawa Tengah, nampak bahwa
hutan masih jadi primadona dan dominan sebagai salah satu sumber penerimaan daerah selain PAD
dibandingkan dengan sumber daya alam lainnya (minyak, gas, perikanan dan tambang). Karena dalam
pembangunan kita masih menjadi konsumen setia untuk hasil hutan, maka tidak aneh bilamaiia
penjarahan masih terus berlangsung karena nilai jualnya secara ekonomi masih menguntungkan.

Skenario dan program pembangunan yang selama ini dilakukan secara kasat mata sudah
menimbulkan dampak-dampak yang negatif yang setiap tahun berlangsung dan nampakirya
cenderung meningkat baik kualitas maupun kuantitas. Tanda-tanda kemarahan alam ketika
keseimbangannya terganggu telah dirasakan bersama sepanjang tahun.

Di musim hujan, banjir yang terus berlangsung di Indonesia dan tiap tahun terus meningkat.
Longsor yang terjadi di beberapa daerah. Bencana-bencana ini telah menimbulkan kerugian material
dan bahkan korban jiwa yang banyak. Menjelang musim kemarau ini bencana kekeringan secara
perlahan merangkak. Iial ini baru disadari setelah terjadi kesulitan mendapatkan air.

Di Riau bahkan akhir-akhir banjir dan genangan semakin meningkat. Sungai-Sungai seperti
Rokan, Siak, Kampar dan Indragiri pada musim hujan semakin sering membanjiri wilayah
pemukiman dengan tinggi bervariasi sampai 2 m dengan waktu genangan banjir berhari-hari bahkan
ada yang sudah lebih dari satu bulan (Kodoatie, Desember 2004).

23
24
Masyarakat di Kalimantan yang mengandalkan sungai sebagai salah satu alat transportasi
utama mengalami kesulitan ketika sungai-sungai mulai dangkal akibat besarnya sedimentasi.
Pelabuhan-pelabuhan harus secara kontinyu dikeruk karena tingkat sedimentasi yang tinggi sehingga
kapal-kapal besar sulit masuk. Pada musim penghujan, banyak wilayah di Kalimantan sudah
merasakan bar~jir dan genangan yang cukup lama sampai ber hari-hari akibat dampak akibat dari
eksploitasi sumber daya alam terutama penebangan kayu yang besar¬besaran. Masyarakat yang sudah
terbiasa dan akrab dengan air saat ini sudah sudah mulai menyadari bahwa genangan banjir yang
terjadi di wilayahnya bukan genangan biasa namun sudah menjadi bencana karena meningkatnya
lama dan tinggi genangan.

Kondisi sungai-sungai di Sumatra dan Kalimantan saat ini menunjukkan bahwa bencana
banjir dari tahun ke tahun meningkat perlahan (creeping disaster) akibat eksploitasi penebangan
pohon. Karena luas DAS yang mencapai puluhan ribu km2, pemecahan persoalan banjir di kedua
pulau ini jauh lebih sulit dibandingkan dengan persoalan banjir yang terjadi di Jawa, bahkan persoalan
tidak mungkin dipecahkan apabila eksploitasi hutan terus dilakukan.

Sudah diketahui bahwa kerusakan sumber daya alam akibat eksploitasi yang tidak terkendali
bersifat deret ukur. Sedangkan upaya untuk mengatasi persoalan banjir dengan melakukan
peningkatan pembangunan bangunan pengendali banjir bersifat deret hitung. Dengan kata lain upaya
pengendalian banjir dalam rangka pemulihan kerusakan akan selalu kalah dengan kerusakan yang
terjadi akibat eksploitasi sumber daya alam.

Kota Semarang yang terkenal dengan lagunya Semarang Kaline Banjir, masih mempunyai
persoalan-persoalan yang perlu pemecahan, antara lain: Rob (genangan akibat adanya air pasang),
penurunan tanah.(larzd subsidence), banjir rutin di bagian pantainya (Semarang Bawah), longsor di
sebagian Semarang Atas, pengeprasan bukit yang terus berlangsung untuk pengurugan, perubahan tata
guna lahan untuk pemenuhan pertumbuhan ekonomi, dan PDAM yang belum mampu melayani air
bersih secara kontinyu bahkan sumber airnya kecenderungan menurun.

Perlu diketahui bahwa secara teori ada pakem yang harus dirasakan dan tidak bisa dielakkan,
yaitu ketika di musirn hujan banjir dan longsor meningkat maka kekeringan juga meningkat. Di
daerah pantai dampaknya juga terjadi penambahan akresi dan abrasi.

Belum lagi pencemaran lingkungan yang cukup memprihatinkan. Ketika pabrik-pabrik


membuang limbalurya di sembarang tempat, kualitas air baik air permukaan dan air tanah jadi sangat
menurun. Persoalan terintrusinya air tanah (salinitas) di kota-kota pantai makin sulit dikendalikan.

25
Sampah dan limbah buangan baik industri maupun domestik nrasih menjadi persoalan utama untuk
daerah-daerah urban.

Keberlanjutan Ekologi

Keberlanjutan ekologis adalah ketika kelestarian alam lebih difokuskan sebagai prioritas
utama dibandingkan dengan dua aspek lainnya.

Secara lebih spesifik keberlanjutan ekologi berarti adalah aspek ekononu sebagai bagian dari
pembangunan harus bersamaan dengan aspek sosiai dan lingkungan. Kata kuncinya adalah ekologi
yang dipakai sebagai bagian utama keseimbang~.n pembangunan yang didukung oleh aspek sosial
dan ekonomi. Yang harus disadari adalah bahwa semua mahkluk hidup termasuk manusia menjadi
bagian dari alam.

Kekayaan alam dapat dimanfaatkan untuk peningkatan kualitas kehidupan, namun sekaligus
harus disadari bahwa alam harus dijaga keseimbangannya karena di dalam alam berkumpul semua
mahkluk hidup yang secara keseluruhan ada keterkaitan, ketergantungan, keterpaduan, keseimbangan
yang harmoni di dalam alam sehingga memungkinkan terjadinya kehidupan.

Dengan konsep ini manusia tidak lagi terjebak dengan kata pembangunan yang diartikan
secara salah oleh para pelaku pembangunan. Pembangunan tidak lagi dominan bermakna eksploitasi
alam semena-mena untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan ekonomi semata, namun juga bersamaan
dengan pertumbuhan nilai-niiai ekologi dan sosial.

Pengumuman pertumbuhan ekonomi yang dipakai sebagai tolok ukur pembangunan sudah
menjadi angka tangible karena dalam analisisnya sudah memperhihmgkan aspek-aspek sosial dan
ekologis.

Pada prinsipnya bilamana Pembangunan Berkelanjutan dan Keberlanjutan Ekologi dapat


dilaksanakan secara konsekuen, maka kedua istilah tersebut mempunyai tujuan yang sama.

4.4 Enabling Environment


Enabling environment dapat diterjemahkan sebagai suatu pengkondisian yang memungkinan
terjadi. Dalam hal pengelolaan sumber daya air, maka pengertian enabling environment adalah hal-hal
utama atau substansi-substansi pokok yang membuat pengelolaan dilakukan dengan cara-cara, strategi
dan langkah-langkah ideal yang tepat sehingga tercapai tujuan pengelolaan yang optimal.

Menurut GWP (2001), ada tiga hal substansi di dalam pengkondisian itu, yaitu: kebijakan,
kerangka kerja legislatif dan finansial dan struktur intensif

26
4.4.1 Kebijakan
Kebijakan tentang pengelolaan sumber daya air harus mengarahkan pada aspek-aspek
pemanfaatan, perlindungan dan konservasi sumber daya air. Secara lebih spesifik untuk Indonesia
maka kebijakan PSDA sesuai dengan UU Sumber daya Air adalah konservasi sumber daya air,
pendayagunaan sumber daya air dan pengendalian daya rusak air. Oleh karena itu kebijakan yang
diciptakan harus diarahkan pada tujuan dalam ketiga aspek utama tersebut. Kebijakan ditetapkan oleh
pemerintah yang dapat dimengerti oleh semua lapisan masyarakat. Hal ini merupakan suatu usaha
yang sangat sulit karena pada hakekatnya membuat kebijakan yang bisa diterima semua pihak, yang
dapat dilaksanakan secara terpadu dan yang menguntungkan semua lapisan masyarakat adalah
merupakan pekerjaan yang sangat sulit dan kompleks.

Salah satu dasar pemikiran seperti yang telah disebutkan dalam uraian sebelumnya adalah
bahwa air merupakan salah satu sumber kehidupan dan bagian dari sumber daya alam. Artinya air
mutlak dibutuhkan untuk berbagai aktifitas dan sekaligus merupakan sumber yang pada saat dan
lokasi tertentu keberadaannya tidak seperti yang diharapkan. Di daerah tertentu ada yang kekurangan
air yang berlebih sehingga menimbulkan bencana banjir dan longsor. Konsep dasarnya adalah
bagaimana bisa diperoleh keseimbangan antara ketersedian dan kebutuhan yang berkelanjutan.

Kebijakan yang baik harus dapat menanggulangi inter-relasi dan persoalan yang sulit dalam
Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu. Secara makro hal-hal yang perlu diakomodir dalam
penentuan kebijakan diantaranya:

• Sumber Daya Air harus dilihat dari aspek-aspek lingkungan, ekonomi dan sosial.
• Stakeholder yang berperan sebagai pengelola sumber daya air yang meliputi penyedia pelayanan
(service provider), pengatur (regulator), perencana (planner), organisasi pendukung (support
organizations), pernakai (user) (Grigg, 199G).
• Perhatian terhadap keberlanjutan sumber daya air dan isu-isu lingkungan dalam proses
pembangunan mulai dari: studi, perencanaan, pelaksanaan konstruksi, operasi dan pemeliharaan.
• Dampak sosial dalam pengembangan sumber daya air.
• Pemenuhan kuantitas dan kualitas yang tetap untuk air permukaan dan air tanah.
• Keterkaitan kebijakan sumber daya air dengan kebijakan ekosistem yang lain.
• Kebutuhan biaya untuk pengelalaan surnber daya air.

4.4.1.1 Visi dan Misi Nasional Pengembangan Sumber Daya Air


Visi dari kata Bahasa Inggris vision berarti suarir impian atau bayangan masa depan yang
cerah dan besar balkan ideal. Ariinya pada waktu yang akan datang kita memiliki sesuatu yang jauh
lebih baik dari sekarang. Visi menurut Sinamo (1998) dapat diartikan "akan rnemiliki apa" dan
disinonimkan dengan sasaran agung. Visi lebih mengarah pada pengertian "what do we want to have
in the future" (vision achieved).

27
Misi dari kata Bahasa Inggris mission beratrti tugas penting yang harus dilakukan. Demikian
pula oleh Sinamo, misi adalah dambaan "akan menjadi apa" dan disinonimkan dengan tugas agung
dengan pengertian "what do we want to be in the future" (mission accomplished).

Secara visual visi dan misi ditunjukkan dalam gambar berikut ini.

Gambar 4-12 Gambaran pengertian visi dan misi

Dengan pengertian visi dan misi serta definisi pengelolaan sumber daya air terpadu dari
tersebut maka untuk lingkup nasional visi pengelolaan sumber daya air adalah pengembangan dan
pengelolaan air, tanah dan surnber daya terkait yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan untuk
kesejahteraan rakyat.

Misi nasional pengelolaan sumber daya air adalah:

• Konservasi sumber daya air untuk menjamin keberlanjutan sumber daya air
• Pernanfaatan air yang tepat, adil efisien dan efektif
• Jaminan ketersediaan air untuk kebutuhan pokok sehari-hari dan pertanian rakyat
• Pengelolaan bencana terpadu yang terkait dengan air (banjir, longsor, kekeringan dll.)
• Ketersediaan dan keberlanjutan sistern informasi dalam pengelolaan sumber daya air (hal ini
merupakan konsekuensi logis dari sifat air yang kontinyu baik dalarn waktu maupun ruang).
• Peningkatan peran aktif semua stakehoders dengan berdasarkan bahwa water is every one's
business

4.4.1.2 Penyiapau Kebijakarr Suttrber Daya Air Nasiotral


Beberapa kunci pokok untuk kebijakan terpadu yang efektif adalah:

• Kebijakan tentang konservasi air yang berkelanjutan


• Kebijakan tentang pendayagunaan sumber daya air
• Kebijakan tentang pengelolaan bencana yang terkait dengan air

28
• Kebijakan-kebijakan yang menegaskan peran stakeholder (pemerintah dan pihak lainnya) dalam
pencapaian tujuan dan terutama mendefinisikan peran pemerintah sebagai penyedia pelayanan,
pengatur, sebagai organisator proses partisipasi dan sebagai mediator dalam penyelesaian konflik.
Di samping itu kebijakan-kebijakan lain yang diperankan stakeholder-s yang lainnya adalah
perencana, pendukung dan pemakai.
• Identifikasi dan penetapan skala prioritas untuk issu utama sumber daya air yang mengarah pada
kebijakan terfokus.
• Pengetahuan pemahaman air sebagai benda sosial sekaligus benda ekonomi, sehingga dalam
perencanaan kebijakan alokasi sumber air harus dapat memberikan nilai yang tinggi untuk
kemasyarakatan, mulai dari pemenuhan kebutuhan dasar.
• Pembuatan kebijakan yang nyata yang mengkaitkan tata guna lahan dengan aktivitas ekonomi dan
aktifitas sosial dengan aspek lingkungan sebagai salah satu variabel utama.
• Ajakan ke para pihak untuk berdialog, mengenalkan potensi konflik dan kebutuhan solusinya
• Pemberian pemahaman akan pentingnya subsidi, supaya keputusan alokasi sumber daya air dapat
diambil pada tingkat yang tepat.
• • Perhitungan dan analisis pertukaran antara biaya jangka pendek dan perolehan jangka panjang
dengan masukan variabel-variabel ekonotni, sosial dan lingkungan yang seimbang.

4.4.1.3 Kebijakan-Kebijakan yang Terkait Dengan Sumber Daya Air


Ada banyak sekali kebijakan di luar kebijakan sumber daya air yang terkait maupun yang bisa
memberikan dampak terhadap pengelolaan sumber daya air. Kebijakan itu diantaranya meliputi:
kebijakan tentang tata ruang, kebijakan tentang lingkungan, kebijakan tentang otonomi daerah,
kebijakan tentang infrastruktur.

Alat untuk mengkoordinasikan kebijakan di luar sumber daya air dan kebijakan tentang
sumber daya air antara lain: koordinasi antar departemen, badan teriinggi untuk pengelolaan sumber
daya air (nasional), badan koordinasi tingkat wilayah (propinsi dan kabupatenlkota), badan koodinasi
tingkat daerah aliran sungai, tim koordinasi di tingkat lokal aiau regional.

Dalam mengakomodir kebijakan itu perlu dipahami bahwa pengembangan proses-proses


untuk mengenalkan pendekatan yang terpadu antar sektor air maupun non-air adalah sulit dan mahal.
Lebih dari itu, sering diperburuk oleh keadaan politik dan kepentingan kepentingan berbeda.
Walaupun proses mencapai ketemaduan sangat sulit namun beberapa saran dari pengalaman dapat
dilihat berikut ini:

• Perlu pengkondisian partisipasi dan peran serta dari para pihak untuk dapat secara bersama
mengatasi persoalan dan dampak yang timbul walaupun hasilnya tidak dapat memuaskan semua
pihak. Pengkondisian merupakan proses yang perlu dilakukan secara bertahap. Karakteristik-

29
karakteristik seperti demokratis, transparansi danakuntabilitas dapat digunakan dalam proses
tersebut.

Dalam hal ini peran Pemerintah sebagai pembuat kebijakan skaligus enabler dan jasilirator sangat
penting. Oleh sebab itu Pemerintah harus dapat mengetahui dan memahami posisi para pihak lainnya
dan implikasi dampaknya.

• Mengetahui fungsi dan perubahan tata guna lahan, pengelolaan sumber daya air, dan
pengembangannya baik pada saat yang lampau, saat ini dan prediksi yang akan datang. Kondisi
tata guna lahan saat ini merupakan dampak dari penentuan kebijakan tentang fungsi dan
perubahan tata guna lahan masa lalu.
• Pemahaman birokrasi dan karakler budaya lokal sangat penting untuk mengetahui pola pikir dan
para penentu kebijakan.
• Persoalan-persoalan yang bisa memicu terjadinya konflik periu dipahami dan dikctahui secara
dini sehingga solusi pemecahannya dapat dibuat secara lebih awal.
• Perlu karakter-karakter demokrasi, transpransi dan akuntabilitas yang memadai.
• Pengetahuan yang luas tentang kebijakan publik merupakan potensi penting.

4.4.2 Kerangka Kerja Legislatif


Pengertian kerangka kerja legislatif secara implisit adalah bahwa kebijakan tentang sumber
daya air yang diterjemahkan dalam aspek hukum. Dengan kata lain perlu ada peraturan perundangan
tentang sumber daya air yang dipakai sebagai acuan hukum.

Dalam hal ini Indonesia saat ini telah memiliki UU tentang air yang baru yaitu UU No. 7
Tentang Sumber Daya Air sebagai pengganti dari UU No 11 Tahun 1974 tentang Pengairan. UU yang
baru ini beriujuan untuk:

• Memastikan dan mcyakinkan bahwa Sumber Daya Air adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa dan
dapat memberikan manfaat untuk mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam
segala bidang.
• Antisipasi terhadap keseimbangan ketersediaan air yang cenderung menurun dan kebutuhan air
yang semakin meningkat.
• Mengimplementasikan PSDA dengan keseimbangan harmoni dari fungsi¬fungsi sosial,
lingkungan hidup dan ekonomi.
• Dapat melakukan PSDA yang terpadu antar wilayah, antar sektor, dan antar generasi.
• Dapat melibatkan peran masyarakat dengan semangat demokratisasi, akuntabilitas, desentralisasi,
dan keterbukaan dengan dasar bahwa air dibutuhkan oleh semua pihak atau water is every one's
business.

30
• Pengganti UU Nomor I 1 Tahun 1974 tentang Pengairan yang sudah tidak sesuai dengan
dinamika, pengembangan dan pembangunan segala bidang.

Setelah UU tentang Sumber Daya Air berlaku maka perlu dibuat peraturan perundangan pada
tingkat/level di bawah UU ini, seperti: Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Presiden (KepPres),
Peraturan Daerah (Perda). Kerangka legislatif ini berperan sebagai rambu-rambu yang harus dipatuhi
oleh semua pihak karena:

• Air sebagai salah satu sumber kehidupan bersifat multi guna sekaligus berpotensi menimbulkan
konflik. Peraturan dan perundangan tcntang sumber daya air dapat berfungsi untuk dasar dan
kerangka kerja pengelolaan yang terpadu.
• Air perlu dikelola oleh semua pihak. Dalam kerangka legislatif perlu dijelaskan peran dari para
pihak baik yang sinergi maupun yang kontra.
• Air diperlukan sepanjang hidup sehingga kerangka legislatif ini harus dapat meyakinkan
eksistensi sumber daya air yang berkelanjutan.
• Perolehan air tidak boleh untuk spekulasi atau dibiarkan mengalir tanpa digunukan atau dibuang
percuma (waste). Di tempat pemakaian akhir air masih dapat dimanfaatkan dan secara sosial
dapat diterima sisa pemakaian tersebut (conjunctive use). Artinya pembuangan akhir air tidak
menimbulkan masalah sosial di bagian hilirnya akibat pemanfaatan di bagian hulu misalnya
tercemar, beracun dll. Air tidak boleh untuk pemakaian yang salah, pemakaiannya hams cukup
beralasan dibandingkan dengan pemakaian yang lainnya.

Kunci utama untuk peraturan tentang air yang baik meliputi:

• Transparan terhadap alokasi dan hak penguasaan untuk mengurangi potensi kegelisahan sosial
yang pada akhirnya bisa menimbulkan konflik sosial.
• Terbuka (transparan) dan demokratis dalam menetapkam suatu persyaratan sebelum hak-hak dan
kewajiban atas sumber daya air diputuskan, dengan tujuan untuk menghindari konflik-konflik
ekonomi, sosial ataupun politik bilamana terjadi perubahan.
• Akuntabilitas dalam pengembangan dan pengelolaan sumber daya air
• Informasi yang cukup dan data memadai mengenai sumber daya air peimukaan tanah dan air
tanah.
• Penentuan suatu mekanisme yang memastikan bahwa alokasi air antara kebutuhan kompetitif
cocok dengan pemanfaatan berkelanjutan
• Akomodasi untuk hal-hal yang bersifat kekal. Walaupun beberapa sistem legal mengizinkan hak-
hak yang bersifat kekal/abadi, konsesi batas waktu cenderung dipilih untuk hak-hak kekal
tersebut.

31
4.4.2.1 Refornrasi Peraturan Yang Ada
Mengingat sifat air yang dinamis, maka peraturan tentang sumber daya air yang telah ada
perlu terus secara kontinyu dievaluasi, disesuaikan atau bahkan diganti dengan peraturan baru.
Dengan kata lain ada upaya reformasi terhadap peraturan perundangan yang ada. Reformasi harus
dilakukan juga berdasarkan peraturan-perundangan lain yang berlaku. Sebagai contoh pada Tahun
2000, Otonomi Daerah telah berlaku sejak diterbitkannya Undang-Undang Otononu Daerah yaitu UU
RI No. 22 Tahun'i999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU RI No. 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah Namun pada Tahun 2004 UU ini telah
direvisi menjadi UU RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Dan UU RI No. 33 Tahun
2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah.

Topik-topik tentang reformasi legal yang lain dapat dipakai sebagai referensi dan alat bantu
untuk membangun dan menciptakan kerangka kerja pengelolaan sumber daya air terpadu yang kuat,
meliputi:

• Kerangka kerja institusi; meliputi peran legal dan tanggung jawab dari institusi, inter-relasi antar
institusi dan para pihak lainnya yang sesuai dengan fungsi-fungsi penyedia pelayanan, pengatur,
perencana, pelaksana, organisasi pendukung dan pemakai (user).
• Mekanisme para pihak untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sumber daya air.
• Mekanisme penyelesaian konflik.
• Pelayanan air, hak dan tanggung jawab dan ruang lingkup, contoh: ketentuan air sebagai
kebutuhan utama manusia dan standar-standar pelayanan (kualitas dari pemenuhan air, kepastian
suplai, tingkat efisiensi dll.).
• Sistem tarif dan harga air, termasuk prinsip keadilan, kesanggupan untuk membayar dan
perlindungan untuk yang lemah/miskin.
• Mekanisme pcrlindungan pelanggan, seperti akses yang cepat dan akurat untuk mendapatkan
informasi, partisipasi dan keterkaitan dalam pengelolaan air.
• Alokasi yang setara dari hak atas air.
• Mekanisme yang jelas untuk transfer hak atas air untuk mengurangi konflik dan resiko
kegelisahan sosial.

Pengalaman tentang reformasi peraturan telah mengajarkan heberapa hal, seperti:

• Peraturan yang baru harus diterima secara sosial dan layak secara administratif.
• Peraturan tentang air berhubungan erat dengan tata guna lahan. Hubungan yang dekat (seperti
sebab dan akibat) antara tata guna lahan dan ketersediaan air harus terefleksi dalam peraturan air.
• Peraturan tentang sumber daya air membutuhkan substansi penting antara kelengkapan dan
fleksibilitas. Dengan kata lain peraturan tersebut harus cukup kenyal untuk merefleksikan
keadaan/kondisi yang terus berubah, namun juga harus cukup lengkap dan jelas untuk

32
memastikan argumentasi lengkap berkaitan dengan prinsip dasar, kebijakan dan implikasinya.
Bila tidak jelas, kerangka kerja peraturan akan menyebabkan keputusan yang tidak tegas
(seenaknya) dari para pelakunya.
• Perubahan peraturan biasanya menimbulkan masalah pada pemanfaatan air yang ada. Dalam
reformasi hukum, hak-hak atas air dan pemanfaatan air yang telah ada, serta hak-hak masyarakat
pedesaan hat-us dilindungi. $ilamana ada perubahan harus melalui proses transisi. Bila
sosialisasinya tidak jelas proses transisi akan berlangsung cukup lama.
• Peraturan tentang sumber daya air tingkat nasional harus memasukkan konvensi internasional
yang dapat diterima.

4.4.2.2 Peraturan Tentang Sumber Daya Air (Water Rights)


Undang-Undang tentang Sumber Daya Air yang baru sebagai pengganti UU No. l 1 Tahun
1974 tentang Pengairan tahun 2004 telah ada. UU SD Air terdiri atas 18 Bab dengan 100 Pasal yang
meliputi. Uraian bab dan jumlah pasal ditunjukkan dalam Tabel 4-1.

Tabel 4-1 Bab dan pasal dalam UU Sumber Daya Air

4.4.2.3 Peraturan Untuk Kualitas dan Kuantitas Air


Pengertian kuantitas air adalah adanya suatu jumlah air dan keberadaan air pada suatu tempat
dan waktu. Eksistensi air yang memadai pada suatu lokasi dan suatu waktu merupakan salah satu
contoh pengertian kuantitas air. Beberapa contoh kuantitas air: volume air pada suatu waduk, berapa
debit air yang mengalir di sungai, tinggi air pada saluran, kecepatan air.

Kualitas air menunjukkan kondisi air, misal air minum, air bersih, air baku, air kotor,
tercemarnya air, air asin. Standard tentang kualitas air sudah dibuat oleh berbagai macam instansi.

Peraturan tentang kuantitas dan kualitas air berfungsi sebagai pelindung air untuk tetap ada
(exist) pada suatu tempat (space) dan pada suatu waktu (time) di dalam pengelolaan dan perencanaan
sumber daya air.

33
Peraturan harus dapat mencakup semua hal yang berkaitan dengan air baik secara langsung
maupun tidak langsung. Di Indonesia peraturan tentang kuantitas dan kualitas air telah banyak dibuat
baik yang berupa peraturan-perundangan, manual, standar (misal SNI), pedoman.

4.4.2.4 Penegakkan Hukum


Salah satu hal yang sangat penting dalam pengelolaan sumber daya air adalah penegakkan
hukum (law enforcement). Peraturan-perundangan telah banyak diterbitkan. Tujuannya agar
pengelolaan sumber daya air dapat dilakukan secara terpadu. Namun pada implementasi, sering
peraturan dilanggar. Pelanggaran tidak diikuti dengan sanksi maupun hukuman yang tegas, walaupun
sudah dinyatakan eksplisit dalam aturan. Pengawasan oleh pihak berwenang (lebih dominan dari
Pemerintah) tidak dilakukan.

Sebagai contoh: masyarakat menganggap bahwa sungai (atau saluran drainase) adalah tempat
pembuangan. Sehingga yang terjadi di banyak tempat terutama di kota-kota besar, banyak sampah
sebagai output dari aktifitas manusia langsung di buang di sungai. Padahal sungai (atau drainase)
adalah jalan air yang harus berfungsi pada waktu hujan mengalirkan kelebihan air. Pemerintah
membuat pompa pengendali banjir yang dijalankan bilamana air telah mengisi seluruh penampang
sungai (drainase). Namun karena sungai juga menjadi tempat buangan sampah, di tempat pompa
pengendalian sampah menumpuk yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada pompa atau
hambatan aliran air yang masuk ke pompa. Pembuangan sampah ke sungai dapat dikatakan sebagai
salah satu contoh bentuk pelanggaran yang dilakukan secara kolektif dan tidak ada sanksi. Gambar
berikut ini menunjukkan banyaknya sampah di suatu bangunan pompa pengendali banjir.

Gambar 4-13 Bangunan pompa pengendali banjir tidak bisa berfungsi baik akibat menumpuknya
sampah.

Contoh lain pelanggaran hukum adalah bangunan permanen yang didirikan di bantaran sungai
atau drainase. Peraturan tentang garis sempadan sungai telah diterbitkan namun tetap dilanggar juga.
Gambar berikut ini merupakan contoh pelanggaran tersebut

34
Gambar 4-14 Bangunan perrnanen yang didirikan di pinggir sungai melanggar peraturan garis
sempadan.

Contoh-contoh tersebut dan yang divisualisasikan dalam Gambar 4-13 dan Gambar 4-14
merupakan pelanggaran eksplisit yang dapat dilihat langsung. Penegakan hukum untuk contoh
tersebut menjadi sulit dilakukan tatkala penghuni atau pemilik bangunan memiliki ijin untuk
mendirikan bangunan di sempadan sungai yang dikeluarkan oleh instansi resmi. Pemilik atau
penghuni umumnya juga memiliki bukti pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB) dan juga bukti
pembayaran rekening listrik sehingga dengan ijin dan bukti pembayaran dianggap sebagai bukti
pengesahan untuk bangunan tersebut.

Pelanggaran hukum menjadi lebih kompleks bila terjadi perubahan tata guna lahan yang tidak
terkendali yang mengakibaikan dampak tidak langsung terhadap penurunan daya dukung lingkungan
sumber daya air. Sebagai contoh di hulu daerah aliran sungai yang memiliki pesona pemandangan
yang indah bangunan bangunan permanen baik rumah, perumahan (ril estat), hotel, restoran dll.
tumbuh subur dan tidak terkendali. Secara teknis diketahui bahwa perubahan lahan menjadi bangunan
permanen akan mengakibatkan aliran permukaan (run-off) meningkat dan pengurangan resapan air ke
dalam tanah. Akibatnya secara cepat dapat dirasakan bahwa banjir di wilayah hilir menjadi lebih besar
dan berkurangnya cadangan air di dalam ianah. Dengan kata lain perubahan tata guna lahan yang
tidak terkendali (yang dapat disebut "sebagai bentuk pelang¬garan) meningkatkan bencana banjir dan
bencana kekeringan. Uraian tersebut ditunjukkan dalam Gambar 4-15.

35
Gambar 4-15 Yemhangunan tak terkendali di hulu DAS meningkatkan banjir dan kekeringan di hilir

Dengan melihat contoh-contoh tersebut maka penegakkan hukum perlu tenrs dilakukan
dengan berbagai cara dan upaya. Cara-cara dan upaya antara lain dapatberupa:

• Sosialisasi peraturan-perundangan yang berkaitan denban sumber daya air kepada semua
stakelrolders.
• Hal-hal substansi tentang aturan dan sanksinya perlu disosialisasikan lebih detail. Misalkan
denban cara pemasangan papan aturan dan sanksi di tempat-tempat strategis.
• Perlu shock therapy yaitu dengan misalnya menerapkan sanksi, denda, atau hukurnan maksimal
dari aturan yang ada. Hal ini dimaksudkan agar stakeholders menjadi jera dan mau mentaati
aturan yang berlaku.
• Perlu lembaga pengawasan yang melekat pada instansi. Lembaga ini berfungsi mengawasi
pengelolaan sumber daya air baik internal maupun eksternal.
• Karena isu-isu yang kompleks tersebut maka diperlukan kolaborasi yang baik antara institusi
penentu kuantitas dan kualitas air dengan institusi penegakan hukum.
• Implementasi penegakan hukum dilakukan dengan cara bertahap.

4.4.3 Finansial

4.4.3.1 Pengertian Biaya dan Manfaat/Pendapatan


Pembangunan selalu memerlukan dana untuk pembiayaan. Pada saat proyek pelaksanaan
suatu pembangunan infrastruktur keairan selesai dan mulai dimanfaatkan masih diperlukan biaya,
yaitu biaya untuk operasional dan pemeliharaan agar infrastruktur tersebut dapat berfungsi sesuai
dengan umur bangunan atau umur proyek. Di samping itu, pemanfaatan bangunan itu juga
menghasilkan pendapatan (benefit atau revenue) yang bilamana nilainya secara keseluruhan leUih
besar dengan biaya, maka proyek dikatakan untung.

Pengelolaan sumber daya air membutuhkan bermacam-macam biaya. Biaya itu antara lain:
Biaya investasi (modal), biaya tahunan dan biaya operasi dan pemeliharaan.

36
1. Biaya Modal/Investasi

Biaya modal (capital cost) adalah jumlah semua pengeluaran yang dibutuhkan mulai dari pra
studi sampai proyek selesai di bangun. Semua pengeluaran yang termasuk biaya modal ini dibagi
menjadi dua bagian yaitu: biaya langsung dan biaya tak langsung (Kuiper, 1971).

• Biaya langsung (direct cost): biaya ini merupakan biaya yang diperlukan untuk pembangunan
suatu proyek. Misal, untuk membangun saluran irigasi, biaya langsung yang diperlukan terdiri
antara lain:
• biaya pembebasan tanah
• biaya galian dan timbunan
• biaya pasangan batu untuk talud
• biaya beton bertulang (untuk bangunan-bangunan struktur seperti: pondasi, lantai jembatan dan
lainnya)
• biaya konstruksi baja misal untuk pintu-pintu pengambilan yang dari baja
• biaya kontruksi kayu
• biaya tenaga kerja
• dan lainnya

Semua biaya inilah yang nantinya menjadi biaya konstruksi yang ditawarkan pada kontraktor
kecuali biaya pembebasan tanah. Biasanya biaya ini ditanggung oleh pemilik (owner). Perlu diketahui
penentuan jenis material yang dipakai dan tipe bangunan dilakukan pada tahap perencanaan.

• Biaya tak langsung (indirect cost): biaya ini dibagi menjadi tiga komponen yaitu: Kemungkinan
yang tak diduga, biaya teknik dan biaya bunga.
a. Kemungkinan/hal yang tak diduga (contingencies) dari biaya langsung dapat dikelompokkan
dapat dibagi menjadi tiga, yaitu: biaya/pengeluaran yang mungkin timbul tetapi tidak pasti,
biaya yang mungkin timbul, natnun belum terlihat dan biaya yang mungkin timbul akibat
tidak tetapnya harga pada waktu yang akan datang (misal kemungkinan adanya kenaikan
harga). Biasanya biaya untuk ini merupakan suatu angka prosentase dari biaya langsung, bisa
misal, 5%, 10% ataupun 15%. Hal ini sangat tergantung dari pihak pemilik dan perencana.
Semakin beipengalaman pemilik ataupun perencana, besarnya prosentase ini Iebih kecil.
b. Biaya teknik (engineering cost) adalah biaya untuk pembuatan desain mulai dari studi awal
(preleminary study), prastudi kelayakan, studi kelayakan, biaya perencanaan dan biaya
pengawasan selama watt pelaksanaan konstruksi.

37
c. Bunga (interest) Dari periode waktu mulai ide sampai pelaksanaan fisik, bunga berpengaruh
terhadap biaya langsung, biaya kemungkinan dan biaya teknik sehingga harus diperhitungkan.

Penentuan biaya modal ditunjukkan dalam gambar berikut.

Gambar 4-16 Penentuan biaya modal

2. Biaya tahunan (annual cost)

Umumnya, saat penyelesaian pembangunan fisik suatu proyek merupakan waktu awal dari
proyek dioperasikan dan dapat juga disebut awal dari umur proyek sesuai dengan rekayasa teknik
yang telah dibuat pada waktu detail desain. Pada saat ini pemanfaatan proyek mulai dilaksanakan,
misal sebagai sumber air bersih, irigasi, pembangkit tenaga listrik dan lain sebagainya. Namun ada
juga proyek yang sifatnya masal misalnya pembangunan perumahan, awal dari pemanfaatannya tidak
harus menunggu sampai seluruh perumahan dibangun. Bisa terjadi satu blok dari suatu kawasan
pemukiman sudah dapat ditawarkan kepada pembeli (konsumen) untuk ditempati. Dafam hal ini
benefit (manfaat) sudah sejak dini dapat diperoleh dari proyek tersebut.

Selama pemanfaatan atau operasionalnya, beberapa biaya masih diperlukan sampai umur
proyek selesai. Biaya ini merupakan beban yang masih harus dipikul oleh pihak pemilik atau pemodal
(investor). Pada prinsipnya biaya yang masih diperlukan sepanjang umur proyek ini, yang merupakan
biaya tahunan (A), terdiri dari 4 komponen, yaitu: bunga, inflasi, penyusutan serta biaya operasi dan
pemeliharaan.

• Bunga: biaya ini menyebabkan terjadinya perubahan biaya modal karena adanya lingkat suku
bunga selama umur proyek. Besarnya bisa berbeda dengan bunga selama waktu dari ide sampai

38
pelaksanaan fisik selesai. Bunga ini umumnya merupakan komponen terbesar yang
diperhitungkan terhadap biaya modal.
• Inflasi: Inflasi merupakan faktor yang menyebabkan nilai mata uang turun dan menyebabkan
kenaikan harga barang. Sangat sulit untuk mengukur inflasi yang tepat karena kenaikan harga
barang atau jasa tersebut tidak seragam. Dengan kata lain, perbandingan kenaikan atau prosentase
kenaikan harga semua jenis barang merupakan hat yang random.Uraian singkat tentang penganrh
inilasi di sini hanya difokuskan pada suatu angka inflasi yang pasti pada suahr periode yang
dipakai sebagai parameter yang mempengaruhi tingkat suku bunga. Bila ingin rnengkaji dan
menganalisis inflasi ini secara detail, pembaca dipersilahl:an untuk mempelajari ilmu ekonomi.
Secara sederhana, untuk perhitungan pengaruh inflasi terhadap bunga adalah: tingkat suku bunga
dikurangi intlasi sama dengan tingkat suku bunga yang sesungguhnya.
• Penyusutan/depresiasi atau amortisasi: menurut Kuiper (1971) depresiasi adalah
turunnya/penyusutan suatu hargal nilai dari sebuah benda karena pemakaian dan kerusakan atau
keusangan benda itu; sedangkan amortisasi adalah pembayaran dalam suatu periode tertentu
(tahunan n~salnya) sehingga hutang yang ada akan terbayar lunas pada akhir periode tersebut.
• Biaya Operasi Pemeliharaan: agar dapat memenuhi umur proyek sesuai yang direncanakan pada
detail desain, maka diperlukan biaya operasi dan pemeliharaan proyek tersebut.

Bisa juga biaya operasi dan pemeliharaan ditentukan besarnya arlinya tidak merupakan
prosentase dari biaya modal.

4.4.3.2 Kebijakan-Kebijakan Investasi


Pengelolaan sumber daya air memerlukan investasi untuk berbagai macam keperluan, antara
lain:

• Keseluruhan pengelolaan sumber daya air, konservasi, dan perlindungan sumber daya air
• Pembangunan serta operasi dan pemeliharaan infrastruktur keairan
• Perbaikan infrastruktur keairan''
• Pengendalian daya rusak air

39
• Keberlanjutan sistem jaringan data yang memadai, hal ini didasarkan atas konsep bahwa air
bersifat dinamis yang selalu membutuhkan rentang data yang cukup dari masa lampau, sekarang
dan untuk prediksi ke depan
• Pelayanan pengiriman (contoh: air minum, irigasi, dan pengolahan air kotor)
• Penyeimbang suplai dan permintaan dalam dimensi waktu dan ruang
• Barang publik seperti perlindungan masyarakat dari kejadian yang merugikan misal banjir dan
kekeringan.

Di samping itu karena sumber daya air mempunyai ketergatitungan dengan banyak aspek maka
perlu dipahami bahwa kebijakan-kebijakan yang dibuat untuk banyak hal di luar aspek sumber daya
air akan memberikan pengaruh kepada eksistensi dari sumber daya air.

Beberapa hal yang perlu dicermati dan bisa memberikan dampak kepada pengelolaan sumber
daya air meliputi (GWP, 2001):

• Kebijakan makroekonomi: kebijakan moneter, fiskal, dan perdagangan sangat mempengaruhi


langkah dan tipe pengembangan ekonomi umumnya dan sektor air khususnya. Dalam penentuan
kebijakan pembangunan nasional, regional (propinsi, kabupaten/kota) diperlukan kajian makro
tentang perkembangan ekonomi dan pengaruhnya terhadap perkembangan dan pengPlolaan
sumber daya air.
• Perubahan ekonomi bahkan memberikan dampak terhadap PSDA nusalnya devaluasi dapat
menyebabkan kenaikan yang tinggi pada ekspor tanaman irigasi, insentif pajak akan
mengakibatkan pertumbuhan air. lndustri yang intensif dan perdagangan yang liberal dapat
mengakibatkan perubahan pada keseimbangan produk yang juga pula mengakibatkan perubahan
pada pemakaian air.
• Kebijakan yang beroricntasi ke peningkatan penghasilan seperti PAD dapat secara langsung
memberikan dampak negatif terhadap keberlanjutan sumber daya air. Sebagai contoh, pemberian
ijin yang sangat mudah kepada para pengembang untuk pemukiman baru dan pembangunan
kawasan industri mengakibatkan perubahan tata guna lahan yang cepat dan besar. Akibatnya
banjir dan kekeringan akan meningkat drastis. Bilamana dampak banjir dan kekeringan juga
dimasukkan dalam analisis finansial, maka ada kenlungkinan hasilnya negatif karena umumya
kerugian yang terjadi cukup besar.
• Kebijakan tentang pemanfa-atan kayu un:uk berbagai keperluan termasuk untuk ekspor
menyebabkan lahan hutan menjadi gundul karena hutan dijarah habis-habisan.
• Investasi publik: Investasi dalam banyak sektor dapat mengakibatkan per-mintaan untuk air,
seperti perumahan, kota baru dan perkcmbangan industri, transportasi, daya, dan energi, pepanian
dan kepariwisataan.

40
• Investasi publik dan swasta dalam sektor air itu: Sektor air adalah modal intensif yang pontensial
membutuhkan biaya yang sangat besar. Misalnya investasi untuk irigasi, air bersih, pengolahan
air kotor, banjir, dan perlindungan lingkungan. Hal ini akan menjadi persoalan yang sulit ketika
aspek sosial dan aspek lingkungan harus menjadi konsideran yang penting.
• Investasi air nasional, regional maupun lokal oleh Pemerintah yang berdasar pada pengelolaan
sumber daya air terpadu yang memadukan tiga aspek utama yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan
akan merupakan sumber utama yang teridentifikasi. Salah satu strateginya adalah konsep
pembiayaan untuk program yang realistis dan yang dapat dijalankan yang meliputi semua aspek
pengelolaan sumber daya air, termasuk konservasi dan pengolahan limbah.

Pra-kondisi untuk kebijakan investasi yang baik meliputi:

• Proyeksi makroekonomi: untuk jangka pendek 1-2 tahun, untuk jangka menengah 3-5 tahun dan
jangka panjang bisa 10 sampai 25 tahun
• . Koordinasi yang memadai baik di pusat, propinsi maupun kabupatenl/kota dan peninjauan
kembali semua aturan
• Program investasi yang dijabarkan secara transparan, demokratis dan akuntabilitas
• Kemampuan pengujian/penilaian program pembangunan yang memadai
• Data dan informasi mengenai suplai dan kebutuhan air (neraca air) yang up-to-date
• Institusi-institusi yang mempunyai kapasitas untuk mengimplementasikan secara efektif lingkup
dan volume program atau yang sering disebut tupoksi (tugas pokok dan fungsi)
• Institusi yang mampu melakukan kontrol, evaluasi dan monitoring terhadap program yang sedang
berlangsung
• Investasi disamping untuk kepentingan ekonomi juga harus dapat dipakai untuk kepentingan
sosial dan ekonomi.
• Strategi investasi yang aplikatif untuk sektor air meliputi:
• Estimasi kebutuhan investasi secara keseluruhan dalam aspek-aspek ekonomi, sosial dan
lingkungan yang harmoni dan seimbang
• Alokasi tanggung jawab untuk penyediaan dan pencarian dana (misal antar pemerintahan di level
pusat, prop:nsi dan kabupaten/kota, antar masyarakat, agen-agen otonom, dan perusahaan swasta
• Identifikasi sumber dana hibah dan pinjaman konsesional (donor-donor bilateral dan multi lateral
misal A.DB, World Bank)
• Definisi dari peranan sektor swata, dan target fmansial untuk konsesi, joint venture,
penggabungan,dsb.
• Penilaian dalam lingkup untuk pendekatan-pendekatan alternatif, seperti pengelolaan kebutuhan
atau instrumen ekonomi untuk mengurangi kebutuhan modal
• Tafsiran dalam jangkauan investasi untuk tingkat masyarakat.

41
• Skema dan program yang jelas dalam pembiayaan untuk air sebagai bahan baku maupun sebagai
hasil dari pembuangan air limbah
• Penilaian yang jelas mengenai peranan publik dan sektor swasta dan instrument aturan yang
terkait.
• Pengumpulan/pencairan dana dapat didelegasikan oleh pemerintah kepada para pihak lainnya,
tergantung pada faktor-fakior. Delegasi yang didirikan harus dapat menghasilkan dan
memperoleh sumber dana dengan kondisi memadai. Sebagai contoh pemerintah kabupaten/kota
memiliki kapasitas untuk memperoleh dana tanpa diperlukan garansi dari pemerintah pusat dan
selanjutnya perusahaan swasta dapat memliiayai pinjamannya untuk suatu proyek.

4.4.3.3 Refornrasi Institusional Sektor Publik


Dalam herarki otononu, tipe-tipe utama adalah:

• Tingkat departemen (pusat), tingkat dinas (untuk propinsi dan kabupaten/kota)


• Unit khusus pengelola air yang bertanggung jawab kepada pemerintah (menteri, gubernur atau
bupati/walikota)
• Otonomi penuh, utilitas air yang mempunyai kapasitas finansial
• Kerjasama antara pemerintah dan swasta
• Perusahaan swasta murni

Ada beberapa elemen umum untuk reformasi khususnya dalam peningkatan efisiensi per.yediaan
pelayanan yang meliputi:

• Otonomi yang lebih besar dari pemerintah (pusat) ke daerah, pemberian kesempatan dari pihak
swasta untuk peningkatan peran
• Komitmen yang kuat untuk mengawasi target-target penampilan (misal penyambungan baru,
pengurangan kebocoran, reliabilitas, kecepatan pengumpulan dana)
• Perbaikan tarif untuk meningkatkan pengembalian biaya (cost recovery)
• Motivasi dan pelatihan dari para pelaku/pelaksana di lapangan, berorientasi pada kebutuhan
pelanggan
• Pelayanan sub-kontrak kepada sektor swasta (atau peningkaian kerjasama antara pemerintah dan
swasta ) bila cara ini lebih layak dan efisicn
• Restrukturisasi organisasi untuk merefleksikan tujuan dan orientasi bani
• Pengalaman sebagai pelajaran dalam pencapaian reformasi organisasi keairan meliputi:
• Perlu suatu reformasi dalam pengelolaan ketika air menjadi kritis baik dari kuantitas dan
kualitasnya
• Konsultasi dengan pengguna air sangatlah penting dengan tujuan untuk memastikan ketenttian
pelayanan yang dibutuhkan masyarakat dan sehingga masyarakat benar-benar tulus membayar

42
• Peningkatan yang cepat sesuai staadar pelayanan sebagai konsekuensi akibat kebijakan yang tidak
populer seperti kenaikan tarif atau penghentian aliran.
• Koreksi ketidak-efisienan dapat mengurangi kebutuhan untuk peningkatan tarif.
• Pemerintah perlu memastikan bahwa yang miskin (lemah) telah mendapat pelayanan dan
pengguna air dan terlindungi dari biaya-biaya tambahan yang berlebihan

4.4.3.4 Peren Sektor Swasta


Motivasi untuk peningkatan peran swasta meliputi:

• Keuangan: Keterbatasan dana pemerintah dalam menyalurkan biaya dan pencarian dana dari
berbagai sumber
• Politik. Sangat penting namun merupakan reformasi yang tidak populer, misalnya keputusan
penaikan tarif air, kajian dan evaluasi ke para-pihak yang berupaya untuk menghindari
pembiayaan yang lebih besar (misal pajak).
• Keahlian. Perusahaan swasta yang besar dapat berperan dalam peningkatan iptek
• Resiko. Perusahaan swasta umumnya lebih baik dalam menghadapi resiko dibandingkan dengan

Bentuk peran sektor swasta yang membantu pemerintah dikenal atau diwujudkan dengan istilah
kemitraan atau kerjasama. Beberapa macam bentuk kemitraan antara lain meliputi (Direktorat Bina
Tata Perkotaan dan Perdesaan, DitJen Cipta Karya, Dep. PU, 1999):

• Kontrak Pelayanan (Service Contract).


• Kontrak Kelola (Management Contract).
• Kontrak Sewa (Lease Contract).
• Kontrak Bangun/Rehabilitasi :
• Kontrak Bangun, Kelola, Alih Milik (Build, Operate, dan Transfer Contract).
• Kontrak Bangun, Alih Milik (Build dan Transfer Contract).
• Kontrak Bangun, Alih Milik, dan Kelola (Build, Transfer, dan Operate Contract).
• Kontrak IIangun, Sewa, dan Alih Milik (Build, Lease, dan Transfer Contract).
• Kontrak Bangun, Milik, dan Kelola (Build. Own, dan Operate Contract).
• Kontrak Rehab, Milik, dan Operasi (Rehabilitate, Own, dan Operate Contract).
• Kontrak Rehab, Kelola, dan Alih Milik (Rehabilitate, Operate, dan Transfer Contr-act).
• Kontrak Kembang/Bangun, ICelola, dan Alih Milik (Develop, Operate, dan Transfer Contract).
• Kontrak Tambah dan Kelola (Add dan Operate Contract).
• Kontrak Konsesi (Concession Contract)
• Joint ventures in operating companies

Keikutsertaan sektor-sektor swasta dapat menghasilkan manfaat dari beberapa situasi dan persoalan
yang antara lain meliputi:

43
• Keterbatasan sumber dana pemerintah
• Penurunan level pelayanan, kurangnya perbaikan, jaminan koneksi baru, dsb.
• Tekanan anggaran berat dalam pengelolaan sumber daya air dan keengganan ataupun ketidak
mampuan pemerintah untuk memberi subsidi yang disebabkan oleh terbatasnya dana.
• Aturan yang baik yang disediakan pemerintahan, adalah untuk meningkatkan kepercayaan diri
• Pelelangan transparan
• Kepastian dan jaminan Pemerintah bagi para investor melalui legislasi yang dilaksanakan.
• Pencapaian peningkatan efisiensi

4.4.3.5 Pengembalian Biaya dan Kebijakan-Kebijakan Denda Ada beberapa kondisi untuk
aturan biaya pemulihan yang baik, yaitu:
• Pemahaman dan kesadaran masyarakat secara umum tentang kebutuhan perbaikan kerugian,
Dalam hal ini, masyarakat mungkin akan membutuhkan informasi untuk mempengaruhi mereka,
apabila mereka menganggap air sebagai hadiah dari alam
• Dukungan politik yang kuat serta penghindaran terhadap janji yang terlalu muluk-muluk
(sehingga tidak bias dipenuhi)
• Perhatian bagi masyarkat yang kurang mampu dan konsumen yang dirugikan. Dukungan dan
bantuan langsung umumnya mungkin akan lebih efektif, karena pengalaman mcnyimpulkan
biasanya subsidi justru menguntungkan pihak¬pihak yang mampu atau kaya
• Keuangan yang transparan yang juga meliputi pengawasan independen
• Aturan tegas, umum dan jelas mengenai tarif yang telah ditetapkan. Karena kekurangan kompetisi
dan kepekaan air secara sosial, pemerintah biasanya mengatur harga walaupun sudah ditetapkan
oleh fasilitas umum.
• Pelanggan cenderung menanggapi kenaikan harga dengan tuntutan pelayanan yang lebih baik

4.4.3.6 Penilaian Investasi


Suatu bentuk penilaian atau penaksiran investasi (investment appraisal) yang dibutuhkan
untuk dapat mengetahui proyek sumber daya air yang paling baik. Untuk pengelolaan sumber daya air
harus dilakukan secara hati-hati, karena harus berdasarkan ketiga pilar pembangunan: ekonomi, sosial
dan lingkungan yang harmoni.

Ketika investor ingin memberikan modal, maka keuntungan menjadi dasar utama, namun
karena air merupakan benda dengan dua sifat fungsi yang bersamaan yaitu secara ekonomi
menguntungkan namun secara sosial harus tetap memperhatikan masyarakat.

Dalam UU SD Air, keseimbangan akan ketiga aspek tersebut dinyatakan dengan jelas. Oleh
karena itu dalam penilaian tersebut dasar legislatifnya harus mengacu pada ketentuan dalam UU
tersebut.

44
4.5 Peran Institusi

4.5.1 Penciptaan Kerangka Kerja Organisasi - Bentuk dan Fungsi


Seperti sudah disebutkan bahwa pengelolaan sumber daya air adalah kompleks dan saling
ketergantungannya sangat tinggi, maka dalam kelembagaan perlu dibuat organisasi lintas batas, baik
secara nasional, propinsi maupun kabupaten kota. Dalam UU Sumber Daya Air disebutkan adanya
Dewan Sumber Daya Air yang mcrupakan wadah koordinasi dalam upaya mengintegrasikan
kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan para pemilik kepentingan dalam bidang sumber daya air
dalam PSDA yang mencakup kepentingan lintas sektoral dan lintas wilayah yang memerlukan
keterpaduan tindak untuk menjaga kelangsungan fungsi dan manfaat air dan sumber air baik tingkat
Nasional, Propinsi maupun kabupaten kota. Fungsi Dewan Sumber Daya Air adalah memberikan
Pertimbangan kepada pemerintah dalam menetapkan wilayah sungai dan cekungan air tanah baik di
pusa, propinsi maupun kabupaten/kota. Diharapkan dcngan adanya masukan dari dewan ini
Pemerintah Pusat maupun Daerah dapat menetapkan kebijakan dengan rencana tindak yang tepat.

Organisasi ini memberikan kerangka kerja pengelolaan sumber daya air terpadu., menyeluruh
dan berwawasan lingkungan Dalam mengimplementasikan pengelolaan, hal yang tersulit adalah
bagaimana kita dapat melakukan koordinasi pengelolaan terutama dalam sisiem skala yang cukup
besar. Karcna untuk dapat diaplikasikan secara sukscs diperlukan banyak faktor pendukungnya
misalnya faktor-faktor sebagai pengendali, sebagai suatu proses yang jelas, promosi yang mengarah
pada keberlanjutan dll.

Peran, tanggung jawab dan manfaat dari organisasi atau institusi dalam sumber daya air
bennacam-macam. Pada prinsipnya peran dari organisasi ini dapat dikelompokkan menjadi 6 grup
(Grigg, 1996), yaitu:

• penyedia pelayanan: bisa pemerintah (institusi), bisa kemitraan pemerintah dengan stukeholders
• pengatur umumnya unsur pemerintah
• perencana dapat dari pemerintah, konsultan, perguruan tinggi, LSM bahkan masyarakat
tergantung dari jeais, kapasitas dan volume kegiatan
• pelaksana
• organisasi pendukung misalnya Himpunan Ahli Teknik Hidraulik (HATHI), KNI ICID, PII, dll.
• pemakai (user): semua stakeholders.

Manfaat dari kerangka kerja organisasi ini adalah antara lain untuk dapat terjalin kerjasama,
pembagian tugas sesuai fungsi, hak dan kewenangan, terjadi-nya suatu hubungan kerja yang
harmonis, untuk dapat melakukan pengelolaan yang efisien dan efektif. Salah satu model kerangka
kerja dinyatakan oleh Grigg (1996) seperti diilustrasikan dalam gambar berikut ini.

45
Gambar 4-17 Model kerangka kerja uutuk tindakan Cerorganisasi (Grigg, 1996)

4.5.1.1 Orgarrisasi Liritas Batas Untuk Pertgelolaarr Sumber Daya Air


Organisasi ini diperlukan sebagai mediator dari para-pihak untuk mengakomodir semua
kepentingan. Oleh karena itu organisasi ini harus mempunyai sifat-sifat:

• Setelah didirikan, organisasi lintas batas dan persetujuan air dikeluarkan - berlawanan dengan
kepercayaan yang sedang popular selama ini, mereka kadang berperan sebagai factor moderat
dalam konflik situasi (Kader Asmal, 2000)
• Penetapan suatu kondisi untuk suatu persetujuan akan menghabiskan banyak waktu dan biaya dan
sumber daya terutama pada proses pencapaian kesepakatan dan kesepahaman
• Pemanfaatan pihak ketiga sebagai mediator yang jujur sangat penting.
• Kebijakan tentang air dalam lingkup nasional air dibutuhkan untuk mendukung koordinasi antar
agen untuk organisasi lintas batas
• Pengaruh dari para pihak lainnya dengan terus menerus melakukan aksi yang berkaitan dengan
pengelolaan yang benar akan memberik dampak positif terhadap keberadaan organisasi lintas
batas

4.5.1.2 Dewan Air Nasional


Dalam W SD Air dinyatakan bahwa perlu suatu wadah koodinasi dalam pengelolaan sumber
daya air yang disebut sebagai Dewan Sumber Daya Air. Organisasi ini didirikan dengan tujuan agar
koordinasi dapat lebih dikem-bangkan diantara para pihak.

Secara eksplisit dinyatakan dalam W SD Air tentang dewan ini, yaitu:

• Dewan Sumber Daya Air merupakan suatu wadah koordinasi dengan mengintegrasikan
kepentingan berbagai sektor, wilayah, dan para pemilik kepentingan dalam bidang sumber daya
air dalam PSDA yang mencakup kepentingan lintas sektoral dan lintas wilayah yang memerlukan
keterpaduan tindak untuk menjaga kelwngsungan funbsi dan manfaat air dan sumbcr air baik

46
tingkat Nasional, Propinsi maupun kabupaten kota (Penjelasan Pasal 13 Ayat (2), Pasal 86 Ayat
(1), Pasal 87 Ayat (1) dan Ayat (2)
• Fungsi Dcwan Sumber Daya Air Nasional : Memberikan Pertimbangan kepada Presiden dalam
menetapkan wilayah sungai dan cekungan air tanah atas dasar masukan dari Pemerintah Daerah
yang bersangkutan (Pasal 13 Ayat (2) dan Penjelasannya)
• Kebijakan pengelolaan sislem informasi hidrologi, hidrometeorologi, dan hidrogeologi ditetapkan
oleh Pemerintah berdasarkan usul Dewan Sumber Daya Air Nasional (Pasa168 Ayat (2))
• Dewan Sumber Daya Air Nasional untuk tingkat pusat, wilayah sungai lintas provinsi, dan
wilayah sungai strategis nasional dibentuk oleh pemerintah. Dewan Sumber Daya Air tingkat
provinsi da~atau pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota dibentuk oleh Pem Prop. Dr wan
Sumber Daya Air tingkat kabupaten/kota dan/atau pada wilayah s9gai dalam satu kabupaten/kota
dibentuk oleh Pemerintah Kab/Kota (Pasal-4 Ayat h, Pasal 15 Ayat h dan Pasal 16 Ayat g).

Fungsi dewan sumber daya air ini sangat bervariasi. Seperti yang sudah dilakukan oleh banyak
pemerintahan dalam upaya menemukan pengelolaan sumber daya air terpadu, hasilnya antara lain:

• Peningkatan koordinasi dari fungsi pemerintah melalui rencana terpadu dan aksi.
• Adanya perubahan struktural dalam instansi pemerintah memberikan fasilitasi koordinasi lebih
baik
• Dimungkinkan penciptaan bagian-bagiag baru dari institusi yang telah ada untuk memfasilitasi
koordinasi yang baik.
• Diakui oleh banyak pihak bahwa pengalaman tentang susksesnya keberadaan dewan sumber daya
air ini masih sedikit. Sehingga untuk negara berkembang termasuk Indonesia harus dibuktikan
dulu secara nyata akan pentingnya eksitensi dewan tersebut.
• Pengalaman yang lalu juga menunjukkan bahwa suksesnya dewan ini tidak bisa instan namun
merupakan proses yang akan terus diperbaiki untuk mcncapai tujuan akhir, biasanya jangka
waktunya cukup panjang. Oleh karena itu perlu disepakati oleh semua pihak bahwa keberadaan
dewan tidak otomatis secara instan dapat mengatasi persoalan-persoalan sumber daya air.
• Suksesnya dewan ini juga sangat terganlung dengan kondisi politik dan konteks sejarah (para
pihak harus mengalami secara langsung akan manfaat keberadaan dewana ini).
• Agar dewan ini dapat berfungsi efektif semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak
langsung harus mempunyai komitmen yang nyata terhadap dewan tersebut dan yang utama juga
perlu dikondisikan agar dewan ini tidak sekedar wadah icoordinasi namun secara perlahan
mempunyai kckuatan (power) yang bisa ditaati oleh semua pihak.
• Penyelesaian konflik yang tepat (nusalnya win-win solution) dan peningkatan kepedulian juga
merupakan sebagian dari faktor-faktor kunci

47
4.5.1.3 Organisasi Daerah Aliran Sungai
Bentuk dan peran dari organisasi dalam suatu DAS sangat berhubungan dengan konteks
sejarah dan sosial. Karakteristik-karakteristik kunci yang menopang pada pengelolaan daerah aliran
sungai adalah:

• Di daerah aliran sungai atau di satuan wilayah sungai harus dapat dibuat perencanaan makro
untuk menyeimbangkan semua keperluan konservasi air, pendayagunaan sumber daya air dan
pengendalian daya rusak air.
• Masyarakat umum dan partisipasi para pihak lainnya sebagai sumber daya manusia dalam
penentuan keputusan dan pemberdayaan lokai.
• Pengelolaan permintaan yang efektif
• Kesepakatan dan kesepahaman atau persetujuan dalam komitmen di DAS dan mekanisme
monitoring dan evaluasi dalam implementasinya. Karena batas DAS dan batas administrasi sering
tidak sama
• Sumberdaya manusia dan keuangan yang cukup

Untuk susksesnya organisasi di dalam suatu DAS diperlukan dukungan:

• Kemampuan untuk menetapkan kompetensi teknik yang dapat dipercaya.


• Fokus dalam masalah yang berulang-ulang seperti banjir, kekeringan atau penurunan penawaran
dan pengawasan solusi yang dapat diterima oleh semua pihak
• Partisipasi semua pihak
• Kemampuan untuk menghasilkan bentuk pendapatan atau penghasilan kontinyu melalui iuran,
penarikan bantuan yang gratis (grant) atau pinjaman lunak
• Batas juridiksi yang jelas dan sumber daya yang tepat

4.5.1.4 Badan Pengatur


Merupakan badan khusus yang mengatur suatu DAS atau SWS tertentu dengan kewenangan
yang cukup untuk membuat kebijakan dan keputusan strategis, menentukan kerangka organisasi dan
institusi, menentukan alokasi finansial, dan melakukan pengelolaan di DAS atau SWS tersebut.
Secara lebih detail dapat dijelaskan tentang hal-hal yang berkaitan dengan badan ini:

• Badan ini diperlukan untuk dapat memastikan aplikasi pengelolaan sumber daya air terpadu yang
efektif dan efisien. Jangkauan tugasnya mulai dari peraturan keairan, pengelolaan lingkungan
yang terkait dengan sumber daya air, kuantitas dan kualitas air, pengaturan tata guna lahan
termasuk pengelolaan finansialnya
• Badan ini dapat didirikan dan dibiayai oleh pemerintah untuk tahap permulaan lalu dapat secara
mandiri menglola sumber daya air. Di Indonesia contoh untuk badan ini dikenal dengan nama
Jasa Tirta

48
• Hakekat adanya badan ini adalah bahwa pengelolaaan sumber daya air dapat dilakukan lebih
profesional
• Sebagai mitra kerja pemerintah yang penting (baik pusat, propinsi maupun kabupaten/kota)
• Secara pertahap pengelolaan sumber daya air bisa dilakukan dan didukung oleh semua pihak
termasuk dari segi pendanaannya setungga dapat mengurangi beban pemerintah dalam
pembangunan
• Badan ini bekerja dengan mengikuti kaidah yang dinyatakan dalam UU Sumber Daya Air yaitu
bahwa Sumber daya air mempunyai fungsi sosial yang berarti kepentingan umum lebih
diutamakan daripada kepentingan individu, lingkungan hidup yang berarti berarti bahwa sumber
daya air menjadi bagian dari ekosistem sekaligus sebagai tempat kelangsungan hidup flora dan
fauna, dan ekonomi yang berarti berarti bahwa sumber daya air dapat didayagunakan untuk
menunjang kegiatan usaha yang diselenggarakan dan diwujudkan secara selaras.

Hal di atas dapat dilakukan dengan mewujudkan Pengelolaan Sumber Daya Air yang bercirikan
(Pusat Penelitian Sumberdaya Alam dan Energi Lembaga Penelitian Universitas Diponegoro, 2003):

• Dapat memberi pelayanan umum yang handal dan dipercaya


• Selalu responsif terhadap harapan/tuntutan stakeholders
• Selalu melibatkan stakeholders dalam pengambilan keputusan
• Dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dan swasta
• Harus bertumpu pada sistem pengelolaan yang mantap (terbakukan)
• Secara bersa-naan dengan tugas pokok sosialnya, dapat menerapkan kaidah-kaidah kelayakan
pengusahaan

4.5.1.5 Penyedia Pelayanan


Institusi ini diperlukan untuk dapat memberikan pelayanan yang kontinyu dan memadai baik
kuantitas maupun kualitas SDA. Berbagai hat yang diperlukan yang berkaitan dengan pelayanan
adalah:

• Penyedia pelayanan bisa pcmerintah (institusi), bisa kemitraan pemerintah dengan stakeholders
• Struktur pelayanan berhubungan dengan struktur sosial, ekonomi dan politik dalam masyarakat,
oleh karena itu penyamarataan akan sangatlah sulit diaplikasikan. Diperlukan suatu kajian yang
detail sehubungan dengan kondisi masyarakat
• Pelayanan dituntut untuk dapat memberikan standar kuantitas dan kualitas tinggi
• Penyediaan air yang bisa bcrlanjut untuk para pemakai dengan kuantitas dan kualitas yang
memadai
• Selalu dapat mengembangkan tcknologi tcpat guna untuk peningkatan efisiensi dan efektifitas
pelayanan

49
• Dituntut untuk dapa mengimplementasilkan pengelolaan sumber daya air yang seimbang baik
untuk:
• pemakaian tanah dan air
• air permukaan dan air tanah
• jumlah dan kualitas air
• Stakeholders di hulu dan hilir
• Pemakaian air tawar dan air taut
• penyebab dan penerima dampak

4.5.1.6 Institusi Masyarakat Umum dan Organisasi ko»runitas


Institusi dan organisasi ini diperlukan untuk hal-hal, antara lain:

• Advokasi dengan dasar proteksi lingkungan dan alam


• Mempertinggi pengetahuan air untuk menyadarkan masyarakat pentingnya pengelolaan
ketersediaan dan kebutuhan air yang berkelanjutan.
• Advokasi untuk yang lemah dan yang terpinggirkan
• Mobilisasi masyarakat lokal supaya turut ikut serta dalam pengelolaan sumber daya air lokal dan
pengiriman air.
• Pemegang peran kuat dalam pengelolaan air tanah (groundwater basin) maupun air permukaan
• Dalam konteks urban, institusi dapat memainkan peranan penting dalam pembangunan dan
pandangan tentang penyediaan air dan sistem sanitasi
• Kolaborasi antar penyedia pelayanan dan organisasi masyarakat dapat memperkuat rasa memiliki
dari masyarakat umum dan membangun pengelolaan air dalam level atau jenjang komunitas

4.5.1.7 Wewenang Lokal


Kewenangan untuk stakeholders di wilayah pengelolaan perlu lebih diberikan secara
proporsional mengingat stakeholders tersebut langsung akan berpengaruh ataupun dipengaruhi oleh
aktifitas pengelolaan sumber daya air. Pengalaman masa lalu mengingatkan kita bahwa sering
masyarakat lokal terpinggirkan.

Sebagai contoh masyarakat di daerah hulu waduk lebih dominan dirugikan baik dari
pengurangan lahan mereka maupun pernnafaatan air yang tidak bisa diperoleh karena air mengalir ke
arah hilir. Di wilayah ini masyarakat yang mempunyai kewenangan secara proporsional akan dapat
berpartisipasi aktif dalam upaya pelestarian sumber daya air yang ada. Upaya yang perlu dilakukan
antara lain:

• Pemberdayaan
• Peningkatan SDM
• Pengetahuan O dan P

50
• Komunikasi rutin

Yuridiksi dan aktifitas yang yang terlalu luas dalam pengelolaan sumber daya air terpadu
menyebabkan timbulnya kesulitan dalam generalisasi efektifitas. Oleh karena itu diperlukan hal-hal:

• Partisipasi aktif semua pihak dalam pembuatan keputusan dan keterlibatan dalam dialog nyata
dengan pembuat keputusan sehingga cukup stabil dengan perubahan pemerintahan.
• Kemudahan akses publik kepada informasi dasar mengenai kualitas dari sumber daya air lokal
dan masalah yang berhubungan dengan jaminan air jangka panjang untuk masqarakat sangatlah
penting. Hal ini juga untuk meningkatkan peran dan tanggung jawab masyarakat
• Kepemimpinan lokal sangat dibutuhkan untuk mengawali proses berkelanjutan pengelolaan
sumber daya air dalam masyarakat
• Perencanaan jangka panjang perlu dilakukan dengan kegiatan yang nyata untuk mempertahankan
kepentingan dari para-pihak.
• Perubahan terhadap aturan daerah adalah efektif jika dihubungkan dengan perubahan nyata dalam
peran dan tanggung jawab organisasi pemerintah resmi
• Para-pihak berbasis inisiatif dapat memainkan peran yang penting dalam menembus kendala-
kendala politis pada aktivitas pengelolaan sumber air terpadudi daerah urban.

4.5.2 Institutional Capacity Building


Institutional Capacity Building dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya air terpadu
adalah semua usaha dan upaya untuk melatih, mendidik, mengajar, mengerribangkan kemampuan dan
kecakapan sumber daya manusia pada semua stakeholder yang terkait sehingga penarnpilan sumber
daya manusia secara fisik maupun mental meningkat. Tujuannya agar dengan peningkatan ini, sumber
daya manusia dapat lebih efektif dan efisien bekerja di bidangnya, dapat bekerja sama dan menjalin
komunikasi secara lebih baik dengan sumber daya manusia di bidang lainnya, dapat bekerja untuk
tujuan yang lebih luas. Dengan kata lain institutional capacity, building merupakan salah satu
prasarana dan sarana dalam pengembangan sumber daya air manusia.

Kemampuan berperan-serta dan pemberdayaan (participatory capacity and empowerment):

• Para pihak yang terkait dengan sumber daya air akan efektif dikembangkan apabila merupakan
institusi/organisasi yang diciptakan karena kebutuhan bottom up approach bukan karena proyek
dari pemerintah atau dari top down approach
• Semua kategori untuk para pemakai air harus yang terwakili dalam asosiasi
• Partisipasi aktif dari masyarakat harus diatur secara teliti untuk menghindari adanya grup
minoritas yang pandai dalam berbicara dan berargumentasi; bila ini terjadi, pembuatan keputusan
sangat dipengaruhi oleh grup tersebut yang pada hakekatnya mempunyai legitimasi yang terbatas.

51
• Pembiayaan eksternal dan dukungan structural dapat menjadi awal yang penting untuk
memastikan keseimbangan partisipasi masyarakat di dalam mana grup yang kaya namun terbatas
(sedikit) dapat berkontribusi dalam pembuatan keputusan. Walau demikian, keberlanjutan dan
efekiivitas sangat bergantung pada kepercayaan sendiri.
• Keberlanjutan juga bergantung pada adanya peraturan yang sudah disetujui sebagai mekanisme
yang dapat diandalkan untuk memperkuat peraturan tersebut dan menyelesaikan pertikaian.

4.5.2.1 Kapasilas Perngelolaan Sumber Daya Air Terpadu Profesi Keairan


• Karena persoalan pengelolaan air berubah secara konstan, ada kebutuhan untuk pendidikan jangka
panjang.
• Capacity building sudah ditunjukkan menjadi yang paling efektif saat mengimplementasikan
prinsip-prinsip dari Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu dilengkapi dengan ketrampilan
lapangan, daripada terfokus pada solusi khusus untuk masalah yang khusus.
• Program pelatihan pelatih adalah alat capacity building efektif
• Pelatihan pada manajer senior dapat meyakinkan proses capacity building dalam a'rganisasi dan
serta dapat sebagai dukungan untuk pegawai juniornya.

4.5.2.2 Kapasitas Pengaturan


• Pengalaman menunjukkan bahwa building capacity yang menonjolkan ketrampilan daripada alih
ilmu pengetahuan dapat dipakai untuk meningkatkan penampialn organisasi yang terstruktur
• Program pelatihan pelatih membutuhkan biaya sangat mahal
• Regulatory capacity building dapat dilihai sebagai keterpaduan akan perkembangan peraturan
tentang kapasitas tersebut. Jika regulatory capacity building dilakukan lebih awal, resiko untuk
aturan yang tidak efektif dapat dikurangi.
• Usaha untuk memastikan bahwa para pelaku dapat menerima legitimasi dari tugas mereka dan
menekankan keterpaduan adalah kunci pokok untuk membangun organisasi yang kuat.
• Legitimasi dengan aturan sangat penting untuk memastikan penerimaan dan pemenuhan
kebutuhan.

4.5.2.3 Berbagi (Alih) Ilmu Pengetahuan


• Pembagian pengetahuan membutuhkan pikiran yang terbuka.
• Transfer pengetahuan sederhana dari suatu negara ke negara yang lain tanpa mempertimbangkan
konteks budaya dan politik dapat tidak efektif bahkan menimbulkan resiko kerusakan.
• Pembagian pengetahuan membutuhkan penguraian bottlenecks seperti aturan-aturan birokrasi
yang mencegah profesi satu disiplin dari pengembangan pengetahuan kepada dispilin yang lain,
keterbatasan finansial dan tidak adanya insentif karier untuk seorang pegawai yang membutuhkan
waktu dalam peningkatan ketrampilannya.
• Organisasi-organisasi riset harus menyediakan insentif untuk periset individu dalam peningkatan
ketrampilannya dan mengetahui dan menyediakan kesem-patan untuk pegawai dalam pemakaian

52
ketrampilan barunya. Untuk menghindari "brain drain" (perpindahan para pakar ke tempat lain)
maka perlu suatu penguatan institusional yang sungguh-sungguh (serius).
• Para peneliti harus didorong dan diajari untuk menyebarkan apa yang telah mereka dapatkan
melalui ketrampilan komunikasi yang tepat.

4.6 Instramen-Instrumen Manajemen


Oleh GWP (2001) disebutkan bahwa instrumen-instrumen manajemen terdiri atas 8 hal
meliputi:

1. Analisis Sumber Daya Air


2. Perancangan dan Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Air Teipadu
3. Pengelolaan Kebutuhan
4. Instrumen Perubahan Sosial
5. Resolusi konflik
6. Instrumen Pengatur
7. Instrumen Ekonomi
8. Pengalihan dan Pengelolaan Informasi

Masing-masing instrumen menyangkut beberapa aspek seperti uraian berikut ini.

1. Analisis Sumber Daya Air

• Dasar Pengetahuan Sumber Daya Air


• Analisis Penilaian Sumber Daya Air
• Permodelan Dalam Pengelolaan Sumber Daya air Teipadu
• Indikator Dalam Pengembangan Sumber Daya Air

2. Perancangan dan Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu

• Perancangan DAS (River Basin Plans)


• Pengelolaan dan Penilaian Resiko

3. Pengelolaan Kebutuhan

• Peningkatan Efisiensi Pemakaian


• Daur Ulang dan Penggunaan Kembali
• Peningkatan Efisiensi Suplai Air)

4. Instrumen Perubahan Sosial .

• Kurikula Pendidikan dalam Pengelolaan Air


• Pelatihan Untuk Profesional

53
• Pelatihan Pelatih
• Komunikasi Dengan Para Pihak
• Kampanya Air Dan Peqingkatan Kepedulian
• Perluasan Partisipasi dalam Pengelolaan Sumber Daya Air
• Resolusi konflik
• Pengelolaan Konflik
• Pembagian Perencanaan Visi
• Kesepakatan Dan Kesepahaman

6. Instrumen Pengatur

• Pengaturan Kualitas Air


• Pengahsran Kuantitas Air
• Pengaturan Untuk Pelayanan Air
• Pengendalian Tata Guna Lahan dan Perlindungan Alam

7. Instrumen Ekonomi

• Tarif Air dan Pelayanan Air


• Denda Polusi
• Pemasaran Air dan Ijin Perdagangan
• Subsidi Dan Insentif

8. Pengalihan dan Pengelolaan lnformasi

• Sistem Pengelolaan Informasi


• Pembagian Data Dan Alih Teknologi

4.6.1 Analisis Penilaian Sumber Daya Air


Analisis secara terpadu dan komprehensif perlu dilakukan di suatu kawasan regional dalam
kaitannya dengan pemahaman, kebutuhan dan pemanfaatan sumber daya air oleh para-pihak. Analisis
meliputi kuantitas dan kualitas baik untuk air permukaan maupun air tanah.

Pertimbangan-pertimbangan analisis yang diperlukan antara meliputi:

• Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi. Hal ini berkaitan erat dengan keseimbangan
antara ketersediaan dan kebutuhan air.
• Air bisa menjadi penyebab konflik tatkala kebutuhan air melampaui ketersediannya
• Perubahan tata-guna lahan akibat pertumbuhan penduduk dan ekonomi
• Pernahaman keseimbangan antara air untuk kehidupan dan air sebagai sumber daya
• Keseimbangan antara keberlanjutan ekologi, ekonomi dan sosial

54
• Air merupakan kebutuhan semua pihak. Dengan kata lain dalam pengelolaan sumber daya air
maka semua pihak harus melibatkan atau dilibatkan baik secara langsung maupun tidak langsung
• Air mengikuti batas wilayah daerah alirannya: untuk aliran permukaan air mengikuti daerah aliran
sungai (DAS) dan untuk air tanah air mengikuti daerah aliran air tanah (groundwater basin). Suatu
wilayah (propinsi atau kabupaten/ kota) mengikuti batas wilayah, administrasi. Batas DAS,
groundwater basin dan batas administrasi umumnya tidak sama.
• Sumber daya air dan sumber daya-sumber daya lainnya (misalnya lahan) membentuk sumber
daya alam. Dengan kata lain sumber daya air merupakan bagian dari sumber daya alam. Kondisi
sumber daya air saling tergantung dan dipengaruhi oleh sumber daya yang lain.
• Otonom daerah memberikan pengaruh yang besar terhadap sumber daya air. Termasuk di
dalamnya adalah tuntutan reformasi, perubahan paradigma dari top-down menjadi bottom-up
approach.
• Sumber daya air merupakan multi sektor, multi disiplin dan sangat kompleks
• Perpaduan dalam sistem alam maupun dalam sitem manusia
• Pemahaman bahwa sumber daya air bersifat kontinyu sehingga analisisnya juga harus secara
kontinyu (dengan segala konsekuensinya)

Sesuai dengan UU Sumber Daya Air, aspek-aspek pengelolaan yang harus dianalisis meliputi:

• Konservasi sumber daya air untuk keberlanjutan sumber daya air yang ada
• Pendayagunaan sumber daya air untuk dapat melakukan:
• Penatagunaan sumber daya air
• Penyediaan sumber daya air
• penggunaan sumber daya air
• pengembangan sumber daya air
• pengusahaan sumber daya air
• Pengendalian daya rusak air yang diarahkan pada kegiatan: pcncegahan, penanggulangan, dan
pemulihan
• Sistem Informasi sumber daya air untuk dapat secara kontinyu mendapatkan data yang up-todate
mengingat sistem sumber daya air adalah sistem yang kontinyu dari hulu ke hilir, dari waktu ke
waktu

4.6.1.1 Dasar Per:getahuan Sumber Daya Air


Pengetahuan dasar (knowledge base) sangat penting untuk analisis sumber daya air. Salah
satu hal yang penting dalam pengetahuan dasar ini adalah keakuratan data yang berkelanjutan.

Para perubuat kebijakan harus memahami pentingnya data yang akurat sehingga bisa dibentuk
institusi representatif yang bertanggung jawab tcrhadap data termasuk tersedianya dana kontinyu dan
sumber daya manusia.

55
Yang saat ini terjadi adalah masing-masing instansi mempunyai data sendiri¬sendiri yang
berbeda walaupun wilayah (arealnya) sama. Sebagai contoh data tentang Was daerah irigasi dari dinas
pertanian tidak sama dengan data dari dinas pengairan padahal lokasinya sama.

Penentuan data prioritas didasarkan atas isu terkini, terutama ientang bencana-bencana yang
terjadi. Hal ini perlu dibuat mengingat keterbatasan dana dan tidak adanya dukungan politis untuk
kompilasi data dasar yang akurat. Prioritas membutuhkan kunci pokok dari persoalan dan tafsiran
resiko dan kerugian untuk meningkatkan dukungan politik dan sumber daya lainnya.

Karena banyak institusi yang mempunyai data sendiri-sendiri seseuai dengan tugas pokok dan
fungsinya, maka dalam pencapain pengetahuan dasar diperlu¬kan suatu bentuk format data yang
standar, mudah disesuaikan dan mudah untuk diakses. Kolaborasi sektor-silang sangat penting untuk
mendapatkan pengeta¬huan dasar yang dibutuhkan dalam pendekatan pengelolaan sumber daya air
terpadu.

Kendali mutu (quality assurance) merupakan salah satu alat yang penting dalam aplikasi dari
pengetahuan dasar terutama untuk kondisi fintas batas dimana dibutuhkan kesepakatan dan
kesepahaman dalam berbagai hal.

4.6.1.2 Analisis Pertilaian Sumber Daya Air


Analisis sumber daya air pada umumnya dipakai sebagai dasar pembangunan infrastruktur.
Analisis sumber daya air mempunyai tujuan yang cukup luas dan beragam untuk kepentingan
pengelolaan sumber daya air mengingat denu-kian kompleksnya persoalan yang dihadapi. Analisis-
analisisnya antara lain meliputi:

• Supply-Demand assessment: mengetahui keseimbangan antara ketersediaan sumber daya air dan
kebutuhan akan air. Hal ini juga dipakai dalam upaya-upaya pencarian sumber dana untuk
pengelolaan sumber daya air
• Environmental Impact Assessment: bertujuan untuk mengetahui dampak suatu kegiatan mulai
dari pra, saat dan pasca konstruksi. Dampak tersebut dikaitkan dengan kelestarian sumber daya
air, aspek sosial, aspek ekonomi, aspek nstititusi dan hukum serta aspek teknisteknis
• Social impact assessment: kajian ini dipakai untuk mengetahui dampak dari suatu kegiatan
terhadap masyarakat baik secara lokal, regional maupun cakupan wilayah yang lebih luas
• Risk or vulnerability assessment: analisis ini bertujuan untuk mengetahui resiko dan kerentanan
dari semua pihak akibat terkena bencana misalnya banjir, longsor atau kekeringan.

Analisis sumber daya air kadang dilakukan melewati langkah-langkah mulai dari yang sederhana
sampai yang kompleks. Di dalam proses pembangunan biasanya langkah-langkahnya meliputi: pra
studi kelayakan, studi kelayakan, detail desain, implementasi, operasi dan pemeliharaan. Dasar
analisis sumber daya air disrankan untuk melalui langkah-langkah tersebut.

56
Untuk proyek dengan skala besar dan jangka panjang maka tiap langkahnya harus dilakukan secara
Iebih detail mengikuti peraturan, standar, norma dan pedoman yang berlaku secara multi dimensi,
multi sektor dan keterlibatan semua pihak. Persoalan-persoalan yang akan terjadi dapat diprediksi
secara lebih awal berikut solusinya.

4.6.1.3 Permodelan Dalam Pengelolaan Sumber Daya air Terpadu


Salah satu alat untuk permodelan adalah Sistem Pendukung Keputusan (Decision Support
System/CSS). Alat ini menjadi populer karena kemajuan komputer sangat cepat, baik dari proses,
kapasitas maupun perangkat lunaknya. Untuk persoalan yang sangat kompleks seperti pengelolaan
sumber daya air maka alat DSS dapat berperan sangat strategis.

DSS merujuk pada penggunaan komputer untuk mengembangkan dan menunjukkan


informasi dalam peningkatan proses keputusan. Sistem ini tidak hanya memroses data namun juga
menganalisis, dan memnfaatkan penggunaan model yang terkait. Dengan kata lain, sistem ini
merupakan sistem yang mengatur/dan mengorganisasikan proses, analisis dan pengantaran informasi
yang dibutuhkan untuk pembuatan keputusan (Grigg, 1988): Bagian-bagian penting dari sistem
pendukung keputusan diilustrasikan dalam gambar berikut ini.

Gambar 4-18 Alur sistem pendukung keputusan (Grigg, 1988)

Multi-tujuan dari DSS menjadikan pemakai untuk menyatu-padukan data dalam 5 fase, dimana setiap
data membutuhkan konsultasi dengan para-pihak yang potensial:

• Identifikasi isu: identifikasi isu, informasi yang memadai, identifikasi para-pihak yang
mempunyai po'sisi kunci.
• Definisi opsi-opsi manajemen: mengidentifikasi opsi pengelolaan sumber daya air dan lahan yang
potensial.
• Penetapan kriteria keputusan - penegasan criteria untuk dipilih sebagai salah satu opsi.
• Perolehan dan kompilasi data: sebagai input dalam DSS

57
• Proses pendukung keputusan-menganalisis informasi yang tersusun oleh para-pihak.

Hal yang penting dalam penggunaan DSS adalah harus bersifat transparan, sehingga tak ada yang
disembunyikan dibalik proses analisisnya. Pembuatan model input dan output yang tersedia harus
dapat diakses dan dilihat masyarakat.

Perlu ada upaya fasilitasi peningkatan dalam permodelan proyek-proyek masa depan dan
memastikan bahwa pekerjaan masa depan bergantung pada riset masa lalu. Peningkatkan pemahaman
dari grup mayoritas yang terlibat langsung terhadap proses permodelan akan memberikan damnak
positif terhadap peningkatan riset.

4.6.1.4 Pengembangan Indikator Sumber Daya Air


Indikator dapat dipakai untuk menganalisis dan membandingkan:

• Variasi ruang dan waktu dalam siklus hidrologi air, dan membandingkan ketersediaan dan
pemakaian air
• Pemakaian air yang efisien
• Efisiensi dan efektifitas pengantaran air, jumlah keluarga pengkonsumsi air, luas daerah irigasi
yang harus dilayani
• Ku alitas air
• Kuantitas air di suatu lokasi
• Penampilan penyedia air

Pengalaman dari pemakaian alat-alat indikator ini menunjukkan bahwa:

• Walaupun pembagian perwakilan indikator cenderung lebih mudah, namun biasanya sulit untuk
mendapatkan data yang konsisten, reliabel, berarti dan dapat dipertanggun-jawabkan dalam upaya
penggambaran penampilan kegiatan dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
• Walaupun indikator-indikator yang sederhana mungkin gagal untuk merefleksikan variasi yang
penting, mereka dapat menjadi alat yang cukup penting untuk menciptakan kesadaran, perhatian
dan kemauan politik
• Indikator dipakai dalam bentuk cluster (inti pusat), sebagai kombinasi indikator akan lebih baik
dalam menjelaskan keseluruhan proses pengelolaan sumber daya air terpadu. Kombinasi yang
tepat umumnya bergantung pada keadaan lokal.
• Apabila indikator dipakai untuk membandingkan beberapa daerah yang berbeda, sangatlah
penting jika elemen data dari indikator didefinisikan secara tepat
• Nilai dari indikator atau indeks perlu selalu ditinjau secara periodik

58
4.6.2 Perancangan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu
Pada prinsipnya perancangan pengelolaan sumber daya air tepadu merupakan penggabungan
dari pengembangan opsi, sumber daya dan interaksi antar manusia.

Proses perancangan sumber daya air dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: • Pembuatan
Pola Pengelolaan Sumber Daya Air: merupakan kerangka dasar dalam pembangunan mulai dari studi,
perencanaan, pelaksanaan, operasi, pemeliharaan, monitoring dan evaluasi

• Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Air: merupakan perencanaan yang menyeluruh dan
terpadu mulai dari studi kelayakan, pembuatan rencana induk, pembuatan detail desain
• Pemograman Pengelolaan Sumber Daya Air oleh instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat
• Pelaksanaan fisik
• Operasi dan pemeliharaan
• Monitoring dan evaluasi

Aspek-aspek pengelolaannya meliputi: Konservasi SD Air, Pendayagunaan SD Air, Pengendalian


Daya Rusak Air, dan Sistem lnformasi SD Air.

Sesuai dengan Gambar 4-1 maka tahapan perancangan dan perencanaan sumber daya air meliputi
tahap-tahap: studi, penentuan alternatif dan atau skala prioritas maupun implementasi perancangan.
Produk akhir dari implementasi perancangan biasanya berbentuk perencanaan akhir atau final desain.
Selanjutnya dilanjutkan dengan pelaksanaan fisik yang mengacu pada final design tersebut. Ketika
pelaksanaan fisik sistem sumber daya air telah selesai maka tahapan berikutnya adalah melakukan
operasional dari sistem tersebut. Selama proses operasional harus selalu dilakukan pemeliharaan yang
kontinyu agar umur bangunan sesuai dengan umur yang direncanakan. Keseluruhan proses tersebut
digambarkan berikut ini.

59
Gambar 4-19 Proses pembangunan (umumnya) mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pada
operasional dan pemeliharaannya.

Berikut ini diilustrasikan alur kegiatan suatu proses pembangunan yang bisa dipakai sebagai
salah satu langkah dalam memadukan program-program pengembangan infrastruktur.

Gambar 4-20 Alur proses pembangunan (Kuiper, 1971 dan 1989; Kodoatie, 1995)

Dalam kaitannya dengan dimensi waktu gambar di atas dapat dijabarkan dan diilustrasikan berikut ini.

Garrrbar 4-21 Sketsa proses pembangunatt pada umumnya dalam dimensi waktu (Kuiper, 1971 dan
1989; Kodoatie, 1995)

4.6.2.1 Perancangan Daerah Aliran Sungai (DAS)


Air mengalir menurut karakter alamiahnya dan tidak menurut pada batas administratif oleh
karena itu, dari pandangan sumber daya air murni maka secara logika pengelolaan sumber daya air
perlu dilakukan menurut batas daera6 aliran sungai.

Rencana DAS adalah suatu rencana aksi, alat yang menjelaskan kerangka pengelolaan air
yang berhubungan dengan sumber daya tanah di DAS. DAS adalah suatu alat untuk outline

60
bagaimana konsep dari pengelolaan sumber daya air akan diimplementasikan pada tingkatan yang
nyata. Secara umum meliputi:

• Penjelasan fisik mengenai DAS


• Inventarisasi tata guna lahan
• Keseimbangan antara ketersediaan dan kebutuhan air
• Inventarisasi sumber polusi
• Kebutuhan ekosistem di perairan dan daratan
• Kerentanan (vulnerability) pada banjir, longsor dan peristiwa meteorologis ekstrim
• Identifikasi para-pihak
• Implikasi dari perubahan penggunaan tanah
• Identifikasi persoalan prioritas
• Rencana jangka pendek, menengah dan panjang pengembangan DAS
• Skenario yang berhubungan dengan air, dan permintaan air di masa mendatang
• Penyediaan air dan tujuan kualitas air
• Strategi, tindakan dan rencana aksi untuk mencapai tujuan
• Pembiayaan penggunaan dan pengelolaan air
• Tanggung jawab dan jadwal implementasi
• Mekanisme pengawasan dan pembaharuan

Keikutsertaan dari semua pihak dan masyarakat umum sangat penting untuk implementasi dan
kesuksesan rencana. Menjadi alat dimana efisiensi dan efektifitas bergantung pada aksi persetujuan
besama.

Kesuksesan rencana DAS bergantung pada pemahaman umum dari tindakan nyaia yang diterima
semua pihak Hal ini dapat dicapai melalui konsultasi publik yang menyeluruh yang menetapkan
bagaimana partisipasi masyarakat dapat selaras dan ikut dalam proses perencanaan.

Perencanaan DAS biasanya dapat diaplikasikan dengan baik pada kondisi dimana forum
pengelolaan DAS sudah terbentuk, karena akan memastikan mekanisme institusi yang tepai dalam
implementasi serta pengawasan dari rencana aksi

4.6.2.2 Pengelolaan Bencana


Bencana selalu terjadi sepanjang tahun dan merupakan ancaman selamanya. Bencana
kekeringan di musim kemarau, banjir dan longsor di musim hujan. Penyebab bencana oleh alam dan
manusia (akibat pertumbuhan, tindakan, aktifitas) dan di Indonesia penyebab dominan adalah
manusia. Akibat eksploitasi alam yang berlebihan terjadi degradasi lingkungan yang merupakan salah
satu faktor kunci penyebab bencana.

Jenis-jenis bencana yang terkait dengan sumber daya air ditunjukkan dalam tabel berikut.

61
T'abel 4-2 Jenis-Jenis bencana yang terkait dengan sumber daya air baik langsung maupun tidak
langsung

Sumber: UU No. 7 Tentang Sumber Daya Air (2004) dan Carter (1991)

Pengelolaan bencana merupakan hal yang sangat kompleks karena menyangkut banyak aspek,
semua pihak yang saling mempengaruhi dan saling bergantung. Namun dalam pengelolaan sumber
daya air, pengelolaan bencana yang terkait dengan sumber daya air harus dilakukan.

Manajemen Bencana (Disaster Management) harus menyeluruh dan terpadu dan merupakan
proses, harus kontinyu dan bukan tindakan periodik (sesaat). Unsur manajemennya antara lain:
manusia (SDM), alam (SDA), infrastruktur, institusi, keuangan, kebijakan, legalitas dan kemampuan
pengelolaan.

Diperlukan suatu pedoman pengelolaan bencana baik yang bersifat umum maupun yang
bersifat khusus untuk masing-masing bencana. Tujuan utama pedoman adalah peningkatan kepedulian
semua pihak untuk memitigasi bencana dan mereduksi dampak akibat bencana.

Sifat pedoman harus terbuka, dinamis dan dapat diaplikasikan baik secara terpusat, regional
dan lokal karena karakter, situasi dan kondisi wilayah yang berbeda-beda.

Walaupun karakteristik masing-masing bencana yang ditunjukkan dalam Tabel 4-2 berbeda-
beda dan masing-masing membutuhkan pengelolaan yang pesifik namun pada umumnya pengelolaan
pengelolaan bencana,yaitu:

• Persiapan/Kesiagaan
• Saat Bencana/Respon
• Pemulihan
• Penelitian, Studi dan Pengembangan . Action Plan
• Preventif dan Mitigasi

62
Gambar 4-22 Siklus Pengelolaan Bencana (Carter, 1991; Pem. Prov. Jateng, 2005)

• Preventif: Suatu tindakan untuk mencegah terjadinya bencana dan atau mencegah terjadinya efek
yang berbahaya pada komunitas atau instalasi yang penting.
• Mitigasi (Reduksi): Tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mereduksi dampak bencana baik
dampak ke komunitas (jiwa), harta benda maupun dampak ke infrastruktur
• Kesiagaan/Preparedness:Suatu aksi/aktifitas yang membuat pemerintah, organisasi, masyarakat,
perorangan (stakeholders) dapat merespons bencana yang bakal terjadi dengan cepat, tepat,
efektiF, efisien dan benar
• Respon: Yailu semua tindakan yang segera dilakukan pada saat bencana terjadi. Tujuannya untuk
meminimalkan korban baik jiwa maupun benda. Tindakan respon biasanya diperoleh setelah
mendapatkan persetujuan dan sesuai dengan dampak bencana. Tindakan harus sesuai dengan SOP
(Standard Operation Procedure)
• Pemulihan (Recovery): Adalah proses dimana mayarakat dibantu oleh pihak yang berwenang
untuk mengembalikan ke tempat yang pantas setelah terjadinya bencana. Pengertian "pantas"
disini menyangkut substansi kejiwaan, harta, fisik atau infrastruktur yang ada. Proses pemulihan
dapat cepat, lama bahkan lama sekali. Bisa dalam harian-mingguan, bulanan bahkan tahunan
• Studi/Penelitian dan Action Plan: dilakukan setelah bencana terjadi uniuk mendapatkan data,
mengolah, menganalisis dan memogramkan tindakan-tindakan nyata yang pada hakekatnya dapat
mencegah, mereduksi bencana ataupun meminimalkan dampaknya pada periode yang akan
datang.

Kegiatannya bertahap, meliputi:

• Investigasi Lapangan
• Pengumpulan Data Primer Dan Sckunder

63
• Analisis dan Kajian Penyebab Bencana
• Kesimpulan
• Rekomendasi untuk Action Plan  (Pengertiannya mulai 1. tahap studi lanjut yang
komprehensif, 2. perencanaan, 3. pelaksanaan pembangunan (perbaikan, pemeliharaan,
pembangunan baru), 4, proses operasional dan 5. pemeliharaan)
• skala waktu: jangka pendek, Menengah, Panjang
• skala ruang: lokal, regional dan menyeluruh

4.6.3 Pengelolaan Kebutuhan


Kegiatan ini bertujuan untuk dapat menggunakan air secara efisien dan efektif baik dari segi
kuantitas-.maupun kualitasnya. Untuk ini ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu: peningkatan
efisiensi pemakaian, daur ulang dan penggunaan kembali, peningkatan efisiensi suplai air dan
pemanfaatan air secara berkesinambungan (conjunctive use)

4.6.3.1 Peningkatan Efisiensi Pemakaian


Salah satu kunci keberhasilan untuk meningkatkan efisiensi adalah meka-nisme untuk
mengubah sifat prilaku masyarakat dalam pemakaian air, meliputi:

• Pendidikan dan komunikasi, termasuk program untuk bekerja dengan pemakai di sekolah,
masyarakat dan level institusi
• Insentif ekonomi, termasuk tariff dan biaya penggunaan air dan biaya untuk lingkungan.
• Subsidi untuk penggunaan air lebih efisien

Peningkatan efisiensi penggunaan membutuhkan banyak instrumen yang bersifat khusus dan
hanya berlaku untuk kondisi lokal dengan target grup tertentu.

Kampanye pendidikan, komunikasi dan sosialisasi kontinyu harus ditujukan pada pemakai
langsung di lokasi yang tertentu. Dengan kata lain kegiatannya tidak dapat digeneralisir.

Pada kenyataannya sering terjadi program efisiensi diganggu oleh kesalahan kebijakan yang
mengalokasikan air untuk pemakaian yang lain (misal kebijakan air baku yang semula untuk air
minum menjadi untuk air irigasi atau sebaliknya). Hal ini dimungkinkan terjadi ketika pengelolaan
sumber daya air dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan penguasa yang beorientasi pada kepentingan
lain.

Oleh karena itu peraturan air akan lebih efektif jika dipublikasikan secara luas dan ditegakkan
secara tegas, karena hal ini akan banyak diketahui oleh semua pihak. Sehingga apabila ada kebijakan
atau tindakan yang hanya berdasarkan aspek politik, banyak pihak dapat melakukan tindakan-
tindakan koreksi untuk kembali kepada pengelolaan sumber daya air yang sudah disepakati dan
dipahami bersama.

64
Penentuan harga air adalah efektif dalam peningkatan efisiensi untuk suplai air masyarakat
perkotaan dan cenderung juga dipakai untuk pengelolaan irigasi (mengurangi pemakaian air yang
boros). Bila penentuan harga ini bisa berhasil untuk pemanfaatan air berbagai keperluan maka dapat
dilakukan optimalisasi untuk pembagian air yang efektif.

4.6.3.2 Daur Ulang dan Penggunaan Kembali


Daur ulang dan penggunaan kembali sangat bagus untuk dipakai di tingkat DAS untuk air
permukaan maupun CAT untuk air tanah. Dengan pengolahan limbah cair (water treatment plan) air
yang kotor dapat diolah dan dikembalikan ke sungai ataupun ke dalam tanah. Secara umum sudah
diketahui bahwa di samping degradasi kuantitas, air juga mengalami degradasi kualitas yang hebat.

Sebagai contoh, pada dekade tahun 60-an, Kali Semarang di Kota Semarang masih berwarna
jemih sedikit kekuningan dan dipakai oleh penduduk sekitar untuk keperluan mandi cuci. Sekarang
seiring dengan perkembangan kota terutama pertambahan penduduk dan pesatnya peningkatan
industri di Semarang kali tersebut sudah berwarna kehitaman dan tidak bisa dipakai lagi. Bahkan bila
kita berada di sekitarnya baunya cukup menyengat.

Hal diatas menunjukan secara visual bahwa kualitas air permukaan telah mengalami
degradasi yang sangat cepat. Degradasi kualitas air umumnya terjadi di kota-kota besar di mana faktor
pertumbuhan penduduk dengan segala konsekuensinya merupakan sumber pencemaran air.

Kualitas Air

Berbicara masalah kualitas air secara implisit berarti melihat unsur-unsur fisik kimia yang ada
di dalam air tersebut yang dikaitkan dengan sampai sejauh mana air dapat dikonsumsi untuk diminum.
Unsur-unsur tersebut dapat dikelompokan menjadi unsur inorganik, organik, radioaktif dan bakteri.

Namun unsur yang paling dominan untuk dipakai sebagai standar biasanya hanya terdiri dari
tiga unsur inorganik, yakni total benda padat terlarut yang istilah umum dalam Bahasa Inggris adalah
Total Dissolved Solids (TDS), sulfat dan chlorida (garam).

Menurut WHO (World Health Organization) ditetapkan batas ambang air minum bagi tiga
unsur inorganik tersebut yaitu TDS, Sulfat dan Chlorida masing-masing tidak melampaui 500 mg/1,
250mg/1, dan 250 mg/l. bila air memiliki unsur-unsur tersebut baik satu, dua atau ketiga-tiganya
melampaui angka-angka tersebut berarti air sudah tercemar dan tidak layak untuk diminum.

Sumber Kontaminasi

Pencemaran secara umum terjadi akibat dua proses yang koniradiktif tetapi keduanya saling
mendukung cepatnya degradasi kualitas air. Pertama, mengkonsumsi air baik air permukaan maupun
air tanah. Di kota-kota besar untuk kepentingan domestik dan industri air tanah disedot habis-habisan

65
baik itu dari sumur dalam maupun dangkal yang menyebabkan kuantitas air tanah menurun. Sampai
saat ini tidak ada satu kotapun di Indonesia yang mempunyai peraturan yang tegas yang ditaati
tentang pengambilan air tanah.

Kedua, bumi (dalam arti tandh) merupakan areal pembuangan (land disposal) limbah dari
aktivitas manusia. Sebagai gambaran di Amerika Serikat pada tahun 1977 dilaporkan oleh USPA
(United States Protection Agency) sekurang-kurangnya 17 (tujuh belas) juta fasilitas pembuangan
yang membuang cairan limbah sebesar 6,5 (enam setengah) milyard m3 setiap tahun kedalam tanah.
Akibatnya air tanah yang pada beberapa dekade sebelumnya masih mumi secara perlahan mulai
mengalami degradasi kualitasnya.

Gambaran diatas secara empiris menunjukan bahwa di Indonesia terutama di Pulau Jawa yang
padat penduduknya mengalami hal yang sama. Hal diatas akan lebih parah terlihat dikota-kota besar
di Indonesia yang selain padat penduduknya juga padat industrinya.

Sampah diareal pembuangan yang terkena hujan menyebabkan terjadinya cairan yang
meresap kedalam tanah melalui proses perkolasi atau inf ltrasi. Cairan ini membawa unsur-unsur
kontaminasi yang cukup banyak. Unsur TDS bisa mencapai 40.000 mg/l, unsur chlorida bisa 1.500
mg/I dan sulfat mencapai 3.000 mg/1 yang kesemuanya jauh diatas arnbang batas. Ditambah dengan
unsur-unsur lainnya yang jumlahnya juga jauh diatas ambang yang diijinkan. Apabila cairan ini
sampai pada suatu sumber air tanah maka pencemaran mulai terjadi dan akan berlangsung terus
selama areal pembuangannya masih terus difungsikan. Salah satu sumber kontaminasi lainnya adalah
tempat pembuangan yang dikenal dengan nama septictank. Di Amerika dilaporkan oleh USPA (1977)
bahwa septictank memberikan kontribusi air kotor terbesar ke dalam tanah.

Banyak negara maju yang memproses semua pembuangan dari rumah tangga, perkantoran
dan lainnya ke pengolahan limbah. Semua air buangan disalwkan melalui jaringan pipa dan drainase
kota yang ada ke tempat pusat pengolahan limbah (treatment plan). Di sana air kotor tadi diolah
menjadi air bersih, baru disalurkan ke sungai yang ada di kota tersebut. Sehingga air kotor baik yang
masuk ke sungai melalui sistem drainase maupun yang meresap ke dalam tanah dapat dikurangi
sekecil mungkin.

Sumber-sumber kontaminasi yang laumya dapat berasal dari saluran drainase perkotaan
terbuka, aktifitas pertanian, air laut, areal pertambangan dan areal instalasi nuklir.

Proses terjadinya kontaminasi pada sistem aliran air tanah disamping membutuhkan waktu
yang panjang juga tempat pencemarannya sering terjadi di luar lokasi pembuangan limbahnya. Oleh
karena itu sangatlah mungkin bila di suatu daerah pemukiman yang asri tanpa ada fasilitas areal

66
pembuangan (TPA misalnya) juga atidak ada aktifitas industri, air tanahnya pada suatu saat berubah
dan tercemar.

Hal ini bisa diakibatkan oleh (misalnya) aktifitas industri yang sangat jauh dari areal
pemukiman tetapi mAmbuang limbahnya ke dalam tanah di bawahnya sehingga akibat proses sistem
aliran air tanah limbah itu muncul di areal permukiman tersebut.

Pengambilan air tanah secara besar-besaran dan pembuangan limbah ke dalam tanah harus
dilakukan pengendaliannya, bila menginginkan kita atau anak cucu kita hidup pada lingkungan yang
sehat. Semua pihak harus mulai melakukan tindakan-tindakan preventif karena usaha represiv adalah
sangat lambat dan bahkan tidak mungkin sama sekali untuk "mengobati" sumber-swnber air yang
tercemar.

4.6.3.3 Peningkatan Efisiensi Suplai Air


Hal-hal yang penting untuk peningkatan efisiensi pemakaian air meliputi:

• Pengukuran meter air secara menyeluruh pada jaringan air bersih


• Pembagian zona-zona pengukuran meter air
• Pengurangan adanya tekanan dan kebocoran air baik kebocoran teknis maupun kebocoran
administrasi
• Peningkatan suplai air (pembuatan waduk-waduk kecil)
• Pemeliharaan sistem suplai air yang r-utin

Peningkatan efisiensi juga dapat dilakukan dengan perbaikan dari jaringan transmisi dan
distribusi, misalnya untuk air bersih denban rnerubah saluran tanah menjadi saluran dengan pasangan
batu, mengganti jariugan pipa yang sudah lama umurnya. Demikian pula untuk sistem irigasi,
peningkatan efisiensi pemakaian air dapat dilakukan cara-cara: penggantian jenis saluran tanah
men¬jadi saluran, pasangan batu, penentuan pola tanam yang tepat berdasarkan konsensus semua
pemakai air, pemeliharaan yang kontinyu. Peningkatan efisiensi ini juga berarti dapat menunda
tambahan modallinvestasi walaupun perlu dilakukan dengan analisis keuangan dan ekonomi yang
hati-hati dan akurat.

Pemanenan air hujan juga merupakan teknologi tepat guna yang efektif, misalnya dengan
pembangunan situ-situ atau embung-embung (waduk kecil). Kebutuhan modal relatif lebih kecil
dibandingkan dengan pembuatan waduk besar untuk sistem yang lebih besar. iJmumnya waduk-
waduk kecil ini bisa langsung dikelola oleh masyarakat sekitarnya karena hasilnya dirasakan
langsung.

67
4.6.4 Instrumen Perubahan Sosial
Aspek sosial merupakan merupakan salah satu aspek penting dalam penge-lolaan sumber
daya air terpadu. Karena aspek sosial ini menyangkut sumber daya manusia yang dinamis dalam
menjalankan kehidupan dan penghidupannya. Perubahan sosial hampir selalu tcrjadi tatkala persoalan
air muncul baik secara kuantitas maupun kualitas. Oleh karena itu, pengelolaan sumber daya air harus
dipandang sebagai suatu aktifitas yang menyeluruh yang pada hakekatnya adalah dari masyarakat,
oleh masyarakat dan untuk masyarakat dalam mewujudkan suatu kehidupan yang layak, berkeadilan
dan sejahtera.

Yang perlu dihasilkan adalah suatu konsep yang win-win solution bagi semua pihak yang
terlibat. Penguasaan komunikasi, integrasi dan pemahaman dalam percakapan dan bahasa, dari
budaya yang satu ke budaya yang lain menjadi faktor yang sangat penting untuk pengelolaan sumber
daya air.

Instrumen-instrumen perubahan sosial dalam pengelolaan sumber daya air meliputi:


pendidikan, pelatihan, komunikasi, partisipasi

4.6.4.1 Pendidikan dalam PengelolaanAir


Pendidikan dapat dilakukan mengikuti cara-cara pendidikan formal maupun non-formal.

1. Pendidikan formal

Terdapat banyak cara dimana pengelolaan sumber daya air diperkenalkan ke dalam kurikulum urnum
baik di dalam maupun di luar kelas, misalnya:

• peningkatkan dan pemakaian buku mengenai air dan buku lingkungan umum di sekolah-sekolah
• pemanfaatan internet tentang sumber daya air.
• pengembangan model pengalaman tentang air untuk mcnambah pengetahuan tentang IPA,
geografi dan sejarah.
• pemakaian dan pemanfaatan proyek pengelolaan sumber daya air,lokal (artiny4 proyek yang
berdekatan dengan lokasi sekolah) sebagai sarana belajar di luar kelas
• kunjungan ke infrastruktur keairan untuk menambah pengetahuan anak SMP.
• Pengelola air dan para pendidik dapat bekerjasama untuk:
• Memikirkan bersama bagaimana aset air lokal dapat dipakai sebagai sumber pembelajaran untuk
masyarakat dan sekolah.
• Setninar, diskusi, pelatihan diseminasi mengenai persoalan air

Studi-studi tentang pengenalan sikap terhadap konservasi air menunjukkan bahwa jalan yang
paling efisien dalam mempengaruhi sikap orang dewasa adalah dengan pendidikan dan pelajaran anak

68
di sekolah. Karena umumnya, orang tua akan mendengarkan cerita anaknya tentang pelajaran apa
yang didapat di kelas.

Perkenalan proyek ilmu pengetahuan alam di dalam kelas akan membuat siswa paham akan
realita persoalan air. Gambar, photo dan visualisasi lainnya seperti film akan sangat membantu bagi
anak-anak untuk memahami dengan lebih jelas.

Di samping disampaikan kepada anak didik, promosi mengenai lingkungan alam dapat juga
diberikan kepada para guru dalam bentuk pelatihan, kursus, seminar. Hal ini sangat bermanfaat
terutama untuk penyusunan kurikulum yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air

2. Pendidikan Non-Formal

Pendidikan non-formal dapat dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya pelatihan untuk
para profesional dan pelatihan pelatih

Pelatihan untuk para profesional bertujuan untuk reorientasi pola pikir. Karena reorientasi ini
khususnya dalam profesi keairan adalah cukup penting dengan melihat perkembangan yang cepat dari
pengelolaan sumber daya air terpadu dalam dua puluh dekade terakhir. Caranya dengan penawaran
kursus-kursus spesifik yang dimodifikasi dari kuliah-kuliah di universitas. Stimulasi pola pikir dapat
dilakukan dengan peningkatan wawasan lingkup tradisional sumber daya air yang sebelumnya
terfokus hanya pada aspek rekayasa (engineering) dengan memasukkan topik-topik tentang dampak
sosial, desain institusi, analisis kebijakan publik, penilaian kebutuhan dan resolusi konflik dalam
pengetolaan sumber daya air.

Cara-cara khusus yang dilakukan meliputi:

• Penyediaan kursus yang khusus dalam rangka pendekatan keikutsertaan dan kesadaran gender.
• Peningkatan pelatihan yang mengikutseriakan para praktisi air, termasuk para pakar lingkungan,
ekonomi, teknik, sosial, ilmu pengetahuan dan bisnis.
• Pengembangan modul untuk pelatihan kerja untuk mengejar ketertinggalan dalam teknologi
• Pengembangkan pelatihan dengan modul dalam pendekatan bottom-up dan teknik baru (teknologi
tepat guna)
• Tindakan-tindakan untuk memastikan bahwa pengelolaan air termasuk dalam pregram gelar
fakultas teknik dan fakultas-fukultas lainnya seperti ekonomi, sosial, lingkungan, biologi, dsb.

Pengalaman kegiatan pembelajaran telah memberi kontribusi yang sangat signifikan pada
pengembangan program pelatihan yang efektif. Aktifitas on the job training adalah sangat efektif
sebagai alat pembelajaran dan agen perubahan dalam organisasi air yang besar.

69
Pelatihan pelatih (training of trainee) meliputi mekanisme-mekanisme untuk menginstruksikan
orang (yang dikategorikan sebagai pelatih) bagaimana melatih orang-orang lain dalam transfer
informasi dan komunikasi. Metodenya dapat berupa kursus sepesial, seminar dan lokakarya.
Kemajuan teknologi terutama perkembangan komputer yang sangat cepat sangat bermanfaat dan
membantu dalam pelatihan. Pelatihan pelatih yang merupakan aktifitas spesifik membutuhkan
pemahaman tentang metode-metode pelatihan orang dewasa dalam dan peran kelompok khusus (peer
group), misalnya Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A). Pengalaman menunjukkan bahwa kursus
yang sukses untuk melatih pelatih merupakan gabungan dari pelajaran di kelas (kuliah) dengan belajar
dari praktek

4.6.4.2 Komunikasi Dengan Para Pihak


Komunikasi merupakan salah satu faktor utama dalam pencapaian tujuan (kesuksesan)
pengelolaan sumber daya air terpadu. Dengan kompleksnya persoalan yang berkaitan dengan sumber
daya air maka kepandaian berkomunikasi dapat merupakan alat (sarana) dalam pemberian informasi
ke semua pihak baik menurut disiplin ilmu maupun tingkatan (lapisan) masyarakat.

Peoples (2002) membuat ranking tentang faktor-faktor apa yang menyebabkan orang berhasil
seperti dituujukkan dalam tabel berikut.

Tabel 4-3 Faktor-faktor Utama Dalam Meraih Sukses

Dalam berkonwnikasi masing-masing stakehohler harus mengetahui peran¬nya yang pada


umumnya dikelompokkan dalam 7 grup, meliputi: 1. penyedia pelayanan (set-vice provider),
2. pengatur (regulator), 3. perencana (planner), 4. pelaksana, 5. pengawas, 6. organisasi pendukung
(support organizations) dan 7. pemakai (user-).

Terdapat banyak cara yang dapat dipakai untuk mendapatkan pertukaran informasi dan
bcrkomunikasi diantara stakeholder dan cocok untuk berbagai macam orang yang berbeda. Beberapa
diantaranya meliputi:

• Penggunaan telepon, e-mail dan pelayanan fax dan pertukaran dalam pengalaman sosial,
konferensi, simposium ataupun pertemuan profesional

70
• Material tertulis seperti surat kabar, media elektronik, buletin, dan email chatting mengenai
pengalaman pengelolaan sumber daya air terpadu
• Sistem informasi DAS dehgan fasilitas web site interaktif yang mengkhusus-kan opsi-opsi
pengelolaan pada situasi dan kondisi tertentu dalam DAS ataupun SWS
• Sistem informasi geografi yang interaktif untuk pemakaian dalam agen-agen atau kemitraan yang
ditargetkan dalam konteks pengelolaan sumber daya air.
• Praktek yang dilakukan setiap hari, demonstrasi pertanian (dem-plot area) dan lokakarya untuk
pertukaran praktek pengelolaan terbaik, pengalaman di pengelolaan sumber daya air terpadu baik
skala lokal maupun regional.
• Pelatihan profesional untuk saling menukar pengalaman inti pengelolaan surnber daya air terpadu
• Penyiaran radio dan presentasi video di media elektronik (TV)
• Open house
• Capacity building tingkat desa melalui diskusi dengan para petani dan tokoh-tokoh di pedesaan.
• Kunjungan kerja yang bersifat pembelajaran dan teknis bersifat nasional dan regional akan lebih
membantu para praktisi dan pakar saling bertukar informasi mengenai hasil dari pengelolaan
sumber daya air terpadu.

Praktisi air belajar banyak dari interaksi langsung satu sama lain, berbagi masalah-masalah
umum, perhatian dan sukses. Informasi dan komunikasi yang baik dapat lebih ditingkatkan dengan:

• Ketepatan: penyediaan informasi yang relevan terhadap pengelolaan sumber daya air, hasil-hasil
pengelolaan yang sudah teruji di lapangan dan juga dibuktikan secara teliti melalui riset dan
pengembangan. Informasi harus dapat diaplikasikan kepada jenis masalah, kepada tingkat
kapasitas institusional dan kemampuan teknis dari para praktisi. Apabila kapasitas berkurang
maka usaha khusus akan dibutuhkan untuk memfasilitasi pertukaran infonnasi. Informasi yang
berbasis internet adalah cukup penting namun bila sulit untuk diakses, altematif lainnya harus
diupayakan
• Akses: pembangunan atau peningkatan kapasitas terkini para praktisi akan lebih baik
dibandingkan dengan pembahantan yang besar
• Keadilan: pertukaran informasi harus dapat menghargai kebutuhan budaya, kearifan lokal dan isu
gender tanpa ada diskriminasi antara pemakai dan penyedia dengan alasan lokasinya cukup jauh

4.6.4.3 Kampanye Air Dan Peningkatan Kepedulian


Kampanye tentang air perlu dilakukan untuk mengenalkan dan menyadarkan masyarakat akan
pentingnya air. Kampanye air juga bertujuan untuk meningkatkan kepedulian tentang air. Sebelum
memasuki ke topik kampanye yang akan disampaikan perlu diawali secara ringkas penjelasan tentang
pentingnya air dalam kehidupan manusia. Secara garis besar maka bahan sebagai awalan untuk
kampanye tentang air meliputi:

71
• Manusia dan semua mahkluk hidup butuh air. Air merupakan material yang membuat kehidupan
terjadi di bumi.
• Manusia wajib minum air putih 8 gelas per hari.
• Kebutuhan air orang per hari untuk standard nomal adalah antara 125 - 140 l yaitu untuk, minum
dan masak, cuci alat masak, mandi, wc, cuci tangan, bersih rumah dan cuci pakaian
• Untuk tanaman, kebutuhan air juga mutlak. Pada kondisi tidak ada air terutama pada musim
kemarau tanaman akan segera mati.
• Bila banjir menungkat, kekeringan juga akan meningkat

Awalan di atas secara psikologis dimaksudkan agar stakeholder akan tertarik terhadap tnasalah air.
Bahkan akan lebih baik jika stakeholder merasa mempunyai kepentingan tentang air atau merasa
memiliki keberadaan air (water's everyone business). Dengan demikian kampanye air dengan bahan
yang lebih luas akan dapat diikuti. Selanjufiya, isu-isu tentang air lainnya mencakup: konservasi air,
kepedulian untuk hemat air, kepedulian untuk membayar atau berkontribusi kepada pelayanan air,
pengatuh dampak kerusakan lingkungan terhadap ketersediaan air, tidak membuang sampah di
sembarang tempat yang akan menyebabkan tersumbatnya saluran/sungai sehingga terjadi banjr.

Kampanye air seyogyanya merupakan komunikasi timbal balik bukan komunikasi satu arah. Pelaku
kampanye dan peserta dapat berinteraktif secara penuh. Jenis metode komunikasi yang tersedia untuk
kampanye kesadaran adalah cukup banyak, antara lain meliputi:

• Penggunaan langsung media konvensional media atau non-konvensional seperti pesan dalam
tagihan air, permainan, tiket transportasi, cerita bergambar yang menarik, dll.
• Pengikutsertaan para selebriti untuk berkampanye. Walau tidak begitu banyak mengetahui
masalah air namun kehadiran selebriti yang menjadi ikon masyarakat akan menjadi daya tarik
tersendiri bagi stakeholder untuk datang atau mengikuti kampanyc
• Penggunaan jaringan kerja yang ada.
• Pemakaian logo untuk memberi identifikasi terhadap kampanye

4.6.4.4 Perluasan Partisipasi dalaur Pengelolaau Sumrber Daya Air


Peningkatkan dan perluasan partisipasi ke semua pihak dalam pengelolaan sumber daya air,
termasuk peiningkatan peran wanita merupakan hal yang sangat penting dalam pengelolaan sumber
daya air terpadu.

Peningkatan partisipasi tidak hanya kepada pihak yang merasakan, memakai, atau
memanfaatkan sumber daya air saja namun juga ditujukan kepada pihak-pihak lain yang kegiatannya
dapat memberikan dampak yang penting terhadap sumber daya air. Harus diakrfi barwa upaya
peningkatan pariisipasi kepada pihak lain merupakan tugas yang sulit. Karena pemberian pemahaman

72
ataupun pengertian kepada pihak yang merasa tidak ada kaitannya dengan sumber daya air atau pihak
yang tidak berkepentingan (bisa terjadi) tidak akan mendapat respon yang positif.

Untuk hal tersebut, perlu dicari metode kampanye dan komunikasi yang tepat agar secara
umum bahan kampanye atau bahan komunikasi mendapat perhatian dari semua pihak. Pembentukan
opini publik yang terus menerus tentang pengelolaan sumber daya air adalah salah satu cara atau
contoh perluasan partisipasi.

Penegakkan hukum (law enforcement) juga dapat dikatakan sebagai salah satu upaya
peningkatan partisipasi. Kesadaran masyarakat untuk mematuhi peraturan yang berlaku akan sangat
membantu upaya pengelolaan sumber daya air. Sebagai contoh, peraturan tentang larangan
membuang sampah di sembarang tempat yang ditegakkan secara tegas dengan pemberian sanksi atau
hukuman kepada pelanggar dan dipublikasikan secara luas akan memberikan efek jera kepada
masyarakat secara psikologis. Demikian halnya dengan pemberian hukuman bagi pelaku-pelaku
penjarahan hutan akan berdampak positif terhadap lingkungan yang berarti pula bisa merungkatkan
ketersediaan air.

Dapat disimpulkan bahwa uraian di Sub-Bab 4.7.4 tentang pendidikan, komunikasi,


kampanye air dan perluasan partisipasi merupakan proses bertahap bahkan bisa dalam waktu yang
panjang.

4.6.5 Resolusi konflik


Konflik merupakan salah satu bentuk interaksi sosial dalam proses sosial yang disosiatif.
Penyebab dari konflik antara lain (Soekanto, 2002):

• Perbedaan antar individu, kelompok atau golongan, dapat berupa perbedaan prinsip atau
perbedaan perasaan
• Perbedaan kebudayaan yang secara sadar maupun tidak sadar mempengaruhi pola pemikiran dan
pendirian
• Perbedaan kepentingan dalam berbagai dimensi seperti ekonomi, poiitik dan sosial
• Perubahan sosial, terutama yang berlansung dengan cepat akan mengubah nilai-nilai yang ada
dalam masyarakat

Konflik memang tidak dapat dihindari dalam pengelolaan sumber daya air terutama saat sumber
daya air di `suatu wilayah adalah terbatas. Sehingga stakeholders dengan berbagai kegiatan dan
kepentingannya akan berusaha agar kebutuhan sumber daya air terpenuhi dalam kondisi ketersediaan
air terbatas. Konflik juga bisa terjadi dampak negatif akibat suatu kegiatan misalnya perubahan tata
guna lahan di bagian hulu DAS berdampak kepada peningkatan banjir di hilir.

73
Dengan kata lain resolusi berarti bagaimana pengelolaan pertikaian dapat dicari solusi yang
terbaik kepastian alokasi air pada persoalan keterbatasan air atau penggantian kerugianlkompensasi
sebagai wujud pemulihan dampak negatif dari suatu kegiatan.

Konflik bisa juga menjadi sesuatu yang bersifat positif, konflik dapat membantu untuk:

• Identifikasi masalah yang sesungguhnya yang membutuhkan solusi


• Membuat perubahan yang pada hakekatnya tidak merusak lingkungan alam
• Penyesuaian tanpa adanya ancaman yang berbasis hubungan
• Membantu membuat ikatan hubungan yang baru
• Perubahan, cara kita melihat persoalan, penjelasan tujuan
• Identifikasi hal-hal utama atau yang paling penting

4.6.5.1 Alat Pengelolaan Konflik


Alat untuk pencarian solusi konflik ada bermacam-macan-1, diantaranya: fasilitasi, mediasi,
pencarian fakta (fact finding) dan arbitrasi. Fasilitasi biasanya sering dipakai dalam situasi yang
mengikutsertakan banyak pihak. Dalam penentuan solusi konflik kepentingan dari masing-masing
stakeholder-, fasilitator yang netral mcnjadi penting dan cukup berperan. Fasilitator yang netral harus
secara aktif dan terus menerus berpartisipasi dalam rencana dan diskusi penyelesaian masalah.
Perannya adalah membantu stakeholders supaya mau menyelesaikan masalah konflik oleh mereka
sendiri. Biasanya fasilitasi akan berhasil dengan baik untuk kasus-kasus konflik yang mempunyai
tingkat kesulitan rendah sampai medium. Untuk jenis kasus tersebut, fasilitasi dapat digunakan untuk
detinisi masalah dan sasaran serta juga untuk identifikasi pendukung individu atau institusi.

Mediasi adalah proses negosiasi untuk konflik kepentingan. Pelaku konflik akan memilih
penengah yang dapat diterima untuk membantu mereka dalam mendesain proses penyelesaian dan
pencapaian persetujuan yang dapat diterima semua pihak (win-win solution). Penengah harus
berusaha untuk menciptakan kondisi lingkungan yang aman supaya pelaku konflik dapat saling
bertukar informasi, memahami masalah dan melepaskan emosi, memperhatikan dan mau menerima
saran dari pihak-pihak luar yang tidak terlibat pertikaian. Mediasi lebih fornial dibandingkan fasilitasi
dan dipakai bilamana ada hubungan antar pihak yang bertikai walaupun masalahnya sangat sulit dan
juga bermanfaat ketika yang beriikai mengalami kebuntuan.

Pencarian suatu fakta (fact firying) adalah untuk memperjelas persoalan yang ada dan dapat
merupakan alat untuk lebih mempertegas pernyataan, argumentasi ataupun pendapat dari pelaku
konflik dalam koridor yang ilmiah. Dengan kata lain fungsi pencarian fakta ini untuk menghindari
debat kusir atau pembentukan opini publik yang tidak berdasarkan buk-ti-bukti nyata. Fungsi lainnya
adalah sebagai dasar untuk membuat kesimpulan dan rekomendasi penyelesaian masalah.

74
Dalam arbitrasi, kelompok-kelompok yang bertikai mengeluarkan pendapat kepada arbiter
yang bertindak sebagai hakim. Kelompok-kelompok tersebut akan membuat suatu formasi solusi
kepada kelompok luar dan hat ini lebih cenderung menghasilkan kepuasan lebih kecil dibandingkan
dengan solusi dari hasil mediasi. Artinya ketika keputusan akhir diambil ada kecenderungan
terjadinya pro dan kontra terhadap keputusan. Biasanya pihak yang pro merasa diuntungkan namun
pihak yang kontra akan merasa dirugikan dari keputusan tersebut. Arbitrasi juga sangatlah penting
dalam keadaan dimana keadilan sangatlah lemah misalnya konflik masyarakat biasa dengan penguasa
(yang mempunyai kekuasaan ataupun pengusaha (yang mempunyai dana)

Para ahli sumber daya air sering melihat pertikaian sebagai masalah yang aktual akibat suatu
mis-informasi, nus-intepretasi ataupun kesaiahpahaman dari suatu data. Tetapi kasus yang sering
terjadi di lapangan adalah munculnya pertikaian lebih didominasi oleh konilik kepentingan
dibandingkan dengan fakta. Dalam kasus ini pencarian fakta akan cendenmg dibatasi atau bahkan
dihindari. Ini terlihat jelas bilamana isu persoalan sumber daya air mempunyai ruang lingkup yang
luas (global) dibandingkan dengan kasus-kasus spesifik misalnya pembuatan infrastruktur di suatu
lokasi tertentu.

4.6.5.2 Proses partisipasi dari laju konflik


Partisipasi masyarakat mempunyai arti penting dalam suksesnya suatu proyek sumber daya air.
Tingkatan partisipasi masyarakat akan memberi pengaruh signifikan terhadap laju konflik yang timbul
akibat adanya proyek/ kegiatan tersebut. Semakin tinggi partisipasi maka semakin rendah konflik
yang timbul. Secara umum tingkatan partisipasi dalam pengelolaan sumber aya air meliputi: tidak
terlibat, terlibat dan berpartisipasi, bermitra dan sebagai pemain utama.

Hubungan antara partisipasi masyarakat dan laju konflik ditunjukkan dalam gambar berikut.

75
Gambar 4-23 Tingkatan partisipasi dan penurunan laju konflik

4.6.5.3 Pembagian Perencanaan Visi


Perkembangan teknologi yang pesat membantu dan memberikan kesempatan pembuatan
model-model interaktif dalam pengelolaan sumber daya air. Model-model dapat diciptakan, dipakai
dan disimulasikan oleh stakeholder dalam upaya penyelesaian konflik. Karena model-model tersebut
merupakan produk langsung dari stakeholder yang terlibat konflik, maka dengan melihat proses
model dan output yang dihasilkan yang berupa rekomendasi para pelaku kontlik dapat secara bersama
mengikuti dan menjalankan skenario rekomendasi tersebut. Dengan metode ini maka konflik dapat
ditemukan solusinya yang aplikatif.

Beberapa contoh model adalah: optimasi, penilaian (valuation), pembagian visi. Model
optimasi menghasilkan ide dalam penentuan investasi ataupun pilihan yang terbaik berdasarkan
asumsi-asumsi tertentu. Model ini dapat dipakai untuk penyelesaian konflik walaupun harus
dilakukan secara hati-hati.

Model penilaian adalah alat penting untuk mendukung pengelolaan konflik dan dapat
memfasilitasi proses pembagian keuntungan (sharing benefit). Ini akan membantu menentukan solusi
secara implisit.

Model pembagian visi paling baik dipakai dalam kondisi multi stakeholders atau multi
persoalan. Pada kondisi para pemakai air mulai mempersoalkan perencanaan pengelolaan dalam
kondisi air yang terbatas maka model ini berguna untuk mengajak semua pihak dan antar sektor untuk

76
duduk bersama dan berdiskusi. Proses pengembangan pembagian visi dapat berfungsi sebalai alt
bantu membangun kesamaan bahasa tentang isu-isu sumber daya air antar pihak-pihak terkait. Proses
ini juga berguna pada kondisi-kondisi tidak adanya kesamaan data base, sulitnya pembagian data
ataupun terbatasnya pembagian pengetahuan tentang sumber daya air.

4.6.5.4 Kesepahaman dan Kesepakatan


Kesepahaman dan kesepakatan (Consensus Building) adalah strategi atau pendckatan yang dipakai
untuk dialog kebijakan sumber daya air inter-sektor. Akan lebih baik dalam situasi konflik rendah ke
tinggi. Sehingga, hal ini akan lebih berguna pada konftik besar yang tidak terselesaikan suatu konflik
besar dan ataupun pada pendekatan dengan biaya tinggi.

Proses consensus building pada umumnya mempunyai beberapa tahap, prosedur ataupun intensitas,
meliputi:

• Dimulai dengan definisi masalah daripada mencari solusi ataupun pengambilan posisi.
• Berfokus pada kepentingan
• Mengidentifikasi beberapa alternatif
• Persetujuan pada prinsip atau kriteria untuk mengevaluasi alternatif
• Mengharapkan persetujuan untuk mengurangi resiko kesalah-pahaman
• Setuju dalam proses dimana persetujuan terbuka untuk direvisi dan juga ketidak setujuan yang
lain dapat dipecahkan solusinya
• Pemakaian proses untuk menciptakan persetujuan
• Penciptaan komitmen untuk diimplementasikan oleh para partisan yang ikut dalam pengambilan
keputusan.
• Menerima legitimasi perasaan

Beberapa instrumen atau alat yang berkaitan dengan kesepakatan dan kesepahaman adalah:

• Pelatihan bersama yang akan membawa dan mengantarkan pelaku konflik duduk bersama untuk
belajar bagaimana menyelesaikan pengelolaan konflik.
• Dialog kebijakan yang akan membawa para pelaku konflik bersama dalam suatu pandangan akhir.
Partisipasi semua pihak dalam penentuan formulasi kebijakan akan mempercepat pelaksanaan dan
mengurangi konflik
• Penilaian konflik strategi yang digunakan pada tahap intervensi awal, untuk intervensi konflik
yang nyata, dan sekaligus dapat direncanakan resolusi konflik tersebut.
• Negosiasi berbasis kepentingan yang dipakai oleh individual atau lembaga netral untuk
menciptakan dan mengelola proses. Pengalaman melakukan kegiatan ini menunjukkan
keberhasilan dalam berbagai kegiatan antara lain dalam klaim proyek konstruksi, persetujuan

77
untuk formulasi pembagian pembiayaan, implementasi peraturan, operasi infrastruktur air dan
lain-lain

Kesepahaman dan kesepakatan akan sangat berguna menyelcsaikan situasi konflik tingkat rendah
sampai sedang dimana setiap pihak akan saling mengenal satu sama lain. Di samping itu, hal tersebut
ini adalah tahap awal untuk persoalan-persoalan yang baru. Kesepahaman dan kesepakatan adalah alat
efektif untuk meningkatkan kesadaran mengenai persoalan.

Kesepahaman dan kesepakatan dapat dipakai dalam tingkat lokai, kabupaten/ kota, lintas kabupaten
kota, provinsi, bahkan nasional.

4.6.6 Instrumen Pengatur


Instrumen pengatur pada hakekatnya bertujuan agar kebijakan dan perencanaan dapat
dilaksanakan di lapangan dengan benar.

Dengan fasilitas kerangka, kerja legal yang tepat, instrumen ini mengatur, mengarahkan,
mengijinkaq melarang, membatasi ataupun menentukan hal-hal yang terkait dengan sumber daya air.
Dengan kata lain instrumen pengatur memberikan justifikasi proses pembangunan atau pengelolaan
sumber daya air.

Demikian pula sebaliknya proses pembangunan atau pengelolaan sumber daya air akan
berdampak pada produk dari instrumen ini baik yang telah ada, perubahan-perubahan ataupun
pembuatan pembuatan intrumen pengaturan baru.

Pembuatan peraturan mulai dari tingkat pusat, propinsi dan kabupaten/kota melalui proses
yang panjang, melibatkan semua pihak baik pemerintah maupun non pemerintah. Karena pada
prinsipnya peraturan tentang sesuatu hal merupakan uraian lengkap tentang hal tersebut. Sebagai
contoh untuk tingkat undang-undang, pada Tahun 2004 telah diterbitkan UU No. 7 Tahun Tentang
Sumber Daya Air sebagai pengganti dari UIJ No. 11 Tahun 1974 Tentang Pengairan. Prosesnya
dimulai Tahun 1992 dan baru disahkan 12 tahun kemudian. Walaupun telah disahkan Tahun 2004,
sampai awal Tahun 2005 UU ini masih digugat dalam bentuk judicial review di Mahkamah
Konstitusi.

Herarki instrtunen pengatur yang berlaku adalah seperti ditunjukkan dalam tabel berikut

Tabel 4-4 Herarki Instrumen Pengatur

78
Di samping instrumen pengatw yang legal secara hukum juga dibuat norma, standar, pedoman,
manual, prosedur, baku mutu dan kriteria yang dipakai sebagai salah satu referensi dalam pengelolaan
sumber daya air.

4.6.6.1 Pengaturan Kualitas Air


Pengaturan ini menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan pencemaran air baik dari polusi
sumber titik (point source pollution) maupun polusi sumber bukan titik (non point source pollution).
Pengertian sumber titik adalah titik-titik di mana limbah cair dikeluarkan, misalnya litnbah cair yang
dialirkan melalui pipa dan dibuattg ke sungai. Sedangkan polusi sumber bukan titik adalah polusi
yang dihasilkan dari suat kawasan tertentu. Untuk pengelolaan sumber daya air pengertian ini secara
lebih spesifik adalah polusi pada atau berasal dari sebagian atau seluruh daerah aliran sungai (DAS)
untuk air permukaan dan dari sebagian atau seluruh cekungan air tanah (CAT) untuk air tanah.

Tindakan-tindakan pengelolaan dalam upaya pengaturan kualitas air menurut (Brooks dkk.,
1994) dibagi menjadi tiga kategori, yaitu: pengaturan, fiskal, dan pengelolaan serta investasi publik
secara langsung. Dalam pengaturan hal-hal yang berkaitan dengan kualitas air meliputi zoning,
regulasi, peraturan-peraturan spesifik tentang air dan tanah, pengendalian, perijinan, larangan dan
lisensi. Yang masuk dalam kategori fiskal meliputi harga, pajak, subsidi, denda, dan bantuan.
Sedangkan yang masuk dalam kategori pengelolaan dan investasi publik diantaranya bantuan teknis,
riset, pendidikarr dan pengelolaan tanah dan air, instalasi dan infrastruktur.

Novotny dan Chesters (1981) mengklasifikasikan teknik atau praktek pengelolaan tepat guna
(best management practice) untuk polusi sumber bukan titik dalam tiga bagian, yaitu: pengendalian
sumber tanah-tanah yang terkena dampak pencemaran dan pengendalian tata guna lahan,
pengendalian pengumpulan pencemaran, reduksi pengantaran pencemaran ke wadah-wadah air dan
perbaikan/ pengolahan aliran permukaan.

Kenyataan di lapangan yang terjadi adalah bahwa untuk kualitas air, pengelolaan air masih
belum bisa menghasilkan air di wilayah umum yang langsung bisa diminum. Walaupun sudah ada
instansi pengelola yang disebut PDAM singkatan dari Perusahaan Daerah Air Minum, namun sampai

79
saat ini kualitasnya baru mencapai air bersih, untuk diminum masyarakat masih perlu memasak airnya
lebih dulu.

Seiring dengan tingkat pertumbuhan penduduk perkotaan maka sumber air menjadi
berkurang. Perubahan tata guna lahan lebih dominan pada kebutuhan infrastruktur sebagai
konsekuensi pertumbuhan tersebut. Akibatnya yang lebih dominan terjadi adalah upaya-upaya PDAM
secara kuantitas untuk menjaga pasokan sumbernya menjadi kurang berhasil karena kalah cepat
dengan degradasi lingkungan akibat perubahan tata guna lahan yang tidak terkendali.

Pelaksanaan standar akan sulit untuk diaplikasikan, seperti kasus sumber polusi yang tak ada
habisnya, peraturan akan berfokus pada teknik dan praktek. Dalam pertanian, pendekatan lingkungan
yang terbaik, yang akan menyediakan garis besar aplikasi untuk pupuk dan pestisida sebagai contoh,
sering dipakai. Instrumen pengatur dapat dikembangkan untuk melindungi air tanah, mencari
kesulitan dalam mengawasi dan merehabilitasi air tanah. Tipe lain alat pengatur termasuk:

• Standar produk yang diatur untuk bahan kimia, seperti pestisida dan pelarangan DDT
• Kontrol penggunaan tanah dapat mempengaruhi ketetapan standar
• Peraturan keamanan dan cara kerja untuk ketidaksengajaan polusi akan juga berguna
• Pendekatan kualitas air yang biasanya berbasis pada prioritas dan lebih kompleks untuk
mengaplikasikan daripada pendekatan emisi.
• Pendekatan kualitas air membutuhkan ketersediaan air daripada kualitas air yang mendetail dari
penerima
• Supaya peraturan lebih efektif mereka harus diimplementasikan oleh institusi dengan kapasitas
implementasi, pengawasan kepenuhan dan penegakkan
• Pendekatau kualitas air dapat menuju ke kondisi pengaturan yang berbeda untuk polluter yang
sama dari lembah sungai yang berbeda karena kondisi mereka menerima lingkungan, untuk
menentukan pelaksanaan standar yang berbeda di lingkungan yang berbeda pula. Secara politik
hal ini akan lebih sulit dibandingkan aplikasi yang sama.
• Pendekatan emisi atau control polusi berbasis pada teknologi terbaik yang ada akan sangat
penting bagi polutan yang memenuhi lingkungan
• Produk standar akan lebih baik untuk mematikan polusi karena emisi jauh lebih sulit untuk
dipantau
• Standar harus dapat dicapai dalam jangka pendek, tetapi mereka juga harus menstimulasi
perkembangan dalam jangka panjang melalui kemajuan ketat

4.6.6.2 Pengaturan Kualitas Air


Alat pengatur untuk air permukaan dan air tanah mempunyai fungsi bermacam-macam,
meliputi: mengetahui kapasitas aliran (debit) sehingga bisa diketahui ketersediaan air, mengetahui
berapa air yang bisa diambil (safe yield) sehingga bisa diijinkan berapa air yang bisa diambil

80
(kebutuhan air). Perlu ada regulasi pengambilan air permukaan dan air tanah sesuai karakter dari
keduanya untuk menghindari pengambilan berlebih satu dengan lainnya. Regulasi ini harus didukung
dengan kapasitas institusional yang mantap dalam operasi, pengawasan, monitoring dan evaluasi.
Penegakkan hukum dari peraturan yang ada perlu dilakukan dengan memenuhi sanlai, denda atau
hukuman sesuai dcngan yang tercantum dalam peraturan tersebut.

Di dalam UU Sumber Daya Air pengaturan kualitas dan kuantitas air dijelaskan cukup rinci.
Hal ini tersurat dalam bagian konservasi dan pendayagunaan air. Pengendalian kualitas air dilakukan
dengan Pengelolaan Kualitas untuk mempertahankan dan memulihkan kualitas air yang masuk dan
yang ada pada sumber-sumber air. Dilakukan dengan cara memperbaiki kualitas air pada sumber air
antara lain dilakukan melalui upaya aerasi pada sumber air dan prasarana sumber daya air.
Pengendalian pencemaran dilakukan dengan cara mencegah masuknya pencemaran air pada sumber
air dan prasarana sumber daya air. Untuk mencegah masuknya pencemaran air pada sumber air
misalnya dilakukan dengan cara tidak membuang sampah di sumber air, dan mengolah air limbah
sebelum dialirkan ke sumber air.

Sedangkan pengendalian kuantitas air dilakukan dengan pengawetan air yang berupa
menyimpan air yang berlebihan di saat hujan untuk dapat dimanfaatkan pada waktu diperlukaq
menghemat air dengan pemakaian yang efisien dan efektif dan/atau mengendalikan penggunaan air
tanah

4.6.6.3 Pengaluran Untuk Pelayanan Air


Standar umum biasanya ditetapkan dengan melihat semua aspek meliputi pengiriman air,
kualitas air, keamanan suplai air, distribusi ke konsumen, dan pemeliharaan sistem pelayanan
infrastruktur air.

Kondisi pelayanan air bersih untuk masyaraket terutama yang dilayani oleh PDAM masih
belum baik. Banyak keluhan dari pelanggan mulai dari air keruh, mampet, tidak pernah mengalir.
Bahkan air tidak mengalir namun masih ditagih.

Perangkat hukum untuk peningkatan pelayanan air bagi konsumen sudah ada dengan terbit
dan berlakunya UU No 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Tujuan UU antara lain untuk
meningkatkan kesadaran; kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri, mengangkat
harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang
dan/atau jasa; meningkatkan pemberdayaan konsumen; menciptakan sistem perlindungan konsumen
yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan
infonmasi; menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen
sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha; meningkatkan kualitas

81
barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan,
kenyamanan, keamanan dan keselamatan kansumen.

Di dalam UU tersebut juga disebutkan hak-hak konsumen meliputi antara lain: kenyamanan,
keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan/atau jasa; hak untuk memilih barang
dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi
seria jaminan yang dijanjikan; hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan
jaminan barang dan/atau jasa; hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa
yang digunakan; hak untuk mendapatkan advoksi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut; hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur
serta tidak diskriminatif dan hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian,
apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana
mestinya.

4.6.6.4 Pengendalian Perencanaan Tata Guna Lahan dan Perlindungan Alam


Contoh dari peralatan untuk pemakaian tanah termasuk :

• Zona mengidentifikasikan area dimana bentuk khusus dari pemakaian tanah dilarang dan
beberapa peraturan khusus dipakai.
• Surat izin konstruksi terkadang dibutuhkan sebelum perumahan atau infrastruktur dikonstruksikan
dalam zona-zona perlindungan atau disekitar daerah urban untuk melindungi kualitas dan
kuantitas air. Perencanaan pemakaian tanah dipakai sebagai alternative untuk perlindungan
struktur banjir
• Peraturan Pembangunan artinya dipekerjakan untuk mengurangi kerapuhan dan kerentanan
terhadap banjir.
• Perlindungan tanah dan pengendalian erosi seperti pembajakan atau pengolahan tanah yang
sejajar dengan garis kontur dan penanaman pohon.

Batasan khusus dapat diaplikasikan dalam perencanaan daerah konservasi dan suaka alam

• Peraturan pembuangan sampah, lokasi pembuangan sampah yang tepat sangat penting terhadap
perlindungan air tanah.

Pengendalian banjir dengan mctode struktur memiliki kelemahan, seperti terbatasnya dana dan
naiknya tingkat kerusakan akibat perubahan tata guna lahan yang berlebihan. Oleh karena itu metode
non-struktur perlu jadi pertimbangan yang penting dalam upaya pengelolaan sumber daya air
khususnya untuk pengendalian banjir dan bencana lainnya yang terkait dengan air.

82
Saat ini Direktorat Jenderal Sumber Daya Air sedang melakukan program perubahan
pengendalian banjr dari cara struktur ke non struktur yang disebut flood control towardflood
management.

Kontrol pemakaian tanah yang terpadu membutuhkan kerjasama yang efektif dan pemahaman
bersama antara perencana pemakai tanah dan pengelola air. Koordinasi dapat dicapai, contohnya
melalui badan tertinggi.

4.6.7 Instrumen Ekonomi-Pemakaian nilai dan harga untuk efisiensi dan efektifitas

4.6.7.1 Tarif Air dan Pelayanan Air


Tujuan dari penetapan harga air
• Perlindungan lingkungan: mendorong konservasi dan pemakaian yang efisien; pemahaman
tentang keuntungan alam karena meninggalkan air dari keadaan alamnya
• Biaya pemulihan : dana untuk operasi dari sektor
• Replektivitas biaya: memberi tanda pada pemakai arti dari kelangkaan air dan biaya untuk
pelayanan; hal ini akan menjadikan dorongan untuk pemakaian air yang lebih tepat guna. Hal ini
menolong untuk menunjuk sumber daya yang cukup untuk sektor ini.

Tarif yang efektif diupayakan:

• Terjangkau: mengerti peran utama dari air, kebutuhan spesial dari kasus sosial dan pentingnya air
yang baik dan sanitasi untuk kesehatan umum.
• Diterima oleh umum: distribusi pajak dan pengumpulan harus dalam kapasitas pelaksanaan air.

Untuk mendapatkan tarif yang bagus salah satu caranya dengan melalui survey permintaan dan
konsultasi dari pelanggan adalah penting. Dalam komunitas orang yang kurang mampu yang
pelayanannya kurang berkembang, kemauan untuk membayar survey dapat menjadi point penting
penetapan tarif.

Hal ini juga berfungsi agar dapat dibuat mekanisme perlindungan bagi komunitas yang sccara
ekonomi kurang mapu dari biaya yang tinggi.

4.6.7.2 Denda Polusi


Pembiayaan polusi didasari atas :

• Biaya lingkungan dan polusi air limbah


• Pengurangan polusi dengan penyediaan dana khusus bagi penyebab polusi misalnya industri. Hal
ini perlu diatur dengan peraturan perundangan yang khusus yang merefeleksikan antara polusi dan
dampak yang ditimbulkannya.

83
Perlu ada standar denda sesuai dengan polusi yang ditimbulkannya yang sudah secara eksplisit
diseb:akan besaranrnya sehingga memudahkan instansi yang berwenang memberikan sanksi denda
pada para pelaku. Denda ini merupakan bagian dari sistem peraturan yang ada. Ada instansi yang
bertindak sebagai pengamat, evaluasi dan monitoring.

4.6.7.3 Pengusahaan Air dan Izin Perdagangan


Pada prinsipnya dapat dilakukan pengusahaan air karena merupakan bagian dari
pendayagunaan air. Namun dalam upaya menjaga keberlanjutannya maka pengusahaan air yang lebih
dominan dalam aspek ekonomi harus memperhatikan aspek sosial dan aspek lingkungan, di mana
ketiga aspek tersebut merupakan tiga pilar utama dalam menjaga keberlanjutan ekosistem. Artinya
pengusahaan sumber daya air dapat diselenggarakan dengan memperhatikan fungsi sosial dan
kelestarian lingkungan hidup.

Pengusahaan air sesuai dengan yang tertulis di UU Sumber Daya Air merupakan suatu upaya
pernanfaatan sumber daya air untuk tujuan usaha atau menunjang suatu kegiatan usaha. Pengusahaan
sumber daya air tersebut dapat berupa pengusahaan air baku:

• Sebagai bahan baku produksi


• Sebagai salah satu media atau unsur utama dari kegiatan suatu usaha, seperti PDAM, perusahaan
air mineral, perusahaan minuman dalam kemasan lainnya, PLTA, olahraga arung jeram
• Sebagai bahan pembantu proses produksi, seperti air untuk sistem pendingin mesin (water cooling
system) atau air untuk pencucian hasil eksplorasi bahan tambang.

Untuk wilayah sungai pengusahaan sumber daya air hanya dapat dilaksanakan oleh BUMN BUMD
pengelola sumber daya air. Untuk perorangan, badan usaha lainnya, atau kerjasama antar badan usaha
dapat melaksanakan pengusahaan sumber daya air secara terbatas berdasarkan izin pengusahaan dari
pemerintah (Pusat/ Provl Kab/ Kota sesuai dengan kewenangannya) dan harus sesuai dengan rencana
alokasi air yg telah ditetapkan. Izin pengusahaan antara lain memuat substansi alokasi air dan/atau
ruas (bagian) sumber air yang dapat diusahakan. Pengusahaan dapat berbentuk:

• penggunaan air pada suatu lokasi tertentu sesuai persyaratan yang ditentukan dalam perizinan
• pemanfaatan wadah air pada suatu lokasi tertentu sesuai persyaratan yang ditentukan dalam
perizinan. Pemanfaatan wadah air pada lokasi tertcntu antara lain adalah pemanfaatan atau
penggunaan sumber air untuk keperluan wisata air, olahraga arung jeram, atau lalu lintas air.
• pemanfaatan daya air pada suatu lokasi tertentu sesuai persyaratan yang ditentukan dalam
perizinan. Pemanfaatan daya air antara lain sebagai peng-gerak turbin pembangkit listrik atau
sebagai penggerak kincir.

Pengusahaan air untuk negara lain

84
• Pengusahaan air untuk negara lain tidak diijinkan kecuali apabila penyediaan air untuk berbagai
kebutuhan telah dapat terpenuhi dan harus didasarkan pada rencana pengelolaan sumber daya air
wilayah sungai yang bersangkutan, serta memperhatikan kepentingan daerah di sekitarnya.
• Rencana pengusahaan air untuk negara lain dilakukan melalui proses konsultasi publik oleh
pemerintah sesuai dengan kewenangannya.
• Pengusahaan air untuk negara lain wajib mendapat izin dari Pemerintah berdasarkan rekomendasi
dari Pemerintah Daerah dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

4.6.7.4 Subsidi Dan Insentif


Sesuai dengan fungsi air sebagai fungsi ekonomi sekaligus fungsi sosial maka diperlukan
subsidi. Berikut ini diberikan contoh perhitungan subsidi dan insentif suatu wilayah sungai untuk
menunjukkan pemanfaatan air yang mempunyai dua fungsi tersebut. Contoh perhitungan ini diambil
dari kajian oleh PPSAE Undip, 19 Februari 2003.

Manfaat Infrastruktur Pengairan suatu wilayah sungai

• Pengendalian banjir QS dan Q1a


• Penyediaan air areal irigasi 88.617 ha
• PLTA 124,6 juta kwh/tahun
• Air baku minum 17,6 juta m3 tahun
• Air baku untuk industri 295,9 juta m3/tahun
• Perikanan
• Pariwisata dan olah raga air

1. Hitungan manfaat ekonomis pengendalian banjir (disubsidi)

Daerah Pertanian gagal panen (Puso)

• Luas 1.104 Ha
• Harga Gabah Rp. 1.000 / kg
• Produksi per Ha 5.000 kg
• Total Kerugian Rp. 5.520.000.000,- Itahun

Daerah Tergenang di luar pertanian

• Luas Areal 3.7913 Ha


• Nilai Produksi 1 kerugian masyarakat pemukiman per Ha (asumsi penelitian James dan Lee -
1974, sebesar 1,5 kali kerugian pertanian) Rp. 1.000 x 5.000 x 1,5 = Rp. 7.500,000 / Ha
• Total Kerugian Permukiman Rp. 284.347.500.000 ;

85
• Total kerugian masyarakat Rp. 289.867.500.000,
• Total kerugian Identik keuntungan masyarakat bila tidak terjadi banjir

2. Hitungan manfaat ekonomis ketersediaan air irigasi (disubsidi)


• Daerah Pertanian terhindar Kekeringan
• Luas Areal gagal panen akibat kekeringan 487 Ha
• Harga Gabah Rp. 1.0001 kg
• Produksi per Ha 5.000 kg
• Total Kerugian Rp. 2.435.000.000,- / tahun
• Total kerugian masyarakat Rp. 2.435.000.000,
• Total kerugian identik keuntungan masyarakat bila tidak terjadi gagal panen akibat kekurangan air
( kekeringan )

3. Hitungan Ekonomis Pengusahaan Jasa Air (pemberi subsidi)


• PLTA
 124,6 juta kwh/tahun
 Harga per Kwh Rp. 22,27
 Perolehan Rp.2.774.842.000- I tahun
• Air baku minum (dikelola oleh PDAM)
 Penyediaan air 17,6 juta m3 tahun
 Harga per m3 Rp.46,40
 Perolehan Rp. 816.640.000,- I tahun
• Air baku antuk industri (dikelola oleh PDAM)
 Penyediaan air 295,9 juta m3/tahun
 Harga per m3 Rp. 80,
 Perolehan Rp. 23.672.000.000,- I tahun
• Total Perolehan Rp. 27.263.482.000 / tahun

Penjualan air untuk kepentingan PLTA, air baku untuk minum maupun industri (dikelola oleh
PDAM) dimaksudkan agar operasi dan pemeliharaan sistem wilayah sungai dapat berkelanjutan.
Dengan adanya dana untuk operasi dan pemeliharaan sistem wilayah sungai maka, infrastruktur
keairan yang dikelola sekaligus dapat mengurangi dampak banjir dan ketersediaan air untuk irigasi
(dalam wilayah sungai ini mencapai 70% seluruh kebutuhan air) dapat terus berlanjut.

4.6.8 Pengalihan dan Pengelolaan Data Dan Informasi


Perlu diketahui akibat dari diberlakukannya otonomi daerah, timbul persoalan tentang data
dan informasi yang perlu mendapat perhatian bersama. Dampak negatif dari otonomi ini adalah ada

86
gap (lack) data khususnya dari kabupaten/kota yang mempunyai kekuatan otonomi (desentralisasi)
yang besar, akibatnya sequence data banyak yang tecputus sebagai konsekuensinya.

Sesuai dengan sifat dinamis aliran air yang bersifat kontinyu, maka data sumber daya air dari
sisi historis harus dikumpulkan dan dikompilasi secara kontinyu.

Oleh karena itu dalam kondisi perubahan pendekatan dari top-down menjadi bottom-up hacus
dicari langkah-langkah strategis pengumpulan, kompilasi dan pengolahan data. Karena data akurat
merupakan pendukung utama dalam pengelolaan sumber daya air yang benar. Dengan data yang
memadai dan akurat maka kajan tentang persoalan sumber daya air dapat mengikuti sequence waktu
yang lalu, saat ini dan waktu yang akan datang.

Semua pihak hanis menyadari arti penting data sumber daya air. Peristiwa bencana atau
persoalan sumber daya air tidak lepas dari kejadian masa lampau, karena kejadian saat ini merupakan
dampak dari semua upaya yang lalu. Demikian pula untuk perencanaan dan pengelolaan sumber daya
air untuk masa yang akan datang adalah berdasarkan situasi dan kondisi saat ini.

Di samping itu pengalihan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) juga sangat diperlukan
dalam upaya pengelolaan sumber daya air yang terpadu dan menyeluruh. Karena sesuai dengan sifat
alaminya, air dan hal-hal yang terkait langsung maupun tidak langsung dengan air di suatu lokasi dan
waktu tertentu akan berbeda dengan yang berada di lokasi dan waktu yang lain. Tujuan pengalihan ini
untuk jembatan atau mediasi akan posisi air di lokasi dan waktu yang berbeda.

Dengan dernikian akan dapat dilakukan pengelolaan sumber daya air yang terpadu dan
menyeluruh. Beberapa hal yang berkaitan engan informasi dijelaskan sebagai berikut.

1. Sistem Informasi

Informasi yang diperlukan antara lain

• Data baik kuantitatif maupun kualitatif


• Information yang dapat dikemas menjadi bermanfaat
• Pengetahuan untuk berbagai ilmu (multi disiplin)
• Kearifan (wisdonr) yaitu suatu kesepakatan atau persetujuan yang diterima secara umum
dalam upaya penggunaan sumber daya air yang berkelanjutan

Penyelenggaraan dan Materi Informasi

• Untuk mendukung pengelolaan sumber daya air, Pemerintah dan Pemerintah Daerah
menyelenggarakan pengelolaan sistecn informasi sumber daya air sesuai dengan
kewenangannya.

87
• Informasi Teknis: Informasi sumber daya air meliputi infonnasi mengenai kondisi hidrologis,
hidrometeorologis, hidrogeologis, kebijakan sumber daya air, prasarana sumber daya air,
teknologi sumber daya air, lingkungan pada sumber daya air dan sekitarnya, seria kegiatan
sosial ekonomi budaya masyarakat yang terkait dengan sumber daya air. Informasi kondisi
hidrologis misalnya tentang curah hujan, debit sungai, dan tinggi muka air pada sumber air.
Informasi kondisi hidrometeorologis misalnya tentang temperatur udara, kecepatan angin dan
kelembaban udara. Informasi kondisi hidrogeologis mencakup cekungan air tanah misalnya
potensi air tanah dan kondisi akuifer atau lapisan pembawa air.
• Informasi Non-Teknis: Informasi sosial dan ekonomi yang berhubungan langsung dengan
pengelolaan sumber daya air

Jaringan Informasi

• Sistem informasi sumber daya air merupakan jaringan informasi sumber daya air yang tersebar
dan dikelola oleh berbagai institusi.
• Jaringan informasi sumber daya air harus dapat diakses oleh berbagai pihak yang
berkepentingan dalam bidang sumber daya air. Akses terhadap informasi sumber daya air yang
tersedia di pusat pengelolaan data di instansi pemerintah, badan atau lembaga lain di
masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui internet, media cetak
yang diterbitkan secara berkala, surat menyurat, telepon, facsimile atau kunjungan langsung
dengan prinsip teibuka untuk semua pihak yang berkepentingan di bidang sumber daya air.
• Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat membentuk unit pelaksana teknis untuk
menyelenggarakan kegiatan sistem informasi sumber daya air.

Penyelenggaran Informasi

• Pemerintah dan Pemerintah Daesah serta pengelola sumber daya air, sesuai dengan
kewenangannya, menyediakati informasi sumber daya air bagi scmua pihak yang
berkepentingan dalam bidang sumber daya air.
• Untuk melaksanakan kegiatan pcnyediaan informasi, seluruh instansi Pemerintah, Pemerintah
Daerah, badan hukum, organisasi, dan lembaga serta perseorangan yang melaksanakan
kegiatan berkaitan dengan sumber daya air menyampaikan laporan hasil kegiatannya kepada
instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab di bidang sumber daya
air. Yang dimaksud dengan kegiatan berkaitan dengan sumber daya air adalah kegiatan studi,
penelitian, seminar, lokakarya, kegiatan pemberdayaan masyarakat, kegiatan pcmbangunan
sarana danlatau prasarana yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air.

88
• Pemerintah, Pemerintah Daerah, pengelola sumber daya air, badan hukum, organisasi, lembaga
dan perseorangan bertanggung jawab menjamin keakuratan, kebenaran, dan ketepatan waktu
atas informasi yang disampaikan.

Sistem Informasi Ilidrologi, Hidronneteorologi, Dan Hidrogeologi

• Untuk mendukung pengelolaan sistem informasi sumber daya air diperlukan pengelolaan
sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi, dan hidrogeologi wilayah sungai pada tingkat
nasional, provinsi, dan kabupaten/kota.
• Kebijakan pengelolaan sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi, dan hidrogeologi
ditetapkan oleh Pemerintah berdasarkan usul Dewan Sumber Daya Air Nasional.
• Pengelolaan sistem infortnasi hidrologi, hidrometeorologi, dan hidrogeologi dilaksanakan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengelola sumber daya air sesuai dcngan
kewenangannya.
• Pengelolaan sistem informasi hidrologi, hidrometeorologi, dan hidrogeologi dapat dilakukan
melalui kerja sama dengan pihak lain.

2. Pembagian Data Dan Alih Teknologi

Dilakukan dengan berbagai cara antara lain melalui pendidikan formal maupun non formal, kursus,
seminar, pelatihan diseminasi, kerja sama baik lokal, regional, nasional maupun internasional.

Pada prinsipnya pembagian data dan alih teknologi ini beriujuan untuk peningkatan pengelolaan
sumber daya air.

89
Contents
4.1 Pengertian Manajemen.........................................................................................................1
4.2 Proses Pembangunan............................................................................................................5
4.3 Manajemen Sumber Daya Air Terpadu..................................................................................9
4.3.1 Kilasan Manajemen SumUer Daya Air Terpadu.............................................................9
4.3.2 Definisi Pengelolaan sumber daya air terpadu.............................................................14
4.3.3 Kerangka Konsepsional................................................................................................15
4.3.4 Pembangunan Berkelanjutan dan Keberlanjutan Ekologi............................................21
4.4 Enabling Environment..........................................................................................................26
4.4.1 Kebijakan.....................................................................................................................27
4.4.1.1 Visi dan Misi Nasional Pengembangan Sumber Daya Air.........................................27
4.4.1.2 Penyiapau Kebijakarr Suttrber Daya Air Nasiotral....................................................28
4.4.1.3 Kebijakan-Kebijakan yang Terkait Dengan Sumber Daya Air....................................29
4.4.2 Kerangka Kerja Legislatif..............................................................................................30
4.4.2.1 Refornrasi Peraturan Yang Ada................................................................................32
4.4.2.2 Peraturan Tentang Sumber Daya Air (Water Rights)................................................33
4.4.2.3 Peraturan Untuk Kualitas dan Kuantitas Air.............................................................33
4.4.2.4 Penegakkan Hukum.................................................................................................34
4.4.3 Finansial.......................................................................................................................36
4.4.3.1 Pengertian Biaya dan Manfaat/Pendapatan............................................................36
4.4.3.2 Kebijakan-Kebijakan Investasi..................................................................................39
4.4.3.3 Refornrasi Institusional Sektor Publik......................................................................42
4.4.3.4 Peren Sektor Swasta................................................................................................43
4.4.3.5 Pengembalian Biaya dan Kebijakan-Kebijakan Denda Ada beberapa kondisi untuk
aturan biaya pemulihan yang baik, yaitu:................................................................................44
4.4.3.6 Penilaian Investasi....................................................................................................44
4.5 Peran Institusi......................................................................................................................45
4.5.1 Penciptaan Kerangka Kerja Organisasi - Bentuk dan Fungsi.........................................45
4.5.1.1 Orgarrisasi Liritas Batas Untuk Pertgelolaarr Sumber Daya Air................................46
4.5.1.2 Dewan Air Nasional..................................................................................................46
4.5.1.3 Organisasi Daerah Aliran Sungai..............................................................................48
4.5.1.4 Badan Pengatur........................................................................................................48
4.5.1.5 Penyedia Pelayanan.................................................................................................49

90
4.5.1.6 Institusi Masyarakat Umum dan Organisasi ko»runitas...........................................50
4.5.1.7 Wewenang Lokal......................................................................................................50
4.5.2 Institutional Capacity Building......................................................................................51
4.5.2.1 Kapasilas Perngelolaan Sumber Daya Air Terpadu Profesi Keairan..........................52
4.5.2.2 Kapasitas Pengaturan...............................................................................................52
4.5.2.3 Berbagi (Alih) Ilmu Pengetahuan..............................................................................52
4.6 Instramen-Instrumen Manajemen.......................................................................................53
4.6.1 Analisis Penilaian Sumber Daya Air..............................................................................54
4.6.1.1 Dasar Per:getahuan Sumber Daya Air......................................................................55
4.6.1.2 Analisis Pertilaian Sumber Daya Air.........................................................................56
4.6.1.3 Permodelan Dalam Pengelolaan Sumber Daya air Terpadu.....................................57
4.6.1.4 Pengembangan Indikator Sumber Daya Air.............................................................58
4.6.2 Perancangan Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu..................................................59
4.6.2.1 Perancangan Daerah Aliran Sungai (DAS)................................................................60
4.6.2.2 Pengelolaan Bencana...............................................................................................61
4.6.3 Pengelolaan Kebutuhan...............................................................................................64
4.6.3.1 Peningkatan Efisiensi Pemakaian.............................................................................64
4.6.3.2 Daur Ulang dan Penggunaan Kembali......................................................................65
4.6.3.3 Peningkatan Efisiensi Suplai Air................................................................................67
4.6.4 Instrumen Perubahan Sosial........................................................................................68
4.6.4.1 Pendidikan dalam PengelolaanAir............................................................................68
4.6.4.2 Komunikasi Dengan Para Pihak................................................................................70
4.6.4.3 Kampanye Air Dan Peningkatan Kepedulian............................................................71
4.6.4.4 Perluasan Partisipasi dalaur Pengelolaau Sumrber Daya Air....................................72
4.6.5 Resolusi konflik............................................................................................................73
4.6.5.1 Alat Pengelolaan Konflik..........................................................................................74
4.6.5.2 Proses partisipasi dari laju konflik............................................................................75
4.6.5.3 Pembagian Perencanaan Visi...................................................................................76
4.6.5.4 Kesepahaman dan Kesepakatan..............................................................................76
4.6.6 Instrumen Pengatur.....................................................................................................77
4.6.6.1 Pengaturan Kualitas Air............................................................................................78
4.6.6.2 Pengaturan Kualitas Air............................................................................................80
4.6.6.3 Pengaluran Untuk Pelayanan Air..............................................................................81
4.6.6.4 Pengendalian Perencanaan Tata Guna Lahan dan Perlindungan Alam....................81

91
4.6.7 Instrumen Ekonomi-Pemakaian nilai dan harga untuk efisiensi dan efektifitas...........82
4.6.7.1 Tarif Air dan Pelayanan Air.......................................................................................82
4.6.7.2 Denda Polusi............................................................................................................83
4.6.7.3 Pengusahaan Air dan Izin Perdagangan...................................................................83
4.6.7.4 Subsidi Dan Insentif..................................................................................................84
4.6.8 Pengalihan dan Pengelolaan Data Dan Informasi........................................................86

92

Anda mungkin juga menyukai