Anda di halaman 1dari 3

Mutu pelayanan merupakan kesesuaian antara pelayanan kesehatan yang diberikan dalam proses

pelayanan dengan keinginan atau kebutuhan pasien. Program peningkatan mutu dan keselamatan
pasien dibutuhkan sebuah rumah sakit untuk meningkatkan mutu pelayanannya. Untuk mencapai hasil
yang maksimal, dalam pelaksanaan program ini diperlukan koordinasi serta komunikasi yang baik
dari seluruh elemen di rumah sakit. Adapun hal yang dapat mempengaruhi mutu pelayanan
keselamatan di rumah sakit antara lain penerapan standar akreditasi, penilaian dimensi budaya
keselamatan pasien, gaya dan peran pemimpin dalam meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan,
komunikasi tenaga kesehatan terhadap pasien dan keluarga pasien, serta bagaimana persepsi perawat
tentang budaya keselamatan pasien ( Irawan et al.,2021). Mutu pelayanan rumah sakit
merupakan sistem untuk membuat asuhan pasien lebih aman salah satu yang menjadi tolak
ukur suatu pelayanan keperawatan yang menentukan kualitas dari rumah sakit yaitu dengan
berkomunikasi yang efektif salah satunya adalah komunikasi dengan metode SBAR
( situation, background, asessment, recommendation) dan metode ini biasa digunakan
perawat saat elakukan timbang terima. (Tatiwakeng et al.,2022).

Mutu pelayanan keperawatan merupakan indikator yang utama bagi suatu kualitas pelayanan
kesehatan dan yang menjadi salah satu faktor penentu bagi citra institusi pelayanan kesehatan di
mata masyarakat (Nursalam, 2018). Mutu pelayanan keperawatan berhubungan dengan
keselamatan pasien, yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan tindakan
termasuk didalamnya pelaksanaan perawat dan keselamatan pasien (pasien safety) dalam
berkomunikasi efektif salah satunya saat perawat melakukan timbang terima (handover). (Rezkiki &
Utami, 2017). Pelayanan Keperawatan adalah pelayanan yang dilakukan oleh banyak orang
sehingga diperlukan penerapan pendekatan manajemen. Pendekatan manajemen adalah suatu
proses kerja sama anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan, terapi dan bantuan
kepada para pasien serta meningkatkan keselamatan pasien ( Mutmainah et al., 2023). Dalam
upaya menjaga mutu pelayanan keperawatan di sarana kesehatan yang berhubungan
keselamatan pasien, banyak faktor yang mempengaruhi prilaku seseorang dalam pelaksanan
tindakan, termasuk pelaksanaan perawat dan keselamatan pasien (patient safety) dalam
berkomunikasi efektif salah satunya pada saat perawat melakukan timbang terima (Farida,
2015).

Keselamatan pasien (patient safety) merupakan sistem rumah sakit untuk membuat asuhan pasien
lebih aman, salah satu yang menjadi tolak ukur suatu pelayanan keperawatan yang menentukan
kualitas dari rumah sakit yaitu dengan komunikasi yang efektif (Rezkiki & Utami, 2017). Hal ini sama
halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Nuraini, dkk. (2019), hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa untuk dapat meminimalkan kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien, perawat
menggunakan metode komunikasi efektif SBAR. Dan terjadinya cedera yang disebabkan oleh
kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang
seharusnya diambil risiko dan metode timbang terima (handover) yang dilakukan saat pergantian
jaga belum ada standar atau juknis yang pasti sehingga dalam pelaksanaanya membutuhkan waktu
yang berbeda-beda tergantung dari kemampuan komunikasi maupun kemampuan klinis masing-
masing perawat dalam menguasai kondisi pasien yang dirawat. Metode timbang terima yang
sebelumnya dilakukan di Ruang Griyatama belum menggunakan konsep yang jelas, sehingga
menimbulkan berbagai kendala seperti, informasi yang kurang fokus, waktu yang panjang, kesalahan
penerimaan pesan yang berefek pada salah persepsi, sehingga kurang efektif dan efisien (Dep Kes
RI, 2006 dalam Adventus et al.,2019).

Timbang terima adalah satu Teknik untuk mengirim dan menerima sesuatu Informasi tentang
kondisi pasien. timbang terima harus dilakukan seefisien mungkin menjelaskan secara
singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan keperawatan, tindakan  keperawatan Kolaborasi
yang sudah terjadi dan juga belum perkembangan pasien saat itu. Tentang informasi yang
dikirimkan harus benar sehingga keseimbangan dalam pemberian  asuhan keperawatan dapat
berjalan dengan sempurna. Timbang terima menjadi unsur yang penting dalam memberikan asuhan
keperawatan. Asuhan keperawatan sendiri memiliki peranan dalam menjamin keselamatan pasien,
merupakan hal yang utama. faktor penyebab terjadinya kesalahan dan keterlambatan pelayanan
kepada pasien selanjutnya. (Nursalam,2016 dalam mutmainah et al.,2023)

Timbang terima (hand over) merupakan proses yang sangat penting dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan karena berhubungan dengan keselamatan pasien dan komunitas asuhan keperawatan
kepada pasien. Handover (serah terima pasien) adalah proses pengalihan wewenang dan tanggung
jawab utama untuk memberikan perawatan klinis kepada pasien dari satu pemberi asuhan kepada
pemberi asuhan yang lain untuk menjamin kontinuitas perawatan melalui proses pertukaran
informasi dan tranfer tanggungjawab atas perawatan pasien (Riedel & Ayala, 2017). Handover
merupakan kegiatan rutin yang dilakukan perawat untuk memastikan pelayanan berkesinambungan,
aman dan efektif, serah terima dapat terjadi antara perawat dalam satu unit atau perawat yang
bekerja di unit yang berbeda. Untuk perawat dalam satu unit, serah terima terjadi selama pergantian
shift, tetapi untuk perawat dalam unit yang berbeda, dapat terjadi setiap kali pasien ditransfer (Slade
et al., 2019; Karmila et al., 2018).

Komunikasi menjadi kunci untama dalam pelaksanaan timbang terima/ handover dalam
peyerahan tugas keperawatan , kegagatan dan kesalahan dalam berkomunikasi menjadi
penyebab utama dari KTD (kejadina tidak diharapkan ). Menurut penelitian yang dilakukan
Mairosaa et al., 2019 di RSUD padang pariaman dan hasil yang diperoleh bahwa selama
kurun waktu 3 tahun terakhir didapatkan keselamatan engan akngka KTD (kejadian tidak
diinginkan sebanyak 15 kejadian, KNC (kejadian ntaris cidera ) sebanyak 41 kejadian dan
KTC (kejadian tidak cidera ) terdapat sebanyak 76 kejadian (Tatiwakeng et al., 2022).

Komunikasi efektif terkini yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi SBAR, WHO mewajibkan
kepada rumah sakit untuk menggunakan suatu standar yang strategis yaitu dengan menggunakan
metode komunikasi SBAR. Komunikasi SBAR merupakan komunikasi yang terdiri dari 4 komponen
yaitu S (Situation) merupakan suatu gambaran yang terjadipada saat itu.B (Background) merupakan
suatu yang melatar belakang pada Sasaran Keselamatan Pasien. mensyaratkan agar rumah sakit
menetapkan dan melaksanakan proses komunikasi “Serah Terima” (hand over) dan menyusun cara
komunikasi yang efektif, tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dapat dipahami penerima (SNARS,
2017).

Komunikasi efektif dengan metode SBAR menjadi pilihan komunikasi, yang dapat digunakan pada
saat perawat melakukan handover pada pasien, (Akhun, 2020). Komunikasi efektif dengan metode
SBAR pada timbang terima memiliki hubungan yang erat dalam menjamin kesinambungan, kualitas
maupun keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan pada pasien (Astuti, dkk. 2019). Efektifnya
proses komunikasi timbang terima setiap pertukaran shift perawat karena menerapkan komunikasi
SBAR yang bisa menjelaskan tentang kondisi pasien baik pasien dengan risiko jatuh sehingga sangat
direkomendasikan metode komunikasi SBAR ini untuk diterapkan dipelayanan kesehatan khususnya
pada rumah sakit, hal tersebut tentunya dapat menekan angka kejadian tidak terduga seperti cedera
maupun trauma lain pada pasien dengan risiko jatuh sehingga meningaktkan keselamatan pasien
(Julimar, 2018).

Anda mungkin juga menyukai