Anda di halaman 1dari 75

BAB 3

PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Dalam melakukan prakiraan dampak penting terhadap komponen lingkungan


hidup yang diprakirakan akan terjadi sesuai dengan hasil pelingkupan, maka
dilakukan melalui 2 (dua) tahap yaitu : prakiraan besaran (magnitude) dampak dan
penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak.

a. Prakiraan Besaran Dampak (Magnitude)


Prakiraan besaran (magnitude) dampak dilakukan untuk mengetahui apakah
suatu dampak terhadap lingkungan hidup tersebut termasuk sangat besar (4), besar
(3), sedang (2), kecil (1), dan sangat kecil (0), dengan cara menilai berapa besar
perubahan skala kualitas lingkungan hidup pada kondisi yang akan datang dengan
adanya proyek (EQ Dp) dibandingkan dengan kondisi yang akan datang tanpa
adanya proyek (EQ Tp). Dengan demikian untuk mendapatkan besaran dampak
(magnitude) adalah : {EQ Dp (skala) - EQ Tp (skala)}.

b. Penentuan Tingkat Kepentingan Dampak (Importance)


Setelah diketahui besarannya, kemudian ditentukan tingkat kepentingannya,
yaitu untuk menentukan apakah suatu dampak kegiatan terhadap lingkungan hidup
tersebut tergolong penting atau tidak penting dengan mengacu kepada Undang-
Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Pasal 22 ayat 2) serta Peraturan Pemerintah RI No. 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan (Penjelasan Pasal 3 ayat 1) mengenai kriteria dampak penting, yaitu :
1. Besarnya jumlah penduduk yang akan terkena dampak rencana usaha
dan/atau kegiatan.
2. Luas wilayah penyebaran dampak.
3. Intensitas dan lamanya dampak berlangsung.
4. Banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang akan terkena dampak.
5. Sifat kumulatif dampak.
6. Berbalik atau tidak berbaliknya dampak; dan/atau
7. Kriteria lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

3-1
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.1. PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN PADA TAHAP PRA KONSTRUKSI


3.1.1. Pengurusan Perizinan
1. Peningkatan Perekonomian Lokal
Kegiatan perizinan menimbulkan dampak penting hipotetik berupa
peningkatan perekonomian lokal. Karena dari setiap proses pengurusan perizinan
sejak tahap pra konstruksi hingga operasional berlangsung seperti pengurusan TDP,
SIUP, SITU, Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk pembangunan hotel, izin usaha
perhotelan, izin usaha restoran dan cafe, izin gangguan (HO), izin penggunaan air
tanah, dsb. ada pemenuhan kewajiban biaya perizinan, retribusi dan konsekuensi
pajak-pajak (PBB setiap tahunnya, pajak hotel dan restoran ±10%, pajak
pemanfaatan air bawah tanah dan penggunaan air PDAM) yang harus dibayar oleh
PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pemenuhan
kewajiban biaya perizinan, retribusi dan pajak-pajak sah lainnya merupakan sumber
bagi peningkatan Pendapatan Asli Dearah (PAD). PAD dapat dijadikan sebagai salah
satu indikator peningkatan perekonomian lokal, karena PAD yang cukup dapat
menjadi factor penggerak program pembangunan daerah.
Ditinjau dari besaran dampak, penerimaan PAD yang cukup besar akan
berasal dari retribusi Izin Mendirikan Bangunan karena tapak proyek yang akan
dimintakan izinnya seluas 13.721 m2 m2 yang terdiri dari 11 lantai pada lahan hak
milik seluas 21.759 m2 (sesuai dengan sertifikat). Sementara itu, izin-izin retribusi
lainnya yang dikenakan tergolong kecil. Bila dibandingkan dengan total penerimaan
PAD Kabupaten Bangka Tengah, kontribusi dari retribusi /iuran perizinan rencana
pembangunan Bangka Mixed Use Development diperkirakan tergolong kecil.
Berdasarkan hasil penetapan pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa sebelum
adanya kegiatan, nilai skala kualitas lingkungan untuk parameter perekonomian lokal
tergolong sedang (EQ Tp = skala 3) dengan nilai kualitas 60%, namun dengan adanya
kegiatan pengurusan perizinan Bangka Mixed Use Development mengakibatkan
terjadinya peningkatan skala kualitas lingkungan menjadi baik (EQ Dp = skala 4),
dengan nilai kualitas 65%. Dengan demikian, besaran dampak yang ditimbulkan dari
kegiatan pengurusan perizinan terhadap peningkatan perekonomian lokal (dengan
adanya peningkatan PAD) dari rencana kegiatan pembangunan Bangka Mixed Use
Development tergolong kecil (skala 1 = dari skala 3 ke skala 4) dengan sifat dampak
positif.
Bila ditinjau dari jumlah penduduk yang akan menerima dampak positif
akibat kegiatan pengurusan perizinan ini cukup banyak (minimal masyarakat di
Kelurahan Dul), persebaran dampak cukup luas (minimal meliputi wilayah Kelurahan
Dul), intensitas dan lamanya dampak berlangsung (akan dirasakan selama kegiatan
masih berlangsung karena PBB akan dibayarkan setiap tahun), dan bersifat kumulatif
dengan kegiatan lain yang dilakukan pada tahap operasional. Berdasarkan tingkat

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3-2


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

kepentingannya, maka dampak peningkatan perekonomian local akibat kegiatan


pengurusan perizinan tergolong penting.
3.1.2. Sosialisasi Kegiatan
1. Perubahan Persepsi dan Sikap Masyarakat
Proses sosialisasi kegiatan di lapangan merupakan tahap awal masuknya
informasi bagi penduduk di wilayah studi tentang adanya rencana kegiatan
pembangunan Bangka Mixed Use Development oleh PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH.
Rencana kegiatan PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH tersebut akan ditanggapi
masyarakat dengan berbagai sikap dan persepsi yang sangat dipengaruhi oleh
kepentingan dan tingkat pengetahuannya pada kegiatan pembangunan Bangka
Mixed Use Development. Namun secara garis besar setelah sosialisasi rencana
kegiatan biasanya masyarakat ada yang menerima kehadiran rencana kegiatan
dengan penuh harapan dan ada juga yang berkeberatan karena adanya
kekhawatiran tertentu. Namun secara umum, sosialisasi kegiatan sebagai tahap
awal untuk merealisasikan rencana kegiatan diprakirakan menimbulkan dampak
yang positif terhadap sikap dan persepsi masyarakat, karena kekhawatiran dan
harapan masyarakat dapat dipertimbangkan sejak awal untuk diperoleh solusi yang
tepat. Masyarakat biasanya akan merasa senang jika sejak awal sudah dilibatkan
dalam merencanakan kegiatan walaupun sebatas informasi dan masukan yang
diperlukan perusahaan dari masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh gambaran bahwa dari 80 responden
yang diperoleh secara acak (random sampling), sebanyak 87,50% menyatakan sikap
dan persepsi yang positif (setuju) terhadap rencana kegiatan pembangunan Bangka
Mixed Use Development oleh PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH, dan sebanyak 12,50%
menyatakan tidak peduli dengan adanya rencana kegiatan tersebut. Masyarakat
yang setuju adanya pembangunan Bangka Mixed Use Development memiliki alasan
karena kehadiran Bangka Mixed Use Development dapat mempermudah dalam
mendapatkan barang-barang kebutuhan sehari-hari yang berkualitas dan higienis,
memperoleh pelayanan kesehatan dan pendidikan yang bertaraf nasional-
internasional, membuka lapangan pekerjaan dan peluang usaha bagi masyarakat di
sekitarnya, serta memiliki nilai estetika yang lebih baik. Masyarakat setempat sangat
mengharapkan proporsi tenaga kerja lokal yang direkrut lebih besar dibandingkan
dengan tenaga kerja non-lokal, sehingga tingkat pengangguran di wilayah mereka
dapat diminimalisir.
Masyarakat di wilayah studi tidak melarang kegiatan pembangunan Bangka
Mixed Use Development tersebut, namun dalam pelaksanaan pembangunannya
masyarakat berharap :
1) Tidak menimbulkan dampak negative yang merugikan masyarakat, misalnya :
adanya pengalihan Jalan Gang Bravo, kebisingan dan getaran pada tahap

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3-3


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

konstruksi, berkurangnya air tanah, meningkatnya sampah dan limbah cair


yang sering menimbulkan bau tidak sedap, dan sebagainya.
2) Perusahaan harus peduli terhadap masyarakat di sekitarnya, misalnya
penuhi kewajiban sosial perusahaan terhadap masyarakat yang tinggal di
sekitar lokasi Bangka Mixed Use Development melalui program CSR.
Sedangkan masyarakat yang tidak peduli dengan adanya kegiatan
pembangunan Bangka Mixed Use Development beralasan bahwa perusahaan
biasanya tidak peduli terhadap masyarakat dan lingkungan sekitarnya, sehingga
masyarakat setempat tidak akan mendapat manfaat apa-apa dari kegiatan tersebut.
Berdasarkan hal di atas dapat dinyatakan bahwa terdapat suatu korelasi yang
kuat antara kepentingan dan manfaat pembangunan Bangka Mixed Use
Development dengan sikap dan persepsi yang berkembang di masyarakat.
Kehadiran kegiatan PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH pada kondisi tanpa sosialisasi
kegiatan akan menyebabkan timbulnya sikap dan persepsi positif sebanyak 87,50%
dan sikap tidak peduli sebanyak 12,50%. Sedangkan pada kondisi dengan adanya
kegiatan sosialisasi, maka dapat diprakirakan bahwa apabila kegiatan sosialisasi
dilaksanakan secara tepat maka sikap dan persepsi masyarakat yang semula tidak
peduli terhadap kehadiran PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH diharapkan seluruhnya
dapat berubah menjadi sikap dan persepsi yang bersifat positif sehingga masyarakat
yang menerima kehadiran rencana kegiatan meningkat menjadi 100%. Pada Tabel
3.1 disajikan data prakiraan perubahan sikap dan persepsi masyarakat terhadap
rencana usaha/kegiatan Bangka Mixed Use Development jika dilakukan sosialisasi
kegiatan kepada masyarakat di sekitar lokasi rencana usaha/kegiatan.
Tabel 3.1. Persepsi dan Sikap Masyarakat Terhadap Rencana Kegiatan
Pembangunan Bangka Mixed Use Development
Sikap dan Persepsi Masyarakat
Kualitas Lingkungan
(%)
No. Uraian
Tidak
Positif Negatif Nilai (%) Skala Kriteria
Peduli
1. Tanpa sosialisasi *)
87,50 0 12,50 87,50 5 Baik sekali
= EQ Tp
2. Dengan sosialisasi =
100,00 0 0 100,00 5 Baik sekali
EQ Dp
Perubahan / Dampak 12,50 0 -12,50 12,50 0 Sangat kecil
Sumber : Prakiraan Tim Penyusun AMDAL PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH , 2014.
Catatan : *) Didasarkan pada hasil wawancara terhadap responden

Berdasarkan prakiraan tersebut di atas, dapat dinyatakan bahwa tanpa


adanya kegiatan sosialisasi kepada masyarakat mengenai rencana kegiatan
pembangunan Bangka Mixed Use Development oleh PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH,
maka sebagian masyarakat (12,50%) masih meragukan manfaat dari rencana
usaha/kegiatan tersebut. Sedangkan dengan adanya kegiatan sosialisasi terlebih
dahulu akan memberikan pengaruh/dampak positif yang sangat penting terhadap
kelanjutan /kelangsungan usaha kedepannya, karena masyarakat yang semula

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3-4


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

bersikap ragu-ragu dan tidak peduli ini akan dapat berubah menjadi sikap yang
mendukung dan persepsi yang baik terhadap kehadiran usaha/kegiatan.
Berdasarkan hasil penetapan pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa sebelum
adanya sosialisasi kegiatan kualitas lingkungan untuk parameter persepsi dan sikap
masyarakat tergolong baik sekali (EQ Tp = skala 5) dengan nilai kualitas 87,50%,
namun dengan adanya sosialisasi rencana kegiatan Bangka Mixed Use Development
mengakibatkan terjadinya peningkatan nilai kualitas lingkungan menjadi 100% (EQ
Dp = skala 5 = baik sekali). Dengan demikian, besaran (magnitude) dampak kegiatan
sosialisasi terhadap sikap dan persepsi masyarakat tergolong sangat kecil (skala 0),
yaitu tetap berada pada skala 5 dan bersifat positif.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
penduduk yang akan menerima dampak akibat kegiatan sosialisasi ini cukup banyak
(minimal masyarakat di Kelurahan Dul); persebaran dampak cukup luas (minimal
meliputi wilayah Kelurahan Dul); komponen lingkungan lain yang terkena dampak
terutama akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha/kegiatan
selanjutnya; dan bersifat kumulatif dengan kegiatan lainnya yang dilakukan pada
tahap operasional. Dengan demikian, dilihat dari tingkat kepentingannya, maka
dampak perubahan sikap dan persepsi masyarakat terhadap perusahaan akibat
kegiatan sosialisasi usaha tergolong penting.

3.2. PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN PADA TAHAP KONSTRUKSI


3.2.1. Mobilisasi Peralatan dan Material
Mobilisasi peralatan dan material perlu dilakukan untuk memudahkan dan
mempercepat penyelesaian pekerjaan konstruksi. Peralatan untuk pembangunan
Bangka Mixed Use Development yang akan dimobilisasi adalah peralatan berat
untuk kegiatan persiapan lahan dan pembangunan konstruksi, sedangkan material
yang akan dimobilisasi adalah : pasir, batubata, batu cor, semen, besi-baja, dan lain-
lain. Mobilisasi peralatan berat dan material bangunan di lokasi ini akan
mengganggu kelancaran lalulintas karena jalan di depan lokasi proyek tergolong
cukup padat. Selain itu juga kegiatan mobilisasi peralatan dan metarial dapat
menyebabkan gangguan kebisingan karena di sekitar lokasi sudah cukup padat oleh
pemukiman dan pertokoan.
1. Penurunan Kualitas Udara Ambien
Kegiatan mobilisasi peralatan dan material bukan hanya dilakukan sekali dua
kali saja, namun karena pembangunan Bangka Mixed Use Development ini terdiri
dari 11 lantai, maka peralatan dan bahan material yang dibutuhkan tidak sedikit
jumlahnya. Peralatan dan material untuk kegiatan pembangunan Bangka Mixed Use
Development oleh PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH akan didatangkan dari
Pangkalpinang dan sekitarnya. Proses pengangkutan peralatan dan material akan
dilakukan dengan menggunakan dump truck dengan tonase muatan maksimum 8

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3-5


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

ton melalui Jalan Raya Koba. Prakiraan frekwensi/ritasi pengangkutan bahan


material yang akan dilakukan selama konstruksi dengan menggunakan 10 unit dump
truck adalah ± 30 rit/sehari. Karena intensitas angkutan relatif tinggi, maka
diprakirakan akan terjadi penurunan kualitas udara ambien (peningkatan partikulat
debu) di sepanjang jalan sekitar tapak proyek.
Dampak terhadap penurunan kualitas udara berasal dari debu dan asap
polutan yang dihasilkan oleh kendaraan truk pengangkut peralatan dan material
untuk kegiatan pembangunan Bangka Mixed Use Development. Berdasarkan hasil
pengukuran rona lingkungan awal, semua parameter kualitas udara ambien masih
berada di bawah ambang baku mutu sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara
Ambien. Sehingga dapat dikatakan bahwa kualitas lingkungan hidup untuk
parameter kualitas udara ambient pada rona awal termasuk baik sekali (EQ Tp =
skala 5, nilai kualitas 93,17%).
Prakiraan banyaknya debu yang dihasilkan dari pergerakan 1 (satu) unit
kendaraan pengangkut (truk atau dump truck) beroda 6 dengan kecepatan
40 km/jam dan bobot muatan maksimum 8 ton, kondisi jalan diaspal, pada wilayah
dengan jumlah hari tidak hujan rata rata per bulan yaitu 14 hari. Dengan
menggunakan metode Box Model maka konsentrasi debu di sepanjang jalan yang
dilalui truk angkutan adalah sebesar 7,4 lb/mile atau 3,363 kg/mile. .
Prakiraan besarnya emisi gas buang untuk satu unit kendaraan pengangkut
(truk) berturut-turut sesuai tingkat toksisitasnya adalah 0.03 g/detik partikulat, 0.096
g/detik NOx, 0.06 g/detik SOx, dan 0.17 g/detik CO (studi literatur, Air Pollution
Control, Cooper & Alley, 1986). Dengan menggunakan metode Box Model untuk
sumber emisi bergerak, dengan kondisi lebar jalan 12 m, tinggi bangunan rumah
yang dilewati 5 m, dan kecepatan truk 40 km/jam, maka pertambahan konsentrasi
masing-masing polutan pada jarak 5 meter dari badan jalan yang dilalui kendaraan
tersebut adalah sebesar 2,385 g/Nm3 partikulat, 7,63 g/Nm3 NOx, 4,77 g/Nm3
SOx, dan 13,51 g/Nm3 CO.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3-6


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Tabel 3.2. Prakiraan Perubahan Konsentrasi Polutan di Sekitar Jalan yang Dilalui
Kendaraan Kegiatan Mobilisasi Peralatan dan Material Pembangunan
Bangka Mixed Use Development
Rata-rata Konsentrasi Polutan di
Kualitas Lingkungan
Wilayah Studi
Partikula
No. Uraian NOx SOx CO
t Nilai
Skala Kriteria
g/ g/ (%)
g/Nm3 g/Nm3
Nm3 Nm3
Sebelum kegiatan = Baik
1. 61,71 4,34 1,54 202,0 93,17 5
EQ Tp sekali
2. Dengan adanya
kegiatan mobilisasi Baik
64,10 11,97 6,31 215,51 92,47 5
peralatan dan sekali
material*) = EQ Dp
Sangat
Selisih /Dampak 2,385 7,63 4,77 13,51 -0,70 0
kecil
Keterangan : *) Perhitungan menggunakan Metode Box Model dengan lebar jalan 12 m, tinggi bangunan rumah
yang dilewati 5 m, dan kecepatan truk 40 km/jam.

Berdasarkan hasil penetapan kualitas lingkungan hidup pada Lampiran 5


menunjukkan bahwa dengan adanya kegiatan mobilisasi peralatan dan material
untuk pembangunan Bangka Mixed Use Development diprakirakan tidak
mengakibatkan perubahan skala kualitas udara ambien di sekitar jalan yang
dilaluinya (EQ Tp = EQ Dp = skala 5), hanya saja nilai kualitas lingkungan menurun
dari 93,17% menjadi 92,47%. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa besaran
(magnitude) dampak penurunan kualitas udara ambient akibat kegiatan mobilisasi
peralatan dan material tergolong sangat kecil (skala 0).
Bila ditinjau dari jumlah penduduk yang akan menerima dampak akan cukup
banyak, yaitu masyarakat yang bermukim di sekitar jalan yang dilalui kendaraan
angkutan peralatan dan material; persebaran dampak cukup luas, yaitu sepanjang
kiri-kanan jalan yang dilalui; banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena
dampak, yaitu gangguan kesehatan masyarakat terutama terkait dengan penyakit
ISPA; dan bersifat kumulatif dengan kegiatan di sekitarnya yang banyak
memanfaatkan jalan tersebut sebagai prasarana transportasi. Dengan demikian,
dilihat dari tingkat kepentingannya, maka dampak penurunan kualitas udara ambient
akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan material tergolong penting dan bersifat
negatif.
Dari hasil perhitungan dan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa
peningkatan kadar polutan gas yang terjadi tidak akan melebihi baku mutu yang
ditetapkan, dan peningkatannya hanya terjadi sesekali saja pada saat ada kendaraan
angkutan dan juga gas polutan akan segera terurai di udara dan partikulat debu
turun ke permukaan tanah atau menempel pada benda lain di sekitarnya. Dengan
demikian peningkatan kadar polutan gas tersebut tidak akan melabihi daya dukung
lingkungan dan masih dapat diasimilasi oleh udara bebas.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3-7


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

2. Peningkatan Intensitas Kebisingan


Kegiatan mobilisasi peralatan dan material dilakukan dengan menggunakan
dump truck dengan tonase muatan sekitar 8 ton melalui Jalan Raya Koba. Estimasi
intensitas pengangkutan bahan material yang akan dilakukan selama konstruksi
adalah ± 30 rit/sehari. Karena intensitas angkutan relatif tinggi, maka diprakirakan
akan meningkatkan intensitas kebisingan di sepanjang jalan sekitar pemukiman
penduduk, terutama bila kendaraan/truk/dump truk tersebut beroperasi pada jam
istirahat masyarakat dengan laju kecepatan melebihi 40 km/jam.
Hasil pengukuran kebisingan di wilayah studi yaitu di lokasi tapak proyek dan
pemukiman penduduk masing-masing terukur 54,2 dBA dan 55 dBA (di bawah baku
mutu lingkungan untuk kawasan perdagangan dan jasa sebesar 70 dBA berdasarkan
Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor: Kep-48/MENLH/10/1996 tentang
Baku Mutu Tingkat Kebisingan). Jika diasumsikan bahwa dengan adanya kegiatan
mobilisasi peralatan dan material terjadi peningkatan intensitas kebisingan sebesar
rata-rata 10 dBA, maka sesuai hasil penetapan skala kualitas lingkungan (Lampiran 5)
akan terjadi penurunan kualitas lingkungan di sekitar jalan angkutan yang terdapat
pemukiman sebagaimana disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Prakiraan Perubahan Intensitas Kebisingan di Sekitar Jalan yang Dilalui
Kendaraan Kegiatan Mobilisasi Peralatan dan Material
Rata2 Intensitas Kualitas Lingkungan
No. Uraian
Kebisingan (dBA) Nilai (%) Skala Kriteria
1. Sebelum kegiatan (EQ Tp) 54,60 37,65 2 Agak buruk
2. Dengan adanya kegiatan
mobilisasi peralatan dan 64,60 26,23 2 Agak buruk
material (EQ Dp)
Selisih /Dampak 10 -11,42 0 Sangat kecil

Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa besaran (magnitude)


dampak kegiatan mobilisasi peralatan dan material terhadap parameter intensitas
kebisingan termasuk sangat kecil (skala 0), yaitu tetap berada pada kualitas
lingkungan yang tergolong agak buruk (EQ Tp = EQ Dp = skala 2) akan tetapi terjadi
penurunan nilai kualitas lingkungan dari 37,65% menjadi 26,23%.
Penentuan tingkat kepentingan dampak, bila ditinjau dari jumlah penduduk
yang akan menerima dampak akan cukup banyak, yaitu masyarakat yang bermukim
di sekitar jalan yang dilalui kendaraan angkutan peralatan dan material; persebaran
dampak cukup luas, yaitu sepanjang kiri-kanan jalan yang dilalui; adanya komponen
lingkungan lain yang terkena dampak, yaitu gangguan kebisingan yang dapat
mengganggu kenyamanan penduduk; dan bersifat kumulatif dengan kegiatan di
sekitarnya yang banyak memanfaatkan jalan tersebut sebagai prasarana

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3-8


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

transportasi. Dengan demikian, dilihat dari tingkat kepentingannya, maka dampak


terhadap peningkatan intensitas kebisingan akibat kegiatan mobilisasi peralatan dan
material tergolong penting dan bersifat negatif.
Dari hasil penetapan dan penjelasan di atas diketahui bahwa peningkatan
intensitas kebisingan yang terjadi tidak akan melebihi baku mutu yang ditetapkan
untuk kawasan perdagangan dan jasa, serta peningkatannya hanya terjadi sesaat
ketika ada kendaraan angkutan peralatan dan material. Dengan demikian
peningkatan intensitas kebisingan tersebut tidak akan melabihi daya dukung
lingkungan.
3. Peningkatan Gangguan Kelancaran Lalu Lintas Darat
Pada pembangunan Bangka Mixed Use Development, gangguan lalulintas
akan terjadi ketika alat-alat berat seperti loader, excavator, dump truck, dan truck
pengangkut bahan material bangunan akan memasuki lokasi tapak proyek. Hal
tersebut mengingat Jalan Raya Koba merupakan jalan provinsi yang menghubungkan
Kota Pangkalpinang dengan Kabupaten Bangka Tengah yang intensitas kendaraannya
terlihat agak padat. Karena berbagai kendaraan seperti terdiri dari HV (Heavy
vehicle) yang berupa kendaraan berat yakni bus dan truk, LV (light vehicle) yang
berupa kendaraan ringan yakni kendaraan pribadi, angkot dan pick up. MC (Motor
Cycle) yang terdiri dari sepeda motor, sedangkan untuk non kendaraan berupa
sepeda dan gerobak dapat melalui jalan tersebut.
Jalan tersebut juga terbagi menjadi 4 lajur dengan dua arah yaitu arah
Pangkalpinang – Koba serta arah Koba – Pangkalpinang. Selain itu, di sekitar lokasi
terdapat aktivitas perkantoran swasta, pertokoan dan hotel yang banyak ke luar-
masuk kendaraan. Untuk dapat memprakirakan permasalahan transportasi dan
lalulintas pada daerah studi jika ada kegiatan pembangunan Bangka Mixed Use
Development, maka perlu dilakukan analisis kinerja jaringan jalan yang terdiri dari
analisis kinerja ruas jalan dan kinerja simpang untuk daerah eksternal dan analisis
antrian pada jalan akses. Oleh karena itu dalam analisis kinerja jaringan eksisting ini
parameter yang digunakan antara lain adalah nisbah volume-kapasitas (V/C ratio)
dan derajat kejenuhan (degree of saturation).
Analisis Kinerja Jaringan jalan di Sekitar Lokasi Rencana Pembangunan Bangka
Mixed Use Development
 Kapasitas Jalan (C)
Mengacu kepada Manual Kapasitas Jalan Indonesia Tahun 1997, kapasitas
jalan dalam melewatkan kendaraan di wilayah studi relatif cukup besar untuk ukuran
jalan di dalam perkotaan. Jalan dengan lebar badan jalan ± 16 meter, dengan hasil
perhitungan mengenai kapasitas jalan di sekitar lokasi rencana kegiatan disajikan
pada table berikut.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3-9


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Tabel 3.4. Kondisi Geometrik Jalan di Sekitar Lokasi Kegiatan


Faktor Penyesuaian untuk Kapasitas
Kapasitas
Lebar Kapasitas
Hambata Jalan (C)
No. Nama Jalan Jalan Dasar (Co) Lebar Pemisa
n Ukura (smp/jam
(m) (smp/jam) Jalur h Arah
Samping n Kota )
(FCw) (FCsp)
(FCsf)
Jl. Raya
1. 16 6.000 1,09 1,00 0,96 0,86 5.399,424
Koba
Sumber: Hasil Survei TIM AMDAL, 2014

Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997, besarnya kapasitas jalan


dapat dihitung dengan menggunakan rumus seperti berikut :
C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCCS
Dimana :
C0 : Kapasitas dasar (smp/jam)
FCW : Faktor penyesuai lebar jalan
FCSP : Faktor penyesuai pemisah arah
FCSF : Faktor penyesuai hambatan samping dan lebar bahu jarak kerb
penghalang
FCCS : Faktor penyesuai ukuran kota
C = C0 x FCW x FCSP x FCSF x FCCS
= 6.000 smp/jam x 1,09 x 1 x 0,96 x 0,86
= 5.399,424 smp/jam
Kapasitas dasar ditentukan berdasarkan tipe jalan. Berdasarkan pada MKJI
1997, kapasitas dasar per lajur untuk jalan yang terdiri dari 4 lajur, 2 arah, tak terbagi
(4/2 UD), yaitu 1.500 smp/jam/lajur, sehingga kapasitas jalan untuk 4 lajur mencapai
6.000 smp/jam. Faktor penyesuaian lebar jalan (FC W) Jalan Perkotaan untuk tipe
jalan empat lajur, dua arah, tak terbagi dengan lebar jalan efektif (Wc) 4 meter,
yaitu FCw (1,09). Faktor penyesuain pemisah arah (FCsp) Jalan Perkotaan yang terdiri
dari empat lajur, dua arah 4/2 sebesar 50% yaitu 1,00, maka dengan kelas hambatan
samping yang tergolong sangat rendah akan diperoleh faktor penyesuaian untuk
hambatan samping (FCsf) Jalan dengan bahu sebesar 0,96. Hambatan samping pada
lokasi sekitar tapak proyek tergolong sangat rendah karena jumlah berbobot
hambatan samping 200 m per jam <100. Faktor penyesuaian ukuran kota (FCcs)
ditentukan berdasarkan jumlah penduduk di kota tempat ruas jalan yang
bersangkutan berada. Jumlah penduduk di Kelurahan Dul kurang dari 0,1 juta jiwa
penduduk, maka nilai (FCcs) = 0,86. Dengan demikian diperoleh nilai kapasitas jalan
seperti disajikan pada Tabel 3.4.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 10


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

 Volume Lalulintas (Q)


Berdasarkan hasil pengamatan lapangan (pagi dan siang hari) terhadap arus
lalulintas di Jalan Raya Koba sekitar lokasi tapak proyek dengan metode traffic
counting, besarnya volume lalulintas dapat dilihat pada table di bawah ini.
Tabel 3.5. Volume Lalulintas di Sekitar Lokasi Kegiatan
Jenis Pagi Siang
No.
Kendaraan Qkend Qsmp Qkend Qsmp
1 Mobil (Lv) 1.988 1.988 994 994
2 Motor (Mc) 2.512 1.004,8 1.256 502,4
3 Truk (Hv) 60 78 25 32,5
Total 4.560 3.070,8 2.275 1.528,9
Sumber: Hasil Survei TIM AMDAL, 2014

Keterangan:
Qkend : Jumlah kendaran (kendaraan/jam)
Qsmp : Jumlah kendaraan (smp/jam) = Qkend x faktor konversi
Lv : Kendaraan ringan, kendaraan bermotor dengan 4 roda, meliputi: mobil
penumpang, oplet, mikrobis, truk kecil (faktor konversi 1,00)
Mc : Sepeda Motor, kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda, meliputi:
sepeda motor dan kendaraan roda 3 (faktor konversi 0,4)
Hv : Kendaraan berat, kendaraan bermotor dengan lebih dari 4 roda,
meliputi: bis, truk (faktor konversi 1,3)

 Derajat Kejenuhan (DS)


Derajat kejenuhan merupakan suatu faktor yang digunakan untuk
menentukan perilaku lalulintas pada ruas jalan tertentu. Nilai derajat kejenuhan
diperoleh dari rasio arus lalulintas terhadap kapasitas (biasanya dihitung per jam).
Jika nilai derajat kejenuhan <0,85 berarti arus lalulintas di jalan tersebut belum jenuh
dan jika nilai derajat kejenuhan >0,85 berarti arus lalulintas di jalan tersebut
jenuh/macet. Besarnya nilai derajat kejenuhan pada segmen jalan di sekitar lokasi
tapak proyek dapat dilihat pada table berikut.
Tabel 3.6. Derajat Kejenuhan di Sekitar Lokasi Kegiatan
Kapasitas Jalan Volume (Q) smp/jam DS=Q/C
No Nama Jalan
(C) smp/jam Pagi Siang Pagi Siang
1. Jalan Raya Koba 5.399,424 3.070,8 1.528,9 0,57 0,28
Sumber: Hasil Survei TIM AMDAL, 2014

Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa derajat kejenuhan yang terjadi
di Jalan Raya Koba di sekitar lokasi tapak proyek masih kecil. Dari tabel dapat dilihat
nilai derajat kejenuhan yang diperoleh pada pagi dan siang hari <0,85 sehingga
tergolong belum jenuh. Hal ini menunjukkan perilaku lalulintas pada Jalan Raya Koba
masih normal atau belum terjadi gangguan.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 11


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

 Pelayanan Jalan (ITP)


Tingkat pelayanan dikelompokkan berdasarkan interval derajat kejenuhan
yang terdiri atas 6 tingkatan, seperti yang disajikan pada Tabel 3.8. Berdasarkan
klasifikasi Indeks Tingkat Pelayanan pada Tabel 3.8 dapat diketahui bahwa
karakteristik Indeks Tingkat Pelayanan di Jalan Raya Koba termasuk ke dalam Tingkat
Pelayanan A, baik pada pagi hari maupun siang hari dengan derajat kejenuhan 0,57
(≤ 0,6) pada pagi hari dan 0,28 (≤ 0,6) pada siang hari. Indeks Tingkat Pelayanan di
sekitar lokasi kegiatan disajikan pada Tabel 3.7.
Tabel 3.7. Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) di Sekitar Lokasi Kegiatan
Derajat Kejenuhan ITP
No. Nama Jalan
Pagi Siang Pagi Siang
1. Jalan Raya Koba 0,57 0,28 A A
Sumber: Hasil Survei TIM AMDAL, 2014

Tabel 3.8. Klasifikasi Indeks Tingkat Pelayanan Jalan (ITP)


Tingkat Nilai Derajat
No. Karakteristik
ITP Kejenuhan
1 A ≤ 0,6 Arus bebas, volume rendah, kecepatan tinggi, pengemudi
bebas memilih kecepatan (≥50 km/jam)
2 B 0,6-0,7 Arus stabil, kecepatan sedikit terbatas oleh lalulintas, volume
lalulintas rendah
3 C 0,7-0,8 Arus stabil, kecepatan dikontrol oleh lalulintas, volume
lalulintas sedang
4 D 0,8-0,9 Mendekati yang tidak stabil, kecepatan rendah, volume
tinggi
5 E 0,9-1 Arus tidak stabil, kecepatan rendah, volume mendekati
kapasitas
6 F ≥1 Arus terhambat, kecepatan rendah, volume melebihi
kapasitas.
Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997)

Berdasarkan Tabel 3.7 dan Tabel 3.8 di atas dapat disimpulkan bahwa
volume lalulintas pada Jalan Raya Koba masih rendah pada siang hari dan sedang
pada pagi hari. Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas (Lampiran 5), pada
kondisi rona awal kualitas lingkungan untuk parameter kelancaran lalulintas ini
termasuk criteria baik (EQ Tp = skala 4), dengan nilai kualitas 67,80%.
Akan tetapi, dengan adanya rencana kegiatan mobilisasi peralatan dan
material menggunakan dumptruck dengan intensitas 30 rit/hari yang dilaksanakan
pada siang hari (jam 10.30 – 15.30) akan meningkatkan jumlah lalulintas (Q Kendaraan)
darI 2.275 kendaraan/jam menjadi 2.281 kendaraan/jam, atau setara dengan Q smp
dari 1.528,9 smp/jam menjadi 1.536,7 smp/jam. Hal tersebut akan meningkatkan
Derajat Kejenuhan (DS, Degree Of Saturation) pada siang hari dari 0,2831598
menjadi 0,2846, atau memiliki perubahan nilai derajat kejenuhan yang sangat kecil
sehingga dapat diabaikan. Begitu juga halnya dengan Indeks Tingkat Pelayanan yang
penentuan kelasnya berdasarkan nilai dari derajat kejenuhan, sehingga Indeks

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 12


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Tingkat Pelayanan (ITP) tetap termasuk dalam kelas A (arus bebas, volume rendah,
kecepatan tinggi, pengemudi bebas memilih kecepatan (≥50 km/jam)).
Tabel 3.9. Prakiraan Perubahan Kinerja Lalulintas Kendaraan Akibat Kegiatan
Mobilisasi Peralatan dan Material
Derajat Kejenuhan
Kapasitas Jalan Volume (smp/jam)
No. Uraian dan ITP
(smp/jam)
Pagi Siang Pagi Siang
1 Tanpa Kegiatan = EQ 0,57 0,28
5.399,424 3.070,8 1.528,9
Tp (A) (A)
2 Dengan Kegiatan
0,57 0,28
Mobilisasi Peralatan & 5.399,424 3.070,8 1.536,7
(A) (A)
Material = EQ Dp
Perubahan / Dampak - 0 7,8 0 0
Sumber: Perhitungan Tim AMDAL berdasarkan MKJI 1997

Berdasarkan hasil analisis dampak gangguan terhadap kelancaran lalulintas


seperti di atas dan sesuai hasil penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5),
maka diperkirakan dengan adanya kegiatan mobilisasi peralatan dan material untuk
pembangunan Bangka Mixed Use Development di Jalan Raya Koba tidak
mengakibatkan perubahan skala kualitas lingkungan hidup untuk parameter
kelancaran lalulintas atau tetap termasuk kriteria baik (EQ Dp = EQ Tp = skala 4),
akan tetapi nilai kualitas menurun dari 67,80% menjadi 67,75%. Dengan demikian,
besaran (magnitude) dampak kegiatan mobilisasi peralatan dan material terhadap
kelancaran lalulintas tersebut termasuk dampak sangat kecil (skala 0).
Untuk penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, bila ditinjau dari
jumlah penduduk yang akan menerima dampak akan cukup banyak, karena akan
dapat dirasakan oleh masyarakat luas sebagai pengguna Jalan Raya Koba;
banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak, yaitu dapat
menimbulkan dampak lanjutan terhadap sikap dan persepsi masyarakat yang
bersifat negative; dan bersifat kumulatif dengan kegiatan lain di sekitarnya yang juga
banyak memanfaatkan jalan tersebut sebagai prasarana transportasi. Dengan
demikian, dilihat dari tingkat kepentingannya, maka dampak kegiatan mobilisasi
peralatan dan material terhadap kelancaran lalulintas di wilayah studi tergolong
penting dan bersifat negatif.
Dari hasil perhitungan dan penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa
peningkatan jumlah kendaraan sekelas dumptruck yang terjadi tidak akan melebihi
kapasitas Jalan Raya Koba di wilayah studi, serta peningkatannya tidak akan terlalu
lama (hanya terjadi pada siang hari). Dengan demikian adanya kendaraan untuk
mobilisasi peralatan dan material tersebut tidak akan melabihi daya dukung
lingkungan untuk parameter Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) jalan.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 13


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.2.2. Kegiatan Penyiapan Lahan


Kegiatan penyiapan lahan untuk pembangunan Bangka Mixed Use
Development diantaranya meliputi kegiatan pembukaan lahan dan pembersihan
lokasi dari tumbuhan (pohon, rumput dan semak belukar), pengukuran area dan
pemasangan patok-patok untuk bench mark, pemasangan pagar keliling dan papan
nama, cut and fill (gali-urug), dan pemadatan tanah. Kegiatan pembukaan dan
pembersihan lahan di lokasi tapak proyek dari pohon, rumput dan semak belukar
akan dilakukan dengan menggunakan bulldozer yang dibantu excavator.
Kondisi tanah pada tapak proyek mempunyai lahan yang agak miring. Tanah
akan yang akan digali pada bagian Selatan mencapai kedalaman 11 meter,
sedangkan pada tanah bagian utara akan digali sampai kedalaman 9 meter.
Penggalian ini dimakudkan untuk pembuatan Basement 2, Basement 1, Low Ground
Floor. Penggalian tanah akan dilakukan sesuai dengan concept drawing (basic and
detail design) (Terlampir).
Penggalian tanah akan dilakukan dengan menggunakan satu unit excavator.
Tanah yang digali tersebut akan dinaikan/dimasukan ke dalam dumptruck untuk
diangkut ke luar tapak proyek Bangka Mixed Use Development. Volume tanah yang
akan digali adalah 138.925,125 m3 (luas tapak proyek yang akan dibangun yaitu
13.721 m2 x rerata kedalaman yaitu 11,00 m). Dengan jumlah dumptruck yang akan
dipergunakan sebanyak 10 unit dan sinkronisasi muatan 5 m3, maka pengangkutan
tanah galian mencapai 2.779,88 rit. Bila dalam satu hari masing masing dumptruck
mampu mengangkut tanah galian sebanyak 4 ritasi, maka dengan 10 unit jumlah
ritasi pengangkutan tanah galian sebanyak 40 rit/hari. Dengan demikian, kegiatan
pengangkutan tanah galian ini diprakirakan akan berlangsung selama 70 hari.
1. Penurunan Kualitas Udara Ambien
Penggunaan peralatan berat dan adanya pengangkutan material galian ke
luar lokasi tapak proyek diprakirakan dapat meningkatkan kadar partikulat debu dan
gas polutan di sekitar lokasi kegiatan. Bahan polutan tersebut dapat menyebar ke
lokasi yang berada di sekitarnya melalui media udara karena tertiup oleh angin.
Berdasarkan hasil pengukuran rona lingkungan awal, parameter kualitas
udara ambien untuk seluruh parameter kunci di lokasi rencana tapak proyek dan
pemukiman penduduk di sekitarnya masih berada di bawah ambang baku mutu
sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor : 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien. Sesuai dengan
penjelasan sebelumnya bahwa kualitas lingkungan hidup untuk parameter kualitas
udara ambient pada rona awal termasuk baik sekali (EQ Tp = skala 5) dengan nilai
kualitas 93,17%).
Bila diasumsikan dengan adanya kegiatan penyiapan lahan menggunakan
peralatan berat terutama pada kegiatan pembukaan dan pembersihan lahan, cut and

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 14


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

fill dan pengangkutan tanah ke luar tapak proyek dapat meningkatkan kadar
partikulat debu dan gas polutan di sekitar lokasi kegiatan sebesar 100%, maka
konsentrasi partikulat debu di sekitar lokasi kegiatan akan meningkat menjadi 123,42
µg/Nm3, gas NOx 8,68 µg/Nm3, gas SOx 3,08 µg/Nm3, dan gas CO 404,0 µg/Nm3.
Seluruh nilai parameter kunci tersebut masih berada di bawah baku mutu yang
ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 tentang Baku
Mutu Udara Ambien Nasional.
Tabel 3.10. Peningkatan Kadar Polutan Gas Pada Kegiatan Penyiapan Lahan
Rata-rata Konsentrasi Polutan di
Kualitas Lingkungan
Wilayah Studi
Partikula
No. Uraian NOx SOx CO
t Nilai
Skala Kriteria
g/ g/ (%)
g/Nm3 g/Nm3
Nm3 Nm3
Sebelum kegiatan Baik
1. 61,71 4,34 1,54 202,0 93,17 5
(EQ Tp) sekali
2. Dengan adanya
Baik
kegiatan penyiapan 123,42 8,68 3,08 404,0 86,34 5
sekali
lahan (EQ Dp)
Sangat
Selisih /Dampak 61,71 4,34 1,54 202,0 -6,83 0
kecil
Keterangan : Penetapan kualitas lingkungan dapat dilihat pada Lampiran 5

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebelum maupun pada saat


adanya kegiatan penyiapan lahan, skala kualitas lingkungan udara ambien tergolong
baik sekali (EQ Tp = EQ Dp = skala 5), namun demikian nilai kualitas lingkungan
terjadi penurunan dari 93,17% menjadi 86,34%. Hal ini artinya bahwa kegiatan
penyiapan lahan diprakirakan menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas
udara ambient dengan besaran (magnitude) dampak tergolong sangat kecil (skala 0,
karena tetap berada pada skala kualitas 5).
Untuk penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, bila ditinjau dari
jumlah penduduk yang akan menerima dampak akan cukup banyak, yaitu
masyarakat yang bermukim di sekitar rencana tapak proyek dan jalan yang dilalui
kendaraan angkutan material tanah galian/timbunan; persebaran dampak cukup
luas, yaitu sekitar tapak proyek dan sepanjang kiri-kanan jalan yang dilalui; intensitas
dampak cukup tinggi, yaitu peralatan berat beroperasi 8 jam/hari dan intensitas
angkutan material tanah sebanyak 40 rit/hari; banyaknya komponen lingkungan lain
yang terkena dampak, yaitu gangguan kesehatan masyarakat terutama terkait
dengan penyakit ISPA; dan bersifat kumulatif dengan kegiatan lain di sekitarnya yang
banyak memanfaatkan jalan tersebut sebagai prasarana transportasi. Dengan
demikian, dilihat dari tingkat kepentingannya, maka dampak penurunan kualitas
udara ambient akibat kegiatan penyiapan lahan tergolong penting dan bersifat
negatif.
Dari hasil perhitungan dan penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa
peningkatan kadar polutan gas yang terjadi tidak akan melebihi baku mutu yang

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 15


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

ditetapkan, serta peningkatannya tidak akan berlangsung lama dan juga gas polutan
akan segera terurai di udara dan partikulat debu turun ke permukaan tanah atau
menempel pada benda lain di sekitarnya. Dengan demikian peningkatan kadar
polutan gas tersebut tidak akan melabihi daya dukung lingkungan dan masih dapat
diasimilasi oleh lingkungan.

2. Peningkatan Intensitas Kebisingan


Kebisingan yang terjadi pada saat kegiatan penyiapan lahan umumnya
berasal dari pengoperasian alat berat sekitar 8 jam/hari dan lalulalang kendaraan
(dump truck) pengangkut tanah galian/timbunan sebanyak 40 rit/hari. Berdasarkan
analogi (dari Dokumen ANDAL pembangunan Swiss-bel Hotel di Pangkalpinang,
Tahun 2013), prakiraan tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh sejumlah
kendaraan berat pada tingkat kebisingan puncak dan jarak tertentu dari sumber
bising disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.11. Analisis Kebisingan Puncak dan Kebisingan pada Jarak Tertentu dari
Berbagai Jenis Kendaraan dan Alat Berat
Jenis Kebisingan Tingkat Kebisingan (dBA) pada jarak dari sumber bising (m)
kendaraan Puncak (dBA) 1 5 10 15 20 25 30
Heavy trucks 96 85 60,03 54 50,48 48 46,05 44,46
Dump trucks 95 84 50,03 53 49,48 47 45,05 43,46
Dozer 107 96 71,03 65 61,48 59 57,05 55,46
Loader 104 93 68,03 62 59 56 54,05 52,46
Sumber : Data analogi dari Dokumen ANDAL pembangunan Swiss-bel Hotel di Pangkalpinang, Tahun 2013.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa intensitas kebisingan yang


melebihi baku mutu untuk daerah perdagangan dan jasa (yaitu 70 dBA) akibat
pengoperasian alat berat hanya terjadi pada jarak 1 meter dari sumber bising dan
jarak 5 meter untuk sumber bising dari operasional bulldozer. Jika jarak ke rumah
penduduk sekitar yang terdekat mencapai 30 m dari sumber bising dan pada tapak
proyek diambil jarak rata-rata 5 m (dimana yang tertinggi berasal dari bising
bulldozer), maka dampak kegiatan penyiapan lahan terhadap peningkatan
kebisingan termasuk sangat kecil (skala 0) karena tidak mengalami perubahan skala
kualitas lingkungan (EQ Tp = EQ Dp = skala 2 = agak buruk) hanya saja terjadi
penurunan nilai kualitas dari 37,65% menjadi 27,77% (penetapan indeks kualitas
lingkungan dapat dilihat pada Lampiran 5).

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 16


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Tabel 3.12. Prakiraan Perubahan Intensitas Kebisingan Akibat Kegiatan Penyiapan


Lahan
Intensitas Kebisingan (dBA) Kualitas Lingkungan
Tapak Proyek Pemukiman (30
No. Uraian Nilai
(5 m dari m dari Sumber Skala Kriteria
(%)
Sumber Bising) Bising)
Sebelum kegiatan (EQ Agak
1. 54,20 55,0 37,65 2
Tp) buruk
2. Dengan adanya
Agak
kegiatan penyiapan 71,03 55,46 27,77 2
buruk
lahan (EQ Dp)
Sangat
Selisih /Dampak 16,83 0,46 -9,88 0
kecil

Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, bila ditinjau dari


jumlah penduduk yang akan menerima dampak akan cukup banyak, yaitu
masyarakat yang bermukim di sekitar tapak proyek dan sekitar jalan yang dilalui
kendaraan angkutan material tanah; persebaran dampak cukup luas, yaitu terutama
sepanjang kiri-kanan jalan yang dilalui; adanya komponen lingkungan lain yang
terkena dampak, yaitu gangguan kebisingan yang dapat mengganggu kenyamanan
penduduk; dan bersifat kumulatif dengan kegiatan di sekitarnya yang sama-sama
telah menimbulkan kebisingan. Dengan demikian, dilihat dari tingkat
kepentingannya, maka dampak terhadap peningkatan intensitas kebisingan akibat
kegiatan penyiapan lahan tergolong penting dan bersifat negatif.
Dari hasil penetapan dan penjelasan di atas diketahui bahwa peningkatan
intensitas kebisingan yang terjadi tidak akan melampaui baku mutu yang ditetapkan
untuk kawasan perdagangan dan jasa, serta peningkatannya hanya terjadi pada saat
pengoperasian peralatan da kendaraan berat. Dengan demikian peningkatan
intensitas kebisingan tersebut tidak akan melabihi daya dukung lingkungan.

3. Peningkatan Potensi Banjir


Kegiatan penyiapan lahan diantaranya terdiri dari pembukaan /pembersihan
lahan tapak proyek seluas 13.721 m2. Adanya pembukaan lahan ini akan
meningkatkan run off pada saat terjadi hujan.
Bila diketahui koefisien air larian dari lahan sebelum adanya kegiatan
pembukaan dan pembersihan lahan sebesar 0,15 atau 15%, maka diperoleh nilai
debit air larian permukaan sebelum adanya kegiatan, yaitu :
Q=CxIxA
Keterangan : - Curah hujan rata-rata tahunan = 2381,1 mm/tahun
- Dalam 1 tahun ada 195 hari hujan
Dimana :
C = Koefisien air larian lahan yang sudah terbuka (0,15)
I = Intensitas Hujan (m/hari hujan)
= (2381,1 / 195) : 1000

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 17


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

= 0,012210769 m/hari hujan


A = Luas daerah pembangunan (m2) = 13.721 m2
Q = Debit air larian (m3/hari hujan)
Maka :
Q Tp = 15% x 0,012210769 m/hari hujan x 13.721 m2 = 25,1316 m3/hari hujan

Berdasarkan hasil penelitian Arsyad (2006), bahwa untuk areal terbuka air
yang akan berubah menjadi aliran permukaan (surface run off) adalah sebesar 57%.
Sehingga besarnya volume debit aliran permukaan (surface run off) setelah kegiatan
pembukaan lahan adalah :
*) Debit Aliran Permukaan Surface Run Off Dengan Adanya Proyek
Q Dp = C x I x A
Q Dp = 57% x 0,012210769 m/hari hujan x 13.721 m2 = 95,5001 m3/hari hujan
*) Perubahan Aliran Permukaan (Surface Run Off)

∆Q = (C Dp – C Tp) x I x A
∆Q = (0,57 – 0,15 ) (0,012210769 m/hari hujan ) (13.721 m2) = 70,3685 m3/hari hujan
Jika rata – rata 1 hari hujan = 3 jam/hari, maka :
∆Q = 70,3685 m3/hari hujan : 3 jam/hari = 23,4562 m3/jam = 0,0065 m3/detik
Berdasarkan perhitungan tersebut, dengan adanya kegiatan penyiapan lahan
maka akan terjadi perubahan debit aliran permukaan Surface Run Off dari 25,1316
m3/hari hujan menjadi 95,5001 m3/hari hujan, sehingga terjadi peningkatan aliran
permukaan (Surface Run Off) sebesar 70,3685 m3/hari hujan.
Sesuai hasil penetapan kualitas lingkungan hidup pada Lampiran 5 diketahui
bahwa dengan adanya kegiatan penyiapan lahan untuk pembangunan Bangka Mixed
Use Development diprakirakan akan menyebabkan terjadinya dampak berupa
peningkatan potensi banjir dengan besaran (magnitude) dampak yang tergolong
kecil (skala 1), yaitu dari skala kualitas lingkungan yang semula termasuk baik sekali
(EQ Tp = skala 5, nilai kualitas 89,95%) menurun menjadi criteria baik (EQ Dp = skala
4, nilai kualitas 61,80%). Timbulnya dampak potensi banjir tersebut lebih
disebabkan oleh adanya peningkatan debit aliran permukaan (Surface Run Off)
sebesar 70,3685 m3/hari hujan pada areal seluas 13.721 m2.
Tabel 3.13. Prakiraan Peningkatan Potensi Banjir Akibat Kegiatan Penyiapan Lahan
Parameter Kualitas Lingkungan
No. Uraian Tutupan Lahan Run Off Nilai
Skala Kriteria
(13.721 m3) (m3/hari hujan) (%)
Sebelum kegiatan (EQ Semak
1. 25,1316 89,95 5 Baik sekali
Tp) Belukar
2. Dengan adanya
kegiatan penyiapan Terbuka 95,5001 61,80 4 Baik
lahan (EQ Dp)
Selisih /Dampak - 70,3685 -28,15 -1 Kecil

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 18


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Penentuan tingkat kepentingan dampak, bila ditinjau dari jumlah penduduk


yang akan menerima dampak relative banyak, yaitu masyarakat yang bermukim di
daerah yang lebih rendah dari tapak proyek (sebelah Timur tapak proyek);
persebaran dampak cukup luas, karena aliran permukaan akan terus mengalir ke
daerah yang lebih rendah; adanya komponen lingkungan lain yang terkena dampak,
yaitu timbulnya persepsi dan sikap yang negative masyarakat terhadap perusahaan;
serta dampak akan bersifat irreversible /tidak pulih karena pada lahan tersebut akan
dibangun gedung permanen dengan material yang kedap air. Dengan demikian,
dilihat dari tingkat kepentingannya, maka dampak terhadap peningkatan potensi
banjir akibat kegiatan penyiapan lahan tergolong penting dan bersifat negatif.
Dari hasil penetapan dan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa
peningkatan potensi banjir yang ditunjukan dengan meningkatnya surface run off
termasuk kecil karena debit aliran permukaan dan luasan areal yang dibuka relative
kecil jika dibandingkan dengan luasan DAS Pedindang sebagai badan air penerima
run off. Dengan demikian peningkatan aliran permukaan tersebut tidak akan
melabihi daya dukung lingkungan.

4. Peningkatan Gangguan Kelancaran Lalu Lintas Darat


Pada kegiatan penyiapan lahan akan dilakukan penggalian tanah untuk
pembuatan Basement 2, Basement 1, Low Ground Floor. Material tanah galian
tersebut akan dinaikan/dimasukan ke dalam dumptruck untuk diangkut ke luar tapak
proyek Bangka Mixed Use Development. Volume tanah yang akan digali adalah
138.925,125 m3 (luas tapak proyek yang akan dibangun yaitu 13.721 m 2 x rerata
kedalaman yaitu 11,00 m). Dengan jumlah dumptruck yang akan dipergunakan
sebanyak 10 unit dan sinkronisasi muatan 5 m3, maka pengangkutan tanah galian
mencapai 2.779,88 rit. Bila dalam satu hari masing masing dumptruck mampu
mengangkut tanah galian sebanyak 4 ritasi, maka dengan 10 unit jumlah ritasi
pengangkutan tanah galian sebanyak 40 rit/hari. Dengan demikian, kegiatan
pengangkutan tanah galian ini diprakirakan akan berlangsung selama 70 hari.
Dengan adanya kegiatan pengangkutan material tanah galian menggunakan
dumptruck dengan intensitas 40 rit/hari yang dilaksanakan pada siang hari (jam
10.30 – 15.30) akan meningkatkan jumlah lalulintas (Q Kendaraan) darI 2.275
kendaraan/jam menjadi 2.283 kendaraan/jam, Q smp dari 1.528,9 smp/jam menjadi
1.539,3 smp/jam. Hal tersebut akan meningkatkan Derajat Kejenuhan (DS) pada
siang hari dari 0,28 menjadi 0,29, atau memiliki perubahan nilai derajat kejenuhan
yang relatif kecil. Berdasarkan nilai dari derajat kejenuhan tersebut, Indeks Tingkat
Pelayanan (ITP) tetap termasuk dalam kelas A (arus bebas, volume rendah,
kecepatan tinggi, pengemudi bebas memilih kecepatan (≥50 km/jam)).

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 19


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Tabel 3.14. Prakiraan Perubahan Kinerja Lalulintas Kendaraan Akibat Kegiatan


Penyiapan Lahan
Derajat Kejenuhan
Kapasitas Jalan Volume (smp/jam)
No. Uraian dan ITP
(smp/jam)
Pagi Siang Pagi Siang
1 Tanpa Kegiatan = EQ 0,57 0,28
5.399,424 3.070,8 1.528,9
Tp (A) (A)
2 Dengan Kegiatan
0,57 0,29
Penyiapan Lahan = EQ 5.399,424 3.070,8 1.539,3
(A) (A)
Dp
Perubahan / Dampak - 0 10,4 0 0.01
Sumber: Perhitungan Tim AMDAL berdasarkan MKJI 1997

Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya diketahui bahwa pada kondisi


rona awal kualitas lingkungan untuk parameter kelancaran lalulintas di wilayah studi
termasuk criteria baik (EQ Tp = skala 4), dengan nilai kualitas 67,80%. Sedangkan
dari hasil analisis dampak gangguan lalulintas seperti diringkas dalam Tabel 3.14 di
atas dan sesuai hasil penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5), maka
diprakirakan dengan adanya kegiatan penyiapan lahan untuk pembangunan Bangka
Mixed Use Development di Jalan Raya Koba tidak mengakibatkan perubahan skala
kualitas lingkungan hidup untuk parameter kelancaran lalulintas, yaitu tetap
termasuk kriteria baik (EQ Dp = EQ Tp = skala 4), akan tetapi nilai kualitas menurun
dari 67,80% menjadi 67,73%. Dengan demikian, besaran (magnitude) dampak
kegiatan penyiapan lahan terhadap kelancaran lalulintas termasuk dampak sangat
kecil (skala 0).
Untuk penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, bila ditinjau dari
jumlah penduduk yang akan menerima dampak relative banyak, karena akan dapat
dirasakan oleh masyarakat luas sebagai pengguna Jalan Raya Koba; banyaknya
komponen lingkungan lain yang terkena dampak, yaitu dapat menimbulkan dampak
lanjutan terhadap sikap dan persepsi masyarakat yang bersifat negative; dan bersifat
kumulatif dengan kegiatan lain di sekitarnya yang juga banyak memanfaatkan jalan
tersebut sebagai prasarana transportasi. Dengan demikian, dilihat dari tingkat
kepentingannya, maka dampak kegiatan penyiapan lahan terhadap kelancaran
lalulintas di wilayah studi tergolong penting dan bersifat negatif.
Dari hasil perhitungan dan penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa
peningkatan jumlah kendaraan sekelas dumptruck yang terjadi tidak akan melebihi
kapasitas Jalan Raya Koba di wilayah studi, serta peningkatannya tidak akan terlalu
lama (hanya terjadi pada siang hari). Dengan demikian adanya kendaraan untuk
pengangkutan material tanah galian pada saat kegiatan penyiapan lahan tersebut
tidak akan melabihi daya dukung lingkungan untuk parameter Indeks Tingkat
Pelayanan (ITP) jalan.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 20


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

5. Perubahan Persepsi dan Sikap Masyarakat


Persepsi dan sikap masyarakat yang diprakirakan timbul akibat kegiatan
penyiapan lahan akan cenderung bersifat negatif sebagai akibat adanya berbagai
dampak negative terhadap komponen lingkungan, seperti : menurunnya kualitas
udara ambient dan meningkatnya kebisingan yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan dan kenyamanan penduduk, serta adanya potensi banjir dan gangguan
kelancaran lalulintas yang dapat menimbulkan kekhawatiran masyarakat. Dengan
demikian dampak terhadap persepsi dan sikap masyarakat ini merupakan dampak
lanjutan (akumulatif) yang bersifat negative dari kegiatan penyiapan lahan.
Sesuai dengan besaran dampak primernya yang termasuk sangat kecil (skala
0) hingga kecil (skala 1), maka hal yang sama akan berlaku juga untuk dampak
lanjutannya terhadap parameter persepsi dan sikap masyarakat yang termasuk
dampak sangat kecil hingga dampak kecil. Namun berdasarkan hasil penetapan
indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5) menunjukkan bahwa secara akumulatif
besaran (magnitude) dampak terjadinya perubahan persepsi dan sikap masyarakat
terhadap perusahaan akibat kegiatan penyiapan lahan tergolong dampak kecil (skala
1), yaitu dari yang semula indeks kualitas lingkungan yang termasuk criteria baik
sekali (EQ Tp = skala 5, dengan nilai kualitas 87,50%) menurun menjadi skala kualitas
baik (EQ Dp = skala 4, dengan nilai kualitas 72,55%).
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
penduduk yang akan menerima dampak relative banyak, dimana dapat terjadi pada
masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi tapak proyek; persebaran dampak
cukup luas, yaitu dapat meliputi wilayah Kelurahan Dul; intensitas dampak cukup
tinggi karena merupakan akumulatif dari berbagai dampak primer yang bersifat
negative; dan adanya komponen lingkungan lain yang terkena dampak dimana akan
dapat menentukan terhadap kelangsungan kegiatan selanjutnya. Dengan demikian,
dilihat dari tingkat kepentingannya, maka dampak kegiatan penyiapan lahan
terhadap sikap dan persepsi masyarakat tergolong penting dan bersifat negatif.

3.2.3. Kegiatan Pembangunan Bangka Mixed Use Development (Mall, Hospital,


Hotel, School and Car Parking)

1. Peningkatan Intensitas Kebisingan


Pada kegiatan pembangunan Bangka Mixed Use Development yang menjadi
sumber kebisingan adalah adanya pengoperasian mesin-mesin seperti mesin
pengaduk adonan semen (mixer/mollen), mesin pengelas, mesin gerinda, mesin bor
beton, dan operasional genset. Kebisingan juga bersumber dari kegiatan
pemasangan utilitas (kabel, jaringan telepon, jaringan listrik, pemasangan lift), dan
finishing (pemasangan plafón gipsum). Sedangkan dalam pemancangan tiang
pancang relatif kecil menimbulkan kebisingan karena dalam pemasangannya
menggunakan teknik bor pile.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 21


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Dari sumber-sumber kegiatan tersebut diprakirakan menimbulkan kebisingan


yang cukup mengganggu terutama pada penggunaan mesin-mesin pengaduk adonan
semen dan mesin genset sebagai sumber energi pada saat konstruksi. Pada kondisi
awal sebelum adanya kegiatan pembangunan, intensitas kebisingan pada lokasi
tapak proyek dan pemukiman penduduk masing-masing terukur sebesar 54,20 dB(A)
dan 50,0 dB(A). Dengan adanya kegiatan pembangunan Bangka Mixed Use
Development, intensitas kebisingan di dalam wilayah tapak proyek diprakirakan
dapat mencapai minimal 70,0 dBA, sedangkan di daerah pemukiman terdekat
minimal mencapai 60,0 dB(A).
Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5)
menunjukkan bahwa sebelum adanya kegiatan, skala kualitas lingkungan untuk
parameter intensitas kebisingan tergolong agak buruk (EQ Tp = skala 2, dengan nilai
kualitas lingkungan 37,65%). Dengan adanya kegiatan pembangunan Bangka Mixed
Use Development tidak menyebabkan perubahan skala kualitas lingkungan untuk
parameter intensitas kebisingan sehingga tetap tergolong agak buruk (EQ Dp = skala
2), hanya saja nilai kualitas lingkungan menurun menjadi 25,77%. Dengan demikian,
besaran (magnitude) dampak akibat kegiatan pembangunan Bangka Mixed Use
Development terhadap peningkatan intensitas kebisingan tergolong sangat kecil
(skala 0).
Tabel 3.15. Prakiraan Perubahan Intensitas Kebisingan Akibat Kegiatan
Pembangunan Bangka Mixed Use Development
Intensitas Kebisingan (dBA) Kualitas Lingkungan
No. Uraian Pemukiman Nilai
Tapak Proyek Skala Kriteria
Terdekat (%)
Sebelum kegiatan (EQ Agak
1. 54,20 55,0 37,65 2
Tp) buruk
2. Dengan adanya
kegiatan Pembangunan Agak
70,0 60,0 25,77 2
Bangka Mixed Use buruk
Development (EQ Dp)
Sangat
Selisih /Dampak 15,80 5,0 -11,88 0
kecil

Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah


penduduk yang akan menerima dampak relative banyak, yaitu masyarakat yang
bermukim di sekitar tapak proyek; intensitas kebisingan pada wilayah tapak proyek
akan cukup tinggi sehingga dapat melebihi baku mutu untuk kawasan perdagangan
dan jasa; adanya komponen lingkungan lain yang terkena dampak, yaitu gangguan
kebisingan yang dapat mengganggu kenyamanan penduduk; dan bersifat kumulatif
dengan kegiatan di sekitarnya yang sama-sama menimbulkan kebisingan pada ruang
dan waktu yang sama. Dengan demikian, dilihat dari tingkat kepentingannya, maka
dampak kegiatan pembangunan Bangka Mixed Use Development terhadap
peningkatan intensitas kebisingan tergolong penting dan bersifat negatif.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 22


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Dari hasil penetapan dan penjelasan di atas diketahui bahwa peningkatan


intensitas kebisingan yang terjadi mungkin dapat melampaui baku mutu yang
ditetapkan untuk kawasan perdagangan dan jasa, namun frekuensinya hanya terjadi
sesekali saja pada saat pengoperasian peralatan tertentu (tidak berlangsung terus
menerus). Dengan demikian dapat dikatakan peningkatan intensitas kebisingan
tersebut tidak akan melebihi daya dukung lingkungan.

2. Peningkatan Intensitas Getaran


Sumber getaran pada kegiatan pembangunan gedung terutama berasal dari
kegiatan pemasangan tiang pancang. Pembangunan Bangka Mixed Use
Development yang berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk dapat
menimbulkan kekhawatiran adanya kerusakan terhadap rumah warga di sekitarnya
seperti keretakan dinding maupun kaca rumah. Hal ini umumnya disebabkan akibat
getaran yang berasal dari penggunaan alat alat berat dan pemasangan tiang pancang
selama proses pembangunan berlangsung.
Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner terhadap masyarakat di wilayah
studi diketahui bahwa selama ini tidak pernah terjadi gangguan yang disebabkan
oleh adanya getaran baik gangguan terhadap kenyamanan/kesehatan penduduk
maupun gangguan terhadap keutuhan bangunan. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa berdasarkan standar getaran di wilayah studi sebelum adanya kegiatan
pembangunan Bangka Mixed Use Development termasuk kategori A (tidak
mengganggu kenyamanan manusia dan tidak menimbulkan kerusakan bangunan).
Dalam kegiatan pemancangan tiang pancang pada saat pembangunan
Bangka Mixed Use Development akan menggunakan sistem bor pile. Teknik ini
dianggap paling tepat karena tidak memiliki efek getaran dan suara yang
mengganggu lingkungan sekitar. Proses pemasangan pondasi bor pile dilakukan
dengan mengebor tanah hingga kedalaman yang dibutuhkan. Kemudian besi
tulangan dimasukkan dan pengecoran pondasi dilakukan langsung di tempat, yaitu
dengan memasukkan cor-coran langsung ke dalam lubang yang telah dibor.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 23


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Tabel 3.16. Baku Tingkat Getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan

Keterangan :
Kategori A = tidak mengganggu
Kategori B = mengganggu
Kategori C = tidak nyaman
Kategori D = menyakitkan
Sumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 Lampiran I

Tabel 3.17. Baku Tingkat Getaran Mekanik Berdasarkan Dampak Kerusakan

Sumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 Lampiran I
Keterangan :
Kategori A = tidak menimbulkan kerusakan
Kategori B = memungkinkan kerusakan pada plesteran dinding bangunan
Kategori C = kemungkinan kerusakan pada struktur & dinding pemikul beban
Kategori D = kerusakan pada dinding pemikul beban

Bila dibandingkan dengan baku mutu standar getaran terhadap kenyamanan


dan kesehatan seperti yang disajikan pada Tabel 3.16, kegiatan pembangunan
Bangka Mixed Use Development relative kecil kemungkinannya dapat menimbulkan
dampak terhadap kenyamanan penduduk dan kerusakan bangunan yang diakibatkan
oleh adanya getaran. Efek getaran yang terjadi hanya bersumber dari penggunaan
mesin-mesin dan peralatan berat yang diprakirakan intensitasnya relative kecil.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 24


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
0 200 400 600 800 1000
Simpangan (x10-6m)
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Keterangan :

= Batas maksimum kategori C

= Batas maksimum kategori B

= Hasil pengukuran
30

0 50 100 150 200


Gambar 3.1. Kurva Dampak Getaran Terhadap Kenyamanan Manusia
Simpangan (cm/det)

Jarak (m)
20 25

Selain terhadap kenyamanan manusia, dampak getaran juga menimbulkan


pengaruh terhadap komponen bangunan termasuk kategori B yaitu dapat
15

menimbulkan retakan pada plesteran dinding bangunan.


10
0 5

Keterangan :

= Batas maksimum kategori C

= Batas maksimum kategori B

= Hasil pengukuran

0 50 100 150 200


Jarak (m)
Gambar 3.2. Kurva Dampak Getaran Terhadap Bangunan Rumah Penduduk

Tabel 3.18. Prakiraan Perubahan Intensitas Getaran Akibat Kegiatan Pembangunan


Bangka Mixed Use Development
Simpangan Getaran (x10-6m)
Kualitas Lingkungan
(Kriteria)
No. Uraian
Pemukiman Nilai
Tapak Proyek Skala Kriteria
Penduduk (%)
Sebelum kegiatan (EQ <100 <100
1. 87,54 5 Baik sekali
Tp) (A) (A)
2. Dengan adanya
kegiatan pembangunan 500 <100
76,54 4 Baik
Bangka Mixed Use (B) (A)
Development (EQ Dp)
Sangat
Selisih /Dampak >400 0 -11,0 -1
kecil
Keterangan : Sumber getaran hanya dari operasional mesin dan peralatan berat, karena pemasangan tiang
pancang menggunakan sistem bor pile.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 25


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Berdasarkan hasil prakiraan pada Tabel 3.18 dan hasil penetapan kualitas
lingkungan pada Lampiran 5, menunjukkan bahwa sebelum adanya kegiatan, nilai
skala kualitas intensitas getaran tergolong baik sekali (EQ Tp = skala 5, dengan nilai
kualitas 87,54%), namun dengan adanya kegiatan pembangunan Bangka Mixed Use
Development mengakibatkan terjadinya penurunan skala kualitas lingkungan untuk
parameter intensitas getaran di sekitar lokasi kegiatan menjadi tergolong baik (EQ
Dp = skala 4, dengan nilai kualitas 76,54%). Dengan demikian, besaran (magnitude)
dampak terhadap peningkatan intensitas getaran tergolong kecil (1).
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
penduduk yang akan menerima dampak relative banyak, yaitu masyarakat yang
bermukim di sekitar tapak proyek; komponen lingkungan lain yang terkena dampak,
yaitu dengan adanya getaran dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan
penduduk serta kerusakan bangunan di sekitarnya; serta jika terjadi kerusakan
bangunan dapat bersifat irreversible jika tidak ada intervensi untuk perbaikannya.
Dengan demikian, dilihat dari tingkat kepentingannya, maka dampak kegiatan
pembangunan Bangka Mixed Use Development terhadap peningkatan intensitas
getaran tergolong penting dan bersifat negatif.
Dari hasil penetapan dan penjelasan di atas diketahui bahwa peningkatan
intensitas getaran kemungkinannya relative kecil karena perusahaan menggunakan
teknik bor pile untuk pemancangan tiang pancang bangunan Bangka Mixed Use
Development, sehingga diprakirakan tidak akan terjadi getaran yang akan
mengganggu kenyamanan penduduk maupun merusak bangunan di sekitarnya.
Dengan demikian dapat dikatakan peningkatan intensitas getaran tersebut tidak
akan melebihi daya dukung lingkungan.

3. Peningkatan Potensi Banjir


Terjadinya peningkatan potensi banjir akibat kegiatan pembangunan Bangka
Mixed Use Development lebih disebabkan oleh tertutupnya lahan resapan air oleh
bangunan, sehingga ketika terjadi hujan maka curah hujan yang tertahan oleh atap
bangunan akan menjadi aliran permukaan (surface run off) dan pada akhirnya akan
masuk ke badan perairan umum di sekitarnya dimana sedikit sekali yang akan
meresap ke dalam tanah menjadi air tanah.
Gejala tersebut akan dapat dirasakan ketika terjadi hujan maka debit air
permukaan pada sungai yang menampungnya akan meningkat dari biasanya dan
pada saat musim kemarau akan terjadi kekeringan, atau dengan kata lain fluktuasi
debit air pada saat musim hujan dan musim kemarau akan sangat mencolok.
Penjelasan mengenai besaran (magnitude) dampak berupa peningkatan
potensi banjir telah diuraikan pada kegiatan penyiapan lahan. Mengingat kegiatan
pembangunan Bangka Mixed Use Development pada prinsipnya merupakan
kelanjutan dari kegiatan penyiapan lahan maka besaran dampaknya akan sama dan

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 26


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

peluang proses terjadinya banjir pada prakiraan sebelumnya pada kegiatan


penyiapan lahan. Dengan demikian, maka sesuai hasil penetapan kualitas
lingkungan hidup pada Lampiran 5, kegiatan pembangunan Bangka Mixed Use
Development diprakirakan akan menyebabkan terjadinya dampak berupa
peningkatan potensi banjir dengan besaran (magnitude) dampak yang tergolong
kecil (skala 1), yaitu dari skala kualitas lingkungan yang semula termasuk baik sekali
(EQ Tp = skala 5, nilai kualitas 89,95%) menurun menjadi criteria baik (EQ Dp = skala
4, nilai kualitas 61,80%). Timbulnya dampak potensi banjir tersebut lebih
disebabkan oleh adanya peningkatan debit aliran permukaan (Surface Run Off)
sebesar 70,3685 m3/hari hujan pada areal seluas 13.721 m2 karena curah hujan tidak
dapat menyerap ke dalam tanah, sehingga sebagian besar akan langsung dialirkan
sebagai aliran permukaan.
Tabel 3.19. Prakiraan Peningkatan Potensi Banjir Akibat Kegiatan Pembangunan
Bangka Mixed Use Development
Run Off Kualitas Lingkungan
No. Uraian
(m3/hari hujan) Nilai (%) Skala Kriteria
1. Sebelum kegiatan (EQ Tp) 25,1316 89,95 5 Baik sekali
2. Dengan adanya kegiatan
pembangunan Bangka
95,5001 61,80 4 Baik
Mixed Use Development
(EQ Dp)
Selisih /Dampak 70,3685 -28,15 -1 Kecil

Penentuan tingkat kepentingan dampak, ditinjau dari jumlah penduduk yang


akan menerima dampak relative banyak, yaitu masyarakat yang bermukim di daerah
yang lebih rendah dari tapak proyek (sebelah Timur tapak proyek); persebaran
dampak cukup luas, karena aliran permukaan akan terus mengalir ke daerah yang
lebih rendah; adanya komponen lingkungan lain yang terkena dampak, yaitu
timbulnya persepsi dan sikap yang negative masyarakat terhadap perusahaan; serta
dampak akan bersifat irreversible /tidak pulih karena bangunan kedap air tersebut
bersifat permanen. Dengan demikian, dilihat dari tingkat kepentingannya, maka
dampak kegiatan pembangunan Bangka Mixed Use Development terhadap
peningkatan potensi banjir tergolong penting dan bersifat negatif.
Dari hasil penetapan dan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa
peningkatan potensi banjir yang ditunjukan dengan meningkatnya surface run off
termasuk kecil karena debit aliran permukaan dan luasan areal yang menjadi tapak
bangunan relative kecil jika dibandingkan dengan luasan DAS Pedindang sebagai
daerah tangkapan air. Dengan demikian peningkatan aliran permukaan tersebut
tidak akan melebihi daya dukung lingkungan.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 27


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

4. Perubahan Estetika Lingkungan


Pembangunan Bangka Mixed Use Development di wilayah Kelurahan Dul,
Kecamatan Pangkalan Baru, Kabupaten Bangka Tengah yang mengutamakan
keindahan dengan nilai–nilai arsitektur dan landskap bertaraf internasional,
diharapkan dapat meningkatkan nilai estetika lingkungan di Kelurahan Dul. Konsep
yang direncanakan oleh perusahaan adalah menawarkan jasa terpadu (berbagai jenis
jasa yang dibutuhkan masyarakat) dengan mengutamakan kepuasan pelanggan dan
kesesuaian dengan lingkungannya, termasuk keserasian gedung dengan bangunan di
sekitarnya. Dengan pelayanan yang prima dipadu dengan desain bangunan Bangka
Mixed Use Development yang megah, bertaraf internasional serta dilengkapi
dengan fasilitas public dan ruang terbuka hijau yang memadai sehingga diharapkan
mampu memberikan kenyamanan dan menciptakan kualitas visual yang baik dan
menarik bagi pengunjung, maka nilai estetika lingkungan diprakirakan terjadi
peningkatan sebesar 10%.
Pada saat survey dilakukan, ada 4 aspek yang teramati di wilayah studi yang
dapat menjadi parameter penilaian estetika lingkungan, yaitu diantaranya :
1) Arsitektural bangunan serta kesesuaian dengan lingkungan sekitar atau
bentang alam serta ketinggian bangunan : cukup serasi.
2) Landscaping dengan adanya pepohonan di setiap lingkungan perumahan :
terlihat sangat kurang.
3) Lingkungan pemukiman yang bebas dari gangguan bau : di sekitar lokasi
rencana kegiatan Bangka Mixed Use Development terkadang timbul bau tidak
sedap yang berasal dari limbah cair domestik rumah tangga (Sungai Bravo)
dan limbah h-hypermart.
4) Lingkungan pemukiman yang bebas dari gangguan kebisingan : di lokasi
pemukiman penduduk tingkat kebisingannya sudah melebihi baku mutu yang
ditetapkan untuk wilayah pemukiman (55 dBA) berdasarkan Keputusan
Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.
KEP-48/MENLH/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan.
Melalui keempat aspek yang diamati di wilayah studi secara umum
menggambarkan bahwa kualitas ruang mikro di lokasi studi termasuk kurang baik. Ini
tentunya akan mempengaruhi kualitas nilai estetika secara keseluruhan.
Berdasarkan hasil penetapan kualitas pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa
sebelum adanya kegiatan, kualitas lingkungan untuk parameter nilai estetika
lingkungan tergolong sedang (EQ Tp = skala 3), dengan nilai kualitas 60%. Namun
dengan adanya kegiatan pembangunan Bangka Mixed Use Development
mengakibatkan terjadinya perubahan skala kualitas lingkungan untuk parameter nilai
estetika menjadi baik (EQ Dp = skala 4), dengan nilai kualitas 70%. Dengan demikian,
besaran (magnitude) dampak akibat kegiatan pembangunan Bangka Mixed Use

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 28


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Development terhadap kualitas nilai estetika tergolong kecil (skala 1) dan bersifat
positif.
Bila ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, perubahan nilai
estetika ini tidak hanya dapat dirasakan oleh masyarakat Kelurahan Dul tetapi juga
oleh masyarakat luas; persebaran dampak cukup luas, yaitu meliputi wilayah
Kelurahan Dul; intensitas dan lamanya dampak berlangsung akan terjadi selama
bangunan Bangka Mixed Use Development masih berdiri dan dipelihara dengan
baik. Berdasarkan tingkat kepentingannya, maka dampak tersebut tergolong
penting.

5. Perubahan Persepsi dan Sikap Masyarakat


Dampak berupa perubahan persepsi dan sikap masyarakat pada prinsipnya
merupakan dampak sekunder dari kegiatan pembangunan Bangka Mixed Use
Development akibat adanya berbagai dampak primer yang lebih banyak bersifat
negative. Dengan demikian perubahan persepsi dan sikap masyarakat yang terjadi
diprakirakan akan bersifat negative terhadap perusahaan.
Sesuai dengan besaran dampak primernya yang termasuk sangat kecil (skala
0) hingga kecil (skala 1), maka hal yang sama akan berlaku juga untuk dampak
lanjutannya terhadap parameter persepsi dan sikap masyarakat yang termasuk
dampak sangat kecil hingga dampak kecil. Namun berdasarkan hasil penetapan
indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5) diperoleh bahwa secara akumulatif besaran
(magnitude) dampak terjadinya perubahan persepsi dan sikap masyarakat terhadap
perusahaan akibat kegiatan pembangunan Bangka Mixed Use Development
tergolong dampak kecil (skala 1), yaitu dari yang semula skala kualitas lingkungan
yang termasuk criteria baik sekali (EQ Tp = skala 5, dengan nilai kualitas 87,50%
menurun menjadi skala kualitas baik (EQ Dp = skala 4, dengan nilai kualitas 69,35%).
Penentuan tingkat kepentingan dampak, ditinjau dari jumlah penduduk yang
akan menerima dampak relative banyak, dimana dapat terjadi pada masyarakat yang
bermukim di sekitar lokasi tapak proyek; persebaran dampak cukup luas, yaitu
dapat meliputi wilayah Kelurahan Dul; intensitas dampak cukup tinggi karena
merupakan akumulatif dari berbagai dampak primer yang bersifat negative; dan
adanya komponen lingkungan lain yang terkena dampak dimana akan dapat
menentukan terhadap kelangsungan kegiatan berikutnya. Dengan demikian, dilihat
dari tingkat kepentingannya, maka dampak kegiatan pembangunan Bangka Mixed
Use Development terhadap sikap dan persepsi masyarakat tergolong penting dan
bersifat negatif.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 29


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

6. Peningkatan Gangguan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Pada pelaksanaan kegiatan konstruksi pembangunan Bangka Mixed Use
Development terdapat tahapan pekerjaan yang akan beresiko terjadinya gangguan
K3. Pekerja yang bekerja pada bangunan bertingkat yang ketinggiannya mencapai 32
meter sangat berisiko terjatuh dari ketinggian bangunan. Selain itu operator alat-alat
seperti mesin-mesin bor, las dan sebagainya, berisiko mengalami kecelakaan.
Meskipun dalam pelaksanaan pembangunan telah dibekali dengan Standard
Operating Procedure (SOP), namun kecelakaan kerja dapat terjadi karena beberapa
faktor internal (seperti kelalaian, kelelahan, mengantuk, bekerja tanpa mengikuti
SOP yang telah ditentukan) maupun faktor eksternal (kerusakan alat/mesin yang
digunakan, tidak dilakukan breaving terlebih dahulu, ketersediaan peralatan K3,
konsleting, dsb). Selain kecelakaan kerja, pekerjaan konstruksi pembangunan dapat
pula menimbulkan sejumlah penyakit akibat terkontaminasinya saluran pernafasan
oleh partikulat debu yang berasal dari bahan material bangunan, timbulnya merah
merah dan rasa gatal pada mata dan kulit, dsb.
Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas (Lampiran 5) menunjukkan
bahwa sebelum adanya kegiatan, skala kualitas lingkungan hidup untuk parameter
gangguan K3 tergolong baik sekali (EQ Tp = skala 5), dengan nilai kualitas 100%
(karena belum ada kegiatan sama sekali), namun dengan adanya kegiatan
pembangunan Bangka Mixed Use Development diprakirakan dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan skala kualitas lingkungan hidup parameter gangguan K3
menjadi sedang (EQ Dp = skala 3), dengan nilai kualitas 60%. Dengan demikian,
besaran (magnitude) dampak kegiatan pembangunan Bangka Mixed Use
Development terhadap gangguan K3 tergolong sedang (skala 2) yaitu dari skala 5 ke
skala 3.
Penentuan tingkat kepentingan dampak, ditinjau dari jumlah tenaga kerja
yang akan menerima dampak relative banyak, dimana peluangnya dapat terjadi pada
seluruh tenaga kerja konstruksi sebanyak 539 orang; intensitas dan lamanya dampak
berlangsung cukup tinggi dapat terjadi selama kegiatan konstruksi berlangsung;
adanya komponen lingkungan lain yang terkena dampak, yaitu timbulnya persepsi
dan sikap yang negative masyarakat terhadap perusahaan; serta dampak akan
bersifat irreversible /tidak pulih karena jika terjadi kecelakaan kerja yang sifatnya
fatal maka kemungkinan tidak akan pulih seperti semula /cacat permanen. Dengan
demikian, dilihat dari tingkat kepentingannya, maka dampak kegiatan pembangunan
Bangka Mixed Use Development terhadap gangguan K3 tergolong penting dan
bersifat negatif.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 30


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.3. PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN PADA TAHAP OPERASIONAL


3.3.1. Rekrutmen Tenaga Kerja
1. Terbukanya Kesempatan Kerja
Dalam rangka pelaksanaan operasional Bangka Mixed Use Development,
akan dibutuhkan ± 3.220 orang tenaga kerja. Dalam pelaksanaan rekrutmen tenaga
kerja, pihak perusahaan akan mengutamakan tenaga kerja lokal untuk direkrut
menjadi karyawan Bangka Mixed Use Development sesuai dengan keahlian dan
kualifikasi yang dibutuhkan. Rekrutmen tenaga kerja tersebut akan dilakukan secara
bertahap sesuai dengan rencana operasional yang akan dilaksanakan. Dalam
pelaksanaan proses rekrutmen tenaga kerja, pihak perusahaan akan berkoordinasi
dengan Pihak Kelurahan, serta Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Bangka
Tengah. Dengan demikian, adanya rekrutmen tenaga kerja terutama tenaga kerja
lokal diharapkan dapat membuka peluang dan kesempatan kerja kepada masyarakat
lokal yang belum memiliki pekerjaan, sehingga dapat meminimalkan tingkat
pengangguran di wilayah studi.
Berdasarkan data kependudukan Kabupaten Bangka Tengah (tahun 2012),
jumlah angkatan kerja mencapai 76.917 orang yang diantaranya sudah bekerja
sebanyak 73.428 orang (95,46% dari total angkat kerja), sehingga yang belum
memiliki pekerjaan (menganggur) adalah sekitar 3.489 orang (4,54% dari angkatan
kerja). Dengan jumlah kebutuhan tenaga kerja operasional Bangka Mixed Use
Development yang mencapai 3.220 orang, maka peluang/kesempatan kerja
mencapai 92,29% dari jumlah angkatan kerja yang belum bekerja.
Apabila diasumsikan 80% dari kesempatan bekerja (2.576 orang) berasal dari
Kabupaten Bangka Tengah dan sisanya berasal dari Kabupaten/Kota lainnya, maka
jumlah penduduk angkatan kerja yang bekerja di Kabupaten Bangka Tengah akan
meningkat dari 73.428 orang menjadi 76.004 orang atau terjadi peningkatan sebesar
3,35% sehingga menjadi 98,81%, dan terjadi pengurangan penduduk angkatan kerja
yang tidak bekerja menjadi 913 orang.
Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5)
diketahui bahwa sebelum adanya kegiatan, nilai skala kualitas lingkungan untuk
parameter kesempatan kerja tergolong baik sekali (EQ Tp = skala 5), dengan nilai
kualitas 92,74%. Dengan adanya kegiatan rekrutmen tenaga kerja operasional
Bangka Mixed Use Development mengakibatkan terjadinya perubahan nilai kualitas
lingkungan untuk parameter kesempatan kerja menjadi sebesar 98,10% atau skala
kualitas lingkungan tergolong baik sekali (EQ Dp = skala 5). Dengan demikian,
besaran (magnitude) dampak kegiatan rekrutmen tenaga kerja operasional Bangka
Mixed Use Development terhadap terbukanya kesempatan kerja tergolong sangat
kecil (skala 0). Meskipun jumlah tenaga kerja yang akan direkrut oleh perusahaan
cukup banyak dan dapat mengurangi tingkat pengangguran di Kabupaten Bangka

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 31


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Tengah cukup signifikan, akan tetapi karena skala kualitas lingkungan parameter
kesempatan kerja pada kondisi rona awal sudah termasuk baik sekali maka tidak
dapat meningkat lagi (tetap skala 5), namun demikian dampak ini sangat penting
dalam menekan angka pengangguran yang sangat diharapkan oleh masyarakat dan
pemerintah.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak, kesempatan kerja ini terbuka untuk angkatan kerja
sebanyak 3.220 orang terutama untuk masyarakat local; luas wilayah persebaran
dampak (penurunan tingkat pengangguran) akan sangat luas karena dapat meliputi
wilayah Kabupaten Bangka Tengah dan sekitarnya; intensitas dampak termasuk
tinggi dan lamanya dampak akan berlangsung terus menerus selama kegiatan
operasional masih berlangsung; banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang
terkena dampak, bahwa terbukanya kesempatan kerja akan berdampak pada
peningkatan perekonomian lokal serta persepsi dan sikap positif masyarakat
terhadap perusahaan. Dengan demikian, tingkat kepentingan (importance) dampak
kegiatan rekrutmen tenaga kerja operasional terhadap terbukanya kesempatan kerja
tergolong dampak penting.

2. Peningkatan Perekonomian Lokal


Dampak peningkatan perekonomian lokal merupakan dampak lanjutan dari
dampak terbukanya kesempatan kerja. Dengan peluang kerja bagi tenaga kerja lokal
yang diprakirakan mencapai 80% atau 2.576 orang, maka penduduk yang awalnya
tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap, akan memperoleh penghasilan tiap
bulan dari upah bekerja di Bangka Mixed Use Development. Bila diasumsikan
penghasilan yang akan diperoleh tenaga kerja (sesuai dengan Upah Minimum
Pekerja yang ditetapkan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2013) sebesar
Rp. 1.622.400,- (Menurut Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
(Disnakertrans) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) dalam
www.reportasebangka.com) dari 2.576 pekerja lokal akan meningkatkan
pendapatan per-kapita masyarakat di Kabupaten Bangka Tengah khususnya di
Kelurahan Dul, Kecamatan Pangkalan Baru sebesar Rp. 4.179.302.400,- per-bulan.
Dengan penghasilan tersebut, masyarakat dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari,
melakukan pembayaran pajak penghasilan (dibayar oleh perusahaan) dan menabung
sebagian pendapatan yang diterimanya di Bank. Dengan demikian, taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat akan semakin meningkat. Dana pajak dari penghasilan
masyarakat yang dibayarkan kepada pemerintah, selanjutnya akan dipergunakan
untuk melakukan pembangunan di daerahnya.

Berdasarkan data yang bersumber dari Statistik Daerah Kabupaten Bangka


Tengah 2013, dari tahun ke tahun garis kemiskinan di Kabupaten Bangka Tengah
semakin meningkat. Pada tahun 2012 garis kemiskinan di Kabupaten Bangka Tengah
berada pada level Rp. 438.623. Jumlah penduduk miskin Kabupaten Bangka Tengah

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 32


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

pada tahun 2012 meningkat sebesar 0,21 persen. Pada tahun 2012 tercatat bahwa
penduduk miskin Kabupaten Bangka Tengah sebanyak 5,77 persen dari total
penduduk atau sekitar 9.950 jiwa penduduk miskin (Sumber : Statistik Daerah
Kabupaten Bangka Tengah 2013). Dengan demikian, secara umum kualitas
lingkungan hidup untuk parameter perekonomian local di Kabupaten Bangka Tengah
pada saat rona awal tidak dapat dikatakan baik, melainkan termasuk sedang.
Dengan asumsi bahwa sebanyak 2.576 orang tenaga kerja local yang direkrut
seluruhnya berasal dari anggota keluarga yang termasuk miskin di Kabupaten Bangka
Tengah, maka setelah bekerja di perusahaan jumlah penduduk miskin di Kabupaten
Bangka Tengah berkurang dari 9.950 jiwa menjadi 9.950 – 2.576 = 7.374 jiwa, atau
jumlah penduduk yang termasuk tidak miskin meningkat dari 162.494 jiwa menjadi
165.070 jiwa.
Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5)
diketahui bahwa sebelum adanya kegiatan rekrutmen tenaga kerja, kualitas
lingkungan untuk parameter perekonomian lokal tergolong sedang (EQ Tp = skala 3)
dengan nilai kualitas 60%, namun dengan adanya kegiatan rekrutmen tenaga kerja
mengakibatkan peningkatan kualitas lingkungan hidup parameter perekonomian
lokal menjadi tergolong baik sekali (EQ Dp = skala 5) dengan nilai kualitas 85,89%.
Dengan demikian, besaran (magnitude) dampak kegiatan rekrutmen tenaga kerja
terhadap perekonomian lokal tergolong sedang (skala 2), yaitu dari skala 3 menjadi
skala 5.
Tabel 3.20. Prakiraan Peningkatan Perekonomian Lokal Akibat Kegiatan Rekrutmen
Tenaga Kerja
Jumlah Kualitas Lingkungan
No. Uraian Penduduk Miskin
Nilai (%) Skala Kriteria
(Jiwa)
1. Sebelum kegiatan (EQ Tp) 9.950 60,0 3 Sedang
2. Dengan adanya kegiatan
Rekrutmen Tenaga Kerja 7.374 85,89 5 Baik sekali
(EQ Dp)
Selisih /Dampak 2.576 25,89 +2 Sedang

Penentuan tingkat kepentingan dampak, ditinjau dari jumlah manusia yang


terkena dampak, peningkatan perekonomian ini sangat terbuka bagi sebanyak 3.220
jiwa (masyarakat local dan non-lokal); luas wilayah persebaran dampak akan sangat
luas karena dapat meliputi wilayah Kabupaten Bangka Tengah dan sekitarnya;
intensitas dampak termasuk tinggi dan lamanya dampak akan berlangsung terus
menerus selama kegiatan operasional masih berlangsung; banyaknya komponen
lingkungan hidup lain yang terkena dampak, bahwa peningkatan perekonomian lokal
akan menimbulkan dampak lanjutan terhadap persepsi dan sikap masyarakat yang
bersifat positif. Dengan demikian, tingkat kepentingan (importance) dampak

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 33


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

kegiatan rekrutmen tenaga kerja operasional terhadap peningkatan perekonomian


lokal tergolong dampak penting.

3. Perubahan Persepsi dan Sikap Masyarakat


Salah satu dampak positif yang sangat diharapkan oleh anggota masyarakat
apabila ada rencana usaha dan/atau kegiatan adalah terbukanya lapangan pekerjaan
yang dapat mensejahterakan masyarakatnya. Mereka akan mendukung kegiatan
pembangunan Bangka Mixed Use Development bila ada peluang yang besar untuk
ikut bekerja, sehingga akan timbul sikap dan persepsi positif terhadap rencana
kegiatan. Jika dilihat dari jumlah peluang pekerjaan yang cukup tinggi, maka
diperkirakan anggota masyarakat terutama pencari kerja lokal mempunyai
ekspektasi yang tinggi terhadap peluang kerja karena jumlah pekerja yang
dibutuhkan cukup besar, kualifikasi pekerjaan yang dapat diisi pekerja lokal dan
jangka waktu bekerja cukup lama (selama Bangka Mixed Use Development
beroperasional).
Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5)
diketahui bahwa besaran (magnitude) dampak kegiatan rekrutmen tenaga kerja
terhadap perubahan persepsi dan sikap masyarakat termasuk sangat kecil (skala 0),
yaitu dari kualitas lingkungan yang termasuk baik sekali (EQ Tp = skala 5) tetap
berada pada criteria baik sekali (EQ Dp = skala 5), hanya saja nilai kualitas lingkungan
meningkat dari 87,50% menjadi 100%.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak, sesuai dengan dampak primernya perubahan
persepsi dan sikap masyarakat ini tidak hanya dapat terjadi pada masyarakat local
akan tetapi meliputi juga masyarakat yang lebih luas; wilayah persebaran dampak
akan sangat luas karena dapat meliputi wilayah Kabupaten Bangka Tengah dan
sekitarnya; intensitas dampak termasuk tinggi dan lamanya dampak akan
berlangsung terus menerus selama kegiatan operasional masih berlangsung; bersifat
kumulatif dengan kegiatan lainnya yang menimbulkan dampak yang sama pada
ruang dan waktu yang sama; serta menimbulkan dampak positif yang penting
terhadap kelangsungan usaha. Dengan demikian, tingkat kepentingan dampak
kegiatan rekrutmen tenaga kerja operasional terhadap perubahan persepsi dan sikap
masyarakat tergolong dampak penting dan bersifat positif.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 34


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

3.3.2. Operasional Mall, Hospital, Hotel, School, dan Car Parking


1. Penurunan Kualitas Udara Ambien
Banyaknya kendaraan yang masuk ke lokasi Bangka Mixed Use Development
dan ditempatkan dalam lokasi parkir (kegiatan car parking) diprakirakan dapat
meningkatkan kadar partikulat debu dan gas polutan di dalam dan sekitar lokasi car
parking. Bahan polutan tersebut dapat menyebar ke lokasi yang berada di
sekitarnya melalui media udara karena tertiup oleh angin.
Berdasarkan hasil pengukuran rona lingkungan awal, parameter kualitas
udara ambien untuk seluruh parameter kunci di lokasi rencana tapak proyek dan
pemukiman penduduk di sekitarnya masih berada di bawah ambang baku mutu
sebagaimana yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor : 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambien. Sesuai dengan
penjelasan sebelumnya bahwa kualitas lingkungan hidup untuk parameter kualitas
udara ambient pada rona awal termasuk baik sekali (EQ Tp = skala 5) dengan nilai
kualitas 93,17%).
Bila diasumsikan dengan adanya kendaraan yang ke luar-masuk area parkir
(kendaraan roda empat dan roda dua) dapat meningkatkan kadar partikulat debu
pada tapak proyek sekitar 100% dan gas polutan sebesar 200%, maka konsentrasi
partikulat debu di sekitar lokasi kegiatan akan meningkat menjadi 123,42 µg/Nm3,
gas NOx 13,01 µg/Nm 3, gas SOx 4,62 µg/Nm3, dan gas CO 606,0 µg/Nm3. Seluruh
nilai parameter kunci tersebut masih berada di bawah baku mutu yang ditetapkan
berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara
Ambien Nasional.
Tabel 3.21. Peningkatan Kadar Polutan Gas Pada Kegiatan Operasional Mall,
Hospital, Hotel, School, dan Car Parking
Rata-rata Konsentrasi Polutan di
Kualitas Lingkungan
Wilayah Studi
Partikula
No. Uraian NOx SOx CO
t Nilai
Skala Kriteria
g/ g/ (%)
g/Nm3 g/Nm3
Nm3 Nm3
Sebelum kegiatan Baik
1. 61,71 4,34 1,54 202,0 93,17 5
(EQ Tp) sekali
2. Dengan adanya
Baik
kegiatan penyiapan 123,42 13,01 4,62 606,0 86,03 5
sekali
lahan (EQ Dp)
Sangat
Selisih /Dampak 61.71 8.67 3.08 404 -7.14 0
kecil
Keterangan : Penetapan kualitas lingkungan dapat dilihat pada Lampiran 5

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sebelum maupun pada saat


adanya kegiatan mall, hospital, hotel, school, dan car parking, skala kualitas
lingkungan udara ambien tergolong baik sekali (EQ Tp = EQ Dp = skala 5), namun
demikian nilai kualitas lingkungan terjadi penurunan dari 93,17% menjadi 86,03%.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 35


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Hal ini artinya bahwa kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development
diprakirakan menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas udara ambient
dengan besaran (magnitude) dampak tergolong sangat kecil (skala 0, karena tetap
berada pada skala kualitas 5).
Untuk penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, bila ditinjau dari
jumlah penduduk yang akan menerima dampak akan cukup banyak, yaitu
pengunjung dan karyawan perusahaan yang berada di car parking area dan
sekitarnya; lamanya dampak berlangsung akan terjadi selama kegiatan operasional
Bangka Mixed Use Development; banyaknya komponen lingkungan lain yang
terkena dampak, yaitu gangguan kesehatan masyarakat (pengunjung dan karyawan)
terutama terkait dengan penyakit ISPA. Dengan demikian, dilihat dari tingkat
kepentingannya, maka dampak penurunan kualitas udara ambient akibat kegiatan
operasional mall, hospital, hotel, school, dan car parking tergolong penting dan
bersifat negatif.
Dari hasil perhitungan dan penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa
peningkatan kadar polutan gas yang terjadi tidak akan melebihi baku mutu yang
ditetapkan sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 41 Tahun 1999
tentang Baku Mutu Udara Ambien. Dengan demikian peningkatan kadar polutan gas
tersebut tidak akan melabihi daya dukung lingkungan dan masih dapat diasimilasi
oleh lingkungan.
2. Peningkatan Intensitas Kebisingan
Peningkatan intensitas kebisingan akan terjadi terutama diakibatkan oleh
adanya kegiatan operasional mall dan car parking. Kebisingan akan timbul seiring
dengan padatnya pengunjung serta gencarnya kegiatan promosi masing – masing
kios/counter dengan menggunakan speaker/mikrophone dengan volume yang cukup
besar, hingar bingar music yang dipasang di masing-masing toko/kios untuk menarik
pengunjung, serta efek suara dari kegiatan cinema, dsb. Selain itu, kebisingan dapat
terjadi juga di area car parking seiring dengan banyaknya kendaraan pengunjung
Bangka Mixed Use Development. Kebisingan tersebut umumnya berasal dari suara
mesin kendaraan bermotor yang keluar masuk area car parking. Kebisingan akan
terus terjadi selama kegiatan operasional Bangka Mixed Use berlangsung.
Pengunjung Bangka Mixed Use Development mungkin tidak akan merasa
terganggu dengan suara bising tersebut, akan tetapi lain halnya dengan penduduk di
sekitarnya akan merasa terganggu kenyamanannya jika suara bising tersebut telah
berada di atas baku mutu yang ditetapkan untuk wilayah pemukiman. Berdasarkan
hasil pengukuran menggunakan Sound Level Meter, tingkat kebisingan di wilayah
studi, yaitu di lokasi tapak proyek rata-rata 54,2 dB(A) dan di lokasi pemukiman
penduduk rata-rata 55 dB(A). Nilai hasil pengukuran tersebut apabila dibandingkan
dengan Baku Mutu Lingkungan (BML) parameter kebisingan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor :

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 36


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

KEP-48/MENLH/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, maka tingkat kebisingan


pada saat rona awal masih berada di bawah nilai baku mutu untuk kawasan
perdagangan dan jasa yang nilainya 70 dB(A), dan berada pada batas ambang baku
mutu untuk wilayah pemukiman yang nilainya 55 dB(A).
Dengan adanya operasional mall dan car parking diprakirakan akan terjadi
peningkatan intensitas kebisingan di dalam lingkungan Bangka Mixed Use
Development, namun persebarannya di wilayah pemukiman penduduk sekitarnya
diprakirakan tidak akan melebihi baku mutu lingkungan. Berdasarkan pengalaman di
beberapa lokasi kegiatan car parking di wilayah Pangkalpinang biasanya pada jarak
30 meter dari sumber bising tidak menimbulkan gangguan terhadap pendengaran
dan kenyamanan. Intensitas kebisingan akan menurun dengan semakin jauhnya
jarak pemukiman dari sumber kebisingan.
Tabel 3.22. Jarak Kebisingan di Pemukiman Penduduk Pada Jarak Tertentu Dari
Sumber Kebisingan di Areal Parkir
Tingkat Kebisingan (dBA) di pemukiman pada jarak (m) dari sumber
Lokasi
1 5 10 15 20 25 30
Tidak ada kegiatan 62 37,03 31 27,48 25 23,05 21,46
Ada kegiatan car parking 72 47,03 41 37,48 35 33,05 31,46
Sumber : Data Analogi dari Dokumen ANDAL Swiss-bell Hotel di Pangkalpinang, 2013.

Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5)


diketahui bahwa sebelum adanya kegiatan (rona awal), skala kualitas lingkungan
hidup untuk parameter intensitas kebisingan (rata-rata pada tapak proyek dan
pemukiman penduduk) tergolong agak buruk (EQ Tp = skala 2, dengan nilai kualitas
lingkungan 37,65%). Dengan adanya kegiatan Bangka Mixed Use Development
terutama operasional mall dan car parking tidak menyebabkan perubahan skala
kualitas lingkungan untuk parameter intensitas kebisingan di wilayah pemukiman
terdekat sehingga tetap tergolong agak buruk (EQ Dp = skala 2), hanya saja rata-rata
nilai kualitas lingkungan menurun menjadi 27,48%. Dengan demikian, besaran
(magnitude) dampak akibat kegiatan operasional mall dan car parking terhadap
peningkatan intensitas kebisingan tergolong sangat kecil (skala 0).
Tabel 3.23. Prakiraan Perubahan Intensitas Kebisingan Akibat Kegiatan
Pembangunan Bangka Mixed Use Development
Intensitas Kebisingan (dBA) Kualitas Lingkungan
No. Uraian Nilai
Tapak Proyek Pemukiman Skala Kriteria
(%)
Sebelum kegiatan (EQ Agak
1. 54,20 55,0 37,65 2
Tp) buruk
2. Dengan adanya
kegiatan operasional Agak
72,0 55,0 27,48 2
mall dan car parking buruk
(EQ Dp)
Sangat
Selisih /Dampak 17,80 0,0 -10,17 0
kecil

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 37


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah


penduduk yang akan menerima dampak relative banyak, yaitu pengunjung dan
masyarakat yang bermukim di sekitar lokasi Bangka Mixed Use Development;
intensitas kebisingan di dalam lingkungan mall dan car parking akan cukup tinggi
sehingga dapat melebihi baku mutu untuk kawasan perdagangan dan jasa, serta
lamanya dampak berlangsung dapat terjadi setiap hari terutama selama 11 jam,
mulai dari pukul 09.00 pagi sampai dengan pukul 21.00 malam; dan bersifat
kumulatif dengan kegiatan di sekitarnya yang sama-sama menimbulkan kebisingan
pada ruang dan waktu yang sama. Dengan demikian, dilihat dari tingkat
kepentingannya, maka dampak kegiatan operasional mall dan car parking terhadap
peningkatan intensitas kebisingan tergolong penting dan bersifat negatif.
Dari hasil penetapan dan penjelasan di atas diketahui bahwa peningkatan
intensitas kebisingan yang terjadi di dalam lokasi mall dan car parking mungkin
dapat melampaui baku mutu yang ditetapkan untuk kawasan perdagangan dan jasa,
namun frekuensinya tidak berlangsung terus menerus dan tidak mengganggu
pengunjung dan masyarakat di sekitarnya (relative jauh). Dengan demikian dapat
dikatakan peningkatan intensitas kebisingan tersebut tidak akan melebihi daya
dukung lingkungan.
3. Peningkatan Timbulan Sampah /Limbah Padat
Kegiatan operasional mall, hospital, hotel, dan school dipastikan akan
menghasilkan timbulan sampah dan limbah padat. Sumber sampah berasal dari
pembungkus/kemasan produk-produk yang dijual di restoran, coffee shop dan
gallery ataupun yang dibawa oleh pengunjung (seperti plastik pembungkus, kertas
label, kertas tissu, botol plastik minuman, sisa minuman, kertas kardus, dsb), barang-
barang yang digunakan oleh pengunjung hospital dan hotel (seperti pembungkus
sabun mandi, kertas tissu, kemasan sampoo, botol plastik, linen yang tidak terpakai,
dsb).
Sesuai dengan kapasitas bangunan Bangka Mixed Use Development,
prakiraan jumlah pengunjung (rincian terlampir) diketahui bahwa untuk masing-
masing kegiatan, maka total pengunjung (karyawan dan pelanggan /tamu, dan
pelajar) maksimum adalah sebagai berikut :
- Kegiatan mall = 25.348 orang, (rata-rata lama kunjungan 1,5 jam)
- Kegiatan hospital = 462 orang, (rata-rata lama kunjungan 24 jam)
- Kegiatan hotel = 680 orang, (rata-rata lama kunjungan 24 jam)
- Kegiatan school = 1.491 orang, (rata-rata lama kunjungan 6 jam)
Jumlah = 27.981 orang

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 38


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Dengan asumsi setiap orang dalam 24 jam akan menghasilkan sampah


sebesar 1 kg/orang/hari (http://www.masalahsampah.info/2008/10/sampah-part-
03-masalah-sampah-di.html), maka jumlah sampah maksimum yang akan dihasilkan
adalah :
- Kegiatan mall = 1,5/24 x 25.348 x 1 kg/hari = 1.584,25 kg/hari
- Kegiatan hospital = 24/24 x 462 x 1 kg/hari = 462,00 kg/hari
- Kegiatan hotel = 24/24 x 680 x 1 kg/hari = 680,00 kg/hari
- Kegiatan school = 6/24 x 1.491 x 1 kg/hari = 372,75 kg/hari
Jumlah = 3.099,00 kg/hari
Berdasarkan prakiraan di atas, maka dampak timbulan sampah tergolong
tinggi. Sampah tersebut akan dikumpulkan dan diangkut ke TPA, sehingga akan
menjadi tambahan beban untuk pengelolaan sampah di TPA sebanyak 3,099
ton/hari. Selain memproduksi sampah, aktivitas sehari-hari di Bangka Mixed Use
Development akan menghasilkan limbah padat berupa tinja dan air seni manusia.
Menurut Hamayani dan Konsukartha (2007) dalam satu hari setiap orang akan
menghasilkan tinja dan air seni 1,57 liter serta menyiram kloset sebanyak 12
lt/orang/hari. Dengan demikian jumlah limbah padat basah dari toilet dapat
diprakirakan maksimum sebagai berikut :
- Kegiatan mall = 1,5/24 x 25.348 x 1,57 lt/hari = 2.487,27 lt/hari
- Kegiatan hospital = 24/24 x 462 x 1,57 lt/hari = 725,34 lt/hari
- Kegiatan hotel = 24/24 x 680 x 1,57 lt/hari = 1.067,60 lt/hari
- Kegiatan school = 6/24 x 1.491 x 1,57 lt/hari = 585,22 lt/hari
Jumlah = 4.865,43 lt/hari

Limbah tersebut akan diolah dan ditampung dalam STP Biotech type BSF.
Apabila limbah tersebut tidak tertangani dengan baik, maka akan menyebabkan
pencemaran air permukaan maupun air tanah karena limbah tersebut akan
terinfiltrasi ke dalam tanah atau terbawa aliran air hujan menuju badan air. Limbah
kotoran manusia bersifat patogenik karena mengandung sejumlah mikroorganisme
patogen yang dapat menyebabkan penyakit gangguan pencernaan seperti diare.
Selain itu akan menimbulkan dampak pencemaran udara (bau) dan gangguan
kenyamanan dan estetika.
Berdasarkan hasil pengamatan pada saat survey, masyarakat di wilayah studi
memiliki kesadaran yang cukup tinggi untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Setiap rumah memiliki kotak tempat sampah untuk menyimpan sementara sampah
rumah tangga dan selanjutnya dibuang ke tempat penampungan sampah sementara
yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka Tengah. Selanjutnya
dengan menggunakan dumptruck sampah tersebut diangkut ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) oleh Petugas Kebersihan Kabupaten Bangka Tengah. Pada saat studi

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 39


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

dilakukan tidak terdapat sampah di wilayah studi yang dapat mengganggu


kenyamanan dan kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil penetapan indeks
kualitas lingkungan (Lampiran 5) dinyatakan bahwa sebelum adanya kegiatan,
kualitas lingkungan hidup untuk parameter timbulan limbah padat dan sampah
tergolong baik sekali (EQ Tp = skala 5), dengan nilai kualitas 100%, karena dianggap
belum ada kegiatan operasional yang menghasilkan sampah. Volume timbulan
sampah /limbah padat yang dihasilkan dalam kegiatan operasional Bangka Mixed
Use Development jika jumlah pengunjung sesuai dengan kapasitasnya akan relative
tinggi, yaitu sampah 3.099,00 kg/hari serta limbah tinja dan air seni 4.865,43 lt/hari,
maka dampak yang ditimbulkan terhadap kualitas lingkungan memiliki besaran
(magnitude) dampak yang tergolong besar (skala 3), yaitu dimana dapat
menurunkan kualitas lingkungan parameter timbulan sampah dan limbah padat
basah menjadi tergolong criteria agak buruk (EQ Dp = skala 2) dengan nilai kualitas
36,28%.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak bahwa meningkatnya timbulan sampah dan limbah
padat dapat mengganggu masyarakat banyak (tidak hanya masyarakat setempat
tetapi juga pengunjung); wilayah persebaran dampak cukup luas karena sampah
yang dikelola dapat menjadi beban tambahan bagi TPA; intensitas dan lamanya
dampak berlangsung, peningkatan timbulan sampah dan limbah padat cukup tinggi
dan akan berlangsung selama operasional Bangka Mixed Use Development masih
berlangsung; banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak ,
timbulan sampah dan limbah padat yang tidak tertangani dengan baik akan
menyebabkan berkurangnya nilai estetika dan meningkatnya vektor penyakit seperti
lalat, nyamuk, tikus dan bakteri E. Coli yang dapat menularkan penyakit sehingga
terjadi gangguan kesehatan masyarakat; serta bersifat kumulatif dengan kegiatan
lain di sekitarnya yang juga menghasilkan sampah dan limbah padat. Berdasarkan
kriteria tersebut, maka peningkatan timbulan sampah dan limbah padat akibat
kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car parking tergolong dampak
penting.
Dari hasil penetapan dan penjelasan di atas dinyatakan bahwa peningkatan
timbulan sampah dan limbah padat akibat kegiatan operasional Bangka Mixed Use
Development masih dapat dikelola dengan baik dan dapat diasimilasi oleh
lingkungan. Dengan demikian dapat dikatakan peningkatan timbulan sampah dan
limbah padat tersebut tidak akan melebihi daya dukung lingkungan.
4. Peningkatan Limbah Cair dan Penurunan Kualitas Air Permukaan
Air bersih yang digunakan oleh pelanggan maupun pengelola Bangka Mixed
Use Development dalam rangka operasional mall, hospital, hotel, school dan car
parking sebagian besar akan menjadi limbah cair. Sumber-sumber limbah cair
tersebut berasal dari kamar mandi hotel dan hospital, toilet pengunjung, laundry,

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 40


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

serta dapur dan restoran. Limbah cair tersebut mengandung sejumlah senyawa-
senyawa pencemar baik organik maupun anorganik serta mikroba patogen. Limbah
cair yang berasal dari kamar mandi hotel dan hospital umumnya mengandung
deterjen/sabun dan senyawa organik. Sementara itu, limbah cair yang bersumber
dari laundry dan bahan-bahan pembersih berupa deterjen, alkali, aceton, metyl
spirit, sedangkan limbah cair dari café dan restoran mengandung senyawa organik.
Berdasarkan laporan hasil penelitian Direktorat Jenderal Pelayanan Medik,
Departeman Kesehatan RI, diketahui bahwa jumlah kebutuhan air bersih untuk
masyarakat kota di Indonesia adalah 200 – 400 liter/orang/hari. Sesuai dengan
rencana perusahaan, kebutuhan air bersih untuk kegiatan Mixed Use Development
Development diprakirakan mencapai 1.546 m3/hari dengan potensi limbah cair
sekitar 980 m3/hari, secara rinci disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.24. Penggunaan Air Bersih dan Potensi Limbah Cair Pada Kegiatan
Operasional Mixed Use Development Development
No. Penggunaan Air Kebutuhan Air (m3/Hari) Potensi Limbah Cair (m3/Hari)
1 Mall 644,78 448,54
2 Hotel 170,20 118,40
3 Hospital 398,48 277,20
4 School 119,28 95,42
5 Hydrant 213,75 0
Total 1.546 980
Sumber : PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH, 2013

Berdasarkan data pada table di atas, cukup banyak limbah cair yang
berpotensi mencemari perairan di sekitarnya. Sebelum limbah cair tersebut dilepas
ke Sungai Bravo akan diolah terlebih dahulu dengan menggunakan teknologi Sewage
Treatmet Plant (STP) Biotech Komunal (mall, hotel, hospital dan school), sehingga air
limbah yang dilepas ke lingkungan telah memenuhi persyaratan dan tidak
membahayakan bagi lingkungan.
Agar dapat mengetahui besarnya tingkat pencemaran kualitas air permukaan
yang diakibatkan adanya kegiatan Bangka Mixed Use Development, maka terlebih
dahulu perlu diketahui tingkat cemaran parameter fisik dan kimia kualitas air
permukaan pada badan air yang akan menerima dampak.
Tabel 3.25. Hasil Analisis Kualitas Air Permukaan Sungai Bravo (Anak Sungai
Pedindang) Sebagai Penerima Dampak
Kriteria Mutu Air
No. Parameter Satuan BAP-1 BAP-2 PP RI No. 82 Tahun 2001
I II III IV
FISIKA
1 Temperatur* o
C 29,0 29,0 3 3 3 5
2 Residu Terlarut (TDS) mg/l <10 <10 1000 1000 1000 2000
3 Residu Tersuspensi (TSS) * mg/l 47,9 14,4 50 50 400 400
KIMIA
4 pH* - 7,26 7,15 6,0 – 9,0

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 41


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Kriteria Mutu Air


No. Parameter Satuan BAP-1 BAP-2 PP RI No. 82 Tahun 2001
I II III IV
5 Besi terlarut (Fe)* mg/l 0,355 0,254 0,3 - - -
6 Mangan terlarut (Mn)* mg/l <0,024 <0,024 0,1 - - -
7 Barium (Ba) mg/l <0,007 <0,007 1 - - -
8 Tembaga (Cu)* mg/l <0,018 <0,018 0,02 0,02 0,02 0,2
9 Seng (Zn)* mg/l 0,153 0,058 0,05 0,05 0,05 2
10 Kromium 6 (Cr6+) mg/l <0,001 <0,001 0,05 0,05 0,05 1
11 Boron (B) mg/l 0,3 0,4 1 1 1 1
12 Kadmium (Cd)* mg/l <0,022 <0,022 0,01 0,01 0,01 0,01
13 Timbal (Pb)* mg/l <0,019 <0,019 0,03 0,03 0,03 1
14 Arsen (As) mg/l <0,005 <0,005 0,05 1 1 1
15 Selenium (Se) mg/l <0,005 <0,005 0,01 0,05 0,05 0,05
16 Kobalt (Co) mg/l <0,01 <0,01 0,2 0,2 0,2 0,2
17 Total Fosfat (P) mg/l 0,190 0,295 0,2 0,2 1 5
18 Nitrat (NO3-N) mg/l 3,68 0,67 0,06 0,06 0,06 -
19 BOD5* mg/l 3,46 20,47 2 3 6 12
20 COD* mg/l 6,53 40,80 10 25 50 100
21 Oksigen terlarut (DO)* mg/l 3,6 3,1 6 4 3 0
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium BIOTROP, Bogor, 2013
Keterangan :
BAP-1 = Inlet Sungai Bravo (X=0625658, Y=9761798)
BAP-2 = Outlet Sungai Bravo (X=0625885, Y=9761854)

Berdasarkan perhitungan dengan Metode Storet sebagaimana telah


diuraikan pada BAB 2, kelas mutu air Sungai Bravo sebagai badan air penerima
dampak dapat dikategorikan termasuk kelas C dengan status mutu Cemar Sedang
dengan skor -28, atau kualitas lingkungan hidup parameter kualitas air permukaan
pada rona awal termasuk criteria sedang (EQ Tp = skala 3), dengan nilai kualitas
60%.
Tambahan bahan pencemar yang berasal dari aktivitas di Bangka Mixed Use
Development sebanyak 980 m3/hari akan semakin memperburuk kualitas air Sungai
Bravo, karena beban pencemaran tersebut akan terakumulasi dengan pencemaran
yang disebabkan oleh kegiatan Hotel, Apartemen dan Pusat Perdagangan yang ada
di sekitarnya. Parameter kualitas air yang akan mengalami peningkatan terutama
adalah kadar TDS, suhu, kebauan, BOD5, COD, nitrat, amoniak, posfat, minyak-
lemak, E. coli, dan Coliform. Namun demikian, Manajemen Bangka Mixed Use
Development akan mengolah limbah cair terlebih dahulu menggunakan STP Biotech
sampai memenuhi persyaratan (tidak melebihi nilai ambang baku mutu yang telah
ditetapkan) sebelum limbah cair tersebut dilepas ke lingkungan.
Berdasarkan analogi, hasil penelitian Sudipa, Mahendra dan Sudana (2006) di
salah satu hotel berbintang di Bali menunjukkan parameter air limbah seperti pada
table berikut ini.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 42


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Tabel 3.26. Parameter Limbah Cair dari Hotel Sebelum dan Sesudah Diolah (Sebagai
Analogi
No Parameter Unit Sebelum Diolah Sesudah Diolah
1 Suhu C o
27,83 27,4
2 TDS mg/l 259,33 236
3 pH - 7,22 7,56
4 BOD5 mg/l 301,43 20,33
5 COD mg/l 241,72 11,25
6 DO mg/l 1,44 3,6
7 NO2 mg/l 0,47 0,26
8 NO3 mg/l 17,63 1,12
9 NH3 mg/l 8,53 0,18
10 PO4 mg/l 0,59 0,17
11 Minyak lemak mg/l 94,17 0,72
12 E. Coli mg/l 900.000 6.000
13 Coliform MPN/100 ml 37.000.000 350.0000
Sumber : Hasil Analisis lab. UPTD PU dan Lab. Mikrobiologi FMIPA-UNUD (2006) yang dikutip oleh Sudipa,
Mahendra dan Sudana (2006)

Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5) dapat


dinyatakan bahwa dengan adanya kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school,
dan car parking, maka kualitas air permukaan pada badan air penerima dampak
tergolong agak buruk (EQ Dp = skala 2), dengan nilai kualitas 33,4%. Dengan
demikian, besaran (magnitude) dampak berupa penurunan kualitas air permukaan
akibat adanya limbah cair dari kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan
car parking oleh PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH termasuk kategori kecil (skala 1), yaitu
dari EQ Tp = skala 3 (nilai kualitas 60,0%) menurun menjadi EQ Dp = skala 2 (nilai
kualitas 33,4%).
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak bahwa menurunnya kualitas permukaan dapat
dirasakan oleh masyarakat yang bermukim di sekitar aliran Sungai Bravo dan Kolong
Bravo; intensitas dan lamanya dampak berlangsung, volume limbah cair yang
dihasilkan sangat banyak yaitu 980 m 3/hari, dan akan terjadi selama operasional
Bangka Mixed Use Development masih berlangsung; banyaknya komponen
lingkungan hidup lain yang terkena dampak, dapat meningkatkan vektor penyakit
seperti nyamuk dan bakteri E. Coli yang dapat menularkan penyakit sehingga terjadi
gangguan kesehatan masyarakat; serta bersifat kumulatif dengan kegiatan lain di
sekitarnya yang juga menghasilkan limbah cair yang dapat menurunkan kualitas air
permukaan. Berdasarkan kriteria tersebut, maka penurunan kualitas air permukaan
akibat adanya limbah cair dari kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan
car parking tergolong dampak penting.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 43


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

5. Perubahan Nilai Estetika Lingkungan


Perubahan nilai estetika akibat kegiatan operasional mall, hospital, hotel,
school, dan car parking pada dasarnya merupakan dampak sekunder dari
meningkatnya timbulan sampah /limbah padat dan limbah cair serta kebisingan yang
dapat mengganggu kenyamanan, keindahan, kebersihan, dan menimbulkan bau
tidak sedap.
Berdasarkan uraian sebelumnya bahwa pada kondisi rona awal, secara umum
kualitas ruang mikro di lokasi studi termasuk kurang baik. Ini tentunya akan
mempengaruhi kualitas nilai estetika secara keseluruhan, sehingga sebelum adanya
kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car parking, skala kualitas nilai
estetika tergolong sedang (EQ Tp = skala 3), dengan nilai kualitas 60%. Sesuai hasil
penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5) menunjukkan bahwa dengan
adanya kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car parking akan
mengakibatkan terjadinya penurunan nilai kualitas lingkungan hidup untuk
parameter nilai estetika menjadi sebesar 54% atau termasuk kriteria sedang (EQ Dp
= skala 3). Dengan demikian, besaran (magnitude) dampak kegiatan operasional
mall, hospital, hotel, school, dan car parking terhadap nilai estetika tergolong sangat
kecil (skala 0), karena tidak merubah skala kualitas lingkungan.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak, perubahan nilai estetika ini tidak hanya dapat
dirasakan oleh masyarakat Kelurahan Dul tetapi juga oleh masyarakat luas;
persebaran dampak cukup luas, yaitu meliputi wilayah Kelurahan Dul dan sepanjang
aliran Sungai Bravo; intensitas dan lamanya dampak berlangsung akan terjadi
selama operasional Bangka Mixed Use Development masih berlangsung.
Berdasarkan tingkat kepentingannya, maka dampak tersebut tergolong penting dan
bersifat negatif.
6. Peningkatan Potensi Kebakaran
Potensi bahaya kebakaran dalam kegiatan operasional mall, hospital, hotel,
school, dan car parking disebabkan adanya pelayanan untuk kenyamanan
pengunjung, seperti penyediaan konsumsi, layanan penerangan, hiburan, dll. yang
menggunakan energi listrik dari PLN maupun dari operasional genset. Faktor-faktor
yang dapat menyebabkan terjadinya kebakaran yaitu : kapasitas/daya tampung
pengunjung cukup banyak dan menggunakan energi listrik berdaya relatif tinggi
sering berisiko terjadinya kebakaran (terutama akibat konsleting jaringan listrik,
ledakan kompor gas, dan kelalaian karyawan maupun pengunjung yang membuang
puntung rokok secara sembarangan tanpa mematikannya terlebih dahulu) serta
terdapatnya tangki penampungan BBM dengan rincian sebagai berikut : untuk
hospital kapasitas 2 x 20.000 liter, untuk school kapasitas 1 x 20.000 liter, untuk hotel
kapasitas 1 x 30.000 liter, untuk mall kapasitas 2 x 30.000 liter, untuk h-hypermart

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 44


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

kapasitas 1 x 20.000 liter dan MDS kapasitas 1 x 20.000 liter. Keseluruhan tangki
BBM ini akan di tanam di bawah dasar masing-masing bangunan.
Langkah–langkah penilaian potensi bahaya kebakaran dan ledakan dimulai
dari memilih unit proses, menentukan material factor (MF), menentukan process
unit hazard factor (F3) dengan menghitung general process hazard factor (F1) dan
special process hazard factor (F2), dan kemudian menentukan fire and explosion
index (F&EI). Berdasarkan pedoman Dow’s Fire and Explosion Index, dalam
menentukan unit proses yang akan diteliti, maka unit proses yang dipilih adalah unit
proses yang diperkirakan memiliki potensi bahaya yang besar dan dapat
menimbulkan kerugian yang besar jika terjadi kebakaran dan ledakan. Pada kegiatan
operasional Bangka Mixed Use Development, terdapat penampungan BBM dalam
jumlah cukup besar yang akan digunakan sebagai sumber energi penerangan.
Nilai MF adalah suatu angka yang menggambarkan potensi energi yang
dibebaskan saat kebakaran dan ledakan, yang dihasilkan dari pembakaran atau
reaksi kimia lainnya. Nilai MF diperoleh dari Nf dan Nr yang masing-masing
menggambarkan nilai flammability dan reactivity (atau instability). Berdasakan
NFPA Hazard ID dalam MSDS Solar, diketahui bahwa BBM solar memiliki nilai Health
= 1, Flamability = 3, Reactivity = 0. Oleh karena itu, solar memiliki nilai MF sebesar 16
karena memiliki nilai Nf = 3 dan Nr = 0.
Nilai F1 dan F2 merupakan gambaran process hazard yang dikuantifikasi
dengan ”penalti” sebagai faktor dalam perhitungan. Nilai F1 adalah faktor utama
yang berperan dalam menentukan besarnya kerugian dari insiden (seperti reaksi
endoterm/eksoterm, pemindahan material BBM, unit proses tertutup, akses jalan,
saluran pengendalian tumpahan), nilai F1 terhitung sebesar 2,35. Sedangkan nilai F2
adalah faktor yang dapat meningkatkan probabilitas potensi insiden, dan merupakan
kondisi proses yang spesifik yang berdasarkan sejarah berkontribusi menjadi
penyebab utama insiden kebakaran dan ledakan (material beracun, tekanan bawah
atmosfir, temperatur operasional, tekanan pelepasan, jumlah material, korosi,
kebocoran, penggunaan peralatan, peralatan berputar, dll), nilai F2 terhitung
sebesar 2,56. Perhitungan nilai setiap item “penalti” F1 dan F2 disajikan dalam
lampiran dokumen ini.
Nilai F3 merupakan ukuran degree of hazard exposure dari unit proses
dengan rentang nilai 1 – 8. Nilai F3 merupakan hasil perkalian antara F1 dan F2, yaitu
sebesar 6,016, dan digolongkan sebagai degree of hazard exposure yang tergolong
tinggi. Sedangkan nilai F&EI merupakan gambaran potensi bahaya yang ada dalam
unit proses yang dapat dikategorikan berdasarkan tingkat bahaya. Nilai F&EI didapat
dari hasil perkalian antara F3 dan MF, yaitu sebesar 96,256 (dibulatkan menjadi 96)
dengan radius exposure mencapai 80,855 ft atau 0,024 km. Berdasarkan Pedoman
Dow’s Fire and Explosion Index, diketahui bahwa unit proses dengan kisaran F & EI

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 45


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

sebesar 61 – 96 termasuk dalam klasifikasi tingkat bahaya menengah (moderate).


Indeks perhitungan potensi bahaya kebakaran disajikan dalam Lampiran.
Hal yang paling merugikan jika terjadi kebakaran Bangka Mixed Use
Development adalah terhentinya kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school,
dan car parking yang dikarenakan kerusakan akibat kebakaran tersebut, sehingga
dapat mengancam keselamatan pekerja dan pengunjung, serta menghilangkan asset
perusahaan yang dapat berimbas pada terhentinya kegiatan. Berdasarkan hasil
penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5) diketahui bahwa sebelum adanya
kegiatan, nilai skala kualitas potensi kebakaran tergolong baik sekali (EQ Tp = skala
5), dengan nilai kualitas 96,76%. Dengan adanya kegiatan operasional mall, hospital,
hotel, school, dan car parking akan mengakibatkan terjadinya perubahan kualitas
lingkungan parameter potensi kebakaran menjadi sedang (EQ Dp = skala 3), nilai
kualitas 57,33%. Dengan demikian, besaran (magnitude) dampak terhadap potensi
kebakaran tergolong sedang (skala 2).
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak jika terjadi kebakaran termasuk banyak yaitu para
pengunjung, pekerja, pengelola perusahaan, serta masyarakat sekitar yang
bermukim di dekat lokasi Bangka Mixed Use Development; luas persebaran dampak
mencakup wilayah operasional Bangka Mixed Use Development dan sekitarnya;
ditinjau dari intensitas dampak, peluang terjadinya dampak potensi kebakaran
termasuk sedang karena di lokasi tersebut tersedia stock BBM dalam jumlah cukup
banyak yang termasuk ke dalam bahan yang mudah terbakar, lamanya dampak
berlangsung bahwa potensi kebakaran dapat terjadi sewaktu-waktu (bersifat
insidentil) selama kegiatan operasional berlangsung; adanya komponen lingkungan
hidup lain yang akan terkena dampak, yaitu gangguan K3 dan kelangsungan
usaha/kegiatan. Berdasarkan tingkat kepentingan dampaknya, dampak kegiatan
operasional mall, hospital, hotel, school, dan car parking terhadap peningkatan
potensi kebakaran termasuk dampak penting.
7. Peningkatan Gangguan Petir
Petir adalah suatu fenomena alam, yang pembentukannya berasal dari
terpisahnya muatan di dalam awan cumulonimbus (yang terbentuk akibat adanya
pergerakan udara ke atas akibat panas dari permukaan laut serta adanya udara yang
lembab). Umumnya muatan negatif terkumpul di bagian bawah dan ini
menyebabkan terinduksinya muatan positif di atas permukaan tanah, sehingga
membentuk medan listrik antara awan dan tanah. Jika muatan listrik cukup besar
dan kuat medan listrik di udara dilampaui, maka terjadi pelepasan muatan berupa
petir atau terjadi sambaran petir yang bergerak dengan kecepatan cahaya dengan
efek merusak yang sangat dahsyat karena kekuatannya.
Indonesia terletak di daerah katulistiwa yang panas dan lembab,
mengakibatkan terjadinya hari guruh (IKL) yang sangat tinggi dibanding daerah

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 46


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

lainnya (100 - 200 hari pertahun), hal tersebut tidak terkecuali di Pulau Bangka yang
memiliki intensitas petir cukup tinggi. Kerapatan sambaran petir di Indonesia juga
sangat besar, yaitu 12/km2/tahun yang berarti pada setiap luas area 1 km 2
berpotensi menerima sambaran petir sebanyak 12 kali setiap tahunnya atau 1
kali/bulan. Tingginya intensitas sambaran petir ini dapat menunjukan rendahnya
kualitas lingkungan untuk parameter gangguan petir, katakanlah pada batas nilai
criteria agak buruk (EQ Tp = skala 2, nilai kualitas 40%).
Petir dapat menghujam pada bangunan atau objek yang menjulang tinggi
atau daratan yang luas dan bisa terkena pada manusia. Bangunan Bangka Mixed
Use Development tergolong cukup tinggi (ketinggian mencapai 32 meter) dimana
termasuk salah satu bangunan yang paling tinggi di daerah studi, sehingga potensi
terkena sambaran petir cukup tinggi. Namun mengingat sesuai dengan rencana
perusahaan untuk memasang tiang penangkal petir setinggi ± 8 meter sebanyak satu
unit di sisi bangunan teratas dengan radius perlindungan hingga 100 meter, maka
potensi terjadinya sambaran petir terhadap bangunan dan fasilitas lainnya di dalam
lingkungan Bangka Mixed Use Development menjadi sangat kecil, dimana adanya
potensi gangguan petir hanya akan terjadi jika instalasi penangkal petir mengalami
kerusakaan (bersifat insidentil), atau dapat dikatakan kualitas lingkungan hidup
untuk parameter gangguan petir setelah ada kegiatan operasional mall, hospital,
hotel, school, dan car parking masih termasuk agak buruk (EQ Dp = skala 2) namun
nilai kualitas lingkungan menurun dari 40% menjadi 35%. Dengan demikian, besaran
(magnitude) dampak kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development
terhadap gangguan petir termasuk sangat kecil (skala 0), penetapan indeks kualitas
lingkungan terlampir.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak bahwa terjadinya insiden gangguan petir terhadap
bangunan Bangka Mixed Use Development dapat mengancam keselamatan seluruh
pengunjung dan karyawan perusahaan; ditinjau dari lamanya dampak berlangsung
bahwa insiden gangguan petir dapat terjadi sewaktu-waktu selama kegiatan
operasional berlangsung terutama pada saat musim hujan dan instalasi penangkal
petir mengalami kerusakan; adanya komponen lingkungan hidup lain yang akan
terkena dampak, yaitu gangguan keselamatan dan kelangsungan usaha/kegiatan.
Berdasarkan tingkat kepentingan dampaknya, dampak kegiatan operasional mall,
hospital, hotel, school, dan car parking terhadap gangguan /potensi petir termasuk
dampak penting.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 47


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

8. Peningkatan Organisme Vektor Penyakit


Timbulnya organisme yang merupakan vector penyakit adalah merupakan
dampak lanjutan dari meningkatnya timbulan sampah atau limbah padat dan limbah
cair yang sering dijadikan tempat berkembangnya organism vector penyakit.
Sampah merupakan sumber penyakit, baik secara langsung maupun tak langsung.
Secara langsung sampah merupakan tempat berkembangnya berbagai parasit,
bakteri dan patogen; sedangkan secara tak langsung sampah merupakan sarang
berbagai vektor (pembawa penyakit) seperti tikus, kecoa, lalat dan nyamuk. Sampah
yang membusuk; maupun kaleng, botol, plastik; merupakan sarang patogen dan
vektor penyakit. Berbagai penyakit yang dapat muncul karena sampah yang tidak
dikelola antara lain adalah, diare, disentri, cacingan, typus, malaria, kaki gajah
(elephantiasis) dan demam berdarah. Penyakit-penyakit ini merupakan ancaman
bagi manusia.
Tidak terkecuali di dalam lingkungan Bangka Mixed Use Development,
wadah sampah merupakan tempat yang sangat ideal bagi pertumbuhan vektor
penyakit terutama lalat dan tikus. Hal ini disebabkan dalam wadah sampah biasanya
terdapat juga sisa makanan dalam jumlah yangcukup banyak. Tempat Penampungan
Sementara / Container juga merupakan tempat berkembangnya vektor tersebut
karena alasan yang sama. Sudah barang tentu akan menurunkan kualitas kesehatan
lingkungan sekitarnya.
Vektor penyakit terutama lalat sangat potensial berkembangbiak di lokasi
yang banyak terdapat tumpukan sampah. Hal ini terutama disebabkan oleh
frekwensi pengangkutan sampah terlambat sehingga siklus hidup lalat dari telur
menjadi larva telah berlangsung sebelum sampah tersebut diangkut ke TPA.
Gangguan akibat lalat umumnya dapat ditemui sampai radius 1-2 km dari lokasi
tempat penampungan sampah (- See more at:
http://awaluddin.web.id/archives/271#sthash.lA4gba0X.dpuf). Selain itu dari limbah
cair dapat berpotensi juga terhadap timbulnya organisme vector penyakit seperti
nyamuk, lalat, kecoa, bakteri (terutama E. coli), dan lain-lain, yang tidak kalah
pentingnya dari vector penyakit yang ditimbulkan akibat sampah.
Kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car parking akan
menghasilkan sampah sebanyak 3.099,00 kg/hari serta limbah padat basah sekitar
4.865,43 lt/hari dan limbah cair 980 m 3/hari. Meskipun perusahaan telah
merencanakan untuk pengelolaannya dengan baik sesuai dengan teknologi yang
dimilikinya, namun mengingat jumlah limbah (padat dan cair) sangat banyak maka
diprakirakan tetap akan berdampak terhadap timbulnya organisme vektor penyakit,
sekalipun kemungkinannya tidak termasuk besar.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 48


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Berdasarkan hasil survei, pada rona awal keberadaan organism yang dapat
menjadi vector penyakit di lokasi rencana usaha/kegiatan Bangka Mixed Use
Development masih sedikit. Vector penyakit yang diprakirakan sudah ada adalah
tikus, kecoa dan nyamuk. Dengan demikian kualitas lingkungan hidup untuk
parameter organism vector penyakit secara keseluruhan dapat dikatakan masih
tergolong baik (EQ Tp = skala 4) dengan nilai parameter 80%.
Dengan adanya rencana perusahaan dalam mengelola sampah dan limbah
cair yang dihasilkan dari kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car
parking, diharapkan dampak lanjutannya terhadap kemungkinan timbulnya vector
penyakit dapat dicegah atau minimal dikendalikan sekecil mungkin, sehingga
menurunnya nilai kualitas lingkungan hidup untuk parameter organism vector
penyakit di wilayah studi menjadi kecil atau maksimal mengalami penurunan sebesar
10%. Dengan demikian, kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car
parking secara keseluruhan diprakirakan menimbulkan dampak terhadap timbulnya
vector penyakit dengan besaran (magnitude) dampak tergolong sangat kecil (skala
0) karena tidak merubah skala kualitas lingkungan hidup (EQ Dp tetap pada skala 4 =
baik), hanya saja nilai kualitasnya menurun dari 80% menjadi 70% (hasil penetapan
indeks kualitas lingkungan terlampir).
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak bahwa meningkatnya organisme vektor penyakit
dapat mengganggu kesehatan masyarakat di sekitarnya dan bahkan juga karyawan
perusahaan dan pengunjung; persebaran dampak cukup luas; ditinjau dari lamanya
dampak berlangsung bahwa kemungkinan adanya organisme vektor penyakit dapat
terjadi selama kegiatan operasional masih berlangsung; adanya komponen
lingkungan hidup lainnya yang akan terkena dampak yaitu gangguan kesehatan
masyarakat serta timbulnya sikap dan persepsi masyarakat yang bersifat negatif; dan
dampak bersifat kumulatif akibat kegiatan lainnya di sekitar lokasi usaha/kegiatan.
Berdasarkan tingkat kepentingan dampaknya, maka dampak kegiatan operasional
mall, hospital, hotel, school, dan car parking terhadap timbulnya organisme vektor
penyakit termasuk dampak penting.
9. Peningkatan Peluang Usaha
Sebagian masyarakat di wilayah studi mengharapkan bahwa dengan adanya
kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car parking dapat membuka
peluang usaha baru bagi masyarakat yang dapat dikerjasamakan dengan pengelola
Bangka Mixed Use Development ataupun yang sifatnya usaha mandiri. Jenis usaha
tersebut misalnya : pengadaan akomodasi untuk kegiatan hotel dan rumah sakit,
menyewa tempat usaha di mall, serta usaha penitipan dan pencucian helm dan
kendaraan di car parking, dan lain sebagainya. Sedangkan usaha mandiri yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat setempat adalah membuka warung/toko dan tempat
kos atau rumah sewa untuk karyawan perusahaan yang jumlahnya cukup banyak.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 49


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Berdasarkan data dari Profil Kelurahan Dul Tahun 2013, struktur penduduk di
Kelurahan Dul didominasi oleh masyarakat yang bermatapencaharian tidak tentu
(lainnya) sebanyak 78,79%. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa di wilayah studi
masih relative kurang peluang usaha untuk masyarakat setempat sehingga
diperlukan peluang usaha baru yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat sesuai
dengan tingkat pendidikan dan kemampuannya. Untuk menentukan kualitas
lingkungan hidup parameter peluang usaha didekati dengan perhitungan yaitu 100%
- 78,79% = 21,21%, atau dengan kata lain termasuk criteria agak buruk (EQ Tp = skala
2).
Untuk menjadi pengusaha baru biasanya tidak mudah untuk memulainya,
namun jika telah tersedia ruang /tempat, fasilitas, kesempatan dan peluang yang
cukup untuk tumbuh dan berkembangnya usaha maka diharapkan masyarakat
setempat dapat memanfaatkannya dengan baik. Jika minimal 25% dari masyarakat
yang matapencahariannya tidak tentu dapat memanfaatkan peluang usaha baru
tersebut, maka jumlah keluarga yang memiliki matapencaharian tidak tentu akan
berkurang menjadi = (78,79%) – (0.25 x 78,79%) = 59,09%, sehingga kualitas
lingkungan hidup parameter peluang usaha akan meningkat menjadi 100% - 59,09%
= 40,91% atau dapat dikatakan setelah ada kegiatan menjadi criteria sedang (EQ Dp
= skala 3).
Tabel 3.27. Prakiraan Penurunan Prosentase Keluarga yang Bermatapencaharian
Tidak Tentu Akibat Kegiatan Operasional Bangka Mixed Use
Development
Prosentase Keluarga Kualitas Lingkungan
Bermatapencaharian
No. Uraian
Tidak Tentu Nilai (%) Skala Kriteria
(%)
1. Sebelum kegiatan (EQ Tp) 78,79 21,21 2 Agak buruk
2. Dengan adanya kegiatan
ops. Mall, Hospital, Hotel, 59,09 40,91 3 Sedang
Car Parking (EQ Dp)
Selisih /Dampak -19,70 19,70 +1 Kecil
Keterangan : Berkurangnya keluarga yang Bermatapencaharian tidak tentu karena memiliki usaha baru akibat
kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development

Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah


penduduk yang terkena dampak yaitu sebanyak 25% dari jumlah penduduk
Kelurahan Dul yang semula tidak memiliki matapencaharian yang menentu;
persebaran dampak cukup luas karena peluang usaha baru ini sangat terbuka bagi
masyarakat luas; ditinjau dari intensitas dan lamanya dampak berlangsung bahwa
terbukanya peluang usaha baru dapat terjadi selama kegiatan operasional masih
berlangsung; dan adanya komponen lingkungan hidup lainnya yang akan terkena
dampak yaitu tumbuhnya perekonomian lokal serta timbulnya sikap dan persepsi
masyarakat yang bersifat positif. Berdasarkan tingkat kepentingannya, maka

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 50


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

dampak kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car parking terhadap
terbukanya peluang usaha baru termasuk dampak penting dan bersifat positif.
10. Peningkatan Gangguan Kelancaran Lalu Lintas Darat
Dengan beroperasinya kegiatan Bangka Mixed Use Development (mall, hospital,
hotel, school, dan car parking), maka diprakirakan akan terjadi peningkatan volume
arus lalulintas kendaraan di Jalan Raya Koba khususnya di depan lokasi Bangka
Mixed Use Development. Bertambahnya jumlah lalulintas kendaraan, berkurangnya
kecepatan kendaraan dan/atau adanya waktu delay pada saat ada kendaraan yang
akan masuk ataupun ke luar dari dalam areal Bangka Mixed Use Development
dipastikan akan mengganggu kelancaran lalulintas kendaraan di wilayah studi.
- Jalan Raya Koba (Depan Lokasi Rencana Kegiatan Bangka Mixed Use
Development)
Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya diketahui bahwa pada kondisi
rona awal, data kapasitas jalan dan kinerja lalulintas di Jalan Raya Koba (di depan
lokasi rencana proyek) adalah sebagai berikut :
Tabel 3.28. Kapasitas Jalan dan Kinerja Lalulintas Kendaraan Sebelum Kegiatan
Operasional Bangka Mixed Use Development (Mall, Hospital, Hotel,
School dan Car Parking)
Indeks Kualitas
Hasil Perhitungan
Lingkungan
No. Uraian Satuan
Nilai
Pagi Siang Skala Kualitas
(%)
1 5.399,42 5.399,42
Kapasitas Jalan (C) (smp/jam)
4 4
2 Jumlah Seluruh
Kend./Jam 4.560 2.275
Kendaraan (QKendaraan)
3 Volume Lalulintas (Qsmp) (smp/jam) 3.070,8 1.528,9 67,80 4 Baik
4 Derajat Kejenuhan (DS) =
0,57 0,28
Qsmp/C
5 Indeks Tingkat Pelayanan
- A A
(ITP)
Sumber: Perhitungan Tim AMDAL berdasarkan MKJI 1997

Berdasarkan table di atas diketahui bahwa pada kondisi rona awal, kualitas
lingkungan hidup untuk parameter kelancaran lalulintas di wilayah studi termasuk
criteria baik (EQ Tp = skala 4), dengan nilai kualitas 67,80%.
Pada saat kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car parking
akan mengalami penambahan jumlah kendaraan yang melewati Jalan Raya Koba
karena adanya kendaraan yang masuk dan keluar areal Bangka Mixed Use
Development. Sesuai dengan prakiraan dari jumlah pengunjung, karyawan dan arus
barang yang akan datang menggunakan kendaraan setiap harinya, maka dapat
diperkirakan penggunaan kendaraan akibat adanya kegiatan Bangka Mixed Use
Development seperti pada table di bawah ini.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 51


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Tabel 3.29. Prakiraan Tambahan Jumlah Kendaraan Akibat Kegiatan Operasional


Bangka Mixed Use Development
Q Kend. Q smp
No. Jenis Kendaraan Keterangan
(Kend./Jam) (smp/Jam)
1 Mobil (Lv) 342 342
2 Motor (Mc) 1.555 622 Pagi dan siang
3 Bis/Truk (Hv) 6 7,8
Jumlah 1.903 971,8
Sumber : Perhitungan Tim AMDAL berdasarkan MKJI 1997

Sehingga dapat ditentukan peningkatan kinerja lalulintas kendaraan di Jalan


Raya Koba (di depan lokasi rencana Bangka Mixed Use Development) akibat adanya
kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car parking seperti pada table
di bawah ini.
Tabel 3.30. Prakiraan Perubahan Kinerja Lalulintas Kendaraan di Jalan Raya Koba (di
Depan Lokasi Rencana Usaha/Kegiatan) Akibat Kegiatan Operasional
Bangka Mixed Use Development
Volume
Kapasitas Kualitas
Lalulintas DS dan ITP
No. Uraian Jalan Lingkungan
(smp/jam)
(smp/jam)
Pagi Siang Pagi Siang Nilai (%) Skala
Tanpa Kegiatan = 0,57 0,28
1 5.399,424 3.070,8 1.528,9 67,80 4
EQ Tp (A) (A)
Dengan Kegiatan
Operasional
0.75 0.46
2 Bangka Mixed Use 5.399,424 4.042,6 2.500.7 54,20 3
(C) (A)
Development = EQ
Dp
Perubahan / Dampak - 971,8 971,8 0,18 0,18 -13,60 -1
Sumber: Perhitungan Tim AMDAL berdasarkan MKJI 1997

Berdasarkan table di atas menunjukan bahwa kegiatan operasional mall,


hospital, hotel, school, dan car parking akan meningkatkan derajat kejenuhan
lalulintas kendaraan dan menurunkan indeks tingkat pelayanan di Jalan Raya Koba
(depan lokasi rencana usaha/kegiatan), dimana sesuai hasil penetapan indeks
kualitas lingkungan (Lampiran 5) akan menurunkan nilai kualitas lingkungan untuk
parameter kelancaran lalulintas dari 67,80% (skala 4) menjadi 54,20% (skala 3).

- Fasilitas Jalan Menuju Areal Parkir (di Dalam Rencana Lokasi Kegiatan Bangka
Mixed Use Development)
Untuk mengetahui dampak kegiatan operasional Bangka Mixed Use
Development secara keseluruhan perlu dikaji pula kinerja fasilitas jalan dan areal
parkir yang berada di dalam lokasi rencana usaha/kegiatan, karena apabila volume
lalulintas kendaraan (Q smp) di dalam area Bangka Mixed Use Development melebihi
kapasitas jalan dan area parkirnya maka akan berdampak terhadap kelancaran
lalulintas di jalan raya. Jika arus ke luar masuknya kendaraan pengunjung
mengalami hambatan di dalam area usaha/kegiatan, tidak menutup kemungkinan
kendaraan pengunjung akan diparkir di pinggir Jalan Raya Koba di depan lokasi

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 52


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

usaha/kegiatan atau minimal akan mengalami kesulitan untuk memasuki areal


Bangka Mixed Use Development.
Tabel 3.31. Geometrik Rencana Fasilitas Jalan di Dalam Area Bangka Mixed Use
Development
No
Rencana Jalan Lebar Jalan (m) Jumlah Lajur Tipe Jalan TIpe Alinyemen
.
Jalan Menuju 2 lajur, 2
1. 9 2/2 UD Datar
Area Parkir 1 jalur
Jalan Menuju 2 lajur, 2
2. 7 2/2 UD Datar
Area Parkir 2 jalur
Sumber: Manajeman PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH, 2014

Tabel 3.32. Perhitungan Kapasitas Fasilitas Jalan Menuju Area Parkir Bangka Mixed
Use Development
Faktor Penyesuaian untuk Kapasitas
Lebar Kapasitas Kapasitas
Rencana Lebar Pemisah Hambatan
No. Jalan Dasar (Co) Ukuran Jalan (C)
Jalan Jalur Arah Samping
(m) (smp/jam) Kota (smp/jam)
(FCw) (FCsp) (FCsf)
Jalan
1. Menuju Area 9 2.900 1,25 0,88 0,93 0,86 2551,4
Parkir 1
Jalan
2. Menuju Area 7 2.900 1,00 1,00 0,93 0,86 2319,42
Parkir 2
Sumber: Manajeman PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH dan Hasil Perhitungan Tim AMDAL, 2014

Tabel 3.33. Prakiraan Jumlah /Volume Kendaraan (Q Kendaraan dan Q smp ) Dalam
Kegiatan Operasional Bangka Mixed Use Development
Qkend Qsmp
Jenis Lokasi Parkir 1 Lokasi Parkir 2 Lokasi Parkir 1 Lokasi Parkir 2
No
Kendaraan Rumah Rumah
Sekolah Mall Hotel Sekolah Mall Hotel
Sakit Sakit
1 Mobil (Lv) 151 177 11 3 151 177 11 3
2 Motor (Mc) 558 989 1 7 223,2 395,6 0,4 2,8
3 Bis/Truk (Hv) 4 2 0 0 5,2 2,6 0 0
713 1168 12 10 379,4 575,2 11,4 5,8
Total
1881 22 954,6 17,2
Sumber: Manajeman PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH, 2014

Tabel 3.34. Prakiraan Derajat Kejenuhan (DS) dan Indeks Tingkat Pelayanan (ITP)
Fasilitas Jalan di Dalam Area Bangka Mixed Use Development
Kapasitas Jalan (C) Volume (Q)
No Rencana Jalan DS=Q/C ITP
smp/jam smp/jam
1. Jalan Menuju Area
2.551,4 954,6 0,37 A
Parkir 1
2. Jalan Menuju Area
2.319,42 17,2 0,007 A
Parkir 2
Sumber: Hasil Perhitungan Tim AMDAL, 2014

Berdasarkan hasil perhitungan Derajat Kejenuhan (DS) dan Indeks Tingkat


Pelayanan (ITP) pada fasilitas jalan menuju lokasi parkir dalam areal Bangka Mixed

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 53


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Use Development dapat diketahui bahwa tingkat kejenuhan kendaraan sangat


rendah, indeks tingkat pelayanan tergolong sangat baik /lancar, arus bebas, volume
kendaraan rendah, pengemudi bebas memilih kecepatan. Dengan demikian
kegiatan mobilitas kendaraan di dalam areal Bangka Mixed Use Development tidak
akan mengganggu kelancaran lalulintas di luar lokasi usaha/kegiatan (di Jalan Raya
Koba).
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa menurunnya kualitas lingkungan
untuk parameter kelancaran lalulintas akibat kegiatan operasional mall, hospital,
hotel, school, dan car parking adalah murni disebabkan oleh karena adanya
peningkatan jumlah arus kendaraan di Jalan Raya Koba, dan tidak dipengaruhi oleh
kondisi lalulintas kendaraan di dalam area Bangka Mixed Use Development. Namun
demikian tetap akan dipengaruhi oleh adanya kendaraan yang ke luar atau masuk
area Bangka Mixed Use Development yang akan memperlambat laju kendaraannya
sesaat.
Berdasarkan hasil analisis dampak gangguan terhadap kelancaran lalulintas
seperti di atas dan sesuai hasil penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5),
maka diprakirakan dengan adanya kegiatan operasional Bangka Mixed Use
Development di Jalan Raya Koba dapat mengakibatkan penurunan kualitas
lingkungan untuk parameter kelancaran lalulintas dari kriteria baik (EQ Tp = skala 4,
nilai kualitas 67,80%) menurun menjadi kriteria sedang (EQ Dp = skala 3, nilai
kualitas 54,20%), dengan demikian besaran (magnitude) dampak tersebut termasuk
dampak kecil (skala 1).
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
masyarakat yang akan menerima dampak akan cukup banyak, karena akan dapat
dirasakan oleh masyarakat luas sebagai pengguna Jalan Raya Koba; intensitas
dampak termasuk relative tinggi dan lamanya dampak dapat terjadi selama kegiatan
operasional Bangka Mixed Use Development berlangsung; banyaknya komponen
lingkungan lain yang terkena dampak, yaitu dapat menimbulkan dampak lanjutan
terhadap sikap dan persepsi masyarakat yang bersifat negative; dan bersifat
kumulatif dengan kegiatan lain di sekitarnya yang juga banyak memanfaatkan jalan
tersebut sebagai prasarana transportasi. Dengan demikian, dilihat dari tingkat
kepentingannya, maka dampak kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school,
dan car parking terhadap kelancaran lalulintas di wilayah studi tergolong penting
dan bersifat negatif.
Dari hasil perhitungan dan penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa
peningkatan jumlah kendaraan pengunjung, karyawan, dan arus barang pada saat
kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development tidak akan melebihi kapasitas
Jalan Raya Koba di wilayah studi, serta peningkatan Derajat Kejenuhan (DS) lalulintas
relative kecil, sehingga tidak akan melabihi daya dukung lingkungan untuk parameter
Indeks Tingkat Pelayanan (ITP) jalan.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 54


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

11. Peningkatan Perekonomian Lokal


Para pengunjung yang melakukan berbagai transaksi ataupun memanfaatkan
jasa pelayanan di dalam kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car
parking akan dikenakan pajak pertambahan nilai (PPn) sebesar 10% dari tarif barang
atau tarif layanan. Dana yang diperoleh dari pajak tersebut selanjutnya akan
menjadi pendapatan negara dari pajak. Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah akan
menerima sebagian dari hasil pajak tersebut dalam bentuk bagi hasil pajak yang
merupakan salah satu komponen dari Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Selain berasal dari pajak, Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah akan
memperoleh tambahan PAD dari retribusi daerah. Pada kegiatan layanan konsumen
di Bangka Mixed Use Development, retribusi yang berpotensi menyumbangkan PAD
yang cukup besar adalah retribusi parkir, retribusi dari penggunaan listrik PLN,
retribusi penggunaan air bawah tanah, retribusi kebersihan, dan retribusi sah lainnya
yang terkait dengan usaha/kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development.
Berdasarkan data Statistik Daerah Kabupaten Bangka Tengah 2013,
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Bangka Tengah dari tahun 2010 – 2012
menunjukkan trend yang meningkat. Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)
dari tahun 2010 sampai tahun 2012 mengalami peningkatan yang signifikan. Pada
tahun 2012 PDRB Kabupaten Bangka Tengah berdasarkan harga berlaku (ADHB)
berjumlah Rp. 4.227,7 Milyar atau naik sebesar 13,23 persen dibanding tahun
sebelumya. Sedangkan berdasarkann harga konstan, yang mencerminkan produksi
kotor riil daerah PDRB Kabupaten Bangka Tengah sebesar 1.46,5 Milyar atau naik
sebesar 5,95 persen dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 1.384,1 Milyar. Berarti
laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 sebesar 5,95 persen. Struktur ekonomi
pada tahun 2012 didominasi oleh sektor pertambangan dengan kontribusinya
sebesar 22,55% terhadap pembentukan PDRB Kabupeten Bangka Tengah. Kemudian
disusul oleh sector industri pengolahan sebesar 21,59%. Untuk sector perdagangan,
hotel dan restoran sendiri berada pada urutan ke-3 dengan menyumbangkan
sebesar 20,11% terhadap pembentukan PDRB Kabupeten Bangka Tengah. 
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada kondisi rona awal
secara keseluruhan kualitas lingkungan hidup untuk parameter perekonomian local
di wilayah studi termasuk kriteria sedang (EQ Tp = skala 3) dengan nilai kualitas 60%.
Dengan adanya berbagai jenis pajak dan kewajiban financial lainnya yang sah
sesuai ketentuan, maka kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development
diharapkan dapat semakin meningkatkan peran sector perdagangan, hotel, restoran
dan jasa lainnya dalam menyumbangkan PAD dan PDRB Kabupeten Bangka Tengah,
sehingga dalam jangka panjang dapat meningkatkan ranking sebagai penyumbang
terhadap PDRB minimal berada pada urutan ke-2. Jika hal tersebut dapat terwujud

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 55


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

maka dapat dianggap bahwa kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development
dapat meningkatkan nilai kualitas lingkungan hidup untuk parameter perekonomian
local dari sector perdagangan dan jasa minimal menjadi 80% (EQ Dp = skala 4 =
criteria baik). Dengan demikian, besaran (magnitude) dampak kegiatan operasional
mall, hospital, hotel, school, dan car parking terhadap peningkatan perekonomian
lokal tergolong kecil (skala 1), penetapan indeks kualitas lingkungan terlampir.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
masyarakat yang akan menerima dampak cukup banyak, karena akan dapat
dirasakan oleh masyarakat banyak (tidak hanya penduduk Kelurahan Dul, Kecamatan
Pangkalan Baru); luas persebaran dampak dapat meliputi wilayah Kabupaten Bangka
Tengah; intensitas dampak termasuk cukup tinggi dan lamanya dampak dapat terjadi
selama kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development masih berlangsung;
banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak, yaitu dapat
menimbulkan dampak lanjutan terhadap sikap dan persepsi masyarakat yang
bersifat positif; dan bersifat kumulatif dengan kegiatan lain di sekitarnya yang
bergerak di sector perdagangan dan jasa. Dengan demikian, dilihat dari tingkat
kepentingannya, maka dampak kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school,
dan car parking terhadap peningkatan perekonomian local tergolong penting.
12. Perubahan Persepsi dan Sikap Masyarakat
Kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development diprakirakan dapat
menimbulkan sejumlah persepsi dan sikap masyarakat. Timbulnya dampak ini
merupakan akumulasi dari berbagai jenis dampak terhadap komponen fisik-kimia,
biologi dan sosekbud lainnya baik yang bersifat negative maupun positif. Perubahan
sikap dan persepsi masyarakat terhadap perusahaan dapat berifat positif maupun
negative. Jika dilihat dari rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perusahaan,
dimana sejak awal telah direncanakan untuk mengantisipasi berbagai dampak
negative yang timbul dan mengembangkan dampak positif yang dapat
ditimbulkannya, serta dari hasil kajian /prakiraan dampak primernya dimana
besaran dampak negative yang ditimbulkannya termasuk sangat kecil – kecil,
dampak positifnya (peningkatan peluang usaha dan perekonomian local) cukup
berperan penting dalam menggerakan perekonomian daerah, maka diprakirakan
dampak terhadap perubahan sikap dan persepsi masyarakat ini akan bersifat positif.
Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5)
menunjukkan bahwa besaran (magnitude) dampak kegiatan operasional mall,
hospital, hotel, school, dan car parking terhadap persepsi dan sikap masyarakat
tergolong sangat kecil (skala 0), karena tidak terjadi perubahan skala kualitas
lingkungan (tetap berada pada skala 5, EQ Tp = EQ Dp), namun nilai kualitas
lingkungan meningkat dari 87,50% menjadi 100%.
Ditinjau dari kriteria tingkat kepentingan dampak, jumlah masyarakat yang
terkena dampak tidak hanya meliputi masyarakat di Kelurahan Dul, Kecamatan

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 56


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Pangkalan Baru akan tetapi juga masyarakat luas; wilayah persebararan dampak
meliputi Kabupaten Bangka Tengah; intensitas dampak cukup tinggi dan dapat
berlangsung selama kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development masih
berjalan; komponen lingkungan lain yang terkena dampak adalah bahwa dampak ini
dapat berpengaruh terhadap kelancaran /kelangsungan usaha/kegiatan; dan
dampak bersifat kumulatif menurut ruang dan waktu dengan kegiatan lainnya.
Dengan demikian, dilihat dari tingkat kepentingannya, maka dampak kegiatan
operasional mall, hospital, hotel, school, dan car parking terhadap perubahan sikap
dan persepsi masyarakat tergolong penting dan bersifat positif.
13. Peningkatan Gangguan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Penyebab terjadinya ganguan K3 selain karena factor internal dari kelalaian
pengunjung, karyawan dan pengelolanya sendiri juga karena factor eksternal dari
kondisi fasilitas yang terdapat di Bangka Mixed Use Development seperti
penggunaan lift, excalator, sarana permainan, resiko jatuh dari lantai atas, dan lain-
lain. Faktor resiko petugas kesehatan pada saat melakukan pelayanan medis, seperti
terkena bahan bahan kimia yang mudah menguap /meledak/terbakar (Ethylene,
Oxide, Formaldehyde, Glutaraldehyde, Obat Ca, Gas anestesi, Mercury, Chlorine, dll),
faktor yang mempengaruhi kondisi fisik para pekerja (radiasi pengion, suhu panas,
suhu dingin), faktor psikososia (kerja shift, menghadapi kematian), terluka saat
melakukan pembersihan peralatan dan ruangan, terinfeksi virus atau penyakit
menular dari pasien rawat inap, dsb. Gangguan terhadap K3 pada saat memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien tergolong cukup besar dan dapat terjadikapan
saja jika tidak bekerja sesuai SOP.
Sebelum ada kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car
parking dapat dikatakan bahwa kualitas lingkungan untuk parameter Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) termasuk kriteria baik sekali (EQ Tp = skala 5) dengan nilai
kualitas 100% (karena belum ada kegiatan). Berdasarkan hasil penetapan indeks
kualitas lingkungan (Lampiran 5) dengan adanya kegiatan operasional mall, hospital,
hotel, school, dan car parking akan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan
hidup menjadi tergolong baik (EQ Dp = skala 4), nilai kualitas lingkungan 80%.
Dengan demikian, besaran (magnitude) dampak terhadap gangguan keselamatan
dan kesehatan kerja tergolong kecil (1) dan bersifat negatif.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
tenaga kerja yang akan menerima dampak relative banyak, dimana peluangnya
dapat terjadi pada seluruh tenaga kerja operasional sebanyak 3.220 orang; lamanya
dampak berlangsung dapat terjadi selama kegiatan operasional berlangsung; adanya
komponen lingkungan lain yang terkena dampak, yaitu timbulnya persepsi dan sikap
negative masyarakat terhadap perusahaan; serta dampak akan bersifat
irreversible /tidak pulih karena jika terjadi kecelakaan kerja yang sifatnya fatal maka
kemungkinan tidak akan pulih seperti semula /cacat permanen. Dengan demikian,

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 57


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

dilihat dari tingkat kepentingannya, maka dampak kegiatan operasional mall,


hospital, hotel, school, dan car parking terhadap gangguan K3 tergolong penting.

3.3.3. Operasional Genset


1. Peningkatan Intensitas Kebisingan
Selama masa operasional, terutama pada malam hari dimana terjadi beban
puncak pemakaian energi listrik atau ketika pasokan listrik dari PLN mengalami
gangguan, maka pengelola Bangka Mixed Use Development akan
mengoperasionalkan 11 unit genset kapasitas 250 – 1.500 KVA secara bergiliran
untuk mencukupi kebutuhan energi listrik agar kegiatan pelayanan tidak terganggu.
Pengoperasian genset ini biasanya akan menimbulkan suara bising yang dapat
mengganggu terhadap pendengaran dan kenyamanan masyarakat sekitar.
Berdasarkan hasil pengukuran in-situ dan analisa laboratorium, pada kondisi rona
awal, tingkat kebisingan di lokasi rencana proyek terukur rata rata 54,2 dB(A) dan
tingkat kebisingan di pemukiman penduduk terukur rata rata 55 dB(A). Dari data
tersebut, diketahui bahwa tingkat kebisingan baik di lokasi rencana proyek maupun
di lokasi pemukiman penduduk berada di bawah baku mutu lingkungan di kawasan
perdagangan dan jasa (sebesar 70 dBA) berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor: Kep-48/MENLH/10/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
Akan tetapi jika dibandingkan dengan baku mutu lingkungan untuk pemukiman
maka tingkat kebisingan di lokasi pemukiman terdekat sudah berada pada batas
buku mutu yang ditetapkan (55 dBA), sehingga kualitas lingkungan hidup untuk
parameter tingkat kebisingan sebelum ada kegiatan tidak tergolong baik. Dengan
adanya kegiatan operasional genset untuk operasional Bangka Mixed Use
Development, diprakirakan akan terjadi peningkatan intensitas kebisingan di lokasi
pemukiman terdekat akan tetapi besarannya sangat kecil karena jaraknya lebih 30
meter dari sumber kebisingan. Adapun perhitungan jarak persebaran kebisingan
disajikan pada table berikut.
Tabel 3.35. Tingkat Kebisingan di Pemukiman Penduduk Pada Jarak Tertentu Dari
Sumber Kebisingan (Genset)
Tingkat Kebisingan (dBA) di Pemukiman pada Jarak (m) dari Sumber
Lokasi Bising
1 5 10 15 20 25 30
Sebelum adanya kegiatan 62 37,03 31 27,48 25 23,05 21,46
Setelah adanya kegiatan 72 47,03 41 37,48 35 33,05 31,46
Keterangan: Data hasil perhitungan tingkat kebisingan pada berbagai jarak

Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5)


diketahui bahwa sebelum adanya kegiatan, kualitas lingkungan hidup untuk
parameter intensitas kebisingan tergolong agak buruk (EQ Tp = skala 2, dengan nilai
kualitas lingkungan 37,65%). Dengan adanya kegiatan operasional genset tidak
menyebabkan perubahan skala kualitas lingkungan untuk parameter intensitas

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 58


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

kebisingan sehingga tetap tergolong agak buruk (EQ Dp = skala 2), hanya saja nilai
kualitas lingkungan menurun menjadi 24,63%. Dengan demikian, besaran
(magnitude) dampak akibat kegiatan operasional genset terhadap peningkatan
intensitas kebisingan tergolong sangat kecil (skala 0).
Tabel 3.36. Prakiraan Perubahan Intensitas Kebisingan Akibat Kegiatan
Pembangunan Bangka Mixed Use Development
Intensitas Kebisingan (dBA) Kualitas Lingkungan
No. Uraian Pemukiman Nilai
Tapak Proyek Skala Kriteria
Terdekat (%)
Sebelum kegiatan (EQ Agak
1. 54,20 55,0 37,65 2
Tp) buruk
2. Dengan adanya
Agak
kegiatan Operasional 75,0 57,0 24,63 2
buruk
Genset (EQ Dp)
Sangat
Selisih /Dampak 20,80 2,0 -13,02 0
kecil

Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah


penduduk yang akan menerima dampak relative banyak, yaitu masyarakat yang
bermukim di sekitar tapak proyek; intensitas kebisingan di dalam wilayah tapak
proyek akan cukup tinggi sehingga dapat melebihi baku mutu untuk kawasan
perdagangan dan jasa; adanya komponen lingkungan lain yang terkena dampak,
yaitu gangguan kebisingan yang dapat mengganggu kenyamanan penduduk; dan
bersifat kumulatif dengan kegiatan di sekitarnya yang sama-sama menimbulkan
kebisingan pada ruang dan waktu yang sama. Dengan demikian, dilihat dari tingkat
kepentingannya, maka dampak kegiatan operasional genset terhadap peningkatan
intensitas kebisingan tergolong penting dan bersifat negatif.
Dari hasil penetapan dan penjelasan di atas diketahui bahwa peningkatan
intensitas kebisingan yang terjadi mungkin dapat melampaui baku mutu yang
ditetapkan untuk kawasan perdagangan dan jasa, namun frekuensinya hanya terjadi
sesekali saja jika supply listrik dari PLN mengalami gangguan (tidak berlangsung terus
menerus). Dengan demikian dapat dikatakan peningkatan intensitas kebisingan
tersebut tidak akan melebihi daya dukung lingkungan.
2. Peningkatan Limbah Cair dan Penurunan Kualitas Air Permukaan
Penggunaan genset membutuhkan BBM solar dan minyak pelumas (oli),
dimana volumenya sangat tergantung pada sering tidaknya genset tersebut
dioperasikan. Berdasarkan rencana operasional perusahaan, estimasi jumlah BBM
solar yang akan digunakan untuk operasional seluruh genset adalah sekitar 702.180
liter/bulan, dan minyak pelumas/oli sekitar 829,9 liter/bulan.
Pengoperasian dan pemeliharaan genset akan berpotensi menimbulkan
limbah berbahaya dan beracun (Limbah B-3), yaitu limbah ceceran BBM solar dan
adanya pelumas bekas. Jika limbah cair yang termasuk B-3 tersebut terlepas ke
lingkungan akan membahayakan lingkungan sekitarnya terutama yang potensinya

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 59


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

cukup tinggi adalah terhadap kualitas air permukaan. Manajemen Bangka Mixed
Use Development akan mengelola limbah B-3 ini sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Ceceran BBM solar, dan pelumas akan disalurkan ke dalam Oil Trap untuk
memisahkan kandungan minyak. Limbah B3 yang terjebak di Oil Trap akan diangkat
dan dimasukan kedalam drum berkapasitas 200 liter. Drum limbah B-3 kemudian
akan simpan di gudang penyimpanan khusus limbah B3. Hasil penampungan
oli/pelumas bekas tersebut kemudian akan diserahkan ke pihak ketiga yang telah
mendapat izin resmi dari Menteri Negara Lingkungan Hidup. Sedangkan air yang
sudah tidak mengandung minyak akan disalurkan ke dalam Sewage Treatment Plant
(STP) Biotech.
Berdasarkan rencana pengelolaan limbah cair B-3 (ceceran BBM solar dan
pelumas) seperti di atas dan penggunaan genset juga terbatas pada saat suply listrik
dari PLN terhenti, maka diprakirakan kemungkinan terlepasnya limbah cair B-3 ke
lingkungan sangat kecil. Kondisi rona awal kualitas air permukaan pada badan air
yang akan menerima dampak sesuai hasil perhitungan dengan Metode Storet
sebagaimana telah diuraikan pada BAB 2, kelas mutu air Sungai Bravo sebagai badan
air penerima dampak dapat dikategorikan sebagai kelas C dengan status mutu
Cemar Sedang dengan skor -28, atau kualitas lingkungan hidup parameter kualitas
air permukaan pada rona awal termasuk criteria sedang (EQ Tp = skala 3), dengan
nilai kualitas 60%. Jika diasumsikan masih ada limbah cair B-3 (ceceran BBM solar
dan pelumas) yang terlepas ke lingkungan, maka akan menurunkan kualitas perairan
Sungai Bravo. Meskipun peluang terjadinya ceceran limbah B-3 ini terlepas ke
lingkungan sangat kecil, namun karena limbah cair ini termasuk limbah B-3 maka
akan menurunkan kualitas lingkungan hidup untuk parameter kualitas air permukaan
menjadi tergolong agak buruk (EQ Dp = skala 2), dengan nilai kualitas 38,7%
(penetapan indeks kualitas lingkungan terlampir). Dengan demikian, besaran
(magnitude) dampak kegiatan operasional genset terhadap peningkatan limbah cair
B-3 dan penurunan kualitas air permukaan tergolong kecil (skala 1).
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
masyarakat yang akan menerima dampak adalah penduduk yang bermukim di
sekitar lokasi kegiatan, serta Sungai dan Kolong Bravo; intensitas dampak cukup
tinggi karena jumlah penggunaan BBM solar dan oli cukup banyak, serta dampak
dapat terjadi kapan saja pada saat kegiatan operasional berlangsung; adanya
komponen lingkungan lain yang terkena dampak, yaitu gangguan kesehatan
masyarakat dan biota perairan; bersifat kumulatif dengan kegiatan di sekitarnya
yang sama-sama menimbulkan pencemaran terhadap Sungai dan Kolong Bravo.
Dengan demikian, dilihat dari tingkat kepentingannya, maka dampak kegiatan
operasional genset terhadap peningkatan limbah cair B-3 dan penurunan kualitas air
permukaan tergolong penting dan bersifat negatif.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 60


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Dari hasil penetapan dan penjelasan di atas diketahui bahwa peningkatan


limbah cair B-3 dan penurunan kualitas air permukaan diprakirakan tidak melebihi
baku mutu yang ditetapkan dan peluang terjadinya sangat kecil. Dengan demikian
dapat dikatakan peningkatan limbah cair B-3 dan penurunan kualitas air permukaan
tersebut tidak akan melebihi daya dukung lingkungan.
3. Penurunan Kualitas Air Tanah
Bahan Bakar Minyak (BBM) solar untuk operasional genset Bangka Mixed
Use Development akan disimpan dalam tangki pendam dengan ukuran untuk
Hospital 2 x 20.000 liter, Mall 2 x 30.000 liter, School 1 x 20.000 liter, Hotel 1 x
30.000 liter, Hypermart 1 x 20.000 liter dan MDS 1 x 20.000 liter. Keseluruhan tanki
tersebut akan ditanam berdekatan dengan ruang genset.
Bahan bakar minyak (BBM) dalam penimbunan dapat terkontaminasi oleh
microba. Kontaminasi itu dapat merusak hidrokarbonnya (biodegradasi) ataupun
logam dinding tankinya (biokorosi). Kontaminasi dapat dimulai dari adanya mikroba
yang terbawa oleh aliran BBM, aliran air, atau dari udara masuk melalui pernapasan
tangki. Bila BBM mengandung air, mikroba dapat tumbuh dengan memanfaatkan
hidrokarbon sebagai nutrisinya. Akibatnya hidrokarbon mengalami degradasi dan
membentuk asam atau produk lain. Asam ini dapat bereaksi denagn logam dan
membentuk karat. Struktur hidrokarbon yang paling mudah dirusak oleh mikroba
ialah n-parafin (Prnce, 1961). Bila ini terjadi pada BBM, maka mutu BBM akan turun
dan bisa rusak sampai tidak memenuhi spesifikasi lagi. Pugh (1982), mengatakan
bahwa kerusakan bahan dapat disebabkan oleh agensia biotik atau abiotik
tergantung dari keadaan lingkungannya. Kerusakan logam oleh bakteri belerang
dapat terjadi dalam lingkungan aerob dan anaerob. Pada tangki yang ditimbun dalam
tanah, selain dapat terjadi korosi pada tangki timbun tersebut dapat juga terjadi
korosi pada peralatan (seperti pipa –pipa) yang ditanam di dalam tanah hingga
membentuk pitting (lubang lubang kecil pada logam tersebut. Hal ini disebabkan
oleh adanya jenis bakteri anaerob yang sangat aktif (Sulphate Reducing
Bacteria/SRB) yang mampu mengubah sulfat menjadi sulfida. Bila korosi dan pitting
– pitting tersebut tidak terkontrol dengan baik, maka dalam jangka waktu tertentu,
lubang lubang pada tangki dan pipa tersebut akan bertambah besar, sehingga dapat
terjadi kebocoran pada tangki minyak tersebut. Jika terjadi kebocoran pada tangki
BBM tersebut, maka bensin akan meresap ke dalam tanah hingga mencemari kondisi
air tanah yang dipergunakan di hotel dan pemukiman sekitarnya. Bila air yang sudah
tercemar tersebut masih dikonsumsi tanpa disadari adanya pencemaran, maka
dapat menimbulkan penyakit di dalam tubuh manusia. Jika tangki timbun mengalami
kebocoran, maka hal yang pertama perlu dilakukan adalah mengambil sampel air
yang terdapat pada sumur pantau. Karena massa jenis BBM lebih kecil dari massa
jenis air (massa jenis air =1; massa jenis solar = 0,8) maka BBM akan mengapung di
atas air. Kemudian langkah kedua yaitu mengukur kadar air pada tangki pendam. Jika

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 61


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

tangki timbun mengalami kebocoran, maka air di dalam tanah akan dengan mudah
masuk ke dalam tangki tersebut.
Tabel 3.37. Hasil Pengujian Air Sumur di Lokasi Kegiatan
Baku Mutu Air Bersih
Parameter Skor Metode
No Satuan Hasil SK. MENKES
Analisis Storet
No.416/PER/MENKES/IX/1990
FISIKA
1 Warna TCU 0,8 50 0
Tak
2 Bau - Tak berbau
berbau
Tak
3 Rasa - Tak berasa
berasa
4 Temperatur* o
C 28 Suhu udara 3 oC 0
5 Kekeruhan NTU 0,3 2,5 0
Residu terlarut,
6 mg/l 24 1.500 0
TDS*
KIMIA
7 pH* - 7,04 6,0 – 9,0 0
8 Kesadahan (CaCO3) mg/l 19 500 0
9 Besi (Fe)* mg/l < 0,030 1 0
10 Mangan (Mn)* mg/l < 0,024 0,5 0
11 Seng (Zn)* mg/l 0,293 15 0
12 Kromium (Cr6+) mg/l < 0,001 0,05 0
13 Kadmium (Cd)* mg/l < 0,002 0,005 0
14 Timbal (Pb)* mg/l < 0,019 0,05 0
15 Arsen (As) mg/l < 0,005 0,05 0
<
16 Air Raksa (Hg) mg/l 0,001 0
0,0005
17 Selenium (Se) mg/l < 0,005 0,01 0
18 Fluoride (F) mg/l 0,21 1,5 0
19 Klorida (Cl) mg/l 5,3 600 0
20 Nitrat (NO3-N) mg/l 1,26 10 0
21 Nitrit (NO2-N) mg/l < 0,005 1 0
22 Sianida (CN) mg/l < 0,001 0,1 0
Permanganat
23 mg/l 3,1 10 0
(KMnO4)
24 Sulfat (SO4) mg/l 18,3 400 0
25 Detergent (MBAS) mg/l 0,153 0,5 0
MIKROBIOLOGI
28 E.coli MPN/100 ml 0 0 0
29 Coliform MPN/100 ml 20 50 0
TOTAL SKOR 0
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium SEAMEO BIOTROP

Berdasarkan hasil analisis air tanah di atas, kualitas air tanah dapat
memenuhi kriteria sebagai air bersih (parameter fisik, kimia dan biologi berada di
bawah baku mutu lingkungan hidup sesuai dengan SK.MENKES
No.416/PER/MENKES/IX/1990). Juga dari hasil perhitungan dengan Metode Storet,
kelas mutu air tanah dapat dikategorikan sebagai kelas A dengan status mutu Baik
Sekali dengan skor 0 atau memenuhi baku mutu. Dengan demikian kualitas
lingkungan hidup untuk parameter kualitas air tanah sebelum ada kegiatan di lokasi
studi tergolong baik sekali (EQ Tp = skala 5), dengan nilai kualitas 100%.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 62


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Dengan adanya kegiatan penimbunan BBM dalam tangki pendam, jika terjadi
korosi dan kebocoran dinding tangki ataupun pipa-pipa dalam tanah diprakirakan
dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran terhadap air tanah. Bila diasumsikan
peluang terjadinya kebocoran sebesar 8%, maka nilai kualitas lingkungan untuk
parameter kualitas air tanah (air sumur) masih tetap berada pada skala 5 (EQ Dp =
baik sekali), akan tetapi nilai kualitas menurun menjadi 92%. Dengan demikian,
besaran (magnitude) dampak kegiatan operasional genset terhadap penurunan
kualitas air tanah (air sumur) tergolong sangat kecil (0), penetapan indeks kualitas
lingkungan terlampir.
Tabel 3.38. Prakiraan Perubahan Kualitas Lingkungan Hidup Parameter Kualitas Air
Tanah Akibat Penimbunan BBM Solar untuk Operasional Genset
Kualitas Air Tanah
No. Uraian
% Skala Kriteria
Tanpa Kegiatan Penimbunan BBM dalam
1. 100 5 Baik sekali
Tangki Pendam (EQ Tp)
Dengan Kegiatan Penimbunan BBM dalam
2. 92 5 Baik sekali
Tangki Pendam (EQ Dp)
Selisih /Dampak -8 0 Sangat kecil

Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, menurunnya kualitas air
tanah akan dirasakan oleh penduduk Kelurahan Dul yang bermukim di sekitar lokasi
rencana kegiatan; intensitas dan lamanya dampak berlangsung dapat terjadi secara
insidentil jika terjadi korosi dan/atau kebocoran tangki pendam dan/atau pipa-pipa
bawah tanah; banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak seperti
terganggunya sumber air bersih penduduk yang sekaligus juga gangguan terhadap
kesehatan penduduk sekitarnya serta akan timbulnya sikap dan persepsi masyarakat
yang bersifat negatif; serta cenderung bersifat irreversible karena pencemaran oleh
minyak yang termasuk limbah B3 sangat sulit terurai secara alami. Dengan demikian,
berdasarkan tingkat kepentingannya, dampak penurunan kualitas air tanah akibat
penimbunan BBM solar dalam tangki pendam untuk kegiatan operasional genset
termasuk dampak penting dan bersifat negatif.
4. Peningkatan Potensi Kebakaran
Potensi bahaya kebakaran dalam kegiatan operasional genset adalah
diakibatkan oleh adanya penimbunan BBM solar dalam tangki pendam dimana BBM
solar ini merupakan bahan yang bersifat mudah terbakar (flammable material) dan
bersifat mudah tersulut api (combustible material), serta adanya peluang sumber
percikan api dari mesin genset sendiri. Penimbunan stock BBM yang mudah
terbakar dalam jumlah yang relatif besar dapat menjadi faktor penentu adanya risiko
kebakaran jika ada sumber /percikan api atau suhu tinggi di sekitarnya. Dengan
demikian, meningkatnya potensi kebakaran dalam kegiatan operasional genset
didasarkan atas adanya tangki pendam untuk BBM solar dengan rincian sebagai
berikut : untuk hospital kapasitas 2 x 20.000 liter, untuk school kapasitas 1 x 20.000

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 63


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

liter, untuk hotel kapasitas 1 x 30.000 liter, untuk mall kapasitas 2 x 30.000 liter,
untuk h-hypermart kapasitas 1 x 20.000 liter dan MDS kapasitas 1 x 20.000 liter.
Keseluruhan tangki BBM ini akan di tanam di bawah dasar masing-masing bangunan.
Langkah–langkah penilaian potensi bahaya kebakaran dan ledakan dimulai
dari memilih unit proses, menentukan material factor (MF), menentukan process
unit hazard factor (F3) dengan menghitung general process hazard factor (F1) dan
special process hazard factor (F2), dan kemudian menentukan fire and explosion
index (F&EI). Berdasarkan pedoman Dow’s Fire and Explosion Index, dalam
menentukan unit proses yang akan diteliti, maka unit proses yang dipilih adalah unit
proses yang diperkirakan memiliki potensi bahaya yang besar dan dapat
menimbulkan kerugian yang besar jika terjadi kebakaran dan ledakan. Pada kegiatan
operasional genset terdapat penyimpanan stock BBM dalam jumlah cukup besar
yang akan digunakan sebagai sumber energi listrik jika suply listrik dari PLN
terganggu.
Nilai MF adalah suatu angka yang menggambarkan potensi energi yang
dibebaskan saat kebakaran dan ledakan, yang dihasilkan dari pembakaran atau
reaksi kimia lainnya. Nilai MF diperoleh dari Nf dan Nr yang masing-masing
menggambarkan nilai flammability dan reactivity (atau instability). Berdasakan
NFPA Hazard ID dalam MSDS Solar, diketahui bahwa BBM solar memiliki nilai Health
= 1, Flamability = 3, Reactivity = 0. Oleh karena itu, solar memiliki nilai MF sebesar 16
karena memiliki nilai Nf = 3 dan Nr = 0.
Nilai F1 dan F2 merupakan gambaran process hazard yang dikuantifikasi
dengan ”penalti” sebagai faktor dalam perhitungan. Nilai F1 adalah faktor utama
yang berperan dalam menentukan besarnya kerugian dari insiden (seperti reaksi
endoterm/eksoterm, pemindahan material BBM, unit proses tertutup, akses jalan,
saluran pengendalian tumpahan), nilai F1 terhitung sebesar 2,35. Sedangkan nilai F2
adalah faktor yang dapat meningkatkan probabilitas potensi insiden, dan merupakan
kondisi proses yang spesifik yang berdasarkan sejarah berkontribusi menjadi
penyebab utama insiden kebakaran dan ledakan (material beracun, tekanan bawah
atmosfir, temperatur operasional, tekanan pelepasan, jumlah material, korosi,
kebocoran, penggunaan peralatan, peralatan berputar, dll), nilai F2 terhitung
sebesar 2,56. Perhitungan nilai setiap item “penalti” F1 dan F2 disajikan dalam
lampiran dokumen ini.
Nilai F3 merupakan ukuran degree of hazard exposure dari unit proses
dengan rentang nilai 1 – 8. Nilai F3 merupakan hasil perkalian antara F1 dan F2, yaitu
sebesar 6,016, dan digolongkan sebagai degree of hazard exposure yang tergolong
tinggi. Sedangkan nilai F&EI merupakan gambaran potensi bahaya yang ada dalam
unit proses yang dapat dikategorikan berdasarkan tingkat bahaya. Nilai F&EI didapat
dari hasil perkalian antara F3 dan MF, yaitu sebesar 96,256 (dibulatkan menjadi 96)
dengan radius exposure mencapai 80,855 ft atau 0,024 km. Berdasarkan Pedoman

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 64


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Dow’s Fire and Explosion Index, diketahui bahwa unit proses dengan kisaran F & EI
sebesar 61 – 96 termasuk dalam klasifikasi tingkat bahaya menengah (moderate).
Indeks perhitungan potensi bahaya kebakaran disajikan pada Lampiran.
Peristiwa yang paling merugikan jika terjadi kebakaran adalah terhentinya
kegiatan Bangka Mixed Use Development yang disebabkan oleh kerusakan akibat
kebakaran tersebut, dapat mengancam keselamatan pekerja dan pengunjung, serta
menghilangkan asset perusahaan yang dapat berimbas pada terhentinya kegiatan.
Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5) diketahui
bahwa sebelum adanya kegiatan, kualitas lingkungan parameter potensi kebakaran
tergolong baik sekali (EQ Tp = skala 5), nilai kualitas 96,76%. Dengan adanya
kegiatan operasional genset akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas
lingkungan parameter potensi kebakaran menjadi sedang (EQ Dp = skala 3), nilai
kualitas 57,33%. Dengan demikian, besaran (magnitude) dampak terhadap potensi
kebakaran tergolong sedang (skala 2).
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak jika terjadi kebakaran termasuk banyak yaitu para
pengunjung, pekerja, pengelola perusahaan, serta masyarakat sekitar yang
bermukim di dekat lokasi Bangka Mixed Use Development; luas persebaran dampak
mencakup wilayah operasional Bangka Mixed Use Development dan sekitarnya;
ditinjau dari intensitas dampak, peluang terjadinya dampak potensi kebakaran
termasuk sedang karena di lokasi tersebut tersedia stock BBM dalam jumlah cukup
banyak yang termasuk ke dalam bahan yang mudah terbakar, lamanya dampak
berlangsung bahwa potensi kebakaran dapat terjadi sewaktu-waktu (bersifat
insidentil) selama kegiatan operasional berlangsung; adanya komponen lingkungan
hidup lain yang akan terkena dampak, yaitu gangguan K3 dan kelangsungan
usaha/kegiatan. Berdasarkan tingkat kepentingannya, dampak kegiatan operasional
genset terhadap peningkatan potensi kebakaran termasuk dampak penting.

3.3.4. Pengadaan Air Bersih


1. Penurunan Kuantitas Air Tanah
Kebutuhan air bersih untuk kegiatan operasional Bangka Mixed Use
Development dapat mencapai 1.546 m3/hari yang akan dipenuhi dari sumber air
tanah dalam (sumur bor) dan PDAM. Pemanfaatan air tanah dalam jumlah yang
besar akan berdampak terhadap menurunnya muka air tanah atau berkurangnya
kuantitas air tanah. Berdasarkan hasil survei dan keterangan dari masyarakat
sekitar, bahwa masyarakat di sekitar lokasi rencana kegiatan umumnya
menggunakan air bersih yang bersumber dari sumur gali dan sumur bor dangkal
serta air PAM. Kedalaman rata-rata sumur gali mencapai 6 meter dan sumur bor 17
meter. Air tanah dengan kedalaman 17 meter cukup baik kualitasnya (jernih, tidak

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 65


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

berbau, sudah terdapat mata air yang cukup banyak dan dapat dipergunakan untuk
kegiatan MCK masyarakat Kelurahan Dul.
Berdasarkan hasil pengujian tahanan jenis (geolistrik) yang telah dilakukan
oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bangka Tengah di Hotel Santika, air
tanah atau lapisan akuifer berada pada kedalaman 12,39 – 18,24 meter dengan nilai
tahanan jenis 413,29 Ωm dengan litologi batu pasir lempungan. Pada kedalaman
18,24 – 33,29 meter terdapat litologi batu pasir agak padu (bukan akuifer) dengan
nilai tahanan jenis 1124,29 Ωm. Pada kedalaman 33,29 – 57,19 merupakan litologi
batu pasir lempungan (akuifer) dengan nilai tahanan jenis 270,48 Ωm. Penggunaan
air tanah untuk kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development sebanyak
1.546 m3/hari diprakirakan akan menurunkan muka air tanah sehingga akan
berdampak terhadap semakin sulitnya masyarakat sekitar untuk memperoleh air
tanah.
Untuk mengantisipasi terjadinya penurunan kuantitas air tanah, maka pihak
pengelola Bangka Mixed Use Development akan mengupayakan terlebih dahulu
dari air PDAM. Jadi penggunaan air tanah akan dilakukan hanya jika supply air dari
PDAM tidak mencukupi. Jika supply air bersih dari PDAM mencapai 50% (773
m3/hari), maka konsumsi air tanah untuk kegiatan operasional Bangka Mixed Use
Development juga akan mencapai 773 m3/hari. Dengan demikian persediaan air
tanah di lokasi studi akan berkurang 773 m3/hari dari kondisi rona awal, artinya debit
air tanah akan berkurang sebesar 8,95 liter/detik. Besarnya pengurangan tersebut
akan berpengaruh cukup besar terhadap berkurangnya air tanah yang dapat
diperoleh masyarakat, padahal sejak awal jika musim kemarau agak panjang
masyarakat cukup kesulitan memperoleh air sumur. Menurut informasi dari
masyarakat sekitarnya, pada musim kemarau sebagian sumber air bersih yang
berasal dari sumur gali dan sumur bor masyarakat (kedalaman < 20 meter) akan
kering, sehingga pada saat sebelum ada kegiatan kualitas lingkungan hidup untuk
parameter kuantitas air tanah tidak termasuk baik melainkan criteria sedang (EQ Tp
= skala 3), nilai kualitas 50%. Dengan adanya pemanfaatan air tanah untuk kegiatan
operasional Bangka Mixed Use Development sebesar rata-rata 8,95 liter/detik
diprakirakan akan menurunkan kualitas lingkungan hidup parameter kuantitas air
tanah menjadi termasuk buruk (EQ Dp = skala 1), nilai kualitas lingkungan 20%.
Dengan demikian besaran (magnitude) dampak menurunnya kuantitas air tanah
termasuk sedang (skala 2), penetapan indeks kualitas lingkungan terlampir.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak maka seluruh masyarakat di sekitar lokasi
usaha/kegiatan akan merasakan dampak negatifnya terutama pada musim kemarau;
luas persebaran dampak mencakup wilayah tapak proyek dan sekitarnya; ditinjau
dari intensitas dampak, penurunan kuantitas air tanah ini cukup besar yaitu rata-rata
773 m3/hari, lamanya dampak berlangsung bahwa dampak akan terjadi selama

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 66


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

kegiatan operasional berlangsung; adanya komponen lingkungan hidup lain yang


akan terkena dampak, yaitu timbulnya persepsi dan sikap masyarakat yang bersifat
negatif; serta bersifat kumulatif dengan kegiatan lain di sekitarnya yang banyak
menggunakan air tanah. Berdasarkan tingkat kepentingannya, dampak kegiatan
pengadaan air bersih terhadap penurunan kuantitas air tanah termasuk dampak
penting.
2. Peningkatan Perekonomian Lokal
Pengadaan air besih dalam jumlah yang cukup besar untuk kegiatan
operasional Bangka Mixed Use Development baik yang berasal dari air tanah
maupun PDAM, akan timbul kewajiban yang harus dipenuhi oleh perusahaan berupa
pajak air tanah maupun pembayaran rekening air kepada PDAM. Pembayaran pajak
dan rekening air tersebut merupakan sumber pendapatan Pemerintah Daerah yang
sangat berguna bagi pembiayaan pembangunan daerah terutama di bidang
perekonomian. Besaran dampak peningkatan perekonomian lokal tergantung dari
besarnya pemakaian/pemanfaatan air tanah maupun PDAM untuk memenuhi
kebutuhan operasional Bangka Mixed Use Development (mencapai 1.546 m3/hari).
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada kondisi rona awal
secara keseluruhan kualitas lingkungan hidup untuk parameter perekonomian local
di wilayah studi termasuk kriteria sedang (EQ Tp = skala 3) dengan nilai kualitas 60%.
Dengan adanya pemenuhan pajak air tanah dan pembayaran rekening air
kepada PDAM, maka kegiatan pengadaan air bersih untuk operasional Bangka Mixed
Use Development diharapkan dapat semakin meningkatkan peran sector
pemanfaatan air bersih dalam menyumbangkan PAD dan PDRB Kabupeten Bangka
Tengah. Besarnya PAD sangat dibutuhkan untuk mempercepat pembangunan di
daerah, tidak terkecuali pembangunan di bidang perekonomian. Jika hal tersebut
dapat terwujud maka dapat dianggap bahwa kegiatan pemanfaatan air bersih
sebesar 1.546 m3/hari untuk operasional Bangka Mixed Use Development dapat
meningkatkan nilai kualitas lingkungan hidup untuk parameter perekonomian local
dari sector pemanfaatan air bersih minimal meningkat 10% sehingga menjadi 70%
(EQ Dp = skala 4 = criteria baik). Dengan demikian, besaran (magnitude) dampak
kegiatan pemanfaatan air bersih terhadap peningkatan perekonomian lokal
tergolong kecil (skala 1), penetapan indeks kualitas lingkungan terlampir.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
masyarakat yang akan menerima dampak cukup banyak, karena pertumbuhan
ekonomi akan dapat dirasakan oleh masyarakat banyak (tidak hanya penduduk
Kelurahan Dul, Kecamatan Pangkalan Baru); luas persebaran dampak dapat meliputi
wilayah Kabupaten Bangka Tengah; intensitas dampak termasuk cukup tinggi karena
volume penggunaan air bersih cukup banyak, dan lamanya dampak dapat terjadi
selama kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development masih berlangsung.
Dengan demikian, dilihat dari tingkat kepentingannya, maka dampak kegiatan

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 67


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

pemanfaatan air bersih terhadap peningkatan perekonomian local tergolong


penting.

3.3.5. Pemeliharaan dan Perawatan Gedung


Pemeliharaan dan perawatan bangunan akan dilaksanakan secara terus
menerus, berkala dan/atau darurat oleh PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH.
Pemeliharaan dan perawatan yang akan dilakukan meliputi pemeliharaan atap,
kusen dan pintu, dinding, kaca, lantai, kamar mandi/WC, listrik dan air bersih,
funiture, saluran pembuangan/drainase/air kotor, peralatan yang menyangkut
pekerjaan besi, halaman dan taman.
Pemeliharaan kebersihan sangat penting sehingga akan dilaksanakan secara
rutin. Agar kebersihan dapat terjaga dengan baik, maka akan dipergunakan bahan
kimia pembersih. Bahan pembersih yang digunakan untuk pemeliharaan dan
perawatan hotel ditampilkan pada tabel dibawah ini.

1. Berkurangnya Timbulan Sampah /Limbah Padat


Kegiatan pemeliharaan dan perawatan gedung dan fasilitasnya juga dilakukan
dalam rangka menjaga kebersihan lingkungan Bangka Mixed Use Development.
Kegiatan yang dilakukan diantaranya adalah mengumpulkan sampah /limbah padat
non-B3 di TPS untuk selanjutnya diangkut ke TPA, limbah padat yang termasuk B3
pengelolaannya akan diperlakukan sebagaimana limbah B3, dan limbah padat basah
(kotoran tinja) ditampung dalam septic tank biotech khusus hospital kapasitas 250
m3/hari dan septic tank biotech komunal kapasitas 750 m3/hari.
Berdasarkan hasil pengamatan pada saat survey, masyarakat di wilayah
studi memiliki kesadaran yang cukup tinggi untuk tidak membuang sampah
sembarangan. Setiap rumah memiliki kotak tempat sampah untuk menyimpan
sementara sampah rumah tangga dan selanjutnya dibuang ke tempat penampungan
sampah sementara yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka
Tengah. Selanjutnya dengan menggunakan dumptruck sampah tersebut diangkut ke
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) oleh Petugas Kebersihan Kabupaten Bangka
Tengah. Pada saat studi dilakukan tidak terdapat sampah di wilayah studi yang dapat
mengganggu kenyamanan dan kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil penetapan
indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5) dinyatakan bahwa sebelum adanya kegiatan,
kualitas lingkungan hidup untuk parameter timbulan limbah padat /sampah
tergolong baik sekali (EQ Tp = skala 5), dengan nilai kualitas 100%.
Meskipun pada saat operasional Bangka Mixed Use Development akan
banyak menghasilkan limbah padat /sampah dan limbah padat basah, akan tetapi
dengan adanya kegiatan pemeliharaan dan perawatan diprakirakan tidak akan
terdapat sampah yang berserakan maupun yang tertumpuk terlalu lama di TPS, serta
septic tank biotech dapat berfungsi secara efektif dalam mengolah limbah padat

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 68


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

basah sehingga diharapkan tidak menimbulkan masalah baru yang terkait dengan
timbulan sampah. Oleh karena itu dengan adanya kegiatan pemeliharaan dan
perawatan maka kualitas lingkungan hidup untuk parameter timbulan sampah akan
tetap termasuk baik sekali (EQ Dp = skala 5) dengan nilai kualitas 100%. Pengelola
Bangka Mixed Use Development sangat berkepentingan dengan lingkungan yang
nyaman dan bersih, karena hal tersebut akan menjadi daya tarik bagi pengunjung.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak bahwa berkurangnya timbulan sampah dan limbah
padat basah akan dapat dirasakan oleh masyarakat banyak (tidak hanya masyarakat
setempat tetapi juga pengunjung); intensitas dan lamanya dampak berlangsung,
terpeliharanya lingkungan setempat dari timbulan sampah dan limbah padat basah
cukup signifikan dan akan berlangsung selama operasional Bangka Mixed Use
Development masih berlangsung; banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang
terkena dampak, berkurangnya timbulan sampah dan limbah padat basah yang tidak
diharapkan akan menyebabkan terpeliharanya nilai estetika dan kesehatan
masyarakat. Berdasarkan kriteria tersebut, maka berkurangnya timbulan sampah
dan limbah padat akibat kegiatan pemeliharaan dan perawatan gedung tergolong
dampak penting dan bersifat positif.

2. Peningkatan Limbah Cair dan Penurunan Kualitas Air Permukaan


Salah satu kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang akan dilakukan secara
rutin adalah kegiatan pembersihan bagian gedung dan fasilitasnya. Pada kegiatan
pemeliharaan dan perawatan ini akan menghasilkan limbah cair yang dapat
mencemari air permukaan, karena pada kegiatan house keeping tersebut
menggunakan bahan kimia pembersih (desinfektan) yang dapat mengakibatkan
peningkatan kadar BOD, COD, DO, pH, dan lain-lain. Pada kegiatan house keeping
tersebut akan membutuhkan air minimal 160 m3/bulan. Bila diasumsikan potensi air
yang mengandung desinfektan dari kegiatan pemeliharaan akan menjadi limbah
sekitar 80%, maka air limbah yang akan dibuang ke lingkungan mencapai 128
m3/bulan.
Sesuai dengan rencana perusahaan bahwa untuk mengelola limbah cair ini
sebelum dilepas ke lingkungan akan diolah terlebih dahulu dengan menggunakan
Sewage Treatmet Plant (STP) Biotech Komunal berkapasitas 750 m3. Limbah cair
akan dibuang ke lingkungan setelah memenuhi persyaratan sehingga tidak
berdampak buruk terhadap kualitas air permukaan. Dalam pelaksanaan pengolahan
limbah cair tersebut perusahaan akan melakukan pengawasan dan pemeriksaan
secara rutin (minimal 6 bulan sekali) terhadap fasilitas pengolah limbah cair agar
dapat berfungsi dengan baik.
Kemungkinan adanya tambahan bahan pencemar yang berasal dari kegiatan
pemeliharaan gedung dan fasilitas Bangka Mixed Use Development sebanyak 128

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 69


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

m3/bulan akan menurunkan kualitas air Sungai Bravo, dan beban pencemaran
tersebut akan terakumulasi dengan limbah cair dari kegiatan operasional mall,
hospital, hotel,school, dan car parking, serta pencemaran yang disebabkan oleh
kegiatan Hotel, Apartemen dan Pusat Perdagangan yang ada di sekitarnya. Jika
pengolahan limbah cair dengan menggunakan Sewage Treatmet Plant (STP) Biotech
Komunal dapat berjalan efektif sesuai dengan rencana perusahaan maka penurunan
kualitas air permukaan di Sungai Bravo tidak akan terlalu besar. Beradasarkan hasil
penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5) diperoleh bahwa nilai kualitas air
permukaan setelah ada kegiatan pemeliharaan gedung dan fasilitas lainnya adalah
sebesar 41,3% (EQ Dp = skala 3 = sedang).
Berdasarkan perhitungan dengan Metode Storet, kelas mutu air Sungai Bravo
(badan air penerima dampak) dapat dikategorikan sebagai kelas C dengan status
mutu Cemar Sedang dengan skor -28, atau kualitas lingkungan hidup untuk
parameter kualitas air permukaan pada rona awal termasuk criteria sedang (EQ Tp =
skala 3), dengan nilai kualitas 60%.
Dengan demikian, besaran (magnitude) dampak kegiatan pemeliharaan dan
perawatan gedung beserta fasilitasnya terhadap kualitas air permukaan tergolong
sangat kecil (skala 0) atau tetap tergolong sedang, hanya saja nilai kualitas menurun
dari 60% menjadi 41,3%, sehingga dampak tersebut bersifat negatif.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak bahwa menurunnya kualitas permukaan dapat
dirasakan oleh masyarakat yang bermukim di sekitar aliran Sungai Bravo dan Kolong
Bravo; intensitas dan lamanya dampak berlangsung, volume limbah cair yang
dihasilkan cukup banyak yaitu 128 m3/bulan, dan akan terjadi selama kegiatan
operasional Bangka Mixed Use Development masih berlangsung; banyaknya
komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak, dapat menimbulkan sikap
dan persepsi masyarakat yang bersifat negatif; serta bersifat kumulatif dengan
kegiatan lainnya seperti kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car
parking yang juga menghasilkan limbah cair. Berdasarkan kriteria tersebut, maka
penurunan kualitas air permukaan akibat adanya limbah cair dari kegiatan
pemeliharaan dan perawatan gedung tergolong dampak penting.

3. Peningkatan Gangguan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Dalam pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan perawatan gedung akan
berisiko terjadinya kecelakaan kerja. Terjadinya kecelakaan dapat disebabkan oleh
beberapa faktor internal (kelalaian dan kelengahan pekerja, pelaksanaan tidak sesuai
SOP dan ketentuan K3), maupun factor eksternal (perlengkapan K3 tidak memadai,
bekerja pada ketinggian tertentu, kondisi gedung dan peralatan kerja yang sudah
tidak aman bagi pekerja, dll.). Ketinggian gedung yang mencapai 32 meter (terdiri
dari 11 lantai) akan sangat berisiko terjadinya kecelakaan kerja seperti jatuh pada

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 70


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

saat cleaning service melakukan pembersihan kaca gedung pada ketinggian tertentu.
Sering terjadi bahwa pekerja yang terjatuh dari tempat yang tinggi mengalami cidera
/cacat permanen atau meninggal dunia. Bisa juga kecelakaan kerja yang sifatnya
ringan – sedang.
Faktor resiko terjadinya kecelakaan kerja pada kegiatan house keeping untuk
bangunan yang tinggi termasuk besar. Namun dengan dilengkapi SOP dan
perlengkapan K3 yang memadai sesuai standar SNI serta dilaksanakan oleh tenaga
kerja yang terampil, maka insiden terjadinya gangguan K3 menjadi relative kecil, atau
hanya menurunkan skala kualitas lingkungan hidup untuk parameter Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) sebesar 1 angka.
Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas (Lampiran 5), sebelum adanya
kegiatan, skala kualitas lingkungan hidup untuk parameter K3 tergolong baik sekali
(EQ Tp = skala 5), dengan nilai kualitas 100% (karena belum ada kegiatan sama
sekali). Dengan adanya kegiatan pemeliharaan dan perawatan gedung Bangka
Mixed Use Development diprakirakan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan
kualitas lingkungan hidup parameter K3 menjadi tergolong baik (EQ Dp = skala 4),
dengan nilai kualitas 80%. Dengan demikian, besaran (magnitude) dampak kegiatan
pemeliharaan dan perawatan gedung terhadap gangguan K3 tergolong kecil (skala
1) yaitu dari skala 5 ke skala 4, dimana nilai kualitas menurun dari 100% menjadi
80%.
Penentuan tingkat kepentingan dampak, ditinjau dari intensitas dampak
cukup tinggi tetapi bersifat insidentil, dan lamanya dampak berlangsung dapat
terjadi selama kegiatan pemeliharaan dan perawatan rutin, berkala, ringan maupun
berat pada tahap operasional; adanya komponen lingkungan lain yang terkena
dampak, yaitu timbulnya persepsi dan sikap yang negative masyarakat terhadap
perusahaan jika gangguan K3 yang terjadi lebih diakibatkan oleh kelalaian
perusahaan di dalam member jaminan keselamatan; serta dampak akan bersifat
irreversible /tidak pulih karena jika terjadi kecelakaan kerja yang sifatnya fatal maka
kemungkinan tidak akan pulih seperti semula /cacat permanen. Dengan demikian,
dilihat dari tingkat kepentingannya, maka dampak kegiatan pemeliharaan dan
perawatan gedung Bangka Mixed Use Development terhadap gangguan K3
tergolong penting dan bersifat negatif.

3.3.6. Kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR)


1. Perubahan Persepsi dan Sikap Masyarakat
Sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap kondisi sosial
masyarakat sekitar dan untuk memberikan peran /dampak penting positif dari
kegiatan/usaha, maka PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH akan melaksanakan program
Corporate Social Responsibility (CSR). Bentuk program CSR disesuaikan dengan
kesepakatan antara pihak perusahan, masyarakat dan pemerintah setempat.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 71


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Bentuk-bentuk program dapat berupa bantuan social, ekonomi dan keagamaan


secara insidentil pada waktu-waktu tertentu, bantuan pembangunan fasilitas, sarana
dan utilitas untuk umum seperti pembangunan dan perbaikan kualitas lingkungan,
drainase, atau fasilitas sanitasi, dan bantuan pembinaan kewirausahaan bagi calon
wirausaha yang dapat bermitra dengan perusahaan. Berdasarkan jenis-jenis
kegiatan tersebut, maka dampak positif yang diperkirakan akan terjadi adalah
perbaikan sarana dan prasarana umum dan peningkatan peluang berusaha. Namun
demikian, agar program CSR yang akan dilaksanakan lebih bermanfaat dan bermakna
bagi masyarakat serta tidak tumpang tindih dengan peogram pemerintah, maka jenis
program CSR akan ditentukan secara bersama-sama dengan melibatkan masyarakat
(perwakilan tokoh dan masyarakat sasaran), Aparat Kelurahan dan Instansi terkait.
Realisasi dari program CSR ini sangat diharapkan oleh masyarakat sekitar.
Jika program CSR ini dapat direalisasikan dengan tepat sasaran sesuai dengan
kebutuhan masyarakat, maka diprakirakan akan mampu meningkatkan image/citra
positif Bangka Mixed Use Development di tengah masyarakat dan tercipta
hubungan yang harmonis antara perusahaan dan masyarakat sekitar, serta pada
gilirannya akan timbul persepsi dan sikap masyarakat yang bersifat positif terhadap
perusahaan. Biasanya berapapun nilainya dan dalam bentuk apapun jenisnya jika
program tersebut tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan, maka masyarakat
akan memberikan persepsi dan sikap yang positif terhadap perusahaan. Dampak
tersebut sangat penting untuk kelangsungan usaha/kegiatan perusahaan di wilayah
studi.
Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5), adanya
program CSR yang tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat akan
menjadikan kelompok masyarakat yang semula tidak peduli atau ragu-ragu terhadap
kehadiran perusahaan (87,5%) menjadi memberikan respon yang positif terhadap
kehadiran perusahaan (100%). Dengan demikian, besaran (magnitude) dampak
terjadinya perubahan persepsi dan sikap masyarakat terhadap perusahaan akibat
pelaksanaan kegiatan CSR tergolong dampak sangat kecil (skala 0), yaitu skala
kualitas lingkungan parameter persepsi dan sikap masyarakat tetap termasuk criteria
baik sekali (EQ Tp = EQ Dp = skala 5), namun dapat mengubah nilai kualitas
lingkungan dari 87,50% meningkat menjadi 100%. Dampak ini termasuk skala
sangat kecil disebabkan karena sejak rona awal persepsi dan sikap masyarakat sudah
termasuk criteria baik sekali (skala 5).
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
masyarakat yang akan memberikan dampak akibat pelaksanaan kegiatan CSR ini
tidak hanya masyarakat sasaran (penerima program) tetapi juga masyarakat luas;
persebaran dampak minimal meliputi wilayah Kelurahan Dul; komponen lingkungan
lain yang terkena dampak terutama akan sangat berpengaruh terhadap
kelangsungan usaha/kegiatan selanjutnya; dan bersifat kumulatif dengan kegiatan

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 72


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

lainnya yang memberikan dampak positif pada tahap operasional. Dengan demikian,
berdasarkan tingkat kepentingannya, maka dampak perubahan persepsi dan sikap
masyarakat terhadap perusahaan akibat pelaksanaan kegiatan CSR tergolong penting
dan bersifat positif.

3.4. PRAKIRAAN DAMPAK KEGIATAN PADA TAHAP PASCA OPERASIONAL


3.4.1. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
1. Berkurangnya Kesempatan Kerja
Kegiatan PHK sangat tidak diharapkan oleh karyawan, pemerintah daerah
maupun perusahaan sendiri. Namun jika usaha/kegiatan sudah berakhir, PHK tidak
bisa dihindari, seluruh karyawan perusahaan (3.220 orang) akan kehilangan
pekerjaannya. Agar tidak ada pihak yang dirugikan, pelaksanaan kegiatan PHK akan
dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) yang telah disahkan oleh Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Kabupaten Bangka Tengah disesuaikan dengan ketentuan BAB XI UU No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan. PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH akan memenuhi
seluruh hak-hak karyawan sesuai dengan ketentuan ketenagakerjaan yang berlaku,
seperti :
(1) Uang Pesangon, dan/atau
(2) Uang Penghargaan Masa Kerja, dan
(3) Uang Pergantian Hak.
Selain itu untuk menghindari tekanan psikologis akibat kehilangan pekerjaan,
sebelum karyawan dilepas akan diberikan perbekalan melalui diklat agar memiliki
keahlian atau keterampilan untuk berusaha mandiri maupun bekerja di perusahaan
lain. Dengan demikian dampak berupa berkurangnya kesempatan kerja menjadi
kecil, karena dengan keahlian dan keterampilan yang dimilikinya, eks-karyawan
perusahaan akan memiliki kesempatan yang luas untuk berusaha ataupun bekerja
pada bidang atau perusahaan lain.
Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5)
diketahui bahwa pada rona awal, kualitas lingkungan untuk parameter kesempatan
kerja tergolong baik sekali (skala 5, nilai kualitas 92,74%), kemudian dengan adanya
kesempatan kerja untuk operasional Bangka Mixed Use Development maka kualitas
lingkungan tetap tergolong sangat baik (skala 5, nilai kualitas 98,10%). Dengan
adanya kegiatan PHK, maka akan mengakibatkan terjadinya perubahan nilai kualitas
lingkungan parameter kesempatan kerja menjadi kembali seperti semula yaitu
tergolong baik sekali (skala 5, nilai kualitas 92,74%),. Dengan demikian, besaran
dampak berupa berkurangnya kesempatan kerja tergolong sangat kecil (skala 0) dan
bersifat negatif.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak, berkurangnya kesempatan kerja ini akan terjadi pada

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 73


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

angkatan kerja sebanyak 3.220 orang terutama untuk masyarakat local; luas wilayah
persebaran dampak dapat meliputi wilayah Kabupaten Bangka Tengah dan
sekitarnya; intensitas dampak termasuk tinggi dan lamanya dampak akan terus
berlangsung sebelum adanya lapangan kerja baru di wilayah studi; banyaknya
komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak, bahwa berkurangnya
kesempatan kerja akan berdampak pada peningkatan pengangguran dan
menurunnya perekonomian lokal. Dengan demikian, tingkat kepentingan dampak
kegiatan PHK terhadap berkurangnya kesempatan kerja tergolong dampak penting.

2. Penurunan Perekonomian Lokal


Dampak penurunan perekonomian lokal merupakan dampak lanjutan dari
dampak terjadinya PHK. Dengan adanya PHK terhadap tenaga kerja lokal dimana
berdasarkan prakiraan sebelumnya sebesar 80% dari kesempatan kerja (2.576 orang)
pada operasional Bangka Mixed Use Development berasal dari Kabupaten Bangka
Tengah, maka penduduk yang awalnya memiliki pekerjaan dan penghasilan tiap
bulan, akan kehilangan penghasilannya. Bila diasumsikan penghasilan semula yang
diperoleh setiap tenaga kerja sebesar Rp. 1.622.400,- (sesuai dengan Upah Minimum
Pekerja yang ditetapkan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2013), dengan
PHK sebanyak 2.576 pekerja lokal akan mengurangi pendapatan per-kapita
masyarakat di Kabupaten Bangka Tengah khususnya di Kelurahan Dul, Kecamatan
Pangkalan Baru sebesar Rp. 4.179.302.400,- per-bulan. Dengan hilangnya
pendapatan tersebut, masyarakat tidak akan dapat memenuhi kebutuhan sehari-
hari, melakukan pembayaran pajak penghasilan dan tidak adapat menabung
sebagian pendapatan yang diterimanya. Dengan demikian, taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat menjadi menurun. Juga PAD Pemerintah Daerah yang
bersumber dari pajak menjadi berkurang, sehingga kemampuan pemerintah daerah
untuk membiayai pembangunan akan menjadi berkurang.
Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5)
diketahui bahwa pada rona awal nilai kualitas lingkungan untuk parameter
perekonomian lokal tergolong sedang (skala 3, nilai kualitas 60%), dengan adanya
kegiatan rekrutmen tenaga kerja maka kualitas lingkungan parameter perekonomian
lokal dapat meningkat menjadi sangat baik (skala 5, nilai kualitas 85,89%). Dengan
adanya kegiatan PHK mengakibatkan terjadinya penurunan kembali kualitas
lingkungan parameter perekonomian lokal, akan tetapi masih lebih tinggi bila
dibandingkan dengan rona awal karena sarana-prasarana perekonomian local sudah
mengalami peningkatan, dimana kualitas lingkungan untuk parameter perekonomian
local termasuk criteria baik (skala 4, nilai kualitas 75%).
Penentuan tingkat kepentingan dampak, ditinjau dari jumlah manusia yang
terkena dampak, penurunan perekonomian ini akan terjadi pada masyarakat di
Kabupaten Bangka Tengah khususnya masyarakat Kelurahan Dul; luas wilayah
persebaran dampak akan sangat luas karena dapat meliputi wilayah Kabupaten

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 74


Kegiatan Bangka Mixed Use Development
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING

Bangka Tengah dan sekitarnya; intensitas dampak termasuk tinggi dan lamanya
dampak akan terus berlangsung selama belum ada sumber pendapatan lain dari
kegiatan sejenis; banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak,
bahwa penurunan perekonomian lokal akan menimbulkan dampak lanjutan
terhadap menurunnya kesejahteraan masyarakat dan terhambatnya pembangunan.
Dengan demikian, tingkat kepentingan (importance) dampak kegiatan PHK terhadap
penurunan perekonomian lokal tergolong dampak penting.

Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL) 3 - 75


Kegiatan Bangka Mixed Use Development

Anda mungkin juga menyukai