3-1
Bab 3 PRAKIRAAN DAMPAK PENTING
bersikap ragu-ragu dan tidak peduli ini akan dapat berubah menjadi sikap yang
mendukung dan persepsi yang baik terhadap kehadiran usaha/kegiatan.
Berdasarkan hasil penetapan pada Lampiran 5 menunjukkan bahwa sebelum
adanya sosialisasi kegiatan kualitas lingkungan untuk parameter persepsi dan sikap
masyarakat tergolong baik sekali (EQ Tp = skala 5) dengan nilai kualitas 87,50%,
namun dengan adanya sosialisasi rencana kegiatan Bangka Mixed Use Development
mengakibatkan terjadinya peningkatan nilai kualitas lingkungan menjadi 100% (EQ
Dp = skala 5 = baik sekali). Dengan demikian, besaran (magnitude) dampak kegiatan
sosialisasi terhadap sikap dan persepsi masyarakat tergolong sangat kecil (skala 0),
yaitu tetap berada pada skala 5 dan bersifat positif.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
penduduk yang akan menerima dampak akibat kegiatan sosialisasi ini cukup banyak
(minimal masyarakat di Kelurahan Dul); persebaran dampak cukup luas (minimal
meliputi wilayah Kelurahan Dul); komponen lingkungan lain yang terkena dampak
terutama akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha/kegiatan
selanjutnya; dan bersifat kumulatif dengan kegiatan lainnya yang dilakukan pada
tahap operasional. Dengan demikian, dilihat dari tingkat kepentingannya, maka
dampak perubahan sikap dan persepsi masyarakat terhadap perusahaan akibat
kegiatan sosialisasi usaha tergolong penting.
Tabel 3.2. Prakiraan Perubahan Konsentrasi Polutan di Sekitar Jalan yang Dilalui
Kendaraan Kegiatan Mobilisasi Peralatan dan Material Pembangunan
Bangka Mixed Use Development
Rata-rata Konsentrasi Polutan di
Kualitas Lingkungan
Wilayah Studi
Partikula
No. Uraian NOx SOx CO
t Nilai
Skala Kriteria
g/ g/ (%)
g/Nm3 g/Nm3
Nm3 Nm3
Sebelum kegiatan = Baik
1. 61,71 4,34 1,54 202,0 93,17 5
EQ Tp sekali
2. Dengan adanya
kegiatan mobilisasi Baik
64,10 11,97 6,31 215,51 92,47 5
peralatan dan sekali
material*) = EQ Dp
Sangat
Selisih /Dampak 2,385 7,63 4,77 13,51 -0,70 0
kecil
Keterangan : *) Perhitungan menggunakan Metode Box Model dengan lebar jalan 12 m, tinggi bangunan rumah
yang dilewati 5 m, dan kecepatan truk 40 km/jam.
Keterangan:
Qkend : Jumlah kendaran (kendaraan/jam)
Qsmp : Jumlah kendaraan (smp/jam) = Qkend x faktor konversi
Lv : Kendaraan ringan, kendaraan bermotor dengan 4 roda, meliputi: mobil
penumpang, oplet, mikrobis, truk kecil (faktor konversi 1,00)
Mc : Sepeda Motor, kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda, meliputi:
sepeda motor dan kendaraan roda 3 (faktor konversi 0,4)
Hv : Kendaraan berat, kendaraan bermotor dengan lebih dari 4 roda,
meliputi: bis, truk (faktor konversi 1,3)
Berdasarkan table di atas dapat dilihat bahwa derajat kejenuhan yang terjadi
di Jalan Raya Koba di sekitar lokasi tapak proyek masih kecil. Dari tabel dapat dilihat
nilai derajat kejenuhan yang diperoleh pada pagi dan siang hari <0,85 sehingga
tergolong belum jenuh. Hal ini menunjukkan perilaku lalulintas pada Jalan Raya Koba
masih normal atau belum terjadi gangguan.
Berdasarkan Tabel 3.7 dan Tabel 3.8 di atas dapat disimpulkan bahwa
volume lalulintas pada Jalan Raya Koba masih rendah pada siang hari dan sedang
pada pagi hari. Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas (Lampiran 5), pada
kondisi rona awal kualitas lingkungan untuk parameter kelancaran lalulintas ini
termasuk criteria baik (EQ Tp = skala 4), dengan nilai kualitas 67,80%.
Akan tetapi, dengan adanya rencana kegiatan mobilisasi peralatan dan
material menggunakan dumptruck dengan intensitas 30 rit/hari yang dilaksanakan
pada siang hari (jam 10.30 – 15.30) akan meningkatkan jumlah lalulintas (Q Kendaraan)
darI 2.275 kendaraan/jam menjadi 2.281 kendaraan/jam, atau setara dengan Q smp
dari 1.528,9 smp/jam menjadi 1.536,7 smp/jam. Hal tersebut akan meningkatkan
Derajat Kejenuhan (DS, Degree Of Saturation) pada siang hari dari 0,2831598
menjadi 0,2846, atau memiliki perubahan nilai derajat kejenuhan yang sangat kecil
sehingga dapat diabaikan. Begitu juga halnya dengan Indeks Tingkat Pelayanan yang
penentuan kelasnya berdasarkan nilai dari derajat kejenuhan, sehingga Indeks
Tingkat Pelayanan (ITP) tetap termasuk dalam kelas A (arus bebas, volume rendah,
kecepatan tinggi, pengemudi bebas memilih kecepatan (≥50 km/jam)).
Tabel 3.9. Prakiraan Perubahan Kinerja Lalulintas Kendaraan Akibat Kegiatan
Mobilisasi Peralatan dan Material
Derajat Kejenuhan
Kapasitas Jalan Volume (smp/jam)
No. Uraian dan ITP
(smp/jam)
Pagi Siang Pagi Siang
1 Tanpa Kegiatan = EQ 0,57 0,28
5.399,424 3.070,8 1.528,9
Tp (A) (A)
2 Dengan Kegiatan
0,57 0,28
Mobilisasi Peralatan & 5.399,424 3.070,8 1.536,7
(A) (A)
Material = EQ Dp
Perubahan / Dampak - 0 7,8 0 0
Sumber: Perhitungan Tim AMDAL berdasarkan MKJI 1997
fill dan pengangkutan tanah ke luar tapak proyek dapat meningkatkan kadar
partikulat debu dan gas polutan di sekitar lokasi kegiatan sebesar 100%, maka
konsentrasi partikulat debu di sekitar lokasi kegiatan akan meningkat menjadi 123,42
µg/Nm3, gas NOx 8,68 µg/Nm3, gas SOx 3,08 µg/Nm3, dan gas CO 404,0 µg/Nm3.
Seluruh nilai parameter kunci tersebut masih berada di bawah baku mutu yang
ditetapkan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 tentang Baku
Mutu Udara Ambien Nasional.
Tabel 3.10. Peningkatan Kadar Polutan Gas Pada Kegiatan Penyiapan Lahan
Rata-rata Konsentrasi Polutan di
Kualitas Lingkungan
Wilayah Studi
Partikula
No. Uraian NOx SOx CO
t Nilai
Skala Kriteria
g/ g/ (%)
g/Nm3 g/Nm3
Nm3 Nm3
Sebelum kegiatan Baik
1. 61,71 4,34 1,54 202,0 93,17 5
(EQ Tp) sekali
2. Dengan adanya
Baik
kegiatan penyiapan 123,42 8,68 3,08 404,0 86,34 5
sekali
lahan (EQ Dp)
Sangat
Selisih /Dampak 61,71 4,34 1,54 202,0 -6,83 0
kecil
Keterangan : Penetapan kualitas lingkungan dapat dilihat pada Lampiran 5
ditetapkan, serta peningkatannya tidak akan berlangsung lama dan juga gas polutan
akan segera terurai di udara dan partikulat debu turun ke permukaan tanah atau
menempel pada benda lain di sekitarnya. Dengan demikian peningkatan kadar
polutan gas tersebut tidak akan melabihi daya dukung lingkungan dan masih dapat
diasimilasi oleh lingkungan.
Berdasarkan hasil penelitian Arsyad (2006), bahwa untuk areal terbuka air
yang akan berubah menjadi aliran permukaan (surface run off) adalah sebesar 57%.
Sehingga besarnya volume debit aliran permukaan (surface run off) setelah kegiatan
pembukaan lahan adalah :
*) Debit Aliran Permukaan Surface Run Off Dengan Adanya Proyek
Q Dp = C x I x A
Q Dp = 57% x 0,012210769 m/hari hujan x 13.721 m2 = 95,5001 m3/hari hujan
*) Perubahan Aliran Permukaan (Surface Run Off)
∆Q = (C Dp – C Tp) x I x A
∆Q = (0,57 – 0,15 ) (0,012210769 m/hari hujan ) (13.721 m2) = 70,3685 m3/hari hujan
Jika rata – rata 1 hari hujan = 3 jam/hari, maka :
∆Q = 70,3685 m3/hari hujan : 3 jam/hari = 23,4562 m3/jam = 0,0065 m3/detik
Berdasarkan perhitungan tersebut, dengan adanya kegiatan penyiapan lahan
maka akan terjadi perubahan debit aliran permukaan Surface Run Off dari 25,1316
m3/hari hujan menjadi 95,5001 m3/hari hujan, sehingga terjadi peningkatan aliran
permukaan (Surface Run Off) sebesar 70,3685 m3/hari hujan.
Sesuai hasil penetapan kualitas lingkungan hidup pada Lampiran 5 diketahui
bahwa dengan adanya kegiatan penyiapan lahan untuk pembangunan Bangka Mixed
Use Development diprakirakan akan menyebabkan terjadinya dampak berupa
peningkatan potensi banjir dengan besaran (magnitude) dampak yang tergolong
kecil (skala 1), yaitu dari skala kualitas lingkungan yang semula termasuk baik sekali
(EQ Tp = skala 5, nilai kualitas 89,95%) menurun menjadi criteria baik (EQ Dp = skala
4, nilai kualitas 61,80%). Timbulnya dampak potensi banjir tersebut lebih
disebabkan oleh adanya peningkatan debit aliran permukaan (Surface Run Off)
sebesar 70,3685 m3/hari hujan pada areal seluas 13.721 m2.
Tabel 3.13. Prakiraan Peningkatan Potensi Banjir Akibat Kegiatan Penyiapan Lahan
Parameter Kualitas Lingkungan
No. Uraian Tutupan Lahan Run Off Nilai
Skala Kriteria
(13.721 m3) (m3/hari hujan) (%)
Sebelum kegiatan (EQ Semak
1. 25,1316 89,95 5 Baik sekali
Tp) Belukar
2. Dengan adanya
kegiatan penyiapan Terbuka 95,5001 61,80 4 Baik
lahan (EQ Dp)
Selisih /Dampak - 70,3685 -28,15 -1 Kecil
Keterangan :
Kategori A = tidak mengganggu
Kategori B = mengganggu
Kategori C = tidak nyaman
Kategori D = menyakitkan
Sumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 Lampiran I
Sumber : Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 49 Tahun 1996 Lampiran I
Keterangan :
Kategori A = tidak menimbulkan kerusakan
Kategori B = memungkinkan kerusakan pada plesteran dinding bangunan
Kategori C = kemungkinan kerusakan pada struktur & dinding pemikul beban
Kategori D = kerusakan pada dinding pemikul beban
Keterangan :
= Hasil pengukuran
30
Jarak (m)
20 25
Keterangan :
= Hasil pengukuran
Berdasarkan hasil prakiraan pada Tabel 3.18 dan hasil penetapan kualitas
lingkungan pada Lampiran 5, menunjukkan bahwa sebelum adanya kegiatan, nilai
skala kualitas intensitas getaran tergolong baik sekali (EQ Tp = skala 5, dengan nilai
kualitas 87,54%), namun dengan adanya kegiatan pembangunan Bangka Mixed Use
Development mengakibatkan terjadinya penurunan skala kualitas lingkungan untuk
parameter intensitas getaran di sekitar lokasi kegiatan menjadi tergolong baik (EQ
Dp = skala 4, dengan nilai kualitas 76,54%). Dengan demikian, besaran (magnitude)
dampak terhadap peningkatan intensitas getaran tergolong kecil (1).
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
penduduk yang akan menerima dampak relative banyak, yaitu masyarakat yang
bermukim di sekitar tapak proyek; komponen lingkungan lain yang terkena dampak,
yaitu dengan adanya getaran dapat mengganggu kenyamanan dan kesehatan
penduduk serta kerusakan bangunan di sekitarnya; serta jika terjadi kerusakan
bangunan dapat bersifat irreversible jika tidak ada intervensi untuk perbaikannya.
Dengan demikian, dilihat dari tingkat kepentingannya, maka dampak kegiatan
pembangunan Bangka Mixed Use Development terhadap peningkatan intensitas
getaran tergolong penting dan bersifat negatif.
Dari hasil penetapan dan penjelasan di atas diketahui bahwa peningkatan
intensitas getaran kemungkinannya relative kecil karena perusahaan menggunakan
teknik bor pile untuk pemancangan tiang pancang bangunan Bangka Mixed Use
Development, sehingga diprakirakan tidak akan terjadi getaran yang akan
mengganggu kenyamanan penduduk maupun merusak bangunan di sekitarnya.
Dengan demikian dapat dikatakan peningkatan intensitas getaran tersebut tidak
akan melebihi daya dukung lingkungan.
Development terhadap kualitas nilai estetika tergolong kecil (skala 1) dan bersifat
positif.
Bila ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, perubahan nilai
estetika ini tidak hanya dapat dirasakan oleh masyarakat Kelurahan Dul tetapi juga
oleh masyarakat luas; persebaran dampak cukup luas, yaitu meliputi wilayah
Kelurahan Dul; intensitas dan lamanya dampak berlangsung akan terjadi selama
bangunan Bangka Mixed Use Development masih berdiri dan dipelihara dengan
baik. Berdasarkan tingkat kepentingannya, maka dampak tersebut tergolong
penting.
Tengah cukup signifikan, akan tetapi karena skala kualitas lingkungan parameter
kesempatan kerja pada kondisi rona awal sudah termasuk baik sekali maka tidak
dapat meningkat lagi (tetap skala 5), namun demikian dampak ini sangat penting
dalam menekan angka pengangguran yang sangat diharapkan oleh masyarakat dan
pemerintah.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak, kesempatan kerja ini terbuka untuk angkatan kerja
sebanyak 3.220 orang terutama untuk masyarakat local; luas wilayah persebaran
dampak (penurunan tingkat pengangguran) akan sangat luas karena dapat meliputi
wilayah Kabupaten Bangka Tengah dan sekitarnya; intensitas dampak termasuk
tinggi dan lamanya dampak akan berlangsung terus menerus selama kegiatan
operasional masih berlangsung; banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang
terkena dampak, bahwa terbukanya kesempatan kerja akan berdampak pada
peningkatan perekonomian lokal serta persepsi dan sikap positif masyarakat
terhadap perusahaan. Dengan demikian, tingkat kepentingan (importance) dampak
kegiatan rekrutmen tenaga kerja operasional terhadap terbukanya kesempatan kerja
tergolong dampak penting.
pada tahun 2012 meningkat sebesar 0,21 persen. Pada tahun 2012 tercatat bahwa
penduduk miskin Kabupaten Bangka Tengah sebanyak 5,77 persen dari total
penduduk atau sekitar 9.950 jiwa penduduk miskin (Sumber : Statistik Daerah
Kabupaten Bangka Tengah 2013). Dengan demikian, secara umum kualitas
lingkungan hidup untuk parameter perekonomian local di Kabupaten Bangka Tengah
pada saat rona awal tidak dapat dikatakan baik, melainkan termasuk sedang.
Dengan asumsi bahwa sebanyak 2.576 orang tenaga kerja local yang direkrut
seluruhnya berasal dari anggota keluarga yang termasuk miskin di Kabupaten Bangka
Tengah, maka setelah bekerja di perusahaan jumlah penduduk miskin di Kabupaten
Bangka Tengah berkurang dari 9.950 jiwa menjadi 9.950 – 2.576 = 7.374 jiwa, atau
jumlah penduduk yang termasuk tidak miskin meningkat dari 162.494 jiwa menjadi
165.070 jiwa.
Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5)
diketahui bahwa sebelum adanya kegiatan rekrutmen tenaga kerja, kualitas
lingkungan untuk parameter perekonomian lokal tergolong sedang (EQ Tp = skala 3)
dengan nilai kualitas 60%, namun dengan adanya kegiatan rekrutmen tenaga kerja
mengakibatkan peningkatan kualitas lingkungan hidup parameter perekonomian
lokal menjadi tergolong baik sekali (EQ Dp = skala 5) dengan nilai kualitas 85,89%.
Dengan demikian, besaran (magnitude) dampak kegiatan rekrutmen tenaga kerja
terhadap perekonomian lokal tergolong sedang (skala 2), yaitu dari skala 3 menjadi
skala 5.
Tabel 3.20. Prakiraan Peningkatan Perekonomian Lokal Akibat Kegiatan Rekrutmen
Tenaga Kerja
Jumlah Kualitas Lingkungan
No. Uraian Penduduk Miskin
Nilai (%) Skala Kriteria
(Jiwa)
1. Sebelum kegiatan (EQ Tp) 9.950 60,0 3 Sedang
2. Dengan adanya kegiatan
Rekrutmen Tenaga Kerja 7.374 85,89 5 Baik sekali
(EQ Dp)
Selisih /Dampak 2.576 25,89 +2 Sedang
Hal ini artinya bahwa kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development
diprakirakan menimbulkan dampak terhadap penurunan kualitas udara ambient
dengan besaran (magnitude) dampak tergolong sangat kecil (skala 0, karena tetap
berada pada skala kualitas 5).
Untuk penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, bila ditinjau dari
jumlah penduduk yang akan menerima dampak akan cukup banyak, yaitu
pengunjung dan karyawan perusahaan yang berada di car parking area dan
sekitarnya; lamanya dampak berlangsung akan terjadi selama kegiatan operasional
Bangka Mixed Use Development; banyaknya komponen lingkungan lain yang
terkena dampak, yaitu gangguan kesehatan masyarakat (pengunjung dan karyawan)
terutama terkait dengan penyakit ISPA. Dengan demikian, dilihat dari tingkat
kepentingannya, maka dampak penurunan kualitas udara ambient akibat kegiatan
operasional mall, hospital, hotel, school, dan car parking tergolong penting dan
bersifat negatif.
Dari hasil perhitungan dan penjelasan di atas dapat dinyatakan bahwa
peningkatan kadar polutan gas yang terjadi tidak akan melebihi baku mutu yang
ditetapkan sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 41 Tahun 1999
tentang Baku Mutu Udara Ambien. Dengan demikian peningkatan kadar polutan gas
tersebut tidak akan melabihi daya dukung lingkungan dan masih dapat diasimilasi
oleh lingkungan.
2. Peningkatan Intensitas Kebisingan
Peningkatan intensitas kebisingan akan terjadi terutama diakibatkan oleh
adanya kegiatan operasional mall dan car parking. Kebisingan akan timbul seiring
dengan padatnya pengunjung serta gencarnya kegiatan promosi masing – masing
kios/counter dengan menggunakan speaker/mikrophone dengan volume yang cukup
besar, hingar bingar music yang dipasang di masing-masing toko/kios untuk menarik
pengunjung, serta efek suara dari kegiatan cinema, dsb. Selain itu, kebisingan dapat
terjadi juga di area car parking seiring dengan banyaknya kendaraan pengunjung
Bangka Mixed Use Development. Kebisingan tersebut umumnya berasal dari suara
mesin kendaraan bermotor yang keluar masuk area car parking. Kebisingan akan
terus terjadi selama kegiatan operasional Bangka Mixed Use berlangsung.
Pengunjung Bangka Mixed Use Development mungkin tidak akan merasa
terganggu dengan suara bising tersebut, akan tetapi lain halnya dengan penduduk di
sekitarnya akan merasa terganggu kenyamanannya jika suara bising tersebut telah
berada di atas baku mutu yang ditetapkan untuk wilayah pemukiman. Berdasarkan
hasil pengukuran menggunakan Sound Level Meter, tingkat kebisingan di wilayah
studi, yaitu di lokasi tapak proyek rata-rata 54,2 dB(A) dan di lokasi pemukiman
penduduk rata-rata 55 dB(A). Nilai hasil pengukuran tersebut apabila dibandingkan
dengan Baku Mutu Lingkungan (BML) parameter kebisingan berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor :
Limbah tersebut akan diolah dan ditampung dalam STP Biotech type BSF.
Apabila limbah tersebut tidak tertangani dengan baik, maka akan menyebabkan
pencemaran air permukaan maupun air tanah karena limbah tersebut akan
terinfiltrasi ke dalam tanah atau terbawa aliran air hujan menuju badan air. Limbah
kotoran manusia bersifat patogenik karena mengandung sejumlah mikroorganisme
patogen yang dapat menyebabkan penyakit gangguan pencernaan seperti diare.
Selain itu akan menimbulkan dampak pencemaran udara (bau) dan gangguan
kenyamanan dan estetika.
Berdasarkan hasil pengamatan pada saat survey, masyarakat di wilayah studi
memiliki kesadaran yang cukup tinggi untuk tidak membuang sampah sembarangan.
Setiap rumah memiliki kotak tempat sampah untuk menyimpan sementara sampah
rumah tangga dan selanjutnya dibuang ke tempat penampungan sampah sementara
yang disediakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bangka Tengah. Selanjutnya
dengan menggunakan dumptruck sampah tersebut diangkut ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA) oleh Petugas Kebersihan Kabupaten Bangka Tengah. Pada saat studi
serta dapur dan restoran. Limbah cair tersebut mengandung sejumlah senyawa-
senyawa pencemar baik organik maupun anorganik serta mikroba patogen. Limbah
cair yang berasal dari kamar mandi hotel dan hospital umumnya mengandung
deterjen/sabun dan senyawa organik. Sementara itu, limbah cair yang bersumber
dari laundry dan bahan-bahan pembersih berupa deterjen, alkali, aceton, metyl
spirit, sedangkan limbah cair dari café dan restoran mengandung senyawa organik.
Berdasarkan laporan hasil penelitian Direktorat Jenderal Pelayanan Medik,
Departeman Kesehatan RI, diketahui bahwa jumlah kebutuhan air bersih untuk
masyarakat kota di Indonesia adalah 200 – 400 liter/orang/hari. Sesuai dengan
rencana perusahaan, kebutuhan air bersih untuk kegiatan Mixed Use Development
Development diprakirakan mencapai 1.546 m3/hari dengan potensi limbah cair
sekitar 980 m3/hari, secara rinci disajikan pada tabel berikut.
Tabel 3.24. Penggunaan Air Bersih dan Potensi Limbah Cair Pada Kegiatan
Operasional Mixed Use Development Development
No. Penggunaan Air Kebutuhan Air (m3/Hari) Potensi Limbah Cair (m3/Hari)
1 Mall 644,78 448,54
2 Hotel 170,20 118,40
3 Hospital 398,48 277,20
4 School 119,28 95,42
5 Hydrant 213,75 0
Total 1.546 980
Sumber : PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH, 2013
Berdasarkan data pada table di atas, cukup banyak limbah cair yang
berpotensi mencemari perairan di sekitarnya. Sebelum limbah cair tersebut dilepas
ke Sungai Bravo akan diolah terlebih dahulu dengan menggunakan teknologi Sewage
Treatmet Plant (STP) Biotech Komunal (mall, hotel, hospital dan school), sehingga air
limbah yang dilepas ke lingkungan telah memenuhi persyaratan dan tidak
membahayakan bagi lingkungan.
Agar dapat mengetahui besarnya tingkat pencemaran kualitas air permukaan
yang diakibatkan adanya kegiatan Bangka Mixed Use Development, maka terlebih
dahulu perlu diketahui tingkat cemaran parameter fisik dan kimia kualitas air
permukaan pada badan air yang akan menerima dampak.
Tabel 3.25. Hasil Analisis Kualitas Air Permukaan Sungai Bravo (Anak Sungai
Pedindang) Sebagai Penerima Dampak
Kriteria Mutu Air
No. Parameter Satuan BAP-1 BAP-2 PP RI No. 82 Tahun 2001
I II III IV
FISIKA
1 Temperatur* o
C 29,0 29,0 3 3 3 5
2 Residu Terlarut (TDS) mg/l <10 <10 1000 1000 1000 2000
3 Residu Tersuspensi (TSS) * mg/l 47,9 14,4 50 50 400 400
KIMIA
4 pH* - 7,26 7,15 6,0 – 9,0
Tabel 3.26. Parameter Limbah Cair dari Hotel Sebelum dan Sesudah Diolah (Sebagai
Analogi
No Parameter Unit Sebelum Diolah Sesudah Diolah
1 Suhu C o
27,83 27,4
2 TDS mg/l 259,33 236
3 pH - 7,22 7,56
4 BOD5 mg/l 301,43 20,33
5 COD mg/l 241,72 11,25
6 DO mg/l 1,44 3,6
7 NO2 mg/l 0,47 0,26
8 NO3 mg/l 17,63 1,12
9 NH3 mg/l 8,53 0,18
10 PO4 mg/l 0,59 0,17
11 Minyak lemak mg/l 94,17 0,72
12 E. Coli mg/l 900.000 6.000
13 Coliform MPN/100 ml 37.000.000 350.0000
Sumber : Hasil Analisis lab. UPTD PU dan Lab. Mikrobiologi FMIPA-UNUD (2006) yang dikutip oleh Sudipa,
Mahendra dan Sudana (2006)
kapasitas 1 x 20.000 liter dan MDS kapasitas 1 x 20.000 liter. Keseluruhan tangki
BBM ini akan di tanam di bawah dasar masing-masing bangunan.
Langkah–langkah penilaian potensi bahaya kebakaran dan ledakan dimulai
dari memilih unit proses, menentukan material factor (MF), menentukan process
unit hazard factor (F3) dengan menghitung general process hazard factor (F1) dan
special process hazard factor (F2), dan kemudian menentukan fire and explosion
index (F&EI). Berdasarkan pedoman Dow’s Fire and Explosion Index, dalam
menentukan unit proses yang akan diteliti, maka unit proses yang dipilih adalah unit
proses yang diperkirakan memiliki potensi bahaya yang besar dan dapat
menimbulkan kerugian yang besar jika terjadi kebakaran dan ledakan. Pada kegiatan
operasional Bangka Mixed Use Development, terdapat penampungan BBM dalam
jumlah cukup besar yang akan digunakan sebagai sumber energi penerangan.
Nilai MF adalah suatu angka yang menggambarkan potensi energi yang
dibebaskan saat kebakaran dan ledakan, yang dihasilkan dari pembakaran atau
reaksi kimia lainnya. Nilai MF diperoleh dari Nf dan Nr yang masing-masing
menggambarkan nilai flammability dan reactivity (atau instability). Berdasakan
NFPA Hazard ID dalam MSDS Solar, diketahui bahwa BBM solar memiliki nilai Health
= 1, Flamability = 3, Reactivity = 0. Oleh karena itu, solar memiliki nilai MF sebesar 16
karena memiliki nilai Nf = 3 dan Nr = 0.
Nilai F1 dan F2 merupakan gambaran process hazard yang dikuantifikasi
dengan ”penalti” sebagai faktor dalam perhitungan. Nilai F1 adalah faktor utama
yang berperan dalam menentukan besarnya kerugian dari insiden (seperti reaksi
endoterm/eksoterm, pemindahan material BBM, unit proses tertutup, akses jalan,
saluran pengendalian tumpahan), nilai F1 terhitung sebesar 2,35. Sedangkan nilai F2
adalah faktor yang dapat meningkatkan probabilitas potensi insiden, dan merupakan
kondisi proses yang spesifik yang berdasarkan sejarah berkontribusi menjadi
penyebab utama insiden kebakaran dan ledakan (material beracun, tekanan bawah
atmosfir, temperatur operasional, tekanan pelepasan, jumlah material, korosi,
kebocoran, penggunaan peralatan, peralatan berputar, dll), nilai F2 terhitung
sebesar 2,56. Perhitungan nilai setiap item “penalti” F1 dan F2 disajikan dalam
lampiran dokumen ini.
Nilai F3 merupakan ukuran degree of hazard exposure dari unit proses
dengan rentang nilai 1 – 8. Nilai F3 merupakan hasil perkalian antara F1 dan F2, yaitu
sebesar 6,016, dan digolongkan sebagai degree of hazard exposure yang tergolong
tinggi. Sedangkan nilai F&EI merupakan gambaran potensi bahaya yang ada dalam
unit proses yang dapat dikategorikan berdasarkan tingkat bahaya. Nilai F&EI didapat
dari hasil perkalian antara F3 dan MF, yaitu sebesar 96,256 (dibulatkan menjadi 96)
dengan radius exposure mencapai 80,855 ft atau 0,024 km. Berdasarkan Pedoman
Dow’s Fire and Explosion Index, diketahui bahwa unit proses dengan kisaran F & EI
lainnya (100 - 200 hari pertahun), hal tersebut tidak terkecuali di Pulau Bangka yang
memiliki intensitas petir cukup tinggi. Kerapatan sambaran petir di Indonesia juga
sangat besar, yaitu 12/km2/tahun yang berarti pada setiap luas area 1 km 2
berpotensi menerima sambaran petir sebanyak 12 kali setiap tahunnya atau 1
kali/bulan. Tingginya intensitas sambaran petir ini dapat menunjukan rendahnya
kualitas lingkungan untuk parameter gangguan petir, katakanlah pada batas nilai
criteria agak buruk (EQ Tp = skala 2, nilai kualitas 40%).
Petir dapat menghujam pada bangunan atau objek yang menjulang tinggi
atau daratan yang luas dan bisa terkena pada manusia. Bangunan Bangka Mixed
Use Development tergolong cukup tinggi (ketinggian mencapai 32 meter) dimana
termasuk salah satu bangunan yang paling tinggi di daerah studi, sehingga potensi
terkena sambaran petir cukup tinggi. Namun mengingat sesuai dengan rencana
perusahaan untuk memasang tiang penangkal petir setinggi ± 8 meter sebanyak satu
unit di sisi bangunan teratas dengan radius perlindungan hingga 100 meter, maka
potensi terjadinya sambaran petir terhadap bangunan dan fasilitas lainnya di dalam
lingkungan Bangka Mixed Use Development menjadi sangat kecil, dimana adanya
potensi gangguan petir hanya akan terjadi jika instalasi penangkal petir mengalami
kerusakaan (bersifat insidentil), atau dapat dikatakan kualitas lingkungan hidup
untuk parameter gangguan petir setelah ada kegiatan operasional mall, hospital,
hotel, school, dan car parking masih termasuk agak buruk (EQ Dp = skala 2) namun
nilai kualitas lingkungan menurun dari 40% menjadi 35%. Dengan demikian, besaran
(magnitude) dampak kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development
terhadap gangguan petir termasuk sangat kecil (skala 0), penetapan indeks kualitas
lingkungan terlampir.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak bahwa terjadinya insiden gangguan petir terhadap
bangunan Bangka Mixed Use Development dapat mengancam keselamatan seluruh
pengunjung dan karyawan perusahaan; ditinjau dari lamanya dampak berlangsung
bahwa insiden gangguan petir dapat terjadi sewaktu-waktu selama kegiatan
operasional berlangsung terutama pada saat musim hujan dan instalasi penangkal
petir mengalami kerusakan; adanya komponen lingkungan hidup lain yang akan
terkena dampak, yaitu gangguan keselamatan dan kelangsungan usaha/kegiatan.
Berdasarkan tingkat kepentingan dampaknya, dampak kegiatan operasional mall,
hospital, hotel, school, dan car parking terhadap gangguan /potensi petir termasuk
dampak penting.
Berdasarkan hasil survei, pada rona awal keberadaan organism yang dapat
menjadi vector penyakit di lokasi rencana usaha/kegiatan Bangka Mixed Use
Development masih sedikit. Vector penyakit yang diprakirakan sudah ada adalah
tikus, kecoa dan nyamuk. Dengan demikian kualitas lingkungan hidup untuk
parameter organism vector penyakit secara keseluruhan dapat dikatakan masih
tergolong baik (EQ Tp = skala 4) dengan nilai parameter 80%.
Dengan adanya rencana perusahaan dalam mengelola sampah dan limbah
cair yang dihasilkan dari kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car
parking, diharapkan dampak lanjutannya terhadap kemungkinan timbulnya vector
penyakit dapat dicegah atau minimal dikendalikan sekecil mungkin, sehingga
menurunnya nilai kualitas lingkungan hidup untuk parameter organism vector
penyakit di wilayah studi menjadi kecil atau maksimal mengalami penurunan sebesar
10%. Dengan demikian, kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car
parking secara keseluruhan diprakirakan menimbulkan dampak terhadap timbulnya
vector penyakit dengan besaran (magnitude) dampak tergolong sangat kecil (skala
0) karena tidak merubah skala kualitas lingkungan hidup (EQ Dp tetap pada skala 4 =
baik), hanya saja nilai kualitasnya menurun dari 80% menjadi 70% (hasil penetapan
indeks kualitas lingkungan terlampir).
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak bahwa meningkatnya organisme vektor penyakit
dapat mengganggu kesehatan masyarakat di sekitarnya dan bahkan juga karyawan
perusahaan dan pengunjung; persebaran dampak cukup luas; ditinjau dari lamanya
dampak berlangsung bahwa kemungkinan adanya organisme vektor penyakit dapat
terjadi selama kegiatan operasional masih berlangsung; adanya komponen
lingkungan hidup lainnya yang akan terkena dampak yaitu gangguan kesehatan
masyarakat serta timbulnya sikap dan persepsi masyarakat yang bersifat negatif; dan
dampak bersifat kumulatif akibat kegiatan lainnya di sekitar lokasi usaha/kegiatan.
Berdasarkan tingkat kepentingan dampaknya, maka dampak kegiatan operasional
mall, hospital, hotel, school, dan car parking terhadap timbulnya organisme vektor
penyakit termasuk dampak penting.
9. Peningkatan Peluang Usaha
Sebagian masyarakat di wilayah studi mengharapkan bahwa dengan adanya
kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car parking dapat membuka
peluang usaha baru bagi masyarakat yang dapat dikerjasamakan dengan pengelola
Bangka Mixed Use Development ataupun yang sifatnya usaha mandiri. Jenis usaha
tersebut misalnya : pengadaan akomodasi untuk kegiatan hotel dan rumah sakit,
menyewa tempat usaha di mall, serta usaha penitipan dan pencucian helm dan
kendaraan di car parking, dan lain sebagainya. Sedangkan usaha mandiri yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat setempat adalah membuka warung/toko dan tempat
kos atau rumah sewa untuk karyawan perusahaan yang jumlahnya cukup banyak.
Berdasarkan data dari Profil Kelurahan Dul Tahun 2013, struktur penduduk di
Kelurahan Dul didominasi oleh masyarakat yang bermatapencaharian tidak tentu
(lainnya) sebanyak 78,79%. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa di wilayah studi
masih relative kurang peluang usaha untuk masyarakat setempat sehingga
diperlukan peluang usaha baru yang dapat dilaksanakan oleh masyarakat sesuai
dengan tingkat pendidikan dan kemampuannya. Untuk menentukan kualitas
lingkungan hidup parameter peluang usaha didekati dengan perhitungan yaitu 100%
- 78,79% = 21,21%, atau dengan kata lain termasuk criteria agak buruk (EQ Tp = skala
2).
Untuk menjadi pengusaha baru biasanya tidak mudah untuk memulainya,
namun jika telah tersedia ruang /tempat, fasilitas, kesempatan dan peluang yang
cukup untuk tumbuh dan berkembangnya usaha maka diharapkan masyarakat
setempat dapat memanfaatkannya dengan baik. Jika minimal 25% dari masyarakat
yang matapencahariannya tidak tentu dapat memanfaatkan peluang usaha baru
tersebut, maka jumlah keluarga yang memiliki matapencaharian tidak tentu akan
berkurang menjadi = (78,79%) – (0.25 x 78,79%) = 59,09%, sehingga kualitas
lingkungan hidup parameter peluang usaha akan meningkat menjadi 100% - 59,09%
= 40,91% atau dapat dikatakan setelah ada kegiatan menjadi criteria sedang (EQ Dp
= skala 3).
Tabel 3.27. Prakiraan Penurunan Prosentase Keluarga yang Bermatapencaharian
Tidak Tentu Akibat Kegiatan Operasional Bangka Mixed Use
Development
Prosentase Keluarga Kualitas Lingkungan
Bermatapencaharian
No. Uraian
Tidak Tentu Nilai (%) Skala Kriteria
(%)
1. Sebelum kegiatan (EQ Tp) 78,79 21,21 2 Agak buruk
2. Dengan adanya kegiatan
ops. Mall, Hospital, Hotel, 59,09 40,91 3 Sedang
Car Parking (EQ Dp)
Selisih /Dampak -19,70 19,70 +1 Kecil
Keterangan : Berkurangnya keluarga yang Bermatapencaharian tidak tentu karena memiliki usaha baru akibat
kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development
dampak kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car parking terhadap
terbukanya peluang usaha baru termasuk dampak penting dan bersifat positif.
10. Peningkatan Gangguan Kelancaran Lalu Lintas Darat
Dengan beroperasinya kegiatan Bangka Mixed Use Development (mall, hospital,
hotel, school, dan car parking), maka diprakirakan akan terjadi peningkatan volume
arus lalulintas kendaraan di Jalan Raya Koba khususnya di depan lokasi Bangka
Mixed Use Development. Bertambahnya jumlah lalulintas kendaraan, berkurangnya
kecepatan kendaraan dan/atau adanya waktu delay pada saat ada kendaraan yang
akan masuk ataupun ke luar dari dalam areal Bangka Mixed Use Development
dipastikan akan mengganggu kelancaran lalulintas kendaraan di wilayah studi.
- Jalan Raya Koba (Depan Lokasi Rencana Kegiatan Bangka Mixed Use
Development)
Berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya diketahui bahwa pada kondisi
rona awal, data kapasitas jalan dan kinerja lalulintas di Jalan Raya Koba (di depan
lokasi rencana proyek) adalah sebagai berikut :
Tabel 3.28. Kapasitas Jalan dan Kinerja Lalulintas Kendaraan Sebelum Kegiatan
Operasional Bangka Mixed Use Development (Mall, Hospital, Hotel,
School dan Car Parking)
Indeks Kualitas
Hasil Perhitungan
Lingkungan
No. Uraian Satuan
Nilai
Pagi Siang Skala Kualitas
(%)
1 5.399,42 5.399,42
Kapasitas Jalan (C) (smp/jam)
4 4
2 Jumlah Seluruh
Kend./Jam 4.560 2.275
Kendaraan (QKendaraan)
3 Volume Lalulintas (Qsmp) (smp/jam) 3.070,8 1.528,9 67,80 4 Baik
4 Derajat Kejenuhan (DS) =
0,57 0,28
Qsmp/C
5 Indeks Tingkat Pelayanan
- A A
(ITP)
Sumber: Perhitungan Tim AMDAL berdasarkan MKJI 1997
Berdasarkan table di atas diketahui bahwa pada kondisi rona awal, kualitas
lingkungan hidup untuk parameter kelancaran lalulintas di wilayah studi termasuk
criteria baik (EQ Tp = skala 4), dengan nilai kualitas 67,80%.
Pada saat kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car parking
akan mengalami penambahan jumlah kendaraan yang melewati Jalan Raya Koba
karena adanya kendaraan yang masuk dan keluar areal Bangka Mixed Use
Development. Sesuai dengan prakiraan dari jumlah pengunjung, karyawan dan arus
barang yang akan datang menggunakan kendaraan setiap harinya, maka dapat
diperkirakan penggunaan kendaraan akibat adanya kegiatan Bangka Mixed Use
Development seperti pada table di bawah ini.
- Fasilitas Jalan Menuju Areal Parkir (di Dalam Rencana Lokasi Kegiatan Bangka
Mixed Use Development)
Untuk mengetahui dampak kegiatan operasional Bangka Mixed Use
Development secara keseluruhan perlu dikaji pula kinerja fasilitas jalan dan areal
parkir yang berada di dalam lokasi rencana usaha/kegiatan, karena apabila volume
lalulintas kendaraan (Q smp) di dalam area Bangka Mixed Use Development melebihi
kapasitas jalan dan area parkirnya maka akan berdampak terhadap kelancaran
lalulintas di jalan raya. Jika arus ke luar masuknya kendaraan pengunjung
mengalami hambatan di dalam area usaha/kegiatan, tidak menutup kemungkinan
kendaraan pengunjung akan diparkir di pinggir Jalan Raya Koba di depan lokasi
Tabel 3.32. Perhitungan Kapasitas Fasilitas Jalan Menuju Area Parkir Bangka Mixed
Use Development
Faktor Penyesuaian untuk Kapasitas
Lebar Kapasitas Kapasitas
Rencana Lebar Pemisah Hambatan
No. Jalan Dasar (Co) Ukuran Jalan (C)
Jalan Jalur Arah Samping
(m) (smp/jam) Kota (smp/jam)
(FCw) (FCsp) (FCsf)
Jalan
1. Menuju Area 9 2.900 1,25 0,88 0,93 0,86 2551,4
Parkir 1
Jalan
2. Menuju Area 7 2.900 1,00 1,00 0,93 0,86 2319,42
Parkir 2
Sumber: Manajeman PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH dan Hasil Perhitungan Tim AMDAL, 2014
Tabel 3.33. Prakiraan Jumlah /Volume Kendaraan (Q Kendaraan dan Q smp ) Dalam
Kegiatan Operasional Bangka Mixed Use Development
Qkend Qsmp
Jenis Lokasi Parkir 1 Lokasi Parkir 2 Lokasi Parkir 1 Lokasi Parkir 2
No
Kendaraan Rumah Rumah
Sekolah Mall Hotel Sekolah Mall Hotel
Sakit Sakit
1 Mobil (Lv) 151 177 11 3 151 177 11 3
2 Motor (Mc) 558 989 1 7 223,2 395,6 0,4 2,8
3 Bis/Truk (Hv) 4 2 0 0 5,2 2,6 0 0
713 1168 12 10 379,4 575,2 11,4 5,8
Total
1881 22 954,6 17,2
Sumber: Manajeman PT. CAHAYA ZAMRUD INDAH, 2014
Tabel 3.34. Prakiraan Derajat Kejenuhan (DS) dan Indeks Tingkat Pelayanan (ITP)
Fasilitas Jalan di Dalam Area Bangka Mixed Use Development
Kapasitas Jalan (C) Volume (Q)
No Rencana Jalan DS=Q/C ITP
smp/jam smp/jam
1. Jalan Menuju Area
2.551,4 954,6 0,37 A
Parkir 1
2. Jalan Menuju Area
2.319,42 17,2 0,007 A
Parkir 2
Sumber: Hasil Perhitungan Tim AMDAL, 2014
maka dapat dianggap bahwa kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development
dapat meningkatkan nilai kualitas lingkungan hidup untuk parameter perekonomian
local dari sector perdagangan dan jasa minimal menjadi 80% (EQ Dp = skala 4 =
criteria baik). Dengan demikian, besaran (magnitude) dampak kegiatan operasional
mall, hospital, hotel, school, dan car parking terhadap peningkatan perekonomian
lokal tergolong kecil (skala 1), penetapan indeks kualitas lingkungan terlampir.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
masyarakat yang akan menerima dampak cukup banyak, karena akan dapat
dirasakan oleh masyarakat banyak (tidak hanya penduduk Kelurahan Dul, Kecamatan
Pangkalan Baru); luas persebaran dampak dapat meliputi wilayah Kabupaten Bangka
Tengah; intensitas dampak termasuk cukup tinggi dan lamanya dampak dapat terjadi
selama kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development masih berlangsung;
banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak, yaitu dapat
menimbulkan dampak lanjutan terhadap sikap dan persepsi masyarakat yang
bersifat positif; dan bersifat kumulatif dengan kegiatan lain di sekitarnya yang
bergerak di sector perdagangan dan jasa. Dengan demikian, dilihat dari tingkat
kepentingannya, maka dampak kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school,
dan car parking terhadap peningkatan perekonomian local tergolong penting.
12. Perubahan Persepsi dan Sikap Masyarakat
Kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development diprakirakan dapat
menimbulkan sejumlah persepsi dan sikap masyarakat. Timbulnya dampak ini
merupakan akumulasi dari berbagai jenis dampak terhadap komponen fisik-kimia,
biologi dan sosekbud lainnya baik yang bersifat negative maupun positif. Perubahan
sikap dan persepsi masyarakat terhadap perusahaan dapat berifat positif maupun
negative. Jika dilihat dari rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh perusahaan,
dimana sejak awal telah direncanakan untuk mengantisipasi berbagai dampak
negative yang timbul dan mengembangkan dampak positif yang dapat
ditimbulkannya, serta dari hasil kajian /prakiraan dampak primernya dimana
besaran dampak negative yang ditimbulkannya termasuk sangat kecil – kecil,
dampak positifnya (peningkatan peluang usaha dan perekonomian local) cukup
berperan penting dalam menggerakan perekonomian daerah, maka diprakirakan
dampak terhadap perubahan sikap dan persepsi masyarakat ini akan bersifat positif.
Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5)
menunjukkan bahwa besaran (magnitude) dampak kegiatan operasional mall,
hospital, hotel, school, dan car parking terhadap persepsi dan sikap masyarakat
tergolong sangat kecil (skala 0), karena tidak terjadi perubahan skala kualitas
lingkungan (tetap berada pada skala 5, EQ Tp = EQ Dp), namun nilai kualitas
lingkungan meningkat dari 87,50% menjadi 100%.
Ditinjau dari kriteria tingkat kepentingan dampak, jumlah masyarakat yang
terkena dampak tidak hanya meliputi masyarakat di Kelurahan Dul, Kecamatan
Pangkalan Baru akan tetapi juga masyarakat luas; wilayah persebararan dampak
meliputi Kabupaten Bangka Tengah; intensitas dampak cukup tinggi dan dapat
berlangsung selama kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development masih
berjalan; komponen lingkungan lain yang terkena dampak adalah bahwa dampak ini
dapat berpengaruh terhadap kelancaran /kelangsungan usaha/kegiatan; dan
dampak bersifat kumulatif menurut ruang dan waktu dengan kegiatan lainnya.
Dengan demikian, dilihat dari tingkat kepentingannya, maka dampak kegiatan
operasional mall, hospital, hotel, school, dan car parking terhadap perubahan sikap
dan persepsi masyarakat tergolong penting dan bersifat positif.
13. Peningkatan Gangguan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Penyebab terjadinya ganguan K3 selain karena factor internal dari kelalaian
pengunjung, karyawan dan pengelolanya sendiri juga karena factor eksternal dari
kondisi fasilitas yang terdapat di Bangka Mixed Use Development seperti
penggunaan lift, excalator, sarana permainan, resiko jatuh dari lantai atas, dan lain-
lain. Faktor resiko petugas kesehatan pada saat melakukan pelayanan medis, seperti
terkena bahan bahan kimia yang mudah menguap /meledak/terbakar (Ethylene,
Oxide, Formaldehyde, Glutaraldehyde, Obat Ca, Gas anestesi, Mercury, Chlorine, dll),
faktor yang mempengaruhi kondisi fisik para pekerja (radiasi pengion, suhu panas,
suhu dingin), faktor psikososia (kerja shift, menghadapi kematian), terluka saat
melakukan pembersihan peralatan dan ruangan, terinfeksi virus atau penyakit
menular dari pasien rawat inap, dsb. Gangguan terhadap K3 pada saat memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien tergolong cukup besar dan dapat terjadikapan
saja jika tidak bekerja sesuai SOP.
Sebelum ada kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car
parking dapat dikatakan bahwa kualitas lingkungan untuk parameter Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) termasuk kriteria baik sekali (EQ Tp = skala 5) dengan nilai
kualitas 100% (karena belum ada kegiatan). Berdasarkan hasil penetapan indeks
kualitas lingkungan (Lampiran 5) dengan adanya kegiatan operasional mall, hospital,
hotel, school, dan car parking akan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan
hidup menjadi tergolong baik (EQ Dp = skala 4), nilai kualitas lingkungan 80%.
Dengan demikian, besaran (magnitude) dampak terhadap gangguan keselamatan
dan kesehatan kerja tergolong kecil (1) dan bersifat negatif.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
tenaga kerja yang akan menerima dampak relative banyak, dimana peluangnya
dapat terjadi pada seluruh tenaga kerja operasional sebanyak 3.220 orang; lamanya
dampak berlangsung dapat terjadi selama kegiatan operasional berlangsung; adanya
komponen lingkungan lain yang terkena dampak, yaitu timbulnya persepsi dan sikap
negative masyarakat terhadap perusahaan; serta dampak akan bersifat
irreversible /tidak pulih karena jika terjadi kecelakaan kerja yang sifatnya fatal maka
kemungkinan tidak akan pulih seperti semula /cacat permanen. Dengan demikian,
kebisingan sehingga tetap tergolong agak buruk (EQ Dp = skala 2), hanya saja nilai
kualitas lingkungan menurun menjadi 24,63%. Dengan demikian, besaran
(magnitude) dampak akibat kegiatan operasional genset terhadap peningkatan
intensitas kebisingan tergolong sangat kecil (skala 0).
Tabel 3.36. Prakiraan Perubahan Intensitas Kebisingan Akibat Kegiatan
Pembangunan Bangka Mixed Use Development
Intensitas Kebisingan (dBA) Kualitas Lingkungan
No. Uraian Pemukiman Nilai
Tapak Proyek Skala Kriteria
Terdekat (%)
Sebelum kegiatan (EQ Agak
1. 54,20 55,0 37,65 2
Tp) buruk
2. Dengan adanya
Agak
kegiatan Operasional 75,0 57,0 24,63 2
buruk
Genset (EQ Dp)
Sangat
Selisih /Dampak 20,80 2,0 -13,02 0
kecil
cukup tinggi adalah terhadap kualitas air permukaan. Manajemen Bangka Mixed
Use Development akan mengelola limbah B-3 ini sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Ceceran BBM solar, dan pelumas akan disalurkan ke dalam Oil Trap untuk
memisahkan kandungan minyak. Limbah B3 yang terjebak di Oil Trap akan diangkat
dan dimasukan kedalam drum berkapasitas 200 liter. Drum limbah B-3 kemudian
akan simpan di gudang penyimpanan khusus limbah B3. Hasil penampungan
oli/pelumas bekas tersebut kemudian akan diserahkan ke pihak ketiga yang telah
mendapat izin resmi dari Menteri Negara Lingkungan Hidup. Sedangkan air yang
sudah tidak mengandung minyak akan disalurkan ke dalam Sewage Treatment Plant
(STP) Biotech.
Berdasarkan rencana pengelolaan limbah cair B-3 (ceceran BBM solar dan
pelumas) seperti di atas dan penggunaan genset juga terbatas pada saat suply listrik
dari PLN terhenti, maka diprakirakan kemungkinan terlepasnya limbah cair B-3 ke
lingkungan sangat kecil. Kondisi rona awal kualitas air permukaan pada badan air
yang akan menerima dampak sesuai hasil perhitungan dengan Metode Storet
sebagaimana telah diuraikan pada BAB 2, kelas mutu air Sungai Bravo sebagai badan
air penerima dampak dapat dikategorikan sebagai kelas C dengan status mutu
Cemar Sedang dengan skor -28, atau kualitas lingkungan hidup parameter kualitas
air permukaan pada rona awal termasuk criteria sedang (EQ Tp = skala 3), dengan
nilai kualitas 60%. Jika diasumsikan masih ada limbah cair B-3 (ceceran BBM solar
dan pelumas) yang terlepas ke lingkungan, maka akan menurunkan kualitas perairan
Sungai Bravo. Meskipun peluang terjadinya ceceran limbah B-3 ini terlepas ke
lingkungan sangat kecil, namun karena limbah cair ini termasuk limbah B-3 maka
akan menurunkan kualitas lingkungan hidup untuk parameter kualitas air permukaan
menjadi tergolong agak buruk (EQ Dp = skala 2), dengan nilai kualitas 38,7%
(penetapan indeks kualitas lingkungan terlampir). Dengan demikian, besaran
(magnitude) dampak kegiatan operasional genset terhadap peningkatan limbah cair
B-3 dan penurunan kualitas air permukaan tergolong kecil (skala 1).
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
masyarakat yang akan menerima dampak adalah penduduk yang bermukim di
sekitar lokasi kegiatan, serta Sungai dan Kolong Bravo; intensitas dampak cukup
tinggi karena jumlah penggunaan BBM solar dan oli cukup banyak, serta dampak
dapat terjadi kapan saja pada saat kegiatan operasional berlangsung; adanya
komponen lingkungan lain yang terkena dampak, yaitu gangguan kesehatan
masyarakat dan biota perairan; bersifat kumulatif dengan kegiatan di sekitarnya
yang sama-sama menimbulkan pencemaran terhadap Sungai dan Kolong Bravo.
Dengan demikian, dilihat dari tingkat kepentingannya, maka dampak kegiatan
operasional genset terhadap peningkatan limbah cair B-3 dan penurunan kualitas air
permukaan tergolong penting dan bersifat negatif.
tangki timbun mengalami kebocoran, maka air di dalam tanah akan dengan mudah
masuk ke dalam tangki tersebut.
Tabel 3.37. Hasil Pengujian Air Sumur di Lokasi Kegiatan
Baku Mutu Air Bersih
Parameter Skor Metode
No Satuan Hasil SK. MENKES
Analisis Storet
No.416/PER/MENKES/IX/1990
FISIKA
1 Warna TCU 0,8 50 0
Tak
2 Bau - Tak berbau
berbau
Tak
3 Rasa - Tak berasa
berasa
4 Temperatur* o
C 28 Suhu udara 3 oC 0
5 Kekeruhan NTU 0,3 2,5 0
Residu terlarut,
6 mg/l 24 1.500 0
TDS*
KIMIA
7 pH* - 7,04 6,0 – 9,0 0
8 Kesadahan (CaCO3) mg/l 19 500 0
9 Besi (Fe)* mg/l < 0,030 1 0
10 Mangan (Mn)* mg/l < 0,024 0,5 0
11 Seng (Zn)* mg/l 0,293 15 0
12 Kromium (Cr6+) mg/l < 0,001 0,05 0
13 Kadmium (Cd)* mg/l < 0,002 0,005 0
14 Timbal (Pb)* mg/l < 0,019 0,05 0
15 Arsen (As) mg/l < 0,005 0,05 0
<
16 Air Raksa (Hg) mg/l 0,001 0
0,0005
17 Selenium (Se) mg/l < 0,005 0,01 0
18 Fluoride (F) mg/l 0,21 1,5 0
19 Klorida (Cl) mg/l 5,3 600 0
20 Nitrat (NO3-N) mg/l 1,26 10 0
21 Nitrit (NO2-N) mg/l < 0,005 1 0
22 Sianida (CN) mg/l < 0,001 0,1 0
Permanganat
23 mg/l 3,1 10 0
(KMnO4)
24 Sulfat (SO4) mg/l 18,3 400 0
25 Detergent (MBAS) mg/l 0,153 0,5 0
MIKROBIOLOGI
28 E.coli MPN/100 ml 0 0 0
29 Coliform MPN/100 ml 20 50 0
TOTAL SKOR 0
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium SEAMEO BIOTROP
Berdasarkan hasil analisis air tanah di atas, kualitas air tanah dapat
memenuhi kriteria sebagai air bersih (parameter fisik, kimia dan biologi berada di
bawah baku mutu lingkungan hidup sesuai dengan SK.MENKES
No.416/PER/MENKES/IX/1990). Juga dari hasil perhitungan dengan Metode Storet,
kelas mutu air tanah dapat dikategorikan sebagai kelas A dengan status mutu Baik
Sekali dengan skor 0 atau memenuhi baku mutu. Dengan demikian kualitas
lingkungan hidup untuk parameter kualitas air tanah sebelum ada kegiatan di lokasi
studi tergolong baik sekali (EQ Tp = skala 5), dengan nilai kualitas 100%.
Dengan adanya kegiatan penimbunan BBM dalam tangki pendam, jika terjadi
korosi dan kebocoran dinding tangki ataupun pipa-pipa dalam tanah diprakirakan
dapat mengakibatkan terjadinya pencemaran terhadap air tanah. Bila diasumsikan
peluang terjadinya kebocoran sebesar 8%, maka nilai kualitas lingkungan untuk
parameter kualitas air tanah (air sumur) masih tetap berada pada skala 5 (EQ Dp =
baik sekali), akan tetapi nilai kualitas menurun menjadi 92%. Dengan demikian,
besaran (magnitude) dampak kegiatan operasional genset terhadap penurunan
kualitas air tanah (air sumur) tergolong sangat kecil (0), penetapan indeks kualitas
lingkungan terlampir.
Tabel 3.38. Prakiraan Perubahan Kualitas Lingkungan Hidup Parameter Kualitas Air
Tanah Akibat Penimbunan BBM Solar untuk Operasional Genset
Kualitas Air Tanah
No. Uraian
% Skala Kriteria
Tanpa Kegiatan Penimbunan BBM dalam
1. 100 5 Baik sekali
Tangki Pendam (EQ Tp)
Dengan Kegiatan Penimbunan BBM dalam
2. 92 5 Baik sekali
Tangki Pendam (EQ Dp)
Selisih /Dampak -8 0 Sangat kecil
Ditinjau dari jumlah manusia yang terkena dampak, menurunnya kualitas air
tanah akan dirasakan oleh penduduk Kelurahan Dul yang bermukim di sekitar lokasi
rencana kegiatan; intensitas dan lamanya dampak berlangsung dapat terjadi secara
insidentil jika terjadi korosi dan/atau kebocoran tangki pendam dan/atau pipa-pipa
bawah tanah; banyaknya komponen lingkungan lain yang terkena dampak seperti
terganggunya sumber air bersih penduduk yang sekaligus juga gangguan terhadap
kesehatan penduduk sekitarnya serta akan timbulnya sikap dan persepsi masyarakat
yang bersifat negatif; serta cenderung bersifat irreversible karena pencemaran oleh
minyak yang termasuk limbah B3 sangat sulit terurai secara alami. Dengan demikian,
berdasarkan tingkat kepentingannya, dampak penurunan kualitas air tanah akibat
penimbunan BBM solar dalam tangki pendam untuk kegiatan operasional genset
termasuk dampak penting dan bersifat negatif.
4. Peningkatan Potensi Kebakaran
Potensi bahaya kebakaran dalam kegiatan operasional genset adalah
diakibatkan oleh adanya penimbunan BBM solar dalam tangki pendam dimana BBM
solar ini merupakan bahan yang bersifat mudah terbakar (flammable material) dan
bersifat mudah tersulut api (combustible material), serta adanya peluang sumber
percikan api dari mesin genset sendiri. Penimbunan stock BBM yang mudah
terbakar dalam jumlah yang relatif besar dapat menjadi faktor penentu adanya risiko
kebakaran jika ada sumber /percikan api atau suhu tinggi di sekitarnya. Dengan
demikian, meningkatnya potensi kebakaran dalam kegiatan operasional genset
didasarkan atas adanya tangki pendam untuk BBM solar dengan rincian sebagai
berikut : untuk hospital kapasitas 2 x 20.000 liter, untuk school kapasitas 1 x 20.000
liter, untuk hotel kapasitas 1 x 30.000 liter, untuk mall kapasitas 2 x 30.000 liter,
untuk h-hypermart kapasitas 1 x 20.000 liter dan MDS kapasitas 1 x 20.000 liter.
Keseluruhan tangki BBM ini akan di tanam di bawah dasar masing-masing bangunan.
Langkah–langkah penilaian potensi bahaya kebakaran dan ledakan dimulai
dari memilih unit proses, menentukan material factor (MF), menentukan process
unit hazard factor (F3) dengan menghitung general process hazard factor (F1) dan
special process hazard factor (F2), dan kemudian menentukan fire and explosion
index (F&EI). Berdasarkan pedoman Dow’s Fire and Explosion Index, dalam
menentukan unit proses yang akan diteliti, maka unit proses yang dipilih adalah unit
proses yang diperkirakan memiliki potensi bahaya yang besar dan dapat
menimbulkan kerugian yang besar jika terjadi kebakaran dan ledakan. Pada kegiatan
operasional genset terdapat penyimpanan stock BBM dalam jumlah cukup besar
yang akan digunakan sebagai sumber energi listrik jika suply listrik dari PLN
terganggu.
Nilai MF adalah suatu angka yang menggambarkan potensi energi yang
dibebaskan saat kebakaran dan ledakan, yang dihasilkan dari pembakaran atau
reaksi kimia lainnya. Nilai MF diperoleh dari Nf dan Nr yang masing-masing
menggambarkan nilai flammability dan reactivity (atau instability). Berdasakan
NFPA Hazard ID dalam MSDS Solar, diketahui bahwa BBM solar memiliki nilai Health
= 1, Flamability = 3, Reactivity = 0. Oleh karena itu, solar memiliki nilai MF sebesar 16
karena memiliki nilai Nf = 3 dan Nr = 0.
Nilai F1 dan F2 merupakan gambaran process hazard yang dikuantifikasi
dengan ”penalti” sebagai faktor dalam perhitungan. Nilai F1 adalah faktor utama
yang berperan dalam menentukan besarnya kerugian dari insiden (seperti reaksi
endoterm/eksoterm, pemindahan material BBM, unit proses tertutup, akses jalan,
saluran pengendalian tumpahan), nilai F1 terhitung sebesar 2,35. Sedangkan nilai F2
adalah faktor yang dapat meningkatkan probabilitas potensi insiden, dan merupakan
kondisi proses yang spesifik yang berdasarkan sejarah berkontribusi menjadi
penyebab utama insiden kebakaran dan ledakan (material beracun, tekanan bawah
atmosfir, temperatur operasional, tekanan pelepasan, jumlah material, korosi,
kebocoran, penggunaan peralatan, peralatan berputar, dll), nilai F2 terhitung
sebesar 2,56. Perhitungan nilai setiap item “penalti” F1 dan F2 disajikan dalam
lampiran dokumen ini.
Nilai F3 merupakan ukuran degree of hazard exposure dari unit proses
dengan rentang nilai 1 – 8. Nilai F3 merupakan hasil perkalian antara F1 dan F2, yaitu
sebesar 6,016, dan digolongkan sebagai degree of hazard exposure yang tergolong
tinggi. Sedangkan nilai F&EI merupakan gambaran potensi bahaya yang ada dalam
unit proses yang dapat dikategorikan berdasarkan tingkat bahaya. Nilai F&EI didapat
dari hasil perkalian antara F3 dan MF, yaitu sebesar 96,256 (dibulatkan menjadi 96)
dengan radius exposure mencapai 80,855 ft atau 0,024 km. Berdasarkan Pedoman
Dow’s Fire and Explosion Index, diketahui bahwa unit proses dengan kisaran F & EI
sebesar 61 – 96 termasuk dalam klasifikasi tingkat bahaya menengah (moderate).
Indeks perhitungan potensi bahaya kebakaran disajikan pada Lampiran.
Peristiwa yang paling merugikan jika terjadi kebakaran adalah terhentinya
kegiatan Bangka Mixed Use Development yang disebabkan oleh kerusakan akibat
kebakaran tersebut, dapat mengancam keselamatan pekerja dan pengunjung, serta
menghilangkan asset perusahaan yang dapat berimbas pada terhentinya kegiatan.
Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5) diketahui
bahwa sebelum adanya kegiatan, kualitas lingkungan parameter potensi kebakaran
tergolong baik sekali (EQ Tp = skala 5), nilai kualitas 96,76%. Dengan adanya
kegiatan operasional genset akan mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas
lingkungan parameter potensi kebakaran menjadi sedang (EQ Dp = skala 3), nilai
kualitas 57,33%. Dengan demikian, besaran (magnitude) dampak terhadap potensi
kebakaran tergolong sedang (skala 2).
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak jika terjadi kebakaran termasuk banyak yaitu para
pengunjung, pekerja, pengelola perusahaan, serta masyarakat sekitar yang
bermukim di dekat lokasi Bangka Mixed Use Development; luas persebaran dampak
mencakup wilayah operasional Bangka Mixed Use Development dan sekitarnya;
ditinjau dari intensitas dampak, peluang terjadinya dampak potensi kebakaran
termasuk sedang karena di lokasi tersebut tersedia stock BBM dalam jumlah cukup
banyak yang termasuk ke dalam bahan yang mudah terbakar, lamanya dampak
berlangsung bahwa potensi kebakaran dapat terjadi sewaktu-waktu (bersifat
insidentil) selama kegiatan operasional berlangsung; adanya komponen lingkungan
hidup lain yang akan terkena dampak, yaitu gangguan K3 dan kelangsungan
usaha/kegiatan. Berdasarkan tingkat kepentingannya, dampak kegiatan operasional
genset terhadap peningkatan potensi kebakaran termasuk dampak penting.
berbau, sudah terdapat mata air yang cukup banyak dan dapat dipergunakan untuk
kegiatan MCK masyarakat Kelurahan Dul.
Berdasarkan hasil pengujian tahanan jenis (geolistrik) yang telah dilakukan
oleh Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Bangka Tengah di Hotel Santika, air
tanah atau lapisan akuifer berada pada kedalaman 12,39 – 18,24 meter dengan nilai
tahanan jenis 413,29 Ωm dengan litologi batu pasir lempungan. Pada kedalaman
18,24 – 33,29 meter terdapat litologi batu pasir agak padu (bukan akuifer) dengan
nilai tahanan jenis 1124,29 Ωm. Pada kedalaman 33,29 – 57,19 merupakan litologi
batu pasir lempungan (akuifer) dengan nilai tahanan jenis 270,48 Ωm. Penggunaan
air tanah untuk kegiatan operasional Bangka Mixed Use Development sebanyak
1.546 m3/hari diprakirakan akan menurunkan muka air tanah sehingga akan
berdampak terhadap semakin sulitnya masyarakat sekitar untuk memperoleh air
tanah.
Untuk mengantisipasi terjadinya penurunan kuantitas air tanah, maka pihak
pengelola Bangka Mixed Use Development akan mengupayakan terlebih dahulu
dari air PDAM. Jadi penggunaan air tanah akan dilakukan hanya jika supply air dari
PDAM tidak mencukupi. Jika supply air bersih dari PDAM mencapai 50% (773
m3/hari), maka konsumsi air tanah untuk kegiatan operasional Bangka Mixed Use
Development juga akan mencapai 773 m3/hari. Dengan demikian persediaan air
tanah di lokasi studi akan berkurang 773 m3/hari dari kondisi rona awal, artinya debit
air tanah akan berkurang sebesar 8,95 liter/detik. Besarnya pengurangan tersebut
akan berpengaruh cukup besar terhadap berkurangnya air tanah yang dapat
diperoleh masyarakat, padahal sejak awal jika musim kemarau agak panjang
masyarakat cukup kesulitan memperoleh air sumur. Menurut informasi dari
masyarakat sekitarnya, pada musim kemarau sebagian sumber air bersih yang
berasal dari sumur gali dan sumur bor masyarakat (kedalaman < 20 meter) akan
kering, sehingga pada saat sebelum ada kegiatan kualitas lingkungan hidup untuk
parameter kuantitas air tanah tidak termasuk baik melainkan criteria sedang (EQ Tp
= skala 3), nilai kualitas 50%. Dengan adanya pemanfaatan air tanah untuk kegiatan
operasional Bangka Mixed Use Development sebesar rata-rata 8,95 liter/detik
diprakirakan akan menurunkan kualitas lingkungan hidup parameter kuantitas air
tanah menjadi termasuk buruk (EQ Dp = skala 1), nilai kualitas lingkungan 20%.
Dengan demikian besaran (magnitude) dampak menurunnya kuantitas air tanah
termasuk sedang (skala 2), penetapan indeks kualitas lingkungan terlampir.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak maka seluruh masyarakat di sekitar lokasi
usaha/kegiatan akan merasakan dampak negatifnya terutama pada musim kemarau;
luas persebaran dampak mencakup wilayah tapak proyek dan sekitarnya; ditinjau
dari intensitas dampak, penurunan kuantitas air tanah ini cukup besar yaitu rata-rata
773 m3/hari, lamanya dampak berlangsung bahwa dampak akan terjadi selama
basah sehingga diharapkan tidak menimbulkan masalah baru yang terkait dengan
timbulan sampah. Oleh karena itu dengan adanya kegiatan pemeliharaan dan
perawatan maka kualitas lingkungan hidup untuk parameter timbulan sampah akan
tetap termasuk baik sekali (EQ Dp = skala 5) dengan nilai kualitas 100%. Pengelola
Bangka Mixed Use Development sangat berkepentingan dengan lingkungan yang
nyaman dan bersih, karena hal tersebut akan menjadi daya tarik bagi pengunjung.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak bahwa berkurangnya timbulan sampah dan limbah
padat basah akan dapat dirasakan oleh masyarakat banyak (tidak hanya masyarakat
setempat tetapi juga pengunjung); intensitas dan lamanya dampak berlangsung,
terpeliharanya lingkungan setempat dari timbulan sampah dan limbah padat basah
cukup signifikan dan akan berlangsung selama operasional Bangka Mixed Use
Development masih berlangsung; banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang
terkena dampak, berkurangnya timbulan sampah dan limbah padat basah yang tidak
diharapkan akan menyebabkan terpeliharanya nilai estetika dan kesehatan
masyarakat. Berdasarkan kriteria tersebut, maka berkurangnya timbulan sampah
dan limbah padat akibat kegiatan pemeliharaan dan perawatan gedung tergolong
dampak penting dan bersifat positif.
m3/bulan akan menurunkan kualitas air Sungai Bravo, dan beban pencemaran
tersebut akan terakumulasi dengan limbah cair dari kegiatan operasional mall,
hospital, hotel,school, dan car parking, serta pencemaran yang disebabkan oleh
kegiatan Hotel, Apartemen dan Pusat Perdagangan yang ada di sekitarnya. Jika
pengolahan limbah cair dengan menggunakan Sewage Treatmet Plant (STP) Biotech
Komunal dapat berjalan efektif sesuai dengan rencana perusahaan maka penurunan
kualitas air permukaan di Sungai Bravo tidak akan terlalu besar. Beradasarkan hasil
penetapan indeks kualitas lingkungan (Lampiran 5) diperoleh bahwa nilai kualitas air
permukaan setelah ada kegiatan pemeliharaan gedung dan fasilitas lainnya adalah
sebesar 41,3% (EQ Dp = skala 3 = sedang).
Berdasarkan perhitungan dengan Metode Storet, kelas mutu air Sungai Bravo
(badan air penerima dampak) dapat dikategorikan sebagai kelas C dengan status
mutu Cemar Sedang dengan skor -28, atau kualitas lingkungan hidup untuk
parameter kualitas air permukaan pada rona awal termasuk criteria sedang (EQ Tp =
skala 3), dengan nilai kualitas 60%.
Dengan demikian, besaran (magnitude) dampak kegiatan pemeliharaan dan
perawatan gedung beserta fasilitasnya terhadap kualitas air permukaan tergolong
sangat kecil (skala 0) atau tetap tergolong sedang, hanya saja nilai kualitas menurun
dari 60% menjadi 41,3%, sehingga dampak tersebut bersifat negatif.
Penentuan tingkat kepentingan (importance) dampak, ditinjau dari jumlah
manusia yang terkena dampak bahwa menurunnya kualitas permukaan dapat
dirasakan oleh masyarakat yang bermukim di sekitar aliran Sungai Bravo dan Kolong
Bravo; intensitas dan lamanya dampak berlangsung, volume limbah cair yang
dihasilkan cukup banyak yaitu 128 m3/bulan, dan akan terjadi selama kegiatan
operasional Bangka Mixed Use Development masih berlangsung; banyaknya
komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak, dapat menimbulkan sikap
dan persepsi masyarakat yang bersifat negatif; serta bersifat kumulatif dengan
kegiatan lainnya seperti kegiatan operasional mall, hospital, hotel, school, dan car
parking yang juga menghasilkan limbah cair. Berdasarkan kriteria tersebut, maka
penurunan kualitas air permukaan akibat adanya limbah cair dari kegiatan
pemeliharaan dan perawatan gedung tergolong dampak penting.
saat cleaning service melakukan pembersihan kaca gedung pada ketinggian tertentu.
Sering terjadi bahwa pekerja yang terjatuh dari tempat yang tinggi mengalami cidera
/cacat permanen atau meninggal dunia. Bisa juga kecelakaan kerja yang sifatnya
ringan – sedang.
Faktor resiko terjadinya kecelakaan kerja pada kegiatan house keeping untuk
bangunan yang tinggi termasuk besar. Namun dengan dilengkapi SOP dan
perlengkapan K3 yang memadai sesuai standar SNI serta dilaksanakan oleh tenaga
kerja yang terampil, maka insiden terjadinya gangguan K3 menjadi relative kecil, atau
hanya menurunkan skala kualitas lingkungan hidup untuk parameter Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) sebesar 1 angka.
Berdasarkan hasil penetapan indeks kualitas (Lampiran 5), sebelum adanya
kegiatan, skala kualitas lingkungan hidup untuk parameter K3 tergolong baik sekali
(EQ Tp = skala 5), dengan nilai kualitas 100% (karena belum ada kegiatan sama
sekali). Dengan adanya kegiatan pemeliharaan dan perawatan gedung Bangka
Mixed Use Development diprakirakan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan
kualitas lingkungan hidup parameter K3 menjadi tergolong baik (EQ Dp = skala 4),
dengan nilai kualitas 80%. Dengan demikian, besaran (magnitude) dampak kegiatan
pemeliharaan dan perawatan gedung terhadap gangguan K3 tergolong kecil (skala
1) yaitu dari skala 5 ke skala 4, dimana nilai kualitas menurun dari 100% menjadi
80%.
Penentuan tingkat kepentingan dampak, ditinjau dari intensitas dampak
cukup tinggi tetapi bersifat insidentil, dan lamanya dampak berlangsung dapat
terjadi selama kegiatan pemeliharaan dan perawatan rutin, berkala, ringan maupun
berat pada tahap operasional; adanya komponen lingkungan lain yang terkena
dampak, yaitu timbulnya persepsi dan sikap yang negative masyarakat terhadap
perusahaan jika gangguan K3 yang terjadi lebih diakibatkan oleh kelalaian
perusahaan di dalam member jaminan keselamatan; serta dampak akan bersifat
irreversible /tidak pulih karena jika terjadi kecelakaan kerja yang sifatnya fatal maka
kemungkinan tidak akan pulih seperti semula /cacat permanen. Dengan demikian,
dilihat dari tingkat kepentingannya, maka dampak kegiatan pemeliharaan dan
perawatan gedung Bangka Mixed Use Development terhadap gangguan K3
tergolong penting dan bersifat negatif.
lainnya yang memberikan dampak positif pada tahap operasional. Dengan demikian,
berdasarkan tingkat kepentingannya, maka dampak perubahan persepsi dan sikap
masyarakat terhadap perusahaan akibat pelaksanaan kegiatan CSR tergolong penting
dan bersifat positif.
angkatan kerja sebanyak 3.220 orang terutama untuk masyarakat local; luas wilayah
persebaran dampak dapat meliputi wilayah Kabupaten Bangka Tengah dan
sekitarnya; intensitas dampak termasuk tinggi dan lamanya dampak akan terus
berlangsung sebelum adanya lapangan kerja baru di wilayah studi; banyaknya
komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak, bahwa berkurangnya
kesempatan kerja akan berdampak pada peningkatan pengangguran dan
menurunnya perekonomian lokal. Dengan demikian, tingkat kepentingan dampak
kegiatan PHK terhadap berkurangnya kesempatan kerja tergolong dampak penting.
Bangka Tengah dan sekitarnya; intensitas dampak termasuk tinggi dan lamanya
dampak akan terus berlangsung selama belum ada sumber pendapatan lain dari
kegiatan sejenis; banyaknya komponen lingkungan hidup lain yang terkena dampak,
bahwa penurunan perekonomian lokal akan menimbulkan dampak lanjutan
terhadap menurunnya kesejahteraan masyarakat dan terhambatnya pembangunan.
Dengan demikian, tingkat kepentingan (importance) dampak kegiatan PHK terhadap
penurunan perekonomian lokal tergolong dampak penting.