SKRIPSI
OLEH :
SKRIPSI
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Perbandingan Tingkat Nyeri Haid (Dismenore) Sebelum dan Sesudah
Hipnoterapi pada Mahasiswi Kebidanan D-III Tingkat I Poltekkes
Kemenkes Medan Tahun 2018”.
Dalam skripsi ini, peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan
kesalahan, baik dari segi isi maupun bahasanya, namun demikian peneliti
mengharapkan adanya masukan dan saran untuk perbaikan di masa yang
akan dating. Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak ,oleh karena itu pada
kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih yang tulus kepada :
1. Dra. Hj. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan kepada saya
untuk menyusun skripsi ini.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan dan selaku pembimbing utama yang telah
memberikan kesempatan, mendukung, dan membimbing saya dalam
proses penyelesaian skripsi serta mengizinkan saya untuk penelitian di
Poltekkes Kemenkes RI.
3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes selaku Ketua Prodi D-IV Kebidanan Medan
yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyusun
skripsi.
4. Melva Simatupang, SST, M.Kes selaku pembimbing akademik dan Ketua
Prodi D-IV Kebidanan Medan di semester 1-7 yang telah mendukung
dalam proses penyelesaian skripsi.
5. Yulina Dwi Hastuty S.Kep, Ners, M.Biomed selaku dosen pembimbing II
dan Dosen Penguji I yang mendukung dalam proses penyelesaian
skripsi.
6. Tri Marini SST, M.Keb selaku Ketua Penguji yang telah memberikan
masukan dan kritikan untuk perbaikan dalam penyusunan skripsi.
7. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta ayahanda Drs. E. Barus dan
ibunda Dra. S.N Sembiring , yang telah memberikan cinta kasih yang
tulus dalam mendidik, membesarkan dan selalu membawa nama penulis
dalam setiap doa-doanya, memberikan dukungan moril, ekonomi serta
kepercayaan selama mengikuti perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
8. Adik penulis yang tersayang, Fredrik Maga dan seluruh keluarga yang
telah memberikan dukungan, doa kepada penulis selama penyusunan
skripsi ini.
9. Sahabat dan rekan seperjuangan tercinta penulis Yolanda Damaris, Rika
Anggrenisa, Elpera Siska Dearni yang telah memberikan motivasi dan
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan bersama tugas-tugas
akhir.
10. Abang tersayang Hendra Armanda yang telah memberikan doa,
dukungan, perhatian dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.
i
8
ii
9
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................
LEMBAR PENGESAHAN........................................................
ABSTRAK…………..................................................................i
KATA PENGANTAR................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................... v
DAFTAR GAMBAR..................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................vii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang........................................................ 1
B. Rumusan Masalah................................................. 3
C. Tujuan ................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian.................................................. 3
E. Keaslian Penelitian................................................. 4
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………
LAMPIRAN…………………………………………………………………
iv
11
DAFTAR TABEL
Halaman
v
12
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
13
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
2
dilaporkan sekitar 92%. Kerugian ekonomi di AS tiap tahun dari kasus dismenorea
diperkirakan mencapai 600 juta jam kerja dan 2 miliar dolar. Dari 1266 mahasiswi di
Firat University, Turki, sejumlah 45,3 % merasakan nyeri di setiap haid 42,5 %
kadang-kadang nyeri, dan 12,2 % tidak mengalami nyeri. (Anugoro dan Wulandari,
2011) .
Hasil penelitian Lestari, H, dkk, 2009 di Manado, dari 98,5 % yang
mengalami dismenore terdapat 10,1 % mengalami mual muntah, 14,1 % nyeri
kepala, 33,7 % gangguan emosi dan 1% pingsan. Begitu juga, penelitian Indarsita,
D, dkk, 2016 di SMPN 1 Pancurbatu, ada 93,3 % responden yang terganggu
aktivitasnya dan 70% yang sulit beraktivitas belajar karena dismenore.
Dismenore ini dapat diatasi dengan pendekatan farmakologis dan non
farmakologis. Salah satu pendekatan non farmakologis yang dapat digunakan
adalah hipnoterapi. Salah satu metode hipnoterapi adalah mengubah pola pikir dari
yang negatif menjadi positif. Pendekatan yang umumnya dilakukan adalah
memunculkan pikiran bawah sadar agar latar belakang permasalahan dapat
diketahui dengan tepat. (Anugoro dan Wulandari, 2011). Dengan hipnoterapi,
sebagian besar masalah menstruasi dapat disembuhkan atau paling tidak
berkurang. Karena pada dasarnya hiposis merupakan teknik komunikasi langsung
dengan pikiran alam bawah sadar kita. (Najmi, 2016)
Hasil penelitian Purnama, W, 2013 di Pemangkat, terapi non farmakologis
dapat mengatasi dismenore tanpa memberikan efek samping yang membahayakan.
Tidak sama halnya dengan terapi farmakologis yang paling sering untuk kasus nyeri
haid adalah dengan obat-obatan golongan non steroid anti inflammatory drugs
(NSAID) dapat mengurangi ketidaknyamanan, tetapi terapi ini memberikan efek
samping terhadap saluran cerna yang sering timbul misalnya dispepsia dan gejala
iritasi lain terhadap mukosa lambung.
Hasil penelitian Triana, H 2014 di STiKes Immanuel, menunjukkan tingkat
nyeri yang dialami remaja hampir sama jumlahnya pada kelompok intervensi
(diberikan hipnoterapi) dan kontrol, dimana pada pre tes kelompok intervensi
terdapat 24 orang remaja merasakan nyeri pada tingkat “lebih nyeri” sedangkan
pada kontrol terdapat 23 orang. Namun pada postest pada kelompok intervensi
tingkat nyeri remaja mengalami penurunan yang drastis dialami remaja seluruhnya
(100%) lebih dari 3 hari. Sementara pada kontrol tidak mengalami penurunan
tingkat nyeri.
3
Berdasarkan latar belakang diatas, didukung dengan survei awal peneliti pada
mahasisiwi kebidanan D-III tingkat 1 Poltekkes Kemenkes Medan, dari 20 orang
mahasiswi yang diambil secara acak, ada 14 orang mahasiswi yang mengalami
dismenore, dimana 3 orang nyeri ringan dan 11 orang nyeri sedang, maka peneliti
tertarik untuk melihat berapa besar tingkat dismenore yang bisa diturunkan dengan
hipnoterapi maka peneliti mengangkat judul “Perbandingan Tingkat Nyeri Haid
(Dismenorea) Sebelum dan Sesudah Hipnoterapi pada Mahasiswi Kebidanan D-III
Tingkat I di Poltekkes Kemenkes Medan”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
C.1 Tujuan Umum
D. Manfaat
D.1 Manfaat Teoritis
E. Keaslian Penelitian
Penelitian yang mendahului adalah penelitian yang dilakukan oleh Arifa Rina
Pradhipta (2011) yang berjudul “Pengaruh Terapi Musik terhadap Nyeri Haid
(Dismenorea) pada Remaja Putri SMA N 1 Karangnongko Klaten”. Penelitian ini
bertujuan untuk diketahuinya pengaruh terapi musik terhadap nyeri haid
(Dismenorea) pada remaja putri SMA N 1 Karangnongko Klaten. Metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan
one group pre test-post test design. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja
putri usia 16-18 tahun di SMA N 1 Karangnongko Klaten yang mengalami nyeri haid
(dismenore). Total sampel 25 responden dengan uji statistik menggunakan uji
paired t-test. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa uji statistik paired t-test
didapatkan nilai signifikansi yaitu 0,000 yang nilainya sebesar 11,255 lebih besar
dari t tabel t (0,05)(24) = 1,711 pada taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti terapi musik
diterima memiliki peran penting dalam mempengaruhi nyeri haid (dismenore) remaja
putri SMA N 1 Karangnongko Klaten.
Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Nurul Laili (2012) yang berjudul
“Perbedaan Tingkat Nyeri Haid (Dismenore) Sebelum dan Sesudah Senam
Dismenore pada Remaja Putri di SMAN 2 Jember”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi perbedaan tingkat nyeri haid (dismenore) sebelum dan sesudah
senam dismenore pada remaja putri di SMAN 2 Jember. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan rancangan non
equivalent control grup. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri SMAN 2
Jember yang mengalami dismenore. Uji statistik yang digunakan adalah uji t-test
dependen. Dari hasil statistic berhubungan dengan uji tersebut didapatkan nilai rata-
rata 0,933 ; nilai t = 1,262 (t hitung < t tabel yaitu 1,262 < 1,701) dan p = 0,218 (p >
α yaitu 0,218 > 0,05); sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 gagal ditolak artinya
5
tidak ada perbedaan tingkat nyeri antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol sesudah senam dismenore (kedua kelompok sama).
Penelitian kali ini berjudul “Perbandingan Tingkat Nyeri Haid (Dismenorea)
Sebelum dan Sesudah Hipnoterapi pada Mahasiswi Kebidanan D-III Tingkat I di
Poltekkes Kemenkes Medan Tahun 2018”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbandingan tingkat nyeri haid (dismenore) sebelum dan sesudah
dilakukan hipnoterapi pada mahasiswi kebidanan D-III tingkat I Poltekkes Kemenkes
Medan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah true
eksperimen dengan rancangan one group pretest posttest dan dengan uji Wilcoxon.
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi kebidanan D-III tingkat I Poltekkes
Kemenkes Medan yang mengalami nyeri haid.
Persamaan dari penelitian ini adalah variabel dependennya. Perbedaan dari
kedua penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada metode
penelitian yang digunakan dimana penelitian yang dilakukan oleh Arifa Rina
Pradhipta (2011) dengan quasi eksperimen. Berbeda juga dengan penelitian ini
yang dilakukan oleh Nurul Laili (2012) yaitu dengan metode quasi eksperimen
dengan rancangan non equivalent control grup. Sedangkan, penelitian yang akan
dilakukan ini dengan metode true eksperimen dengan rancangan one group pretest
posttest. Begitu juga terletak perbedaan pada variabel independen dimana
penelitian terdahulu variabel independennya terapi musik, juga senam dismenore
sedangkan penelitian ini adalah hipnoterapi. Kemudian dari segi uji juga berbeda,
dimana penelitian sebelumnya baik yang dilakukan Nurul begitu juga Arifa dengan
T-Test sedangkan penelitian yang sudah dilakukan ini dengan menggunakan uji
Wilcoxon.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
A.1 Menstruasi
A.1.1 Pengertian Menstruasi
indung telur. Pada permulaan siklus, lapisan sel rahim yang akan mulai
berkembang dan menebal.
Hormon-hormon tersebut akan memberikan sinyal pada telur di dalam
indung telur untuk mulai berkembang. Tidak lama kemudian, telur akan
dilepaskan dari indung telur perempuan dan mulai bergerak menuju tuba
fallopi terus menuju rahim. Apabila telur tersebut tidak dibuahi oleh sperma
melalui senggama atau inseminasi buatan maka lapisan rahim akan berpisah
dari dinding uterus dan mulai meluruh. (Anurogo dan Wulandari, 2011)
Peluruhan tersebut akan dikeluarkan melalui vagina. Periode
pengeluaran darah inilah yang disebut dengan haid (diistilahkan juga dengan
menstruasi atau dating bulan). Apabila perempuan hamil maka ia akan
berhenti haid. Itulah sebbanya perempuan yang berhenti haid serinng
menjadi tanda kehamilan, meskipun tidak berarti berhenti haid sudah pasti
hamil. Kadang ada penyakit tertentu yang menyebabkan seorang perempuan
berhenti haid. Kondisi emosional yang tidak stabil dan stress juga dapat
memicu tidak terjadi haid selama kurun waktu tertentu.
Pada saat haid, pada sebagian perempuan ada yang mengalami
berbagai gangguan haid yang cukup berat. Misalnya ada sebagian yang
mengalami kram karena kontraksi otot halus pada rahim, sakit kepala, sakit
perut, gelisah berlebihan, merasa letih dan lemas, hidung terasa tersumbat,
bahkan selalu ingin menangis. Selain itu ada juga yang mengalami
kemarahan tak berujung pangkal, depresi, kondisi ingin makan yang
berlebihan, hingga nyeri haid yang luar biasa. Semua kondisi gangguan haid
tersebut haruslah ditangani dengan bijaksana agar tidak mengganggu
kesehatan secara keseluruhan (Anurogo dan Wulandari, 2011)
2. Fase Ovulatoir
Fase ini dimulai ketika kadar LH meningkat. Pada fase inilah sel telur
dilepaskan. Pada umumnya, sel telur dilepaskan. Pada umumnya, sel telur
dilepaskan setelah 16-32 jam terjadinya peningkatan kadar LH. Folikel yang
matang akan tampak menonjol dari permukaan indung telur sehingga
akhirnya pecah dan melepaskan sel telur. Pada saat terjadi pelepasan sel
telur ini, beberapa perempuan sering merasakan nyeri yang hebat pada
perut bagian bawah. Nyeri ini akan terjadi selama beberapa menit hingga
beberapa jam, mengikuti proses pelepasan telur.
3. Fase Luteal
Fase ini terjadi setelah pelepasan sel telur dan berlangsung selama 14
hari. Setelalh melepaskan sel telur, folikel yang pecah akan kembali menutup
dan membentuk korpus luteum (disebut juga yellow body, struk anatomis
yang kecil dan berwarna kuning pada permukaan ovarium. Selama masa
subur atau reproduksi wanita, corpus luteum dibentuk setelah setiap ovulasi
atau pelepasan sel telur) yang menghasilkan progesterone dalam jumlah
cukup besar. Hormone progesterone ini akan menyebabkan suhu tubuh
10
meningkat. Ini terjadi selama fase luteal dan akan terus tinggi sampai siklus
yang baru dimulai. Peningkatan suhu tubuh ini dapat digunakan sebagai
perkiraan terjadinya ovulasi.
Setelah 14 hari, corpus luteum akan hancur dan siklus yang baru akan
dimulai. Ini akan terus terjadi selama perempuan dalam masa aktif
reproduksi, kecuali jika terjadi pembuahan dan menyebabkan kehamilan.
Jika telur dibuahi maka corpus luteum akan menghasilkan HCG (Human
Chorionic Gonadotropine) yang memelihara progesterone hingga dapat
menghasilkan hormone sendiri. Tes kehamilan didasarkan pada adanya
peningkatan kadar HCG. (Anurogo dan Wulandari, 2011)
otot polos (smooth muscle) proses peradangan juga elah diterima ahli untuk
mempertinggi sensitivitas nyeri serabut di uterus. Jumlah leukotriene yag
signifikan telah ditunjukkan di endometrium perempuan penderita dismenore
primer yang tidak merespons terapi antagonis prostaglandin.
Hormon pituitary posterior, vasopressin terlibat pada hipersensitivitas
miometrium, mengurangi aliran darah uterus , dan nyeri pada penderita
dismenore primer. Peranan vasopressin di endometrium dapat berhubungan
dengan sintesis dan pelepasan prostaglandin. Hipotesis neunoral juga telah
direkomendasikan untuk pathogenesis dismenore primer. Neuron nyeri tipe
C di stimulasi oleh metabolit anaerob yang diproduksi oleh ischemic
endometrium (berkurangnya suplai oksigen ke membran mukosa kelenjar
ang melapisi rahim). (Anugoro dan Wulandari, 2011)
(3) Penyebab Dismenore Primer
- Faktor Endokrin
Rendahnya kadar progesterone pada akhir fase corpus luteum. Hormon
progesterone menghambat atau mencegah kontraktilitas uterus sedangkan
hormone esterogen meragsang kontraktilitas uterus. Di sisi lain,
endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 sehingga
menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika kadar prostaglandin yang
berlebihan memasuki peredaran darah maka selain dismenore dapat juga
dijumpai efek lainnya seperti nausea (mual), muntah, diare, flushing (respons
involunter / tak terkontrol dari sistem saraf yang memicu pelebaran pembuluh
kapiler kulit, dapatberupa warna kemerahan/ sensasi panas). (Anugoro dan
Wulandari, 2011)
- Faktor Kejiwaan
Pada remaja yang secara emosional tidak stabil (seperti mudah marah
dan cepat tersinggung), apalagi jika tidak mengetahui serta tidak
medapatkan pengetahuan yang baik tentang proses menstruasi, maka hal ini
dapat menyebabkan timbulnya nyeri mensttruasi. (Najmi, 2016)
15
- Faktor Konstitusi
Faktor konstitusi erat kaitannya dengan faktor kejiwaan yang dapat pula
menurunkan ketahanan tubuh terhadap rasa nyeri. Adapun faktor konstitusi
ini bentuknya seperti anemia atau penyakit menahun yang dapat
mempengaruhi timbulnya nyeri saat menstruasi. (Judha, M, 2012)
- Faktor Alergi
Faktor ini merupakan teori yang dikemukakan setelah dilakukan
penelitian tentang adanya hubungan antara dismenore dan migrain atau
asma. Melalui penelitian tersebut, diduga bahwa penyebab alergi ini ialah
karena adanya toksin haid. (Najmi, 2016)
b) Dismenore Sekunder
(1) Pengertian Dismenore Sekunder
Dismenore sekunder atau yang disebut juga dismenore ekstrinsik
adalah nyeri menstruasi yang terjadi karena kelainan ginekologik, misalnya
endometriosis (sebagian besar), fibroids, adenomyosis. (Proverawati dan
Misaroh, 2013).
Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama,
tetapi yang paling sering muncul di usia 20-30 tahunan, setelah tahun-tahun
normal dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan prostaglandin dapat berperan
pada dismenore sekunder. Namun, penyakit pelvis yang menyertai haruslah
ada. (Anurogo dan Wulandari, 2011)
(2) Penyebab Dismenore Sekunder
- Intrauterine contraceptive devices (alat kontrasepsi dalam rahim)
- Adenomyosis (adanya endometrium selain di dalam rahim)
- Uterine myoma (tumor jinak rahim yang terdiri dari jaringan otot)
- Uterine polyps (tumor jinak di dalam rahim)
- Adhesions (perlekatan)
- Kista ovarium
- Ovarian torsion (sel telur terpuntir atau terpelintir)
- Pelvic congestion syndrome (gangguan atau sumbatan di
panggul)
16
A.2 Nyeri
A.2.1 Definisi Nyeri
lingkungan dan faktor kejiwaan. Nyeri kronis dapat berlangsung lebih lama
(lebih dari enam bulan) dibandingkan dengan nyeri akut dan resisten
terhadap pengobatan. Nyeri ini dapat dan sering mengakibatkan masalah
yang berat bagi pasien. (Judha, M, 2012).
2. Teori Endorphin
Jenis-Jenis Nyeri
2) Jenis kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara makna dalam
respon terhadap nyeri.Toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh
faktor-faktor biokimia dan merupakan hal yang unik pada setiap
individu tanpa memperhatikan jenis kelamin.
3) Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri. Menurut Clancy dan Vicar (Cit Perry & Potter, 2005),
menyatakan bahwa sosialisasi budaya menentukan perilaku
psikologis seseorang. Dengan demikian, hal ini dapat mempengaruhi
pengeluaran fisiologis opiate endogen dan sehingga terjadilah
persepsi nyeri.
4) Makna nyeri
Pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri.
Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya
individu tersebut. Individu akan mempersepsikan nyeri dengan cara
berbeda-beda apabila nyeri tersebut memberikan kesan ancaman,
suatu kehilangan, hukuman dan tantangan. Misalnya seorang wanita
yang melahirkan akan mempersepsikan nyeri, akibat cedera karena
pukulan pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri yang dipersiapkan
nyeri klien berhubungan dengan makna nyeri.
20
5) Perhatian
Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat
sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang
menurun. Dengan memfokuskan perhatian dan konsenterasi klien
pada stimulus yang lain, ini termasuk nyeri pada kesadaran yang
perifer. Biasanya hal ini menyebabkan toleransi nyeri individu
meningkat, khususnya terhadap nyeri yang berlangsung hanya
selama waktu pengalihan.
6) Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks.Ansietas
seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat
menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah
sama dalam nyeri dan anisietas. Price (Cit Perry, Potter 2005),
melaporkan suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian
sistem limbic dapat memproses reaksi emosi seseorang, khususnya
ansietas.Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi seseorang
terhadap nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.
7) Keletihan
Keletihan meningkatkan persepsi nyeri, rasa kelelahan menyebabkan
sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkn kemampuan
koping.Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang
menderita penyakit dalam jangka lama. Apabila keletihan disertai
kesulitan tidur, maka persepsi nyeri terasa lebih berat dan jika
mengalami suatu proses periode tidur yang baik maka nyeri
berkurang.
8) Pengalaman sebelumnya
Pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu
akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan
datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami serangkaian
episode nyeri tanpa pernah sembuh maka rasa takut akan muncul dan
21
- Mondar-mandir
- Gerakan menggosok atau berirama
- Bergerak melindungi bagian tubuh
- Immobilisasi
- Otot tegang
4) Interaksi sosial
- Menghindari percakapan dan kontak sosial
- Berfokus aktivitas untuk mengurangi nyeri
- Disorientasi waktu
Berdasarkan studi literatur dan hasil penelitian dalam melakukan
penatalaksanaan nyeri dengan manajemen non farmakologis tidak begitu
banyak dilakukan.Tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mengurangi rasa
nyeri ini sifatnya sesaat, maka penggunaan yang tepat adalah menggunakan
distraksi/relaksasi cukup efektif.Terapi distraksi/relaksasi yang umum
digunakan adalah menarik nafas dalam yang diberikan atau dilakukan
bersamaan dengan munculnya rasa nyeri akibat dari suatu hal misalnya saat
mengganti balutan.
Terapi lain yang juga dapat dilakukan adalah terapi sentuhan/counter
pressure yang dilakukan pada saat orang yang akan melahirkan timbul his.
Terapi ini cukup efektif, karena pada saat muncul his yang menyebabkan
nyeri, maka jarak spinal dan syaraf yang menghantar nyeri akan di blockade
sehingga tidak sampai ke pusat nyeri di otak. Keefektifan tindakan counter
pressure dibuktikan dengan pasien selalu meminta agar daerah lumbar di
gosok-gosok dan menurutnya teknik ini sangat efektif untuk mengurangi
nyeri akibat his.
Tindakan lain yang juga sangat sederhana dan dapat mengurangi
rasa nyeri adalah mengurangi nyeri dengan kompres hangat. Terapi ini dapat
diberikan pada saat seseorang mengalami kolik renal.Untuk nyeri-nyeri
kronik yang sudah lama dan muncul secara terus menerus dan hebat, dapat
digunakan teknik mengaliri aliran listrik yang kecil atau bisa juga memberikan
23
Membuat tingkatan nyeri pada skala verbal. Misal, tidak nyeri, sedikit
nyeri, nyeri sedang, nyeri berat, sangat nyeri atau dengan membuat skala
nyeri yang sebelumnya bersifat kualitatif menjadi bersifat kuantitatif dengan
menggunakan skala 0-10 yang bermakna 0= tidak nyeri dan 10= nyeri
sangat hebat.
b. Karakteristik nyeri
2. Q : Quality
3. R : Region
4. S : Severe
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
5. T : Time
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
No Worst
Pain Moderate Possible
Pain Pain
Keterangan:
0 : Tidak Nyeri ; 1 – 5 : Nyeri Sedang ; 6 – 10 : Nyeri sangat hebat
SKOR
PENGUKURAN
0 1 2
1. Penjagaan (Guarding)
2. Memegang Area yang Sakit
(Bracing)
3. Menggosok (Rubbing)
4. Meringis (Grimacing)
5. Mendesah (Sighing)
Gambar 2.7 Skala Nyeri “Muka” (Wong Baker Facial Gramace Scale)
28
A.3 Hipnoterapi
A.3.1 Konsep Dasar Hipnoterapi
2. Membandingkan
Informasi yang masuk dibandingkan dengan database (referensi
pengalaman dan segala informasi) yang berada di pikiran bawah sadar
3. Menganalisis
4. Memutuskan
Pikiran bawah sadar mempunyai fungsi atau menyimpan hal-hal berikut
:
1. Kebiasaan (baik, buruk, refleks)
2. Emosi
3. Memori jangka panjang
4. Kepribadian
5. Intuisin
6. Kreativitas
7. Persepsi
8. Belief dan value
Terapi konvensional biasanya membutuhkan waktu yang relative lama
karena hanya bermain pada level pikiran sadar. Ada 5 cara untuk melewati
filter mental dan masuk ke pikiran bawah sadar.
1. Pengulangan / Repetisi
Segala sesuatu yang dilakukan secara konsisten atau berulang-ulang
akan masuk ke bawah sadar dan menjadi kebiasaan
2. Identifikasi kelompok/ keluarga
30
2. Induction
Teknik untuk membawa Subyek ke kondisi Hypnotic State.
- Instant Induction (Rapid, Shock) bagi Subyek yang memiliki tingkat
sugestivitas tinggi
- Extended Progressive Relaxation bagi Subyek yang memiliki tingkar
sugestivitas yang moderat dan rendah.
3. Deepening
Teknik untuk memperdalam kondisi Trance dari Subyek. Terdapat
sangat banyak Script untuk keperluan deepening dikelompokkan menjadi 3
jenis, yaitu:
- Hitungan (Simple Deepening), yaitu deepening dengan mengistirahatkan
sisi Conscious Mind dari subyek.
- Tempat kenyamanan, yaitu Deepening dengan memandu subyek pergi ke
suatu tempat yang nyaman untuknya.
- Aktivitas, yaitu Deepening dengan memandu subyek untuk melakukan
aktivitas tertentu (menuruni tangga, menuruni gedung menggunakan lift,
dsb).
dan paling sedikit pada nilai 4 atau skala nyeri sedang berjumlah 2 orang
(12,5 %). Setelah dilakukan perlakuan (hipnoterapi), mengalami penurunan
dengan persentase sebesar 18,8 % pada intensitas skala nyeri sedang, 50 %
nyeri ringan dan 21,2 % tidak nyeri.
B. Kerangka Teori
Pengobatan :
. 1. Pengobatan Herbal
2. Penggunaan Suplemen
Tingkat Nyeri :
3. Perawatan Medis
1. Tidak Nyeri 4. Relaksasi
2. Nyeri Ringan
Dismenore :
3. Nyeri sedang 5.
4. Nyeri berat
Hipnoterapi - Primer
5. Nyeri sangat
berat
6. Akupuntur
- Sekunder
= Diteliti Diteliti
Tidak Diteliti
C. Kerangka Konsep
Gambar 2.10 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel
Dependen
(Dismenore)
34
D. Definisi Operasaional
Tabel 2.2 Definisi Operasional
Skala
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur
Ukur
Independen Merupakan salah Lembar Nominal - Ya
: satu cara yang dapat teknik - Tidak
Hipnoterapi dilakukan responden hipnoterapi
untuk mengurangi
nyeri haid dengan
cara mengubah pola
pikir dari negatif ke
positif dengan
memunculkan pikiran
bawah sadar.
Dependen : Perasaaan tidak - Lembar Rasio Skala nyeri
Nyeri Haid nyaman yang Kuesione (0-10)
(Dismenore) dirasakan responden r - Tidak nyeri
saat menstruasi - Lembar (0)
akibat kontraksi observasi - Nyeri ringan
uterus (1-3)
- Nyeri
sedang (4-
6)
- Nyeri berat
(7-10)
E. Hipotesis Penelitian
35
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang telah dilakukan pada skripsi ini adalah penelitian
true eksperimen yaitu dengan rancangan one group pretest posttest. Peneliti
menggunakan jenis penelitian ini untuk mengetahui perbandingan
dismenorea sebelum dan sesudah hipnoterapi pada kelompok yang sama.
Tidak ada kelompok pembanding (kontrol), tetapi sudah dilakukan observasi
pertama (pretest) yang memungkinkan menguji perubahan-perubahan yang
terjadi setelah adanya eksperimen (program). (Notoadmodjo, 2010). Sebagai
observasi pertama (pretest) sudah diberikan kuesioner pada kelompok
eksperimen yaitu mahasiswi tingkat I Poltekkes Kemnkes RI Medan.
Bentuk rancangan ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 3.1 Rancangan pretest dan posttest
01 X 02
Kelompok Eksperimen
Penelitian ini sudah dilakukan mulai dari akhir bulan April sampai awal
Juli 2018 dengan responden yaitu mahasiswi kebidanan D-III tingkat 1
36
F. Prosedur Penelitian
F.1 Pre test
a. Editing
b. Coding
c. Prosessing
d. Cleaning
41
H. Etika Penelitian
BAB IV
A. Hasil Penelitian
analisa data. Adapun hasil dari pengolahan data tersebut dapat dilihat dari tabel
berikut ini :
1. Karakteristik Responden
Tabel 4.1.
Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Poltekkes Kemenkes Medan
Tahun 2018
No Umur F %
1 17 tahun 5 25,0
2 18 tahun 10 50,0
2 19 tahun 5 25,0
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel 4.1. di atas dapat dilihat bahwa usia responden mayoritas
Tabel 4.2.
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Nyeri Haid Sebelum Hipnoterapi
di Poltekkes Kemenkes Medan
Tahun 2018
Tingkat Nyeri Sebelum Hipnoterapi Nilai
Nilai Mean
Haid F % SD
Nyeri ringan 0 0
Nyeri sedang 11 55,0 3,45 0,510
Nyeri berat 9 45,0
Total 20 42
100
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas tingkat nyeri
orang (55%).
Tabel 4.3.
Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Nyeri Haid Sesudah Hipnoterapi
di Poltekkes Kemenkes Medan
Tahun 2018
Berdasarkan tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa mayoritas tingkat nyeri
haid responden setelah diberikan hipnoterapi adalah nyeri ringan sebanyak 10
orang (50%).
Berdasarkan tabel 4.4. di atas dapat dilihat bahwa dari hasil uji Wilcoxon
Signed Ranks Test didapatkan nilai ρ adalah 0,000 yang artinya 0,000<0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa Ha diterima, artinya ada perbedaan tingkat nyeri haid
Berdasarkan hasil penelitian yang telah didapatkan mayoritas usia responden adalah
18 tahun sebanyak 10 orang (50%). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Novia dan Puspitasari (2008) tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore primer. Penelitian menunjukan bahwa
dismenore primer lebih banyak ditemukan pada rentang usia 15-25 tahun dengan persentase
87% pada jumlah responden 100 orang.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Ortiz (2010) menunjukan bahwa rata-rata usia
responden yang mengalami dismenore adalah 17-35 tahun. Dismenore primer umumnya
dimulai pada 1-3 tahun setelah haid pertama (menarche). Kasus ini bertambah berat beberapa
tahun hingga usia 23-27 tahun (Morgan dan Hamilton, 2009).
(55%).
memengaruhi seseorang, yang keberadaan nyeri dapat diketahui hanya jika orang
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aun, dkk
bahwa mayoritas berada pada tingkat nyeri sedang sebanyak 10 orang (62,5%).
45
62,5%, skala nyeri ringan sebanyak 3 responden dengan presentase 18,8%, dan
Penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Primatama & Nugraha
nyeri berat dengan presentase 31,2% dan 2 orang mengalami nyeri sedang dengan
presentase 12,5%.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aun, dkk. Berdasarkan
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Primatama & Nugraha
mengalami penurunan tingkat nyeri sedang sebesar 18,8%, ringan 50% dan tidak
proses kognitif seseorang sehingga mengubah karakter nyeri dan mengubah sikap
hormon stres lainnya sehingga nyeri menurun dan tubuh akan rileks. Saat relaksasi
kebutuhan oksigen dalam tubuh akan menurun diikuti penurunan otot-otot tubuh,
aliran darah akan lancar, neurotransmiter penenang akan dilepaskan dan sistem
saraf akan bekerja secara baik sehingga menimbulkan perasaan tenang dan
nyaman. Gerbang pikiran bawah sadar akan terbuka dan gerbang nyeri yang
impuls yang ditransmisikan ke otak sedikit dan persepsi nyeri hilang atau berkurang
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari uji Wilcoxon Signed Ranks Test
didapatkan nilai ρ adalah 0,000 yang artinya 0,000<0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa Ha diterima, artinya ada perbedaan tingkat nyeri haid sebelum dan sesudah
hipnoterapi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nusaiba
(2012) tentang Pengaruh Hipnosis Terhadap Derajat Nyeri Haidh Primer pada
Surakarta. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa hipnosis berpengaruh terhadap
derajat nyeri sebesar 3,546 setelah diberikan hipnosis. Pada penelitian yang
47
haid. Penurunan skor VDS tertinggi adalah sebesar 7, sedangkan yang terendah
adalah 3. Tidak ada satupun subjek yang mengalami penurunan skor VDS kurang
dari 3, dan tidak ada satupun subjek yang skor VDS-nya tetap atau meningkat.
mengalami penurunan derajat nyeri haid. Penurunan skor tertinggi adalah sebesar
7, sedangkan yang terendah adalah 2. Terdapat kemiripan antara hasil penelitian ini
dengan hasil penelitian sebelumnya. Hal ini dapat terjadi karena subjek penelitian
mengenai hipnoterapi. Oleh sebab itu mereka memiliki dasar ataupun bekal positif
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Mubarak
menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang
nilai-nilai yang baru diperkenalkan. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan, sebab
perilaku ini terjadi akibat adanya paksaan atau aturan yang mengharuskan untuk
berbuat.
Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh
pengetahuan akan lebih mudah untuk dijalanidaripada perilaku yang tidak didasari
48
oleh pengetahuan. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan
pengaruh nyeri yang dirasakan subjek terhadap proses berpikirnya atau pandangan
individu terhadap dirinya sendiri. Pengetahuan tentang nyeri dan cara mengatasinya
Hasil penelitian ini juga didukung oleh Aun, Suriadi dan Fauzan (2015) yang
penurunan tingkat nyeri yang signifikan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan
Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Sidabutar (2014)
yang menyatakan terdapat pengaruh hipnoterapi terhadap dismenore dengan p value 0,0001.
Penelitian Primatama, Zariat ,Nugraha & Adi, 2014) juga menyatakan hipnoterapi dapat
menurunkan skala dismenore. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Gunawan 2010
yang mengatakan bahwa hipnoterapi merupakan salah satu intervensi non farmakologi yang
dapat dilakukan untuk menurunkan nyeri. Hipnoterapi dapat menurunkan intensitas
dismenore primer melalui dua mekanisme. Tahap induksi dan deepening dalam hipnoterapi
merupakan mekanisme pertama untuk menurunkan intensitas nyeri dismenore.
Tahap induksi dan deepening merupakan tahap relaksasi melalui relaksasi nafas
dalam yang bertujuan agar otak mencapai kondisi gelombang theta. Saat yang bersamaan
kondisi relaksasi ini merangsang tubuh melalui jalan HPA Axis, untuk menghasilkan
Coticitropin Releasing Factor (CRF). Selanjutnya CRF merangsang kelenjar pituitary untuk
menurunkan produksi ACTH sehingga peningkatan produksi analgetik endogen yaitu
endorprin yang kemudian menurunkan produksi cortisol dan hormon – hormon stres lainnya
sehingga nyeri menurun (Price & Wilson, 2006). Endorphin bekerja untuk menahan impuls
nyeri di medulla spinalis, dengan menahan impuls nyeri di medulla spinalis maka impuls
nyeri tidak dihantarkan ke thalamus dan pada akhirnya tidak ada impuls nyeri yang
disalurkan ke korteks serebri (Prasetyo, 2010). Tahap induksi dan deepening yang
49
merupakan tahap awal dari hipnoterapi sudah memiliki kontribusi dalam menurunkan nyeri
(Wong, Willy & Hakim, Andri, 2009).
Mekanisme kedua adalah sugesti yang diterima oleh alam bawah sadar
akan mengubah persepsi nyeri di kortex serebri. Tahap sugesti dalam hipnoterapi
merupakan tindakan untuk memberikan data baru masuk ke pikiran bawah sadar di
system limbic. Data yang dimasukkan adalah data bahwa impuls dari uterus saat
nyukur dan rasa yang diharapkan. Data baru ini akan disimpan di memori alam
bawah sadar. Dalam kondisi sadar, pikiran bawah sadar akan mempengaruhi kortek
serebri, yaitu memberikan data sesuai sugesti. Ketika kortek serebri mendapatkan
impuls kontraksi maka impuls itu akan dipersepsikan sebagai rasa bahagia dan rasa
syukur (Purwanto & Setiyo, 2008). Kondisi ini bersifat permanen (Gunawan, 2010).
BAB V
A. Kesimpulan
B. Saran
teknik hipnoterapi untuk mengurangi nyeri haid dan institusi lebih melengkapi
haid pada variabel yang berbeda, melibatkan lebih banyak responden dan waktu
yang lebih lama dan pas sehingga penelitiannya lebih akurat hasilnya.
50
51
DAFTAR PUSTAKA
Anugoro, Dito dan Ari Wulandari. 2011. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid.
Yogyakarta: Andi.
Judha, Mohamad, dkk. 2012. Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Laili, Nurul. 2012. Perbedaan Tingkat Nyeri Haid (Dismenore) Sebelum dan
Sesudah Senam Dismenore pada Remaja Putri di SMAN 2 Jember.
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/16364/gdlhub-
gdl- nurullaili-8242-1-nurulla-i.pdf?sequence=1. 08 November 2017
(04.18).
Morgan & Hamilton. 2009. Obstetri dan Ginekologi: Panduan Praktik, Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Najmi, Nur, Laila. 2016. Buku Pintar Menstruasi. Yogyakarta: Buku Biru.
Setiawan, Ari dan Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV,
S1 dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika.
53
Siregar, Ratni, dkk. 2014. Pengaruh Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Nyeri
Menstruasi (Dismenorea). Jurusan Kebidanan Padang Sidempuan
Poltekkes Kemenkes RI. Medan
Solehati, Tetti dan Cecep Eli Kosasih.2015. Konsep dan Aplikasi Relaksasi:
Refika Aditama.
Medan, 2018
( )
55
KUESIONER
PERBANDINGAN TINGKAT NYERI (DISMENOREA) SEBELUM DAN
SESUDAH HIPNOTERAPI PADA MAHASISWI KEBIDANAN TINGKAT I DI
POLTEKKES KEMENKES MEDAN TAHUN 2018
A. Data Identitas
No Responden :
Usia :
B. Nyeri Dismenore
Berilah tanda √ sesuai dengan rasa nyeri yang saudari rasakan pada saat
hari pertama dismenorea!
Skala Karakteristik Tanda
0 Tidak nyeri
1 Sedikit gangguan, kadang terasa seperti tusukan kecil
Sedikit gangguan, terasa seperti tusukan yang lebih
2
dalam
Gangguan cukup dihilangkan dengan pengalihan
3
perhatian
Nyeri dapat diabaikan dengan beraktivitas atau
4
melakukan pekerjaan, masih dapat dialihkan
5 Rasa nyeri tidak bisa diabaikan lebih dari 30 menit
Rasa nyeri tidak bisa diabaikan untuk waktu yang lama,
6
tapi masih bisa bekerja
Sulit berkonsentrasi, tetapi dengan diselingi istirahat
7 atau tidur, kamu masih bisa bekerja atau berfungsi
dengan sedikit usaha
Beberapa aktivitas fisik terbatas. Kamu masih bisa
8 membaca dan berbicara dengan usaha. Merasakan
mual dan pusing kepala
Tidak bisa berbicara, menangis, mengerang, dan
9
merintih, tak dapat dikendalikan, penurunan kesadaran
56
NO KEGIATAN Keterangan
A. PERSIAPAN
1. Ruang yang nyaman dan tertutup
2. Audio
3. Kursi Relaksasi
B. PELAKSANAAN
1. Sikap dan perilaku
2. Menyambut klien dan mengucap salam
3. Mempersilahkan duduk dan memperkenalkan diri
4. Menjaga privasi pasien
C. KONTEN/ISI
1. Pre-induction Talk
a. Anamnese untuk keperluan therapy
b. Test sugestibilitas
c. Learning channels/ Sub modalities
2. Induction
Anjurkan klien untuk melakukan hal sbb:
1. Silakan persiapkan diri anda ambil posisi duduk
senyaman mungkin, jangan silangkan kedua
kaki dan letakkan kedua tangan di pangkuan
anda.
2. Berdoa memohon bimbingan dan perlindungan
dari Tuhan yang Maha Kuasa.
3. Fokuskan diri dan fikiran anda hanya pada
57
Keterangan :
√ = ya (dilakukan)
× = tidak (tidak dilakukan)
Keterangan :
1. Tidak nyeri : 0 3. Nyeri sedang : 4-6
2. Nyeri ringan : 1-3 4. Nyeri berat : 7-
10
PERNYATAAN
62
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan
saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau
diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini
dan disebut dalam daftar pustaka.
Medan, 2018
18
12 5 Nyeri sedang 3 Nyeri ringan
tahun 3 2 1
18
13 6 Nyeri sedang 2 Nyeri ringan
tahun 3 2 1
19
14 7 Nyeri berat 5 Nyeri sedang
tahun 4 3 1
18
15 8 Nyeri berat 3 Nyeri ringan
tahun 4 2 2
18
16 9 Nyeri berat 5 Nyeri sedang
tahun 4 3 1
18
17 6 Nyeri sedang 4 Nyeri sedang
tahun 3 3 0
19
18 7 Nyeri berat 4 Nyeri sedang
tahun 4 3 1
18
19 8 Nyeri berat 3 Nyeri ringan
tahun 4 2 2
18
20 6 Nyeri sedang 2 Nyeri ringan
tahun 3 2 1
68
Frequencies
Notes
Output Created 10-JUL-2018 00:45:37
Comments
Input Data D\EVI\data Evi.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 20
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values
are treated as missing.
Cases Used Statistics are based on all
cases with valid data.
Syntax FREQUENCIES
VARIABLES=umur
Skala_nyeri_pra
tingkat_nyeri_pra
Skala_nyeri_post
tingkat_nyeri_post
Penurunan
/ORDER=ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00,03
Elapsed Time 00:00:00,05
Statistics
Skala nyeri tingkat nyeri skala nyeri tingkat nyeri
sebelum sebelum sesudah sesudah
Umur responden hipnoterapi hipnoterapi hipnoterapi hipnoterapi
N Valid 20 20 20 20 20
Missing 0 0 0 0 0
69
Frequency Table
Umur responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 17 tahun 5 25,0 25,0 25,0
18 tahun 10 50,0 50,0 75,0
19 tahun 5 25,0 25,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Penurunan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 4 20,0 20,0 20,0
1 14 70,0 70,0 90,0
2 2 10,0 10,0 100,0
Total 20 100,0 100,0
Explore
Notes
Output Created 10-JUL-2018 00:45:57
Comments
Input Data D:\ SKRIPSI\EVI\data Evi.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 20
File
71
Descriptives
Statistic Std. Error
tingkat nyeri sebelum Mean 3,45 ,114
hipnoterapi 95% Confidence Interval for Lower Bound 3,21
Mean Upper Bound 3,69
5% Trimmed Mean 3,44
Median 3,00
Variance ,261
Std. Deviation ,510
72
Minimum 3
Maximum 4
Range 1
Interquartile Range 1
Skewness ,218 ,512
Kurtosis -2,183 ,992
tingkat nyeri sesudah Mean 2,55 ,135
hipnoterapi 95% Confidence Interval for Lower Bound 2,27
Mean Upper Bound 2,83
5% Trimmed Mean 2,50
Median 2,50
Variance ,366
Std. Deviation ,605
Minimum 2
Maximum 4
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness ,583 ,512
Kurtosis -,459 ,992
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
tingkat nyeri sebelum ,361 20 ,000 ,637 20 ,000
hipnoterapi
tingkat nyeri sesudah ,318 20 ,000 ,737 20 ,000
hipnoterapi
a. Lilliefors Significance Correction
73
NPAR TESTS
/WILCOXON=tingkat_nyeri_pra WITH tingkat_nyeri_post (PAIRED)
/MISSING ANALYSIS.
NPar Tests
Notes
Output Created 10-JUL-2018 00:46:26
Comments
Input Data D:\ SKRIPSI\EVI\data Evi.sav
Active Dataset DataSet1
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working Data 20
File
Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values
are treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are
based on all cases with valid
data for the variable(s) used in
that test.
77
/WILCOXON=tingkat_nyeri_pr
a WITH tingkat_nyeri_post
(PAIRED)
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00,03
Elapsed Time 00:00:00,09
a
Number of Cases Allowed 224694
a. Based on availability of workspace memory.
Test Statisticsa
tingkat nyeri
sesudah
hipnoterapi -
tingkat nyeri
sebelum
hipnoterapi
b
Z -3,819
Asymp. Sig. (2-tailed) ,000
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.