Ijazahan Amalan Ilmu Hikmah-Tarekat Di Kalangan Pesantren Jawa (Bagian I) - Suluk Kebudayaan Indonesia
Ijazahan Amalan Ilmu Hikmah-Tarekat Di Kalangan Pesantren Jawa (Bagian I) - Suluk Kebudayaan Indonesia
ESAI LEMBAR
Satu hal penting yang dilihat dalam tulisan ini adalah dimensi ijazahan
amalan wirid-ilmu hikmah di pesantren, sebagai khazanah pesantren
yang jarang dilihat. KBBI tidak memiliki definisi dari kata ilmu
hikmah ini, meskipun mendefnisikan kata ilmu: “pengetahuan tentang
suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode tertentu,
yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala di bidang
pengetahuan; pengetahuan atau kepandaian (tentang soal duniawi,
akhirat, lahir, batin dan sebagiannya).” Rangkaian dari kata ilmu ini,
berjumlah tidak kurang dari 129 kata, misalnya ilmu administrasi, ilmu
batin, ilmu tauhid, dan lain-lain, tetapi tidak ada yang digandeng
dengan kata hikmah.
P oleh kyai yang mengasuhnya, atau amalan pendiri pesantren yang terus
menerus disambungkan, dalam tiga bentuk: (1) amalan yang
dikhususkan untuk pribadi santri dan masyarakat, diminta ijazah
READ NEXT amalan atau karena diberi langsung oleh sang kyai; (2) amalan wirid
kolektif santri-santri di hari-hari tertentu yang dijalankan secara
langgeng; dan (3) amalan kolektif masyarakat sebagai perluasan dari
jangkauan pengaruh kyai di luar pesantren, di tengah masyarakat di
luar pesantren.
Rumusan
Islam Politiek
Snouck Amalan Khusus untuk Murid
Hurgronje
Jenis lain dari ijazahan amalan seperti ini, contohnya seorang pengasuh
pesantren mendawamkan (melanggengkan) wirid laqad ja’akum
rasulun min anfusikum sampai akhir ayat, setelah selesai shalat
maghrib selama 7 x setiap hari. Amalan wirid ini, dilakukan KH. Abdul
Wahab Hasbulloh, yang diijazahkan kepada salah seorang anaknya, dan
kemudian ada yang meminta ijazah untuk diwiridkan setiap hari. Ada
juga seorang kyai pesantren yang mendawamkan wirid tarekat, dan dia
memberikan amalan tarekat itu, untuk beberapa muridnya dan
masyarakat yang meminta baiat kepadanya. Pesantren-pesantren lain,
dan kyai-kyai lain juga memiliki amalan-amalan yang diwiridkan, yang
bermakna dilanggengkan setiap hari, waktu tertentu, dengan jumlah
bilangan tertentu.
Dari jenis ini, lalu lahir gerakan-gerakan majlis dzikir, seperti Dzikril
Ghafilin, Dzikir Sholawat Wahidiyah, pengajian Ratib al-Haddad,
manaqib Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Ratib al-Kubro, dan banyak lagi
yang lain di tengah-tengah masyarakat umum. Amalan jama`i ini,
biasanya mengambil hari-hari tertentu dalam sebulan sekali, atau
selapanan sekali. Mereka yang mengamalkan dzikir jama`i ini, cukup
sebulan sekali membacanya, atau setiap selapanan. Akan tetapi juga
ada, di antara pengamal sebulan sekali ini di dalam jama`i, tetapi
diamalkan setiap hari untuk amalan fardi. Seperti pengajian rutinan
Ratib al-Haddad sebulan sekali, dan pada saat yang sama, oleh
pengamal tertentu diamalkan untuk diri pribadi setiap hari berdasarkan
ijazah dari seorang guru.
Salah satu pusat yang dijadikan sanad ijazah ini adalah Mbah Ma’shum
Lasem, salah seorang pendiri NU dan kyai yang sangat dihormati, ayah
dari KH. Ali Maksum. Di Banyuwangi, salah satu kyai yang
mengamalkan ini adalah KH. Mawardhi Secawan Srono. Di tanah Jawa
paling Barat, di Banten, pusat pengijazahnya di antaranya KH. Muhtadi
Dimyati, putra dari ulama Banten terkenal, KH. Dimyati Banten; dan
juga KH. Thobari Sadzili, salah satu dari cucu Syaikh Nawawi al-
Bantani.
Amalan Hizib ini juga dimiliki oleh banyak kyai di Jawa, dan sumber
hizib-hizib ini adalah dari Syaikh Abul Hasan as-Sadzili. Pusat-pusat
tarekat Sadziliyah di Jawa, adalah juga pusat pengambilan ijazah hizib-
hizib Syaikh Sadzili ini.
Di antara beberapa jenis amalan ayat Al-Qur’an adalah Ayat Lima, Ayat
7, dan Ayat 15; dan di antara pusat yang menyebarkan Ayat Lima di
antaranya dimiliki oleh para mursyid Qadiriyah wa Naqsyabandiyah
dari jalur Syaikh Ibrahim Brumbung, yang diwariskan kepada KH.
Hasan Anwar ke KH. Madchan bin Abdul Manan. Dalam amalan
mereka ini, pengamalan dilakukan puasa dan diamalkan selama 3 hari
diamalkan sebanyak 313 x, dengan wasilah keguruan mereka; dan
setelah itu diamalkan setiap hari. Di antara kyai lain yang menjaid
pusat amalan ini adalah di Krapyak yang diamlkan oleh KHR. Abdul
Qodir.
Sholawat Kubro
Ratib Al-Haddad
Banyak kyai di Jawa, baik yang keturunan langsung dari Sayyid atau
Habib, atau yang dari suku Jawa-Madura, mengamalkan Ratib al-
Hadad, yang disusun Al-Habib bin Abdullah bin Alwi al-Haddad. Di
antara pusat pengijazah ini, bersumber dari KH. Asad Syamsul Arifin
di Situbondo; KH. Abdul Hamid di Pasuruan; KH. Mufid Masud di PP
Sunan Pandanaran; KH. Abdul Mukhit di Jejeran; Abuya Muhtadi
Dimyati Banten, dan masih banyak Habib-Sayyid-syarif, dan kyai-kyai
lain membaca Ratib ini, dan tersebar dari Banyuwangi, Cirebon sampai
Banten.
Dalam tulisan di tebuireng online yang ditulis Arif Khuzaini, berjudul
“Sejarah, Khasiat & Bacaan Ratib al-Haddad”, di antaranya dia
menyebut pemberi ijazah Ratib ini yang di Indonesia, diperoleh dari
beberapa guru: Habib Ali bin Husain al-Haddad Surabaya, Habib Ali
Al-Jufri Jombang, Habib Muhammad as-Segaf Solo, Habib Alwi al-
Haddad Peterongan, dan K. Ahmad Muntaha Pesantren Gedongsari
Nganjuk, dan yang satu dari Yaman (Habib Ahmad bin Husain Aidid).
Ratib Kubro
Simtud Durar
Kitab Maulid Simtud Durar, disusun oleh Habib Ali bin Muhammad
al-Habsyi asal Hadhramaut (w.1915), yang dibaca seminggu sekali di
Masjid Riyadh, Syaiun, Hadhramaut. Yang membawa ke Indonesia ada
dua jalur, seperti disebutkan Muhammad Asad dalam alif.id (31 Juli
2019): pertama, dari kalangan murid, bernama Habib Muhammad bin
Idrus al-Habsyi (w. 1917) di Cirebon, lalu ke Bogor, dan kemudian
pindah ke Surabaya; lalu pembacaan Simtud Durar ini diteruskan oleh
Habib Ali bin Abdurrahman al-Habsyi (w. 1968), yang disebut Habib
Ali Kwitang, yang juga murid penyusun Simtud Durar (Habib Ali bin
Muhammad al-Habsyi); dan mengadakan pembacaan Simtud Durar ini
di kantor pusat Jamiat Khoir, dan kemudian di Masjid Kwitang yang
terkenal pada tahun 1930-an.
Dalail Khairat
Amalan Dalail Khairat berasal dari Imam al-Jazuli juga dilakukn oleh
banyak kyai di Jawa, dan dilakukan berbagai pengikut tarekat. Sanad
mereka banyak bersambung kepada Syaikh Mahfudz Termas, dan
beberapa syaikh lain di Hijaz. M Bagus Irawan telah menerjemahkan
Dalail Khoirot ini ke dalam bahasa Indonesia diterbitkan Keira
Publising ( 2019) dan menulis “Sanad Dalail Khairat di Nusantara”
(iqra.id., 3 Oktober 2019). Amalan Dalail Khaoirot ini banyak
diamalkan disertai dengan puasa, ada yang setahun, lalu ditambah
beberapa tahun, dan ditambah harus rajin membaca Al-Quran.
Tarekat Qadiriyah
Tarekat Syathariyah
Pusat Tarekat Syathariyah dulu ada di Pamijahan, bersumber dari KH.
Abdul Muhyi dan jaringan murid-muridnya yang sangat luas;
Ronggowarsito dan Ronggosasmito di Kartasura; Kyai Asy’ari
Kaliwungu, yang dikenal sebagai Kyai Guru juga menjadi rantai sanad
penting tarekat ini; dan di Yogyakarta kini tarekat ini ada di Jejeran
(dari sanad Mbah Nawawi Jejeran) dan Giriloyo (Mbah Marzuqi
Giriloyo). Sementara gabungan Sadziliyah-Syathariyah berpusat
baiatnya dari Mbah Imam Puro dan keturunannya serta murid-
muridnya yang tersebar.
Tarekat Syadziliyah
Tarekat Naqsyabandiyah
Tarekat Tijaniyah
Hizib Ghazali
Hifdzul Quran
Amalan menghafal Al-Qur’an di Jawa yang paling terkenal dan cukup
tua adalah Pesantren Krapyak melalaui sanad KH. Munawwir. Dari
KH. Munawwir kemudian banyak dikembangkan para muridnya di
Yogyakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Beberapa
pesantren yang menjadi pusat menghafal Al-Qur’an, di antaranya,
selain Krapyak adalah PP. An-Nur Ngrukem, Bantul; juga ada di PP
Sunan Pandanaran; juga ada di Wonosobo, dibawah otoritas KH.
Muntaha; dan beberapa pesantren lain.
Ayat-Ayat Syifa
Ayat-Ayat Hifzhi
#TRADISI #WIRID
SHARES
b d Z P
Rp85.000 Rp85.000
Rp150.000 SALE
Add to cart
Nur Kholik Ridwan View More Posts
Pernah menjadi anggota PP. RMI NU dan Peneliti di ISAIS UIN Sunan Kalijaga.
Karya yang pernah diterbitkan : Suluk Gus Dur : Bilik-bilik Spiritual Sang Guru
Bangsa (2013); Negara Bukan - Bukan : Prisma Pemikiran Gus Dur Tentang
Negara Pancasila (2018); dan NU dan Neoliberalisme ; Tantangan dan Harapan
Menyongsong Satu Abad (2014).
Artikel terkait
REDAKSI LANGGAR
AJI RAMADHAN
DONNY DANARDONO
Cerita dari Langgar (2): Alip Jabar A, Alip Jer I, Alip Pes
U
TAUFIQ AHMAD
MOHAMMAD HAGIE
b d 4