Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

PERAN KH. MUHAMMAD JAUHAR ARIFIN DALAM MENGEMBANGKAN


PONDOK PESANTREN AL-JAUHARIYAH

A. Peran KH. Muhammad Jauhar Arifin dalam Bidang Pendidikan


KH. Muhammad Jauhar Arifin adalah salah satu pengasuh pondok
pesantren Al-Jauhariyah setelah wafatnya Kyai Majid. Pada masa Kyai
Jauhar, beliau mampu membangkitkan keadaan pesantren hingga lebih
baik lagi, bahkan lebih meningkat dibandingkan dengan masa
sebelumnya.
Keberhasilan Kyai Jauhar dalam mengembangkan pondok pesantren
Al-Jauhariyah bermula setelah beliau pulang dari Makkah. Di antara
kalangan ulama yang beliau hadiri di majlisnya yaitu Syaikh Muhammad
Amin bin Ahmad Ridwan Al-Madani. Kyai Jauhar belajar dengan gurunya
tersebut dengan menggunakan sistem klasikal. Kemudian sistem
pengajaran yang didapatinya selama di Makkah ini oleh Kyai
Jauhardikembangkan di pesantren, sebagaimana sistem belajar yang ada
di madrasah yakni sistem kelas. Kyai Jauhar membagi santrinya ke dalam
tiga kelas sesuai dengan kadar kemampuan yang dimiliki santri. Namun
demikian, pesantren ini masih termasuk pesantren salaf yang dipadukan
dengan sistem modern karena dalam mata pelajarannya hanya
menggunakan kitab-kitab klasik tanpa mencantumkan pelajaran umum.
Dalam hal ini sistem pengajaran yang diterapkan Kyai Jauhar di pesantren
meliputi:

1.Ceramah
Kegiatan ceramah ini dilakukan oleh Kyai Jauhar kepada para
santrinya yang dilaksanakan satu minggu sekali yaitu setiap hari Jum’at
pagi di Pondok Pesantren Al-Jauhariyah. Materi yang beliau sampaikan
berupa mauidzoh hasanah yang diambil dari kitab Syarah Ihkam dan
kitab Ihya. Dalam pengajian beliau ini biasanya dilengkapi dengan cerita
dan disertai dalil-dalil yang mendukungnya. Hal ini agar dapat
memudahkan para santrinya untuk bisa memahami maksud dari isi
pengajian tersebut.

2. Sorogan
Kegiatan pengajian sorogan ini Kyai Jauhar menggunakan kitab-
kitabklasik seperti kitab Safinatun Najah, Sullamut Taufiq dan Mabadiul
Fiqhiyah. Metode pengajiannya dilakukan dengan cara beliau
membacakan makna satu persatu dari kitab yang akan dikaji dengan
menggunakan bahasa Arab pegon dan diikuti oleh para santrinya
menulis dan memaknai kitab. Setelah itu, salah seorang santri
mendatangi beliau untuk membacakan beberapa baris kitab yang telah
dimaknainya. Hal ini bertujuan agar para santri Kyai Jauhar secara
langsung dapat membaca dan memahami isi kitab tersebut. Waktu
yang dipergunakan untuk pengajian ini dilakukan setiap hari setelah
Maghrib kecuali malam Jum’at dengan kitab yang telah ditentukan.

3. Bandongan
Sistem pengajian bandongan adalah sekelompok murid
mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan,
menerangkan dan sering kali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa
Arab. Sistem bandongan ini pula yang diterapkan oleh Kyai Jauhar di
pesantren Al-Jauhariyah. Dalam pengajian bandongan, Kyai Jauhar
menggunakan kitabJawahirul Maknunyang akan beliau kaji kepada para
santrinya dengan menyampaikan maksud dari kitab tersebut dengan
mengkolaborasikan dengan kitab lain seperti kitab At-Taktsir. Hal ini
agar mempermudah para santri untuk dapat memahami pengajian yang
disampaikannya. Biasanya pengajian ini dilakukan pada waktu pagi hari.

4.Klasikal
Model klasikal mulai diperkenalkan di pondok pesantren Al-
Jauhariyah oleh KH. Muhammad Jauhar Arifin pada tahun 1895. Sistem
klasikal tidak lagi menggunakan halaqoh (berkelompok). Dalam
pengajian ini guru menjelaskan materi pembelajaran di depan kelas dan
murid-murid duduk menerima pengajaran yang disampaikan gurunya.
Kegiatan klasikal ini di samping dilakukan oleh Kyai Jauhar sendiri
juga dilakukan oleh pengurus, anak-anak dan cucu beliau yang memiliki
kompeten dan mendapat kepercayaan dari Kyai Jauhar untuk mengabdi
danmengembangkan ilmunya kepada para santri. Untuk kelas
disesuaikan dengan kadar kemampuan santri masing-masing mulai dari
kelas I sampai dengan kelas III. Kegiatan ini dilakukan pada ba’da
Shubuh dan ba’da Maghrib.

B. Peran KH. Muhammad Jauhar Arifin dalam Bidang Sosial


Kyai merupakan figur sentral yang menjadi penggerak lembaga
pendidikan tradisional Islam. Pengaruh kyai tidak hanya bergema dan
dominan dalam kalangan warga pesantren, tetapi juga kepada warga desa
bahkan kepada pimpinan formal di kawasan daerah tersebut. Hal ini
terbukti oleh peranan yang dibawa Kyai Jauhar. Selain beliau perperan di
dalam pesantren, beliau juga berperandalam bidang sosial yaitu meliputi
sosial keagamaan melalui pengajian umum serta amalan-amalan yang
diberikan kepada keluarga, santri, masyarakat maupun orang yang
membutuhkannya dan sosial kemasyarakatan.

1. Pengajian Umum
Pengajian umum yang dibawakan oleh Kyai Jauhar diadakan di
masjid Pesantren Al-Jauhariyah dengan sistem ceramah. Pengajian ini
dilaksanakan satu minggu sekali yaitu setiap hari Jum’at pagi. Materi
yang beliau sampaikan berupa mauidzah hasanah yang diambil dari
kitab Syarah Hikam dan Kitab Ihya. Banyak masyarakat yang datang
untuk mengikuti pengajian ini bahkan para alumni pesantren Al-
Jauhariyah sendiri seperti Kyai Amin Sepuh Babakan Ciwaringin.
Meskipun Kyai Amin telah menjadi seorang kyai di daerahnya, namun
beliau ingin tabarukkan ilmu dengan gurunya yakni Kyai Jauhar.
2. Amalan-amalan Kyai Jauhar
Amalan-amalan yang diberikan Kyai Jauhar kepada keluarga,
santri dan masyarakat di antaranya yaitu:

a. Sholawat Adrikni
َ ْ ‫سو‬
ِ‫ل الله‬ ُ ‫سيِّدِيْ يَا َر‬
َ ‫ك يَا‬َ ْ ‫م ع َلَي‬
ُ ‫ساَل‬َّ ‫صاَل ة ُ وَ ال‬ َّ ‫اَل‬
َ
ِ‫ل الله‬َ ْ ‫سو‬
ُ ‫يَا َر‬ ْ ِ ‫حيْلَتِيْأدْرِكْن‬
‫ي‬ ِ ‫ت‬ ْ َّ ‫خذ ْ بِيَدِيْقَل‬
ُ
Artinya:
“Rahmat dan sejahtera semoga melimpah kepadamu, wahai
junjunganku Rasulallah.
Peganglah tanganku, sedikit sekali upayaku maka temukanlah aku.”

Sholawat Adrikni ini memiliki banyak khasiat, di antaranya yaitu


mendapat rezeki, membuka mata batin, terhindar dari hal yang tidak
disenangi dan sebagai obat. Cara pengamalan sholawat Adrikni ini
yaitu:
1. Sholat hajat 2 rakaat
2. Pada rakaat pertama setelah membaca surat Al-Fatihah, membaca
ayat Al-Qur’an surat Al-Insyirah atau Al-Kafirun
3. Pada rakaat ke-2 setelah membaca surat Al-Fatihah, membaca ayat
Al-Qur’an surat Al-Kautsar atau Al-Ikhlas
4. Membaca surat Al-Fatihah yang ditujukan kepada Nabi Muhammad
saw, malaikat Muqarrabin, Khulafah Ar-Rasyidin, Syaikh Abdul Qodir
Jailani, para Auliya dan kedua orang tua.
5. Membaca istighfar 100x, tasbih 100x dan kalimat tauhid 100x
6. Setelah itu membaca sholawat adrikni 100x
Selain itu, sholawat adrikni ini juga dapat dibaca 100x setiap
malam jika ada masalah atau hajat dan dibaca minimal 3x atau 11x
setelah sholat untuk wiridan sehari-hari. Cara membacanya adalah
pada kalimat pertama dibaca dengan bersuara dan pada kalimat
kedua dibaca di dalam hati.
b. Senantiasa Membaca Basmalah
Selain itu, amalan-amalan yang sering dilakukan Kyai Jauhar
adalah dengan melanggengkan/istiqamah membaca basmalah dalam
setiap kali mengerjakan sesuatu. Sebagaimana yang dijelaskan dalam
hadits Nabi saw berikut ini:

‫حيْم ِ فَهُوَ اَبْت َ ُر‬ َ


ِ ‫الر‬
َّ ‫ن‬ِ ‫م‬
َ ‫ح‬
ْ ‫الر‬ ْ ِ ‫مرٍ اَل يُبْدَءُ فِيْهِ بِب‬
َّ ِ‫سم ِ الله‬ ْ ‫كُأُّل‬
Artinya:
“Setiap suatu perkara yang tidak dimulai dengan membaca
basmalah maka tidak akan memperoleh barokahnya”.1

3. Nasehat-nasehat KH. Muhammad Jauhar Arifin


a. Nasehat Kyai Jauhar Kepada Para Santri
Nasehat-nasehat Kyai Jauhar kepada para santrinya merupakan
suatu motivasi agar menjadi santri yang bekualitas dan berguna di
masyarakat luas. Di antara nasehat tersebut adakalanya berupa
kewajiban dan larangan.

1) Kewajiban
a) Melakukan Shalat dengan Berjama’ah
Shalat adalah salah satu kegiatan ibadah yang wajib
dilakukan oleh setiap orang Islam karena merupakan rukun Islam
yang kedua setelah membaca dua kalimat syahadat. Oleh karena
itu, shalat menjadi dasar yang harus ditegakkan dan ditunaikan
sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang ada.2 Hal ini
sebagaimana yang telah dijelaskan dalam firman Allah SWT yaitu:

Artinya:
“… Maka dirikanlah shalat itu. Sesungguhnya sholat itu
adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang
yang beriman” (QS. An-Nisa: 103)
1
Asrori bin Ahmad bin Kholil, Kitab Nurud Duja fi Tarjamah Safinatun Najah,
(Kudus: Menara Kudus, 1961), hlm. 6-7.
2
Ahmad Thib Raya dan Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk Beluk Ibadah dalam
Islam, (Bogor: Kencana, 2003), hlm 175.
Dalam pelaksanaannya, shalat sangat dianjurkan
dilaksanakan secara berjama’ah baik bagi laki-laki maupun
perempuan. Hal ini karena sangat besarnya faedah yang
terkandung dalam shalat berjamaah. Sebagaimana diterangkan
dalam hadits Nabi Saw, yaitu:
َ
ُ xx‫صلَّى الل‬
‫ه‬ َ ِ‫ل الله‬ َ ْ ‫سو‬ُ ‫ن َر‬َّ ‫ما أ‬َ ُ‫ه ع َنْه‬ُ ‫ي الل‬
َ ‫ض‬ ِ ‫م َر َر‬َ ُ‫ن ع‬ِ ْ ‫َن ع َبْد ِ اللهِ ب‬
ْ ‫ع‬
َ ِ ‫ذ ِّ ب‬xَ‫الَةِ الْف‬x‫ص‬
‫ب ْ ِع‬x‫س‬ َ ‫ن‬ ْ ‫م‬ِ ‫ل‬ُ x‫ض‬ َ ْ‫ةِ اَف‬xَ ‫ماع‬ َ ‫الَة ُ اْل‬x‫ص‬
َ ‫ج‬ َ :‫ل‬ َ ‫ا‬xxَ‫م ق‬ ّ َّ ‫سل‬
َ َ‫ع َلَيْهِ و‬
‫ن‬َ ْ ‫عشْ رِي‬ ِ َ‫و‬
‫ متفق عليه‬.‫ة‬
ً ‫ج‬
َ ‫د َ َر‬
Artinya:
“Dari Abdillah bin Umar Ra. Bahwasannya Rasulallah saw
bersabda: Shalat berjama’ah lebih baik dari pada shalat sendirian
dengan 27 derajat. Muttafaq alaih”.3

Dengan demikian, KH. Jauhar selalu menganjurkan para


santrinya untuk melaksanakan shalat secara berjama’ah, baik itu
ketika berada di pesantren maupun di luar pesantren. Untuk itu,
KH. Jauhar menerapkan suatu peraturan di pesantren Al-Jauhariyah
dengan diadakannya shalat berjama’ah dalam setiap waktu shalat.
Namun, dengan adanya peraturan ini, tidak berarti berlangsungnya
shalat berjama’ah karena adanya peraturan tetapi sebagai
pelajaran untuk membiasakan para santrinya istiqomahdalam
shalat dengan berjama’ah.

b) Istiqamah dalam Muthala’ah/Belajar


Menurut KH. Jauhar seorang santri harus belajar secara terus-
menerus dalam mendalami ilmu. Dalam hal ini, masa yang paling
efisien dan efektif mendalami ilmu pengetahuan yaitu dikala masih
muda. Sedangkan waktu mengulangi pelajaran yang paling baik

3
Al-Hafidz bin Hajar Al-‘Asqalani, Bulughul Maram, (Semarang: Pustaka Al-
Alawiyyah, T.T), hlm. 79.
yaitu dilakukan antara shalat Isya dan Maghrib serta waktu sahur
(pagi menjelang Shubuh). Sebab mendalami ilmu atau mengulang
pelajaran pada waktu tersebut membawa banyak keberkahan dan
mengantar kepada pintu kesuksesan.4Sebagaimana yang tertulis
dalam sya’ir berikut:

‫ارتَفَعَا‬ َ ‫س قَا‬
ْ َ‫م و‬ ُ ْ ‫ فَالْعِل‬# ‫ه‬
ِ ‫م بِا الد َّ ْر‬ ُ ُ‫س اَل تُفَارِق‬ َ ْ ِ‫دَاو‬
ِ ‫م ع َلى الد َّ ْر‬
Artinya:
Lestarikan belajarmu
Jangan kau merusak dirimu
Dengan belajar, itulah dirimu
Ilmu tegak, menanjak martabatmu.5

c) Berhati-hati dalam Berfatwa


Para santri yang telah mendalami beberapa ilmu, maka
hendaknya berhati-hati dalam berfatwa karena jika salah dalam
memberi fatwa akan berakibat dapat menyesatkan, kecuali disertai
dengan dalil-dalil yang benar. Hal ini juga agar dapat menuntun
santri untuk tetap bersifat tawadlu’ dan menghindari sifat
takabbur/sombong.

d) Selalu Banyak Tanya Kepada yang Lebih ‘Alim


KH. Jauhar selalu menghimbau para santrinya untuk terus
mencari ilmu tanpa batas usia dan tempat. Untuk itu para santri
hendaknya mendalami ilmu pengetahuan dari para sesepuh (guru
senior). Rasulullah saw menggariskan, bahwa mendalami ilmu dari
para sesepuh akan mendatangkan banyak keberkahan pada ilmu
yang diterima. Sebab, para sesepuh telah banyak memiliki
pengalaman dalam memberikan pendidikan.
Orang yang banyak tanya bukan berati ia bodoh, namun
karena orang tersebut ingin mendalami ilmunya dan menaungi
kehidupan ke jalan yang benar karena ilmunya tersebut. Hal ini
4
A. Mudjab Mahali dan Umi Mujawazah Mahali, Kode Etik Kaum Santri, (Bandung:
Al-Bayan, 1988), hlm. 131.
5
Ibid, hlm. 74.
sebagaimana dijelaskan oleh seorang alim Syaikh Muhammad
Hasyim Asy’ari di dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim, yaitu:

‫ف‬ِ ُّ ‫ه بِتَلّط‬
ُ ْ ‫م يَعْقِل‬
ْ َ ‫مال‬
َ ِ ‫ل ع َلَيْهِ وَتَفَهُّم‬
َ َ ‫ما اَشْ ك‬
َ ‫َال‬
ِ ‫سؤ‬ ُ ‫ن‬ْ ‫م‬
ِ ‫ى‬
َ ‫ح‬ِ َ ‫ست‬ْ َ ‫ن اَل ي‬
ْ َ‫ا‬
‫َن‬
ِ ‫هع‬ ُ xxُ‫جه‬ ْ َ‫ن َرقَّ و‬ ْ ‫م‬ َ ‫ل‬َ xxْ ‫د ْ قِي‬xxَ‫ وَق‬،‫َال‬
ٍ ‫ؤ‬xx‫س‬ ٍ َ ‫اب وَاَد‬xx
ُ َ‫ب و‬ ٍ َ ‫خط‬ ِ ‫ن‬ ِ xx‫س‬ ْ ‫ح‬ ُ َ‫و‬
‫ه‬ ُ ْ‫سؤ َالِظَهَ َر نَق‬
ُ ‫ص‬ ُّ ‫ال‬
‫ال‬
ِ ‫ج‬َ ‫الر‬
ِّ ‫اع‬
ِ ‫م‬
َ ِ ‫جت‬
ْ ‫عنْد َ ا‬
ِ
Artinya:
“Janganlah merasa malu seorang murid untuk menanyakan
sesuatu yang dianggapnya susah dan belum ia pahami dengan
tutur kata yang baik dan berakhlak” dan dikatakan juga
“Barangsiapa yang jarang bertanya maka kekurangannya akan
tampak dihadapan orang lain”.6

Selain itu, dijelaskan pula dalam kitab Washoyal Aba’ lil


Abna’, yaitu:

‫ن‬
ْ ‫م‬
ِ ‫ف‬ ْ َ ‫ل فَاَل ت‬
ْ ِ ‫ستَنْك‬ ِ ِ ‫سائ‬ َ ‫ن اْل‬
َ ‫م‬ َ ‫م‬ِ ٍ‫سئَلَة‬
ْ ‫م‬ َ ‫م ُر فِى‬ ْ َ ‫ك ااْل‬
َ ْ ‫ل ع َلَي‬
َ َ ‫وَاِذ َا اَشْ ك‬
‫ت‬ْ َ ‫ وَاِذ َا اَشْ كَل‬،‫مهَا‬ِ ْ‫ه فِى فَه‬ ُ َ‫مع‬َ ‫ك‬َ ِ‫ك لِتَشْ تَر‬
َ ِ ‫حد ِ اِخْوَان‬ َ َ ‫ضهَا ع َلَى ا‬ ِ ‫ع َْر‬
‫ك‬َ ْ ‫ع َلَي‬
َ ُ
‫ال‬x
ِ x‫م‬َ َ ‫ب وَالْك‬
ِ َ ‫اأْل د‬xxِ ‫تَاذ ِ ب‬x ‫س‬
ْ ‫ن اأْل‬
َ ‫م‬ ْ ُ ‫اطْل‬xxَ‫ا ف‬xxَ‫ة بَعْد َ تَقْرِيْرِه‬
ِ ‫ب‬ ٌ َ ‫ساَل‬
ْ ‫م‬
َ
‫اِع َادَتَهَا‬.
Artinya:
“Apabila engkau mengalami kesulitan dalam suatu masalah
jangan segan menunjukkannya kepada salah seorang temanmu,
supaya engkau bisa memahaminya bersamanya. Apabila engkau
mengalami kesulitan tentang suatu masalah yang telah
diterangkan, maka mintalah dengan sopan agar guru mau
mengulanginya”.7

6
Muhammad Hasyim Asy’ari, Adabul ‘Alim wal Muta’allim, (Jombang: Maktabah
Islami, T.T), hlm. 48.
7
Muhammad Syakir, Washoyal Aba’ lil Abna’, (Semarang: Pustaka Alawiyah, T.T),
hlm 40.
Dari keterangan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa
perbanyaklah seorang murid untuk mencari ilmu selagi ilmu itu
masih dapat untuk dicari dan banyaklah bertanya dalam suatu
perkara yang dianggap belum dimengerti, seperti halnya dalam
sebuah pepatah yang berbunyi “Malu bertanya sesat dijalan”.

2)Larangan
a) Jangan Sering Pulang
Menurut Kyai Jauhar, orang yang menuntut ilmu tidak boleh
sering pulang karena akan menimbulkan perasaan tidak betah di
pesantren dan selalu ingin pulang. Begitu juga santri yang sering
pulang akan ketingalan pelajaran sehingga santri tidak akan
maksimal dalam belajarnya serta ilmu yang didapatinya tidak akan
sempurna.

b) Jangan Sering Tidur


Larangan Kyai Jauhar ini dikarenakan santri yang suka tidur
dalam menuntut ilmu akan mengakibatkan otaknya tidak jernih dan
menimbulkan rasa malas dalam belajar, sehingga ia telah menyia-
nyiakan waktunya.

c)Jangan Suka Makan


Kyai Jauhar dalam memberi larangan tidak boleh suka makan
kepada para santrinya karena jika menuntun ilmu dengan kondisi
perut kenyang ilmu akan susah masuk dan dapat menyebabkan
rasa kantuk serta malas dalam belajar, sebagaimana yang
dijelaskan di dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim yaitu sebagai
berikut:
َ
ِ xْ ‫د ِ قِلَّةِ اأْل ك‬x ِ ‫ن فَوَائ‬
‫ل‬x ْ ‫م‬ َ َ ‫ل الْبَد‬
ِ َ ‫ و‬،‫ن‬ ُ ِ‫ن الْعِبَادَةِ وَ تَثْق‬
َ ‫م‬ ْ َ ‫ن الشِّ بَعَ ي‬
ِ ُ‫منَع‬ َّ ِ ‫فَا‬
َ
ِ ‫راد‬xxx
َ ‫م‬ ْ ‫عُ اأْل‬xxxْ‫ن وَدَف‬
ِ َ ‫د‬xxxَ ‫ة الْب‬ُ ‫ح‬
َّ xxx‫ص‬ ِ
ِ‫الْبَدَنِيَّة‬
Artinya:
“Maka sesungguhnya rasa kenyang itu dapat menyebabkan
malas dalam beribadah dan melemaskan badan, dan dari beberapa
faidah sedikitnya makan yaitu badan menjadi sehat dan menolak
penyakit”.8

Makan yang berlebihan mengakibatkan banyaknya minum


dan banyaknya minum akan banyak pula dahaknya. Seorang yang
banyak lendir atau dahak akan menjadi malas dan pelupa. 9 Maka
selayaknya kaum santri menghindari hal seperti itu, agar rasa
malas mendalami ilmu pengetahuan bisa terhindar darinya.
Sebagaimana yang terkandung dalam firman Allah SWT:

Artinya:
“Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan”. (QS. Al-A’raf: 31)

Dengan demikian, Kyai Jauhar sangat memperhatikan para


santrinya dan berharap mereka menjadi orang-orang yang
bermanfaat yang dapat mengamalkan ilmunya di masyarakat.
Karena dengan adanya nasehat-nasehat beliau ini dapat
mengantarkan para santrinya sebagai orang berguna bagi
masyarakat. Untuk itu, bagi para santri yang menginginkan ilmunya
berhasil dan barokah, maka hendaknya jalani nasehat-nasehat
beliau karena santri yang malas berarti mereka telah merusak diri
mereka sendiri.Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam sebuah syair
yang berbunyi:

‫حذ َرِ الشِّ بَعَا‬


ْ ‫م وَا‬
َ ْ‫ب النَّو‬ َ َ‫ و‬# ‫شرِ الْوَ َرع َا‬
ِ ِّ ‫جن‬ ِ ‫ب الْعِلْم ِ بَا‬
َ ِ ‫يَا طَال‬
Artinya:
Wahai kaum santri
Tanamkan sifat wira’i
8
Muhammad Hasyim Asy’ari, Adabul ‘Alim wal Muta’allim, op.cit., hlm. 24.
A. Mudjab Mahali dan Umi Mujawazah Mahali, Kode Etik Kaum Santri, op.cit., hlm.
9

94.
Hindari tidur melulu
Waspadailah!
Terhadap perut kenyangmu.10

b. Nasehat Kyai Jauhar Kepada Masyarakat Umum


1) Bersikap Baik (Menjaga Akhlak)
Kehadiran manusia di dunia mengemban suatu risalah agar
menyelamatkan dunia dari kehancuran baik fisik maupun mental.
Pembangunan yang dilakukan manusia untuk menyelaraskan dengan
kemajuan zaman sangat diperlukan, akan tetapi lebih penting
membangun mental manusia yang melakukan pembangunan dengan
akhlak yang mulia.
Akhlak yang mulia adalah tingkah laku seseorang yang didorong
oleh suatu keinginan secara sadar untuk melakukan suatu perbuatan
yang baik. Sebagaimana menurut imam Al-Ghazali, akhlak adalah
perangai yang melekat pada diri seseorang yang dapat memunculkan
perbuatan baik tanpa mempertimbangkan pikiran terlebih dahulu.11
Akhlak yang baik sangat diperlukan oleh semua umat Islam
dalam rangka hidup bermasyarakat dengan landasan syari’at agama.
Begitupun dengan KH. Muhammad Jauhar Arifin, beliau selalu
mengedepankan akhlak terpuji terutama dalam berinteraksi dengan
masyarakat sekitarnya.Sebagai seorang tokoh yang tersohor pada
masanya, Kyai Jauhar tidak membeda-bedakan dalam bergaul dengan
masyarakat bahkan beliau senang berkumpul dengan masyarakat
fakir miskin. Dengan tutur katanya yang baik dan sopan, banyak
masyarakat yang sangat menyegani beliau hingga mereka senang
berkunjung ke rumah beliau.

2) Menghormati Tamu
10
A. Mudjab Mahali dan Umi Mujawazah Mahali, Kode Etik Kaum Santri, op,cit.,
hlm. 74.
11
Faisal Fahmi. 2014. Makalah Akhlaq (Akhlaqul Mahmudah/Akhlaqul Karimah dan
Akhlaqul Mazmumah (online), (http://semogabermanfaat8.blogspot.com/makalah-akhlaq-
akhlaqul-mahmudah-dan.html?m=1, diunduh 1 Juli 2015 pukul 20.00 WIB).
Banyak ajaran Nabi saw yang dapat dijadikan petunjuk bagi
manusia untuk menjalani kehidupan sehari-hari dengan tujuan
menjadi seorang muslim yang dicintai Allah. Salah satu ajaran Nabi
saw dalam bergaul dengan sesama manusia adalah dengan
memuliakan tamu. Sebagaimana hadits Nabi saw:

‫ه‬
ُ َ‫ضيْف‬
َ ‫م‬ ِ َ ‫ن بِاللهِ وَ الْيَوْم ِ اآْل‬
xْ ِ‫خرِ فَلْيُكْر‬ ُ ‫م‬ َ ‫ن كَا‬
ِ ْ ‫ن يُؤ‬ ْ ‫م‬
َ
Artinya:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka
muliakanlah tamunya.”12

Sebagai seorang kyai dan tokoh masyarakat, Kyai Jauhar sering


kedatangan tamu. Beliau memperlakukan setiap tamunya dengan
tangan terbuka dan ramah, bahkan sering kali Kyai Jauhar
mempersilahkan makan kepada tamunya sehingga banyak tamu
yang senang jika berkunjung dengan beliau.
Menurut penuturan KH. Muhammad Faqih, pernah suatu ketika
Kyai Jauhar kedatangan tamu. Maka seperti biasanya Kyai Jauhar
akan memberi suguhan makan kepada tamunya. Namun, pada saat
itu kondisi beliau sedang tidak mempunyai bahan makanan yang
akan disuguhkan kepada tamunya tersebut. Karena untuk
menghormati tamunya, Kyai Jauhar menyuruh Nyai Hindun (istri
beliau) untuk menanak nasi. Tidak disangka, bahwa di tempat
penyimpanan beras sudah terdapat beras. Hal ini merupakan salah
satu karomah yang dimiliki Kyai Jauhar sekaligus akhlak terpuji beliau
yang selalu memuliakan tamunya. Sehingga Allah selalu memberikan
kecukupan kepada beliau.13

3) Menyantuni Kaum Dlu’afa

12
Lili Hidayati dan Solehudin, Abah Masruri Abdul Mughni Merangkul Umat dengan
Mulang dan Memuliakan Tamu, (Semarang: Effhar Offset, 2012), hlm. 45.
13
Wawancara langsung dengan KH. Muhammad Faqih, cucu dari KH. Jauhar di Pondok Pesantren Al-
Jauhariyah pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 11.00 WIB.
Kaum dlu’afa adalah golongan manusia yang hidup dalam
kemiskinan, kesengsaraan, kelemahan, ketidakberdayaan,
ketertindasan dan penderitaan yang tiada putus. Kaum dlu’afa sendiri
terdiri dari orang-orang yang terlantar, fakir miskin dan anak-anak
yatim.14
KH. Muhammad Jauhar Arifin memberikan pesan baik kepada
para santrinya maupun masyarakat untuk menyantuni kaum dlu’afa
(kaum yang lemah), karena seorang muslim adalah saudara muslim
yang lain dan siapa saja yang memenuhi kebutuhan saudaranya Allah
akan memenuhi kebutuhannya.

4. Interaksi Sosial Kyai Jauhar dengan Masyarakat Sekitar


Pesantren
Seorang kyai dikenal sebagai pemimpin umat Islam tidak saja dalam
bidang keagamaan, akan tetapi juga dalam bidang kemasyarakatan.
Terjadinya perubahan-perubahan dalam masyarakat, baik berupa sosial,
politik maupun budaya biasa melahirkan perubahan atau pergeseran nilai
dan norma yang ada dalam masyarakat. Oleh karena itu, kaitan antara
kyai dengan perubahan sosial bisa dilihat pada peranan
kepemimpinannya. Sebagaimana peranan yang dibawa oleh KH.
Muhammad Jauhar Arifin dalam masyarakat.
Jadi, peranan Kyai Jauhar dalam pesantren turut serta dalam bidang
sosial. Di antaranya dapat menghidupkan perekonomian masyarakat
sekitar pondok melalui jalur perdagangan. Banyak masyarakat desa yang
berjualan di dalam maupun di luar pesantren dengan menyediakan
barang-barang dan kebutuhan santri, di antaranya mereka dapat
berjualan makanan, peralatan belajar, peralatan mandi dan sebagainya.
Dengan masyarakat berdagang dapat membantu perekonomiannya.

Wizaradnan.
14
2009. Kepedulian Terhadap Kaum Dhuafa (online),
(http://wizaradnan.blogspot.com/kepedulian-terhadap-kepada-kaum-dhuafa. html?m=l,
diunduh 1 Juli 2015 pukul 16.00 WIB).
Selain itu, peranan Kyai Jauhar dalam bidang sosial juga dapat
terlihat dari kesenangan beliau dalam bergaul dengan masyarakat yang
kurang mampu. Kesibukan beliau di dalam pesantren tidak
menghalanginya untuk berkumpul dengan orang-orang miskin. Beliau
selalu menyempatkan waktunya untuk berkumpul dengan mereka,
sehingga beliau dapat memberi kemudahan dalam urusan masyarakat
melalui nasehat-nasehatnya. Maka Kyai Jauhar adalah seorang tokoh
kyai/ulama yang sangat disegani oleh masyarakat pada umumnya.

C.Peran KH. Muhammad Jauhar Arifin dalam Melawan Belanda


Cirebon pada kurun pelaksanaan sistem Tanam Paksa (1830-1870)
dianggap sebagai daerah dengan populasi memadai untuk perkembangan
industri gula. Daerah Cirebon ini merupakan daerah rendah dengan
sawah-sawah yang sangat mendukung untuk penanaman tebu. Pada
tahun 1865, tercatat ekspor gula sejumlah 200.000 ikulan (kuintal) dan
pada tahun 1868 tiga perusahaan Batavia yang bergerak dibidang
perdagangan gula membuka cabangnya di Cirebon.15
Selama beberapa tahun ke depan industri gula di Cirebon pada masa
sistem tanam paksa telah menarik beberapa penguasa lain. Hal ini
diakibatkan oleh kebijakan pemerintah kolonial Hindia Belanda dalam
memberikan jaminan kebutuhan perusahaan seperti yang dialami oleh
beberapa kontraktor gula pertama di Cirebon. Pada tahun 1832, Tan
Oekoe seorang Cina mendapatkan kontrak dari pemerintah untuk
mendirikan Pabrik Gula Arjawinangun di distrik Gegesik Lor untuk
penamaan tebu milik pemerintah seluas 280 hektar.16
Berkaca pada kesuksesan yang dinikmati oleh para kontraktor gula
di Cirebon pada tahun 1830, maka beberapa pengusaha asing berusaha
mendapatkan kontrak dari pemerintah. Pendirian Pabrik Gula berikutnya
Zamzami Amin, Baban Kana Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin dalam
15

Kancah Sejarah untuk Melacak Perang Nasional Kedondong 1802-1919, op.cit., hlm. 108.
16
Yana. 2013. Sejarah Perkebunan Tebu di Cirebon dan Sekitarnya (online),
(http://indramayutradisi.blogspot.com/sejarah-perkebunan-tebu-di-cirebon-dan.html, diunduh 2 Juli 2015 pukul
09.00 WIB).
terjadi pada tahun 1848 oleh R. Twiss yang didirikan di Desa Gempol yang
berada di distrik Palimanan.
Dengan didirikannya Pabrik Gula oleh Belanda, maka sikap
sewenang-wenang Belanda terhadap masyarakat mulai dirasakan.
Terbukti bertahun-tahun mereka memperkerjakan masyarakat pribumi
untuk mengelola gula dengan upah yang sangat kecil. Hingga pada
masanya Kyai Jauhar (tahun 1880-an), beliau tergugah untuk dapat
menyelamatkan masyarakat Palimanan dari ketidakadilan sikap Belanda.
Maka, secara diam-diam beliau menghimpun sebagian santrinya untuk
merusak mesin di Pabrik Gula tersebut. Dengan hal ini, selama berhari-
hari mesin yang digunakan untuk pembuatan gula menjadi rusak dan
masyarakat Palimanan dapat terbebas dari cengkraman Belanda.17

D. Perkembangan Pondok Pesantren Al-Jauhariyah Pasca Wafatnya


KH. Muhammad Jauhar Arifin
Pada masa awal pesantren Al-Jauhariyah merupakan bentuk dari
pesantren salafi yang kemudian berkembang menjadi pesantren khalaf
dengan didirikannya sekolah-sekolah formal. Namun demikian, pesantren
ini tidak meninggalkan tradisi dari pesantren salaf yakni masih berjalannya
pembelajaran dengan metode sorogan dan bandongan/wetonan serta
mata pelajaran dengan menggunakan kitab-kitab klasik.
Geliat pendidikan agama di Pondok Pesantren Al-Jauhariyah terus
berkembang hingga pada generasi selanjutnya. Pada tahun 1955 M
banyak keturunan dari Kyai Jauhar membangun beberapa pesantren di
Desa Balerante yang merupakan cabang dari pesantren Al-Jauhariyah.
Berikut nama-nama pesantrennya:18
1. Darus Salamah, di bawah pengasuh KH. Zaenal Arifin Tahmid
2. Nurul Hidayah, di bawah pengasuh KH. Kolili Makki

Hasil wawancara langsung dengan KH. Muhammad Faqih, cucu dari KH. Jauhar di
17

Pondok Pesantren Al-Jauhariyah pada tanggal 29 Juni 2015, pukul 11.00 WIB.
18
Hasil wawancara langsung dengan Ibu Hj. Ma’fiyah, menantu dari KH. Amin
sekaligus cucu KH Jauhar di pondok pesantren Al-Amin pada tanggal 24 Januari 2015
pukul 09.00 WIB.
3. Al-Amin, di bawah pengasuh KH. Abdul Rasyid Ridlo
4. Al-Jadid, di bawah pengasuh KH. Mahfudz Yasin
5. Uswatun Hasanah, di bawah pengasuh KH. Abdullah Salim
6. Al-Majdiyah, di bawah pengasuh KH. Wildan Jauhari.
Namun, dengan banyak didirikannya pondok pesantren lambat laun
pesantren Al-Jauhariyah yang merupakan pesantren pertama ini
mengalami kemunduran dan tidak seperti dahulu lagi yang sangat ramai.
Kemunduran pesantren dapat dilihat dari jumlah santri yang pada masa
sekarang ini berjumlah kurang lebih 70 santri yang berasal dari berbagai
daerah. Begitu pula para keluarga yang telah mendirikan pondok
pesantren hanya mengurusi pesantren mereka masing-masing tanpa ikut
serta memajukan pondok pesantren Al-Jauhariyah.
Pada tahun 1970 M, di sekitar pesantren telah dibangun sekolah
madrasah formal seperti sekolah SMP YAPIDA (Yayasan Perguruan Islam
Darus Salamah), SMK Basuraga dan MTS Nurul Hidayah.19Sehingga sistem
pendidikan di pesantren ini kini mengikuti perkembangan zaman, namun
tetap pada tujuannya yaitu mengembangkan agama dan mempelajari
kitab-kitab kuning serta memasukkan pelajaran umum dan keterampilan-
keterampilan lainnya sebagai penunjang para santri dalam menuntut ilmu.
Untuk penerus pesantren sekarang ini dipegang oleh cucu dari KH.
Jauhar sendiri yang bernama KH. R. Anom Kusumajati dan KH. Muhammad
Faqih sejak tahun 2008 sampai sekarang yang merupakan generasi ke-
tujuh dalam memimpin pesantren.20

19
Hasil wawancara langsung dengan salah satu pengurus pondok pesantren Al-
Jauhariyah pada tanggal 4 Februari 2015, pukul 09.00 WIB.
20
Arsip desa Balerante.

Anda mungkin juga menyukai