Anda di halaman 1dari 2

LIVING QUR'AN TRADISI DZIKIR MUJAHADAH AURAD HADIYYU

(SILSILATUL HARAMAIN) DI PONDOK PESANTREN MUALIMIN TEGAL


TEMU BABAKAN CIWARINGIN CIREBON

A. Latar Belakang
Dzikir dalam Tradisi Mujahadah di Pondok Pesantren Mualimin Tegal Temu,
dzikir merupakan suatu keharusan dan kewajiban bagi umat manusia yang dilakukan
kapan saja dan dimana saja. Perintah berdzikir sendiri sudah didalam Al-Qur’an dan
hadits, dzikir ini sudah ada sejak lama bahkan sudah ada sejak zaman nabi
Muhammad saw, maka kita hendaknya sebagai umat muslim dianjurkan sekali untuk
berzikir mengingat Allah SWT Mengamalkan dan mewudawamakan seperti halnya di
Pondok Pesantren Mualimin Tegal Temu ini yang mewudawamakan Aurad Hadiyu
berisikan tentang dzikir-dzikir mengingat Allah SWT, serta yang lebih menariknya di
Aurad Hadiyu didalamnya mencakup tentang dzikir, tasbih, tawashul, asmaul husna,
yasinan, al-waqi’ah, al-insyirah, asy-syams, az-zalzalah, tahlil dan doa-doa, untuk
kegiatan MujahadahAurad Hadiyu tersendiri terbagi menjadi beberapa waktu dalam 1
tahun diantaranya satu Minggu sekali yang dilaksanakan pada hari Jum’at, ada juga
kegiatan bulanan yang di namakan dengan istighosah kubro, terakhir acara tahun yang
biasa dinamakan Haul Hadiyyu.
Salah satunya dzikir dalam tradisi Mujahadah Aurad Hadiyyu santri Pondok
Pesantren Mualimin Tegal Temu Babakan Ciwaringin Cirebon yang berisikan
serangkaian kegiatan dzikir mujahadah menjadi rutinitas istiqomah santri. Hal ini
mendorong peneliti untuk lebih mendalami makna dari tradisi mujahadah itu sendiri
dan bagaimana relevansinya dengan Al-Qur’an. Adapun tradisi Mujahadah di
Pesantren ini merupakan tradisi turun temurun Pengasuh Pesantren Mu'allimin
Mu'allimat Babakan Ciwaringin Cirebon, KH. Zamzami Amin yang juga merupakan
Mujiz Aurad Hadiyu menyampaikan bahwa tradisi pembacaan Hadiyu, kurang lebih
telah berjalan selama 113 tahun dari mulai penulis generasi pertama, KH. Marzuki
Galagamba bersama KH. Abdul Fanan, dan KH. Ismail. Kemudian KH. Muhammad
Amin (Kiai Madamin), selanjutnya KH. Abdul Hanan serta KH. Muhammad Amin,
dan sekarang dipimpin oleh beliau sendiri. Dzikir yang dikemas dalam tradisi
Mujahadah ini dipercaya untuk membentuk kepribadian santri dan kekuatan sisi
bathiniyah dan dhohiriyah melalui kebiasaan dan ke Istiqomah para santri-santri.
Dzikir ini juga menggunakan ayat-ayat Al-Qur’an dalam prosesinya, namun dalam
teknisnya ada beberapa yang belum di dukung sepenuhnya dengan Al-Qur’an, seperti
dalam Aurad Hadiyyu terdapat cara bertawasul. Oleh karena itu peneliti bertujuan
untuk menyimpulkan makna yang terkandung dalam tradisi Mujahadah Pondok
Pesantren Mualimin Tegal Temu serta mengungkapkan makna mujahadah ini dengan
Al-Qur’an. Jenis penelitian ini bersifat kualitatif yang sumber datanya berasal dari
lapangan (field research). Selain itu penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yakni
lebih memfokuskan pada tema penelitian sehingga kita lebih mudah memahami
makna dari tradisi mujahadah Aurad Hadiyyu.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana tradisi dzikir Mujahadah Aurad Hadiyyu (silsilatul haramain) di
Pondok Pesantren Mualimin Tegal Temu?
2) Kapan waktu dzikir Mujahadah Aurad Hadiyyu (silsilatul haramain) di Pondok
Pesantren Mualimin Tegal Temu dilaksanakan?
3) Bagaimana pengalaman pelaku Mujahadah Aurad Hadiyyu (silsilatul haramain) di
Pondok Pesantren Mualimin Tegal Temu?
C. Teori Penelitian
Selain itu penelitian ini bersifat deskriptif analisis, yakni lebih memfokuskan pada
tema penelitian sehingga kita lebih mudah memahami makna dari tradisi mujahadah
aurad hadiyyu. Peneliti bertujuan untuk menyimpulkan makna yang terkandung dalam
tradisi Mujahadah Aurad Hadiyyu Pesantren Mualimin Tegal Temu serta
mengungkapkan makna mujahadah ini dengan Al-Qur’an. Jenis Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini
bersifat kualitatif yang sumber datanya berasal dari lapangan (field research) dan
pengalaman sendiri.

Anda mungkin juga menyukai