Anda di halaman 1dari 4

Pedoman PelayananGizi

RSUD Muh. Sani Kab. Karimun

I. Skrining Gizi pada Pasien baru :


a. Kegiatan Skrining Gizi untuk menentukan risiko malnutrisi pada pasien
baru merupakan bagian dari Pengkajian Keperawatan Awal
b. Kegiatan Skrining pada pasien dewasa meliputi :
a) Menimbang berat badan pasien (dalam Kg)
b) Mengukur tinggi badan (dalam M)
c) Menentukan risiko malnutrisi pasien dengan perangkat
Malnutrition Screening Tool (MST) dengan kriteria :
1) Pasien tidak berisiko malnutrisi
2) Pasien berisiko malnutrisi
d) Skrining Gizi dilakukan oleh Perawat yang telah mendapat
pelatihan sebelumnya. Skrining gizi pasien rawat inap dilakukan
1x24 jam sejak pasien baru masuk.Skrining pasien rawat jalan
dilakukan saat perawat melakukan pengkajian.
e) Data Skrining Gizi merupakan bagian dari formulir Pengkajian
Keperawatan Awal.
f) Hasil skrining Gizi akan dibaca oleh Dietesen (Ahli Gizi) pada
saat kunjungan awal pasien baru. Selanjutnya Dietesen akan
melakukan asesmen gizi pada pasien berisiko malnutrisi atau
menderita malnutrisi Skrining khusus untuk pasien tertentu
dapat menggunakan perangkat lain seperti Subjective Global
Assesment (SGA), Mini Nutrition Assesment (MNA) atau
Patient Generated Subjective Global Assessment (PGSGA)
yang dilakukan oleh Dietesen sesuai dengan kebutuhan.
g) Hasil skrining Gizi dapat digunakan oleh Dokter di rawat jalan
sebagai bahan pertimbangan untuk merujuk pasien ke Dietesen
atau ke Dokter Spesialis Gizi Klinik jika pasien berisiko
malnutrisi, malnutrisi dan kondisi khusus ( Diabetes Mellitus,
Hipertensi, Penyakit ginjal khronik dll).

II. Asuhan Gizi Pasien Rawat Jalan :


a. Kegiatan asuhan gizi pada pasien rawat jalan yang dirujuk untuk konseling
gizi dilaksanakan oleh Dokter Spesialis Gizi Klinik di Poliklinik di Poli
Rawat Jalan
b. Pasien dewasa dan anak yang mendapatkan asuhan gizi adalah pasien yang
dirujuk oleh Dokter di klinik rawat jalan kepada Dokter Spesialis Gizi
Klinik untuk mendapat edukasi dan konseling gizi. Asuhan gizi yang
diberikan untuk pasien dengan penurunan fungsi ginjal berat/hemodialisa,
geriatri, anak, khemoterapi, DM, sirosis hepatis, penyakit k eganasan,
pasca stroke,
Post bedah digestive, malnutrisi, penyakit degeneratif, dan penyakit khronik
lainnya yang memerlukan penanganan diet.
Asuhan gizi meliputi :
a) Asesmen (pengkajian) Gizi pasien yaitu :
1. Data Antropometri
2. Data Biokimia
3. Data klinis/fisik
4. Riwayat makan/gizi
5. Riwayat personal
b) Menentukan diagnosis gizi yang sesuai dengan masalah yang
ditemukan pada asesmen gizi
c) Memberikan intervensi gizi melalui edukasi dan konseling gizi dan
preskripsi diet dari dokter yang merujuk.
d) Melakukan monitoring dan evaluasi pada kunjungan berikutnya.
c. Asuhan gizi dilakukan oleh Dokter Spesialis Gizi Klinik dengan dibantu
oleh Dietisien dengan pendidikan D3/D4/S1 Gizi
d. Kegiatan edukasi dan konseling yang diberikan kepada pasien dan atau
keluarga adalah pemberian informasi jadwal makan, jenis makanan yang
dianjurkan dan dibatasi, jumlah yang dapat dikonsumsi serta cara menukar
bahan makanan (food exchange) serta membantu pasien mengenali dan
mengatasi masalah gizinya. Kegiatan edukasi dapat diberikan juga pada
kelompok pasien masyarakat RS
e. Hasil asuhan gizi pasien yang diberi konseling ditulis pada lembar Rekam
Media Rawat Jalan.

III. Asuhan Gizi Pasien Rawat Inap ;

a. Kegiatan asuhan gizi di ruang rawat inap dilaksanakan oleh Dietisien


b. Semua pasien dewasa dan anak yang berisiko malnutrisi, malnutrisi, serta
kondisi khusus (pasien dengan penurunan imunitas, hemodialisis khronis,
geriatri, kemoterapi, intensive care, perinatal care, luka bakar,
transplantasi sumsum tulang, Diabetes melitus, penurunan fungsi ginjal
berat, sirosis hepatis, cidera kepala berat, penyakit keganasan, pneumonia
berat, stroke, bedah digestif) mendapat asuhan gizi yang meliputi :

a) Asesmen (pengkajian) Gizi pasien yaitu :


1. Data Antropometri
2. Data Biokimia
3. Data klinis/fisik
4. Riwayat makan/gizi
5. Riwayat personal
b) Diagnosis Gizi yang sesuai dengan masalah gizi yang ditemukan
berdasarkan asesmen gizi
c) Intervensi gizi yang sesuai dengan diagnosa gizi dan
memperhatikan preskripsi diet dari DPJP/ Dokter jaga. Intervensi
berupa pemberian makanan sesuai priskripsi diet, pemberian
edukasi dan konseling/penyuluhan gizi sesuai diet.
d) Monitoring dan evaluasi gizi
c. Asuhan gizi pada pasien dengan komplikasi dilakukan oleh Ahli gizi
(Dietisien) dengan pendidikan D4/S1 gizi. Asuhan gizi umum/tanpa
komplikasi dapat dilakukan oleh TRD (ahli madya Gizi) lulusan D3 Gizi.
d. Hasil asuhan gizi ditulis pada formulir asuhan gizi di dokumen medis atau
formulir kolaborasi dengan format ADIME.
e. Asuhan gizi pada pasien berisiko malnutrisi dan kondisi khusus
dilaksanakan selama pasien dirawat di RS.
f. Asuhan klinis pelayanan medis pada pasien dengan komplikasi berisiko
tinggi malnutrisi/sakit kritis dilakukan oleh dokter spesialis Gizi Klinis.

IV. Penentuan Preskripsi Diet (order diet) di ruang rawat inap.


a. Penentuan preskripsi diet (order diet) awal dilakukan oleh DPJP/dokter
jaga
b. DPJP/ dokter jaga bertanggung jawab terhadap pemberian priskripsi diet
pasien di ruangan dan dietisien bertanggung jawab terhadap ketepatan
pemberian makanan sesuai dengan priskripsi diet
c. Preskripsi diet (order diet) awal pada pasien baru ditentukan oleh DPJP/
dokter jaga dalam 1x24 jam sejak pasien masuk RS yang terdiri dari jenis diet
dan bentuk makanan. Untuk pasien dengan kondisi khusus dicantumkan
anjuran kebutuhan energi dan atau zat gizi lain. (contoh jenis diet :
DM/RG/RP/RK/Rendah purin/Rendah kholesterol. Contoh bentuk makanan :
Biasa/Lunak/saring/cair.
d. Apabila Dokter hanya menetukan jenis diet, maka dietisien dapat menetukan
bentuk makanan yang sesuai dengan kemampuan akan pasien, dengan
persetujuan dokter yang merawat (DPJP/dokter residen/dokter jaga).
e. Prskripsi diet definitif/lanjutan ditetapkan oleh DPJP bekerjasama dengan
dietisien dalam menentukan bentuk makanan dan kebutuhan zat gizi, jadwal
dan jenis diet yang lebih tepat sesuai kondisi pasien.
Preskripsi diet definitif dituliskan kembali dalam dokumen medis oleh DPJP
dan Dietisien.
Preskripsi diet pada pasien di ruang pelayanan risiko tinggi malnutrisi
(ICU,ULB, Neurologi, Radioterapi dan bedah digestif) ditetapkan oleh dokter
spesialis gizi klinis.
f. Apabila pasien memerlukan perubahan diet (jumlah, jenis, bentuk diet dan
formula khusus) berdasarkan asesmen gizi, dietisien dapat mengusulkan
perubahan atau penambahan jenis diet berkoordinasi dengan DPJP/dokter
jaga.
g. Dalam kondisi tertentu apabila peskripsi diet (order diet) awal belum
ditetapkan oleh DPJP, maka dietisien akan menntukan preskripsi diet awal.
h. Preskripsi diet ditulis oleh DPJP pada formulir rujukan konseling gizi bagi
pasien rawat jalan yang memerlukan diet tertentu.
V. Pengkajian (asesmen) Gizi pada pasien berisiko tinggi
malnutrisi,malnutrisi dan kondisi khusus :

a. Kegiatan pengkajian (asesmen) gizi dilakukan untuk mengetahui masalah gizi


pasien dan penyebabnya. Tujuannya agar pasien mendapatkan intervensi gizi
sesuai kondisi.

b. Pengkajian (asesmen) gizi dilakukan setelah diketahuinya pasien berisiko


malnutrisi atau sudah malnutrisi atau kondisi khusus. Kondisi khusus yang
dimaksud adalah pasien yang menderita penyakit berisiko seperti pasien
penyakit ginjal khronik/hemodialisa, geriatri, anak, pasien dengan penurunan
imunitas, pasien dengan kemoterapi, pasien dengan sakit berat, pasien ICU,
ICCU, luka bakar, pasien dengan gangguan metabolik, pasien DM, sirosis
hepatis.

c. Pengkajian (asesmen) gizi meliputi kegiatan :


a) Pengumpulan data :
1. Antropometri
2. Biokimia
3. Fisik/klinis yang berhubungan dengan kondisi gizi
4. Riwayat makan
5. Riwayat personal yang berhubungan dengan kondisi gizi
b) Menginterpretasikan data yang terkumpul
d. Pengkajian gizi dilakukan pada kunjungan awal pasien baru dalam waktu 2
x24 jam setelah diskrining perawat sebagai dasar dalam menentukan diagnosis
gizi dan intervensi gizi.
e. Asesmen gizi ulang (re asesmen ) dilakukan apabila masalah gizi pasien belum
terselesaikan atau ditemukan masalah baru.
f. Asemen gizi pada pasien berisiko tinggi malnutrisi/penyakit kritis dilakukan
oleh dokter spesialis gizi klinis sebagai dasar dalam menentukan preskripsi diet.

Anda mungkin juga menyukai