Anda di halaman 1dari 8

Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No.

bidang
HUMANIORA

RASA SOLIDARITAS KELOMPOK, RASA MEMILIKI, DAN RASA


KESETIAAN SEBAGAI NILAI-NILAI TRADISI JEPANG DALAM
SISTEM MANAJEMEN PERUSAHAAN DI JEPANG
DEWI SOETANTI

Jurusan Sastra Jepang


Universitas Komputer Indonesia

Sebagai bangsa yang mengalami kekalahan perang, Jepang memiliki


persamaan dengan bangsa Jerman. Akan tetapi, mengapa Jepang lebih cepat
pulih daripada Jerman? Kita bisa melihat bagaimana kemajuan industri Jepang
yang sangat pesat, terutama sejak pasca Perang Dunia II. Sehingga banyak
menimbulkan pertanyaan, terutama pada kalangan pengusaha, apa gerangan
rahasia keberhasilan bisnis Jepang? Dalam membangun perekonomiannya,
ternyata Jepang menggabungkan antara nilai-nilai tradisi bangsa Jepang yang
telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat Jepang dengan prinsip
manajemen yang didapat dari dunia Barat, terutama Amerika. Perpaduan
antara kedua sistem manajemen inilah yang kemudian menghasilkan sistem
manajemen perusahaan “ala Jepang”, yang ternyata mampu membuat Jepang
berhasil membangun perindustriannya dalam waktu yang sangat singkat.

Solidaritas kelompok, perusahaan jepang.

Perlu diketahui bahwa semua negara indus- kan pada nilai-nilai tradisi bangsa Jepang
tri yang ada dewasa ini, sebelumnya meru- yang telah mengakar kuat dalam kehidupan
pakan negara pertanian. Namun, yang masyarakat Jepang. Kemudian nilai-nilai
membuat bangsa Jepang begitu istimewa tradisi bangsa Jepang tersebut dipadukan
jika dibandingkan dengan negara industri dengan prinsip-prinsip manajemen yang
lainnya, adalah karena Jepang sangat ce- diambil dari Barat, terutama yang didapat
pat dalam pengindustrialisasian negaranya, selama pendudukan Amerika. Perpaduan
atau mengubah negaranya dari negara antara kedua sistem manajemen inilah
agraris menjadi negara industri, terutama yang kemudian menghasilkan sistem mana-
sejak Perang Dunia II. Prinsip-prinsip mana- jemen perusahaan “ala Jepang”, yang tern-
jemen yang bagaimanakah yang telah mem- yata dapat membuat Jepang berhasil mem-
buat negara Jepang menjadi negara industri bangun perindustriannya dalam waktu yang
yang sukses? sangat singkat.

“Keajaiban ekonomi Jepang” tidak terlepas Eizaburo Nishibori, dalam bukunya “Japan
dari berbagai faktor, salah satunya adalah as I see It” menyebutkan begitu banyak nilai
penerapan sistem manajemen kerja yang tradisi bangsa Jepang yang penting dan
berbeda dari negara-negara industri lain- telah ada sejak zaman dahulu kala, antara
nya. Prinsip-prinsip manajemen yang diber- lain rasa kekeluargaan, rasa solidaritas
lakukan di Jepang, sebenarnya berlandas- kelompok, rasa memiliki, rasa kesetiaan
Alamat korespondensi pada Dewi Soetanti, Jurusan Sastra Jepang Universitas Komputer Indonesia, Jalan Dipati Ukur
114, Bandung 40132.

H a l a ma n 213
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2 DEWI SOETANTI

atau loyalitas yang sangat tinggi, sifat ra- perundingan intern, tetapi tidak bertentan-
jin, hasrat bekerja keras, serta konsep gan dengan suatu kesetiaan pokok.
pemikiran rasa bangga dan juga budaya
malu, dan masih banyak lagi. Sejak jaman dulu orang Jepang sudah
memiliki rasa saling memperhatikan antar
Dalam tulisan ini, penulis mencoba men- sesama keluarga dan lingkungan, sebagai
gupas tentang nilai-nilai tradisi bangsa aspek yang penting dalam kehidupan
Jepang meliputi: rasa solidaritas kelom- mereka. Begitu kuatnya arti kehidupan
pok, kesadaran rasa memiliki, dan rasa berkelompok di Jepang, pada akhirnya
kesetiaan atau loyalitas tinggi yang dit- menimbulkan rasa solidaritas kelompok
erapkan dalam sistem manajemen peru- (shuudan ishiki). Setiap individu akan
sahaan di Jepang. mengkonsentrasikan diri dalam kelompo-
knya. Seorang pemimpin meskipun
RASA SOLIDARITAS KELOMPOK fungsinya berbeda dari anggota-anggota
kelompok namun pada hakikatnya adalah
Hingga saat ini, Jepang mengikuti pola individu juga. Karena pemimpin adalah
yang telah dikenalnya. Jepang adalah ne- individu, maka ia pun selalu menempat-
gara Timur dan tentu saja berbeda dalam kan dirinya di bawah kelompok, dan tidak
banyak hal dengan Jerman. Satu perbe- sama tinggi apalagi di atasnya.
daan penting terletak pada kekuatan ke-
luarga atau suku. Masyarakat Jepang bu- Rasa kebersamaan dan solidaritas yang
kanlah suatu kumpulan individu, tetapi tinggi dalam kelompok, menciptakan sua-
kumpulan kelompok-kelompok keluarga. sana satu tim kerja yang solid. Sebagai
Seorang laki-laki di Jepang cenderung un- satu tim kerja, setiap individu melakukan
tuk mengalihkan kepada perusahaan rasa pendekatan dalam pekerjaan dengan
keanggotaan yang sebelumnya mereka membuat keputusan-keputusan yang akan
dapat dari keluarga besarnya atau de- membawa kesatuan tujuan bersama. Dan
sanya. Jika mereka menganggap diri kesatuan tujuan inilah yang membawa
mereka sebagai individu, sebagai unit tak pribadi-pribadi yang berbeda ini dalam
berdaya dalam dunia yang bermusuhan, kerja sama yang baik demi mencapai ke-
mereka akan merasa tidak aman dan ti- berhasilan kelompok. Kesadaran akan
dak bahagia. Karenanya, mereka lebih solidaritas kelompok juga akan membantu
senang menjadi anggota kelompok ke- mengendalikan perselisihan yang biasa
luarga, dalam hal ini perusahaan, yang timbul dalam suatu oganisasi.
sedikitnya akan memberikan tiga hal. Per-
tama, karyawan cenderung untuk tetap Selalu berusaha mensukseskan program
tinggal dalam perusahaan yang sama se- kerja dengan cara memberikan penghar-
lama hidup kerjanya, dan tidak gaan kepada setiap orang di kelompok,
memikirkan untuk meninggalkan perusa- dan membuat mereka merasa bahwa
haannya seperti dia juga tidak akan setiap orang menghargai usaha mereka.
memikirkan untuk mengganti namanya. Bentuk kerja sama ini adalah bentuk yang
Kedua, sistem kedudukan di dalam peru- paling penting dari kepribadian orang
sahaan (seperti halnya dalam keluarga) Jepang, dan juga menjadi salah satu ala-
sangat mengutamakan senioritas dan san mengapa orang Jepang suka bekerja
kenaikan pangkat atau gaji secara teratur keras.
atas dasar masa kerja. Ketiga, serikat bu-
ruh selalu berhubungan dengan perusa- Di dalam kelompok, jika terjadi suatu
haan, tidak dengan pekerjaan. Ia meru- kondisi yang buruk, maka kesatuan yang
pakan perpanjangan atau cermin dari pe- ada di dalamnya akan mereka membuat
rusahaan dan memberikan dasar untuk mereka semakin kuat. Misalnya, saat

H a l a m a n 214
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2

kondisi bisnis sedang tidak menguntung- Selain itu, para anggota yang juga mengu-
kan, setiap orang menggabungkan kekua- tamakan solidaritas kelompok, rasa per-
tannya dan bekerja sama untuk memban- satuannya dengan organisasi diperkuat
gun kembali perusahaan mereka. Ataupun lagi melalui musyawarah diantara mereka
ketika terjadi krisis ekonomi, mereka me- untuk mempertinggi produktivitas perusa-
lakukan apa saja yang dapat membuat haannya. Sebagai contoh, di salah satu
mereka keluar dari resesi tersebut. pabrik besar di Jepang yang memproduksi
alat-alat berat, para pekerja setiap ming-
Bisa dikatakan, Jepang merupakan negara gunya mengadakan musyawarah selama
yang selalu dilanda bencana alam. Se- satu jam dalam kelompok kerjanya. Dalam
jarah mencatat bahwa negara ini acap kali musyawarah itu, mereka membicarakan
dilanda angin ribut, gempa bumi, gelom- hal-hal yang perlu dilakukan untuk men-
bang pasang, dan ledakan gunung berapi. ingkatkan produktivitas pabriknya. Hal ini
Hal ini mendorong kerjasama untuk mem- membuktikan bahwa pemimpin senan-
tiasa memperhatikan setiap pendapat
bangun pemukiman, sehingga menimbul-
kelompok yang diperoleh melalui konsen-
kan terjalinnya hubungan yang erat dan
sus para anggotanya dan juga senantiasa
solidaritas diantara orang-orang Jepang.
memperhatikan keberadaan setiap ang-
Seperti pepatah Jepang mengata- gota kelompoknya, karena mereka mem-
kan,”Mengubah bencana menjadi ke- bentuk satu kelompok secara bersama-
beruntungan“, yang membuat orang sama.
Jepang juga memiliki sikap optimis dalam
bekerja untuk mengubah naik-turunnya RASA MEMILIKI
keberuntungan dan mengubah bencana
yang ada di sekitarnya ke arah yang lebih Rasa keanggotaan sebagai bagian dari
positif. Di mana setiap orang mengga- perusahaan sebagaimana yang didapat
bungkan kemampuannya mereka dan sebagai bagian dari anggota keluarganya,
bekerja sama sehingga membuat proses pada akhirnya melahirkan suatu sistem
pemulihan menjadi lebih cepat. Hal ini manajemen dengan pendekatan kekeluar-
pula yang membuat Jepang begitu cepat gaan atau dikenal dengan kazokushu-
membangun kembali negaranya dari ke- giteki. Karena adanya pendekatan keke-
hancuran setelah kekalahannya pada per- luargaan dalam manajemen kerja, se-
hingga menimbulkan “rasa memiliki” yang
ang Dunia II.
tinggi terhadap perusahaan tempat di
mana mereka bekerja. “Rasa memiliki”
Dengan adanya rasa solidaritas kelompok, sebagaimana yang mereka rasakan terha-
membuat pemimpin perusahaan di Jepang dap rumah sendiri ataupun terhadap kam-
selalu memperhatikan karyawannya. Tidak pung halaman mereka, begitu pula terha-
seperti yang terjadi di Amerika atau Eropa, dap perusahaan tempat mereka bekerja.
pada saat suatu perusahaan mengalami
kesulitan seorang pemimpin perusahaan Adalah suatu kebiasaan di Jepang jika
di Jepang tidak mudah untuk memberhen- ditanya mengenai pekerjaannya, mereka
tikan karyawan perusahaannya. Karena selalu menjawabnya dengan menyebutkan
hubungan antara pemimpin dengan ang- nama perusahaannya. Selain itu, mereka
gota di Jepang lebih banyak dipengaruhi selalu menyebutkan perusahaan tempat
oleh faktor emosional dibandingkan den- mereka bekerja dengan sebutan
gan dunia Barat. Oleh sebab itu, dalam “perusahaan saya“ atau “perusahaan
kami”. Ini merupakan gambaran bagai-
perusahaan-perusahaan di Jepang hubun-
mana mereka mempunyai rasa memiliki
gan antara pemimpin dan karyawan jauh
yang tinggi terhadap perusahaan tempat-
lebih dekat daripada di dunia Barat. nya bekerja.

H a l a ma n 215
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2 DEWI SOETANTI

Sehingga bisa dikatakan pula bahwa itu sendiri. Prinsip pekerjaan tetap dan
orang Jepang mempunyai “rasa memiliki” bersamaan dengan itu ganjaran untuk
yang luar biasa. Dan apabila seseorang masa kerja lama melalui tambahan
mendapatkan posisi pada suatu perusa- kepada gaji dan melalui promosi menurut
haan, maka ia akan menganggap dan senioritas. Salah satu keuntungan dari
memperlakukan perusahaan itu sebagai prinsip memperkerjakan secara permanen
keluarga dan rumahnya. Karena itu, di ini bagi perusahaan adalah bahwa mem-
Jepang, ada tradisi di mana orang yang berikan jaminan kepada perusahaan un-
tinggal menetap di suatu perusahaan dan tuk dapat mempertahankan para peker-
menghabiskan seluruh hidupnya untuk janya yang cakap dan terampil
bekerja pada perusahaan tersebut. Ini
merupakan suatu alasan bahwa rasa RASA KESETIAAN
memiliki terhadap suatu perusahaan san-
gatlah kuat. Dan mereka bersedia ber- Sejak zaman Tokugawa berlaku suatu pola
korban apapun demi perusahaan mereka. perilaku bagi staf manajerial dalam
Mereka bekerja dengan pemikiran bahwa hubungan keluarga—pemilik (maksudnya:
apa yang mereka kerjakan akan mem- antara karyawan yang dianggap sebagai
bawa keuntungan bagi mereka, bagi kebi- keluarga sendiri dengan pemilik purusa-
jakan perusahaan, dan tentu saja mem- haan). Ini merupakan hubungan pribadi
bawa keuntungan bagi negaranya. berdasarkan rasa kewajiban, yang timbul
dari timbul dari rasa terima kasih. Doron-
Maka tak heran jika di Jepang ada suatu gan motivasinya adalah pengabdian pri-
tradisi mempekerjakan tenaga kerja se- badi. Pengabdian pribadi ini sebenarnya
cara permanen (shushin-koya), yaitu bagi berakar dari nilai tradisi bangsa Jepang
seseorang yang bekerja hanya pada satu akan rasa kesetiaan. Dan dalam hal ini
perusahaan untuk seumur hidupnya, rasa kesetiaan atau loyalitas yang tinggi
karena rasa memiliki yang sangat tinggi kepada perusahaan tempatnya bekerja.
itu. Para pekerja tersebut bekerja seumur Kalau ditanyakan mengapa bangsa
hidupnya untuk suatu perusahaan; dan Jepang memiliki rasa kesetiaan dalam
sebaliknya perusahaan menjamin upah nilai tradisinya? Penulis melihat hal ini ada
dan pekerjaan selama hidup kerja penuh hubungannya dengan sejarah Jepang di
(shogai-fuye). masa lampau, yang pada akhirnya mem-
bentuk watak bangsa Jepang sebagai
Prinsip mempekerjakan secara permanen bangsa yang memiliki rasa kesetiaan yang
seperti ini mencakup ketentuan bahwa tinggi.
pekerja tidak akan dipecat, tetapi pekerja
secara moral tidak berkewajiban untuk Jepang mempunyai latar belakang feodal.
tetap bekerja dalam satu perusahaan. Sebagaimana kita ketahui dalam sejarah
Namun, hanya jika tetap bekerja untuk Jepang, masyarakat Jepang pada Zaman
satu perusahaan, maka pekerja akan Edo terbagi dalam empat stratifikasi sosial
mendapatkan hak-hak istimewa berdasar- yang mana pembagian ini berdasarkan
kan lamanya bekerja. Jadi prinsip mana- pada kedudukan dan pekerjaannya. Strati-
jemen ini berdasarkan pada keuntungan fikasi sosial di Jepang ini dikenal dengan
praktis dan bukan berdasarkan keterika- istilah Shi- No- Ko- Sho. Shi untuk Bushi
tan (atau Samurai) yaitu golongan tentara /
militer; No untuk Nomin yaitu golongan
Sistem ini mengekang ambisi untuk karier petani; Ko untuk Shokuin yaitu golongan
pribadi, yang diganti dengan gagasan pegawai / buruh; dan Sho untuk Shonin
bekerja untuk kebaikan perusahaan. Rasa yaitu golongan pedagang. Golongan bushi
kesetiaan dipusatkan kepada perusahaan atau samurai jumlahnya hanya 7% dari

H a l a m a n 216
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2

jumlah penduduk, namun merupakan Dengan runtuhnya Shogunat Tokugawa


golongan tertinggi dan terkuat sehingga ini, maka feodalisme di Jepang sebagian
menguasai golongan lainnya. besar sudah bubar dan hubungan dengan
Barat terputus. Akan tetapi, metode-
Dalam arti sempit samurai adalah anak metode tradisional tetap berdiri kokoh. Ini
buah dari shogun (=jenderal perang) dan
terlihat dalam pengaruh samurai terhadap
daimyo (=tuan tanah) yang harus berbakti
prinsip-prinsip manajemen kerja yang ber-
pada tuannya dan harus membelanya di
lanjut sampai sekarang, walaupun dalam
waktu bahaya, meskipun nyawa taru-
hannya. Kata samurai berasal dari kata bentuk yang agak diperlunak
samurau yang berarti melayani. Seorang
samurai akan melayani majikannya dan Tradisi feodal samurai ini pun langsung
mempunyai rasa kesetiaan yang tinggi masuk dan diserap ke dalam praktik in-
pada majikannya. dustri modern Jepang, terutama mungkin
dalam perusahaan keluarga, dan mem-
Pada tahun 1868, Shogunat Tokugawa berikan kode perilaku khusus kepada ke-
yang feodal itu mengalami kehancuran. las manajerial dan penyelia.
Dengan diilhami secara kuat oleh gagasan
pengabdian dan disiplin diri, maka ke- Perlu ditekankan di sini bahwa gagasan
setiaan para samurai kepada penguasa kesetiaan saling timbal-balik, di mana ke-
setempat dipindahkan kepada bangsa, setiaan para bawahan kepada majikan
dan bersamaan dengan itu semangat adalah sejajar dengan kesetiaan majikan
usaha karena perasaan kewajiban na- kepada bawahannya. Sehingga dengan
sional. Timbullah suatu bentuk patriotisme model seperti ini, karyawan berkewajiban
revolusioner dengan tujuan menyelamat-
untuk setia kepada perusahaan bekerja
kan Jepang dari penjajahan, mengingat
demi kemajuan perusahaan.
situasi di Cina. Ini diungkapkan dalam
prinsip kelompok samurai: “Fukoku Kyo-
hei” (demi negara kaya raya dengan ke- Dan sebaliknya, pemimpin perusahaan
kuatan yang besar) pun berkewajiban untuk setia kepada
karyawannya dengan memperhatikan
Para samurai menyandang pedang kesejahteraan para karyawannya, misal-
mereka yang khas itu sampai tahun 1876 nya dalam hal tunjangan yang diterima
dan jauh setelah itu masih memiliki pres- karyawan Jepang, bonus besar yang di-
tisenya yang harum. Baik di Jepang mau- bayarkan dua kali dalam setahun, pe-
pun di Eropa feodalisme tidak pernah rumahan yang disediakan oleh perusa-
menciptakan hubungan tuan---budak haan, pengangkutan gratis, dan pelayanan
seperti yang sering kali digambarkan. Feo- kesehatan, makan yang diberi subsidi,
dalisme menciptakan suatu jaringan kewa- fasilitas olah raga, kegiatan rekreasi ber-
jiban bersama dari kedua belah pihak, dan sama dan masih banyak lagi. Dan model
sistem ini dipertahankan oleh suatu manajemen seperti ini akan menciptakan
perasaan kesetiaan yang kuat. Legenda suatu hubungan yang saling bergantung
mengenai 40 ronin (=samurai yang kehi-
satu sama lain dan juga saling mengun-
langan majikannya) bukanlah suatu cerita
tungkan masing-masing pihak, dan bukan
mengenai popularitas seseorang, tetapi
loyalitas yang berdasarkan keterikatan
mengenai 40 orang yang melaksanakan
suatu tugas feodal. semata.

H a l a ma n 217
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2 DEWI SOETANTI

PENUTUP Rasa solidaritas kelompok, rasa


Sudah menjadi keunikan bangsa Jepang memiliki, dan rasa kesetiaan atau loyali-
yang selalu mengambil dan meniru hal tas tinggi yang diterapkan dalam sistem
apapun dari Barat yang dianggap baik un- manajemen perusahaan di Jepang, han-
tuk diterapkan dalam kehidupannya. Na- yalah sebahagian kecil dari nilai-nilai
mun bangsa Jepang tidak begitu saja men- tradisi bangsa Jepang yang ada dalam
inggalkan nilai-nilai tradisi yang telah men- kehidupan bangsa Jepang. Nilai-nilai
gakar kuat dalam kehidupan masyarakat- tradisi ini menyerap masuk ke dalam
nya. Nilai-nilai tradisi merupakan aspek praktik industri modern Jepang, dan ber-
penting dalam kehidupan bangsa Jepang padu dengan prinsip-prinsip manajemen
dan juga merupakan ciri kepribadian yang diambil dari Barat, terutama
bangsa Jepang sendiri. Keadaan seperti Amerika. Perpaduan inilah yang ke-
ini, menjadikan Jepang menjadi negara mudian menghasilkan sistem mana-
yang unik, yang selalu menciptakan se- jemen perusahaan “ala Jepang”, dan
suatu hal yang “ala Jepang”. membuat Jepang tumbuh menjadi salah
satu kekuatan ekonomi dunia.
Kebiasaan masyarakat Jepang yang suka
hidup berkelompok menimbulkan rasa Keberadaan Jepang sebagai negara
solidaritas kelompok (shuudan ishiki). industri yang maju memang sudah kita
Yang selanjutnya, rasa kebersamaan dan ketahui. Bahkan dunia internasional
solidaritas yang tinggi dalam kelompok, pun telah mengakui kehebatan barang-
menciptakan suasana satu tim kerja yang barang ekspor Jepang seperti radio, tele-
solid di mana setiap anggota kelompok visi, kamera, alat perekam, sepeda mo-
akan bekerja keras demi mencapai keber- tor, mobil dan banyak lagi. Keajaiban
hasilan kelompok dan selalu berusaha perekonomian Jepang memang tidak
untuk mensukseskan program kerja terlepas dari berbagai faktor, dan salah
mereka. satunya adalah karena penerapan sis-
tem manajemen kerjanya yang berbeda
“Rasa memiliki” orang Jepang yang luar dari negara-negara industri lainnya. Pen-
biasa, telah membuat orang Jepang men- erapan nilai-nilai tradisi bangsa Jepang
ganggap dan memperlakukan perusahaan dalam sistem manajemen industri
tempat dia bekerja sebagai keluarga dan Jepang, dan ditambah lagi dengan
rumahnya sendiri. Dan dia bersedia ber- karakter bangsa Jepang yang rajin dan
korban apapun demi kemajuan perusa- suka bekerja keras, telah memberikan
haannya. pengaruh yang besar dalam kemajuan
perindustrian di Jepang. Dan pada
Bangsa Jepang juga dikenal sebagai akhirnya, membawa Jepang sampai
bangsa dengan rasa kesetiaan atau kesa- pada garis terdepan sebagai negara in-
daran loyalitas yang tinggi kepada perusa- dustri besar serta menghasilkan standar
haan tempat dia bekerja. Namun perlu kehidupan yang setaraf dengan negara-
diingat, bahwa gagasan kesetiaan bangsa negara Barat. Dan orang Jepang pun
Jepang adalah kesetiaan saling timbal- dengan rasa bangganya berkata, “Nihon
balik, yakni kesetiaan para bawahan hodo kyuusokuni hatten shita kuni wa
kepada majikan adalah sejajar dengan nai” (“Tidak ada negara lain yang dapat
kesetiaan majikan kepada bawahannya berkembang maju sepesat Jepang”).

H a l a m a n 218
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2

DAFTAR PUSTAKA Suryohadiprojo. Sayidiman. (1982) Manu-


-------- (1997) Japan as I see It . NHK Over- sia dan Masyarakat Jepang dalam
seas Broadcasting Department Perjuangan Hidup. Universitas Indo-
Furstenberg, Friedrich. (1982) Rahasia nesia (UI- Press) dan Pustaka Brad-
Sukses Bisnis Jepang. Jakarta: PT jaguna. Jakarta
Pustaka Binaman Pressindo. Reischauer, Edwin O. (1980) Manusia
Soemarna, Adji Drs. Ikhtisar Sejarah Jepang. Jepang.
Diktat Kuliah Jakarta. Sinar Harapan
Fukumoto. Kazutoshi. (1997). Mengapa ------- Ensiklopedia Indonesia. NV. Penerbi-
Orang Jepang Rajin, Terampil, dan tan W. Van Hoeve
Makmur ------- Encyclopedia Americana . New York:
(Jepang Selayang Pandang Dalam Ba- Americana Corporation.
hasa ------ (1991) Kokugo Jiten. Tokyo. Kumon
Sederhana). Jakarta. Gramedia Shuppan.
Pustaka
Utama.

H a l a ma n 219
Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2

H a l a m a n 220

Anda mungkin juga menyukai