Anda di halaman 1dari 4

LEMBAR PENGESAHAN

HASIL RESUME BUKU

Pada hari ini, ……………... tanggal ………………………….. telah disahkan Hasil Karya Guru-

guru ASN SMA Negeri 2 Tambun Utara berupa Resume Buku Penunjang Kompetensi

dalam Pembelajaran Hasil Cetakan terbaru.

Mengetahui, Bekasi, ……………….


Pengawas, Kepala Sekolah,

……………………………… H. SAYOGA, S.Pd


NIP. NIP. 19700725 199412 1 002
FORMAT RESUME BUKU

Judul : HUBUNGAN MANUSIA DALAM PERUSAHAAN JEPANG


Pengarang : GENE GREGORY (ALIH BAHASA; ARIFIN BEY)
Penerbit : PENERBIT BUKU DIAN RAKYAT
Cover :

Cover

Resume Oleh : FRIDY PEBRIANTI, S.Pd


NIP : 19850222 200902 2 001
Guru Bidang Studi : SEJARAH
Unit Kerja : SMA NEGERI 2 TAMBUN UTARA
HASIL RESUME

Jepang, Macan Perekonomian Asia

Mayoritas penduduk Asia kiranya sepakat bahwa Jepang adalah salah satu
negara maju yang pantas dijuluki Macan Perekonomian Asia. Ekonomi dan industry
Jepang merupakan ketiga terbesar setelah Amerika Serikat dan Cina. GDP (Gross
Domestic Product atau produk domestic bruto, yaitu nilai semua barang dan jasa
yang dihasilkan Jepang dalam setahun) masuk ke dalam jajaran lima besar di dunia.
Brand Jepang seperti Toyota, Honda, Panasonic terkenal di seluruh dunia.

Keberhasilan tersebut tidak lepas dari sejarah perekonomian panjang Bangsa


Jepang sejak era kuno. Mengalami perkembangan yang pesat dan stabilitas ekonomi
justru di era Sakoku atau masa isolasi ketika era Tokugawa dalam rangka menghapus
pengaruh agama dan kebudayaan yang dibawa bangsa Barat. Perkembangan
selanjutnya terasa ketika era Meiji. Banyak orang-orang Jepang yang dikirim belajar
ke luar negeri, membangun infrastruktur dan menggiatkan industrialisasi. Kedua era
tersebut adalah momentum perkembangan ekonomi Jepang yang terus mengalami
akselerasi hingga awal abad ke-21.

Pola Hubungan Manusia dalam Sistem Perusahaan di Jepang

Tujuan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perusahaan Jepang


sebenarnya tidak jauh berbeda dengan perusahaan Eropa atau Amerika. Namun
sejumlah filosofi budaya tradisional Jepang yang melekat kuat di masayarakatlah
yang membuatnya terasa berbeda. Salah satunya karena banya perusahaan Jepang
yang didirikan adalah perusahaan keluarga. Hal ini tentu berbeda dengan Eropa dan
Amerika yang tidak ada “sentuhan” filosofi budaya tradisional yang kental. Sebagai
contoh perilaku dan tata krama yang berlaku di kalangan karyawan perusahaan
masih lekat ditemukan cara-cara yang khas Jepang yang dilandasi nilai tradisional
seperti membungkukan badan ketika bertemu rekan kerja, berani mengundurkan
diri ketika gagal mengemban amanah, dan yang lainnya.

Selain itu, dalam pola pemikiran dunia usaha di Jepang, harmonisasi antara
modal, manajemen, dan karyawan haruslah dijamin. Sebagaimana dikatakan oleh
Matsushita Kohnosuke, pendiri National Electric Company; “Sebuah perusahaan tiga
kali merasa bahagia:

a. Ketika perusahaan yakin bahwa baran produksinya merupakan yang terbaik


yang sudah dibuat oleh perusahaan tersebut
b. Ketika pembeli merasa puas dengan produk yang dibeli dan digunakannya
c. Ketika memperoleh laba dari kegiatan jual-beli tersebut

Kunci dari konsep manajemen Jepang adalah “azas kekeluargaan”. Ini adalah
warisan atau lanjutan dari tradisi manajemen masa Tokugawa. Di sini perlu
diperhatikan bahwa dunia usaha pada zaman Tokugawa, untuk Sebagian besar
terdiri dari perusahaan keluarga. Dengan sendirinya, para karyawan biasanya adalah
anggota keluarga dan si bapak adalah juga Presiden Direktur badan usaha itu. Pola
manajemen Jepang sekarang tetap memanfaatkan azas kekeluargaan ini.Tidak
dipertentangkan modal dengan buruh, karena baik modal, golongan manager
maupun buruh menganggap diri anggota keluarga besar perusahaan yang
bersangkutan. Jadi pelaksanaan manajemen dilakukan secara terbuka; baik para
manager maupun karyawan di samping pemegang saham, sama-sama diberitahu
tentang prestasi perusahaan. Semuanya terbuka dan cara yang demikian itu
menanamkan sense of belonging dalam kalangan semua karyawan, karena
pembagian pendapatan ditetapkan secara bersama-sama.

Kesimpulan
Tulisan dalam buku ini mencoba membuka wawasan kepada pembacanya
bahwa kegiatan ekonomi tidak selalu hanya terbatas bagaimana mendapatkan
keuntungan sebesar-besarnya. Namun juga bagaimana menjalani proses mulai dari
produk-distribusi-konsumsi dengan cara yang baik. Hal ini sering terlupa oleh banyak
perusahaan sebagai akibat dari pengaruh kapitalisme hingga kerap melupakan sisi
humanisme atau bahkan nilai-nilai luhur tradisional yang dimiliki tiap negara. Jepang
merupakan salah satu contoh nyata negara yang mampu mengembangkan
perekonomiannya namun tetap berjalan sinergis dengan nilai-nilai budaya Jepang.

November 2022

FP

Anda mungkin juga menyukai