PENDAHULUAN
Jepang adalah salah satu negara maju yang cukup menarik. Kulturnya sudah
mendunia dan menarik minat banyak orang untuk mengunjunginya. Tak sedikit juga
orang-orang yang ingin bekerja atau magang ke Jepang supaya bisa merasakan hidup di
sana.
Jepang sudah menanamkan budaya disiplin dan etos kerja yang luar biasa sejak
dini seperti lima prinsip kerja orang Jepang yang bisa di terapkan dalam kehidupan
sehari-hari masyarakat Indonesia.
1) Prinsip Bushido
Bushido yang mengandung arti ‘ksatria’ ini merupakan kode etik golongan
samurai pada masa feodal Jepang. Seorang samurai memiliki loyalitas dan totalitas
terhadap tuannya. Ia bahkan rela melakukan harakiri (bunuh diri dengan menusuk
perut) untuk mengembalikan kehormatan dirinya.
Nah, semangat bushido ini ternyata mengakar dalam etos kerja masyarakat
Jepang. Mereka memiliki loyalitas dan pengabdian tinggi terhadap perusahaan dan
bekerja dengan penuh kehormatan dan totalitas. Hal ini membuat orang Jepang
cenderung loyal dan jarang berpindah-pindah perusahaan.
Keishan berarti kreatif, inovatif, dan produktif. Lewat prinsip ini, orang Jepang
nggak takut untuk berkarya secara kreatif dan melakukan inovasi-inovasi yang
berbeda.
Inilah mengapa kita kerap menemui hal-hal yang unik di Jepang. Selain itu,
konsep ini juga membuat orang Jepang selalu terbuka mempelajari hal-hal baru saat
bekerja.
4) Prinsip Kaizen
Keterlambatan akan menjadi sebuah kerugian bagi diri sendiri, perusahaan, dan
konsumen. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, waktu dan biaya haruslah
optimal.
Makanya, jarang kita lihat ada orang Jepang yang datang terlambat ke tempat
kerja. Mereka juga umumnya malu pulang lebih awal dan disiplin dalam
membedakan waktu kerja dan istirahat.
Sekecil apapun, orang Jepang tidak pernah menganggap remeh suatu pekerjaan.
Faktanya, perusahaan Jepang mendidik karyawannya untuk bekerja mulai dari tingkat
terbawah.
Tanpa pandang bulu, karyawan baru di sana bisa saja diminta untuk mengelap
meja, merapikan dan memfotokopi berkas, maupun hal-hal lain yang sering kita
anggap sebagai pekerjaan sepele.
Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki budaya tertib dan disiplin
yang sangat tinggi. Tidak hanya untuk urusan waktu saja, namun masyarakatnya juga
menjunjung tinggi persoalan kebersihan. Contohnya saja di restoran dengan model duduk
“lesehan” yang marak ditemukan di Jepang, para pengunjung diwajibkan untuk
melepaskan sepatu mereka dan hanya diperbolehkan mengenakan kaus kaki saja. Begitu
juga saat bertamu ke rumah orang lain, biasanya tuan rumah selalu menyediakan sandal
rumah untuk para tamu yang datang berkunjung.
Kebiasaan kecil seperti melepas sepatu ini selalu diterapkan oleh masyarakat
Jepang, sebab sepatu dianggap sebagai benda kotor yang telah bersentuhan dengan tanah,
sehingga sepatu harus dilepaskan saat berada dalam suatu ruangan. Meskipun kebiasaan-
kebiasaan tersebut tampak seperti hal sepele, tetapi justru kebersihan berawal dari
langkah kecil yang jika dibiasakan akan menjadi suatu kewajiban dan bagian dari
rutinitas saat berada dimanapun. Oleh sebab itulah, kebiasaan-kebiasaan kecil seperti ini
sudah diajarkan sejak dini hingga menjadi budaya bagi masyarakat Jepang.
Budaya kebersihan lain yang juga perlu dipelajari dari masyarakat Jepang adalah
kebiasaan membuang sampah. Meski sangat sulit untuk menemukan tempat sampah di
jalan serta tempat-tempat umum seperti bandara, pusat perbelanjaan hingga tempat
wisata, namun tidak ada sama sekali sampah yang berserakan. Hal ini dapat terjadi
karena faktor keamanan dan tingginya tingkat kesadaran masyarakatnya dalam menjaga
kebersihan, sehingga kehadiran tempat sampah di ruang publik nyaris tidak lagi
diperlukan. Mereka bahkan enggan membuang sebuah bungkus permen sembarangan
atau membuang satu puntung rokok pun ke sungai. Selain itu, masyarakat Jepang juga
lebih suka dan telah terbiasa membawa tempat sampah portable kemanapun mereka
pergi.
Elemen kesadaran sosial dalam kurikulum sekolah inilah yang membantu para
pelajar mengembangkan kesadaran dan kebanggaan akan kebersihan lingkungan mereka.
Dengan membentuk pola pikir bahwa bersih-bersih adalah sikap yang baik, maka secara
otomatis hal ini pun akan memberikan pelajaran penting yakni bertanggung jawab atas
kebersihan benda-benda dan tempat yang telah digunakan. Terbukti saat Piala Dunia
digelar di Brasil (2014) dan Rusia (2018), para pendukung timnas Jepang membuat
kagum dunia dengan bertahan di dalam stadion setelah pertandingan berakhir untuk
memungut sampah. Bahkan para pemain timnas Jepang juga dikenal selalu meninggalkan
ruang ganti dengan kondisi sangat bersih.
Kebersihan bukan hanya tentang diri sendiri, namun juga tentang segala sesuatu
yang berada di sekitar dan telah menjadi bagian dari kehidupan. Dengan saling bergotong
1) Gerakan, aksi, atau kata-kata sopan yang saling diucapkan ketika bertemu
maupun berpisah dengan seseorang.
2) Sambutan yang berisi ucapan selamat atau terima kasih dalam pertemuan
atau rapat.
3) Tindakan dan ungkapan untuk menunjukan rasa sopan dan terima kasih
kepada orang lain.
Jadi aisatsu bisa diartikan “salam (sapaan)”, “sapaan”, atau “sambutan”.
Dalam bentuk kata kerja aisatsu suru, artinya menjadi “menyapa” atau
“memberikan salam”.
Industri kecil menengah yang terdampak paling serius. Sama seperti Indonesia,
Jepang juga memiliki budaya urbanisasi. Budaya ini membuat para angkatan muda yang
ada di desa cenderung berbondong-bondong pindah ke kota, padahal industri kecil
menengah lebih banyak terdapat di desa.
Sejak tahun 1993, Indonesia sudah menjalin kerjasama dengan Jepang untuk
menyelenggarakan program magang.
Kerjasama tersebut tentu saja saling menguntungkan kedua belah pihak. WNI
yang dikirim magang akan belajar banyak di Jepang dan bisa berkontribusi untuk
memajukan industri di Indonesia. Pihak Jepang juga diuntungkan dengan ketersediaan
tenaga kerja bagi industri-industri yang ada di sana.
Uang yang didapatkan pemagang juga bukan gaji, tapi disebut “teate” atau uang
saku. Jumlah uang sakunya memang cukup besar, mungkin karena itulah orang-orang
kerap menjadi salah sangka.
Sebelum berangkat ke Jepang untuk magang, seluruh calon peserta harus melalui
proses pelatihan di Indonesia. Pelatihan tersebut biasanya berfokus pada penguasaan
bahasa dan pengenalan dengan industri Jepang.
Peserta magang akan menjalani program selama 3 tahun. Jika kinerjanya cukup
bagus, bisa diperpanjang hingga 5 tahun. Setelah 5 tahun tidak bisa lagi dilakukan
perpanjangan, peserta harus pulang ke Indonesia.
Mantan peserta magang tidak boleh kembali ke Jepang untuk bekerja, dengan
status trainee. Mantan peserta magang bisa kembali bekerja di Jepang dengan mengurus
Visa Tokutei Gino atau visa tenaga kerja dengan skill spesifik.
Selama ini, perusahaan Jepang, telah memberikan usulan kebijakan secara aktif,
termasuk untuk pengembangan SDM, demi mewujudkan target Indonesia menjadi 5
besar negara ekonomi terbesar dunia pada tahun 2045.
Untuk bias magang ke Jepang ada 2 jalur yang bisa di ikuti yaitu :
Saat ini LPK Mizuno Semangat Bangsa memiliki 5 Staff Manajemen termasuk
pimpinan, 6 Instruktur Bahasa Jepang dan kurang lebih 50 Peserta Pelatihan yang saat ini
sedang belajar. Sejak tahun 2019 LPK Mizuno Semangat Bangsa sudah
memberangkatkan kurang lebih 40 peserta pelatihan untuk magang di Jepang dalam
berbagai bidang seperti perawat lansia, manufaktur packaging, konstruksi dll.
Tabel 1.1
Seperti yang dilakukan oleh Tim IT LPK Mizuno Semangat Bangsa yang
membuat Aplikasi berbasis WEB untuk menunjang kegiatan belajar mengajar Instruktur
terhadap peserta pelatihan seperti absen peserta, absen instruktur, penilaian karakter
peserta dll. Juga membantu meringankan pekerjaan manajemen seperti penghitungan gaji
secara otomatis, database peserta dll. Aplikasi tersebut bisa di akses disemua platform
seperti Personal Computer, Android, Tablet dan IOS.
Salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia adalah training and
development artinya bahwa untuk mendapatkan sumber daya manusia yang baik dan
tepat, sangat perlu pelatihan dan pengembangan. Hal ini sebagai upaya untuk
mempersiapkan para tenaga kerja untuk menghadapi tugas dan pekerjaan dalam
jabatannya. Tenaga kerja membutuhkan pelatihan kerja yang tepat untuk menghindari
kemungkinan terburuk dalam kemampuan dan tanggungjawab bekerja, sehingga dalam
menyelesaikan tugas jabatan lebih efektif dan efisien sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan. Pelatihan yang dilakukan harus memenuhi unsur-unsur kebutuhan bagi
karyawan maupun perusahaan, sehingga hasil dari pelatihan tersebut menjadi maksimal.
Untuk memaksimalkan hasil pelatihan, maka pelatihan tersebut harus memberikan
kesempatan bagi karyawan mengembangkan keahlian dan kemampuan baru dalam
penulis.
Terhadap Pendidikan”.
Informasi Cuti Karyawan Berbasis Web Pad Apt Integrasi Tri Tama
Cendekia”
jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang relavan, belum didasarkan
METODOLOGI PENELITIAN
Data Sumber data penelitian merupakan sumber data yang diperlukan dalam
kegiatan penelitian. Menurut Arikunto (2013) “Sumber data yang dimaksud dalam
penelitian adalah subjek dari mana data tersebut diperoleh”. Adapun sumber data
penelitian dapat dibedakan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.
Data Primer Menurut Sugiyono (2015) data primer adalah sumber data
yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini
yang menjadi data primer adalah penggunaan aplikasi kurikulum berbasis web,
dan berdasarkan pengalaman kerja di LPK Mizuno Semangat Bangsa sebagai
Instruktur.
1. Observasi