Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK 4

I Wayan Dedy Budha Arsana (1807521206)


Hartadi Pratama (1807521110)
I Made Sudarta (1807521230)
Nyoman Yana Samyoga (1807521186)

PERBEDAAN BUDAYA DAN MOTIVASI KERJA

Motivasi kerja merupakan proses dimana kebutuhan-kebuthan yang mendorong


seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercipta tujuan tertentu.
antara lain motivasi kerja adalah suatu kesungguhan dan usaha suatu individu untuk melakukan
pekerjaan guna mencapai tujuan organisasi dan disampingnya tujuan sendiri juga. Pada
pencapaian Globalisasi pencapaian kerja dan motivasi kerja di bagi dalam perbedaan budaya
yang ada di sekitar wilayah organisasi dan individu tersebut, oleh karena itu mempengaruhi
kinerja adalah budaya kerja, Untuk mencapai kesuksesan dalam lingkungan persaingan yang
kompetitif, tidak hanya membangun budaya kerja yang kuat dan sesuai tetapi juga budaya yang
dapat cepat berubah sebagai akibat perubahan lingkungan dan sangat diperhatikan oleh berbagai
kalangan, mulai dari pendidik, pekerja, pemerintah dan juga pihak pengusaha. demikian
beberapa contoh dalam perbedaan budaya motivasi kerja yaitu : Korea,China dan Amerika.

1. Budaya Korea

Korea (Selatan), menyebut diri sendiri sebagai 'dynamic Korea, the hub of Asia', Korea yang
dinamis, pusat Asia. Menyangkut pembangunan ekonomi, Korea punya banyak kesamaan
dengan Indonesia. Secara tradisional, ekonomi Indonesia dan Korea sama-sama bertumpu pada
pertanian; tetapi Korea Selatan sangat berhasil dalam pembangunan ekonomi dan industrinya,
meninggalkan Indonesia jauh di belakang. Berbagai produk Korea dalam dua dasawarsa terakhir,
khususnya elektronik dan kendaraan bermotor semakin mengglobal. Keberhasilan ini membuat
Korea mendapat julukan 'the miracle on the Hangang river', keajaiban di Hangang, sungai
terbesar di 'Negeri Ginseng' ini. Banyak faktor penting yang menyebabkan Korea bisa cepat
pulih dari krisis ekonomi. Pertama adalah kemauan politik yang kuat dan konsisten untuk
menghapuskan KKN (korupsi, kolusi, dan nepotisme) dalam berbagai level pemerintahan dan
masyarakat. Kedua adalah nasionalisme ekonomi yang bernyala-nyala dalam masyarakat Korea.
Ketiga adalah 'etos kerja' dan disiplin sosial kuat yang dimiliki masyarakat Korea. Orang-orang
Korea terkenal sebagai pekerja keras dan tekun.

2. Budaya China
budaya orang Tionghoa, para leluhur etnis Tionghoa sudah menanamkan prinsip-prinsip tentang
budaya kerja ,khususnya prinsip bekerja untuk menjadi bos atau pedagang, bukan menjadi
pegawai (Sugiarto 2012, p. 32). Dengan demikian apakah etos kerja sebagai bos yang
ditanamkan sejak kecil pada orang Tionghoa, Demikian juga etos kerja seperti apakah yang
dihasilkan oleh para pegawai etnis Tionghoa yang sejak kecil sudah dididik untuk menjadi bos,
bukan menjadi pegawai. Dengan alasan-alasan tersebut, peneliti sangat tertarik sekali untuk
meneliti mengenai etos kerja para pegawai etnis Tionghoa pada kantor keuangan di wilayah
Surabaya. seperangkat perilaku kerja positif yang berakar pada kesadaran yang kental, keyakinan
yang fundamental, disertai komitmen yang total pada paradigm kerja yang integral. Istilah
paradigma berarti konsep utama tentang kerja itu sendiri yang mencakup idealism yang
mendasari, prinsip-prinsip yang mengatur, nilai- nilai yang menggerakkan, sikap-sikap yang
dilahirkan, standar-standar yang hendak dicapai, pikiran dasar, kode etik, kode moral, dan kode
perilaku bagi para pemeluknya. Jadi jika seseorang, suatu organisasi menganut paradigm kerja
tertentu, percaya padanya secara tulus dan serius, serta berkomitmen pada paradigm kerja
tersebut maka kepercayaan itu akan melahirkan sikap kerja dan perilaku kerja mereka secara
khas. Itulah etos kerja mereka, dan itu pula budaya kerja mereka.

3. Budaya Amerika
Orang Amerika memiliki etos kerja yang berbeda dengan kebanyakan orang di Indonesia.
Mereka bekerja keras sungguh-sungguh dan terus-menerus. Sementara Indonesia belum terbiasa
dengan cara kerja orang Amerika. Kalau diibaratkan dengan perlombaan lari, kita sebagai orang
Indonesia terbiasa berlari lalu berhenti sebentar untuk menarik napas, lalu kita lihat, ‘Oh rekanku
sudah di depan!’ lalu kita berlari lagi menyusul dia. Perbandingan dengan orang berlari ini terasa
tepat. Seperti itulah cara mereka bekerja. Kepemimpinan Amerika terbiasa bekerja cepat untuk
menyelesaikan segala sesuatunya. Bagai orang berlari, mereka tidak akan membiarkan diri
mereka terhenti. Menoleh saja tidak karena takut didahului yang lain. Tahu-tahu negara lain
sudah membuat penemuan baru dan inovasi baru. Mereka tidak akan membiarkan itu terjadi
sehingga kemalasan merupakan musuh utama mereka. Seperti itulah cara mereka bekerja: berlari
sekuat tenaga dan tidak pernah berhenti. Berbeda jauh dengan keadaan Indonesia. Di sini
umumnya kita masih bisa berhenti sebentar untuk beristirahat sebelum berlari lagi, itupun tidak
berlari sekuat tenaga sehingga etos kerja kita yang pemalas membuat Indonesia tidak pernah
berkembang.

4. Penjelasan pada perbedaan budaya dan Motivasi etos kerja pada setiap budaya ada
perbedaan dan persamaan tersebut, Misalnya adanya Penekanan. Kerja sama, spesialisasi
kerja, dan kekeluargaan merupakan penekanan atau fokus dalam usaha untuk mengarahkan,
mengatur orang pada suatu tujuan. Individualime dan sosialisme dan ilmiah ditambah moral
merupakan klasifikasi dari sudut pandang yang berbeda secara universal. Mahluk ekonomis dan
mahluk sosial ditambah religius merupakan klasifikasi berdasar orientasi Hidup manusia. Master
of destiny dan harmonisasi dengan alam merupakan klasifikasi berdasar kemampuan manusia
menaklukkan alam. Pengklasifikasian ini didasari dari perbedaan sudut pandang baik dari segi
diri manusia, manusia dengan alam dan manusia dengan Tuhan. Dan merupakan hasil
perwujudan dari nilai sosial., budaya dan kepercayaan. Manajemen merupakan salah satu
indikator kesuksesan suatu bangsa. Posisi manajemen berada dalam kajian ekonomi mikro.
Seperti kata John Neisbit dalam bukunya mega trend 2000 yang menyatakan bahwa semakin
kuat perekonomian suatu bangsa maka semakin hebat pemain terkecilnya. Itu berarti bahwa
pengusaha dan sistem manajemen dapat berpengaruh besar terhadap perekonomian dan standart
hidup suatu peradaban suatu bangsa. Hal ini merupakan tantangan bagi suatu negara atau bangsa
yang ingin maju.

Manajemen global adalah saktivitas manusia dalam organisasi dengan menggunakan bantuan
sumber-sumber daya dan fasilitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan secara keseluruhan.
Manajer itu adalah orang yang aktif dan bertanggung jawab dalam melakukan tugas-tugas
manajemen untuk mencapai tujuan organisasi. Manajer berfungsi dan berperan mengatur dan
mengalokasikan sumbersumber daya tersebut seoptimal mungkin secara efektif dan efisien
sehingga mencapai produktivitas dan kepuasan bagi semua orang yang bekerjasama dengannya.

organisasi mengelola karyawan dan aktivitas kerja mereka dan akan tergantung pada faktor-
faktor seperti karakteristik karyawan, aktivitas kerja yang terlibat dalam budaya organisasi.
Sebuah gaya manajemen yang sukses efektif harus membangun tim dan mampu memotivasi
karyawan yang ada diorganisasi. Beberapa jenis gaya manajemen : Otokratis Otokratis adalah
gaya manajemen tertua dalam mengelola sekelompok orang untuk menyelesaikan sesuatu. Gaya
manajemen sangat jelas di masa lalu perbudakan di mana hanya master memberikan perintah dan
budak hanya mengikuti. Namun tidak berarti adalah jenis perbudakan manajemen.
Memperhatikan gaya ini apa menunjukkan bahwa selalu ada satu cara komunikasi di mana
komandan memberikan perintah dan mengharapkan untuk dilakukan tanpa pertanyaan. Bahkan
hingga saat ini gaya ini masih ada dan efektif dalam mengelola lingkungan seperti angkatan
bersenjata situasi darurat krisis dan lain-lain.

Manajemen yang tidak ada waktu untuk menunggu umpan balik atau saran dan gaya otokratis
manajemen yang paling efektif. Demokrat Berlawanan dengan gaya manajemen otokratis
tmelaksanakan hanya setelah mendapatkan pendapat masyarakat dan pemerintahan oleh suara
mayoritas. Sebuah contoh yang sangat jelas adalah pemilihan umum suatu negara pemilihan
pejabat tertentu dalam sebuah organisasi masyarakat. Namun gaya manajemen yang demokratis
dapat dan sering diterapkan dalam bisnis ketika manajer membuat keputusan berdasarkan
kesepakatan mayoritas. Namun gaya manajemen biasanya dipandu oleh manajer yang telah
membuat evaluasi tertentu dari solusi yang mungkin dan membiarkan karyawan memilih satu di
antara pilihan terbaik, terutama sukses di Negara-negara industri baru seperti gaya dan
Keunggulan Manajemen Amerika Serikat. Dikenal sebagai negara paling demokratis di dunia,
sebagian besar perusahaan memberikan jalan bagi manajemen dan pekerja untuk bernegosiasi
sebelum dilakukan perjanjian. Kebijakan untuk langsung berhubungan dengan top management
tersedia dan terbuka, namun terbatas. Kendati demikian, dapat dikatakan bahwa Amerika sudah
menerapkan manajemen partisipatif. Keunggulan manajemen negara ini yaitu sosialitas, efesien
dan efektivitas dan profitabilitas
Gaya dan Keunggulan Manajemen Korea Selatan. Myon-Woo Lee dalam bukunya Let s Create
the W Theory : menyarankan pengembangan aspek budaya teknologi dan industri khas ala Korea
Selatan untuk menjadikan Korea Selatan sebagai salah satu adidaya ekonomi di dunia. Budaya
Korea selatan yang menonjolkan aspek kekeluargaan dan aspek solidaritas antar warga.
Solidaritas ini berbetuk solidaritaas antar keluarga dan antar teman atau mitra bisnis. Konsep
orang Korea Selatan dalam berbisnis mirip dengan China : sukses hanya dapat dicapai jika setiap
orang yang terlibat dalam organiasi masing-masing memiliki tujuan yang sama. Dalam kondisi
lingkungan seperti ini para pekerja akan terdorong bekerja lebih keras dan kreatif, sehingga
produktivitas dan tujuan perusahaan dapat tercapai. Karakteritik atau sifat dan sikap ini muncul
dari kesadaran kelompok yang berakar kuat berdasarkan naluri kekeluargaan yang kental. Dalam

budaya Cina, konsep ini dikenal sebagai kemanusiaan, ide sentralnya adalah konfusianisme.
Ajaran Konfusianis memegang asumsi mengenai sifat manusia. Manajer Konfusian memberi
tekanaan mempengaruhi orang melalui kepatuhan moral dalam arti seorang manajer yang
memanajemen dirinya dengan baik maka dia dapat menajemen orang lain. Disini manajer harus
membimbing dan mendidik bawahannya, menghormati dan mempercayai bawahan serta
memperlakukan mereka secara manusiawi. Konsep manajemen gaya Cina sangat dipengaruhi
oleh aspek historis bangsa Cina, sejak abad ke-5 SM, banyak terjadi pergerseran politik dan
sosial yang telah membuat orang Cina memiliki sikap praktis yang keras, yang dapat disarikan
dalam sistem nilai bertahan hidup dalam segala cuaca. Perusahaan Cina baik di Daratan maupun
yang dimiliki pendatang pertama di asia Timur dan Asia tenggara, mulanya membawa sikap
hidup tersebut. Jadi jenjang kendalinya sangat terbatas dan hanya dipercayakan pada sekelompok
kecil orang dalam yang biasanya adalah anggota keluarga terdekat. Bahkan masih ada
perusahaan yang telah bertumbuh menjadi rakasasa cenderung memilih pola organisasi yang
belum matang masyarakat yang mempunyai kandungan saling percaya yang tinggi akan lebih
berhasil ketimbang yang kandungan saling percayanya rendah. 

Anda mungkin juga menyukai