Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BUDAYA ORGANISASI DALAM PENGANTAR MANAJEMEN

Dosen Pengampu :
Dr. Drs. Mashudi, SE., M.M.

Disusun oleh :
Dimas Afrizal Saputra (40011422650333)
Kelas J
PENGANTAR MANAJEMEN DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO
FAKULTAS SEKOLAH VOKASI
PRODI AKUNTANSI PERPAJAKAN
SEMESTER 1
TAHUN AJARAN 2022/2023
1.Bagaimana Proses / Lahirnya Budaya ?
Jawaban:
Budaya dalam organisasi tidak muncul begitu saja, tetapi melalui berbagai tahapan dan
proses yang panjang. Dalam kaitannya dengan proses lahirnya budaya organisasi yang kuat,
tantangan yang dihadapi pengusaha di negara berkembang relatif lebih berat karena budaya
bisnis di lingkungan organisasi lebih banyak digantungkan pada pimpinan tertinggi yang
biasanya adalah pemilik organisasi (pengusaha).
Menurut (Schein, 1992) terbentuknya budaya organisasi melalui beberapa teori antara lain :
o Teori Sociodynamic.
Teori ini mendasarkan pada pengamatan secara detail mengenai kelompok pelatihan dan
kelompok kerja yang mempunyai proses interpersonal dan emosional guna membantu
menjelaskan apa yang dimaksud dengan berbagi terhadap pandangan yang sama dari masalah
dan mengembangkan berbagi setiap individu merasakan bahwa ia termasuk anggota
kelompok organisasi untuk menyelesaikan kembali konflik inti kepentingan kelompok dan
kepentingan individu serta menghilangkan identitas personel dengan keinginan secara
otonomi atau bebas dari kelompok dimana bisa tersisih atau kehilangan sebagai anggota
kelompok.
o Teori Kepemimpinan.
Teori ini tentang proses pembentukan budaya organisasi yang menekankan hubungan antara
pemimpin dengan kelompok anggota organisasi serta pengaruh gaya pemimpin terhadap
formasi kelompok anggota organisasi yang relevan dengan menitikberatkan pada proses
pembentukan budaya organisasi. Tugas gaya kepemimpinan dibedakan dengan kriteria yaitu:
1. Tugas kepemimpinan dan kelompok.
Hal ini menekankan perbedaan antara fungsi kepemimpinan yang berorientasi pada
tugas eksternal dan fungsi yang berorientasi pada kelompok internal.
2. Gaya kepemimpinan dan kelompok.
Terkait dengan hal ini, asumsi pemimpin pendiri organisasi merupakan hubungan
otoritas yang terbentuk dalam kelompok dan keadaan dimana pemimpin dan
anggotanya berinteraksi secara emosional yang akan menentukan tingkat evolusi
kelompok maupun gaya budayanya. Gaya pemimpin terdiri dari gaya paranoid, gaya
pendorong, gaya dramatis, gaya depresif, dan gaya schizoid.
o Teori Pembelajaran Sosial.
Budaya organisasi diciptakan oleh pemimpin dan salah satu fungsi pemimpin yang sangat
menentukan adalah kreasi, manajemen, dan jika perlu bisa mengganti Budaya organisasi
banyak ditentukan oleh pendiri organisasi dimana tindakan pendiri organisasi menjadi inti
budaya awal organisasi. Proses pembentukan budaya ini bisa cepat dan bisa bertahap.

Menurut Robbins (2003) proses pembentukan budaya organisasi dilakukan melalui tiga
cara:
1. Pendiri hanya merekrut dan mempertahankan karyawan yang sepemiikiran dan seperasaan.
2. Mereka melakukan mendoktrinasi dan menyosialisasikan cara berpikir dan berperilaku.
3. Perilaku pendiri bertindak sebagai peran pendorong karyawan untuk mengidentifikasikan
diri
2.Elemen / Unsur Budaya
Jawaban:
Para ahli memiliki pandangan yang berbeda mengenai elemen-elemen yang membentuk
budaya organisasi. Walaupun diidentifikasikan dengan sebutan yang berbeda elemen-elemen
tersebut pada dasarnya masih dalam satu konsep pemahaman yang sama.

Elemen budaya organisasi menurut (Uha, 2013) meliputi :

1.Lingkungan Organisasi
Lingkungan usaha merupakan salah satu elemen yang berpengaruh cukup kuat dalam
pembentukan budaya organisasi (Susanto, 1997). Lingkungan berfungsi sebagai Sumber
daya yang dapat dibedakan menjadi:
o Lingkungan alam yang berfungsi sebagai Sumber Daya Alam (SDM).
Daya dukung sumber daya semakin merosot mendekati nol atau semakin terbatas;
o Sumber Daya Manusia (SDM).
Di negara berkembang, SDM sangat bergantung pada SDA namun pada negara maju
yan terjadi adalah yang sebaliknya;
o Lingkungan buatan yang berfungsi sebagai Sumber Daya Buatan (SDB).
Negara berkembang membentuk SDB dengan susah payah, sedangkan pada negara
maju justru SDB seolah-olah sudah dapat mengembangkan diri sendiri. Yang lebih
penting lagi adalah kebudayaan sangat dipengaruhi oleh SDB.

2.Sistem Nilai
Menurut Danandjaja (1986), nilai adalah pengertian yang dihayati seseorang mengenai apa
yang lebih penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang
lebih benar atau kurang benar.

3. Kepahlawanan
Susanto (1997) menyatakan apabila organisasi ingin membentuk orang yang dapat dijadikan
tokoh panutan, seseorang itu tidak mutlak harus memiliki karisma yang penting harus lebih
merata ke dalam bidang yang cukup kuat di dalam organisasi, misalnya: jajaran dewan
direksi, pemasaran, produksi, personalia. Apabila sumber daya manusia yang andal tersebar
di seluruh organisasi maka dapat mendorong dalam meningkatkan prestasi kerja sesuai
dengan orang yang menjadi panutan di bagian tersebut.

4.Upacara
Dalam kegiatan usaha, setiap organisasi selalu melakukan upacara tertentu, misalnya
menyerahkan penghargaan bagi karyawan yang berprestasi setiap setahun sekali.

5.Jaringan Kultural
Elemen ini secara informal dapat dikatakan sebagai jaringan komunikasi di dalam organisasi
yang dapat dijadikan sebagai “pembawa atau penyebaran” nilai budaya organisasi.

Adapun penggolongan lain dari elemen budaya organisasi menurut (Ernawan, 2011) yaitu :
:
1.Asumsi Dasar
Merupakan tahap kesadaran budaya yang paling dasar dan tidak disadari. Fenomena dan
tanggapan mengenai bagaimana sesuatu masalah yang terlihat dalam organisasi seharusnya
diselesaikan.

2.Nilai
Nilai merupakan apa yang sepatutnya ada dan diamalkan oleh semua individu pada
organisasi.

3.Norma
Norma memberikan panduan kepada individu yang terlibat untuk tahu bagaimana harus
bertindak terhadap sesuatu situasi.

4.Artefak
Artefak adalah hasil manifestasi dari karakteristik budaya yang nyata. Di dalamnya terdapat
tingkah laku, struktur, sistem, prosedur, peraturan, dan aspek fisik yang ada dalam organisasi.

3.Bagaimana Mempertahankan / Menyebarluaskan Budaya


Jawaban:
Robbins (2003) menyatakan bahwa terdapat tiga kekuatan yang merupakan bagian yang
sangat penting dalam mempertahankan budaya organisasi, yaitu:

1.Praktik Seleksi
Tujuan utama dari proses seleksi adalah mengidentifikasi dan mempekerjakan individu-
individu yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan untuk melakukan
pekerjaan dengan sukses di dalam suatu organisasi. Proses seleksi memberikan informasi
kepada para pelamar mengenai organisasi itu.

2.Manajemen Puncak
Melalui apa yang mereka katakan dan bagaimana mereka berperilaku, eksekutif senior
menegakkan norma-norma yang mengalir ke bawah sepanjang organisasi, misalnya apakah
pengambilan risiko diinginkan, berapa banyak kebebasan seharusnya diberikan oleh para
manajer kepada bawahan mereka, pakaian apakah yang pantas dan tindakan apakah akan
dihargai dalam kenaikan upah, promosi, dan ganjaran lain.

3.Sosialisasi
Tidak peduli betapa baik yang telah dilakukan suatu organisasi dalam perekrutan dan seleksi,
karyawan baru tidak sepenuhnya diindoktrinasi dalam budaya organisasi itu. Yang paling
penting, karena para karyawan baru tersebut tidak mengenal baik budaya organisasi yang ada.
Oleh karena itu, organisasi tampaknya akan berpotensi membantu karyawan baru
menyesuaikan diri dengan budayanya. Proses penyesuaian ini disebut sosialisasi.
Sosialisasi dapat dikonsepkan sebagai suatu proses yang terdiri atas tiga tahap yaitu:

o Tahap prakedatangan: yaitu periode pembelajaran di mana proses sosialisasi yang


dilakukan sebelum karyawan baru bergabung dalam organisasi.
o Tahap perjumpaan: yaitu tahap dalam proses sosialisasi di mana karyawan baru
melihat apa yang sesungguhnya organisasi itu dan persimpangan yang mungkin dan
kenyataan yang ada.
o Tahap metamorfosis: yaitu tahap dalam proses sosialisasi di mana karyawan baru
berubah dan menyesuaikan pekerjaan kelompok kerja dan organisasi, produktivitas,
komitmen, dan perputaran karyawan.

4.Mensosialisasikan Budaya kepada Generasi Berikutknya

Sosialisasi merupakan sarana seorang anggota baru untuk mempelajari dan memasuki
budaya yang ada di dalam organisasi. Sosialisasi dapat dikatakan sebagai sarana seorang
anggota baru untuk dapat memasuki budaya organisasi yang baru sehingga orang baru
tersebut dapat diterima sebagai bagian dari organisasi dan budaya organisasi menjadi bagian
dirinya dalam setiap tindakannya selama berada di dalam organisasi tersebut.
Secara fakta proses sosialisasi terhadap budaya organisasi ini bukan proses yang tidak
begitu mudah dilakukan, begitu banyak anggota bar memiliki kesulitan dan bersosialisasi
dengan budaya organisasi. Terdapat tiga tahapan dalam proses sosialisasi yang meliputi

1.Sosialisasi antisipasi (Anticipatory Socialization)


Suatu tahapan yang dimulai dengan seorang individu bergabung dengan organisasi. Proses in
disebut juga proses pembelajaran yang dilakukan sebelum bergabung dengan organisasi.
Dalam tahapan ini seorang pegawai baru berusaha mencari informasi tentang seluk beluk
organisasi yang akan dimasuki dan berandai-andai dengan lingkungan barunya

2. Tahapan Pertemuan (Encounter).


Tahapan yang dimulai saat kontrak pekerjaan ditandatangani. Tahapan ini
dinamakan tahap pertemuan karena individu mulai bertemu dengan nilai-nilai,
keterampilan dan tingkah laku baru yang harus disesuaikan dengan perilaku
organisasi.

3.Tahapan Perubahan dan Pemahaman Bertambah (Acquisition).


Dalam tahapan ini individu mulai menguasai keterampilan, peran dan menyesuaikan diri
dengan nilai dan norma kelompok. Dengan bahasa yang berbeda yaitu metamorphosis yang
mana tahapan ini membawa pegawai baru dapat diterima oleh karyawan senior sebagai
bagian dari organisasi. Pegawai bar mulai dapat bekerja secara maksimal dan tingkat stress
mulai menurun bila dibandingkan dengan tahapan encounter.

Sementara Jerald Grrenberg (2003) menunjukkan beberapa cara penyebaran atau


sosialisasi budaya organisasi, yaitu:

1.Simbol, adalah suatu obyek yang dapat mengatakan lebih banyak dari pada apa yang
terlihat oleh mata.

2.Slogan, adalah ungkapan yang menangkap dan mengkomunikasikan aspek penting


dari budaya organisasi baik kepada masyarakat maupun anggota organisasi.

3.Cerita, disampaikan secara formal maupun informal dan menggambarkan aspek kunci
budaya organisasi dengan member tahu mereka secara efektif tentang nilai-nilai
kepada pekerja.

4.Jargon, bahasa khusus yang digunakan sehari-hari dan membantu melanjutkan budaya
yang ada.

5.Upacara, upacara dapat dilihat sebagai peringatan atau perayaan nilai-nilai dasar
asumsi organisasi.

6.Pernyataan tentang dasar, yaitu mendefinisikan budaya dalam bentuk tertulis.

Salah satu tujuan sosialisasi adalah memperkenalkan nilai-nilai budaya organisasi


secara total sehingga diharapkan karyawan akan berperilaku sesuai dengan budaya
organisasi. Proses sosialisasi budaya membutuhkan waktu lama di samping juga memerlukan
perhatian serius. Program sosialisasi pada akhirnya diharapkan mampu memberikan
gambaran yang tepat kepada karyawan tentang lingkungan pekerjaan dan budaya organisasi
tempatnya bekerja.
Untuk menciptakan proses sosialisasi yang benar, diperlukan keterlibatan karyawan,
organisasi itu sendiri, dan pemimpin yang dapat memberikan dukungan serta melakukan
koordinasi yang tepat selama proses sosialisasi.

Anda mungkin juga menyukai