Sehuburqan dengan pelaksanaan Kongree Luar Biasa ll@n Notaris tndonesia -'-'
yang akan dlsehnggnrakan pada tanggal 15 Juni 2A22 di Riau, terbmpir bersama ini lomi
sampailon Rarrcargan Perubahan Kode Etik Noftaris prq disusun dan direrciapkan ebh Tim
AdHoc Perubahan Kodd Etik lrlotaris (tim farg dibentuk hrdasarkan kryrfirsan Rapat Pleno
Pengurus Pusat Yang Diperluas yang diadakan di Batu-Jawa Timur pada tanggal 16-17
November 2021) yarg zudah diberi tambahan catatan dari PP-INI dalam beberapa pasl.
Rancangan Perubahan Kode Etik Notaris telah kami terima dari Tim AdHoc Perubahan Kode
Etik Notaris @a tanggal ll
April 2022 nrelalui surat Niornor: 0lFtimAdHocKEN-INVIVl}AZz
tanggal 11 April ?022 (sebagainrana Hampir).
Hormat kami,
ARIS INDONESIA
W?
PENGUR.US PUSAT
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Kode Etik Notaris ini yang dimaksud dengan :
1. Ikatan Notaris Indonesia (disingkat INI untuk selanjutnya disebut
Perkumpulan) adalah perkumpulan/organisasi bagi para notaris,
yang didirikan sejak tanggal 1 Juli 1908, dan diakui sebagai badan
hukum (rechtspersoon) berdasarkan gouvernements besluit
(penetapan pemerintah) tanggal 5 September 1908 Nomor 9, serta
merupakan satu-satunya wadah pemersatu bagi semua dan setiap
orang yang memangku dan menjalankan tugas jabatan sebagai
pejabat umum di Indonesia, sebagaimana telah diakui dan
mendapat pengesahan dari pemerintah berdasarkan anggaran dasar
perkumpulan notaris yang telah ditetapkan oleh Menteri
Kenotarisan pada tanggal 4 Desember 1958, Nomor J.A.5/117/6
dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 6
Maret 1959 Nomor 19, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
Nomor 6, dan perubahan anggaran dasar yang terakhir telah
mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan tanggal tanggal
25 Januari 2017 Nomor AHU-0000046.AH.01.08.Tahun 2017, oleh
karena itu sebagai dan merupakan organisasi Notaris sebagaimana
yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004
tentang Jabatan Notaris yang diundangkan berdasarkan Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432 serta mulai
berlaku pada tanggal 6 Oktober2004, sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris yang telah diundangkan dalam Lembaran Negara Tahun
2014 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5491.
Hal 3 dari 34
BAB II
RUANG LINGKUP KODE ETIK
Pasal 2
Ruang lingkup Kode Etik Notaris ini meliputi pengaturan mengenai Etika
Notaris dalam berperilaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka
11 Kode Etik yang berlaku sebagai pedoman bagi seluruh anggota
Perkumpulan maupun setiap orang yang memangku dan menjalankan
tugas jabatan sebagai Notaris, baik dalam pelaksanaan jabatan maupun
dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III
ETIKA NOTARIS
Pasal 3
Etika Notaris terdiri atas:
a. etika kepribadian Notaris;
b. etika pelayanan terhadap klien;
c. etika hubungan sesama rekan Notaris;
d. etika hubungan dengan organisasi Notaris;dan
e. etika hubungan dengan masyarakat.
BAB IV
ETIKA KEPRIBADIAN NOTARIS
Pasal 4
Etika kepribadian Notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a,
memuat tentang Kewajiban bagi anggota Perkumpulan maupun setiap
orang yang memangku dan menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris,
yaitu:
a. wajib patuh dan setia kepada Negara Republik Indonesia, Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945;
b. wajib taat kepada hukum, sumpah jabatan, dan KodeEtik;
c. wajib memiliki moral, akhlak serta kepribadian yangbaik;
d. wajib menjaga harkat martabat jabatan Notaris;
e. wajib memiliki sikap amanah dan bertanggungjawab;
f. wajib memiliki sikap jujur dan berintegritas;
g. wajib memiliki sikap saksama;
h. wajib memiliki sikap mandiri;
Hal 6 dari 34
Pasal 5
(1) Kewajiban menjaga harkat martabat jabatan Notaris sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf d, memiliki makna yaitu bahwa pada
diri manusia melekat martabat dan kehormatan yang harus dijaga
oleh setiap orang, dimana prinsip menjaga harga diri Notaris akan
mendorong serta membentuk pribadi yang kuat dan tangguh,
sehingga terbentuk pribadi yang senantiasa menjaga kehormatan
dan martabat jabatan Notaris.
(2) Kewajiban menjaga harkat martabat jabatan Notaris sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) di atas, dilaksanakan oleh Notaris dengan
mematuhi kewajiban dan menjauhi larangan adalah sebagai
berikut:
a. Kewajiban:
1. Wajib menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan
kantor tersebut merupakan satu-satunya kantor bagi
Notaris yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas
jabatan setiaphari;
2. Wajib memasang 1 (satu) papan nama di depan/di
lingkungan kantornya dengan pilihan ukuran yaitu 100 cm
x 40 cm, 150 cm x 60 cm atau 200 cm x 80 cm,
yangmemuat:
a) Nama lengkap dan gelar yang sah, sesuai dengan surat
keputusan pengangkatan dan/atau perubahannya;
b) Tanggal dan nomor surat keputusan pengangkatan
Notaris;
c) Tempatkedudukan;
d) Alamat kantor dan nomor telepon/email;dan
e) Dasar papan nama berwarna putih dengan huruf
berwarna hitam dan tulisan di atas papan nama harus
jelas dan mudah dibaca. kecuali di lingkungan kantor
tersebut tidak dimungkinkan untuk pemasangan papan
namadimaksud.
3. Wajib membuat akta dalam jumlah batas kewajaran untuk
menjalankan peraturan perundang-undangan, khususnya
tentang jabatan Notaris dan Kode Etik;dan
4. Wajib berbusana yang sesuai dengan norma kesopanan,
kepatutan dan kesusilaan.
b. Larangan:
Hal 7 dari 34
selaku Notaris;
d. mempunyai/memiliki website sebagai sarana untuk
menyebarkan informasi dan ilmu pengetahuan kenotariatan
kepada masyarakat;dan
e. mencantumkan nama dan jabatannya dalam status pribadi pada
media sosial.
Catatan PP-INI: termasuk nama akun media social
Pasal 6
(1) Kewajiban memiliki sikap amanah dan bertanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e, memiliki makna
yaitu:
a. ketaatan pada norma atau kaidah yang diyakini sebagai
panggilan jiwa untuk mengemban tugas kepercayaan
masyarakat, untuk mendorong terbentuknya pribadi yang tertib
di dalam melaksanakan tugas, ikhlas dalam pengabdian dan
berusaha untuk menjadi teladan dalam lingkungannya, serta
tidak menyalahgunakan wewenang yang dipercayakan
kepadanya; dan
b. kesediaan untuk melaksanakan sebaik-baiknya segala sesuatu
yang menjadi wewenang dan tugasnya, serta memiliki keberanian
untuk menanggung segala akibat atas pelaksanaan wewenang
dan tugasnya tersebut.
(2) Kewajiban memiliki sikap amanah dan bertanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atas, dilaksanakan oleh
Notaris dengan mematuhi kewajiban dan menjauhi larangan adalah
sebagai berikut:
a. Kewajiban:
1. wajib merahasiakan isi akta berikut surat yang melekat
didalamnya serta keterangan yang diperoleh dalam
pembuatan akta;
2. wajib menghormati hak para pihak dalam proses
pembuatan akta dan berusaha mewujudkan keadilan bagi
para pihak; dan
3. wajib membantu para pihak dan berusaha mengatasi
persoalan hukum di bidang hukum perdata untuk
mewujudkan penyelesaian secara damai sesuai dengan
Hal 10 dari 34
Pasal 7
(1) Kewajiban memiliki sikap jujur dan berintegritas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf f, memiliki makna yaitu:
a. sikap berani menyatakan bahwa yang benar adalah benar dan
yang salah adalah salah, sehingga mendorong terbentuknya
pribadi yang kuat;
b. sikap dan kepribadian yang jujur secara utuh adanya
kesesuaian antara tindakan dengan kata ucapannya, dan
dengan kata hatinya serta berpegang teguh pada nilai atau
norma yang berlaku dalam melaksanakan profesi;dan
c. sikap yang berani menolak segala bentuk intervensi, dengan
mengedepankan tuntutan hati nurani untuk menegakkan
kebenaran dan keadilan serta selalu berusaha melakukan tugas
dengan cara terbaik untuk mencapai tujuan terbaik.
(2) Kewajiban memiliki sikap jujur dan berintegritas sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) di atas, dilaksanakanoleh Notaris dengan
mematuhi kewajiban dan menjauhi larangan adalah sebagai
berikut:
a. Kewajiban:
1. wajib berperilaku jujur dan menghindari perbuatan yang
tercela agar terjaga kepercayaan para pihak kepada Notaris;
2. wajib menghindari hubungan, secara langsung maupun
tidak langsung dengan pihak dalam suatu perkara korupsi,
pencucian uang, narkoba dan/atau terorisme yang sedang
diperiksa oleh aparat penegak hukum;dan
3. wajib bersikap terbuka dan memberikan informasi
mengenai kepentingan pribadi yang menunjukkan
Hal 11 dari 34
Pasal 8
(1) Kewajiban memiliki sikap saksama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf g, memiliki makna yaitu memiliki sikap cermat, teliti,
berhati-hati dan sungguh-sungguh dalam memperhatikan,
menyimak, mengamati atau mengerjakan sesuatu agar tidak terjadi
kesalahan.
(2) Kewajiban memiliki sikap saksama sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) di atas, dilaksanakan oleh Notaris dengan mematuhi
kewajiban dan menjauhi larangan adalah sebagai berikut:
Kewajiban:
a. Wajib memahami dan mendalami serta melaksanakan tugas
pokok sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, khususnya hukum perdata dan hukum kenotariatan,
agar dapat menerapkan hukum secara benar, cermat dan tepat
baik mengenai proseduralnya maupun substansialnya dalam
membuat akta, sehingga dapat memberi perlindungan hukum
dan kepastian hukum atas hak keperdataan setiap orang yang
dilayani;
Pasal 9
(1) Kewajiban memiliki sikap mandiri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf h, memiliki makna yaitu sikap yang mampu
bertindak sendiri, bebas dari campur tangan siapapun dan bebas
dari pengaruh apapun, dengan berpegang teguh pada prinsip nilai
dan keyakinan atas kebenaran sesuai tuntutan moral dan
ketentuan hukum yang berlaku.
(2) Kewajiban memiliki sikap mandiri sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) di atas, dilaksanakan oleh Notaris dengan mematuhi
kewajiban dan menjauhi larangan adalah sebagai berikut:
Kewajiban :
Wajib menjalankan jabatan profesinya secara ma ndiri dan bebas
dari pengaruh, tekanan, ancaman atau bujukan, baik yang bersifat
langsung maupun tidak langsung dari pihak manapun dan yang
berpotensi mengancam kemandirian (independensi) Notaris guna
menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga Notaris.
Larangan:
Dilarang menerima janji, pemberian, atau manfaat lainnya yang
bersifat rutin atau terus-menerus dari orang perorangan dan/atau
badan usaha, yang dapat mempengaruhi kemandirian pelaksanaan
jabatan Notaris;
Pasal 10
(1) Kewajiban memiliki sikap adil dan tidak berpihak, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf i, memiliki makna yaitu:
a. menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan yang
menjadi haknya;dan
b. menempatkan semua orang sama kedudukannya di depan
hukum, dengan memberikan perlakuan yang sama terhadap
setiap orang, oleh karenanya, seseorang yang menjalankan
profesi Notaris wajib memikul tanggung jawab dalam memberi
perlindungan hukum dan kepastian hukum atas haknya bagi
para pihak yang bertransaksi dihadapan Notaris.
(2) Kewajiban memiliki sikap adil dan tidak berpihak, sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) di atas, dilaksanakan oleh Notaris dengan
mematuhi kewajiban dan menjauhi larangan adalah sebagai
berikut:
a. Kewajiban:
1. Wajib memberi kesempatan yang sama kepada klien untuk
menyampaikan kehendaknya secara bebas untuk
diformulasikan perbuatan hukumnya sedemikian rupa
Hal 13 dari 34
Pasal 11
(1) Kewajiban memiliki sikap profesional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf j, memiliki maknayaitu:
Pasal 12
(1) Bersikap bijaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf k,
memiliki makna yaitu:
Pasal 13
(1) Bersikap rendah hati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
l, memiliki makna yaitu:
a. sikap yang lahir dari kesadaran akan keterbatasan kemampuan
diri, jauh dari kesempurnaan dan terhindar dari sikap
keangkuhan;dan
b. sikap yang mendorong membuka diri untuk terus belajar,
menghargai pendapat orang lain, menumbuh kembangkan
sikap tenggang rasa, serta mewujudkan kesederhanaan, penuh
rasa syukur dan ikhlas di dalam mengemban tugas.
(2) Bersikap rendah hati sebagaimana pada ayat (1), dilaksanakan oleh
Notaris dengan mematuhi kewajiban dan menjauhi larangan adalah
sebagai berikut:
Kewajiban:
wajib yaitu wajib melaksanakan pekerjaan profesinya sebagai
sebuah pengabdian yang tulus, dan bukan semata-mata sebagai
mata pencaharian dalam lapangan kerja untuk mendapat
penghasilan materi, melainkan sebuah amanat yang akan
Hal 15 dari 34
BAB V
Pasal 14
Etika pelayanan terhadap klien sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf b, memuat tentang Kewajiban dan Larangan bagi anggota
Perkumpulan maupun setiap orang yang memangku dan menjalankan
tugas jabatan sebagai Notaris, yaitu:
a. Kewajiban:
1. wajib menghindari situasi yang dapat menimbulkan sikap
keberpihakan, dalam hubungan pribadinya dengan salah satu
pihak dalam akta; dan
2. wajib terbebas dari pengaruh keluarga dan pihak ketiga lainnya,
dalam menjalankan tugas jabatan profesinya.
b. Larangan:
1. dilarang berusaha dengan jalan apapun, agar seseorang
berpindah dari Notaris lain kepadanya, baik upaya itu
ditujukan langsung kepada klien yang bersangkutan maupun
melalui perantaraan orang lain, termasuk mengambil alih
pekerjaan yang sudah ditangani oleh Notaris lain;
2. dilarang melakukan pemaksaan kepada klien dengan cara
menahan dokumen yang telah diserahkan dan/atau melakukan
tekanan psikologis dengan maksud agar klien tersebut tetap
membuat akta padanya;
3. dilarang membuat akta di mana anggota keluarga Notaris yang
bersangkutan bertindak sebagai pihak dalam akta;
4. dilarang mengizinkan tempat kedudukan/kantornya digunakan
oleh seorang anggota suatu profesi hukum lainnya untuk
menerima klien atau menerima anggota lainnya dari profesi
hukum tersebut yang dilarang rangkap jabatan dengan Notaris;
5. Dilarang menggunakan wibawa jabatan Notaris dengan
kewenangannya yang diberi oleh peraturan perundang-
undangan untuk tujuan mendapat keuntungan dirinya
Hal 16 dari 34
BAB VI
ETIKA HUBUNGAN SESAMA REKAN NOTARIS
Pasal 15
Etika hubungan sesama rekan Notaris sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf c, memuat tentang Kewajiban dan Larangan bagi anggota
Perkumpulan maupun setiap orang yang memangku dan menjalankan
tugas jabatan sebagai Notaris, yaitu:
a. Kewajiban:
1. wajib saling menjaga dan membela kehormatan dan nama
baik korps Notaris atas dasar rasa solidaritas dan sikap tolong
menolong;
2. wajib membayar uang duka untuk membantu ahli waris rekan
sejawat yang meninggal dunia;
3. wajib menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan
dalam melaksanakan tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari
serta saling memperlakukan rekan sejawat secara baik, saling
menghormati, saling menghargai, saling membantu serta
selalu berusaha menjalin komunikasi dan tali silaturahim,
termasuk namun tidak terbatas dalam berinteraksi di media
sosial;
4. wajib mematuhi ketentuan Peraturan Perkumpulan dalam
memberikan keterangan ahli di bidang kenotariatan terkait
proses penyidikan atau peradilan;dan
Hal 17 dari 34
BAB VII
ETIKA HUBUNGAN DENGAN ORGANISASI NOTARIS
Pasal 16
BAB VIII
ETIKA HUBUNGAN DENGAN MASYARAKAT
Pasal 17
(1) Etika hubungan dengan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf e, memuat tentang Kewajiban dan Larangan bagi
anggota Perkumpulan maupun setiap orang yang memangku dan
menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, yaitu:
a. Kewajiban:
1. Wajib memberikan pelayanan jasa hukum dibidang
kenotariatan kepada masyarakat, yang berkaitan dalam
pembuatan akta otentik dan kewenangan lainnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan terkait jabatan
Notaris dengan mengutamakan pengabdian kepada
kepentingan masyarakat dan negara.
2. Wajib memberikan penjelasan, Pendapat atau keterangan
kepada publik yang berkaitan dengan peranan, tugas, dan
wewenang Notaris dalam memberikan kepastian dan
perlindungan hukum atas hak keperdataan setiap anggota
masyarakat yang bertransaksi di hadapan Notaris.
b. Larangan:
1. Dilarang memberikan keterangan, pendapat, komentar,
kritik atau pembenaran secara terbuka kepada masyarakat
atas isi akta yang dibuat oleh Notaris lain dan kehidupan
pribadi/privasi Notaris lain;dan
2. Dilarang memberi keterangan, pendapat, komentar, kritik
atau pembenaran secara terbuka kepada masyarakat
dengan tulisan, ucapan, dan tindakan atas permasalahan
hukum yang dihadapi Notaris lain, kecuali dalam sebuah
Hal 19 dari 34
BAB IX
DEWAN KEHORMATAN
Bagian Kesatu
Susunan Organisasi
Pasal 18
(1) Dalam rangka melakukan pembinaan dan penegakan Kode Etik
terhadap anggota Perkumpulan dan setiap orang yang memangku
dan menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, dibentuk
DewanKehormatan.
(2) Dewan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiriatas:
a. Dewan Kehormatan Pusat pada tingkat nasional yang
berkedudukan di DKI Jakarta;
b. Dewan Kehormatan Wilayah pada tingkat provinsi yang
berkedudukan di ibukota provinsi;dan
c. Dewan Kehormatan Daerah pada tingkat kabupaten/kota yang
berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota.
Pasal 19
Dewan Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, dibentuk
berdasarkan Rapat Anggota dengan masa jabatan adalah 3 (tiga) tahun
dan dapat diangkat kembali.
Pasal 20
(1) Anggota Dewan Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18,
terdiri atas:
a. Dewan Kehormatan Pusat pada tingkat nasional
beranggotakan 7 (tujuh) orang;
b. Dewan Kehormatan Wilayah pada tingkat provinsi
beranggotakan 5 (lima) orang;dan
c. Dewan Kehormatan Daerah pada tingkat kabupaten/kota
beranggotakan 3 (tiga) orang.
(2) Dewan Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam ayar (1) di atas,
terdiri atas:
Hal 20 dari 34
Bagian Kedua
Wewenang dan Tugas
Pasal 21
BAB X
TATA CARA PENEGAKAN KODE ETIK
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 22
Penegakan Kode Etik dilaksanakan Dewan Kehormatan sesuai wilayah
kewenangannya, dengan melakukan penerimaan, pemeriksaan dan
memutus perkara atas laporan dugaan Pelanggaran Perilaku sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 11 oleh anggota Perkumpulan atau setiap
orang yang memangku dan menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris
terhadap Kode Etik Notaris, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga,
Peraturan/Keputusan Perkumpulan.
Bagian Kedua
Pelaporan
Pasal 23
Bagian Kedua
Dewan Kehormatan Daerah
Paragraf 1
Pencatatan dan Verifikasi Administrasi Laporan
Pasal 24
(1) Laporan beserta bukti pendukung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2) diinventaris dan dicatatat oleh Dewan Kehormatan
Daerah ke dalam dokumen surat masuk.
(2) Jika laporan yang disampaikan tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, maka laporan
dikembalikan kepada Pelapor dan/atau kuasanya untuk dilengkapi.
(3) Dalam hal laporan disampaikan melalui pos atau jasa ekspedisi,
pengembalian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan secara tertulis kepada Pelapor atau kuasanya dengan
disertai alasan pengembalian.
(4) Jika laporan telah dinyatakan lengkap, maka Dewan Kehormatan
Daerah menyelenggarakan gelar perkara.
Paragraf 2
Gelar Perkara
Pasal 25
(1) Dewan Kehormatan Daerah menyelenggarakan gelar perkara paling
lambat 7 (tujuh) Hari sejak laporan memenuhi syarat administrasi.
(2) Gelar perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihadiri oleh
seluruh anggota Dewan Kehormatan Daerah dalam rangka
pemeriksaan substansi laporan perkara.
Hal 23 dari 34
(3) Dalam gelar perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap
anggota Dewan Kehormatan Daerah memberikan pendapat dan
memutuskan perkara dimaksud ditolak atau dilanjutkan ke tahap
pemeriksaan.
(4) Jika laporan dinyatakan ditolak, maka Dewan Kehormatan Daerah
menyampaikan secara tertulis atau melalui surat elektronik kepada
Pelapor disertai dengan alasan penolakan antara lain dapat berupa :
a. Pelapor tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing)
untuk melaporkan laporan; dan/atau
b. laporan Pelapor tidak memenuhi persyaratan laporan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) sampai dengan
ayat (5).
(5) Jika laporan dinyatakan diterima, maka Dewan Kehormatan Daerah
mencatat laporan Pelapor ke dalam dokumen register perkara
memuat paling sedikit :
a. nomor dan tanggal register perkara;
b. nomor dan tanggal surat laporan;
c. nama Pelapor dan Terlapor;
d. lampiran bukti pendukung laporan; dan
e. jadwal sidang pemeriksaan.
Paragraf 2
Pemanggilan dan Pemeriksaan
Pasal 26
(1) Dewan Kehormatan Daerah melakukan pemanggilan Pelapor dan
Terlapor paling lambat 5 (lima) Hari sebelum sidang.
(2) Jika Terlapor setelah dipanggil secara sah dan patut, tidak hadir
maka dilakukan pemanggilan kedua, dan jika tetap tidak hadir
maka pemeriksaan dilakukan tanpa kehadiran Terlapor.
(3) Bila Pelapor setelah dipanggil secara sah dan patut tidak hadir,
maka dilakukan pemanggilan ketiga, dan apabila Pelapor tetap
tidak hadir maka Dewan Kehormatan Daerah menyatakan secara
tertulis kepada Pelapor bahwa laporan gugur dan tidak dapat
diajukan lagi.
Hal 24 dari 34
Pasal 27
(1) Sidang pemeriksaan Pelapor dan Terlapor dilaksanakan paling
lambat 14 (empatbelas) Hari sejak Pelaporan diregister perkara.
(2) Sidang pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat
rahasia dan tertutup untuk umum.
(3) Sidang pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan denganketentuan:
a. pembacaan laporan dan meminta keterangan Pelapor, yaitu
dengan meminta konfirmasi Pelapor untuk memperjelas laporan
pengaduan adanya dugaan Pelanggaran, disertai bukti yang
dapat dipertanggungjawabkan;
b. memberikan kesempatan kepada Terlapor untuk melakukan
pembelaan diri atau tanggapan mengenai indikasi dugaan
Pelanggaran;dan
c. Pelapor dan Terlapor dalam sidang pemeriksaan dapat
mengajukan bukti tambahan dan/atau saksi untuk mendukung
dalil yang diajukan, dengan persetujuan Dewan Kehormatan
Daerah.
(4) Setiap keterangan Pelapor dan Terlapor serta hasil dalam sidang
pemeriksaan dicatat untuk dituangkan dalam berita acara
pemeriksaan.
Paragraf 3
Putusan
Pasal 28
(1) Putusan Dewan Kehormatan Daerah disusun dan dibacakan dalam
sidang putusan paling lambat 60 (enam puluh) Hari sejak laporan
Pelapor diregister perkara Dewan Kehormatan Daerah.
(2) Sidang putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bersifat
tertutup untuk umum.
(3) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat alasan dan
pertimbangan yang dijadikan dasar untuk menjatuhkan putusan,
dan ditandatangani oleh Dewan Kehormatan Daerah.
(4) Jika diantara anggota Dewan Kehormatan Daerah tidak tercapai
mufakat maka keputusan diambil dengan suara terbanyak dan
perbedaan pendapat di antara sesama anggota Dewan Kehormatan
Daerah tersebut dimuat dalam putusan.
(5) Jika hasil pemeriksaan ternyata laporan tidak dapat dibuktikan,
maka Dewan Kehormatan Daerah memutuskan laporan Pelapor
ditolak.
Hal 25 dari 34
Paragraf 4
Upaya Hukum
Pasal 29
(1) Pelapor atau Terlapor yang keberatan atas putusan Dewan
Kehormatan Daerah berhak menyatakan upaya banding kepada
Dewan Kehormatan Daerah, paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak:
a. putusan dibacakan, bila hadir dalam pembacaan putusan; atau
b. surat putusan diterima Pelapor/Terlapor, bila tidak hadir dalam
pembacaan putusan.
(2) Dewan Kehormatan Daerah menolak upaya banding atas putusan
berupa sanksi peringatan.
(3) Pembanding wajib menyampaikan memori banding kepada Dewan
Kehormatan Daerah, paling lambat 14 (empat belas) Hari sejak
banding dinyatakan, jika pembanding tidak menyampaikan memori
banding dalam jangka waktu tersebut, maka upaya banding
dianggap gugur.
(4) Dewan Kehormatan Daerah menyampaikan memori banding kepada
terbanding, paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak memori banding
pembanding diterima oleh Dewan Kehormatan Daerah.
(5) Terbanding wajib menyampaikan kontra memori banding, paling
lambat 14 (empat belas) Hari sejak memori banding diterima oleh
terbanding, jika terbanding tidak menyampaikan kontra memori
banding dalam jangka waktu tersebut, maka upaya banding tetap
dilanjutkan.
(6) Memori banding sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan kontra
Hal 26 dari 34
Paragraf 1
Pasal 30
(1) Berkas laporan perkara dan salinan putusan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (7) diinventaris dan dicatat oleh
Dewan Kehormatan Wilayah ke dalam dokumen surat masuk.
(2) Berkas laporan perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. Memori banding;
b. kontra memori banding (jika disampaikan);dan
c. bukti pendukung.
(3) Dalam hal berkas laporan perkara tidak memenuhi ketentuan
waktu dan ketentuan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
29 maka Dewan Kehormatan Wilayah menyampaikan penolakan
secara tertulis kepada pembanding disertai alasan penolakan,
dengan tembusan kepada terbanding dan Dewan Kehormatan
Daerah.
(4) Jika berkas laporan perkara telah dinyatakan lengkap, maka Dewan
Kehormatan Wilayah, menyelenggarakan gelar perkara.
Paragraf 2
Gelar Perkara
Pasal 31
(1) Dewan Kehormatan Wilayah menyelenggarakan gelar perkara paling
lambat 7 (tujuh) Hari sejak berkas laporan perkara dan salinan
putusan diterima Dewan Kehormatan Wilayah.
(2) Gelar perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihadiri oleh
seluruh anggota Dewan Kehormatan Wilayah dalam rangka
pemeriksaan substansi berkas laporan perkara banding.
Hal 27 dari 34
(3) Dalam gelar perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap
anggota Dewan Kehormatan Wilayah memberikan pendapat dan
memutus perkara dimaksud ditolak atau dilanjutkan ke tahap
pemeriksaan.
(4) Jika berkas laporan perkara dinyatakan ditolak, maka Dewan
Kehormatan Wilayah menyampaikan secara tertulis kepada
pembanding disertai dengan alasan penolakan, antara lain dapat
berupa :
a. pembanding tidak memiliki kedudukan hukum (legal
standing);dan/atau
b. upaya banding tidak memenuhi persyaratan upaya hukum
sebagaimana ketentuan dalam Pasal 29.
(5) Jika laporan dinyatakan diterima, maka Dewan Kehormatan
Wilayah mencatat berkas laporan perkara ke dalam dokumen
register perkara, memuat paling sedikit:
Paragraf 3
Pemanggilan dan Pemeriksaan
Pasal 32
(1) Dewan Kehormatan Wilayah melakukan pemanggilan pembanding
dan terbanding paling lambat 5 (lima) Hari sebelum sidang.
(2) Jika terbanding setelah dipanggil secara sah dan patut, tidak hadir
maka dilakukan pemanggilan kedua, dan jika tetap tidak hadir
maka pemeriksaan dilakukan tanpa kehadiran terbanding.
(3) Bila pembanding setelah dipanggil secara sah dan patut tidak hadir,
maka dilakukan pemanggilan ketiga, dan apabila Pelapor tetap
tidak hadir maka Dewan Kehormatan Wilayah menyatakan secara
tertulis kepada pembanding bahwa upaya banding gugur dan tidak
dapat diajukan lagi.
Pasal 33
(1) Sidang pemeriksaan pembanding dan terbanding dilaksanakan
paling lambat 14 (empatbelas) Hari sejak Pengajuan banding
diregister Perkara.
(2) Sidang pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat
rahasia dan tertutup untuk umum.
Hal 28 dari 34
Paragraf 4
Putusan
Pasal 34
(1) Putusan Dewan Kehormatan Wilayah disusun dan dibacakan dalam
sidang putusan paling lambat 60 (enam puluh) Hari sejak berkas
laporan perkara diterima Dewan Kehormatan Wilayah.
(2) Sidang putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bersifat
tertutup untuk umum.
(3) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat alasan dan
pertimbangan yang dijadikan dasar untuk menjatuhkan putusan,
dan ditandatangani oleh Dewan Kehormatan Wilayah.
(4) Jika diantara anggota Dewan Kehormatan Wilayah tidak tercapai
mufakat maka keputusan diambil dengan suara terbanyak dan
perbedaan pendapat di antara sesama anggota Dewan Kehormatan
Wilayah tersebut dimuat dalam putusan.
(5) Jika hasil pemeriksaan ternyata permohonan banding tidak dapat
dibuktikan, maka Dewan Kehormatan Wilayah memutuskan
banding ditolak.
(6) Jika hasil pemeriksaan ternyata permohonan banding dapat
dibuktikan, maka Dewan Kehormatan Wilayah dapat memutuskan:
a. menguatkan putusan Dewan Kehormatan Daerah;atau
b. membatalkan/merevisi putusan Dewan Kehormatan Daerah.
Paragraf 5
Upaya Banding Final
Pasal 35
(1) Pelapor atau Terlapor yang keberatan atas putusan Dewan
Kehormatan Wilayah berhak menyatakan upaya banding final
kepada Dewan Kehormatan Wilayah, paling lambat 7 (tujuh) Hari
sejak:
a. putusan dibacakan, bila hadir dalam pembacaan putusan
banding; atau
b. surat putusan banding diterima pembanding/terbanding, bila
tidak hadir dalam pembacaan putusan.
(2) Dewan Kehormatan Wilayah menolak upaya banding final atas
putusan berupa sanksi peringatan.
(3) Pembanding wajib menyampaikan memori banding final kepada
Dewan Kehormatan Wilayah, paling lambat 14 (empat belas) Hari
sejak banding final dinyatakan, jika pembanding tidak
menyampaikan memori banding final dalam jangka waktu tersebut,
maka upaya banding final dianggap gugur.
(4) Dewan Kehormatan Wilayah menyampaikan memori banding final
kepada terbanding, paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak memori
banding pembanding diterima oleh Dewan Kehormatan Wilayah.
(5) Terbanding wajib menyampaikan kontra memori banding final,
paling lambat 14 (empat belas) Hari sejak memori banding final
diterima oleh terbanding, jika terbanding tidak menyampaikan
kontra memori banding final dalam jangka waktu tersebut, maka
upaya banding final tetap dilanjutkan.
(6) Memori banding final sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
kontra memori banding final sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
yang disampaikan dapat disertai dengan bukti baru yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Bagian Keempat
Dewan Kehormatan Pusat
Paragraf 1
Verifikasi Berkas Banding Final
Hal 30 dari 34
Pasal 36
(1) Berkas laporan perkara banding dan salinan putusan banding
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (7) diinventaris dan
dicatat oleh Dewan Kehormatan Pusat ke dalam dokumen surat
masuk.
(2) Berkas laporan perkara banding sebagaimana dimaksud pada ayat
(1),meliputi:
a. memori bandingfinal;
b. kontra memori banding final (jika disampaikan);dan
c. buktipendukung.
(3) Dalam hal berkas laporan perkara banding final tidak memenuhi
ketentuan waktu dan ketentuan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 maka Dewan Kehormatan Pusat menyampaikan
penolakan secara tertulis atau melalui surat elektronik kepada
pembanding disertai alasan penolakan, dengan tembusan kepada
terbanding dan Dewan Kehormatan Wilayah.
(4) Jika berkas laporan perkara banding final telah dinyatakan
lengkap, maka Dewan Kehormatan Pusat mencatat ke dalam
dokumen register perkara, memuat paling sedikit:
a. nomor dan tanggal register perkara bandingfinal;
b. dokumen memori banding final dan kontra memori
bandingfinal;
c. nama pembanding dan terbanding;
d. lampiran bukti pendukung;
e. jadwal sidang pemeriksaan;
Paragraf 3
Pasal 37
(1) Dewan Kehormatan Pusat melakukan pemanggilan pembanding
dan terbanding paling lambat 5 (lima) Hari sebelum sidang.
(2) Jika terbanding setelah dipanggil secara sah dan patut, tidak hadir
maka dilakukan pemanggilan kedua, dan jika tetap tidak hadir
maka pemeriksaan dilakukan tanpa kehadiran terbanding.
(3) Bila pembanding setelah dipanggil secara sah dan patut tidak hadir,
maka dilakukan pemanggilan ketiga, dan apabila Pelapor tetap
tidak hadir maka Dewan Kehormatan Wilayah menyatakan secara
tertulis kepada pembanding bahwa upaya banding gugur dan tidak
dapat diajukan lagi.
Hal 31 dari 34
Pasal 38
(1) Sidang pemeriksaan pembanding dan terbanding dilaksanakan
paling lambat 14 (empatbelas) Hari sejak berkas laporan perkara
banding final dicatat dalam dokumen register perkara.
Paragraf 4
Putusan
Pasal 39
(1) Putusan Dewan Kehormatan Pusat disusun dan dibacakan dalam
sidang putusan paling lambat 60 (enam puluh) Hari sejak berkas
laporan perkara banding final diterima Dewan Kehormatan Pusat.
(2) Sidang putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bersifat
tertutup untuk umum.
(3) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat alasan dan
pertimbangan yang dijadikan dasar untuk menjatuhkan putusan,
dan ditandatangani oleh Dewan Kehormatan Pusat.
BAB XI
SANKSI
Pasal 40
(1) Sanksi dikenakan terhadap anggota Perkumpulan maupun setiap
orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, yang
melakukan Pelanggaran Kode Etik, Anggaran Dasar/Anggaran
Rumah Tangga, dan/atau Peraturan/Keputusan Perkumpulan,
dapat berupa:
a. teguran;
b. peringatan;
c. pemberhentian sementara dari keanggotaan Perkumpulan;
d. pemberhentian dengan hormat dari keanggotaan
Perkumpulan;
e. pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan
Perkumpulan;
Pasal 41
(1) Tingkat dan jenis Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
39 ayat (2) terdiri atas:
a. Pelanggaran ringan;
b. Pelanggaran sedang;
c. Pelanggaran berat ;
(2) Penjatuhan sanksi terhadap tingkat Pelanggaran adalah
sebagai berikut:
a. penjatuhan Sanksi atas Pelanggaran ringan adalah berupa:
teguran atau peringatan;
b. penjatuhan sanksi atas Pelanggaran sedang adalah berupa :
pemberhentian sementara dari keanggotaan Perkumpulan; dan
c. penjatuhan sanksi atas Pelanggaran berat adalah berupa:
pemberhentian dengan hormat dari keanggotaan Perkumpulan
atau pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan
Perkumpulan.
BAB XII
EKSEKUSI DAN PENCATATAN ATAS PENJATUHAN SANKSI
Pasal 42
(1) Dewan Kehormatan Daerah/Dewan Kehormatan Wilayah/Dewan
Kehormatan Pusat wajib menyampaikan putusan penjatuhan
sanksi yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang terkait
dengan pemberhentian keanggotaan.
(2) Pengurus Pusat Perkumpulan wajib mencatat dalam buku daftar
anggota Perkumpulan atas setiap keputusan Dewan Kehormatan
Daerah/Dewan Kehormatan Wilayah/Dewan Kehormatan Pusat
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan
mengumumkannya dalam website atau media elektronik yang
dikelola Perkumpulan.
Hal 34 dari 34
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
Semua anggota Perkumpulan wajib menyesuaikan praktek maupun
Perilaku dalam menjalankan jabatannya sebagaimana yang tercantum
dalam Kode Etik ini dan bagi pengurus Perkumpulan dan Dewan
Kehormatan berhak dan berwenang untuk memberikan penerangan
kepada anggota Perkumpulan dan masyarakat tentang Kode Etik.
Pasal 44
Hal mengenai pembinaan, pengawasan, dan penegakan Kode Etik Notaris
yang tidak atau belum cukup diatur dalam Kode Etik Ini, diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Dewan Kehormatan Pusat.
Pasal 45
Dengan ditetapkannya Kode Etik ini maka Kode Etik Notaris hasil
Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia
Banten, pada tanggal 29 - 30 Mei 2015, dinyatakan dicabut dan tidak
berlaku.
Pasal 46
Kode Etik ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di …
pada tanggal …
KETUA,
ttd.
…
SEKRETARIS,
ttd.
…
TIM AD HOC PERUBAHAN KODE ETIK NOTARIS
Dengan hormat,
Dalam rangka memenuhi ketentuan Pasal 21 ayat (1) ART INI yaitu bahwa rancangan
perubahan materi Kongres Luar Biasa (KLB), dalam hal ini Rancangan Perubahan Kode Etik
Notaris (KEN) harus sudah dikirimkan kepada anggota sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan
sebelum dilangsungkannya Kongres Luar Biasa, maka bersama ini kami sampaikan materi KLB
Rancangan Perubahan Kode Etik Notaris (KEN) kepada PP-INI (sebagaimana terlampir) yang telah
diupayakan untuk disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan (legal drafting).
Kami menyadari bahwa rancangan perubahan tersebut masih jauh dari sempurna dan
kami akan terus melakukan penyempurnaan dalam jangka waktu 2 (dua) bulan sebelum
penyelenggaraan KLB, diantaranya dengan meminta pendapat Ahli di bidang:
- Kode Etik yang terkait dengan System Peradilan Etik dan Standard Profesi
(Bapak Prof. Jimly Ashshiddiqie)
- Kode Etik yang terkait dengan pelanggaran di bidang ITE
(Bp. Dr. Edmon Makarim)
Penyempurnaan Rancangan Perubahan KEN, nantinya akan kami sampaikan kembali kepada PP-
INI, dan selanjutnya PP-INI dapat memutuskan, apakah akan disampaikan kembali kepada
Anggota atau langsung dipaparkan/menjadi materi pembahasan pada KLB mendatang.
Demikian kami sampaikan agar menjadi maklum, atas perhatian dan kerjasamanya kami
ucapkan terima kasih.
Hormat kami,
Sekretariat :
Jl. K.H. Hasyim Ashari Roxy Mas Blok E1/32, Jakarta Pusat 10150
Telepon: (021) 63861919 (hunting); e-mail: dkp_ini@yahoo.com
Hal 1 dari 34
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Kode Etik Notaris ini yang dimaksud dengan :
1. Ikatan Notaris Indonesia (disingkat INI untuk selanjutnya disebut
Perkumpulan) adalah perkumpulan/organisasi bagi para notaris,
yang didirikan sejak tanggal 1 Juli 1908, dan diakui sebagai badan
hukum (rechtspersoon) berdasarkan gouvernements besluit
(penetapan pemerintah) tanggal 5 September 1908 Nomor 9, serta
merupakan satu-satunya wadah pemersatu bagi semua dan setiap
orang yang memangku dan menjalankan tugas jabatan sebagai
pejabat umum di Indonesia, sebagaimana telah diakui dan
mendapat pengesahan dari pemerintah berdasarkan anggaran dasar
perkumpulan notaris yang telah ditetapkan oleh Menteri
Kenotarisan pada tanggal 4 Desember 1958, Nomor J.A.5/117/6
dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tanggal 6
Maret 1959 Nomor 19, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
Nomor 6, dan perubahan anggaran dasar yang terakhir telah
mendapat persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia berdasarkan Surat Keputusan tanggal tanggal
25 Januari 2017 Nomor AHU-0000046.AH.01.08.Tahun 2017, oleh
karena itu sebagai dan merupakan organisasi Notaris sebagaimana
yang dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004
tentang Jabatan Notaris yang diundangkan berdasarkan Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432 serta mulai
berlaku pada tanggal 6 Oktober2004, sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan
Notaris yang telah diundangkan dalam Lembaran Negara Tahun
2014 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5491.
Hal 3 dari 34
BAB II
RUANG LINGKUP KODE ETIK
Pasal 2
Ruang lingkup Kode Etik Notaris ini meliputi pengaturan mengenai Etika
Notaris dalam berperilaku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka
11 Kode Etik yang berlaku sebagai pedoman bagi seluruh anggota
Perkumpulan maupun setiap orang yang memangku dan menjalankan
tugas jabatan sebagai Notaris, baik dalam pelaksanaan jabatan maupun
dalam kehidupan sehari-hari.
BAB III
ETIKA NOTARIS
Pasal 3
Etika Notaris terdiri atas:
a. etika kepribadian Notaris;
b. etika pelayanan terhadap klien;
c. etika hubungan sesama rekan Notaris;
d. etika hubungan dengan organisasi Notaris;dan
e. etika hubungan dengan masyarakat.
BAB IV
ETIKA KEPRIBADIAN NOTARIS
Pasal 4
Etika kepribadian Notaris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a,
memuat tentang Kewajiban bagi anggota Perkumpulan maupun setiap
orang yang memangku dan menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris,
yaitu:
a. wajib patuh dan setia kepada Negara Republik Indonesia, Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945;
b. wajib taat kepada hukum, sumpah jabatan, dan KodeEtik;
c. wajib memiliki moral, akhlak serta kepribadian yangbaik;
d. wajib menjaga harkat martabat jabatanNotaris;
e. wajib memiliki sikap amanah dan bertanggungjawab;
f. wajib memiliki sikap jujur danberintegritas;
g. wajib memiliki sikapsaksama;
h. wajib memiliki sikapmandiri;
Hal 6 dari 34
Pasal 5
(1) Kewajiban menjaga harkat martabat jabatan Notaris sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf d, memiliki makna yaitu bahwa pada
diri manusia melekat martabat dan kehormatan yang harus dijaga
oleh setiap orang, dimana prinsip menjaga harga diri Notaris akan
mendorong serta membentuk pribadi yang kuat dan tangguh,
sehingga terbentuk pribadi yang senantiasa menjaga kehormatan
dan martabat jabatan Notaris.
(2) Kewajiban menjaga harkat martabat jabatan Notaris sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) di atas, dilaksanakan oleh Notaris dengan
mematuhi kewajiban dan menjauhi larangan adalah sebagai
berikut:
a. Kewajiban:
1. Wajib menetapkan satu kantor di tempat kedudukan dan
kantor tersebut merupakan satu-satunya kantor bagi
Notaris yang bersangkutan dalam melaksanakan tugas
jabatan setiaphari;
2. Wajib memasang 1 (satu) papan nama di depan/di
lingkungan kantornya dengan pilihan ukuran yaitu 100 cm
x 40 cm, 150 cm x 60 cm atau 200 cm x 80 cm,
yangmemuat:
a) Nama lengkap dan gelar yang sah, sesuai dengan surat
keputusan pengangkatan dan/atau perubahannya;
b) Tanggal dan nomor surat keputusan pengangkatan
Notaris;
c) Tempatkedudukan;
d) Alamat kantor dan nomor telepon/email;dan
e) Dasar papan nama berwarna putih dengan huruf
berwarna hitam dan tulisan di atas papan nama harus
jelas dan mudah dibaca. kecuali di lingkungan kantor
tersebut tidak dimungkinkan untuk pemasangan papan
namadimaksud.
3. Wajib membuat akta dalam jumlah batas kewajaran untuk
menjalankan peraturan perundang-undangan, khususnya
tentang jabatan Notaris dan Kode Etik;dan
4. Wajib berbusana yang sesuai dengan norma kesopanan,
kepatutan dan kesusilaan.
b. Larangan:
Hal 7 dari 34
selaku Notaris;
d. mempunyai/memiliki website sebagai sarana untuk
menyebarkan informasi dan ilmu pengetahuan kenotariatan
kepada masyarakat;dan
e. mencantumkan nama dan jabatannya dalam status pribadi pada
media sosial.
Pasal 6
(1) Kewajiban memiliki sikap amanah dan bertanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e, memiliki makna
yaitu:
a. ketaatan pada norma atau kaidah yang diyakini sebagai
panggilan jiwa untuk mengemban tugas kepercayaan
masyarakat, untuk mendorong terbentuknya pribadi yang tertib
di dalam melaksanakan tugas, ikhlas dalam pengabdian dan
berusaha untuk menjadi teladan dalam lingkungannya, serta
tidak menyalahgunakan wewenang yang dipercayakan
kepadanya; dan
b. kesediaan untuk melaksanakan sebaik-baiknya segala sesuatu
yang menjadi wewenang dan tugasnya, serta memiliki keberanian
untuk menanggung segala akibat atas pelaksanaan wewenang
dan tugasnya tersebut.
(2) Kewajiban memiliki sikap amanah dan bertanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) di atas, dilaksanakan oleh
Notaris dengan mematuhi kewajiban dan menjauhi larangan adalah
sebagai berikut:
a. Kewajiban:
1. wajib merahasiakan isi akta berikut surat yang melekat
didalamnya serta keterangan yang diperoleh dalam
pembuatan akta;
2. wajib menghormati hak para pihak dalam proses
pembuatan akta dan berusaha mewujudkan keadilan bagi
para pihak; dan
3. wajib membantu para pihak dan berusaha mengatasi
persoalan hukum di bidang hukum perdata untuk
mewujudkan penyelesaian secara damai sesuai dengan
Hal 10 dari 34
Pasal 7
(1) Kewajiban memiliki sikap jujur dan berintegritas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf f, memiliki makna yaitu:
a. sikap berani menyatakan bahwa yang benar adalah benar dan
yang salah adalah salah, sehingga mendorong terbentuknya
pribadi yang kuat;
b. sikap dan kepribadian yang jujur secara utuh adanya
kesesuaian antara tindakan dengan kata ucapannya, dan
dengan kata hatinya serta berpegang teguh pada nilai atau
norma yang berlaku dalam melaksanakan profesi;dan
c. sikap yang berani menolak segala bentuk intervensi, dengan
mengedepankan tuntutan hati nurani untuk menegakkan
kebenaran dan keadilan serta selalu berusaha melakukan tugas
dengan cara terbaik untuk mencapai tujuan terbaik.
(2) Kewajiban memiliki sikap jujur dan berintegritas sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) di atas, dilaksanakanoleh Notaris dengan
mematuhi kewajiban dan menjauhi larangan adalah sebagai
berikut:
a. Kewajiban:
1. wajib berperilaku jujur dan menghindari perbuatan yang
tercela agar terjaga kepercayaan para pihak kepada Notaris;
2. wajib menghindari hubungan, secara langsung maupun
tidak langsung dengan pihak dalam suatu perkara korupsi,
pencucian uang, narkoba dan/atau terorisme yang sedang
diperiksa oleh aparat penegak hukum;dan
3. wajib bersikap terbuka dan memberikan informasi
mengenai kepentingan pribadi yang menunjukkan
Hal 11 dari 34
Pasal 8
(1) Kewajiban memiliki sikap saksama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf g, memiliki makna yaitu memiliki sikap cermat, teliti,
berhati-hati dan sungguh-sungguh dalam memperhatikan,
menyimak, mengamati atau mengerjakan sesuatu agar tidak terjadi
kesalahan.
(2) Kewajiban memiliki sikap saksama sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) di atas, dilaksanakan oleh Notaris dengan mematuhi
kewajiban dan menjauhi larangan adalah sebagai berikut:
Kewajiban:
a. Wajib memahami dan mendalami serta melaksanakan tugas
pokok sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, khususnya hukum perdata dan hukum kenotariatan,
agar dapat menerapkan hukum secara benar, cermat dan tepat
baik mengenai proseduralnya maupun substansialnya dalam
membuat akta, sehingga dapat memberi perlindungan hukum
dan kepastian hukum atas hak keperdataan setiap orang yang
dilayani;
Pasal 9
(1) Kewajiban memiliki sikap mandiri sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 huruf h, memiliki makna yaitu sikap yang mampu
bertindak sendiri, bebas dari campur tangan siapapun dan bebas
dari pengaruh apapun, dengan berpegang teguh pada prinsip nilai
dan keyakinan atas kebenaran sesuai tuntutan moral dan
ketentuan hukum yang berlaku.
(2) Kewajiban memiliki sikap mandiri sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) di atas, dilaksanakan oleh Notaris dengan mematuhi
kewajiban dan menjauhi larangan adalah sebagai berikut:
Kewajiban :
Wajib menjalankan jabatan profesinya secara ma ndiri dan bebas
dari pengaruh, tekanan, ancaman atau bujukan, baik yang bersifat
langsung maupun tidak langsung dari pihak manapun dan yang
berpotensi mengancam kemandirian (independensi) Notaris guna
menjaga kepercayaan masyarakat terhadap lembaga Notaris.
Larangan:
Dilarang menerima janji, pemberian, atau manfaat lainnya yang
bersifat rutin atau terus-menerus dari orang perorangan dan/atau
badan usaha, yang dapat mempengaruhi kemandirian pelaksanaan
jabatan Notaris;
Pasal 10
(1) Kewajiban memiliki sikap adil dan tidak berpihak, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf i, memiliki makna yaitu:
a. menempatkan sesuatu pada tempatnya dan memberikan yang
menjadi haknya;dan
b. menempatkan semua orang sama kedudukannya di depan
hukum, dengan memberikan perlakuan yang sama terhadap
setiap orang, oleh karenanya, seseorang yang menjalankan
profesi Notaris wajib memikul tanggung jawab dalam memberi
perlindungan hukum dan kepastian hukum atas haknya bagi
para pihak yang bertransaksi dihadapan Notaris.
(2) Kewajiban memiliki sikap adil dan tidak berpihak, sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) di atas, dilaksanakan oleh Notaris dengan
mematuhi kewajiban dan menjauhi larangan adalah sebagai
berikut:
a. Kewajiban:
1. Wajib memberi kesempatan yang sama kepada klien untuk
menyampaikan kehendaknya secara bebas untuk
diformulasikan perbuatan hukumnya sedemikian rupa
Hal 13 dari 34
Pasal 11
(1) Kewajiban memiliki sikap profesional sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf j, memiliki maknayaitu:
Pasal 12
(1) Bersikap bijaksana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf k,
memiliki makna yaitu:
Pasal 13
(1) Bersikap rendah hati sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf
l, memiliki makna yaitu:
a. sikap yang lahir dari kesadaran akan keterbatasan kemampuan
diri, jauh dari kesempurnaan dan terhindar dari sikap
keangkuhan;dan
b. sikap yang mendorong membuka diri untuk terus belajar,
menghargai pendapat orang lain, menumbuh kembangkan
sikap tenggang rasa, serta mewujudkan kesederhanaan, penuh
rasa syukur dan ikhlas di dalam mengemban tugas.
(2) Bersikap rendah hati sebagaimana pada ayat (1), dilaksanakan oleh
Notaris dengan mematuhi kewajiban dan menjauhi larangan adalah
sebagai berikut:
Kewajiban:
wajib yaitu wajib melaksanakan pekerjaan profesinya sebagai
sebuah pengabdian yang tulus, dan bukan semata-mata sebagai
mata pencaharian dalam lapangan kerja untuk mendapat
penghasilan materi, melainkan sebuah amanat yang akan
Hal 15 dari 34
BAB V
Pasal 14
Etika pelayanan terhadap klien sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf b, memuat tentang Kewajiban dan Larangan bagi anggota
Perkumpulan maupun setiap orang yang memangku dan menjalankan
tugas jabatan sebagai Notaris, yaitu:
a. Kewajiban:
1. wajib menghindari situasi yang dapat menimbulkan sikap
keberpihakan, dalam hubungan pribadinya dengan salah satu
pihak dalam akta; dan
2. wajib terbebas dari pengaruh keluarga dan pihak ketiga lainnya,
dalam menjalankan tugas jabatan profesinya.
b. Larangan:
1. dilarang berusaha dengan jalan apapun, agar seseorang
berpindah dari Notaris lain kepadanya, baik upaya itu
ditujukan langsung kepada klien yang bersangkutan maupun
melalui perantaraan orang lain, termasuk mengambil alih
pekerjaan yang sudah ditangani oleh Notaris lain;
2. dilarang melakukan pemaksaan kepada klien dengan cara
menahan dokumen yang telah diserahkan dan/atau melakukan
tekanan psikologis dengan maksud agar klien tersebut tetap
membuat akta padanya;
3. dilarang membuat akta di mana anggota keluarga Notaris yang
bersangkutan bertindak sebagai pihak dalam akta;
4. dilarang mengizinkan tempat kedudukan/kantornya digunakan
oleh seorang anggota suatu profesi hukum lainnya untuk
menerima klien atau menerima anggota lainnya dari profesi
hukum tersebut yang dilarang rangkap jabatan dengan Notaris;
5. Dilarang menggunakan wibawa jabatan Notaris dengan
kewenangannya yang diberi oleh peraturan perundang-
undangan untuk tujuan mendapat keuntungan dirinya
Hal 16 dari 34
BAB VI
ETIKA HUBUNGAN SESAMA REKAN NOTARIS
Pasal 15
Etika hubungan sesama rekan Notaris sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf c, memuat tentang Kewajiban dan Larangan bagi anggota
Perkumpulan maupun setiap orang yang memangku dan menjalankan
tugas jabatan sebagai Notaris, yaitu:
a. Kewajiban:
1. wajib saling menjaga dan membela kehormatan dan nama
baik korps Notaris atas dasar rasa solidaritas dan sikap tolong
menolong;
2. wajib membayar uang duka untuk membantu ahli waris rekan
sejawat yang meninggal dunia;
3. wajib menciptakan suasana kekeluargaan dan kebersamaan
dalam melaksanakan tugas jabatan dan kegiatan sehari-hari
serta saling memperlakukan rekan sejawat secara baik, saling
menghormati, saling menghargai, saling membantu serta
selalu berusaha menjalin komunikasi dan tali silaturahim,
termasuk namun tidak terbatas dalam berinteraksi di media
sosial;
4. wajib mematuhi ketentuan Peraturan Perkumpulan dalam
memberikan keterangan ahli di bidang kenotariatan terkait
proses penyidikan atau peradilan;dan
Hal 17 dari 34
BAB VII
ETIKA HUBUNGAN DENGAN ORGANISASI NOTARIS
Pasal 16
BAB VIII
ETIKA HUBUNGAN DENGAN MASYARAKAT
Pasal 17
(1) Etika hubungan dengan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf e, memuat tentang Kewajiban dan Larangan bagi
anggota Perkumpulan maupun setiap orang yang memangku dan
menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, yaitu:
a. Kewajiban:
1. Wajib memberikan pelayanan jasa hukum dibidang
kenotariatan kepada masyarakat, yang berkaitan dalam
pembuatan akta otentik dan kewenangan lainnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan terkait jabatan
Notaris dengan mengutamakan pengabdian kepada
kepentingan masyarakat dan negara.
2. Wajib memberikan penjelasan, Pendapat atau keterangan
kepada publik yang berkaitan dengan peranan, tugas, dan
wewenang Notaris dalam memberikan kepastian dan
perlindungan hukum atas hak keperdataan setiap anggota
masyarakat yang bertransaksi di hadapan Notaris.
b. Larangan:
1. Dilarang memberikan keterangan, pendapat, komentar,
kritik atau pembenaran secara terbuka kepada masyarakat
atas isi akta yang dibuat oleh Notaris lain dan kehidupan
pribadi/privasi Notaris lain;dan
2. Dilarang memberi keterangan, pendapat, komentar, kritik
atau pembenaran secara terbuka kepada masyarakat
dengan tulisan, ucapan, dan tindakan atas permasalahan
hukum yang dihadapi Notaris lain, kecuali dalam sebuah
Hal 19 dari 34
BAB IX
DEWAN KEHORMATAN
Bagian Kesatu
Susunan Organisasi
Pasal 18
(1) Dalam rangka melakukan pembinaan dan penegakan Kode Etik
terhadap anggota Perkumpulan dan setiap orang yang memangku
dan menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, dibentuk
DewanKehormatan.
(2) Dewan Kehormatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiriatas:
a. Dewan Kehormatan Pusat pada tingkat nasional yang
berkedudukan di DKI Jakarta;
b. Dewan Kehormatan Wilayah pada tingkat provinsi yang
berkedudukan di ibukota provinsi;dan
c. Dewan Kehormatan Daerah pada tingkat kabupaten/kota yang
berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota.
Pasal 19
Dewan Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, dibentuk
berdasarkan Rapat Anggota dengan masa jabatan adalah 3 (tiga) tahun
dan dapat diangkat kembali.
Pasal 20
(1) Anggota Dewan Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18,
terdiri atas:
a. Dewan Kehormatan Pusat pada tingkat nasional
beranggotakan 7 (tujuh) orang;
b. Dewan Kehormatan Wilayah pada tingkat provinsi
beranggotakan 5 (lima) orang;dan
c. Dewan Kehormatan Daerah pada tingkat kabupaten/kota
beranggotakan 3 (tiga) orang.
(2) Dewan Kehormatan sebagaimana dimaksud dalam ayar (1) di atas,
terdiri atas:
Hal 20 dari 34
Bagian Kedua
Wewenang dan Tugas
Pasal 21
BAB X
TATA CARA PENEGAKAN KODE ETIK
Bagian Kesatu
Umum
Pasal 22
Penegakan Kode Etik dilaksanakan Dewan Kehormatan sesuai wilayah
kewenangannya, dengan melakukan penerimaan, pemeriksaan dan
memutus perkara atas laporan dugaan Pelanggaran Perilaku sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 11 oleh anggota Perkumpulan atau setiap
orang yang memangku dan menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris
terhadap Kode Etik Notaris, Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga,
Peraturan/Keputusan Perkumpulan.
Bagian Kedua
Pelaporan
Pasal 23
Bagian Kedua
Dewan Kehormatan Daerah
Paragraf 1
Pencatatan dan Verifikasi Administrasi Laporan
Pasal 24
(1) Laporan beserta bukti pendukung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 23 ayat (2) diinventaris dan dicatatat oleh Dewan Kehormatan
Daerah ke dalam dokumen surat masuk.
(2) Jika laporan yang disampaikan tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, maka laporan
dikembalikan kepada Pelapor dan/atau kuasanya untuk dilengkapi.
(3) Dalam hal laporan disampaikan melalui pos atau jasa ekspedisi,
pengembalian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan secara tertulis kepada Pelapor atau kuasanya dengan
disertai alasan pengembalian.
(4) Jika laporan telah dinyatakan lengkap, maka Dewan Kehormatan
Daerah menyelenggarakan gelar perkara.
Paragraf 2
Gelar Perkara
Pasal 25
(1) Dewan Kehormatan Daerah menyelenggarakan gelar perkara paling
lambat 7 (tujuh) Hari sejak laporan memenuhi syarat administrasi.
(2) Gelar perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihadiri oleh
seluruh anggota Dewan Kehormatan Daerah dalam rangka
pemeriksaan substansi laporan perkara.
Hal 23 dari 34
(3) Dalam gelar perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap
anggota Dewan Kehormatan Daerah memberikan pendapat dan
memutuskan perkara dimaksud ditolak atau dilanjutkan ke tahap
pemeriksaan.
(4) Jika laporan dinyatakan ditolak, maka Dewan Kehormatan Daerah
menyampaikan secara tertulis atau melalui surat elektronik kepada
Pelapor disertai dengan alasan penolakan antara lain dapat berupa :
a. Pelapor tidak memiliki kedudukan hukum (legal standing)
untuk melaporkan laporan; dan/atau
b. laporan Pelapor tidak memenuhi persyaratan laporan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2) sampai dengan
ayat (5).
(5) Jika laporan dinyatakan diterima, maka Dewan Kehormatan Daerah
mencatat laporan Pelapor ke dalam dokumen register perkara
memuat paling sedikit :
a. nomor dan tanggal register perkara;
b. nomor dan tanggal surat laporan;
c. nama Pelapor dan Terlapor;
d. lampiran bukti pendukung laporan; dan
e. jadwal sidang pemeriksaan.
Paragraf 2
Pemanggilan dan Pemeriksaan
Pasal 26
(1) Dewan Kehormatan Daerah melakukan pemanggilan Pelapor dan
Terlapor paling lambat 5 (lima) Hari sebelum sidang.
(2) Jika Terlapor setelah dipanggil secara sah dan patut, tidak hadir
maka dilakukan pemanggilan kedua, dan jika tetap tidak hadir
maka pemeriksaan dilakukan tanpa kehadiran Terlapor.
(3) Bila Pelapor setelah dipanggil secara sah dan patut tidak hadir,
maka dilakukan pemanggilan ketiga, dan apabila Pelapor tetap
tidak hadir maka Dewan Kehormatan Daerah menyatakan secara
tertulis kepada Pelapor bahwa laporan gugur dan tidak dapat
diajukan lagi.
Hal 24 dari 34
Pasal 27
(1) Sidang pemeriksaan Pelapor dan Terlapor dilaksanakan paling
lambat 14 (empatbelas) Hari sejak Pelaporan diregister perkara.
(2) Sidang pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat
rahasia dan tertutup untuk umum.
(3) Sidang pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
dilaksanakan denganketentuan:
a. pembacaan laporan dan meminta keterangan Pelapor, yaitu
dengan meminta konfirmasi Pelapor untuk memperjelas laporan
pengaduan adanya dugaan Pelanggaran, disertai bukti yang
dapat dipertanggungjawabkan;
b. memberikan kesempatan kepada Terlapor untuk melakukan
pembelaan diri atau tanggapan mengenai indikasi dugaan
Pelanggaran;dan
c. Pelapor dan Terlapor dalam sidang pemeriksaan dapat
mengajukan bukti tambahan dan/atau saksi untuk mendukung
dalil yang diajukan, dengan persetujuan Dewan Kehormatan
Daerah.
(4) Setiap keterangan Pelapor dan Terlapor serta hasil dalam sidang
pemeriksaan dicatat untuk dituangkan dalam berita acara
pemeriksaan.
Paragraf 3
Putusan
Pasal 28
(1) Putusan Dewan Kehormatan Daerah disusun dan dibacakan dalam
sidang putusan paling lambat 60 (enam puluh) Hari sejak laporan
Pelapor diregister perkara Dewan Kehormatan Daerah.
(2) Sidang putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bersifat
tertutup untuk umum.
(3) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat alasan dan
pertimbangan yang dijadikan dasar untuk menjatuhkan putusan,
dan ditandatangani oleh Dewan Kehormatan Daerah.
(4) Jika diantara anggota Dewan Kehormatan Daerah tidak tercapai
mufakat maka keputusan diambil dengan suara terbanyak dan
perbedaan pendapat di antara sesama anggota Dewan Kehormatan
Daerah tersebut dimuat dalam putusan.
(5) Jika hasil pemeriksaan ternyata laporan tidak dapat dibuktikan,
maka Dewan Kehormatan Daerah memutuskan laporan Pelapor
ditolak.
Hal 25 dari 34
Paragraf 4
Upaya Hukum
Pasal 29
(1) Pelapor atau Terlapor yang keberatan atas putusan Dewan
Kehormatan Daerah berhak menyatakan upaya banding kepada
Dewan Kehormatan Daerah, paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak:
a. putusan dibacakan, bila hadir dalam pembacaan putusan; atau
b. surat putusan diterima Pelapor/Terlapor, bila tidak hadir dalam
pembacaan putusan.
(2) Dewan Kehormatan Daerah menolak upaya banding atas putusan
berupa sanksi peringatan.
(3) Pembanding wajib menyampaikan memori banding kepada Dewan
Kehormatan Daerah, paling lambat 14 (empat belas) Hari sejak
banding dinyatakan, jika pembanding tidak menyampaikan memori
banding dalam jangka waktu tersebut, maka upaya banding
dianggap gugur.
(4) Dewan Kehormatan Daerah menyampaikan memori banding kepada
terbanding, paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak memori banding
pembanding diterima oleh Dewan Kehormatan Daerah.
(5) Terbanding wajib menyampaikan kontra memori banding, paling
lambat 14 (empat belas) Hari sejak memori banding diterima oleh
terbanding, jika terbanding tidak menyampaikan kontra memori
banding dalam jangka waktu tersebut, maka upaya banding tetap
dilanjutkan.
(6) Memori banding sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan kontra
Hal 26 dari 34
Paragraf 1
Pasal 30
(1) Berkas laporan perkara dan salinan putusan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 ayat (7) diinventaris dan dicatat oleh
Dewan Kehormatan Wilayah ke dalam dokumen surat masuk.
(2) Berkas laporan perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
meliputi:
a. Memori banding;
b. kontra memori banding (jika disampaikan);dan
c. bukti pendukung.
(3) Dalam hal berkas laporan perkara tidak memenuhi ketentuan
waktu dan ketentuan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
29 maka Dewan Kehormatan Wilayah menyampaikan penolakan
secara tertulis kepada pembanding disertai alasan penolakan,
dengan tembusan kepada terbanding dan Dewan Kehormatan
Daerah.
(4) Jika berkas laporan perkara telah dinyatakan lengkap, maka Dewan
Kehormatan Wilayah, menyelenggarakan gelar perkara.
Paragraf 2
Gelar Perkara
Pasal 31
(1) Dewan Kehormatan Wilayah menyelenggarakan gelar perkara paling
lambat 7 (tujuh) Hari sejak berkas laporan perkara dan salinan
putusan diterima Dewan Kehormatan Wilayah.
(2) Gelar perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dihadiri oleh
seluruh anggota Dewan Kehormatan Wilayah dalam rangka
pemeriksaan substansi berkas laporan perkara banding.
Hal 27 dari 34
(3) Dalam gelar perkara sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setiap
anggota Dewan Kehormatan Wilayah memberikan pendapat dan
memutus perkara dimaksud ditolak atau dilanjutkan ke tahap
pemeriksaan.
(4) Jika berkas laporan perkara dinyatakan ditolak, maka Dewan
Kehormatan Wilayah menyampaikan secara tertulis kepada
pembanding disertai dengan alasan penolakan, antara lain dapat
berupa :
a. pembanding tidak memiliki kedudukan hukum (legal
standing);dan/atau
b. upaya banding tidak memenuhi persyaratan upaya hukum
sebagaimana ketentuan dalam Pasal 29.
(5) Jika laporan dinyatakan diterima, maka Dewan Kehormatan
Wilayah mencatat berkas laporan perkara ke dalam dokumen
register perkara, memuat paling sedikit:
Paragraf 3
Pemanggilan dan Pemeriksaan
Pasal 32
(1) Dewan Kehormatan Wilayah melakukan pemanggilan pembanding
dan terbanding paling lambat 5 (lima) Hari sebelum sidang.
(2) Jika terbanding setelah dipanggil secara sah dan patut, tidak hadir
maka dilakukan pemanggilan kedua, dan jika tetap tidak hadir
maka pemeriksaan dilakukan tanpa kehadiran terbanding.
(3) Bila pembanding setelah dipanggil secara sah dan patut tidak hadir,
maka dilakukan pemanggilan ketiga, dan apabila Pelapor tetap
tidak hadir maka Dewan Kehormatan Wilayah menyatakan secara
tertulis kepada pembanding bahwa upaya banding gugur dan tidak
dapat diajukan lagi.
Pasal 33
(1) Sidang pemeriksaan pembanding dan terbanding dilaksanakan
paling lambat 14 (empatbelas) Hari sejak Pengajuan banding
diregister Perkara.
(2) Sidang pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat
rahasia dan tertutup untuk umum.
Hal 28 dari 34
Paragraf 4
Putusan
Pasal 34
(1) Putusan Dewan Kehormatan Wilayah disusun dan dibacakan dalam
sidang putusan paling lambat 60 (enam puluh) Hari sejak berkas
laporan perkara diterima Dewan Kehormatan Wilayah.
(2) Sidang putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bersifat
tertutup untuk umum.
(3) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat alasan dan
pertimbangan yang dijadikan dasar untuk menjatuhkan putusan,
dan ditandatangani oleh Dewan Kehormatan Wilayah.
(4) Jika diantara anggota Dewan Kehormatan Wilayah tidak tercapai
mufakat maka keputusan diambil dengan suara terbanyak dan
perbedaan pendapat di antara sesama anggota Dewan Kehormatan
Wilayah tersebut dimuat dalam putusan.
(5) Jika hasil pemeriksaan ternyata permohonan banding tidak dapat
dibuktikan, maka Dewan Kehormatan Wilayah memutuskan
banding ditolak.
(6) Jika hasil pemeriksaan ternyata permohonan banding dapat
dibuktikan, maka Dewan Kehormatan Wilayah dapat memutuskan:
a. menguatkan putusan Dewan Kehormatan Daerah;atau
b. membatalkan/merevisi putusan Dewan Kehormatan Daerah.
Paragraf 5
Upaya Banding Final
Pasal 35
(1) Pelapor atau Terlapor yang keberatan atas putusan Dewan
Kehormatan Wilayah berhak menyatakan upaya banding final
kepada Dewan Kehormatan Wilayah, paling lambat 7 (tujuh) Hari
sejak:
a. putusan dibacakan, bila hadir dalam pembacaan putusan
banding; atau
b. surat putusan banding diterima pembanding/terbanding, bila
tidak hadir dalam pembacaan putusan.
(2) Dewan Kehormatan Wilayah menolak upaya banding final atas
putusan berupa sanksi peringatan.
(3) Pembanding wajib menyampaikan memori banding final kepada
Dewan Kehormatan Wilayah, paling lambat 14 (empat belas) Hari
sejak banding final dinyatakan, jika pembanding tidak
menyampaikan memori banding final dalam jangka waktu tersebut,
maka upaya banding final dianggap gugur.
(4) Dewan Kehormatan Wilayah menyampaikan memori banding final
kepada terbanding, paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak memori
banding pembanding diterima oleh Dewan Kehormatan Wilayah.
(5) Terbanding wajib menyampaikan kontra memori banding final,
paling lambat 14 (empat belas) Hari sejak memori banding final
diterima oleh terbanding, jika terbanding tidak menyampaikan
kontra memori banding final dalam jangka waktu tersebut, maka
upaya banding final tetap dilanjutkan.
(6) Memori banding final sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
kontra memori banding final sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
yang disampaikan dapat disertai dengan bukti baru yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Bagian Keempat
Dewan Kehormatan Pusat
Paragraf 1
Verifikasi Berkas Banding Final
Hal 30 dari 34
Pasal 36
(1) Berkas laporan perkara banding dan salinan putusan banding
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (7) diinventaris dan
dicatat oleh Dewan Kehormatan Pusat ke dalam dokumen surat
masuk.
(2) Berkas laporan perkara banding sebagaimana dimaksud pada ayat
(1),meliputi:
a. memori bandingfinal;
b. kontra memori banding final (jika disampaikan);dan
c. buktipendukung.
(3) Dalam hal berkas laporan perkara banding final tidak memenuhi
ketentuan waktu dan ketentuan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35 maka Dewan Kehormatan Pusat menyampaikan
penolakan secara tertulis atau melalui surat elektronik kepada
pembanding disertai alasan penolakan, dengan tembusan kepada
terbanding dan Dewan Kehormatan Wilayah.
(4) Jika berkas laporan perkara banding final telah dinyatakan
lengkap, maka Dewan Kehormatan Pusat mencatat ke dalam
dokumen register perkara, memuat paling sedikit:
a. nomor dan tanggal register perkara bandingfinal;
b. dokumen memori banding final dan kontra memori
bandingfinal;
c. nama pembanding dan terbanding;
d. lampiran bukti pendukung;
e. jadwal sidang pemeriksaan;
Paragraf 3
Pasal 37
(1) Dewan Kehormatan Pusat melakukan pemanggilan pembanding
dan terbanding paling lambat 5 (lima) Hari sebelum sidang.
(2) Jika terbanding setelah dipanggil secara sah dan patut, tidak hadir
maka dilakukan pemanggilan kedua, dan jika tetap tidak hadir
maka pemeriksaan dilakukan tanpa kehadiran terbanding.
(3) Bila pembanding setelah dipanggil secara sah dan patut tidak hadir,
maka dilakukan pemanggilan ketiga, dan apabila Pelapor tetap
tidak hadir maka Dewan Kehormatan Wilayah menyatakan secara
tertulis kepada pembanding bahwa upaya banding gugur dan tidak
dapat diajukan lagi.
Hal 31 dari 34
Pasal 38
(1) Sidang pemeriksaan pembanding dan terbanding dilaksanakan
paling lambat 14 (empatbelas) Hari sejak berkas laporan perkara
banding final dicatat dalam dokumen register perkara.
Paragraf 4
Putusan
Pasal 39
(1) Putusan Dewan Kehormatan Pusat disusun dan dibacakan dalam
sidang putusan paling lambat 60 (enam puluh) Hari sejak berkas
laporan perkara banding final diterima Dewan Kehormatan Pusat.
(2) Sidang putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bersifat
tertutup untuk umum.
(3) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat alasan dan
pertimbangan yang dijadikan dasar untuk menjatuhkan putusan,
dan ditandatangani oleh Dewan Kehormatan Pusat.
BAB XI
SANKSI
Pasal 40
(1) Sanksi dikenakan terhadap anggota Perkumpulan maupun setiap
orang yang menjalankan tugas jabatan sebagai Notaris, yang
melakukan Pelanggaran Kode Etik, Anggaran Dasar/Anggaran
Rumah Tangga, dan/atau Peraturan/Keputusan Perkumpulan,
dapat berupa:
a. teguran;
b. peringatan;
c. pemberhentian sementara dari keanggotaan Perkumpulan;
d. pemberhentian dengan hormat dari keanggotaan
Perkumpulan;
e. pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan
Perkumpulan;
Pasal 41
(1) Tingkat dan jenis Pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
39 ayat (2) terdiri atas:
a. Pelanggaran ringan;
b. Pelanggaran sedang;
c. Pelanggaran berat ;
(2) Penjatuhan sanksi terhadap tingkat Pelanggaran adalah
sebagai berikut:
a. penjatuhan Sanksi atas Pelanggaran ringan adalah berupa:
teguran atau peringatan;
b. penjatuhan sanksi atas Pelanggaran sedang adalah berupa :
pemberhentian sementara dari keanggotaan Perkumpulan; dan
c. penjatuhan sanksi atas Pelanggaran berat adalah berupa:
pemberhentian dengan hormat dari keanggotaan Perkumpulan
atau pemberhentian dengan tidak hormat dari keanggotaan
Perkumpulan.
BAB XII
EKSEKUSI DAN PENCATATAN ATAS PENJATUHAN SANKSI
Pasal 42
(1) Dewan Kehormatan Daerah/Dewan Kehormatan Wilayah/Dewan
Kehormatan Pusat wajib menyampaikan putusan penjatuhan
sanksi yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap yang terkait
dengan pemberhentian keanggotaan.
(2) Pengurus Pusat Perkumpulan wajib mencatat dalam buku daftar
anggota Perkumpulan atas setiap keputusan Dewan Kehormatan
Daerah/Dewan Kehormatan Wilayah/Dewan Kehormatan Pusat
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dan
mengumumkannya dalam website atau media elektronik yang
dikelola Perkumpulan.
Hal 34 dari 34
BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 43
Semua anggota Perkumpulan wajib menyesuaikan praktek maupun
Perilaku dalam menjalankan jabatannya sebagaimana yang tercantum
dalam Kode Etik ini dan bagi pengurus Perkumpulan dan Dewan
Kehormatan berhak dan berwenang untuk memberikan penerangan
kepada anggota Perkumpulan dan masyarakat tentang Kode Etik.
Pasal 44
Hal mengenai pembinaan, pengawasan, dan penegakan Kode Etik Notaris
yang tidak atau belum cukup diatur dalam Kode Etik Ini, diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Dewan Kehormatan Pusat.
Pasal 45
Dengan ditetapkannya Kode Etik ini maka Kode Etik Notaris hasil
Perubahan Kode Etik Notaris Kongres Luar Biasa Ikatan Notaris Indonesia
Banten, pada tanggal 29 - 30 Mei 2015, dinyatakan dicabut dan tidak
berlaku.
Pasal 46
Kode Etik ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di …
pada tanggal …
KETUA,
ttd.
…
SEKRETARIS,
ttd.
…
Draft perubahan AD INI (12-03-2020)
ANGGARAN DASAR
M U K A D I M A H
tidak berpihak;
BAB I
Pasal 1
Pasal 2
Ibukota Jakarta.
Pasal 3
ditentukan lamanya.
Pasal 4
Pasal 5
Ruang Lingkup
BAB II
Pasal 6
Pasal 7
di seluruh Indonesia.
BAB III
Pasal 9
Perkumpulan.
kenotariatan.
Perkumpulan.
Perkumpulan.
BAB IV
Pasal 11
Fungsi
moral notaris.
2. Membina dan mengawasi pelaksanaan jabatan notaris
notaris.
anggota.
Pasal 123
Tugas Pokok
perundang-undangan lain.
BAB V
Pasal 13
Perkumpulan ini adalah perkumpulan yang terorganisasi
Pasal 14
BAB VI
KEANGGOTAAN
Pasal 15
Anggota kehormatan.
Pasal 16
CALON ANGGOTA
Pasal 17
BERAKHIR KEANGGOTAAN
karena:
perundang-undangan;
Pasal 18
pengurus.
BAB VII
Pasal 19
Kekayaan
a. Uang pangkal;
b. Iuran anggota;
c. Bantuan/Hibah/sumbangan sukarela yang tidak
mengikat;
e. Bantuan pemerintah;
Pasal 20
Pengelolaan Keuangan
bendahara di bawahnya.
Perkumpulan.
Perkumpulan.
BAB VIII
Pasal 21
a. Rapat Anggota:
b. Pengurus:
-Pengurus Pusat;
-Pengurus Wilayah;
-Pengurus Daerah.
c. Dewan Kehormatan:
d. Mahkamah Perkumpulan.
BAB IX
Rapat Anggota
Pasal 22
Kongres
sekali.
Kongres)
berikutnya.
keputusan itu.
Pasal 23
11 wilayah.
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 26
Konferensi Wilayah
pelaksanaan Kongres.
Pasal 27
Konferensi Daerah
Daerah.
BAB X
PENGURUS
Pasal 28
Pengurus Pusat
Ibukota Jakarta.
Wilayah;
Kehormatan Notaris;
sendirinya, jika;
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri;
Pasal 29
Pengurus Wilayah
kepengurusannya.
Pengurus Pusat.
Wilayah.
sendirinya, jika;
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri;
Pasal 30
Pengurus Daerah
sendirinya, jika;
a. meninggal dunia;
b. mengundurkan diri;
BAB XI
Pasal 31
Perkumpulan.
2. Pengurus Pusat:
perkumpulan;
Perkumpulan;
usaha;
pihak lain;
harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari
Diperluas;
Pusat;
e. Mengangkat Penasihat.
3. Pengurus Wilayah:
Provinsi.
kepengurusannya.
Bidang.
Wilayah.
dilaksanakannya kegiatan.
g. Pengurus Wilayah dapat mengangkat Penasihat.
4. Pengurus Daerah:
Pengurus Daerah.
Daerah.
dilakukannya kegiatan.
h. Dalam hal kegiatan yang dilakukan
Pengurus Pusat.
BAB XII
RAPAT PENGURUS
Pasal 32
a. Rapat harian;
a. Rapat harian;
b. Rapat pleno;
Daerah.
a. Rapat harian;
b. Rapat pleno.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Rapat Pengurus akan
BAB XIII
DEWAN KEHORMATAN
Pasal 33
untuk:
jabatan Notaris;
itu,
BAB XIV
MAHKAMAH PERKUMPULAN
Pasal 34
peraturan perkumpulan.
berikut:
a. Dewan Kehormatan Pusat sebanyak 3 (tiga) orang;
orang;
BAB XV
Pasal 356
a. kepribadian notaris;
b. pelaksanaan tugas jabatan notaris;
BAB XVI
PENYELESAIAN SENGKETA
Pasal 36
Perkumpulan.
BAB XVII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 37
BAB XVIII
Pasal 38
menentukan lain.
BAB XIX
Pasal 39
Tangga.
Rumah Tangga.
BAB XX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 40
ini.
-Kongres Luar Biasa memberi kuasa kepada Pengurus Pusat