Datangnya Sokrates
Datangnya Sokrates
Sokrates adalah seorang filsuf yang lahir di Athena pada sekitar 469/470 SM. Ayah
dari Sokrates adalah seorang pemahat dan ibunya adalah bidan. Sokrates juga memiliki istri
bernama Xantippe. Dikarenakan ibu Sokrates adalah seorang bidan, Sokrates menganggap
berfilsafat sebagai “seni untuk melahirkan pengetahuan” (maieutika petne). Sebelum Sokrates
menjadi seorang filsuf, ia bekerja sebagai tentara berkuda. Karena pada zaman itu kuda tidak
disediakan pemerintah dan harus disiapkan sendiri, kita dapat menarik kesimpulan bahwa
Sokrates dapat dibilang lumayan kaya.
Pada situasi kondisi Yunani Kuno saat itu (Pra-Sokratik), orang Yunani sangat
percaya akan Fatalisme. Fatalisme adalah kepercayaan bahwa apapun yang terjadi
telah/sudah ditentukan (takdir). Banyak sekali peramal pada zaman itu yang berusaha
memproyekkan masa depan yang belum terjadi dengan abstrak (dapat kabur makna; sulit
untuk disangkal).
Sokrates gemar berdiskusi dengan warga polis Athena yang biasanya di Agora.
Sokrates berusaha membantu orang-orang untuk melahirkan/mendapatkan pemahaman yang
benar yang berasal dari dalam dirinya (akal budi). Sokrates melakukan hal tersebut dengan
berpura-pura bodoh (Ironi Sokrates). Karena aktifitas dari Sokrates ini, dia dibenci hingga
dihukum mati, karena seringkali dia menunjuk kelemahan dari lawan bicaranya yang
menganggap dirinya bijaksana padahal tidak. Kebijaksanaan yang sesungguhnya adalah
kesadaran bahwa semakin kita belajar, maka semakin kita tidak mengetahui apa-apa.
Sokrates bahkan dituduh sebagai ateis dan mengajarkan ajaran baru hingga merusak generasi
muda. Pada akhirnya, Sokrates mati karena minum racun cemara, kematiannya dianggap
patriotic karena mati memperjuangkan kebenaran. Kematian Sokrates memperjuangkan
askese. Dengan berfilsafat, askese adalah memberi jarak antara tubuh dan jiwa. Karena itu,
ketika kematian mendatang, mengapa kita harus kabur dari kematian?