Anda di halaman 1dari 78

PENGARUH METODE DEMONSTRASI MENYIKAT GIGI

DENGAN MEDIA PHANTOM DAN BAHASA ISYARAT


TERHADAP PENURUNAN INDEKS PLAK PADA
ANAK TUNARUNGU DI SLB N 1
KOTA JAMBI

SKRIPSI

OLEH :
NURUL FUJA KESUMA WARDANI
NIM : PO71251190013

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
PROGRAM STUDI TERAPI GIGI
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2023
PENGARUH METODE DEMONSTRASI MENYIKAT GIGI
DENGAN MEDIA PHANTOM DAN BAHASA ISYARAT
TERHADAP PENURUNAN INDEKS PLAK PADA
ANAK TUNARUNGU DI SLB N 1
KOTA JAMBI

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Program


Studi Terapi Gigi Program Sarjana Terapan

OLEH :
NURUL FUJA KESUMA WARDANI
NIM : PO71251190013

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
PROGRAM STUDI TERAPI GIGI
PROGRAM SARJANA TERAPAN
2023

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya

sendiri, dan semua sumber yang saya kutip secara langsung maupun tidak

langsung ataupun yang dirujuk adalah benar.

Nama : Nurul Fuja Kesuma Wardani


NIM : PO71251190013

Tanda Tangan :
Tanggal : Juni 2023

iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan dihadapan Tim Penguji
Skripsi Prodi Terapi Gigi Program Sarjana Terapan
Poltekkes Kemenkes Jambi.

Jambi, 19 Juni 2023

Tim Pembimbing Skripsi

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

drg. Hj. Rina Kurnianti, M.Pd Hj. Rusmiati, S.Si.T, M.Pd


NIP. 196804022002122001 NIP. 197302011992032001

Menyetujui,
Ketua Prodi Terapi Gigi Program Sarjana Terapan
Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes
Kemenkes Jambi

drg. Hj. Rina Kurnianti, M.Pd


NIP. 196804022002122001

iv
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah diperiksa, disetujui, dan dipertahankan dihadapan Tim


penguji Skripsi Prodi Terapi Gigi Program Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes
Jambi pada :

Hari : Senin
Tanggal : 19 Juni 2023
Judul Skripsi : Pengaruh Metode Demonstrsi Menyikat Gigi dengan Media
Phantom dan Bahasa Isyarat Terhadap Penurunan Indeks Plak
pada Anak Tunarungu di SLBN 1 Kota Jambi

Penguji I Penguji II

H. Asio, S.Si.T, M.Kes drg. David Rudi, M. Kes


NIP: 19680214 198903 1 005 NIP: 19690801 200003 1 002

Penguji III

drg. Karin Tika Fitria, M. Biomed


NIP: 198306042009122001

Mengetahui,
Ketua Jurusan Kesehatan Gigi
Poltekke Jambi

Hendry Boy, S.Si.T, MDSc

v
NIP.197407271996031001
INTI SARI

PENGARUH METODE DEMONSTRASI MENYIKAT GIGI DENGAN


MEDIA PHANTOM DAN BAHASA ISYARAT TERHADAP
PENURUNAN INDEKS PLAK PADA ANAK TUNARUNGU
DI SLB N 1 KOTA JAMBI

Wardani. N.F.K1, Kurnianti. R2, Rusmiati3

Kebersihan mulut memiliki peran penting dalam kesehatan mulut.


Kebersihan mulut yang buruk dapat menyebabkan penyakit lokal dan sistematik.
Plak adalah penyebab umum penyakit gigi lokal. Plak merupakan deposit lunak,
tidak berwarna, mengandung bakteri dan melekat pada permukaan gigi.
Keterampilan menyikat gigi dan mulut menjadi masalah pada anak – anak
terutama pada anak tunarungu secara umum untuk memaksimalkan kebersihan
gigi dan mulut yaitu dengan salah satunya menyikat gigi dengan menggunakan
metode kombinasi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh metode
demonstrasi menyikat gigi dengan media phantom dan bahasa isyarat terhadap
penurunan indeks plak pada anak tunarungu di SLB N 1 Kota Jambi.
Desain penelitian Kuasi Eksperimen dengan one grup pre-test dan post-
test. Sebanyak 32 responden usia 6 – 14 tahun dipilih dengan menggunakan
metode purposive sampling. Responden diberikan demonstrasi menyikat gigi
dengan media phantom dan bahasa isyarat. Pengumpulan data menggunakan
lembar pemeriksaan indeks plak skor dilakukan sebelum dan sesudah demonstrasi
menyikat gigi. Data di analisis dengan uji statistik Wilcoxon signed rank test.
Hasil penelitian menunjukkan plak indeks sebelum demonstrasi menyikat
gigi sebanyak 20 anak masih berkriteria buruk dan 12 anak berkriteria sedang.
Sesudah dilakukan demonstrasi menyikat gigi sebanyak 26 anak sudah berkriteria
baik dan 6 anak berkriteria sedang. Hasil analisis menunjukkan penurun plak
indeks yang bermakna (p-value = 0,000). Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
metode demonstrasi menyikat gigi dengan media phantom dan bahasa isyarat
terhadap penurunan indeks plak pada anak tunarungu di SLB N 1 Kota Jambi.

Kata kunci : metode demonstrasi ; menyikat gigi ; indeks plak ; bahasa


isyarat
1
Mahasiswa
2
Dosen Pembimbing I
3
Dosen Pembimbing II

vi
ABSTRACT

THE INFLUENCE OF TEETH-BRUSHING DEMONSTRATION


METHODS PHANTOM MEDIA AND SIGN LANGUAGE
DECREASING PLAC INDEX IN DEAF CHILDREN
AT SLB N 1 CITY JAMBI

Wardani. N.F.K1, Kurnianti. R2, Rusmiati3

Oral hygiene has an important role in oral health. Poor oral hygiene can
cause local and systemic disease. Plaque is a common cause of local dental
disease. Plaque is a soft, colorless deposit, contains bacteria and adheres to the
tooth surface. Tooth and mouth brushing skills are a problem in children,
especially in deaf children in general to maximize dental and oral hygiene, one of
which is brushing their teeth using a combination method. The purpose of this
study was to determine the effect of the demonstration method of brushing teeth
using phantom media and sign language on reducing plaque index in deaf children
at SLB N 1 Jambi City.
Quasi-experimental research design with one group pre-test and post-test.
A total of 32 respondents aged 6-14 years were selected using a purposive
sampling method. Respondents were given a demonstration of brushing their teeth
using phantom media and sign language. Data collection using the plaque index
score sheet was carried out before and after the demonstration of brushing teeth.
Data were analyzed using the Wilcoxon signed rank test.
The results showed that 20 children had bad criteria for plaque index
before brushing demonstrations and 12 children had moderate criteria. After the
tooth brushing demonstration, 26 children had good criteria and 6 children had
moderate criteria. The results of the analysis showed a significant reduction in
plaque index (p-value = 0.000). It can be concluded that there is an effect of the
demonstration method of brushing teeth using phantom media and sign language
on reducing the plaque index in deaf children at SLB N 1 Jambi City.

Keywords: demonstration method ; tooth brushing ; plaque index ; sign


language
1
Dental Student
2
Advisor I
3
Advisor II

vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIK TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Program Studi Terapi Gigi Program Sarjana


Terapan Poltekkes Kemenkes Jambi, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Nurul Fuja Kesuma Wardani
NIM : PO71251190013
Program Studi : Terapi Gigi Program Sarjana Terapan
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Prodi Terapi Gigi Program Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Jambi
Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exslusive Royalti-Free Right) atas skripsi
saya yang berjudul :

“ Pengaruh Metode Demonstrasi Menyikat Gigi dengan Media Phantom dan


Bahasa Isyarat Terhadap Penurunan Indeks Plak pada Anak
Tunarungu di SLB N 1 Kota Jambi “

Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini, Prodi Terapi Gigi Program
Sarjana Terapi Poltekkes Kemenkes jambi berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengolah dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Jambi
Pada Tanggal : Juni 2023
Yang menyatakan

Nurul Fuja Kesuma Wardani

viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :
“Surely Allah will not change the
condition of a people before they
change their own condition”

Persembahan :
Skripsi ini aku persembahkan kepada
kedua orang tuaku tersayang Ayah
(Agus Budianto) dan Ibu (Mauliah),
serta semua pihak yang telah
mendukung, memberi motivasi dan
semangat selama ini.

ix
RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Nurul Fuja Kesuma Wardani

Tempat/tanggal lahir : Kuala Tungkal, 03 November 2001

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. KH. Dewantara

Riwayat Pendidikan :

TK : -

Sekolah Dasar : SDN 61/V Kuala Tungkal

Sekolah Menengah Pertama : MTsN 1 Tanjung Jabung Barat

Sekolah Menengah Atas : SMA N 1 Tanjung Jabung Barat

Perguruan Tinggi : Program Studi Terapi Gigi Program Sarjana

Terapan Poltekkes Kemenkes Jambi

x
KATA PENGANTAR

Allhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadiran allah SWT karena

berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi

yang berjudul “Pengaruh Metode Demonstrasi Menyikat Gigi dengan

Media Phantom dan Bahasa Isyarat Terhadap Penurunan Indeks Plak

pada Anak Tunarungu di SLB N 1 Kota Jambi”. Skripsi ini disusun sebagai

salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Terapi Gigi

Program Sarjana Terapan Poltekkes Kemenkes Jambi.

Bimbingan dan bantuan telah banyak diberikan dalam penyusunan skripsi

ini, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada :

1. Bapak Hendry Boy, S.SiT,. MDSc selaku Ketua Jurusan Kesehatan Gigi

Politeknik Kesehatan Jambi dan selaku pembimbing akademik selama

perkuliahan di Poltekkes Kemenkes Jambi.

2. Ibu drg. Rina Kurnianti, M.Pd selaku Ketua Prodi Terapi Gigi Program

Serjana Terapan sekaligus pembimbing utama dalam skripsi ini.

3. Ibu Rusmiati, S.SiT,.M.Pd selaku pembimbing pendamping dalam skripsi ini.

4. Kepada seluruh dosen dan staf kependidikan Jurusan Kesehatan Gigi Jambi,

terima kasih atas bimbingan dan bantuannya.

5. Kedua orang tuaku Bapak Agus Budianto dan Ibu Mauliah, yang telah

memberi semangat, motivasi dan do’a.

6. Saudara ku Ahmad Maulana Akmal dan Hifzurrahman yang telah memberi

semangat dan do’a.

xi
7. Teman-teman Program Studi Terapi Gigi Program Sarjana Terapan Poltekkes

Kemenkes Jambi angkatan 2019 yang telah membantu dan memberi

semangat.

Penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Penulis sepenuhnya menyadari

bahwa masih terdapat kesalahan dan kekurangan oleh karena itu diharapkan kritik

dan saran dari pembaca agar skripsi ini dapat dikembangkan guna penulisan

skripsi selanjutnya.

Jambi, Juni 2023

Penulis

xii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i


HALAMAN JUDUL DENGAN SPESIFIKASI ....................................... ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................................. iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iv
PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................. v
INTISARI .................................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................... vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ........ viii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .............................................................. ix
RIWAYAT HIDUP PENULIS ................................................................... x
KATA PENGANTAR ................................................................................. xi
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Plak ........................................................................................................... 8
B. Menyikat Gigi .......................................................................................... 12
C. Anak Tunarungu ...................................................................................... 17
D. Kerangka Teori ........................................................................................ 21
BAB III METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep ..................................................................................... 23
B. Variable Penelitian dan Definisi Operasional .......................................... 23
C. Hipotesis.................................................................................................... 23
D. Desain Penelitian....................................................................................... 24
E. Subjek Penelitian....................................................................................... 25
F. Sumber Data Penelitian ............................................................................. 26
G. Instrumen Penelitian ................................................................................. 26
H. Teknik Pengumpulan Data ....................................................................... 27
I. Teknik Pengolahan Data .......................................................................... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Karakteristik Responden Penelitian .......................... 31
B. Analisa Univariat ..................................................................................... 32
C. Uji Normalitas .......................................................................................... 32
D. Uji Bivariat ............................................................................................... 33

xiii
BAB V PEMBAHASAN
A. Menyikat Gigi dengan Teknik Kombinasi ............................................... 35
B. Plak Indeks ............................................................................................... 39

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan .............................................................................................. 43
B. Saran ......................................................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ..................................................................... 23

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas Pada Anak


Tunarungu SLB N 1 Kota Jambi ................................................... 31

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Pada Anak Tunarungu SLB N 1 Kota Jambi ................................ 31

Tabel 4.3 Distribusi Plak Skor Sebelum dan Sesudah Demonstrasi


Menyikat Gigi dengan Media Phantom dan Bahasa Isyarat pada
Anak Tunarungu di SLBN 1 Kota Jambi ..................................... 32

Tabel 4.4 Uji Normalitas Data Indeks Plak Sebelum dan Sesudah
Demonstrasi Menyikat Gigi dengan Media Phantom dan Bahasa
Isyarat ........................................................................................... 33

Tabel 4.5 Plak Skor Sebelum dan Sesudah dilakukan Menyikat Gigi
dengan Media Phantom dan Bahasa Isyarat pada Anak
Tunarungu di SLBN 1 Kota Jambi ............................................... 33

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Siswa SLB Negeri 1 Kota Jambi Tingkat SDLB Jurusan
Tunarungu

Lampiran 2. Informed Consent

Lampiran 3. Formulir Pemeriksaan Plak Skor

Lampiran 4. Hasil Pengolahan Data

Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian

Lampiran 6. Keterangan Layak Etik

Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebersihan adalah upaya untuk mencegah berbagai penyakit yang ada

pada tubuh. Salah satu upaya menjaga kebersihan tubuh adalah dengan

menjaga kebersihan gigi dan mulut. Cara menjaga kebersihan gigi dan mulut

adalah dengan menyikat gigi yang baik dan benar (Paramitha dkk, 2018). Di

Indonesia kebersihan gigi dan mulut cenderung bermasalah, hal ini dapat

dibuktikan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018,

yaitu 57,6% warga Indonesia mempunyai masalah pada kesehatan rongga

mulut. Namun jika diamati dari persentase pada warga Indonesia, terlihat jika

warga yang menyikat gigi setiap harinya yaitu 94,7%. Tapi, sekitar 2,8% saja

warga yang bisa menggosok gigi dengan benar. Di Provinsi Jambi terlihat

jika 45% penduduk mempunyai masalah pada kesehatan gigi dan 96,4%

orang yang sikat gigi pada setiap hari, hanya terlihat 1,0% orang yang

menggosok gigi dengan benar (Kemenkes RI, 2018).

Menurut (Potter & Perry, 2005) kebiasaan menyikat gigi yang masih

sangat kurang tepat dan cara menyikat gigi yang belum benar dapat

menyebabkan pemasalahan pada gigi dan mulut. Menyikat gigi setelah makan

di pagi hari bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang menempel

setelah makan dan sebelum tidur malam bertujuan untuk membersihkan sisa-

sisa makanan yang menempel setelah makan malam. Kebersihan gigi dan

mulut yang buruk dapat berlanjut menjadi salah satu faktor resiko timbulnya

1
2

berbagai penyakit dirongga mulut seperti penyakit karies gigi. Oleh karena itu

tindakan pencegahan perlu ditingkatkan agar tidak terjadi kerusakan pada

gigi. Tindakan pencegahan dapat berupa penyuluhan mengenai cara menyikat

gigi yang benar, peningkatan pengetahuan tentang faktor-faktor penyebab

karies dan kontrol ke pelayanan kesehatan gigi tiap 6 bulan sekali.

Dalam membersihkan gigi, harus memperhatikan pelaksanaan waktu,

penggunaan alat, dan cara yang tepat untuk membersihkan gigi. Oleh karena

itu, kebiasaan menggosok gigi merupakan tingkah laku manusia dalam

membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan yang dilakukan secara terus

menerus, menggosok gigi dengan teliti sebanyak dua kali sehari (setelah

makan dan sebelum tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif

(Potter & Perry, 2005).

Pada umumnya keadaan kebersihan gigi anak lebih buruk dan lebih

banyak yang salah dalam menggosok giginya dibanding orang dewasa.

Karena pada umumnya kebiasaan anak dalam menyikat gigi hanyalah

bertujuan untuk menyegarkan mulut saja, bukan karena mengerti bahwa hal

tersebut baik untuk kesehatan gigi, sehingga anak cenderung menyikat gigi

dengan semaunya sendiri (Tomasowa, 2000).

Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya dilakukan

sejak usia dini. Usia sekolah dasar merupakan saat yang ideal untuk melatih

kemampuan motorik seorang anak, termasuk diantaranya menggosok gigi.

Kemampuan menggosok gigi secara baik dan benar merupakan faktor cukup

penting untuk pemeliharaan gigi dan mulut (Riyanti, 2005). Anak sekolah
3

memerlukan pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menyikat gigi.

Penyakit karies pada anak, banyak dan sering terjadi namun kurang mendapat

perhatian dari orang tua karena anggapan bahwa gigi anak akan digantikan

gigi tetap. Orang tua menyadari bahwa dampak yang ditimbulkan sebenarnya

akan sangat besar bila tidak dilakukan perawatan untuk mencegah karies

sejak dini pada anak (Angel, 2005).

Anak berkebutuhan khusus merupakan anak yang membutuhkan

perlakuan khusus disebabkan adanya gangguan perkembangan dan kelainan

yang dialami anak. Keterbatasan kemampuan pada anak berkebutuhan khusus

dapat bersifat fisik seperti tunanetra dan tunarungu, ataupun keterbatasan

kemampuan yang bersifat psikologis seperti autism dan Attention Defsit

Hyperactivity Disorder (ADHD) (Suharmini, 2007).

Menurut WHO pada tahun 2019 diperkirakan terdapat sekitar 466 juta

orang di dunia mengalami gangguan pendengaran, dimana 34 juta

diantaranya merupakan anak-anak (Who.int, 2019). Sebanyak 360 juta atau

sekitar 5,3% penduduk dunia mengalami ketulian. Berdasarkan RISKESDAS

tahun 2018 proporsi tunarungu sejak lahir pada umur 24-59 bulan di

Indonesia yaitu sebesar 0,11% (Kemenkes RI, 2018). Menurut data Sistem

Informasi Manajemen Penyandang Disabilitas (SIMPD) dari Kementrian

Sosial yang diunduh pada tanggal 8 oktober 2019, diantara penyandang

disabilitas di Indonesia, sebanyak 7,03% nya merupakan penyandang

disabilitas rungu (Kemsos.go.id, 2019).


4

Permasalahan perawatan gigi dan mulut bagi orang orang normal pada

umumnya tidak mengalami kendala yang berarti. Bagi anak berkebutuhan

khusus yaitu anak yang mengalami keterbatasan fisik, mental intelektual

sosial maupun emosional, yang berpengaruh secara signifikan dalam proses

pertumbuhan atau perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain

yang seusia dengannya, menyikat gigi tentu menjadi kendala. Keterbatasan

penyandang tunarungu yaitu mendengar atau berbicara, keterbatasan inilah

yang menjadi salah satu hambatan bagi penyandang tunarungu untuk

memperoleh pengetahuan tentang kesehatan gigi dan mulut yang nantinya

akan menentukan sikap dan tindakan anak dalam menjaga kebersihan rongga

mulut. Sehingga prevalensi terjadinya karies dan penyakit periodontal yang

sering terjadi pada anak, khususnya pada anak tunarungu menjadi lebih tinggi

akibat keterbatasan kemampuan yang dimiliki (KemenPPPA, 2013).

Pada anak tuna rungu, proses pemahaman dalam membaca akan

terlambat. Proses pemahaman yang diterima melalui gambar dan tulisan akan

lebih membutuhkan waktu yang lama karena harus diutarakan secara konkret

melalui gerakan atau demonstrasi langsung dan dengan bahasa yang mudah

dimengerti oleh mereka yaitu bahasa isyarat. Anak tunarungu menggunakan

bahasa isyarat untuk menggantikan suatu kata atau frasa, misalnya

mengangguk untuk mengatakan ya, untuk menunjukkan perasaan misalnya

memukul meja untuk menunjukkan kemarahan. Pada dasarnya, seorang anak

tuna rungu hanya dapat menerima informasi sebagai pengetahuan yang

disampaikan secara konkret dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu satunya


5

yaitu megajarkan dan mempraktekkan cara menyikat gigi. Menyikat gigi

merupakan salah satu cara untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan

mulut untuk mencegah terjadinya penyakit pada gigi dan mulut (Frieda, 2011).

Penyakit jaringan penyangga gigi (jaringan periodontal) yang

merupakan akibat dari terabaikannya kebersihan gigi dan mulut oleh

akumulasi bakteri plak. Sumber dari penyakit tersebut adalah akibat

kebersihan gigi dan mulut yang terabaikan (Kemenkes RI, 2013). Plak

merupakan penyebab lokal terjadinya berbagai kasus penyakit gigi. Ini

disebabkan oleh aktifitas dari mikroorganisme yang terkandung dalam plak.

Asam yang dihasilkan dari fermentasi gula oleh kokus akan menyebabkan

terjadinya demineralisasi lapisan email gigi sehingga struktur gigi menjadi

rapuh dan mudah berlubang. Toxin-toxin hasil metabolisme bakteri pun dapat

menyebabkan terjadinya kerusakan pada jaringan penyangga gigi dan mukosa

mulut (Odslvdq V, 2013). Plak adalah deposit lunak, tidak berwarna,

mengandung bakteri, dan melekat pada permukaan gigi. Salah satu

pencegahan yang bisa dilakukan adalan membersihkan mulut dengan

menyikat gigi (Arifin S, 2016).

Menyikat gigi adalah tindakan pencegahan plak yang paling mudah

dilakukan. Menyikat gigi dapat dilakukan dengan berbagai metode antara lain

metode horizontal, vertical, roll, charter, bass, stillman-mc call, fisiolgis-

smith, sirkular, dan kombinasi. Diantar beberapa metode tersebut, metode

kombinasi adalah metode yang paling sering digunakan pada umumnya.

Metode ini menggabungkan dari beberapa metode dalam menyikat gigi,


6

teknik ini cukup efektif digunakan karna dapat membersihkan permukaan gigi

dengan baik sesuai dengan letak, bentuk dan posisi gigi (Hidayati S dkk,

2009).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan dari beberapa SLB yang ada

di Kota Jambi untuk jumlah responden terbanyak terkhusus anak tunarungu

terdapat di SLB N 1 Kota Jambi. Dan saat survey awal yang dilakukan di

SLB N 1 Kota Jambi bahwasanya 3 dari 6 anak tunarungu masih salah dalam

teknik menyikat giginya, terlihat dari disclosing yang masih tertinggal saat

menyikat gigi. Berdasarkan permenpan No. 37 Tahun 2019 tentang jabatan

fungsional terapi gigi pasal 8 yang menyatakan bahwa pendidikan Diploma

IV pada individu atau kelompok berkebutuhan khusus. Berdasarkan uraian

diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh metode

demonstrasi menyikat gigi dengan media phantom dan bahasa isyarat

terhadap penurunan indeks plak pada anak tunarungu di SLB N 1 Kota Jambi.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh metode demonstrasi menyikat gigi dengan media

phantom & bahasa isyarat terhadap penurunan indeks plak pada anak

tunarungu di SLB N 1 Kota Jambi?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh metode demostrasi menyikat gigi

dengan media phantom & bahasa isyarat terhadap penurunan indeks plak

pada anak tunarungu di SLB N 1 Kota Jambi tahun 2023.


7

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui indeks plak anak tunarungu di SLB N 1 Kota

Jambi sebelum dan sesudah diberikan metode demonstrasi menyikat

gigi dengan media phantom dan bahasa isyarat.

b. Untuk mengetahui pengaruh metode demonstrasi menyikat gigi

dengan media phantom dan bahasa isyarat terhadap keterampilan

menyikat gigi pada anak tunarungu di SLB N 1 Kota Jambi.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Anak Tunarungu di SLB N 1 Kota Jambi

Meningkatkan kemampuan menyikat gigi dengan baik dan benar serta

memudahkan anak tuna rungu di SLB N 1 Kota Jambi menyikat gigi.

2. Bagi SLB N 1 Kota Jambi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan anak

menyikat gigi dengan menggunakan metode menyikat gigi yang tepat pada

anak tunarungu di SLB N 1 Kota Jambi.

3. Bagi Jurusan Kesehatan Gigi

Menambah referensi perpustakaan Jurusan Kesehatan Gigi Politeknik

Kesehatan Kemenkes Jambi, dan hasil penelitian diharapkan dapat

dijadikan sebagai informasi dan kajian serta menjadi acuan untuk

dilakukan penelitian selanjutnya.

4. Bagi penulis

Dapat meluaskan pengetahuan serta menambah pemahaman di bidang

kesehatan gigi dan mulut.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Plak

1. Pengertian Indeks

Indeks adalah suatu angka yang menunjukkan keadaan klinis yang didapat

pada waktu dilakukan pemeriksaan, dengan cara mengukur luas dari permukaan

gigi yang ditutupi oleh plak maupun kalkulus, dengan demikian angka yang

diperoleh berdasarkan penilaian yang objektif (Putri dkk 2019).

2. Pengertian Plak

Plak gigi adalah biofilm, biasanya kuning pucat, yang berkembang

secara alami pada gigi. Seperti biofilm, plak gigi terbentuk oleh bakteri

colonial berusaha untuk menempel pada permukaan halus pada gigi. Ada

yang berspekulasi bahwa plak merupakan bagian dari system pertahanan

dengan membantu mencegah kolonisasi oleh mikroorganisme yang mungkin

menjadi pathogen (Yundali dkk, 2012).

Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat terlihat, kecuali diwarnai

dengan larutan disclosing atau sudah mengalami diskolorasi oleh pigmen-

pigmen yang berada dalam rongga mulut. Jika menumpuk plak akan terlihat

berwarna abu-abu, abu-abu kekuningan atau kuning. Plak biasanya mulai

terbentuk pada sepertiga permukaan gingival dan pada permukaan gigi yang

cacat dan kasar (Putri dkk, 2010).

Pembentukan plak terjadi secara acak tetapi terjadi secara teratur.

Partikel yang berasal dari saliva atau cairan gingiva akan terbentuk terlebih

8
9

dahulu pada gigi. Bentuk awal dari plak lebih kariogenik sedangkan bentuk

akhirnya dapat merangsang terjadinya penyakit periodontal (Yuwono L,

1989).

3. Indeks Plak

Terdapat beberapa jenis indeks yang dapat digunakan untuk mengukur

plak seseoran, diantaranya yaitu : indeks plak O’Leary, indeks plak Leo dan

Sillnes, dan indeks plak Personal Hygiene Performance.

a. Indeks plak O’Leary

Indeks plak O’Leary menggunakan gambar atau grafik yang digunakan

untuk menunjukkan lokasi plak, sehingga memungkinkan peneliti

melihat kemajuan responden setelah melakukan kontrol plak. Tahapan

dalam pengukuran indeks plak O’Leary adalah sebagai berikut :

1) Gigi dibagi menjadi 4 bagian, yaitu mesial, distal, bukal, dan

lingual/palatal.

2) Semua gigi yang hilang diberi tanda “X” dan gigi yang masih ada

dicatat. Untuk tujuan dari kontrol plak, semua pontik atau bridge

harus diberikan skor yang sama seperti gigi yang asli.

3) Instruksikan responden untuk berkumur dahulu, fungsinya untuk

menghilangkan sisa makanan atau debris yang masih menempel pada

gigi.

4) Semua permukaan gigi diolesi disclosing solution.

5) Responden diinstruksikan berkumur dengan menggunakan air, untuk

memeriksa plak pada daerah dentogingival junction bisa menggunakan


10

ujung sonde. Bila plak ditemukan pada daerah dentogingival junction,

maka pada kartu diberi warna hitam atau merah.

Untuk mendapatkan nilai indeks plak dapat dihitung dengan cara

menjumlah total permukaan gigi yang diberi skor kemudian ditambahkan

dan dibagi dengan jumlah permukaan yang ada didalam rongga mulut

responden dan dikalikan seratus (O’Leary, 1972 dalam Pintauli dan

Hamada, 2010).

b. Indeks plak Loe dan Silness

Indeks plak Loe dan Silness digunakan untuk mengukur plak

berdasarkan pada lokasi dan kuantitas plak yang berada dekat dengan

margin gingiva. Gigi yang diperiksa meliputi empat permukaan yaitu :

mesial, distal, lingual, palatal, kemudian dihitung skornya.

Skor 0-1 baik, 1,1-2 sedang, dan 2,1-3 buruk. Untuk menghitung

satu gigi, jumlah seluruh skor dari empat permukaan dibagi empat. Untuk

menghitung keseluruhan gigi jumlah skor indeks plak dibagi jumlah gigi

yang ada (Loe dan Silness, 1964 dalam Pintauli dan Hamada, 2010).

c. Indeks plak Personal Hygiene Performance

Podshadley dan Haley (1968) dalam Pintauli dan Hamada, (2010)

menjelaskan bagaimana cara pemeriksaan indeks plak Personal Hygiene

Performance (PHP) sebagaai berikut :

1) Untuk memeriksa plak yang terbentuk pada permukaan gigi bisa

dengan menggunakan larutan disclosing solution.


11

2) Lakukan pemeriksaan mahkota gigi pada bagian palatal atau lingual

dengan membagi tiap permukaan mahkota menjadi lima bagian,

yaitu D (distal), G (sepertiga tengah gingiva), M (mesial), C

(sepertiga tengah), I/O (sepertiga tengah insisal atau oklusal).

3) Pemeriksaan secara sistematis :

a) Pemeriksaan pada permukaan labial gigi incisivus satu kanan atas.

b) Pemeriksaan pada permukaan labial gigi incisivus satu kiri bawah.

c) Pemeriksaan pada permukaan bukal gigi molar satu kanan atas.

d) Pemeriksaan pada permukaan bukal gigi molar satu kiri atas.

e) Pemeriksaan pada permukaan lingual gigi molar satu kiri bawah.

f) Pemeriksaan pada permukaan lingual gigi molar satu kanan bawah.

4) Cara penilaian plak : nilai 0 = tidak terdapat plak, nilai 1 = terdapat

plak.

5) Untuk menentukan indeks plak Personal Hygiene Performance

digunakan rumus jumlah total skor plak seluruh permukaan gigi

yang diperiksa dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa.

6) Kriteria penilaian

0 = sangat baik

0,1 – 1,7 = baik

1,8 – 3,4 = sedang

3,5 – 5,0 = buruk

d. Indeks Plak Ramfjord

Indeks plak kontemporer diperkenalkan oleh Ramfjord (1956)


12

sebagai bagian dari indeks penyakit periodontalnya. Teknik ini

sebagaimana dimodifikasi oleh Schick & Ash (1961), telah digunakan

untuk berbagai penelitian. Modifikasi tersebut terdiri dari pemeriksaan

permukaan bukal dan lingual dari 6 gigi terpilih dan membatasi skor plak

pada separuh gingiva dari inter permukaan proksimal. Berikut sistem

penilaian yang digunakan :

0 = Tidak adanya plak gigi

1 = Plak gigi di daerah interproksimal atau pada margin gingiva

menutupi kurang dari 1/3 bagian gingiva, permukaan bukal atau

lingual

2 = Plak gigi menutupi lebih dari 1/3 tetapi kurang dari 2/3 bagian

gingiva, permukaan bukal atau lingual

3 = Plak gigi yang menutupi 2/3 atau lebih setengah gingiva

permukaan bukal atau lingual gigi

Total skor dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa untuk

mendapatkan skor rata-rata.

B. Menyikat Gigi

1. Pengertian Menyikat gigi

Menyikat gigi adalah rutinitas yang penting dalam menjaga dan

memelihara kesehatan gigi dari bakteri dan sisa makanan yang melekat

dengan menggunakan sikat gigi. Menyikat gigi merupakan suatu upaya yang

dilakukan untuk menjaga agar gigi tetap dalam keadaan yang bersih dan sehat

(Puspita & Sirat, 2017).


13

2. Waktu Menyikat Gigi

Cara merawat kesehatan gigi yang paling sederhana adalah menyikat

gigi secara rutin dan teratur minimal 2 kali sehari, waktu terbaik menyikat

gigi adalah setelah makan pagi dan sebelum tidur malam. Menyikat gigi

setelah makan bertujuan untuk mengangkat sisa-sisa makanan yang

menempel di permukaan ataupun di sela-sela gigi dan gusi. Sedangkan

menyikat gigi sebelum tidur berguna untuk menahan perkembangbiakan

bakteri dalam mulut karena dalam keadaan tidur tidak diproduksi ludah yang

berfungsi membersihkan gigi dan mulut secara alami (Hidayat R dkk, 2016).

3. Jenis Sikat Gigi

Menurut (Erwana A, 2013), memilih jenis sikat gigi yang baik sesuai

kriteria sikat gigi yang baik yaitu :

a. Gagang sikat harus lurus, supaya memudahkan mengontrol gerakan

penyikatan. Kalau tidak, nanti bisa mengarah ke tidak tepat cara.

b. Kepala sikat tidak lebar dan membulat supaya tidak melukai jaringan

lunak lain seperti pipi, saat menyikat gigi bagian belakang.

c. Bulu sikat dipilih yang lembut agar tidak melukai gusi dan mudah masuk

ke sela-sela gigi.

4. Tujuan Menyikat Gigi

Menurut (Pintauli dan Hamada, 2016), tujuan menyikat gigi adalah :

a. Membersihkan plak atau mencegah terjadinya pembentukan plak

b. Membersihkan sisa-sisa makanan, debris atau stain


14

c. Merangsang jaringan gingiva

d. Melapisi permukaan gigi dengan fluor

5. Cara Menyikat Gigi

Berbagai metode menyikat yang dikenal, dibedakan berdasarkan

gerakan yang dibuat sikat, pada prinsipnya terdapat enam pola dasar yaitu

sebagai berikut :

a. Metode vertikal

Untuk menyikat bagian depan gigi kedua rahang tertutup lalu disikat

dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Untuk permukaan gigi belakang,

gerakan yang dilakukan mulut dalam keadaan terbuka (Ginanjar, 2006).

b. Metode horizontal

Semua permukaan gigi disikat dengan gerakan ke kiri dan ke

kanan. Kedua cara tersebut cukup sederhana, tetapi tidak begitu

baik digunakan karena dapat mengakibatkan turunnya gusi (Ginanjar,

2006).

c. Metode roll

Menyikat gigi dengan metode roll merupakan gerakan sederhana,

paling dianjurkan, efisien, dan menjangkau semua bagian mulut. Bulu

sikat ditempatkan pada permukaan gusi, jauh dari permukaan oklusal.

Ujung bulu sikat mengarah ke apex. Gerakan perlahan-lahan melalui

permukaan gigi sehingga permukaan bagian belakang kepala sikat

bergerak dalam lengkungan. Waktu bulu sikat melalui mahkota gigi,

kedudukannya hampir tegak terhadap permukaan email. Ulangi gerakan


15

ini sampai ±12 kali sehingga tidak ada yang terlewat. Cara ini dapat

menghasilkan pemijatan gusi dan membersihkan sisa makanan di daerah

interproksimal. Menyikat gigi dengan metode roll untuk membersihkan

kuman yang menempel pada gigi. Metode roll adalah menggerakan sikat

seperti berputar (Ginanjar, 2006).

d. Metode charter,s

Metode menyikat gigi ini dilakukan dengan meletakkan bulu sikat

menekan pada gigi dengan arah bulu sikat menghadap permukaan

kunyah/oklusal gigi. Arahkan 45º pada daerah leher gigi. Tekan pada

daerah leher gigi dan sela-sela gigi kemudian getarkan minimal 10

kali pada tiap-tiap area dalam mulut. Gerak berputar dilakukan

terlebih dulu untuk membersihkan daerah mahkota gigi. Metode ini baik

untuk membersihkan plak di daerah sela-sela gigi, pada pasien yang

memakai orthodontic cekat/kawat gigi dan pada pasien dengan gigi

tiruan yang permanen (Pratiwi D, 2009).

e. Metode bass

Metode penyikatan ini ditujukan untuk membersihkan daerah leher

gingival dan untuk ini, ujung sikat dipegang sedemikian rupa sehingga

bulu sikat terletak 45º terhadap sumbu gigi geligi. Ujung bulu sikat

mengarah ke leher gingival. Sikat kemudian ditekan kearah gingiva dan

digerakkan dengan gerakan memutar yang kecil sehingga bulu sikat

masuk ke daerah leher gingival dan juga terdorong masuk diantara

gigi geligi. Metode ini dapat menimbulkan rasa sakit bila jaringan
16

terinflamasi dan sensitiv. Bila gingival dalam keadaan sehat, metode bass

merupakan metode penyikatan yang baik, terbukti teknik ini merupakan

metode yang paling efektif untuk membersihkan plak (Pratiwi D, 2009).

f. Metode stillman

Metode ini mengaplikasikan dengan menekan bulu sikat dari arah

gusi ke gigi secara berulang-ulang. Setelah sampai di permukaan kunyah,

bulu sikat digerakkan memutar. Bulu sikat diletakkan pada area batas gusi

dan gigi sambil membentuk sudut 45º dengan sumbu tegak gigi seperti pada

metode bass (Pratiwi D, 2009).

g. Metode fones’s

Metode gerakkan sikat secara horizontal sementara gigi ditahan

pada posisi menggigit atau oklusi. Gerakan dilakukan memutar dan

mengenai seluruh permukaan gigi atas dan bawah (Pratiwi D, 2009).

h. Metode fisiologis

Metode ini digunakan ikat gigi dengan bulu-bulu sikat yang lunak.

Metode ini didasarkan pada anggapan bahwa penyikatan gigi menyerupai

jalannya makanan, yaitu dari mahkota kearah gusi. Letak bulu sikat

tegak lurus pada permukaan gigi, sedangkan tangkai sikat gigi

dipegang horizontal (Pratiwi D, 2009).

i. Metode kombinasi

Metode ini menggabungkan metode menyikat gigi horizontal (kiri-

kanan), vertical (atas-bawah) dan sirkular (memutar). Setelah itu

dilakukan penyikatan pada lidah di seluruh permukaannya, terutama


17

bagian atas lidah. Gerakan pada lidah tidak ditentukan, namun

umumnya adalah dari pangkal belakang lidah sampai ujung lidah

(Pratiwi D, 2009).

C. Anak Tunarungu

1. Pengertian Tunarungu

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tunarungu adalah

istilah lain dari tuli yaitu tidak dapat mendengar karena pendengarannya

rusak. Secara etimologi, tunarungu berasal dari kata “tuna” dan “rungu” kata

tuna yang artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Jadi orang yang

dikatakan tunarungu apabila seseorang tersebut tidak mampu mendengar atau

kurang mampu mendengar suara (Depdikbud, 2003).

2. Faktor Penyebab Tunarungu

a. Sebelum lahir (prenatal)

Yaitu ketunarunguan yang terjadi ketika anak masih berada didalam

kandungan ibunya. Adanya beberapa kondisi yang menyebabkan

ketunarunguan pada saat anak dalam kandungan antara lain :

1) Keturunan (Hereditas)

2) Penyakit cacar air jerman (campak) atau Maternal Rubella

Penyakit ini bahaya apabila menyerang ibu hamil dalam usia tiga

bulan pertama karena dapat mempengaruhi atau berakibat buruk

terhadap anak atau bayi yang dikandungnya.

3) Pemakaian antibiotik overdosis (Sutjihati, 2007)


18

b. Toxoemia

Ketika ibu sedang mengandung karena suatu sebab tertentu ibu

mengalami keracunan pada darahnya. Kondisi ini dapat berpengaruh pada

rusaknya plasenta atau janin yang sedang dikandung (Sutjihati, 2007).

c. Rhesus Vactors

Ketunarunguan yang terjadi pada anak karena ketidak cocokan antara

rhesus ibu dengan rhesus anak yang ada di kandungan. Karena ketidak

cocokan tersebut, maka sel-sel darah merah yang membentuk antibody justru

akan merusak sel-sel darah merah anak dan akan mengalami kekurangan

darah merah serta mengalami sakit kuning (Sutjihati, 2007)

d. Tang Verlosing

Adakala nya bayi yang dikandung tidak dapat terlahir secara wajar,

artinya untuk mengeluarkan bayi dari kandungan mempergunakan

pertolongan atau alat bantu (Sutjihati, 2007)

e. Ketunarunguan setelah lahir

Ketunarunguan yang terjadi setelah anak dilahirkan oleh ibunya.

Penyebabnya adalah :

1) Penyakit Muningitis Cerebralis adalah peradangan yang terjadi di

selaput otak

2) Infeksi ada kemungkinan anak setelah lahir diserang penyakit

campak, stip, influenza, thyipus, dan lain-lain

3) Otitis media Kronis, keadaan ini menunjukkan dimana cairan otitis

media (kopokan) yang berwarna kekuning-kuningan tertimbun

dibawah telinga bawah (Sutjihati, 2007)


19

3. Karakteristik Anak Tunarungu

Jika dibandingkan dengan ketunaan yang lain, ketunarunguan tidak

nampak jelas, karena tampak sepintas fisik mereka tidak nampak memiliki

kelainan. Tetapi berbagai ketunarunguan, anak memiliki karakteristik yang

khas.

a. Ciri khas dari fisik

1) Cara berjalan agak cepat dan agak membungkuk. Hal ini disebabkan

adanya kemungkinan kerusakan pada alat pendengaran bagian alat

keseimbangan

2) Gerakan matanya cepat dan agak beringas. Hal ini menunjukkan

bahwa ia ingin menangkap keadaan sekitar sehingga anak tuna rungu

dapat disebut manusia pemata

3) Gerakan badannya lincah dan cepat. Hal tersebut terlihat dalam

mengadakan komunikasi yang mereka cenderung menggunakan

gerak isyarat dengan orang sekitarnya, dapat dikatakan pula bahwa

anak tunarungu adalah manusia motoric

4) Dalam keadaan bermain, tidur, atau sedang tidak berbicara

pernafsannya tetap stabil atau sama (Sutjihati, 2007)

b. Ciri khas berdasarkan intelegensi

Intelegensi merupakan motor dari perkembangan mental dari

seseorang. Intelegensi anak tunarungu tidak banyak berbeda dengan anak

normal pada umumnya ada yang memiliki intelegensi rendah. Sesuai dengan
20

sifat ketunarunguannya pada umunya anak tunarungu sukar menangkap

pengertian-pengertian yang abstrak sebab dalam hal ini deiperlukan

pemahaman yang baik akan bahasa lisan maupun bahasa tulisan-tulisan,

sehingga pada umumnya anak tunarungu dalam segi intelegensi dapat

dikatakan tidak berbeda dengan anak pada umumnya tetapi dalam hal

intelegensi rata-rata rendah (Sutjihati, 2007)

c. Ciri khas berdasarkan emosi

Kekurangan pemahaman akan bahasa lisan atau tulisan sering kali

menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan sebab sering kali menimbulkan

kesalah pahaman yang dapat menimbulkan hal-hal negatif dan

menimbulkan tekanan pada emosinya. Tekanan emosi ini dapat

menghambat perkembangan kepribadiannya dengan menampilkan sikap,

menutup diri, bertindak secara agresif, atau sebaliknya merupakan

kebimbangan dan keragu-raguan. Hal ini yang menyebabkan penyandang

tunarungu memiliki emosi yang tidak stabil (Sutjihati, 2007)

d. Ciri khas dari segi sosial

Dalam kehidupan sosial anak tunarungu mempunyai kebutuhan

yang sama dengan anak biasa pada umumnya, yaitu mereka memerlukan

interaksi antara anak tunarungu dan sekitarnya. Interaksi antar individu

dengan individu, antar individu dengan kelompok, dengan keluarga dan

dengan lingkungan masyarakat yang lebih luas. Perlakuan yang kurang

wajar dari anggota keluarga atau anggota masyarakat yang berada

disekitarnya dapat menimbulkan beberapa aspek kognitif seperti :


21

1) Perasaan rendah diri dan merasa diasingkan oleh keluarga dan

masyarakat

2) Perasaan cemburu dan syak wasangka dan merasa diperlakukan

tidak adil

3) Kurang dapat bergaul, mudah marah dan berlaku agresif atau

sebaliknya

4) Akibat yang lain dapat menimbulkan cepat merasa bosan tidak tahan

berfikir lama (Sutjihati, 2007)

e. Ciri khas dari segi bahasa

Sesuai dengan kekurangan atau kelebihan disandangnya anak

tunarungu dalam penguasaan bahasa mempunyai ciri-ciri khas :

1) Miskin dalam kosa kata

2) Sulit mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung arti

kiasan

3) Sulit mengartikan ungkapan-ungkapan bahasa yang mengandung

irama dalam bahasa (Sutjihati, 2007)

C. Kerangka Teori

Didalam buku Notoadmojo 2010 merumuskan bahwa perilaku

merupakan respons atau reaksi terhadap stimulus (rangsangan dari luar),

dimana perilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,

dan kemudian organisme tersebut merespon, biasa disebut teori “S-O-R” atau

Stimulus Organisme Respons.


22

Berdasarkan teori “S-O-R” maka dapat dirumuskan kerangka teoritis

dari penelitian ini, stimulus berupa menyikat gigi dengan menggunakan

teknik kombinasi, organisme merupakan individu yang diteliti yaitu

responden penelitian ini anak tunarungu, sedangkan respons adalah

perubahan perilaku yang diharapkan setelah mendapatkan materi demonstrasi

menyikat gigi dengan menggunakan teknik kombinasi.

Stimulus Organisme Respon

Respon Terbuka :

1. Pengetahuan
2. Sikap

Respon Tertutup :

1. Tindakan
2. Praktik
3.

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Kerangka Teori S-O-R dalam Notoadmojo (2010)


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Metode Demonstrasi
Menyikat Gigi dengan Media Indeks Plak
Phantom dan Bahasa Isyarat

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

B. Variable Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Bebas (Independen)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode demonstrasi menyikat

gigi dengan media phantom dan bahasa isyarat

2. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah indeks plak

3. Definisi Operasional

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Alat Skala
Definisi Operasional Cara Ukur Hasil Ukur
Penelitian Ukur Ukur
Plak skor Plak adalah biofilm, biasanya Indeks Skor : 0-3 Rasio
kuning pucat yang plak skor 0 = tidak ada plak 0-1 : baik
berkembang secara alami 1 = plak pada interproksimal atau 1,1-2 :
pada gigi yang diukur dengan pada margin gingiva, menutupi 1/3 sedang
memberikan disclosing permukaan bukal dan lingual 2,1-3 :
solution. 2 = plak menutupi lebih dari 1/3 buruk
atau kurang dari 2/3 permukaan
bukal atau lingual
3 = plak menutupi 2/3 atau lebih
dari setengah permukaan bukal
atau lingual

C. Hipotesis

Ha : Metode demonstrasi menyikat gigi dengan media phantom dan bahasa

isyarat berpengaruh dalam penurunan indeks plak terhadap anak

tunarungu di SLB N 1 Kota Jambi

23
24

Ho : Metode demonstrasi menyikat gigi dengan media phantom dan bahasa

isyarat tidak berpengaruh dalam penurunan indeks plak terhadap anak

tunarungu di SLB N 1 Kota Jambi.

D. Desain Penelitian

Desain penelitian yang dugunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan rancangan quasi eksperiment atau eksperimen semu yaitu

penelitian dengan adanya perlakuan terhadap kelompok sampel tetapi tidak

ada kelompok kontrol atau semua kelompok sampel mendapat perlakuan

(Notoatmodjo, 2010).

Rancangan penelitian ini adalah one group pretest and postest. Indeks

plak diamati dua kali yaitu sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan.

Adapun rancangan penelitian adal sebagai berikut :


O₁ X O₂

Keterangan :

O₁ : Pengukuran indeks plak sebelum dilakukan demonstrasi menyikat gigi

dengan media phantom dan bahasa isyarat

O₂ : Pengukuran indeks plak sesudah dilakukan demonstrasi menyikat gigi

dengan media phantom dan bahasa isyarat

X₁ : Perlakuan sebelum dilakukan demonstrasi menyikat gigi dengan

media phantom dan bahasa isyarat

X₂ : Perlakuan sesudah dilakukan demonstrasi menyikat gigi dengan media

phantom dan bahasa isyarat


25

E. Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SLB 1 Kota Jambi.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan April-Mei 2023

3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah keseluruhan jumlah subyek penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Populasi penelitian adalah anak tuna rungu SLB N

1 Kota Jambi.

Sampel adalah sebagian dari individu yang diambil dari

keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi.

Apabila subjek lebih dari seratus, maka sampel sebanyak 10%-15% atau

20%-25% atau lebih. Sedangkan bila kurang dari seratus lebih baik

diambil semua (Notoadmojo 2010). Pengambilan sampel pada penelitian

ini adalah dengan metode Purposive Sampling yaitu penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2016). Anak tuna rungu di SLB

N 1 Kota Jambi tahun 2023 dengan total populasi 35 orang. Sampel yang

mewakili sebanyak 32 responden, dengan kriteria inklusi dan ekslusi

yaitu :

Kriteria Inklusi :

a. Anak tuna rungu di SLB N 1 Kota Jambi

b. Anak tuna rungu yang telah mendapatkan izin dari orang tua untuk

dilakukan penelitian
26

c. Anak tuna rungu yang hadir

d. Anak tuna rungu yang dapat diajak bekerja sama

e. Gigi yang diperiksa adalah gigi indeks

Kriteria Ekslusi :

a. Anak tunarungu dengan kondisi yang kurang sehat jasmani dan

rohani

b. Anak tunarungu yang menjadi observasi awal

c. Anak tunarungu yang mengundurkan diri dari penelitian

d. Jika gigi indeks tidak ada maka diganti dengan gigi yang

disebelahnya

F. Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian berasal dari observasi dan wawancara langsung

ke SLB N 1 Kota Jambi.

G. Instrumen Penelitian

Alat ukur yang digunakan yaitu indeks plak kontemporer dengan

menggunakan pewarna disclosing yang dioleskan ke seluruh permukaan gigi

kemudian diperiksa. Kemudian dihitung berdasarkan permukaan bukal dan

lingual dari 6 gigi yang terpilih dan membatasi skor plak pada separuh

gingiva dari interproksimal dengan skor :

0 : tidak ada plak

1 : plak pada daerah interproksimal atau pada margin gingiva, menutupi

kurang dari 1/3 permukaan bukal atau lingual


27

2 : plak menutupi lebih dari 1/3 atau kurang dari 2/3 bagiang gingiva

permukaan bukal atau lingual

3 : plak menutupi 2/3 atau lebih dari setengah gingiva permukaan bukal

atau lingual

Kemudian total skor seluruh permukaan dibagi dengan jumlah gigi

yang diperiksa untuk mendapatkan skor rata-rata.

Alat dan Bahan Penelitian :

1. Gelas kumur

2. Diagnosa set

3. Sikat gigi

4. Pasta gigi

5. Disclosing solution

6. Phantom gigi

H. Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer yang telah dilakukan

selama penelitian berlangsung. Data primer diperoleh dari pemeriksaan

indeks plak anak tuna rungu. Adapun langkah-langkah pengumpulan data

yaitu :

1. Persiapan

a. Meminta persetujuan dosen pembimbing dan surat pengantar dari

Jurusan Kesehatan Gigi kepada kepala Sekolah SLB Negri 1 Kota

Jambi untuk melakukan penelitian.


28

b. Meminta izin kepada kepala Sekolah SLB Negeri 1 Kota Jambi

untuk melakukan penelitian.

c. Penelitian ini akan dibantu oleh 7 orang mahasiswa Terapi Gigi

Program Sarjana Terapan dan sudah melakukan kalibrasi

2. Pelaksanaan

a. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2023

b. Responden berkumpul di ruang kelas, mahasiswa memberikan salam

pembuka serta perkenalan singkat yang dibantu dengan guru

pendamping anak tuna rungu

c. Menyiapkan alat dan bahan untuk melakukan penelitian

d. Memeriksa indeks plak responden sebelum dilakukan demonstrasi

menyikat gigi dengan disclosing lalu lihat berapa skornya

e. Kemudian peneliti memberikan demonstrasi menyikat gigi dengan

media phantom dan bahasa isyarat diikuti dengan responden

f. Lalu memeriksa kembali indeks plak responden dan hitung skornya

g. Setelah mendapatkan data dari responden, kemudian data

dikumpulkan lalu akan dikelola secara manual dan dianalisis

menggunakan computer

I. Teknik Pengolahan Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data

ringkasan atau angka ringkasan dengan menggunakan cara-cara atau


29

rumus tertentu (Notoadmojo, 2010). Proses pengolahan data melalui

tahap-tahap berikut :

a. Penyunting (editing)

Editing adalah memeriksa kembali data yang terkumpul untuk

mengecek kelengkapan dan kebenaran data jika ada kekeliruan akan

diperbaiki

b. Coding

Kegiatan mengklarifikasi data dan memberi kode pada setiap data

c. Memasukkan (entry) atau processing

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan dan kesalahan-kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi (Notoadmojo

2010)

d. Cleaning

Pembersihan data untuk menghindari kesalahan setelah dilakukan entri

data dan memastikan bahwa semua data yang sudah dientri siap dianalisa.

e. Scoring

Pada saat scoring, setiap total debrin indeks responden diurutkan

berdasarkan skor dan kategori.

2. Analisis Data

Analisa data hasil penelitian diolah menggunakan metode

penelitian deskriptif kuantitatif yaitu mendeskripsikan hasil penelitian


30

kedalam tabel. Adapun untuk mengetahui pengaruh metode demonstrasi

menyikat gigi dengan media phantom dan bahasa isyarat terhadap

penurunan indeks plak dilakukan uji independent t-test sehingga nantinya

dapat diketahui apakah ada pengaruh metode demonstrasi menyikat gigi

dengan media phantom dan bahasa isyarat terhadap penurunan indeks

plak.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Karakteristik Responden Penelitian

Penelitian mengenai pengaruh metode demonstrasi menyikat gigi

dengan media phantom dan bahasa isyarat terhadap anak tunarungu di SLB N

1 Kota Jambi tahun 2023 yang dilakukan pada tanggal dengan jumlah sampel

32 anak yang diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelas Pada
Anak Tunarungu SLB N 1 Kota Jambi
No Kelas N %
1 Kelas D1 8 25%
2 Kelas D2 5 16%
3 Kelas D3 3 9%
4 Kelas D4 5 16%
5 Kelas D5 3 9%
6 Kelas D6 5 16%
7 Kelas D7 3 9%
Total 32 100%

Berdasarkan tabel 4.1 distribusi responden berdasarkan kelas diketahui

bahwa jumlah murid kelas D1 sebanyak 8 anak (25%), kelas D2 sebanyak 5

anak (16%), kelas D3 sebanyak 3 anak (9%), kelas D4 sebanyak 5 anak

(16%), kelas D5 sebanyak 3 anak (9%), kelas D6 sebanyak 5 anak (16%).

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Anak
Tunarungu SLB N 1 Kota Jambi
No Jenis Kelamin N %
1 Laki – Laki 15 47%
2 Perempuan 17 53%
Total 32 100%

31
32

Berdasarkan tabel 4.2 distribusi responden berdasarkan berdasarkan

jenis kelamin diketahui bahwa jumlah laki – laki sebanyak 15 anak (47%) dan

perempuan sebanyak 17 anak (53%).

B. Analisa Univariat

Analisis data secara univariat dilakukan terhadap hasil dari

pemeriksaan plak sebelum dan sesudah perlakuan pada anak tunarungu di

SLB N 1 Kota Jambi, dari hasil penelitian didapatkan gambaran sebagai

berikut :

Tabel 4.3
Distribusi Plak Skor Sebelum dan Sesudah Demonstrasi Menyikat Gigi
dengan Media Phantom dan Bahasa Isyarat pada Anak Tunarungu
di SLB N 1 Kota Jambi
Pre – Test Post – test
variabel Min- Std.De Min- 95%
Mean Std.Deviation 95% CI Mean
Max viation Max CI
Plak 2,344 0,4377 1,6 – 2,186 – 1,403 0,2236 1,1 – 1,323
3,0 2,502 2,1 –
1,484

Dengan kategori plak skor :

Baik : 0 – 1

Sedang : 1,1 – 2

Buruk : 2,1 – 3

C. Uji Normalitas

Pengujian selanjutnya adalah melihat tingkat normalitas data yang

digunakan dalam penelitian ini. Pengujian ini adalah dengan mengamati nilai

Shapiro wilk data yang digunakan, apabila nilai p-value > 0,05 data dikatakan
33

berdistribusi normal. Hasil pengujian normalitas data ditampilkan pada tabel

di bawah ini :

Tabel 4.4
Uji Normalitas Data Indeks Plak Sebelum dan Sesudah Demonstrasi
Menyikat Gigi dengan Media Phantom dan Bahasa Isyarat
Variabel Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig.
Pre-test plak .945 32 .104
Post-test plak .888 32 .003

Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan Saphiro-Wilk

menunjukan bahwa data tidak berdistribusi normal maka dilakukan dengan

uji non parametrik. Analisis dengan uji non parametrik untuk melihat

pengaruh diantara variable dengan menggunakan metode Wilcoxon.

D. Uji Bivariat

Analisis data secara bivariat dilakukan terhadap hasil dari pemeriksaan

plak sebelum dan sesudah perlakuan pada anak tunarungu di SLB N 1 Kota

Jambi, anilisis bivariat ini menggunkan analisis Wilcoxon, dari hasil

penelitian didapatkan gambaran sebagai berikut :

Tabel 4.5
Plak Skor Sebelum dan Sesudah dilakukan Demonstrasi Menyikat Gigi
dengan Media Phantom dan Bahasa Isyarat Pada Anak Tunarungu
di SLB N 1 Kota Jambi
Variabel Rank N Mean Rank p value
Post-test dan Negatif 32 16,50 0,000
pre-test plak Positif 0 0
Ties 0
Total 32

Berdasarkan analisis statistik diatas dengan menggunakan uji Wilcoxon

dengan p-value <0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yang


34

artinya ada pengaruh metode demonstrasi menyikat gigi dengan media

phantom dan bahasa isyarat terhadap penurunan indeks plak pada anak

tunarungu di SLB N 1 Kota Jambi sehingga Ho ditolak.


BAB V

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan pada Bab IV, pada bab ini

peneliti ingin membahas tentang keterbatasan penelitian dan dilanjutkan dengan

pembahasan pengaruh metode demonstrasi menyikat gigi dengan media phantom

dan bahasa isyarat terhadap penurunan indeks plak pada anak tunarungu di SLB N

1 Kota Jambi.

A. Menyikat Gigi dengan Teknik Kombinasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak tunarungu di SLB N 1 Kota

Jambi sebelum dilakukan demonstrasi menyikat gigi berdasarkan tabel 4.3 bahwa

indeks plak anak memiliki jumlah rata-rata 2,344 yaitu sebanyak 12 anak

berkriteria sedang, dan 20 anak berkriteria buruk. Hal ini ini menunjukkan bahwa

teknik menyikat gigi anak tunarungu SLB N 1 Kota Jambi masih kurang baik.

Sedangkan setelah dilakukan demonstrasi menyikat gigi terjadi penurunan indeks

plak pada anak dapat dilihat dari tabel 4.3 terlihat indeks plak anak memiliki

jumlah rata-rata 1,403 yaitu sebanyak 6 anak masih berkriteria sedang dan 26

anak sudah berkriteria baik. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada penurunan

indeks plak pada anak tunarungu di SLB N 1 Kota Jambi.

Menurut peneliti hasil penelitian sebelum dilakukan metode demonstrasi

menyikat gigi menggunakan teknik kombinasi hampir keseluruhan responden

menyikat gigi dengan hanya satu teknik yaitu teknik horizontal dilakukan secara

berulang tanpa meraka mengetahui bagaimana teknik menyikat gigi dengan teknik

35
36

kombinasi yang baik dan benar , dan juga mereka sulit untuk menyikat gigi pada

bagian posterior. Hal ini dapat dipengaruhi dari lingkungan mereka yang terbiasa

dengan menyikat gigi menggunakan teknik horizontal (kanan-kiri) secara

berulang.

Hal ini sesuai dengan teori Dunetta, 2002 keterampilan adalah kapasitas

yang dibutuhkan untuk melakukan beberapa tugas yang merupakan

pengembangan dari hasil training dan dari pengalaman yang didapatkannya.

Menurut (Gelbert, 1990) bahwa perubahan perilaku, dan kebiasaan seseorang

membutuhkan suatu proses yaitu perubahan pengetahuan perubahan sikap serta

perubahan pada tindakan dari seseorang.

Peneliti juga melihat selain teknik menyikat gigi yang kurang tepat

responden juga mengalami kesulitan dalam menyikat gigi dengan ujung sikat gigi

mengarah pada bagian gingival melainkan mereka menyikat gigi dengan cara dari

kiri kekanan, hal ini disebabkan karena kebiasaan setiap hari mereka

membiasakan diri menyikat gigi dengan cara sederhana yaitu dengan hanya

menggunakan teknik horizontal secara berulang. Selain itu, faktor dari kurangnya

pengetahuan dari anak tentang menyikat gigi dengan menggunakan teknik

menyikat gigi kombinasi dapat juga mempengaruhi keterampilan anak.

Hal ini sesuai dengan teori Amung ma’mum bahwa faktor utama dari

keterampilan adalah proses belajar adanya kegiatan pembelajaran sehingga terjadi

perubahan dalam pengetahuan, faktor pribadi karena setiap orang mempunyai ciri

yang berbeda serta faktor lingkungan yang tertuju dalam proses pembelajaran.
37

Menurut konsep asuhan kesehatan gigi dan mulut, setiap anak seharusnya

mendapatkan bimbingan menyikat gigi secara terus-menerus terutama pada anak

yang belum mempunyai kemampuan menyikat gigi dengan baik, contohnya anak

tunarungu (Estini, 2017). Demonstrasi menyikat gigi memberikan perubahan

positif terhadap keterampilan anak. Karena dengan demonstrasi menyikat gigi

banyak manfaat yang sangat membantu dalam memberikan informasi kepada

anak. Selain itu keterampilan motorik halus tahun dalam menyikat gigi masih

membutuhkan bantuan untuk menyikat gigi dengan bimbingan dan perlu

diajarkan cara melakukan perawatan gigi secara mandiri (Suci, dkk, 2015).

Menurut peneliti bahwa hasil penelitian sesudah dilakukan demonstrasi

menyikat gigi menggunakan teknik kombinasi hampir seluruhnya responden

mampu menggerakkan sikat dengan secara perlahan dan halus serta dapat

mengulangi pada semua gigi dengan garis gusi yang bersih rata-rata dari

responden setelah dilakukan simulasi menyikat gigi responden sudah mulai

terampil menggunakan sikat gigi dengan baik dan benar , mereka mampu untuk

mempraktikkannya apa yang sebelumnya belum diketahuinya walaupun

peningkatannya tidak terlalu signifikan.

Sesuai dengan teori (Notoatmodjo,2003) setelah seseorang itu mengetahui

simulasi atau objek kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa

yang diketahuinya, dengan proses selanjutnya diharapkan dia akan mampu

melakukan apa yang sudah dilakukannya.

Peneliti juga melihat sebagian besar dari responden sudah mulai dapat

meningkatkan keterampilan menyikat giginya, mereka sudah mampu


38

menggerakkan dengan teknik kombinasi yaitu pada gigi bagian posterior disikat

dengan teknik memutar, pada bagian kunyah dengan gerakkan maju mundur, dan

pada bagian lingual dan palatal dilakukan dengan gerakan mencongkel, ini

disebabkan karena peneliti dapat mempraktikan langkah-langkah dalam menyikat

gigi yang benar dan disertai keterangan-keterangan yaitu ada 4 langkah yang

diikuti oleh anak secara langsung. Oleh karena itu dapat dengan mudah diserap

oleh anak-anak sehingga keterampilan dan kebersihan gigi dan mulut anak

mengalami peningkatan setelah dilakukan demonstrasi menyikat gigi.

Namun ada beberapa responden yang tidak mengalami peningkatan yang

terlalu signifikan, kemungkinan hal ini disebabkan karena masih sering

mengalami kesulitan dalam memahami bahasa isyarat pada saat proses

demonstrasi atau pun dalam proses pendidikan yang dilaksanakan dan meraka

kurang bersungguh-sungguh dalam menyikat gigi. Sesuai dengan teori

(Notoadmodjo, 2007) pemberian pengalaman bersumber dari pengetahuan, maka

diharapkan praktik atau tindakan yang sudah diadopsi telah terpelihara.

Selanjutnya pada tabel output analisis pada uji normalitas diketahui nilai df

(derajat kebebasan) masing-masing sampel data kurang dari 50, maka

pengambilan keputusan normalitas dilakukan berdasarkan hasil yang terdapat

pada tabel Shapiro Wilk . Setelah dilakukan uji normalitas menunjukan bahwa

nilai Sig. indeks plak sebelum demonstrasi menyikat gigi dengan teknik

kombinasi sebesar 0,104 dan nilai Sig. indeks plak setelah demonstrasi menyikat

gigi dengan teknik kombinasi sebesar 0,003. Data dikatakan berdistribusi normal

dalam uji normalitas Shapiro Wilk jika nilai p-value > 0,05. Karena nilai p-value
39

tersebut < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal sehingga dilakukan uji

Wilcoxon.

Pada hasil uji Wilcoxon diperoleh data negative atau selisih antara nilai

sebelum demonstrasi menyikat gigi teknik kombinasi dan nilai sesudah

demonstrasi teknik menyikat gigi dengan teknik kombinasi dengan nilai N 0,

mean rank sebesar 0,00. Nilai 0 ini menunjukkan tidak adanya penurunan

(pengurangan) dari nilai sebelum dan sesudah demonstrasi menyikat gigi teknik

kombinasi. Positif ranks atau selisih antara nilai sebelum demonstrasi menyikat

gigi kombinasi dan nilai sesudah demonstrasi. Disini terdapat 32 data positif (N)

yang artinya ke 32 anak tunarungu mengalami peningkatan keterampilan

demonstrasi menyikat gigi teknik kombinasi. Mean rank atau rata-rata

peningkatan tersebut sebesar 16,50. Ties adalah kesamaan nilai sebelum

demonstrasi menyikat gigi dengan teknik kombinasi, disini nilai Ties adalah 0,

sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada nilai yang sama sebelum demonstrasi

menyikat gigi dan sesudah demonstrasi menyikat gigi dengan teknik kombinasi.

Hasil uji Wilcoxon diketahui p-value 0,000, sehingga dapat disimpulkan

bahwa efektif menyikat gigi dengan teknik kombinasi terhadap penurunan indeks

plak pada anak tunarungu di SLB N 1 Kota Jambi.

B. Plak Indeks

Menyikat gigi merupakan salah satu kebiasaan dalam upaya menjaga

kesehatan gigi dan mulut. Tujuan menyikat gigi adalah untuk membersihkan plak

pada gigi dan menjaga kesehatan rongga mulut. Menurut Riyanti (2005)

kemampuan menyikat gigi yang baik dan benar merupakan salah satu faktor yang
40

penting dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, keberhasilan pemeliharaan

kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi oleh faktor penggunaan alat, metode

menyikat gigi, serta frekuensi dan waktu penyikatan yang tepat.

Menyikat gigi tidak tergantung pada kuat dan lemahnya tekanan,

melainkan pada cara atau teknik menyikat giginya. Meski menyikatnya perlahan,

tetapi apabila caranya tepat hasilnya tentu bisa lebih maksimal. Sebaliknya,

meskipun menyikat dengan sekuat tenaga tetapi teknik menyikat giginya kurang

tepat tentunya hasilnya kurang maksimal (Darmawan,2007).

Hasil penelitian tentang efektivitas menyikat gigi dengan menggunakan

teknik kombinasi terhadap penurunan indeks plak pada anak tunarungu di SLB N

1 Kota Jambi yang dilakukan pada 32 responden. Sebelum demonstrasi menyikat

gigi diketahui pada tabel 4.5 memiliki jumlah rata – rata 2,344 . Hal ini sejalan

dengan penelitian sebelumnya dari 292 anak terdapat 52,47% anak memiliki

tingkat plak skor dengan kriteria sedang (pratiwi,2013) . Sedangkan sesudah

demonstrasi menyikat gigi diketahui pada tabel 4.5 anak memiliki jumlah rata –

rata plak adalah 1,403.

Sebelum diberikan demonstrasi menyikat gigi sebagian besar anak teknik

menyikat giginya kurang tepat kerana kebiasaan anak menyikat gigi hanya dengan

menggunakan teknik horizontal saja, dan anak belum diberikan penyuluhan tentang

teknik menyikat gigi sehingga pengetahuan tentang cara menyikat gigi masih rendah

sehingga penurunan indeks plak tidak terlalu signifikan.

Setelah diberikan demonstrasi menyikat gigi dengan teknik kombinasi terlihat

ada penurunan plak skor yang signifikan dibandingkan dengan sebelum demonstrasi,
41

dan anak memperhatikan materi demonstrasi sehingga menjadi lebih memahami

bagaimana cara menyikat gigi yang baik dan benar dengan teknik kombinasi.

Selanjutnya pada tabel output analisis pada uji normalitas diketahui nilai df

(derajat kebebasan) masing-masing sampel data kurang dari 50, maka pengambilan

keputusan normalitas dilakukan berdasarkan hasil yang terdapat pada tabel Shapiro

Wilk. Setelah dilakukan uji normalitas menunjukan bahwa nilai Sig. sebelum

demonstrasi menyikat gigi dengan teknik kombinasi pada penurunan plak indeks

sebesar 0,104 dan nilai p-value setelah demonstrasi menyikat gigi dengan teknik

kombinasi pada penurunan plak sebesar 0,003. Data dikatakan berdistribusi normal

dalam uji normalitas Shapiro wilk jika nilai p-value > 0,05 maka data tidak

berdistribusi normal sehingga dilakukan uji Wilcoxon.

Pada hasil uji Wilcoxon diperoleh data negative atau selisih anatra nilai

sebelum demonstrasi menyikat gigi teknik kombinasi dan nilai sesudah demonstrasi

menyikat gigi teknik kombinasi dengan nilai N 32, mean rank sebesar 16,50, nilai 32

menunjukkan adanya penurunan (pengurangan) dari nilai sebelum dan sesudah

demonstrasi menyikat gigi dengan teknik kombinasi. Positif rank atau selisih anatar

nilai sebelum demonstrasi menyikat gigi kombinasi dan nilai sesudah demonstrasi,

terdapat 0 data positif (N) yang artinya mengalami peningkatan menyikat gigi dengan

teknik kombinasi. Ties adalah kesamaan nilai sebelum demonstrasi menyikat gigi

dengan teknik kombinasi, disini nilai ties 0 sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada

nilai yang sama sebelum dan sesudah demonstrasi menyikat gigi dengan teknik

kombinasi.
42

Hasil uji Wilcoxon diketahui p-value bernilai 0,000 sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh metode demonstrasi menyikat gigi dengan media

phantom dan bahasa isyarat terhadap penurunan indeks plak pada anak tunarungu di

SLB N 1 Kota Jambi.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada anak tunarungu

di SLB N 1 Kota Jambi tahun 2023 dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut:

1. Plak skor sebelum dilakukan demonstrasi menyikat gigi dengan pada

anak tunarungu di SLB N 1 Kota Jambi didapatkan sebanyak 12 anak

berkriteria sedang, sedangkan 20 anak masih berkriteria buruk.

2. Ada pengaruh metode demonstrasi menyikat gigi dengan media phantom

dan bahasa isyarat pada anak tunarungu di SLB N 1 Kota Jambi terhadap

penurunan plak skor dilihat dari analisis Wilcoxon diperoleh nilai p-value

0,000 (p-value <0,05).

B. Saran

1. Bagi pihak SLB N 1 Kota Jambi

Demonstrasi menyikat gigi dengan media phantom dan bahasa

isyarat yang diberikan dapat dipraktekkan secara berkala oleh guru atau

pedamping anak untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan

dan menjaga kebersihan gigi dan mulut pada anak .

2. Bagi Jurusan Kesehatan Gigi

Diharapkan Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes Jambi

dapat bekerja sama dengan pihak sekolah untuk secara teratur melakukan

43
44

upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut berupa promotif dalam

meningkatkan pengetahuan dan ketarampilan anak tunarungu di SLB N 1

Kota Jambi

3. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat melanjutkan penelitian dengan memperhatikan waktu

sebelum dilakukan demonstrasi menyikat gigi dan sesudah menyikat gigi

serta berapa kali pemberian demonstrasi menyikat gigi agar mendapatkan

hasil akhir yang maksimal.


DAFTAR PUSTAKA

Angela, A (2005). Pencegahan Primer pada Anak Beresiko Karies Tinggi. Dental
Journal, 38 (3), 130, 132-133.

Aritonang, Netty Jojor,dan Relintan Purba. (2017). “Gambaran Efektifitas


Penyuluhan Dengan Media Poster dan Phantom Gigi Terhadap Tingkat
Pengetahuan Tentang Cara Menyikat Gigi yang Baik dan Benar
Pada Siswa/I Kelas IV SDN 065015 Kemenangan Tani.” Jurnal
Ilmiah PANNMED (Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwivery,
Environment, Dentist)11(3):177–80. doi: 10.36911/PANNMED.
V11I3. 97

Depdikbud. (2003). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Erwana, A, F, (2013). Seputar Kesehatan Gigi dan Mulut. Yogyakarta : Andi.

Estiani, Suci. (2017). “Pengaruh Metode Simulasi Menggosok


GigiMenggunakan Teknik Bass Terhadap Keterampilan Dan
Kebersihan Gigi dan Mulut (Anak Sekolah Usia 7-10 Tahun di
SDN Pulo Lor III Kecamatan Jombang).” Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Insan Cendekia Medika.

Ginanjar, (2006). Teknik Menyikat Gigi. ECG : Jakarta

Hidayat, Rachmat dan Tandiari, Astrid. (2016). Kesehatan Gigi dan Mulut Apa
yang Sebaiknya Anda Tahu. Yogyakarta : CD Andi Offset, 2016. 978-
979-29-6261-1.

Hidayati S, Suswardany DL, Ambarawati (2009)..Pengaruh Penyuluhan Menyikat


Gigi Teknik Kombinasi Vertikal dan Horizontal Terhadap Kebersihan
Gigi dan Mulut Umur 13-17 Tahun di Pondok Pesantren Miftahul
Falah Sei. Besar Banjarbaru. Banjarmasin. Poltekkes : 2009.

Kemenkes RI (2013). Hasil Riset Kesehatan Dasar, kementerian Kesehatan


Republik Indonesia. Jakarta.

Kemenkes RI (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian


Kesehatan RI, vol. 53, no. 9. PP. 1689-1699. 2019.

Kemsos.go.id (2019) 2. Sistem Informasi Management Penyandang Disabilitas


Kementrian Sosial. Diakses pada 8 oktober 2019.
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2013). Panduan
Penanganan Anak Berkebutuhan Khusus Bagi Pendamping (Orang
Tua, Keluarga, dan Masyarakat) Jakarta ; 2013.

Kuswareni N, Adhani R, Arifin S. (2016). Efektivitas Penyuluhan Metode Irene’s


Donut, Konvensional, dan Video Terhadap Perubahan Indeks Plak
pada Anak. Jurnal Kedokteran Gigi. Vol 1 No. 1.

Mangunsong, Frieda (2011). Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan


Khusus. Jilid II. Jakarta : LPSP3 UI. Hal. 58-63 (2011).

Hardianti. (2017). Pengaruh Penyuluhan Melalui Metode SImulasi dan


Audiovisual Terhadap Tingkat Keterampilan Menggosok Gigi
Pada Murid SD Inpres Cambaya IV. Universitas Islam Negeri
Alauddin Makasasar.

Hidayat, Rachmat dan Tandiari, Astrid. (2016). Kesehatan Gigi dan Mulut Apa
yang Sebaiknya Anda Tahu. Yogyakarta : CD Andi Offset, 2016. 978-
979-29-6261-1.

Ni’mah, Maftuhatin. (2017). Pengaruh Paket Pendidikan Kesehatan Gigi


terhadap Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Gosok Gigi di
SD Inpres 02 Cireundeu Tangerang Selatan. UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
2017, Jakarta.
Notoadmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Potter & Perry, (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses,
dan Praktik. Edisi 4 volume 2. Jakarta ; EGC

Puspita NPV, Sirat SNM. (2017). Gambaran OHI-S dan Perilaku Menyikat Gigi
pada Siswa Kelas VI SDN 5 Pekutatan Kecamatan Pekutatan
Kabupaten Jembarana Tahun 2016. Jurnal Skala Husada. 14 April
2017, 34-40.

Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. (2010). Ilmu Pencegahan Penyakit


Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta : EGC Penerbit
Buku Kedokteran.

Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. (2019). Laporan Hasil Pelayanan Asuhan


Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat di SDN 12 Sesetan, Denpasar
Selatan Tahun 2019. Laporan Pelayanan Asuhan : Poltekkes Kemenkes
Denpasar.

Putri MH, Herijulianti E, Nurjannah N. (2016). Faktor yang Mempengaruhi


Kebersihan Gigi dan Mulut. Jurnal kesehatan.
Pintauli S, Hamada T (2008). Menuju Gigi dan Mulut Sehat. Medan : USU Press,
2008 : 4-8, 74-75, 79-81.

Pintauli Sondang, Tazio Hamada. (2010). Menuju Gigi dan Mulut Sehat :
Pencegahan dan Pemeliharaan. USU Press : Medan.

Pratiwi, D (2009). Macam-Macam Teknik Menyikat Gigit. Jakarta : Rineka Cipta ;


2009

Ramfjord, S. (1956) Indices for prevalence and incidence of periodontal disease.


Journal of periodontology 30, 51-59

Rezki S, Dgdodk J, Odslvdq V. (2013). Pengaruh PH Plak Terhadap Angka


Kebersihan Gigi dan Angka Karies Gigi Anak di Klinik Pelayanan
Asuhan Poltekkes Pontianak. ODONTO Dental Journal. Vol 1 No. 2 :
13-18

Riyanti, E (2011). Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini.
Jurnal Kedokteran Gigi Anak. Bandung

Sari, Dwi Rusma, Iwan M. Ramdan, dan Faried Rahman Hidayat. 2015.
“Perbandingan Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Cara
Menyikat Gigi Antara Metode Simulasi dan Menonton Video
Terhadap Keterampilan Menyikat Gigi Pada Murid TK B di TK
IT AS-SALAM Kecamatan Palaran, Kota Samarinda.”

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung :


PT Alfabet.

Suharmini (2007). Psikologi Anak Berkebutuhan Khusus, Depdiknas, PP. 1-149,

Sutjihati (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Jakarta : Refika Aditama.

Tomasowa. (2000). Ciri-ciri gigi sehat. Diakses pada 4 september 2012 pukul
20.00

WHO.int (2019) 8 oktober. Deafness and hearing loss. Diakses pada 17


september 2019.

Yundali dan Aditya Warman (2012). Kesehatan Gigi dan Mulut. Pustaka
Bandung : Rineka Cipta.

Yuwono Lilian (1989). Pencegahan Penyakit Mulut. Jakarta : Hipokrates.


LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Siswa SLB Negeri 1 Kota Jambi Tingkat SDLB Jurusan
Tunarungu
Data Induk Indeks Plak Skor Anak Tunarungu SLB N 1 Kota Jambi
Pre-Test

Nama Umur JK Kelas Total Kriteria


Skor
Responden 1 9 2 D1 2.3 Buruk
Responden 2 9 2 D1 2.5 Buruk
Responden 3 7 1 D1 3 Buruk
Responden 4 8 2 D1 2.8 Buruk
Responden 5 7 2 D1 2.6 Buruk
Responden 6 10 2 D1 1.8 Sedang
Responden 7 7 1 D1 2.8 Buruk
Responden 8 11 1 D1 2.1 Sedang
Responden 9 9 2 D2 2.5 Buruk
Responden 10 10 1 D2 2.3 Buruk
Responden 11 8 1 D2 2.8 Buruk
Responden 12 9 2 D2 2.5 Buruk
Responden 13 9 1 D2 2.6 Buruk
Responden 14 11 2 D3 1.6 Sedang
Responden 15 9 2 D3 2.8 Buruk
Responden 16 10 1 D3 2.3 Buruk
Responden 17 11 1 D4 3 Buruk
Responden 18 11 2 D4 2.5 Buruk
Responden 19 11 2 D4 2 Sedang
Responden 20 12 1 D4 2.1 Sedang
Responden 21 11 2 D4 2.3 Buruk
Responden 22 13 2 D5 1.6 Sedang
Responden 23 11 1 D5 2 Sedang
Responden 24 12 1 D5 2.6 Buruk
Responden 25 13 1 D6 3 Buruk
Responden 26 12 2 D6 1.8 Sedang
Responden 27 13 1 D6 2.1 Sedang
Responden 28 12 2 D6 2 Sedang
Responden 29 6 1 D6 3 Buruk
Responden 30 13 2 D7 1.6 Sedang
Responden 31 13 1 D7 2.3 Buruk
Responden 32 14 2 D7 1.8 Sedang

Responden yang berkriteria sedang sebanyak 12 orang, responden yang


berkriteria buruk sebanyak 20 orang.
Post-Test

Nama Umur JK Kelas Total Kriteria


Skor
Responden 1 9 2 D1 1.3 Baik
Responden 2 9 2 D1 1.5 Baik
Responden 3 7 1 D1 1.8 Sedang
Responden 4 8 2 D1 1.5 Baik
Responden 5 7 2 D1 1.6 Sedang
Responden 6 10 2 D1 1.3 Baik
Responden 7 7 1 D1 1.5 Baik
Responden 8 11 1 D1 1.5 Baik
Responden 9 9 2 D2 1.3 Baik
Responden 10 10 1 D2 1.3 Baik
Responden 11 8 1 D2 1.1 Baik
Responden 12 9 2 D2 1.3 Baik
Responden 13 9 1 D2 1.5 Baik
Responden 14 11 2 D3 1.1 Baik
Responden 15 9 2 D3 1.6 Sedang
Responden 16 10 1 D3 1.5 Baik
Responden 17 11 1 D4 1.6 Sedang
Responden 18 11 2 D4 1.3 Baik
Responden 19 11 2 D4 1.5 Baik
Responden 20 12 1 D4 1.5 Baik
Responden 21 11 2 D4 1.3 Baik
Responden 22 13 2 D5 1.1 Baik
Responden 23 11 1 D5 1.3 Baik
Responden 24 12 1 D5 1.5 Baik
Responden 25 13 1 D6 1.6 Sedang
Responden 26 12 2 D6 1.3 Baik
Responden 27 13 1 D6 1.5 Baik
Responden 28 12 2 D6 1.3 Baik
Responden 29 6 1 D6 2.1 Sedang
Responden 30 13 2 D7 1.1 Baik
Responden 31 13 1 D7 1.1 Baik
Responden 32 14 2 D7 1.1 Baik

Responden yang berkriteria sedang sebanyak 6 orang, responden yang


berkriteria baik sebanyak 26 orang.
Lampiran 2

INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini selaku orang tua/wali dari :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Sekolah :

Memberi izin anak saya menjadi subyek penelitian dari :

Nama : Nurul Fuja Kesuma Wardani

Nim : PO71251190013

Jurusan : D4 Terapi Gigi

Dengan judul “Efektivitas Menyikat Gigi dengan Menggunakan Teknik

Kombinasi Terhadap Penurunan Indeks Plak Pada Anak Tunarungu SLB N 1

Kota Jambi” dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan dari pihak manapun.

Jambi,...................2023
Yang menyatakan

Orang Tua/Wali
Lampiran 3

FORMULIR PEMERIKSAAN PLAK SKOR

NAMA :

USIA :

JENIS KELAMIN :

KELAS :

TANGGAL :

PRE POST

TOTAL SKOR =
Lampiran 4. Hasil Pengolahan Data

Descriptives

Statistic Std. Error

pretestplak Mean 2.344 .0774

95% Confidence Interval for Lower Bound 2.186


Mean
Upper Bound 2.502

5% Trimmed Mean 2.349

Median 2.300

Variance .192

Std. Deviation .4377

Minimum 1.6

Maximum 3.0

Range 1.4

Interquartile Range .8

Skewness -.126 .414

Kurtosis -1.006 .809

posttestplak Mean 1.403 .0395

95% Confidence Interval for Lower Bound 1.323


Mean Upper Bound 1.484

5% Trimmed Mean 1.388

Median 1.400

Variance .050

Std. Deviation .2236

Minimum 1.1

Maximum 2.1

Range 1.0

Interquartile Range .2

Skewness .808 .414

Kurtosis 1.689 .809


Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

pretestplak .108 32 .200* .945 32 .104

posttestplak .178 32 .012 .888 32 .003

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

posttestplak – pretestplak Negative Ranks 32a 16.50 528.00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 0c

Total 32

a. posttestplak < pretestplak

b. posttestplak > pretestplak

c. posttestplak = pretestplak

Test Statisticsb

posttestplak -
pretestplak

Z -4.947a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test


Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
Lampiran 6. Keterangan Layak Etik
Lampiran 7.
DOKUMENTASI PENELITIAN

Anda mungkin juga menyukai