Anda di halaman 1dari 4

Naskah Drama Contoh Pelaksanaan Demokrasi

PEMILIHAN KEPALA DESA


Di sebuah Desa akan mengadakan pemiliham Kepala Desa yang baru,
karena masa jabatan Firdaus sebagai Kepala Desa yang lama akan segera berakhir.
Maka dari itu Komisi Pemilihan Umum yang merupakan Lembaga yang memiliki
hak dan kewajiban sebagai penyelanggara pemilu pun mulai menyusun rencana
untuk pemilihan tersebut, di sisi lain Firdaus yang menjadi Kepala Desa sekaligus
Pimpinan Karang Taruna mengumpulkan tim suksesnya untuk mengusung bakal
calon Kepala Desa selanjutnya.
Firdaus : “Assalamualaikumu Wr.Wb Allhamdulillah pada kesempatan kali ini, kita
semua dapat berkumpul untuk membahas pemilihan Kepala Desa yang
baru. Seperti yang saudara-saudara ketahui, saya akan segera lengser dan
mengakhiri masa jabatan saya sebagai Kepala Desa. Langsung saja,
adakah yang mempunyai usul untuk rencana pemilihan Kepala Desa yang
baru?”

Yuda : “Pak, kandidat yang akan kita pilih sebagai Kepala Desa yang baru siapa
saja?” (sambil mengacungkan tangannya)
Firdaus : “Kita butuh pemimpin yang siap memimpin kita, dan menjadi amanah
untuk rakyat?”
Ghina : “Jika diperbolehkan, saya siap menjadi calon Kepala Desa ” (sambil
mengacungkan tangannya)
Suara Ghina memecah keheningan dalam suasana rapat yang mayoritasnya
dipenuhi laki-laki. Ghina adalah orang pertama sekaligus wanita pertama yang
mencalonkan diri menjadi Kepala Desa.
Firdaus : “Tentu boleh. Sekarang kan jaman emansipasi wanita jadi sah-sah saja
jika ibu siap menjadi pemimpin baru di negara ini”
Yuda : “Lalu siapa lagi yang akan menjadi pemimpin kami?”
Semua warga mendadak hening dan saling bertatap muka, karena diantara
mereka tidak ada lagi yang siap menjadi Bakal calon. Semua warga saling tunjuk-
menunjuk. Lagi-lagi ada suara seseorang yang memecah keheningan
Septia : “Pak Insya Allah saya siap menjadi kandidat calon”
Dika : “Firdaus, saya juga siap untuk mengemban amanah menjadi calon Kepala
Desa Firdaus : “Bagus. Sekarang kita punya 3 kandidat. Apa itu cukup?”
Syafa : “Tapi apa tidak sebaiknya para kandidat mengkampanyekan diri mereka
terlebih dahulu dan menyampaikan visi-misinya?”
Firdaus : “Kita akan agendakan kampanyenya seminggu dari hari Setuju?”
Semua warga : “Setuju!”
Suatu hari di detik-detik hari menuju kampanye, Septia berbincang-
bincang dengan Firdaus. Namun obrolannya itu agak sedikit ditutup-tutupi
Pak Farhan : “Pak ini terima sedikit pemberian dari saya” (sambil memberikan secarik
amplop putih yang berisikan uang)
Firdaus : “Wah tertima kasih, tapi untuk apa ini?”
Septia : “Yah Bapak.. seperti tidak tahu maksud saya saja. Ini kan cara yang biasa
dipakai pejabat-pejabat supaya menang di pemilu”
Firdaus : “Maksudnya, anda menyuap saya?” Firdaus: “Ya mungkin kasarnya
seperti itu”
Firdaus : “Astagfirullah, bapak tidak paham? Negara kita ini negara demokrasi,
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat dan menggunakan
prinsip-prinsip tertentu. Dengan cara anda menyuap saya, anda melanggar
prinsip demokrasi yang diantaranya adanya jaminan HAM dan pemilu
yang jurdil. Maaf saya tidak bisa menerima pemberian anda”
Septia : “Ayolah, Pak. Saya mohon supaya saya bisa menjadi bakal calon
Kepala Desa yang membawa nama partai kita”
Firdaus : “Maaf saya pergi duluan, ada urusan lain”
Firdaus segera meninggalkan Septia yang memaksanya. Hari demi hari,
tibalah saatnya para kandidat bakal calon yang baru mengkampanyekan diri
mereka dan menyampaikan visi-misinya. Semua kader berkumpul di gedung partai.
Pak Andi : “Assalamualaikum, saya dan Syafa disini menggantikan Firdaus yang
berhalangan hadir karena tuntutan pekerjaannya ke luar kota. Bagaimana
jika kita langsung saja menyaksikan kampanye dari kandidat bakal calon
dan penyampaian visi-misinya. Setuju?”
Semua warga : “Setuju!”
Syafa : “Pertama dari Ghina terlebih dahulu. Kepada Ghina, waktunya kami
persilahkan”
Ghina : “Assalamualaikum. Nama saya Prof. Hj Ghina Rizkha S.H visi-misi
saya untuk menjadi bakal calon yang pertama memajukan setiap rakyat yg
ada di negara kita ini, kedua saya ingin meningkatkan perekonomian rakyat
dengan cara membuka lahan pekerjaan baru, keempat saya akan membuat
saluran air baru dan memperlebar sungai agar tidak terjadi banjir”
Ghina selesai mengkampanyekan dirinya dan menyampaikan visi-misinya.
Sekarang giliran Septia yang melakukan hal tersebut.
Septia : “Assalamualaikum. Nama saya Farhan Prakoso S.E. Ayo semuanya pilih
saya jadi bakal calon. Saya akan memajukan negara kita dengan cara
apapun asalkan kalian memilih saya menjadi bakal calon yang mewakili
partai kita ini”
Setelah Septia, Dika pun mulai mengkampanyekan visi misinya
Dika : “Assalamualaikum. Nama saya Ir. Dika. Visi misi saya menjadi bakal calon
Kepala Desa adalah untuk mensejahterakan rakyat yang ada di negara kita
ini agar dapat hidup lebih sejahtera dan makmur dengan mebuat kebijakan
yang dapat menuntungkan rakyat semuanya.
Setelah para kandidat telah mulai mengkampanyekan visi misinya, tibalah
sesi untuk bertanya bagi para warga
Syafa : “Baik , para kandidat telah selesai mengkampanyekan visi misinya,
sekarang tibalah sesi untuk pertanyaan. Siapa yang mau bertanya?
Septia : “Saya. Saya ingin bertanya kepada Septia mengenai kebijakan apa yang
akan anda lakukan untuk bisa memajukan negara kita ini?
Semua warga saling berbisik mengenai visi-misi dan kampanye Septia yang
tidak meyakinkan untuk menjadi Bakal Calon Kepala Desa. Termasuk Syafa dan
Yuda berbisik kebingungan dengan visi-misi yang disampaikan Septia.
Yuda : “Bu, kok saya nggak yakin ya kalo Septia memang benar-benar mau jadi
Kepala Desa”
Syafa : “Iya ya? Penyampaian visi-misinya saja seperti itu. Bagaimana mau
memimpin rakyat ”
Akhirnya acara kampanye dan penyampaian visi-misi selesai dilaksanakan.
Hari demi hari, waktu demi waktu berjalan. Tibalah acara puncak yang ditunggu-
tunggu yaitu pemilihan bakal calon Kepala Desa. Semua kader berkumpul di Balai
Desa yang digunakan sebagai Tempat Pemungutan Suara (TPS). Mereka bergiliran
menggunakan hak pilihnya untuk memilih bakal calon Kepala Desa yang baru
Karena sesuai prinsip demokrasi. Selesai pemilihan, Para panitia segera
menjumlahkan hasil sumbangan suara para warga.
Firdaus : “Assalamualaikum Pertama-tama saya mohon maaf apabila pada masa
jabatan saya terjadi suatu kekurangan. Saya juga mohon maaf, pada
kesempatan ini saya tidak bisa berlama-lama disini karna ada urusan
mendadak yang harus segera diselesaikan. Jadi pertemuan ini saya
serahkan kepada Yuda”
Yuda : “Terima kasih Pak atas kepercayaannya untuk menyerahkan acara ini
kepada saya. Baiklah langsung saja kita ketahui bersama-sama bakal calon
yang akan mewakili partai kita di pemilihan Kepala Desa baru. Siapa
Syafa?”
Syafa : “Sesuai laporan yang kami terima dari panitia. Yang menjadi bakal calon
yang baru adalah….. Ghina. Selamat kepada Ghina
Ghina : “Saya banyak-banyak terima kasih kepada Allah dan semua kader yang
telah memilih saya. Insya Allah saya akan menjalankan tugas sebagaimana
mestinya”
Yuda : “Baiklah kita tutup saja acara ini. Terima kasih atas perhatian
dan partisipasinya Wassalamualaikum”
Acara tersebut telah selesai dibubarkan. Semua warga menuju rumahnya
masing-masing, namun Septia menemui Firdaus.
Septia : “Andai saja waktu itu bapak mau menerima uang saya. Pasti saya jadi
bakal calon”
Firdaus : “Hehe maaf, Pak. Hasil yang buruk berawal dari niat yang buruk. Niat
bapak sudah mau menyuap saya saja sudah tidak baik, bagaimana
hasilnya?”

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai