Jl. Manyar Kertoarjo III, Kec. Gubeng, Surabaya, Jawa Timur 60116
Website: https://bit.ly/marhaenmerdeka E-mail: pejuangkaummarhaen@gmail.com
Pada awal abad ke-21, masyarakat Indonesia acap kali mendalilkan suatu hal dan
mengaitkannya dengan prinsip-prinsip demokrasi. Terlebih lagi, selepas berakhirnya masa
otoritarianisme Orde Baru, kedaulatan rakyat dijunjung tinggi dan dijadikan syarat bagi mereka
yang gandrung akan kebebasan. Adanya amandemen Pasal 1 ayat (2) UUD NRI 1945 juga
bertujuan untuk menguatkan kedaulatan rakyat sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat
dilakukan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.
Akan tetapi, apakah demokrasi kita hari ini sudah sesuai dengan cita-cita pendiri bangsa yang
berlandaskan semangat gotong royong dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan?
Pada awalnya, Eropa menganut otokrasi yang dimana kekuasaan pemerintahan dipegang oleh
seorang raja dan rakyat tidak memiliki hak untuk bersuara. Hal ini tercermin melalui perkataan
Louis XIV, “L'État, c'est moi” yang berarti aku adalah negara. Pada pemerintahan ini, raja
disokong oleh dua golongan, yakni golongan kaum ningrat dan golongan kaum penghulu
agama.
Lambat laun, munculah satu golongan baru yang ingin mendapatkan kekuasaan dan berkuasa.
Mereka adalah kaum borjuis yang memiliki perusahaan, perniagaan, dan pertukangan.
Sehingga demi suburnya segala bisnis yang dimiliki, perlulah mereka mendapat kekuasaan
pemerintah.
Disinilah peran sentral kaum borjuis yang mampu menyatukan rakyat jelata, mampu
menggelapkan pengelihatannya bahwa pergerakan inilah yang dapat mendatangkan
kemerdekaan, persamaan, dan persaudaraan. Peristiwa ini kita kenal sebagai Revolusi
Perancis yang sesungguhnya tipu muslihat dari kaum borjuis guna mendapatkan kekuasan
pemerintahan dan melanggengkan bisnis-bisnisnya.
Pergerakan menang! Raja runtuh, kaum ningrat runtuh, kaum penghulu agama runtuh,
sehingga lengkap sudah keruntuhan otokrasi. Lalu digantikan dengan pemerintahan baru yang
dinamakan “demokrasi”
MARHAEN MERDEKA
Jl. Manyar Kertoarjo III, Kec. Gubeng, Surabaya, Jawa Timur 60116
Website: https://bit.ly/marhaenmerdeka E-mail: pejuangkaummarhaen@gmail.com
Tidak! Ini bukan demokrasi yang harus kita tiru, bukan demokrasi untuk kaum Marhaen
Indonesia! Sebab demokrasi semacam itu hanyalah demokrasi politik saja, tetapi tidak ada
demokrasi ekonomi.
Pada dasarnya, nasionalisme kita adalah nasionalisme yang tidak hanya bertujuan untuk
menunjukkan kilaunya keluar saja. Akan tetapi, nasionalisme kita haruslah mencari selamatnya
semua umat manusia. Ini yang membedakan antara nasionalisme kita dengan nasionalisme
barat.
Jika dilihat dan detelusuri melalui historical approach, maka terlihat jelas perbedaan mendasar
antara demokrasi sana dan demokrasi sini. Demokrasi barat yang memberikan kebebasan
seluas-luasnya bagi individu untuk melakukan aktivitas politik dan ekonomi. Sehingga terjadilah
exploitation de l'homme par l'homme dan exploitation de nation par nation.
MARHAEN MERDEKA
Jl. Manyar Kertoarjo III, Kec. Gubeng, Surabaya, Jawa Timur 60116
Website: https://bit.ly/marhaenmerdeka E-mail: pejuangkaummarhaen@gmail.com
Berbeda dengan demokrasi kita yang bermula dari sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi
yang pada tahap pertama dan utamanya mencari keselamatan semua manusia, mencari
selamatnya peri-kemanusiaan, dan mencari sejahteranya kaum Marhaen.
Dilihat dari tesis dan anti-tesis diatas, maka sudah seharusnya pemerintah Indonesia
merenung, membaca, dan memahami perjalanan bangsa Indonesia menuju bangsa yang
merdeka. Jangan sampai tindakan pemerintah melenceng dari cita-cita mulia pendiri bangsa
yang menghendaki kesejahteraan sosial semata-mata karena pembangunan infrastruktur yang
membabi buta.
Sudah saatnya kaum Marhaen bangkit, sadarkanlah mereka-mereka yang buta karena harta,
buta karena tahta, dan buta karena kuasa.
Hidup sosio-nasionalisme!
Hidup sosio-demokrasi!
Merdeka!