Anda di halaman 1dari 120

H U K U M A D f lv

A f D A N A D A T

P‘dU * BaKD^ cs A A S E L I:

SU RAB AJA • AM STERDAM


Perpustakaan Soediman Kartohadiprodjo FHUI
Buku ini harus dikembalikan pada :
HUKUM ADAT DAN ADAT

MINANGKABAU
LUHAK NAN TIGA
LARAS NAN DUA

PENERB1T :
N. V. POESAKA ASELI
’ Dj Biduri 5 . BANDUNG • SURABAJA • AMSTERDAM
I SI B U K U

Halaman

Mukaddimah. ........................................................................... 7

Minangkabau Dengan Pem erintahannja


'A. A lam Minangkabau............................................................. 1-
B. Penghulu........................................................... '•...................
C. Pembantu Penghulu............................................................ 26
D. Benarkah Penghulu 2 itu Feoclal.................................... 30

II. Laras nan dua.............................................................................. 33

I I I . Ra-ntau ..........................................................................................' 37

IV . Sekitar Hak Atas Hutan Dan Tanah................................ . 41


A . H utan T in ggi..................................................................... 41
B. Hutan Itendali.................................................................... 48
C. Pagang Gadai.................. ........................... ....................... 54
»

V. Sitanibo Lama .......................................................................... 56


A. Adat sebagai Pim pinan.................................................... 56
I. Kota Empat.............................................................. 58
II. Ivata Em pat................................................................. 59
III. Undang - .undang............... ....... *............................... 59 . -
B. A dat - Istiadat..................................................... ................. 10.L

FAK. HUKUM d*n PWG. MAS).


Tanqgal ........ « ....!....

No. Silsilah:....... J S A O il...... ....


3 7 o ■ ~ < 7 c v

0 V. - 'L -V O tM
lo -y u roi
Iw^UO1*

TJsang-usang diperbaru
Lapuk-lapuk dikadjangi
K ATA SAMBUTAN

Atas uudaiigan saudara untuk memberikan sedikit kata sambutan,


saja dengan ini menjatakan kegembiraan saja atas usaka saudara
da lam .urusan karang mengarang mengenai masjarakat adat kita.
Pada umumnja saja mengandjurkan sungguh-sungguh usaha-usaha
jang serupa itu, supaja larabat laun pakaian nenek mojang kita itu
dibeutangkan sendiri ketenga’h tempat jang terang oleh bangsa kita,
supaja kita dapat mengambil paedali 'dari padanja untuk liari jang
sekarang dan liari jang akan datang.
Mengenai isinja karamgan saudara itu saja tidak akan menjata­
kan salah. benarnja, lianja saja berliarap inudah-mndahan setiap
orang jang berminat dilapangan urusan kemasjarakatan kita akan
mengambil perbandingaii seperlunja dengan sumber-sumbcr lain
jang diketahuinja.
Bagi sekarang ini jan g penting bagi saja ialali, ba'hwa bangsa kita
dari kalangan tjerdik pandai ikut menjumbangkan usahanja'untuk
mendalami seluk-beluk kebudajaan nasional.
Saja mendoa mudah-mudaiian karangan saudara ini mendapat ka-
langan pembatja jang luas.

Prof. Mr. Dr. Hazairin.


MUKADDIMAH

Alain Minangkabau mengambil tempat jang istimewa, istimewa


clalam segala-galanja, malahan ia mendapat nama djulukan : Pulau
diatas daratan. Sebabnja kcistimewaan ini, adalah karena adatnja
jan g talc lekawg dek panas dan talc lapuk dele liudjan.
Kata 2 „tak lekang dek panas dan tak lapuk dek hudjan” men-
djadi kata perhiasan pada pentjinta adat, dan sebaliknja mendjavli
kata tjemooh bagi mereka jang membentji adat. Akan tetapi sampai
sekarang sungg.uhpun demikian, adat itu masih berdiri" megah,
sedangkan orang jang membentji adat itu, tidak mau dikatakan
orang tidak beradat, ataupun orang tak bersuku, dan djika dalam
kesempitan ber-lari2lah ia mentjavi perlindungan kepada adat jang
dibentjinja itu.
Sajang jan g pentjinta adat itu kebanjakan tjinta karena sen-
timen, dan sebaliknja jau g bentii itupun bentji hanja berdasarkan
pada sentimen pula. A chirnja kedua belah pihak mendapat sifat
masa bodo'h kepada adat, karena jang mentjinta tidak mejidapat
penghargaan jang dikehendakinja, 'dan jang bentji tidak mau
memeriksa apa sebab dia bentji ■ akibatnja adat tidak mendapat
perhatian lagi.
Pembahasan adat amat kuramg dari onang jang tjinta adat, ke­
banjakan hanja taliu pada pepatah dan petitih, dan tidak
mendalami usul dan pangkalnja. Itu tersebab orang Minangkabau
tidak mempunjai huruf dan tidak mempunjai kitab.
Peraturan2nja hanja tersimpan dalam kata2 pepatah dan petitih
jang mengambil tjontoh dan ibarat pada alam sekelilingnja. Pepatah
dan petitih ini adalah kalimat jang baik rangkaian 'dan susunan
kata2nja, pendek, lekas dimengerti (diambil kiasannja) dan tidak
. mudah dilupakan. Karena ketiadaan kitab, maka pepatah petitih
itu turun-temurun hanja dari bibir kebibir sadja.
Tadi telah diterangkan, bahwa orang Minangkabau tidak ber-
huruf, tetapi setelah tiba agama Islam disini dengan membawa
huruf Arab, maka oleh pentjinta 2 adat dikaranglah buku tambo, su-
paja peraturan 2 adat iui akan dapat dipusakakan kepada auak
kemenakan dibelakang hari. Tambo2 ini tidak sama isinja, karena
kebanjakan isinja itu mentjeritakan keturunan nenek mojang jang
bertjampur gaul dengan chajal, monografie negeri2 dan sedikit un-
dang 2 (hanja batang2nja sadja), sehingga buku tambo ini
menjerupai suatu buku jajig tjampur aduk isinja antara sedjarah,
dongeng2, monografie dan undang2.
Siarat undang 2 itu tei-serah kepada negeri2 jang memakainja,
menurut waktu dan ketika, serta bisa pula berobah-obah menumt
keperluan masa, asal pedoman adat tetap tidak berobah.
Senerti misal 'dikemukakan disini sebuah pepatah : Lapuk
dikadiarvai usang2 dipsrbaru. A rtinja : peliharalah supaja djangaii
S S S ’p “ X o i k i l i mana jang tidak dapat dipakai lagi, mpaja
dapat dipakai pula.
Lapuk artinja rusak, karena silili berganti hudjan dan panas
menimpanja. D ikadjangi artinja diberi atap. A tap djuga bisa
lapuk, maka supaja barang pokok djangan lapuk, atap djuga
sekali2 mesti diganti.
Usang 2 diperbaru, bukan dibaliarui. Dibaharui axtinja di­
bikin baru, diobah sama sekali, sedang diperbaru berarti
diperbaiki sehingga sesuai dengan keadaan zaman dan masa.
Pulai nan bcrpangkat naik, membawa ruas dengan buku. Pulai
a dal ah sematjara batang kaju, lain keadaan dahannja dari kaju lain,
karena dahannja ber-tingkat 2 (berpangkat), tidak m enjimpang dari
pohon besar seperti keadaan pohon jan g lain. Ia membawa ruas de-
ngaii buku. Ruas dengan buku ini dimisalkan dengan perkembangan
manusia menurut generasi, lain tingkat 2nja. Generasi lama berla-
inan keadaannja dan kemauannja dengan generasi baru. Pepatah
ini disambung dengan : manusia berpangkat turun, membawa adat
dan pusaka. A rtin ja, sungguhpun manusia itu kembang, perkem­
bangan ini membawa keturunan dari jiinik turun kemamak, dari
mamak turun kekemenakan dengan membawa adat dan pusaka,
jaitu : pedoman hidup jan g diranl jang oleh adat : Elok d'ipakai, bu-
ruk dibuang.
Kalau kita artikan perkataan adat ini setjara juridis, maka ia
akan berbunji : Akal muslihat, daja upaja jan g ber-djalin 2
mendjadikan undang 2 dan peraturan, berwudjud, supaja anggota
masjarakat ramai dalam mendjalankan tudjuaaa dan tugas masing 2
djangan hendaknja rugi-merugikan, dan kalau terpaksa akan
merugikan djuga, seperti kena-mengena, supaja kerugian jang
timbul, terbatas pada jang se-ketjil2n ja berdasarkan pada „take and
g iv e” menerima dan memberi.
A dat ini sudah lama berdii’i dialam Minangkabau, lebih dulu da-
ri datangnja agama Islam kemari. Sampai sekarang agama Islam
tidak mengobah adat, malahan sedjalan, bahu membahu, baik moril
atau kata2nja atau pemangku 2nja, sampai terdjadi kata djulukan :
sjarak mengata, adat memakai.
Berlain keadaannja dengan negeri 2 lam sekeliling Minangkabau,
adat telah berganti sama sekali dengan peraturan Islam, kendatipun
di Minangkabau terdapat ulama Islam jang besar2 d i Nusantara ini.
Apakah gerangan sebabnja?
Kala.u kita analisir perkataan sjarak, maka kita akan dapat pe-
ngertian kira 2 begini :
Sjarak adalah peraturan jang datang dari Tub an nielalui D jibril,
dan nabi (rasul) pada manusia jan g berisi : ’
1. Ohabar suka, artinja pahala dan tempat jan g baik nanti di-
achirat bagi siapa jang berbuat baik diatas dunia dengan
keredaan Tuhan, tempatnja ialah di Sjorga 'djannah.
2. Chabar duka = azab dan tem pat’ jang buruk diachirat nanti,
kalau kita berbuat djahat didunia ini serta melanggar peraturan
dan durhaka kepada Tuhan, tempatnja ialah dineraka djahan-
nam.
3. L ndang 2 = pedoman hidup, untuk mematuhi suruh (amar) dan
mendjaulii laraaigan.

D jibril jaitu suatu maeliluk Allah jan g sutji dalam arti sebenar-
n ja dan nabi ialah manusia biasa jang maksum, artinja terpeliliara
dari i^ekerdjajm jan g tidak diingini T.ulian. Dengan pengertian
maksuni ini, terhindarlah ia dari pada dusta, dan segala kata-aja
ada la h perkataan Tuhan, tjuma nabi itu hanja saluran sadja.
Kirimun ehabar itu wahj-u namanja.
Maka sekarang kita analisir pula perkataan adat, maka kita akan
da pat pula pengertian kira 2 begini.
A dat adalah suatu perat.uran pula jang datang dari Tuliau pada
manusia dengan perantaraan orang 2 jang tidak ditanggung mak­
sum, dan tidak dengan perantaraan wahju, melainkan ilham,
pikiran sehat, supaja dipikirkan bagaimana tjara2nja jang baik agar
anggota masjarakat ramai berbuat baik sesama manusia atau
machluk lain (keadilan sosial), dan bagaimana mendjaulii perbuatan
jang k cdji2, supaja clamai dekat, tjabuh djauh.
Didalam adat ini tidak terdapat pahala dan dosa diacliirat,
hanja amar m a-ruf daii nahi miuigkarnja se-mata- untuk hidup
didunia sadja.
Karena ilham ini datangnja dari Tuhan, maka dalam dasamja
tentu ser.upa sadja apa jang dinamakan baik dan apa jang dinama-
kan buruk dalam sjarak dan adat, dengan perbedaan begini, namun
sjarak tidak berobah-obah peraturannja, karena koran dan hadis
selamanja betul, seclang adat ini boleh dimisalkan dengan idjmak
dan kias.
Tadi dikatakan, bahasa Minangkabau istimewa 'dalam se-gala2nja
ter-lebih 2 dalam perga ulan. Orang Minangkabau mempunjai sifat
pandai sunggu’h membawakan diri.
Zaman beredar musim beralih, dari merdeka dizaman nenek 1110-
jaaig, oleli karena kekuatan sendjata musuh, meringkuk dalam
pendjadjahan. Pengaruh luar datang, baik setjara ekonomi, moril,
pembagian rezeki,v sosial, dll, namun daerali Minangkabau berkat
peraturan adatnja jang kokoh jang telali mendjadi darah daging
'bagi penduduknja memelihara kita dari kerusakan2 jang didatang-
kan itu. Tidak itu sadja, pendjadjah 2 itu memudji pula 'dan
mengakui kebaikan adat Minangkabau, tetapi dalam memudji itu
ditjarinja djalan 'hiiigga adat itu diperalatnja.
Satu misal politik petjah belah Belaada jang litjin :
Sewaktu Belanda datang ke Minangkabau, maka ditjarinjalah
kaki-tangannja untuk melakukan kehendakuja dalam rupa tuanku
Uras. Sungguhp.un ia tahu, bahasa Minangkabau ini diperintalii se­
tjara adat, kemenakan bevadja kemamak, mamak beradja kepeng-
Jiulu, pemghulu beradja kemvfalcat, mufakat beradja kepada ben(ii
dan benar ini bersendi kepada patut dan mungkin. A da jang patut
tetapi tidak mungkin dan ada pula jang mungkin tetapi tidak patut.
Tuanku laras dipilih oleh rakjat dengan suara jang terbanjak.
Sungguhpun dalam teorinja baik, tetapi dalam prakteknja jang ter-
pilili ialah siapa jan g kuat membajar uang suap, baik pada pemilih,
baik pada pembesar ja n g ditugasi mengawasi pemililian itu.
A d a kalanja terdjadi, tukang kuda Residen terpilih mendjadi
tuanku laras. Tentu orang ja n g tidak patut diangkat m endjadi ke-
pala, diangkat m endjadi kepala, membawa kegelisahan dalain hati
rakjat. P etjah belah pertama sudah berlaku. Pet.ua Bunda kandung :
Kalau si Budah mendjadi radja, terdjual adat dengan pusaka.
Tuanku Laras jan g telali menghamburkan uangnja beratus-ratus
rupia'h tentulah hendakkan uangnja kembali, maka terdjadilah
penghisapan pada ,}'akjat jang dilindungi oleh orang atasannja.
Malahan tuanku laras ingin pula berkuasa dalain adat merebut
gelar pusaka orang lain jan g sesuku dengan dia. Akan tetapi berkat
susunan adat jang kuat, tuanku laras tadi dihapuskan dan diganti
dengan pegawai2 pangrehpradja jang tidak dibolehkan mempenga-
ruhi adat.
Dalam zaman pendjadjahan Belanda jang berlaku lebih dari tiga
setengah abad, Minangkabau djuga jan g boleli dikatakan sedilcit
menanggung kesengsaraan pendjadjahan, misalnja :
a. H utan tanahnja tidak dikuasai oleh liak verponding.
b. Landrente tidak berlaku.
e. Rimba2n ja tidak diexploiteer, sehingga pangairan terdjamin.
d. Tindakan pemerintah selalu dianibil dengan kata mufakat.
e. Guru ordonansi tidak berlaku d.s.b.nja, sedang dalam masa
pendjadjahan Djepang, dimana kemiskinan meradjalela dan
memuntjak sehingga : bangkai memakan bangkai, Minangkabau
In sja A llah terlepas dari baliaja romusja.
Apakah sebabnja itu ? Sebabnja ialah kemampuaai unluk inem-
persesuaikan diri am at tinggi.
Lembaga anak Minangkabau ialah merantau, dan peraturan
adatnja menjerukan : Tjupak sepandjang betung, adat sepandjang
djalan.
Tjupak, ialah takaran, betung ialah bambu. Pangkal betung ada-
lah besar, ia diambil akan djadi sukatan, dan udjung betung adalah
ketjij, diambil pula akan takaran lada katik (m eritja). Tjupak se­
pandjang betung artinja tiap 2 pekerdjaan hendaklah menurut
takaran. Pepatah ini disambung dengan adat sepandjang djalan.
A rtin ja : kemana dju ga kita pergi, sopan santun tegur sapa djangan
diabaikan, supaja orang menaruh kasili sajang kepada kita. Masih
terpakai seltarang dengan tidak disadari, djika kita bertemu dengan
orang didjalan, maka ia disapa : hendalc kem ana? Dan djika ber­
temu dengan orang ja n g tidak berdjalan : M engapa itu ? Tetapi amat
disajangkan, putra 2 Minangkabau lebih 2 kaum intelek, baik intelek
Barat ataupun intelek Timur, tidak suka meluangkan sedikit wakW
untuk mendalami adatnja. Malahaai tidak mengatjuhkan, dan ada
pula setengali mengatakan, adat ini reaksioner menghambat kema-
djuan, kano d.s.b.nja.
Benarlah kata seorang pudjangga : Orang Belanda inemBaratkaji
kita, orang Mesir mengArabkan kita, diinaiia kita ?
H anja sedikit intelek ilu lupa memcriksa, peraturan adatkali jang
salah atau orang jang memakainjakah jang tak tahu dongan adat
dimana ia berada.
Dengan sengadja kami karangkan naskah ketjil ini akan nien-
djelaskan sepandjang pengetahuan kami jang hanja sangat terfc-a-
tas pula, apakali itu adat, dan bagaimana sepak terdjangnja.
Karangan ini adalah pandangan objektif, tidak bertjampur dongeng
dan telah pula disesuaikau dengan keadaan sekprang.
Mudah2an dapat kita mengambil manfaat dari padanja. Dari pen­
tjinta atau pembentji adat akan kami terima ketjaman 2 dengan
tangan terbuka, untuk mcmperbaiki keterangan2 raana jang salah
unt.uk dipakai dimasa jang akan datang.
Kepada J.M. Bapak Menteri Dalam Negeri, Prof. Mr. Dr. Haza-.
irin jan g mengandjurkan kepada kami supaja menerbitkan buku ini
setjepat-tjepatnja, kami utjapkan banjak 2 terima kasih, karena
andjuran bcliau itu, apalagi djandji beliau akan memberikan sepa-
tah kata sambutan, bagi kami adalah mendjadi satu tundjangan
moril dan dorongan untuk melaksanakan terdjadinja buku ini
selekas-lekasnja.

Ilonnat peiujarang,

A.M . D A T U K M A R U H U N B A TU AH

D.H. BAG1NDO T A N A M E H
I. M INANGKABAU DENGAN PEMERINTAIINJA

A. Alam Minangkabau
Berpadi- setumpung benih,
makanun orang tiga luhuk.

•Tang diartikan dengan setumpang bcnih, ialah benih padi, dan


kalau bonih itu ditanam disawah, maka ia akaji m endjadi padi dan
set erusnja akan m endjadi makanan orang banjak.
Alam Minangkabau terdiri dari tiga luhak, jakni :
Luhak Again, Luhak Tanah Datar dan Luliak Limapuluh.
Benih padi dimisalkan sebuah peraturan jang rata- dipakai di
Minangkabau, ibarat padi rata 2 m endjadi makanan. Peraturan itu
diringkaskan namanja dalam satu perkataan, adat. Karena adat itu
dipakai di Minangkabau, maka ia disebut makanan orang tiga luhak.
Jang dimaksud dengan alam Minangkabau, jaitu satu daerah di-
iengah pulau P ertja meliputi keresidenan Sumatera Barat, Kuantan
dan Kampar K iri, m enurut bat as2 jang tertentu. Iieutara sampai
ke Sikilang-Air-Bangis, jaitu batas dengan bekas Keresidenan
Tapanuli. Ketim ur sampai ke Teratak Air-Hitam , jaitu batas dengan
In d eragiri; ke Sialang Berlantak Besi, jctitu batas dengan Pelala-
tvim. Ketenggara sampai ke Sipisak-Pisau-JIanjut, Durian Ditakuk

G u n u n g M-erapi sed a n g M e le tu s foto : Kemppn


iddja, la n d ju n g Simalulu, balas dengan Djamlri. Kc.sclatan Ice Gu-
nuncf, Pat ah Sembilan, djuga batas dengan Djambi dan kebarat
dengan Laut Nan Sedidih (Samudra Ilindkt).
Karen a Minangkabau dalain perbandingan dengan dunia jang le-
bar hanja mcrupakan satu noktah, dan ia menainakan. dirinja alani,
tentu perkataan alam ini mendatangkan keragu-raguan tentang
artinja.
Mungkin perkataan alam inidiartikan orang sebidang daerah jang
lain isi serta undang^ija dari daerali jang ada disokeliJingnja ; ka:
rena ia menggandjil, maka ia menainakan dirinja alum sendiri.
Mungkin dju ga alam itu diartikan pandji-, tanda kebesaran alan
kedaulatan, maka daerali jang bernaung dibawah pandji- Minang­
kabau dinamakan alam Minangkabau.
Daerali Minangkabau itu tanahnja sebelah Barat berguniuig-gu-
nung sampai ketepi laut, sehingga tidak ada sungainja -jang
bermuara kelaut dapat dilajari. Apalagi ia bermuara kesamudera,
maka angin jan g berembus dan gelombang jajig- deras memmbun
pasir dari laut dimuara sungai- itu, mendjadikan gosong- jang meng-
hambat djalannja air. A ir seiamanja berdjalan mentjari tanah jang
rendali, maka dari itulali pesisir barat tanah Minangkabau ini tanah­
nja berawang-rawang dan berlebung- lebimg.
Lehung artinja air tergenang-jang dalam djuga, terletak kira 2
aeratus meter antara pantai 'dan daratan, lebarnja kira- 20 111 dan
pandjangnja beberapa kilometer. Dari sinilah asalnja nama- negeri,
seperti : Lebong Donok di Bangkahulu, U djung Lebong dekat Sasak
di Pasaman, Lebong Duapuluh di Matur Bukittinggi. Tanah darat-
nja adalah dataran rendah dan dataran t-inggi sampai setinggi 1500
m ; sungai2 besar jang mengalir ketimur, jaitu suaigai Kuantan,
Kampar dan Batanghari. Sungai-’ itu di Minangkabau airnja deras
Uan banjak mempunjai riani jang di Minangkabau disebut Icedja-
hatan, jaitu air tunggang jang atjap kali mendatangkan bahaja maut
pada anak perahu. Makin ketimur tanahnja makin rendah. Sebab
itulali dari Tcluk Ivuantan sampai kekuala tak terdapat lagi bagian
sungai jang berbahaja itu.
Tadi kita ada mengatakan luhak. Luhak artinja smnur. Tatkala
masa dahulu, ketika nenek-mojang masih tinggal dipuntjak gunung
Merapi didapati disana tiga buali sumur tempat mereka menjauk
air. Satu diantaranja ditumbuhi oleh mensiang agam, maka sumur
itu dinamakan luhak agam. Jang satu datar tanahnja, maka dina­
makan ia luliak tanah datar. Jang lain adalah tempat 50 keluarga
mengambil air, maka namanja sumur itu luhak limapuluh. Ketika
orang sudah mulai, kembang dan tempat sudah sempit, maka berdja-
lanlah mereka itu berkelompok-kelompok mentjari tanah jang baik
untuk pindah. Orang2- jang biasa menjauk air disumur jang ber-
mensiang- again atau luliak agam berdjalan berbondong-bondong,
begitu pula orang luhak tanah datar dan luliak limapuluh. Dengan
begitu terdjadilah tanah orang Luhak Agam, tanah orang Luhak
Tanah Datar dan tanah orang LuJiak Limapuluh.
B. Penghulu
Elok negeri dek penghulu
Rantjak tapian dek nan muda.

])i Liihak ini pomjhululah jang memerintah clan ia diwadjibkan


mentjari penjelesaian tiap 2 perkara. Seliingga mendjadi pepatah :
Kata penghulu menjelesai.
Apakah penghulu itu ? Penghulu asal katanja hulu, jang artinja
kepala. Perkataan hulu sebagai kepala kita dapati dalam perkataan
kalang hulu = kalang kepala = bantal.
Orang jan g akan mendjadi penghulu itu mesti dipilih betuF, ka­
rena ia akan m endjadi orang besar dalam kaiunnja, dia jang biang
akan menebukkan, genting jang akan memutuskan.
Seperti kata pepatah : Nan tinggi tampak djauh, nan terberom-
bong djolong bersua, kaju gedang ditengah padang, tempat
berlindung kepanasan, tempat berteduh kehudjanan, uratnja tem ­
pat bersikt, batamgnja tempat bersandar, pergi tempat bertanja,
pulang tempat berberita. Dengan ringkas dapat dikatakan, penghulu
itu adalah seorang jang bidjakstfna, tempat mengadu s esa k -sem p il
(kemiskiiian dan kelemahan ekonomi). Dan kalau seorang akan me-
ngerdjakan pekerdjaan jang sulit, hendaklah rainta nasihatnja
lebih daiiulu (pergi iempat bcrtanja) dan kalau sudah selesai dise-
^lenggarakan dengan berhasil baik, maka menurut adat sopan-santun
atau adat busa-basi hendaklah ia mcnerangkan, bagaimana basil pe­
kerdjaan jang diperbuat menurut nasihat penghulunja itu (puking
berberita) sebagai mengliormati dia. Pepatah Minangkabau menga-
takan : sia-sia utang tumbuh, taksir (lalai atau masa bodoh) negeri
kalah, mclebihi antjak-antjak (mati kerantjakaja) dan mengurangi
sia-sia.
Pekerdjaan penghulu selain dari pekerdjaan kepamongan djuga
mendjadi hakim, maka dari itu harus disertai sifat 2 jang mur-
ni, supaja ia boleh mengati sama berat, mengudji sama merah. Me-
ngati artinja menimbang, mengudji artinja mengudji emas tua
mudanja dengan batu. Kalau kuning masili muda, kalau merah
emasnja tua.
Orang akan mendjadi penghulu harus ditilik keturunannja seperti
berikut.

1. Ia hendaklah laki- dan tidak boleh perempuan. Ia mesti berke-


turunain penghulu, berarti sudah pernah salah seorang kaumnja
jang setali darah dengan dia membawa pangkat penghulu, me­
nurut adat gedang berlegar, kaja bersalin, atau menurut adat
jang dibaivah pinang ditimpa upih.
Gedang berlegar, kaja bersalin diartikan sebagai berikut :
Gedang artinja bukan semata-mata besar, melainkan memakai
gelar penghulu, karena penghulu itu besarnja karena dibesarkan,
bukan besar dengan sendirinja. Berlegar artinja berganti-ganti
(didalam kaum). Misalnja seorang nenek perempuan A beranak
tiga orang perempuan B, C dan D. Nenek A mempunjai waris
penghulu, maka ia akan memakai penghulu dalam kaum itu di-
perlegarkan ' atau diperganti-gantikan antara anggota laki?
keturunan B, C dan D.
K aja bersalin artinja untuk penghulu jang diangkat diberi se-
bidang sawah untuk pembajar nafkah sehari-hari, dikerdjakan
oleh anak buah bersama-sama. Sawah ini namanja sawah kegada-
ngan Kalau penghulu dalam kaum B tidak dapat bekerdja lagi
karena mati atau tua maupun sakit, menurut adat namanja :
Bukitlah tinggi luralilah dalam, baginja, maka la beihenti (b u ­
kan diperhentikan) menurut adat :

a. mati bertow/ffkat budi, atau


b. hidup berkerelahan,
Dengan pertukaran jang mendjundjung gelar pusaka ini maka
. berpindah pulalah,sawah kegadangan mi kepada penghulu janfe
baru. Itulah jan g dinamai kaja bersalm,
Mali bertongkat budi artinja, kalau seorang penghulu nuiti, maka
gelar pusakanja dihimbaukan ditanah ternierah (dipekuburan)
dan ditentukan disana siapa jan g akan memakai. (lelar disang-
kutkan simbolik kepada batang budi, dan karena kaju budi itu
rapuh, hendaklah lekas diganti. D jad i orang1 jan g mencrima adat
bertongkat budi harus selekas-lckasnja mengadakan perhelatan
’ untuk menegakkan penghulu. ITid up berkerelahan diartikan dia
suka dan rela menjerahkan gelar pusakanja kepada gantinja se-
lagi ki hidup.
Dibawah pinang ditimpa upih. Jang djelasnja upih itu
ialah selara pinang.
Ia djatuh kerumpiui pinang. D jad i ia menggantikan penghulu
jan g mati, ialah kemenakan lcandung dari simati. A dat ini ber-
lawanan clcngan adat gedang berlegar, kaja bersalin.
Pamili dalam kaum terbagi tiga jan g dimisalkan dengan tali :

a. JCali darah, jaitu jang satu kcturunan sehulu sem m ra menu-


rut keturmian dari ibu.
1). tali budi, orang negeri lain jan g sesuku dengan kita, ldnggap
mentjengkam, terb m g bersitumpu, diterima dalam kaum sebagai
anggota.
Hinggap mentjengkam artkija : D jika seekor bux-ung hinggap
maka ditjengkamkannja kukunja kedahan kaju, supaja hinggap-
n ja itu tegap kokoh. Begitu djuga kalau ia hendak terbang dari
dahan itu, maka ditumpukannja kakinja sehingga ia terlambung
keatas. Begitu pulalah, djika seseorang datang dari negeri lain
kesebuah negeri dengan maksud hendak bermukim selama-lama-
nja, maka ditjarinjalah orang jang sepersukuan dengan dia,
karena di Minangkabau orang jan g sesuku adalah seketur.unaii
dan dianggap bersaudara.
Pepatahnja : suku nan tak boleh diandjak, malu nan talc boleh
diagih (bagi) ; djadi nialu jang didapat dalam .satu suku, men­
djadi aib pula terasa dalam suku senama dengan suku jang
mendapat malu itu.
Kalau ia dinegeri asalnja bersuku tandjung, maka dinegeri liaru
itu ditjarinja pulalah orang jan g bersuku tandjung. Dibawanja
siri'h pinang dengan selengkapnja, tanda menghormati, lalu di-
terangkannja akan maksudnja. Oleh orang jang didapati tadi
dibawanjalah kaumnja jang patut tahu bermufakat. Setelah
mereka seterima, maka dibuatlah djamuan sekedam ja dan diberi
tahu orang banjak, bahwa si Polan dari ini keatas telah mendia-
di kemenakan orang tandjung, anak buah Datulc Polan kelurah
dibawa sama menurun, kebukit dibawa sama mendaki
Tempat dia bertengger telah kokoh, dan kalau ia akan' mcmbuat
sesuatu, dm telah mempunjai penumpuan tempat dia bertumpu
Tentu kita akan bertanja, apa gunanja mendjamu ? A dat sopan
sm un basa basz menentukan : bertanja lepas erak ( pajah) , be-
funding sudah makan. ■
e. tali emus, artinja bekas budak belian. Karena dapatnja keme­
nakan itu karena emas (w ang).

Kadang 2 nama tali itu diganti dengan kemenakan, karena tali


uidalam adat sebagai „o b je ct” dan kemenakan sebagai „subjeet” .

Kalau sama kemenakan dipakai, mendjadilah ia : .


a. kemenakan dibaivah da-gu (tali darah). Dagu terletak dekat
kerongkongan. »
Segala tjita rasa makanan jang pahit manis Jianja sehingga ke­
rongkongan terasanja. Oleh sebab itu kemenakan jang secTarah
pulalah pahit manis dalam kaumnja.
b. Kemenakan dibaivah pusat (tali budi). Pusat adalah diperut.
Perut menerima segala makanan tanpa tahu akan rasanja. Begitu
pulalah kemenakan jang bertali b u d i; apa jang telah ditetapkaii'
oleh mamaknja, diterimanja sadja. Dia diterima dalam kaum bu-
kan untuk djadi' mainak tapi hamja untuk djadi kemenakan.
Dalam zaliir ia disamakan dengan kemenakan asli, tapi dalam
batin masih ada bedanja antara Jcapur dengan tepung sungguh-
pun samar putih.
c. kemenakan dibaivah lutut (tali emas). Dibawah lutut adalah
kaki. Kaki ini akan disuruli-suruh ; begitulah pula kemenakan
jang bertali emas ini akan disuruh diseraja. Disuruh artinja,
disumh biasa sadja, tetapi diseraja artinja disuruh mengerdja-
kan suatu pekerdjaan dengan sesempurna-sempurnanja selaku
tidak ada orang menjuruhnja, melainkan dia telah mengerdjakan
pekerdjaan sendiri.
2. Baik zatnja. Zat diartikan disini keturunan dari bapaknja.
Menurut pepatah adat : Kalau kurik bapanja, sekurang-kurang-
71ja rmtilc anaknja. Gunanja ini akan memeriksa aehlak.
Kurik jaitu warna bintik2. Biasanja disebutkan pada bulu ajam.
A jam djantan di Minangkabau namanja ajam gedang, mendjadi
perumpamaan. Satu lesung seekor ajam gedang : artinja seke-
lompok manusia, seorang kepalanja. Orang suka pada ajam
kurik karena menurut ilmu sabung, ajam kurik tidak meman-
tang lawaai.
A jam kinantan (putih bulu) akan kalah bertanding dengan ajam
biring sanggonani (bulu merah kaki kuning),' begitu djuga ajam
tadun" (bulu hitam) akan kalah bertanding dengan ajam kinan­
tan, dan sebagainja. Djadi kalau bapaknja kurik = mempunjai
aehlak jan g tinggi, dan kesajangaai serta disegani orang, semoga
analmja selcurang-kurangnja ri'ntik, (m enjenipai kurik = me-
njamai achlak bapaknja). . . ,
3. K aja. A rtin ja tidak akan menjusahkan anak kemenakan tentang
belandja se'hari-sehari.
4 Adil. A rtin ja pandai menjamakan kemenakan kandung dengan
jang tidak kandung, karena kedua kemenakan itu berhak atas
perlindungan harta dan djiwa, zahir batin dan penghulunja.
5. Balig berakal. A rtin ja tjukup umur dan mempunjai pikiran jang
tetap, tegas dalam segala tmdakan, b.ukan seperti putjuk eru.
E ra, adalah sebatang kaju. ja n g kurus tinggi, sedang dahaiuija
tidak ada, hanja rantingnja jan g pandjang jan g akan djadi 'da-
han. Oleh sebab itu ia tidak rimbim rampak, run tjing keatas,
putjuknja halus mudah sadja dipermainkan angin. D jad i kca-
ra'h mana angin berembus keras, sudah kesana tjondongnja pula.
Pepatah mengatakan :

Seperti baling 2 diatas bukit jang tinggi.


t|
6. Berilmu. A rtin ja tjerdas, karena banjak kali ia menghadapi pcr-
kara jang sulit-, apalagi dalam putusan hukum Minangkabau
djarang sekali orang boleh berkalah bermenang, karena berkalah
bermenang itu membawa dendam kesumat. Ibaratkanlah seperti :
Memalu ular dalam benih, ular mati, pemalu djangan pat ah,
benih djangan binasa tanah djangan lambang.
A rtin ja sengketa selesai, hukum diterima, pergaulan baik, pe-
mandangan ,umum terhadap hakim tinggi. Pun adat mengatakan
djuga : Alahs seperti kalah, tetapi tidak berkekalahan, dengan
perkataan lain, tiap 2 piliak merasa puas dengan putusan peng­
hulu.

7. Bidjak bestari. A rtin ja pandai berkata-kata, mulut manis ketjin-


dan murah, budi baik, basa ketudju, tahu dipuntja hendak
menikam, tahu diranting hendak melanting, mafhum akan kata
muhkamah dan mutasjabih seperti kata pepatah :

tahu dibajang kata sampai,


tahu dikilat tjerm in lah kemuka
tahu dikilat beliung lah kekaki

Kata muhkamah ialali arti kata sebenarnja, dan kata mutasjabih


adalah kata kiasan. Kata muhkamah' misalnja :
meminta kepada jang kaja, berkaul ketempat jang keramat.
Kata ini sebenarnja tidak disangsikan lagi pcngertiannja.
Kata mutasjabih : minta suara pada, enggang, minta daja pada
gadjah. Mustahil meminta suara pada enggang, sedang suaranja
buruk. Akan tetapi disini dikiaskan pada suara keras, jaitu su­
ara jang mempunjai pengaruh, begitu 'djuga meminta daja pada
orang jang kekuatan pengaruhnja seperti kekuatan gadjah.
Dengan perkataan sekarang : m entjari tulang pungguncf.
Akan tetapi sungguhpun begitu harus diingat pula :
Tak arif badan binasa, terlampau arif badan tjelaka.

8 - Pemurah. A rtin ja tidak bosan memberi adpis jang baik, kepada


siapa sadja jang meminta.
9. Tahlig. A rtin ja menjampaikan segala jang baik pada unium dan
tidak menjampaikan segala jang bnruk2.
10 . Amanah. A rtin ja dipertjajai lahir clan batin, tidak pcnohok ka-
ivan seiring, tidak penggunting dalam lipatan, tidak musuh
dalam selimut = tidak ehianat sesama kawan.
11. Siddik. A rtin ja benar, tidak suka berbohong, tiba dimata tidal'
dipitjingkan, tiba diperut tidak dikempiskan.
12. Tawakkal. A rtin ja sabar menanti apa jang akan tiba set^lah me-
lakukan segala sjarat pekerdjaan. •
13. Sabar. A rtin ja tidak pemarah, berlaut Upas,berpadang lyas,
beralam lebar, berhutan dalam, berpelita terang.

Pemarah adalah mendjadi la rang pantangan seorang penghulu,


3ebab ia diangkat untuk orang banjak, bukan sebaliknja, orang ba- ’
njak untuknja. Apalagi orang pemarah hilang akal.
Disini disebutkan larangan dan pantangan. D
Kalau diperbuat sesuatu jang dilarang, maka ada hukuman ten-
tangannja. Akan tetapi kalau pantangan dilampaui, maka tidak ada
orang jang mengliukum, hanja akibat pekerdjaannja itu menuiiDi-
kan deradjatnja sendiri dimata orang banjak.
Pantangan penghulu.
1 . McmeraJikaub muka. Dalam kerapatan ataupun dalam pergaulan
sehari-hari mungkin ada kata2 jang diseaigadja ataupun tidak di-
sengadja keluar jang menjakitkan hati. Segala-galanja itu hams
diterima dengan tenaiig, djangan njata pada orang banjak, ba-
'hasa, perasaan kita tersinggung. Merah muka adalah tanda
marah, sekurang-kurangnja tanda beroleh malu. Lawan
djangan diberi kesempatan untuk menjelami hati kita.
2. Menghardik menghentam tanah. Sifat ini sifat hulubalang.
Penghulu sifataija menjelesai. Lebih banjak didapat hasil dengan
perkataan jan g lemah lembut dai’i perkataan jang kasar. Anak
bua'h mesti hormat, sajang dan segan kepada kita, djangan sam­
pai ia takut. Kita tidak boleh djauli dari padanja seperti kata
pepatah : DizaMr orang menjembah, dibatiii kita menjembah.
3. Menjiwgsingkan lengan badju atau tjelmia. A rtinja tidak me-
makai tertib madjelis. Ia tidak disegani orang sedang lidahnja
tidak akan masin, artinja ketjeknja tidak akan diterima orang.
4. Berlari seperti anak ketjil.
5. Memandjat-mandjat.
6. M endjundjung.
Jang tersebut pada ruas 4, 5, 6 ini adalah pendjaga kehormatan.
Kedudukan penghulu dalam berbagai-bagai negeri tidak sama.
Dalam negeii jang berhaluan Republikein jan g termasuk laras Budi-
Tjaniago, suara penghulu adalah sama. Tegak sama tinggi duduk
sama rendah, duduk sehamparan, tegak scpematang.
Sem.ua penghulu berpangkat andiko. Perkataan andiko berasal da­
ri bahasa kawi, ngadika artinja memerintah. Sunggulipun dinegeri-
negeri itu kedudukan penghulu menurut adat sama dalam arti
anggota kerapatan, akan tetapi ada dju ga bedanja sedikit dalam ke­
dudukan dalam adat, jaitu penghulu 2 jan g tua, jan g mula 2 m entja­
tjak negeri itu dengan penghulu 2 ja n g datang kemudian. M entjatjak
artinja m entjubit. M entjatjak tonggak artinja mulai memahat
tonggak untuk mendirikan rumah. M entjatjak negeri artinja mulai
memahat tonggak negeri untuk didjadikan tempat tinggal.
Penghulu jan g iertua itu bernama penghulu keempat suku. Se­
suku artinja seperempat. Keempat suku artinja satu jan g genap
atau penuh. Dan sjarat untuk menamakan satu kediaman dengan
perkataan negeri, hendaklah tempat itu mempunjai empat buah
suku. Kalau tempat 'hanja mempunjai 3 suku, maka namanja dusun ;
kalau 2 suku namanja teratak ; kalau 1 suku namanja bandjar atau
kabul.
Penghulu 2 jang tidak masuk keempat suku, adalah diperbuat ke­
mudian, karena anak buah bertambah banjak djuga dan negeri
bertambah lebar. Tiap 2 penghulu keempat suku m entjari pembantu-
nja diantara orang 2 jan g datang kemudian, dan pembantu itu diberi
pula pangkat penghulu. Penghulu jan g tua dengan penghulu jang
baru diangkat itu, ber^ima-sama memerintah dalam arti, jan g tua
memerintah dalam kaumnja jang telah ada ditambah kaum jang
baru datang dan penghulu jang baru diangkat itu hanja dalam ka­
um jan g baru datang sadja. Penghulu tua dan penghulu baru itu
mendjadi satu tungku. Tungku artinja tempat mendjerangkan peri-
uk didapur. Dari periuk itulah diambil nasi untuk dimakan
Penghulu jan g mempunjai ulajat hanja penghulu keempat suku
Penghulu baru tidak, tetapi ia bebas mengambil hasil rimba untuk
nafakah dari ulajat penghulu keempat suku. Setuaigku artinja sama2
boleh mengambil hasil dari satu tempat jang tertentu.
Ulajat jaitu sebidang tanah hutan dan padang jang dibagi-bagi
antara penghulu 2 tua waktu mentjatjak negeri untuk sumber
penghasilannja.
Dalam negeri2 jang berhaluan beradja-radja seperti laras K oto-
Piliang kedudukan penghulu ada lain sedikit. Kita pedoinanilah kata
mamang Minangkabau jang berbunji :

Jngfjarih memapat kuku,.


Dipapat dengan pisau raut
Terpapat dibetung tua
Betung tua ambilkan laintai.
Negeri keempat suku
Berlnndu berbuah perut
Kam pung diberi bertua
Rumah diberi bertunganai.

Dinegeri-negeri ini penghulu keempat sukulah jang mendjadi


putjuk, artinja peng'hulu jang termulia. Dibawahnja penghulu jang
berhindu. H indu adalah sebahaguui dari suku, dibawah itu buah
perut atau pajung, sebagian dari liindu ; baru datang' kampung dan
kampung terdiri dari beberapa buah rumah. Kampimg diperintahi
oleh tua kampung ja n g tidak perlu terdiri dari penghulu dan rumah
diperintahi oleh tungganai jaitu mamak1) laki2 jang tcrtua.
Berlainan 'dengan adat jang terpakai dinegeri-negeri jang berha-
luan republikein, dimana terpakai adat : tegalc sama tinggi, diufiilc
sama rendah ; dinegeri jang beradja-radja tampak adatnja berdjen-
djang naik bertangga turun. „
Dinegeri jan g penghulunja berputjuk-putj.uk,* penghulu putjuk
itu tidak langsung memerintah pada anak buahnja. Kalau ada pu£juk
fentu ada urat tunggangnja. Urat tunggang ini tumbuh diatas tanah.
Tanah diibaratkan anak buah. Karena urat dan tanah tidak bertje-
rai, maka penghulu urat tunggang inilah jang bergaul seliari-hari
dengan anak buahnja. Scdang ia bertangg'ung djawab pada peng-”
hulu putjuk.
Segala penghulu bergelar datuk. Apakah arti perkataan datuk itu?
Setengah orang mengartikan kata itu jang tua. Dalam beberapa ne­
geri di Minangkabau, misalnja daerali Sawahlunto, orang memang-
gil kakafc laki2nja dengan datuk. Disebelah Pajakumbuh neneknja
jang laki2 dinamakan datuk.
Setengah orang mentafsirkan perkataan datuk dengan datu jang
artinja dukun. Karena penghulu itu orang- tjerdik tjendekia, dia
dianggap dukun akal 'dan diberi gelaran datu dan kemudian men­
djadi datuk. Pendapat mereka dikuatkan, karena ada djuga ja n n’
djadi datuk itu jang termuda dalam satu kaum, sedangkan kakafenja
jang lebih tua dari padanja tidak.
Mana jang benar diantara kedua tafsiran itu terserah kepada
arifin. Penghulu diberi nama djulukan : nan gedang, basa, bertuah.
Apakah artinja itu ? Gedang artinja digedangkan. Gedang diambak,
tinggi diandjung. Bertegak gedang artinja mendjadikan penghulu.
Basa atau besar artinja memerintah. Dibaurkan basa dengan peng­
hulu artinja dibaurkan radja 2 dengan penghulu. Basa 4 balai artinja
4 kementerian sungguhpun menterinja 5 orang, jaitu :

1 . perdana menteri merangkap menteri dalam negeri = Utah di


Sungai Tarab.
2. menteri keuangan = Mangkudun di Sumanik.
3. menteri pertahanan = Indomo di Suroaso.
4. menteri agama = Tuan kadi di Padding Ganting.
5. Tuan Gedang di Batipuh, tidak memegang kementerian tetapi
dia orang sangat berani (menteri negara).
Bertuah artinja masj'hur. Perkataan bertuah jang berarti masjhur
kita dapat dalam kalimat : ibu ka-ja, bapa bertuah (kenamaan).

!) mamak = saudara ibu.


Oleh karena nama djulukan ini, penghulu 2 hendaklah tahu balnva
gedangnja digedangkan orang dan hendaklah ia memerintah dengan
bidjaksana, supaja namanja dimasj'hurkan orang.
Kalau dalam sebuah negeri, anak buah sudah kembang biak dan
perlu ditambah pemimpin adat untuk kesempurnaan pekerdjaan,
maka adat memberi kesempatan untuk menambah penghulu dengan
dj'alan :

1. Gedang menjimpang.
Penghulu tambahan itu hendaklah terdjadi dari tali darah peng­
hulu asal. Kalau gelar penghulu asal Datuk Sinaro, maka
penghulu gedang menjimpang bergelar Datuk Sinaro Pandjang.
2 . M enggunting sibar badju.
Sibar badj.u artinja tcpi. D jadi untuk pakaiannja diainbil dari
badju asal. Penghulu tambahan ini diambil dari tali budi peng­
hulu asal. Kalau penghulu as'al bergelar Datuk Sinaro, maka
penghulu tambahan bergelar Datuk Sinaro nan Pandjang.
3. B adju sehelm clibagi dua.
Djika berebut akan djadi penghulu dan perdamaian antara jang
berebut tidak didapat, terpaksa keduanja didjadikan penghulu.
Keduanja memakai gelar asal jan g sama. Misalnja kalau gelar
penghulu asal Datuk Sinaro, maka kedua penghulu jang baru
diangkat itu masing2 bergelar Datuk Sinaro djuga.
4. Membuat penghulu baru.
Kalau kemenakan dibawah lutut telah kembang biak pula pei’lu
ditambah penghulu untuk dia jang sederadjat, maka dipilih sa-
la'h seorang dari mereka jang tjerdas dan diberi gelar dengan
gelar jang enak didengar ditelinga misalnja Datuk M endjindjing
Alam.

Bertegak penghulu :
Jang dinamakan dengan bertegak penghulu, ialah mengganti
penghulu jang lama dengan penghulu baru dengan menurut adat :
■waris didjawai, pusaka ditolong. Didjawat artinja menerima barang
dai’i atas kebawali, djadi dari mamak kekemeaiakan. Ditolono- artinia
ditolong supaja berdiri tegap. °

a. hidup berkerelahan.
b. Maii bertongkat budi.
Kedua ini telah diterangkan lebih dahulu.
c. M embanykit batang terendam.
Batang = k?,ju. Terendam = ada didalam air. Djikalau sese-
orang hendak membuat rumah, maka disediakan pekajuan.
Sedia pekajuan sadja belum tjukup. A tap mesti dibeli, paku
mesti diadakan, upah mesti disediakan. Maka djika belum ada
wang pembeli atap dan paku, dan Belum ada wang untuk upah,
maka supaja pekajuan djangan lapuk sadja dimakan hari, maka
poitajuan itu dircndamkan kedalam air sementara mentjari waiig
untuk penegakkan rumah. Setelah wang tjukup maka mulailaL
menegakkannja. Begitu djuga menegakkan penghulu menurut is-
tilah membangkit batang tex'endam, kax'ena menurut kata
pepatah : tjukup pada jang ada, sukar pada jang tidal;, tex'paksa
menegakkan gedang itu diundurkan sampai bertahun-tahun.
Sementara itu ia melekap pada penghulu jang setungku.
•I. Melekatkan badju berlipat.
B adju adalah pakaian. Ia dilipat kareaia tak ada jang akan me-
makai. D jadi dalam hal ini, bukan alat2 jang'kurang, melainkan
jan g akan memakai tak ada. Misalnja jang akan diangkat men­
djadi penghulu ketika itu masih ketjil, belum balig bei’akal. Maka
pusakanja (badjunja) terpaksa dilipat menanti dapat dipakai-
-1ja. Sementara itu bermamak pada penghulu setungkunja. Kalau
lelah tiba masanja, maka baru badjurija itu dipakainja.

Tjuvu menegakkan penghulu.


Djadi penghulu, sckata kaum.
Djadi radja, sekata alam.

Untuk mexidjadi penghulu haruslah diingat. beberapa rukun dan


sjarat jang mesti dilakukan dan didjalani. Jang utama mendjadi
j ukunnja ialah :
Benih — tjalon diundjukkan oleh legaran jang patut membawa
gelar penghulu itu. Setelah dituah ditjelakai (diperbxntjangkan)
dalam kandamg ketjil, jaitu permufakatan dalam legaran jang di-
hadiri oleh laki2 dan perempuan, maka keputusaax isi mufakat itu
dibawa kedalam permufakatan perut. Disini dituah ditjelakai sekali
lagi dan ditjotjokkan sifat-nja dengan sifat 2 jang pantas dipakai
penghulu. Setelah dapat pula kata sepakat, maka dibaurkan peno--
kulu 2 jang setungku untuk menerima penjerahan benih. Dalam
rapat. ini dibex’i kesempataii anak dan pinak, andan dan pesemandan
turut hadir, tetapi hanja sebagai penindjau sadja, dengan maksud
supaja mereka boleh mengenal tjalon penghulu itu dari dekat, ka­
rena anak pinak, andan pesemandan itu tex-masuk famili djuga jang
terdjadi karaxa djalan perkawinan. Andan jaitu keluarga dari isteri
dan pesemandan adalali keluarga dari suami dan djika seseorang be-
ristei’i, maka ia bernama rcmg semenda dalam kaum isterinja.
Dalam kerapatan penghulu nan setungku dibuatlah djandji pa-
bila helat akan didjadikan, namanja menakuk hari dan dibagilah
pekerdjaan, pada anak buah apa jang patut dikex’djakan. Sungguh-
pun bexxih sudah diund jukkan oleh kaum, maka jang menanamnja
ialah negeri, kai’ejxa megei’i jang akan menxbawanjii sehilir semudik,
kebukit scima mendaki, kelurah scimci m enwun. Nan setjiap bak ajam,
nan sedatntjing bale besi, setempuh lalu, sebondong surut, seajun se-
pakuk. Inilah ada sama sekali tanda dari pex’satu paduan. Diibax’at-
kan penghulu dengaxx ikiin pandja/ng ; se.ekor ikan pandjang, sekei at
ikan pandjang djuga namanja. (satu buat semua, semua buat satu).
Salah seorang dari penghulu nan sctiuigku inenjcmbahkan dengan
pidato pada negeri (hanja diwakili oleh penghulu), bahasa maksud
dan niat dari tungkunja akan menegakkan pusakanja (baik setjara
‘h idup berkerelahan atau lain 2 seperti telah diterangkan lebili da-
hulu). Mempersembahkan niat itu melalui sjarat, jaitu mengisi
adat, lilin embalau namanja, jaitu pembajaran 2 kupang ( ± Ep. 1.
- ) 1). W ang jang 2 kupang ini dibagi2 diantara penghulu ja n g hadir.
Boleh dimisalltan sekarang pem bajaran wang adat itu ialah mema-
sukkan surat permohonan jan g memakai meterai.
Apakah artinja lilin embalau ? D jik a kita akan memberi pesan,
atau 1arit bertangkai, maka puntja pisau atau arit itu kita masukkan
kedalam tangkai kaju jan g sudah digerek sepandjang puntja itu
lebili dahulu, dan untuk pengokohkannja kita rekat dengan embalau.
"VYaktu negeri menerima wang adat, embalaunja atau rekatnja be­
lum sebenar rekat, hanja baru lilin, barang lunak, oleh sebab itu
patut lekas diganti dengan embalau sebenarnja, jaitu mendjamu isi
negeri,, supaja gelar itu boleh terbendang2) kelangit, terserak ke-
bumi, diketahui oleh orang banjak. Karena negeri ja n g menanam
tumbuh, maka perhelatannja mestilah diizinkan. pula oleh negeri,
maka diisi pula .adat menurunkcPii djem ur3) banjaknja tengah 3
kupang ( ± Ep. 1,25) dan adat mcmbantai 2 kupang ( ± Ep. 1 .-).
Menurut pepatah adat : dimana adat berdiri, ialah digung jang ter-
sangkut, dimana merawal (pandjv1) jang tertegak. Memakai gung
dan merawal waktu berlielat dibolehkan untuk penghulu keempat
suku, sebagai tanda, bahasa nenek m ojangnja dahulu jan g menl ja -
tjak negeri. Untuk itu tidak guna mengisi adat apa2. Penghulu jang
bukan keempat suku dibolehkan djuga memakai gung dan merawal
itu, tetapi ia mesti mengisi adat 2 kupang pula. W ang adat itu
dibagikan hanja kepada penghulu keempat suku.
Mendjamu, ialah. memberi makan penghulu serta isi negeri.
Kalau negerinja besar, dan orangnja banjak, maka disjaratkan me-
motong kerbau (djaw i)' 'dan menanak beras seratus sukat.
Daging dilapah, darah dikatjau, tanduk ditanam.
Kalau negerinj a ketjil, orangnja sedikit, memadailah memotong
seekor kambing. Disetengah negeri tjukup dengan kepala kerbau
sadja, seperti'di Kurai 5 D jorong (Bukit Tinggi)..Sebelum djamu
diberi makan, maka diadakan permedanan lebih dahulu, jaitu se-
bidang tanah jang lapang ; disana dipasang alam jang tinggi, supaja
tampak dari djauh, baliwa orang bermedan. Seg,ala tamu dipersila-
kan kesana dahulu duduk berkeliling medan. Disana diadakan
pidato2, seperti pidato radja, pidato alam dsb. jang mentjurai me-
maparkan, bagaimana keindahan alam serta adat Minangkabau.
Karena orang Minangkabau tidak ada mempunjai pustaka, maka

!) W ang adat dnd dalam tiap2. negeri tidaik sama.


2) .terbendang = terbentang ‘terang.
3) djsm ur = padi jang tjukup keringnja untuk ditumbuk.
mengutjapkan piclato- itu dianggap
sebagai kuliah supaja diperhatikan
oleh jang hadir. Sesudah puas berpi-
dato, maka dilakukan adat bertolong-
tolongan, jaitu dengan kata- adat :
Kasih nan berambihm, sajang jang
berfaedah (siapa jang membcri dulu,
patut menerima kini) van tidak sama
ditjari, nan lai (ada) sama dmdakan
(diundjukkan), puWi kapas boleh di-
lihat (njata) putih hati berlccadaan
(menundjukkan bukti berupa w ang).
Maka segala jang hadir membawa
sumbangannja bernama menuntut
adat, membawa kudu. Harganja se- °
ekor kuda Rp. 0,50.
. Sehabis pemedanan itu tamu diba­
wa inakan, tjukup dengan kata
perseinbahannja. Makan raesti bersa-
ma-sama dipiring besar (makan
berdjamba) sebagai tanda kerdja
sama jang erat dari anggota masja-
rakat dalam negeri.
Setelah sudah makan, maka berdi-
rilah penghulu tua jang akan digan-
tikan itu, dengan tjalon penghulu
jang akan menggantikaainja ; kedua-
duanja memakai pakaian adat,
menurut langgam satu2 negeri.
Penghulu jang tua memakai destar
hitam, destar perut kerbau namanja,
dan memakai sebilah keris tanda ke-
besarannja, sedangkan tjalon peng­
hulu jang akan diangkat itu duduk
bersila dekatnja dengan tidak ber-
tutup kepala dan tidak berkeris,
karena ketika itu ia belum mendjadi
penghulu. Penghulu jang tua mem­
beri tahu pada chalajak rarnai, bahasa
dari saat itu keatas disebabkan ia te­
lah tua, tak sanggup lagi mendjalan-
kan tugas penghulu, pangkatnja dise-
rahkannja pada penggantinja, kctjil
bernama si Polan, gedang bergelar
Sutan Anu ; lalu ditanggalkannjalah
foto : Kempen
destarnja dililitkannja kekepala tj.a-
lon itu serta ditamggalkannja pulalah
L a k i2 M inangkabau berpakai-
kerisnja dan disisipkannja keping-
an adat (Saw ah Lunto)
gang penggantinja. Pun dim intanja pada para penghulu- jang
liadir supaja penghulu ja n g b a ru itu, sudi dibaiva se-liiUr semudik.
Pun karena umurnja baru setahun djagung, darahnja burn setam-
puk pinang, pengalaman djo.uh sekcdi, djika ada pekerdjaannja jang
salah, berubah minta disapa, bertukar minta diasak’ ), minta ditun-
djuk diadjari dengan petundjuk pengadjarannja. Maka adat bersalin
badju itupun selesailah.
Panggilan untuk orang jang akan menghadiri peralatan adalah
terbagi, dua :
Pertama jang ‘patut diimbau dikalakan, jaitu ister; atau semen-
daji2 dari anggota sipangkahtn2). Orang ini diimbau bukan untuk
penambah berserinja perhelatan, melainkan untuk bekerdja.
Kedua orang jang patut dipanggil. Kalau ia penghulu, atau orang
bcrdjenis, maka dibawa kerumahnja (isterinja) tjerana berisi pi-
nang selengkapnja, melepa.s kulangsing namanja ; dj end jang di-
Lingkat, bendul ditepik ; kalau jang dipanggil tidak dirumah, maka
disana ditinggalkan sirih.
Kalau ia tidak orang berdjenis, maka tidak perlu membawa tje ­
rana, tjukuplah membawa rokok sadja, dan tak perlu meningkat
djendjang, meningkat bendul, tjukuplah dikatakan dimana bertemu.
Mendudukkan penghulu dalam perhelatan amatlah sukar ; siapa
jan g patut duduk diudjung dan siapa duduk dipangkal. Oleh sebab
itu perhelatan itu diserahkan pada djenang, jaitu kepala helat, jang
tahu diherang-gendeng, didjudjuh pangkuh3). Ilak istimewa dibe-
rikan kepadanja jaitu : Ilelat seperintah djenang.
Djenang itulah pula jang akan mempersilakan djam u makan,
dan kepada djenang pulalali segala djamu bermohon diri untuk
pulang kerumah masing2.

C. Pembantu penghulu
Tjondong bertopang,
Rebah bcrdcuh*).
Untuk kesempurnaaji mendjalankan pemerintahan dalam negeri
maka penghulu itu ditemani oleh beberapa orang :

1. Penongkat.
Karena untuk mentjari nafkah hidup masing-, kadang 2 peng-
lmlu 2 itu banjak merantau, meninggalkan kampung. Maka
ditinggalkannjala'h wakilnja, atau penongkatnja. Penongkat itu
ialah wakil mutlaknja dalam tiap 2 kerapatan jang memperbin-
tjangkan pemerintahan, tetapi lido/r dengan jang bersangkutan
dengan adat: Jang bersangkutan dengan adat ia diwakili oleh

!) diasak = dialih.
2) sipangkalan = jang mengadakan perhelatan.
3) dihereng-gendeng, didjudjuh pangkuh = peraturan.
4) berdauh = ditegakkan (cembali.
penghulu jan g sctungku. Penongkat diangkat bersama-saina
dengan angkatan penghulu dengan tjara membcritahu sadja. Ti­
dak perlu ia mengadakan helat jang tertentu, karena adat
mcnjatakan : tcgak penghulu serta tongkat.
Biasanja penongkat. ini diambil dari anggota dari legaran jang
berikut, dengan tidak ada kepastian, bahwa djika penghulunja
diganti, ia sendiri akan djadi penggantinja. Pangkat penongkat
tidak turun temurun. Makanja diambil dari legaran jang berikut,
untuk menandakan, bahasa legarannja pula jang mestj meng-
gantikan penghulu sekarang. «
. 21alim. o
Dalam setengah negeri namanja imam. Ia berkewadjiban meme­
riksa adat jang bersangkutan dengan agama, misalnja zakat
fitrah, nikali, kawin, talak, rudjuk. Dalam perselisihan anlara^
suami dengan isteri, perkara ada tidaknja pemberian nai'kah dari
suami, atau ada tidaknja taat ilari fihak isteri pada suaminja,
malimlah jang memeriksa lebih dahulu. Dalam soal perf.jisraian
ialah jang akan memeriksa apa sebab'-nja dan kalau mungkin
memj>erdamaikan.
Apabila ada harta guntung, jaitu peninggalan dari seseorang
ja n g telah putus warisnja dan datang beberapa orang jang me-
ngatakan, bahwa merekalah war is teivlekat jang masih tinggal
pada simati, maka ia pula jang akan memeriksa siapa diantara
mereka itu jang terdekat untuk mewarisi harta guntung itu. D ji­
ka keterangan sama- kuat, dan kedua belah pihak tidak m'au
berdamai dengan djalan dibagi dua dan tiap 2 pihak mengatakan,
bahwa dia jang berhak mendjadi siwaris, jang lain tidak, maka
liukum terpaksa didjalankan dengan bersumpah, dengan menje-
but nama Allah, jaitu „Demi A llah ” . Inilah namanja gaib, ber-
kalam Allah. Kata malim bernama kata hakekat, jaitu kata jang
hak| tidak mempunjai helah.
Bersumpah ada 2 matjamnja :
a. sumpah biasa, jaitu bersumpah diantara 2 orang berperkara
dengan perantaraan surat Ivuran. Sumpah dilakukan oleh
malim. Lazimnja dinamakan sumpah sematjam itu sumpah
kantor. Sumpah ini tidak ditakuti orang betul, karena kutuk-
nja tertimpa hanja pada 2 orang jang bersumpah sadja.
b. sumpah sativ, nama lainnja, berlingkung putjuk.
Kedua belah pihak jang bersumpah, memeluk anak kemena-
kannja, dilingkungi dengan putjuk enau, mereka bersumpah
atas kebenaran pendapat masing 2 dengan utjapan :
Akan dimakan bisa kaivi, keatas tidak bcnirat, ditengah-te-
ngak dilarik (digerek dengan bentuk tak menentu) kumbang.
Kutuk sumpah jang seperti itu menghabiskan anak kemena­
kan habis sekampung ; oleh sebab itu, atas kata sepakat
sekarang sumpah berlingkung putjuk itu dilarang oleh kera-
patan penghulu'2.
5. Manti.
Dalam setengah negeri nam anja chatib, artm ja djurutulis, 11 £
selcretaris. T ugasnja iala'h m enjam paikan segala perintah *ccj
wah dan m enjam paikan perasaan anak buali keatas. P a <u
sidang rapat memeriksa perkara, ia ditugaskan menerima daMva^
dan m enjam paikan putusan hakim. K atanja bernama kata <)ei
' hubung.

4 . Hulubalang = perwira.
H u lu artinja kepala. B a la (n g ) artinja tentera. H ulubalang i111"
?.ah ja n g akan menguatkan kata keputusan penghulu. Ia jang
akan menakik man a jang Iceras, m enjudu mana jang lunak-
K adang 2 ia bersifat polisi, ia mesti m endjaga keamanan c^an
berusalia supaja larangan dan pantangan adat djangan dilang-
gar orang. Ia m csti tahu dimana randjau jang telah lapuk patut
diganti, parit nan telah terham par patut dinaikkan. Ia m e le b ih -
l:aci djaga dari tidur, siang berselimut awan, malum b e r s e l i m u t
embun. Dimana randa dapat malu, dimana penghulu dapat basa
(penghinaan) ia lekas berada ditempat itu untuk memberi gaii-
djaran pada ja n g bersalah. Dahulu hulubalang ini m e m a k a i
b ad ju merah, berambut pan djan g sedang dipunggungnja tersisip
keris pandjang. K atan ja kata menderas.

5. Pegawai.
Pegawai, jaitu orang suruli2an jang tjepat kaki ringan tangan,
jan g tak tahu ditulang litak. Pegawai ini jan g disuruh m endjem -
pu t dan mengantar orang dan mengumpulkan orang u n tu k
pekerdjaan umum, seperti bergotong-rojong.
K adang 2 ia mesti berdusta m endjalankan tugasnja. Seumpama.
djika orang mesti berapat pukul 9, ia katakan pukul 7.
K alau perlu orang 15 orang, dikatakannja 30 sehingga pada
w aktunja dan tempatnja, segala perintah tertjapai. M engang-
kat pegawai ini boleli begitu sadja serta pangkataija tidak turun
temurun. K ata pegawai ini namanja kata berlipat.
Dalam pembantu penghulu jan g lima m atjam ini, maka malim,
manti, hulubalang, diangkat dalam adat dengan hale turun temuruai
seperti mengangkat penghulu djuga, hanja tidak seberat adat me-
ngangkat penghulu, sedang gelarnja tidak selamanja datuk. Mereka
masuk orang berdjenis. Orang 4 djenis, jaitu penglm lu, malim, man­
ti dan hulubalang.

Selain dari 5 m atjam pembantu penghulu itu ada lagi beberapa


golongan d a la m . negeri :
a. alim ulama = suluh bendang dalam negeri, jaitu penasehat da­
lam urusan agama.
b. tjerd ik pandai = seruling dalam negeri, jaitu perhiasan m eru-
pakan penasehat pehting ; mereka orang ja n g kaja, termasuk
golongan tjerdik pandai djuga.
LTkiran rum ah gadang di B ukit Tinggi foto : Kcmpen

c. perem puan — amban puruk, alung bunian = penjim pan harta.


Amban puruk, alung bunian, jaitu satu peti besar terbuat dari
pada kaju jan g mempunjai pandjang ± 2 m, lebar 1 m, tinggi
V2 m. Amban puruk ialah penj impart b a rang- jaiig berharga.
K atanja kata merendah, mengambil hati suami.
d. orang muda, jaitu segala mereka jang suka pada keb.udajaan
seperti silat dan bermatjam kesenian sepei-ti puput -sailing, rebab
ketjapi, serunai 'dan nafiri, tabuh2an seperti telempong, serta
pentjak dan tari. Orang jang mengepalai orang muda ini ber-
nama tua- muda.
c. tua bu m = bernama pemuntjak bum .
f. lua bandar = satu pangkat jang diberikan untuk memelihara
bandar dan pembagian air sawah. Sekali setahun waktu memu-
langkan ulu tahun, artinja waktu mengambil hasil pertama, ke-
padanja dipersembahkaai suatu peralatan.
g. ormig pandai = segala matjam tukang. Orang pandai ini dahu-
lu sangat 'diliormati, sehingga dalam peperangan, tukang 2 ini
tidak boleh dibunuh.
li. orang banjak, jaitu aaiak buah biasa, jan g tak tentu udjung
pangkalnja, sehingga katanja disebut kata bergalau.
Enak sirih, ri.ilcyar tjerana
Enak lata, dil e-gar bunji.
Dalam perkembangan kini di Nusantara, set el ah negara kita nier-
deka dan berdaulat penuli dan sedikit waktu mendjelang
kemerdekaan, maka terdjadilah perlawanan .antara ka.um marhaen
dengan,kaum ningrat (fe o d a l). Banjak sedikitnja perkembangan
ini berembus pul?, ke Minangkabau, seliingga ada pemuda 3 ja n g
menganggap dirin ja bersifat radikal repolusioner, inendaulat peng-
l.ulunja masing2, karena ia menganggap penghulunja itu bersifat
feodal, menurut adatnja, sebab katanja mengapa segala rundingan
dimonopoli oleh penghulu 2 sadja.
Kalau kita artikan perkataan feodal, maka ia akan berbuaiji pem-
berian liak oleh radja kepada pembantunja, berupa hak atas tanah
untuk m endjadi djalan penghidupan baginja dan hak memakai ge-
lar keoangsawanan untuk penundjukkan martabatnja.
Hak ini adalah turun-temurun.
Hak atas tanah dan hak memakai gelar kebangsawanan itu, dibe-
rikan pada sipembantu radja tadi, sebaliknja dengan perdjandjian,
supaja ia akan membantu tuannja dalam tiap- peperangan jang
dilakukan oleh radja tadi itu.
Hak jang diberikan oleh radja tadi dinamai ,,leen” = pindjam.
Tuan pindjam (leenman), berkuasa diatas tanah jang diterimanja
dari radja, sebagai tanah pindjaman. Ia berkuasa pula untuk men-
tjari pembantunja, serupa dengan 'hak jang diberikan radja
kepadanja. (lihat Ens. W inkler P rins).
D jadi dalam arti kata feodal, hak atas tanah adalah hak radja
semata-mata. Selebihnja hanja mendapat tanah karena ,,pin­
djam an” .
Lain 'halnja d i Minangkabau. R adja itu tidak mempunjai kekua-
saan absolut. Ia hanja mcrupakan lambang sadja, itupun hanja
dikelarasan koto piliang daai dirantau jang terdapat pengaruhnja.
Se])iib/ija ifllali karena ia datang kemudian, dan sebelum ia datang,
negeri2 di Minangkabau telah berpemerintahan jang teratur d ju ga’
dengan pemerintahan rakjat. R adja 2 itu tidak mempunjai tanah’
sendiri, karena sebelum dia datang, tanah2 disitu telah ada pem-
bagiamnja, dan telah dimiliki oleh perseorangan sebagai hutan rendah
(sawah ladang) dimiliki oleh penghulu 3 (wakil rakjat) sebagai hu­
tan tinggi (u la ja t). &
Penghulu — kepala rakjat dipilih bersama-sama dari tjalon 2 jang
tak disjaratkan mesti berani berkelahi, tetapi mesti Jang bcrani 'ka­
rena benar, takut karena salah.
Hutan tanah dibagi menurut suku, dalam kelarasan budi tjania»-o
dam dikendalikan oleh penghulu putjuk atas nama negeri dalam
kelarasan koto piliang. A p a jan g sudah terkanda.no (dikerdjakan)
itulah m iliknja masing2, dipusakakan turun-temurun sampai keanak
tjutju. A p a jang belum dikerdjakan, itulah tanah tjadangan untuk
bersama. D jadi tampaklah disini bahwa penghulu 2 bukan punja ta­
nah ulajat, tapi hanja menguasai sadja.
D jika ada salah seorang didalam suku kekurangan sawah atau
Jadang, karena manusia telah kembang djuga, maka ia minta izin
pada penghulunja untuk membuat teruka baru ditempat jang di-
ingininja. Permintaan ini hendaklah menurut peraturan jang lazim
terpakai, supaja djangan mendjadi teruka liar. Djika tanah jang
diminta itu telah selesai 'dikerdjakan, menurut timbangan penghu-
Jiuija, maka tanah itu mendjadi mililmjalah turun-temurun. Tanah2
itu tidak disewa pada pengimlu dan tidak pula dfpindjamkan oleh
penghulu- kepadanja.
Oleh karena penghulu 2 itu dipilih oleh orang banjak, maka harus
pula ia meinbalas budi, dengan berlaku adil serta bidjaksana dalam
segala tindakannja. Ia mesti insaf, bahwa gedangnja dek karena
diambak, tingginja dek karena■ diandjung. Benarlah kata petua
„B undo K andung” dizuhir orang menjembah, dibatin kita
menjembah. .
Penghulu tidak boleh memutuska.11 sesuatu dengan seorang dirinja,
memantjung putus, menga-ut habis, sungguhpun mamang berkata :
putus kata dek panghulu. iJalani sesuatu masaalah, sebelum tindakan
diambil, maka segala sesuatunja diperundingkan masak2 lebili da-
iiulu, ditimbang buruk baiknja, laba ruginja, tuah tjelakanja,
adakah ada dimakan patut dan mungkin dan bersendi kepada halur.
Segala anggota kerapatan berhak mengeluarkan suaranja dengan
sebebas2nja. Kalau telah dapat kata sepaka^ bidat boleh digolekkan,
petjak lah boleh dilajangkan, maka dipulangkan kata putusan pada
penghulu. Dan penghulu inilali nanti akan mengatakan kata putu­
san pada orang banjak. Inilali jang bernama : Putus kata dek pang-
hulu:
Mungkin dalam perdebatan mentjari kata kebenaran, terbit
perdebatan jan g sengit, sampai perkataan merembet kepada per-
•seorangan, tapi ini tidak mendjadi apa, karena adat ada memberi
kelonggaran tentang itu dengan petuanja :
Dapat dibalai-balai, hilang dibalai-balai. Dengan kesempatan jang
seluas ini terlaksanalah demokrasi jang sebenarnja.
Dalam negeri demokrasi tentu tidak ada peraturan feodal. Pun is-
filah „bangsawan ’ ’ dalam arti kata jang sempit tidak ada di
Minangkabau. Disini hanja terdapat orang baik-. Orang bangsawan
adalah tersebab oleh keturunan, sedang orang baik2 terdapat karena
pendidikan, add bcrtundjuk berpengadjar. Kalau oiang tidak di-
tund ju k diadjari, maka ia mendjadi kurang adjar, sungguhpun 1a
anak radja sekalipun. Peri bahasa mengatakan :
Bahasa menundjukkan bangsct, sedang pantun mendendangkan pula:

D ek ribut rebahlah padi,


D itjupak datuk Tumawggung.
Djika, lii&up tidak berbudi,
Duduk tegak kemari tjanggung.
Dengan keterangan jang sekedarnja ini, njatalah baliwa peng iu
]u- bukanlah orang kaum feodal. '
Dalam suatu masaalah jan g rumit dan tidak dapat diambil v
putusan dengan segera, maka didalam adat tidak 'diain i^
keputusan itu dengan djalan mengambil banjak suara seperti jang
berlalm dalam negeri demokrasi sekarang, tetapi soal itu, dipervM
lamkan, tidur sekelap, kalau ada alcan mendapat mimpi baik, artinja
diundurkan untuk sementara waktu .untuk mengambil keputusan >
dalam suasana tenang, dapat pula dipertimbangkan, buali pikiran
lawan menurut pop at all adat :
Tenang: hulu bitjara, menaing seribu akal.
Apakah sebabnja maka tidak diambil djumlah suara ? Sebabnja,
karena banjak suara sadja belum tentu merupakan pililian jang
baik. Mungkin orang jang memberikan suaranja itu, tidak
mempunjai pendirian sendiri (opportunis) mungkin pula ia
dipengaruhi oleh sifat segan2, t enggang menenggang, mungkin
djuga oleh karena wang dsb. Oleh karena tidak ada pemungutan
suara, maka tidak tersua pula suara blanko.
Bagaimanakali tjaraaija mengambil keputusan ?
Masaalah itu diperkatakan terus, sehingga mereka jang tidak se-
tudju diinsafkan, dimana terletak kekeliruannja. Itu namanja
dalain adat : Belang tjindai dikerat, belang kuku diasah. S u n g g u h -
pun tjindai (ikat pinggang seperti setagen) dikerat 'dia akan tetap
tjindai djuga begitupun kuku jang belang diasah, maka hilanglali
belangnja sedang kuku tetap tinggal m endjadi kuku. D jadi mereka
ja n g mula 2 tidak setudju kemudian berobah men'djadi setudju, nic-
rasa bahwa perlawanannja bermula tidak salah. (Psychologie m oril).
Berumding pandjang ini adalah dikatakan dalam adat :
Enak sirih dilegar tjerana, artinja tiap 2 jang du'duk disiri-
hi, sebagai penghormatan, enak kata dilegar bunji, artinja tiap se-
seorang merdeka mengeluarkan pendapatnja (bebas berbitjara),
asal isi pembitjaraan itu tidak melantur kesana kemari, dan masili
ter kandung dalam ^baris dan belebas. Tiap 2 anggota mesti talduk
epa a apa jang 'disfeWt benar, tidak boleh ia her as bale batu, tinggi
+a v “ T 7 Im?U mendjadi penghalang, seperti si Tag eh
egav i andar, kerbau gedang mengempmvg lebuh, senduk lagi
makanan jang enali oleh saja seorang. Orang jang demiknan sifatnja
ltjap dengan perkataaai, berotah keempu kaki, berkitab bulah di-
i engan, tidalc terpakai dialam ini.
II. LARAS N A N D U A

Laras, atari reras, artinja djatuh. D jatu h diartikan disini dengan


parlai. D ahulunja di M inangkabau ada dua partai, jaitu partai
koto-piliang dan partai budi-tjaniago. K oto piliang konon berasal
dari perkataan kata jang pilihan, sedang budi tjaniago berasal dari
perkataan budi tali ijuriga. a
Partai koto piliang dikepalai oleli D atuk K etem enggungan, dan
partai budi-tjaniago dikepalai oleh D atuk P er pat ih nan Sebatang.
Tem enggung dan Patih adalah nama pangkat kgbesaran orang me­
merintah. M enurut riwajat, kedua pem impin ini adalah seibu tapi
berlainan bapak. Jang tua jaitu Datuk Ketem enggungan adMah
anak dari Indent D ja ti jaitu keturunan radja 2 (n in grat) dan adik-
n ja Datuk Perpatih nan Sebatang adalah anak dari T ja tri Bilang
Pandai.
M enurut tafsiran setengah orang pandai, perkataan T ja tri ini
ada hubungannja dengan perkataan tjatur, dan bilang pandai ar­
tinja, m em punjai perhitungan dalam tiap 2 tindakan ja n g ' akan
diambil.
Mungkin T ja tri B ilang Pandai' ini, adalah seorang alili siasah,
seorang diplom at ulung, apalagi kalau diingat, anaknja ja itu Datuk
Perpatih nan Sebatang menganut faham republikem , tegak sama
tinggi, duduk sama rendah, sedang kakaltnja D atuk K etem enggu­
ngan ja n g keturunan radja 2 itu m enganut faham royalist. Alcan
tetapi kedua faham itu di Minangkabau m em punjai dasar ja n g sama
jaitu : K ata mufakat.
M enurut riw ajat djuga, pada masa dahulu datang seorang radja
ke Minangkabau, untuk m endjadikan negeri ini negeri djadjah a n-
nja. Ketika itu jan g m endjadi pem im pin disini datuk ja n g berdua
itulah. K ediia pemimpin itu berselisih faham tentang melawan radja
ja n g datang. Jang muda mau mempertahankan negeri ini dengan
sendjata, sedang jan g tua mau mempertahankannja dengan musli-
hat. R adja ja n g datang itu diterima disini dengan segala kehorma-
tan dan dia didudukkan dengan saudara beliau ja n g perempuan.
(P id ja d ik a n rang sem enda). Kepada radja ketika itu dikatakan bah­
wa adat di Minangkabau adalah : E lok kampung dek rang semenda,
Jrukum tinggal pada mamaknja. A dat ini berarti bahwa radja disini
tak dapat berkuasa. Segala kekuasaan adalah ditangan mamak
(penghulu) sampai Icerumput nan sehelai, sampai kepasir nan se-
miang, sampai ketjendawan nan sekaki, sampai kekaju nan sebatang,
keatas sampai keembun djantan, kebawah sampai kepasir bid an. R a ­
d ja boleh menerima hasil dari rantau untuk nafkah hidupnja,
itupun terbatas pula jaitu berupa :

hak datjing = bea masuk kuala.


pengcluaran — bea ditarik dari barang 2 ja n g dikirim keluar negeri.
ubilr-ubur = bea dari penangkapan ikan.
gant-ung kemudi — sewa pelabuhan. Kalau datang kapal atau perahu
dikuala, maka pera'hu mesti m em bajar sewa ber-
labuh. Pada keniudi perahu itu digantungkan
suatu tanda, bahasa ia wad jib membajar sewa.

Karena orang di Minangkabau bersuku-suku maka radja itupun


diberi bersuku pula. Sukunja bukan koto piliang, ataupun budi
tjaniago, melainkan untuk perasaan adil, ia diberi suku jang tertua
jaitu suku melaju. Sampai kini orang jang berketurunan radja 2
masih bersuku melaju.
Peristiwa kedatangan radja tadi serta selisih faham antara kedua
pemimpin tadi dikiaskan didalam tambo : Enggang datang dari laut,
disfiluruh. Putusan hukum boleh dibaiua serantau hilir dan serantau
mudik.
Orang koto piliang menganut adat, berdjendjang naik dan ber-
tangga turun, tiap hukum boleh dibaivlmg, tiap benar boleh
Apakali artinja istilah ini ! D jendjang jaitu tempat mulai naik,
dan tangga artinja tempat mulai turun, 'dengan lain perkataan, sem-
bah naik dari anak buali kepada pemimpin mestilah melalui
djendjang, dan titah turun dari pemimpin kepada anak buah mes-
tilah melalui tangga.
Antara anak buah dan pemimpin tidak ada hubungan langsung,
melainkan mesti melalui saluran jang telah ada, pun sebaliknja.
Ingatlah antara djendjang dan tangga ada beberapa anak djendjang

R u m ah a d a t d i B u k it T in g g i fo to . ICC’’
jan g mesti dilalui, hierarchie kata orang kini. Peraturan
m i tentu ada pula baiknja, jaifu tiap 2 orang mesti liormat, tidak
boleh melompat menghambur sadja sekehendak hati. Tata tertib mesti
dihormati. Begitulah tiap 2 masaalah jang akan disiasat, atau satu
perkara jan g akan diperiksa, dimulai dahulu dari bawa'h. Mula 2 di-
perilisa oleh iunganai rumah (mamak jang tertua) dan kalau tidak
terselesaikan olehnja, maka naik pada penghulu, dan kalau tidak
djuga beroleh kepuasan; kerapatan negeri pula jang akan dibawa
serta. D jika keputusan kerapatan negeri belum djuga memhawa ke-
puasan, maka banding boleh pula dimasukkan.p&da federasi negeri
^ ja n g bertali adat. Federasi adat inilah instansi jang paling $ing-
Bandingan mesti dilakukan menurut sjarat2nja jang tertentu
*•' ' jaitu keluar berpvmghalau, masuk berpenguntji, dalam tempo 2 kali
y 7 hari. Benar diselusuh, artinja bertanja kepada hakim setelah pu-
tusan djatuh, apakah jang mendjadi alasan bagi hakim untuk

/
^rembuat putusan setjara itu.
DinemeiJ^neoeri dalam kelarasan budi tjaniago, lain pula lialnja.
Disini tidak teivlapat adat berdjendjang naik bertangga turun, me­
lainkan tiap 2 masaalah dibawa sekali pada kerapatan negeri. Tidak
diberi kesempatan membanding, karena kerapatan inilah malikamah
jan g terendah dan jang tertinggi. Disini berlaku pepatah : Rumah
sudali tukang dibunuh, tidak boleh dituras lagi. (ditiru bangunnja).
Karena itu hendaklah hakim 2 itu pintar santing, karena pemerik-
saan hukum tidak diadakan. Sedang banding gunanja akan '
inemperbaiki liukuman hakim jang tidak tepat.
Sungguhpun laras koto piliang dan laras budi tjaniago berlainan
tjorak melakukan hukum, jang satu berdjendjang naik bertangga
turun, jang satu lagi sama datar, tetapi kedua perliukuman itu
mempunjai dasar jang sama jaitu : Elok kata didalam mufakat. hu-
ruk kata diluar mufakat.
"Apakah sebabnja mufakat itu diutamakan ? Ialah karena orang
Minangkabau sedari daliuiu Indup dalam suasana kekeluargaan. Ka-
iau akan menerima sesuatu hendaklah seterima, kalau akan memberi
hendaklah seberi pula. Kepentingan perseorangan dikalahkan oleh
kepentingan bersama. D uduk seorang bersemmt-senwit. duduk ber-
sama hn.rlriAiri;iindnnwno djalan bermufakat dapfttlali
udji~HTSngi53jr_faham. Pepatah djugaTTntingiil'dk‘dli'T~Eertjupang
tempat bertjercii, sesuai maka terkenak. Bertjupang artinja berlainan
aliran. Didalam daerali Minangkabau tidak terdapat batas jang chas
antara kedua kelarasan itu, dan let aimj a negeri2 jang' berfaham
budi-tjaniago dan koto piliang, adalah sela menjela, pun adat jang
dipakai dalam kedua kelarasan itupun sudah tjampur aduk, mc-
njanggupi kemadjuan zaman. _ °
Tanda 2 jano- za'liir jang dapat kita liliat sekarang tentang keada­
an kedua kelarasan itu ialah tentang balai2nja. Balai2 koto piliang
berandjung bertingkat-tin gkat bertimbal balik karena kedudukan
penghulu dalam kelarasan itu tidak sama. Sedang lantamja dite-
ngah-tengah putus (lebuh gadjah).
Ngarai-dibelakangnja Gunung Merapi

Balai oiang bu'di tjaniago adalah datar mengibaratkan, tegak sa-


ma tm ggi duduk sama rendah.
^°t0 disebutkan 'djuga hucljan datamj dari la-
diW vn l f S ala initiatip datang dari pihak atasan
dihiwn 1 ° , 1 c^Pei'katakan bersama-sama dan keputusannja
sanakan &1 s untuk disahkan dan setelah itu baru dilak-

eala ^ a? . ag? namanja air terbasut dari bumi. A rtin ja se-


diperkatakau d a t a t a r n ,
m cndiaea T>on»i.,v 1 penghulu memegang kata mufakat serta
K Dje] aslah n naaim^a‘
a d a r ^ b s o lu t i^ ^ i l V v^ran:’ia ^a^asa dalam kedua kclarasan itu tidak
[a\ - , diambil dengan kata "mufakat
lau tertangguk diudann SU ’ hulat sW °lek, petjak selajang, ha­
ter tang quk cUsamnnh " men9 e™ntungkan, sebaliknja kalau
1 ailsampak sama menuntunghan.
III. R AN TAU

Ran tail adalah bahagian sungai antara dua buah kelok, sehingga
telali m endjadi pepatah : segan bergalah, hanjut serantau.
Pun ada pula arti kata rantau jan g lain, jaitu daerah takluk dari
sebuah negeri, atau suatu tempat, dimana anak negeri asal itu ine-
ngumpulkan kekajaan untuk dibawa pulang kepangkal tanah.
Sampai kini masih ber&rti pergi merantau itu, mentjari peng-
hidupan ditempat lain diluar daerah tempat tiynpah darah.
Orang Minangkabau pada umumnja perantau sehingga telali jnen-
d ja d i pantun :

Keratau mcdang kehulu,


Berbuah berbunga belum,
IZerantau budjang dahulu
Dirumah berguna belum.

Menurut riwajat jan g lazim dipertjaja di Minangkabau, tatkala


belum, berbelum-belum, belum bernegeri nam bagai kini, nenek mo-
jang tinggal dahulunja dipuntjak gunung M erapi sekarang jang
ketika itu masih merupakan sebuah pulau.
Dengan takdir Allah, langit bersentak naik, air bersentak turun,
menurunlah nenek m ojang itu keranah-ranah jan g ada sekarang lalu
membuat kota dengan negeri.
Orang bertambah kembang djuga, bumi bertambah sempit djuga,
nenek2 m ojang itu terus dju ga berangsur-angsur m entjari tanah
jan g subur untuk didjadikan negeri pula.
A d a jan g membuat negeri baru berdekatan dengan negeri jang
dekat2, ada pula jan g membuat negeri jan g djauh letaknja dari
negeri asal, ditepi sungai jang besar atau ditepi laut.
Karena negeri 2 jan g baru itu djauh letaknja''dari negeri asal, per-
ulangan tidak kerap dilakukan karena perhubungan sulit,
maka 'dinegeri baru itu dibuatlah pemerintahan sendiri jang pera-
turannja menurut peraturan dinegeri asal. Negeri asal ini adalah .
apa jan g dinamakan dengan jan g sekeliling. gunung M erapi jang
seperedaran gunung Pasaman. Ia dinamakan dju ga pangkal tanah,
sedang negeri baru dinamakan : rantau.
Persatuan daerah pangkal tanah dan rantau itulah jang dinama­
kan Minangkabau raja (A lam M inangkabau).
Dirantau tjukup d ju ga negeri berpenghulu, berbalai bermesdjid
berlebuh bertepian, sedangkan suku adat dalam rantau itu sama
sadja dengan suku adat dipangkal tanah. Begitupun gelar 2 peng­
hulunja : kalau D t Sinaro dipangkal tanah adalah gelar orang suku
piliang, dirantaupun gelar D t Sinaro itu gelar kepunjaan orang
suku piliang dju ga.

on
Negeri2 dirantau adalah mempunjai autonomi jan g sepenuh-pe-
nulinja. Dengan pangkal tanah hubungannja hanja terbatas pada
Daulat Pagar R u jung serta hubungan urusan keluar.

Menurut riw ajat :


Sebelum Minangkabau ini m endjadi keradjaan, negeri ini adalah
baru kelarasan K oto-Piliang dan kelarasan B udi-Tjaniago diperinta-
lii oleh Datuk Ketemanggungan dan Datuk Perpatih nan Sebatang.
Dimasa itu datangl9.l1 seorang radja dari sebelah laut dengan mak-
sud akan mengambil negeri ini .untuk diperintahinja. K adua Datuk
jang°m endjadi kepala dalam kelarasan masing 2 (mereka seibu, tapi
tidak sebapa) berselisih faham tentang mempertahankan negeri ini.
Datuk Perpatih nan Sebatang mau mempertahankan negeri ini de-
ligan kekuatan sendjata, tetapi jan g seorang lagi dengan muslihat.
Itulah jang tersebut dalam tambo : Enggang datang dari laut, di-
lembak oleh Datuk nan berdua, bedil selaras dua dentamnja.
Kesittipulan kadji, radja tadi diambil untuk djadi rang semenda,
dikawinkan dengan saudara Datuk kedua itu. R adja itu diberi pula
bersuku jaitu suku melaju, suku jan g tertua, karena amat hina
rasanja di Minangkabau, djika orang tidak bersuku.
Untuk mempertahankan negeri ini, supaja radja djangan dapat
berkuasa, maka kepada radja (rang semenda baru tadi) diterangkan,
bahwa negeri ini sebelum beliau 'datang telah berperintahan djuga.
Orang disini hidup berkeluarga dan bersuku2. K epala suku ber-
pangkat penghulu dan bergelar datuk dan ialah jan g memegang
tampuk pemerintahan. Kuasanja sampai kepasir nan semiang, sam­
pai ketjendawan nan sekalci, sampai kekaju nan sebatang, sampai
kerumput nan sehelai, keatas sampai keembun djantan, kebawah
sampai kepasir bulan. Lagi pula adat orang disini mengatakan : E lok
kampung oleh rang semenda, hukum tinggal pada mamaknja. Amat.
susah rasanja untuk mengubah tjorak pemerintahan, karena hidup
bermamak telah mendjadi darah daging padanja. Baiklah dibiarkan
sadja tjara pemerintahan lama itu, asal huinvi s&nang padi mendjadi.
Biarlah radja m eneiim a bersih sadja dalam segala urusan. Karena
segala kekuasaan ditanah darat terpcgang oleli penghulu, maka un-
tuk perbelandjaan radja diambilkanlah hasil2 dari rantau jang
berupa hak datjing = bea barang masuk dikuala.

pengeluaran — bea barang dikuala jang 'dikirim keluar negeri.


ubur-ubur = bea dari penangkapan ikan dilaut dan disungai.
, gantung kemudi = sewa pelabuhan ; djika perahu berhenti dikuala,
■ maka pada kemudi perahu tadi digantungkan
suatu tanda, bahasa ia wadjib membajar sewa
pelabuhan. K artjis pasar tjara kini.
emas manah = belasting pentjarian.
tungkup bubungan ■= belasting ruma'h tangga.
wang kepala = 3 kupang sebuah dapur.
Karena rantau ini merupakan sumbcr jang menghasilkan bea2
seperti jang tersebut diatas untuk Daulat Radja Pagar Eujung,
maka rantau itu dinamakan rantau daulat.
Sekali setahun rantau itu didjalani oleh Daulat atau wakilnja
sebagai kundjungan rutine tjara kini, sambil memungut bea2 seperti
jan g tersebut diatas tadi itu. Dirantau beliau disambut oleh tepatan
radja dalam tiap 2 negeri, jang beliau tanam, jaitu penghulu jang
tcrmulia dalam negeri itu, karena menurut adat : Endah datang,
endah mananti, radja datang radja menanti. Tepatan radja, itu di-
berbagai rantau berlainan pula panggilan pangkatnja. Disebelah
rantau Kampar panggilannja Bcndahara, dirantau Kuantan nama­
n ja Orang Gedang, di Batang Ilari namanja Tiang Pandjang,
dirantau Djudjuhan jaitu batas Muaro Bungo Djambi namania Tan
Tuah.

Nama2 raaitau jang terkenal ialah :


1. Rantau 12 koto jaitu rantau dibatang Sangir.
la. N egeri Tjatri jang bertiga = sambungan rantau 12 koto di Ba­
tang Sangir, sepandjang Batang Ilari, dan batang Siat sampai
kebatas Djambi, jaitu keradjaan :
Siguntur (Sungai Dareh).
Sitiung.
Kota Besar.
2. Rantau nan kurang esa 20, dua puluh dengan Muaro = rantau
Kuantan.
3. Rantau Bmidaliaro nan 44, 40 Tapung dengan Kampar, 4 dida­
lam Kampar, seorang dibawah Pintu E ajo = rantau Kampar,
Kampar Kanan serta Kampar K iri dan batang Tapung jang
berbatas dengan Keradjaan Siak.
4. Rantau Djuduhan, Koto Ubi, Koto Hilalang, Tandjung Sirih,
Batu Terbakar = rantau dari Jang Dipertuan Maliaradja Bung-
so, R adja di Batang Pasimpai, (Lubuk Gedang) anak dari Daulat
Pagar Rujung.
5. Bandar Sepuluh = Rantau dari radja 2 di Alam Surambi Sungai
Pagu.
6. Bajang ham Tudjuh.
7. Tiku Pariaman = Riak nan Berdabur.
8 . Singkil Tapalc Tuan.
9. A dapun N egeri Sembilan ditanah Semenandjung dikatakan
orang djuga rantau dari Minangkabau, karena disana pemeiin-
tahan negeri dj.uga seperti di Minangkabau, berpenghulu,
bermanti, berdubalang djuga, sedang pusaka turun kepada ke-
menakan. H anja nama suku disana bukan seperti nama suku di
Minangkabau, tetapi menurut nama negeri2 disini seperti suku
Simalenggang, Mahat, Batu Naning, Mungkal, Batu Belang, dsb.
jaitu nama 3 negeri sebelah Pajakumbuh. Menurut setengah kabar
Dt. Perpatih nan Sebatang dimasa dahulu pergi merantau ke
Negeri Sembilan dan mati disitu. Wallahu a ’lam.
A dap u n ditanali rantau, tiang pandjang itu adalali tak ada radja
keganti r a d ja ; ia adalah w akil m utlak dari Jan g D ipertuan Daulat
P agar R u ju n g. R a d ja 2 itu tidak boleh 'diganggu gugat. T egak dia
tidak tersundak, m elenggang dia tidak terpam pas, tidak dikenakan
bea serta tjukai. A kan tetapi sebaliknja dia tidak boleh berlaku se-
wenangywenang, sebab kata adat : A d il radja disembah, za lim
disamggah.
T jora k pemerintahan ditanah rantau adala'h seperti tjo ra k pe­
merintahan dikelarasan K oto P ilian g ditanah Darat. K alau ditanah
Darat ada b erpu tju k bulat berurat tunggang (pangkat penghulu)
maka dirantau nam anja bertiang pandjang bersendi padat. K arena
rantau itu berbatasan dengan negeri 2 ja n g tidak takluk kepada
keradjaan M inangkabau, maka diantara penghulu 2 ada ja n g ber-
jjaaigkat tjerm in te r u s ; k erd ja n ja adalah untuk m eneropong
keadaan politik kehilir dan kemudik, serta akan m elaporkannja ke-
pada tiang pandjaaig, p an d jan g nan sepand-jang pandjang, sampai
ke Minangkabau.
U ntuk perbelandjaan negeri serta pei'belandjaan tiang p an d jan g
dan penghulu 2 ja n g lain diambilltan 'dari 'hasil2 ja n g dipu n gu t dari
ula.iat dju ga seperti ditanah Darat.
Tentang bea- ini aiterangkan pa n d jan g lebar dalam bab Sckitar
hak atas hutan tanah.
IV. SEKITAR HAK ATAS HUTAN DAN TANAH

Hak atas hutan tanah adalah hak azasi bagi penduduk Minang­
kabau, dan orang jang tidak mempunjai tanah sedikit djuga,
dipandang sebagai orang kurang dalam pergaulan masjarakat.
Sungguhpun ia kaja raja dengan harta pagangan (tanah jang ia
pcrdapat dengan pagang gadai) namun dalam masjarak adat, ia
masih dipandang kurang martabatnja. Malahan ia disebut orang
datang ( — tidak sama datang nenek mojangnja dengan rombongan
pertama ketika membuat negeri dahulunja).
Orang datang ini tidak mempunjai pandam pekuburan. Pandam
pekuburan jaitu sebidang tanah pekuburan jang hanja boleh diisi
oleh orang jang sekaum sadja, karena menurut alam pikiran mereka,
sampai mati djanganlah hendaknja tali kekeluargaan itu putus sa­
ma sekali.
Orang 2 jang tidak mempunjai pandam pekuburan sendiri, djika
mati dikuburkan dipekuburan dagang.
Orang datang seperti digambarkan diatas tadi tidak mempunjai
liubungan apa- dalam masjarakat adat, ia ibarat melukut diekor
gantang, masuk ia tak genap, keluarpnn ia tidak mendjadikan gan-
djil. 3lelompat ia tak bersitumpu ( — mempunjai pangkalan),
mentjentjang tak berlandasan.
Karena hak atas hutan tanah ini dipandang amat penting artinja,
maka ia dibagi dalam garis besarnja atas dua bahagian.
A . Ilutan ting,cfi.
B. Hutan rendah.

A . "'Hutan tinggi

Jang dinamakan dengan hutan tinggi ialah jang disebutkan


orang : ulajat. Mungkin perkataan ulajat ini berasal dari perkataan
bahasa Arab, wilajah, jang berarti teritorium, akan tetapi arti jang
lazim dipakai di Minangkabau jaitu hutan rimba jang belum dibuka,
termasuk dju ga rawa 2 dan paja2.
Karena tanah Minangkabau ini mempunjai dua buah sistim pe­
merintahan menurut adat, jaitu apa jang disebut kelarasan Koto-
Piliang dan kelarasan Budi-Tjaniago, maka dalam kedua kelarasan
itu tjorak ulajat berlainan pula. Dinegeri-negeri dalam kelarasan
K oto-Piliang, dimana radja (putjuk adat) mendjadi orang no. 1, ma­
ka disana putjuklah jan g menguasai ulajat itu d&n disana ulajat
tidak berbagi suku.
Segala penduduk asli dalam negeri itu, tidak memandang suku,
boleh membuka tanah ulajat untufc didjadikan sawah atau kebun,
dengan sjarat minta izin pada penghulu putjuk. Izin dipandang
perlu, supaja pembukaan tanah d jad i teratur, tidak liar. Dengan
membuka tanah dipin ggir negeri 'dengan tjara jan g terafur, maka
n eg eri bisa diperbesar dan diperlebar.
Dinegeri-negeri dalam kelarasan B udi-T janiago ulajat itu
dibagi m enurut suku, dan ditentukan sehingga mama ulajat orang
su k u tandjung, 'dam sehingga m a n a pula ulajat orang suku sikum-
bang, dsb., dan diterangkan sekali batas 2nja. Peraturan ini ada
dju ga baiknja, karena orang jan g sepersukuan terus tinggal bex’-
ladang berdampingan, djadi tali kekeluargaaxinja dalam sesuku
tetap tfcrpelihara. Pepata'h mengatakan teg ah bersuku memagar su-
ku, tegak bernegeri memagar negeri.
T iap 2 negeri mempunjai tanah ulajat masing2, dan batas ulajat
dari dua negeri jan g berdampingan ditentukan dengan batas alam.
Kalau kebukit berguling air, kalau kelurah beranak sungai.
A p a k a h tandanja kita ada mempunjai hak ulajat ? A dat mengata-
kan : H ak cljauh diulangi, hak clekat dikendano. D iulangi artinja
kerap kali masuk kedalam rimba mengambil hasil ber.upa kaju, da-
mar, unanisan lebali, atap, rotan, buah 2an, getah, ngarit, 'djelutung
dsb. d jad i djelas oleh orang ramai, bahasa benar 2 kita jan g mempu­
n ja i kuasa dalam l’imba itu. Iiutan dekat dikendano, artinja hutan
belukar jan g dekat kampung dibuka dan diduduki sekali.
Jang diberi tugas untuk mengurus ulajat, berpangkat Tua ulajat.
Dinegeri-negeri di Minangkabau jang masih masuk bilangan
udik, dimana belum dikenal persawa'han, dan rakjat bertanam pa'di
hanja bax’u setjara berladang, maka sebagian dari tanah ulajat itu
baik dikelai'asaix koto-piliang baik 'dikelarasan budi-tjaniago
disediakan untuk m endjadi i*imba pei'ladangan. Sekali setahun la-
dang itu bei’pindah-pindah, karena untuk tahun berikutnja orang 2
tidak kuat lagi xuituk bersiang rumput. Ladamg padi dalam tiap 2
negeri hanja dipusatkan pada satu tempat saha'dja, supaja ja n g
pu n ja ladang boleh bersatu menghadapi musuh, seperti babi^ lan
rusa ja n g kex’ap merusakkan tanaman.
U lajat itu merupakan satu sumber penghasilain buat negeri serta
isinja. Hasil jang didapat oleh isi negeri, adalah berupa berm atjam -
matjam hasil hutan, seperti kaju, damar, rotan, atap, getah dsb. dan
sebahagian dari hasil2 jang didapat ini kira 2 10 % diserahkan ke­
pada negeri, sebagai bea tjukai. Dengan bea inilah idimasa dahulu
dipei’buat orang m esd jid .jan g begitu besar dan balai ja n g begitu
molek.

Bea 2 ulajat jan g terkenal adalah :

1 . Bunga kajti B e a ini ditarik 10 % dari djumlah kaju ja n g diam -


uM uk idjperniagakan. K aju jan g diambil untuk pekajuan
sendiri bebas dari bea.

2 . P antjung alas. Bea ini seperti bunga kaju dju ga tetapi dipungut
darx hasil selaia dari kaju, misalnja dari damar, rotan, manisan
lebah dsb.
3. B u n ga emas. Jaitu bea hasil tambang, tetapi djum lahnja ada
lebi'h ringan sekira-kira 2 V i% karena m entjari emas agak sukar,
dan hasilnjapun sangat untung 2an. Bea itu berdjum lah 1 kupang
dalam sebungkal ; sebiuigkal = V/4 tahil = 20 emas = 40 ku-
pang.
4. Takuk kaju. Jaitu bea permisi untuk berladang.
5. B u n ga em ping. Jaitu bea dari hasil ladang orang menumpang
berladang.
O
. . . 0
Bea no. 4 dan 5 ini tidak ditentukan berapa banjaknja, tetapi
adalah amat ringan.
Siapakah ja n g memungut bea itu ? A dat mengatakan :
P adang nan bercljaring, rimba nan perpatjet. D jaring dan patjet
ini adalah nama pangkat pegawai untuk menerimakan bea tadi. Pe­
gawai itu boleh kita misalkan menteri kehutanan tjara kini.
U ntuk perbclandjaan mereka, sebagai penutup nafka'h liidupnja,
mereka mendapat pula komisi 10 % dari apa jan g mereka pungut.
Pem erintali H india Belanda almarhum, mengadakaai undang 2
„a g ra ria ” jan g menjatakan, baliwa segala tanah kosong, jaitu tanah 2
ja n g njata tidak dikerdjakan '(ditin gga lk a n ), tidak terpakai untuk
padang gembala bersama atau tidak mesndjadi tanah tjadangan,
untuk memperlebar kampung tidak dipergunakan untuk tanah pe-
ltuburan umuni, dianggap sebagai „Landsdom em ” (tanali radja).
Tentulah undang 2 ini berlakunja meratai bekas H india Belanda,
tidak ada ketjualinja, akan tetapi djiw a orang Minangkabau sampai
sekarang tidak mcngakui kebenaran undang 2 itu. Pun pemerintah
ketika itu masih ragu 2 serta sangsi untuk mendjalankan isi undang 2
itu setjara berterus terang.
D iluar Minangkabau, mungkin peraturan „dom einverklaring”
ini berdjalan pesat, sebab bagi penduduk disana adalah sama sadja
siapa ja n g berkuasa atas rimba, radjakah atau Gouvernement H in­
di a Belandakah, karena disana tidak dikenal hak .ulajat seperti di
Minangkabau.
Apakah keterangannja pada kita, bahasa pemerintah H india Be­
landa ragu2 mendjalankan undang2 „domeinverklaring” ini di
Minangkabau ?

a. D jik a ada satu maskapai atau „Ondernem ing” bangsa asing


memadjukan permintaan untuk mendapat hak konsesi atas se-
bidang taaiah rimba, maka pemerintah tidak berani memberikan
konsesi itu, sebclum penghulu 2 dalam negeri jan g bersangkutan
dibawa berunding lebih dahulu. Kalau sekiranja penghulu 2 itu
merasa keberatan, maka hak konsesi tidak djadi diberikan.
D jik a sekiranja tanah rimba itu benar tanah radja, apa pula
p e r lu n ja penghulu 2 itu dibawa mufakat, tjukuplah pemerintah
boleh membuat sekehendak hatinja diatas tanah k ep u n jaa n n ja
ja n g telah disahkan pula oleh undang3.
b. Setelah penghulu 2 jang dibawa berunding tadi menjatakan ke-
sediaannja untuk memenuhi permintaan hak konsesi, maka perlu
pula dkljalani batas tanah jang diminta itu. Kebulatan kerapa-
tan negeri tanda setudju perlu pula ditekan.
Onderneming mesti pula membajar setjara ganti kerugian pada
penghulu 2 dari harga pohon 2 kaju jang mendatangkan hasil pada
anak negeri, sungguhpun kaju itu tidak pernah ditanam (turn-
buh sendiri) seumpama batang 'durian, lajigsat dan duku, djering
dan petai, tjempedak hutan, manggis, bambu, enau, sim aw ang
dsb.
c .'1 Penghulu 2 sebagai pengusaha ulajat diberi pula oleh onderne­
ming jang meminta konsesi itu wang hadiah Rp. 1 . buat tiap
‘hektare tanah jang diminta sebagai pengganti kerugian „Pluk-
recht” (hak memetik hasil dari ulajat).
Tidakkah dengan tindakan jang berupa „ma:nis” ini ia dalam
hatinja telah mengaltui, bahasa ia telah memperkosa hak peng-
Ivulu jang bersedjarah itu atas rimba ulajatnja 1
Kalau sebenarnja undang 2 „Dom einverklaring” ini ada kuat ku-
asanja dan tegas, apa djuga gunanja memberi penghulu 2 itu
ganti kerugian sebagai „plukrecht” in i?
d. Untuk mendjadikan ulajat itu mendjadi rimba simpanan, jang
dikuasai oleh djawatan kehutanan perlu nenek mamak dalam
negeri2 jang bersangkutan dibawa berundiaig (sungguhpun
dengan tekanan dari pihak atasan). Maka mereka inilah jang
akan menundjukkan batas2 rimba jang akan diserahkan itu, dan
segala rimba2 jang tertinggal, diakui sebagai rimba kepunjaan
negeri. Penjerahan ini belum diakui sjah, djika belum ditanda
angani kebulatan kerapataai negeri untuk penjerahannja.
G ^ L^llSguhpun rimba 2 itu sekarang dalam pengawasan djawatan
eiutanan, penduduk masih bebas mengambil hasil liutan. dari
<lari mengambil kaju, baik berupa kaju rumah

sendiri ^,\ Inen8 ain*;)il kaju, bakal dipakai untuk pembuat rumah
taaian derio-™ pe diminta izin tertulis pada djawatan kehu-
jan g akan diambiT ^ d j u m l a h dan ukuran kaju

dapat untuk did.jual lagi, perlu pula men-


Peraturan ini n l '8 i-? f ,]awatan’ dan barang siapa melanggar
K a iu 2 I . 11 clllmkum.
ja n g d id iu a M n ^ a^v! sen(liri bebas dari bea, akan tetapi kaju 2
Kedua S ? ’ dlkenakan bea menurut tarip.
nan itu J?aru boleh diangkut dari rimba simpa-
f- B in e ” • ( JaP) lebih dahulu’
-.S o lo k ^ o -e W ’ ’ masuk Peraturan apa jan g disebutkan
rimba n^o- - T ana Pen^awasan pemotongan kaju dalam
HeeerJ it, 1 dlf rahkan Pula Pa'da djawatan kehutanan, maka
mejidapat hadiah 25% dari bea pemotongan kaju,
sama sadja, apa kaju itu dipotong dalam rimba simpanan atau
I'imba negeri.
,,Soloki'egeling” adalah satu peraturan jan g dibuat menurut mo­
del daerah Solok, dimana penghulu 2 dalam surat kebulatan
kerapatan negeri „m enjerahkan” pengawasan pemotongan kaju
didalam rimba negeri melulu pada djawatan kehutanan, karena
negeri „ tidak kuasa” untuk memelihara rimbanja. Peraturan ini
sampai sckarang belum mempunjai kekuatan undang2.
Barang siapa jan g mengambil kaju tanpa permisi dari dalam
rimba negeri jan g masuk peraturan „Solokregeling” itu"-tidak
dituduli sebagai „me.nljuri k a ju ” melainkan sebagai masuk pe-
karangan dengan tidak izin. Dilihat dari segi keuangan benar
pei'atiu-an ini membawa untung buat negeri akan tetapi dari segi
lain, negeri itu (batja penghulu2) sudah kehilangan pula sedikit
demi sedikit kekuasaannja.
Dahulu ia jan g memberi izin, sckarang djawatan kehutanan.
g. „A graris Keglem en” buat Sumatra Barat, jan g menentukan
bahwa pemberiaii tanah kosong, sebanjak 1 H .A . dikuasakan ke-
pada Kepala Negeri, sampai 3 H .A . kepada Demang, dan lebih
dari itu pada kepala Pcmerintah, praktis tidak berdjalan. Dalam
prakteknja, segala orang jan g meminta izin untuk mengerdj a-
kan tanah kosong guna pembuat kebun, atau sawah, selalu me-
ngerdjakannja dengan menurut petundjuk 2 adat.

D jika memang undang 2 „dom einverklaring” ini diakui oleh rakjat


tidak patut sedianja ada segala kelonggaran 2 ini. ’
Keuntungan penghulu 2 jang berupa materi, jan g diperoleh dari
hutannja menurut hak jan g bersedjarah (tradisi), sedikit demi se­
dikit diguaiting oleh kekuasaan pendjadjah. Oleh karena itu ter-
bitlah perasaan lesu dikalangan mereka, apalagi setelah dilihat oleh
orang banjak, penghulu makin lama makin hilang kukunja, peng-
hargaan terliadapnja dari analt kemenakan pun berkurang pula
seperti kata pepatah :

Hilang rona karena penjakit,


Hilang bangsa, karena tak beremas.
\

Tetapi djanganlah pula diartikan disini, bahwa penghulu 2 itu


menghendaki kaja ataupun upah jan g tinggi, tidak mereka hanja
berharap supaja ia djangan diperlakukau sebagai bunga, jaitu se­
dang segar dipakai, dan kalau telah la ju dibuang, seperti pantun
ibarat : «
Belanda mudik berdjudjut
Bersunting bunga durian,
Bila berguna ia dituntut,
Lepas itu buang bajaran.
K arena penghulu 2 akan dipergunakan djuga, dan dalam banjak
lial mereka ada menjumbanglcan tenaganja untuk melantjarlcan roda
pemerintahan, tidak akan djadi salah rasanja, djik a mereka oleh
pemerintah diberi sedikit hadia'h sebagai bantuan nafkah hidup,
berupa sebahagian k etjil dari bea k a ju ja n g diterimakan oleh d ja -
watan kehutanan (ja n g sebenarnja hak bersedjarah dari m ereka),
sebagai tanda penghargaan.
Tadi telah disebut beberapa istilah bea ja n g dipungut dari ulajat
diantaranja takuk kaju. Takuk k aju ialah bea m enumpang berladang
diatas tanah ulajat orang lain. Bea takuk k aju dibajar ialah sebagai
tanda patuli pada peraturan 2 ja n g lazim terpakai, djik a kita me-
nu'mpang berladang. A dat itupun meinberi kesempatan bagin ja untuk
berladang dengan aman disana. Setelah padinja dituai, perlu pula
ia memberikan sedikit hasil pada ja n g pu n ja ulajat, m enurut adat :
Keladang berbunga emping. Berapa besarnja takuk k aju dan bunga
em ping ini tidaklah ditentukan, karena di Minangkabau, orang ber-
tjupak tidak selamanja penuh keatas, adakalanja dengan kata
m ufakat (persetudjuan) boleh d ju ga bertjupak penuh kebarvah,
ja n g perlu hanja adat diisi sebagai pengharapan. K elonggaran ja n g
diberikan adat tentang itu ialah seperti kata pepatah : M engisi p e ­
nuh2, meminta kurang2.
Rawa dan renah ja n g tidak dikerdjakan termasuk d ju g a kedalam
bahagian hutan tinggi.
^ Rawa 2 dan renah 2 ja n g patut didjadikan sawa'h tidak boleh didja-
dikan begitu sadja, melainkan hendaklah dengan izin dari ja n g p u ­
n ja ulajat, itupun menurut sjarat 2 ja n g tertontu pula.
Bag'i penduduk ja n g berasal dari kam pung itu, untuk memenuhi
sjarat-n ja tjukuplah dengan membawa sirih pinang selengkapnja,
karena ia ada sama berhak atas tanah ulajat itu. Sirih pinang itu
adalah adat ja n g gunanja sebagai tanda untuk penghorm ati orang
ja n g pu n ja ulajat. B agi orang negeri lain, selain dari membawa
a at sirih pinang selengkapnja, ia mesti pula mengisi tjerana de­
ngan w ang sebanjak 2 lA kupang (R p . 1,25) = boleh kita banding-
tan engan bea meterai sekarang, ja n g dibajar pada tia p 2
perm o onan. A dat ini nam anja tali ajam. D engan mengisi adat tali
ajam im terlaksanalah sangkutan permulaan atau tali hubungan
an ai a sipeminta dengan ja n g pu n ja ulajat. M aka dilahirkanlah
m a csu ' untuk meminta rawa atau renah ja n g diingini. K alau p er-
m aan itu diterima, dikaranglah d ja n d ji sampai pabila terulto itu
E3: u , . a^kan. Teruko artinja tanah ja n g d id jad ik an sawah.
ja n j i ini perlu diperbuat untuk pengikat sipeminta, agar djan gan
m m anja itu asal minta sadja. Lebih djauh didjelaskan pula, bah-
wa j i ja sekiranja teruko itu tidak selesai dikerdjakan dalam tem po
ja n g ditentukan, maka ia akan pulang sendirinja kepada asalnja.
can tetapi, ada d ju g a diberi sedikit kelonggaran kepada sipeneru-
ko, d jik a sekiranja dalam tempo ja n g ditentukan itu terukonja
belum siap, maka atas perm intaannja waktu ini boleh diperpam djang.
K alau sekiranja tidak ada p erd jan djian apa2, ketika menerim a p er-
m intaan sipeminta, mungkin 'hal ini akan me.nimbulkan kosulitan
ciibelakang liari, karena boleh djadi sipeminta enggan menjudahkan
bengkalainja, sadajig untuk menjeralikan teruko itu pada orang lain
tak dapat pula, karena masih ada persangkutan hak dengan peminta
semula, sehingga pekerdjaan ja n g dimulai itu tetap akan tersia-sia.
D jik a teruko itu siap dalam tempo jan g telah ditentukan, maka
sipem inta akan laporkan hal ini pada ja n g punja ulajat dengan
adatnja membawa sirih pinang selengkapnja berisi wang IVz kupang
pula. A d a t ini nam anja tokok lantak. Tokok artinja pukul perlahan-
lahan. Lantak ja itu tongkat bambu ja n g ditanan^kan dalam tanah
untuk penahan tanah longsor. Seperti biasa tiap 2 teruko dalam ta-
hun pei’mulaan belum memberi hasil jan g tjukup. Sungguhpun ha'sil
teruko baru itu diambil sepenulmja oleh sipeneruko, iiatinja belum
d ju g a tetap untuk tinggal selama-lamanja disana. Kalau djerih pa-
ja h n ja tidak akan berobat, tentu sawah itu akan ditinggalkannja. ,
Itulah maka namanja adat itu tokok lantak, karena lantaknja masih
gojah. D jik a sekiranja liasil sawah baru itu ada menggembirakan,
maka jaaig meminta tadi melaporkan pula 'hal ini pada jang punja
ulajat dengan mengisi adat seperti jan g tersebut diatas tadi pula,
hanja namanja sekarang let ju t lantak. Letjut artinja pukul dengan
kuat ; d ja d i setelah dia mengisi adat letjut lantak, maka kedudu-
kannja m endjadi kuat. Lantaknja tidak gojah lagi.
A d a kalanja menurut perhitungan segala sawah2 baru itu semu-
anja diserahkan kepada sipeminta bulat2, ada kalanja sipeminta
hanja mendapat % baliagian, sedang jan g sepertiga lagi dikemba-
likan pada jan g punja ulajat.
Sawah 2 baru itu telah m endjadi 'hak milik dari sipeminta turun-
temurun, tidak boleh diganggu gugat. Sunggulipun begitu, mendjual
harta itu dia tidak dibolehkan. D jika seandainja dia bermaksud
akan meninggalkan negeri itu buat selama-lamanja, maka ia hanja
berhak untuk meminta ganti kerugian dari pekerdjaannja selama
ini, atau dari tanaman jan g ada ditanah itu. Ganti kerugian ini
pampas namanja. A pa sebabnja maka dilarang oleh adat untuk men­
djual harta itu ? A dat menghendaki negeri mendjadi ramai dengan
bertam bahnja penduduk, tidak sebaliknja negeri mendjadi kaja
dengan bertambahnja sawali.
Pampas itu diminta mula 2 pada jang punja ulajat atau kepada
kerabatnja, dengan harga patutan ketika itu. Kalau sekiranja orang
ja n g tei’sebut belakangan ini segan memberi pampas, karena misabija
tidak beruang, baru diizinkan meminta pampas pada orang lain,
siapa ja n g suka. A dat ini namanja : Kerbau tegak, kubangan ting­
gal. Sipeminta dimisalkan seekor kerbau, dan kubangan adalah
tempat kerbau bersenang’-senang. Kerbau itu boleh sekekendak ha-
tin ja berkubang didalam kubangan itu, tetapi kalau ia pergi dari
sana kubangan tidak akan dibawanja. D jik a sekiranja sipeminta
mati dengan tidak meninggalkan waris jang dekat, maka harta itu
m endjadi harta guntung.
Siapa ja n g patut mewarisinja ?
M enurut adat mestila'h harta itu kembali pada ja n g pu n ja ulajat
semula, sebagai kata pepatah : Tandjung putus pulau beralih, ula­
ja t pulang pada jan g punja.

B. Hutan rendah

Sawah dan ladang serta kebun 2 dan parak, adalah hutan rendah.
I-lutan rendah terdapat oleh karena :
a. Dipusakai = diterim a dari nenek mo ja n g dalam garisan ibu, tu­
run-tem urun dari nenek turun kemamak dari mamak turun ke-
*■ kemenakan.
b. Tem bilang emus = dapat oleh karena wang, baik oleh pagang
gadai, atau l>eli diwaktu ja n g achir 2 ini. Sebenarnja beli tidak
ada dalam adat. Jang ada hanja sando agung. Sando artin ja ga­
dai, agung artinja besar. D ja d i sando agung itu berarti gadai
besar. Tetapi dalam waktu ja n g aehir 2 ini karena desakan eko-
iroini sudah ada dju ga tanah 2 ja n g terdjual, itupun kebanjakan
oleh mereka ja n g telali pupus keturunannja.
c. Tembilang besi = dapat dengan usaha badan sendiri, seperti di-
teruko.
d. Iliba h = pemberian. Ilibah ini adalah bahasa A rab ja n g artinja
pemberian. Biasanja hibah ini terdjadi antara bapak dan anak.
H arta bapak ja n g dihibahkan kepada anak itu telah keluar dari
kepunjaan suku bapak kepada suku anak.
1 . Ila rta pusaka ja n g diterima dari nenek m ojan g ja n g m entjen-
tja,ng dan melateh negeri dimasa dahulunja, adalah diturunkan
dalam g a n s ibu. Laki 2 -dalam kaum itu diw adjibkan hanja m endja-
ga supaja harta itu djangan habis.
l v ? S,cbabn'ia 'hanja ja n g perempuan diberi harta sedang ja n g
a i“ tidak . Ulama adat memberi keterangan tentang itu ada ber-
matj am-niatj am.
Setengah ada memberi keterangan, bahwa orang M inangkabau d i­
masa a lulu hidup dalam masjarakat kominisme tua. Dalam faham.
itu’ 1 li i memPunjai kekuasaan atas segalagalanja, sebab ibu
d e w a s ^ Ih 'lan^ melaliirkan anak, dan memelihara anak sampai
I.,., ' arat seekor ajam sekarang, induk ajam itu pulala'h ja n g
utiKuasa atas anaknja.
Setengah ada pula ja n g memberi keterangan, bahwa perem puan
i u adalah djenis ja n g lemah, ja n g tidak betah bekerdja kuat. K alau
seorang perem puan ditim pa ltemiskinan, maka m udah sekali ia men-
1 "kvT '. irm j a- Sumgo-uhpun perasaan susila pada djenis perem puan
ebih tinggi dari pada perasaan susila laki2, namun karena desakan
ekonomi, ia akan tergelin tjir djuga. Kebenaran keterangan ini dapat
den^an ^jata, sebab dinegeri-negeri di M inangkabau bo-
leh dikatakan tidak ada pelatjuran, sebab ja n g akan dim akan nja
adalah tju ku p. H arta pusaka di M inangkabau pun boleh kita pan-
dang sebagai harta wakaf ja n g teruntuk pada kaum sadja. Pun ada
d jn g a persamaan antara liarla pusaka dan wakaf, karena kedua-
d u a n ja tidak kepunjaan perseorangan dan kedua-duanja tidak
boleh didju al.
Ila rta pusaka tidak boleh digadai (d id ju a l) selain untuk 4 per-
kara, itupun kalau sudah tersesak benar, kalau sudah tersesak
padang kerimba, sudah habis tcnggang dengan kelakar jaitu untu k ':

1. Ulajat terbudjur, tak terkubur. Berkubur disini bukan. dalam


arti ja n g hakiki, melainkan berkubur jaaig mesti disertai oleh
bcberapa m atjam upatjara ja n g bertalian dengan adat kematian
seperti kenduri meminta doa untuk keselamatan roll simati, jaitu
m eniga liari, m enudjuli hari, mengempat puluh hari, 'dan menje-
ratus hari. Segala matjam kenduri ini memakan ongkos jang
tidak sedikit. A p a kenduri sematjam itu dituntut oleh agama '
ataupun iieiaturan adat semata-mata, biarlah tidak kita persoal-
kan. \
2. Gadis besar tidak berlaki. Soal ini m endjadi malu pada keluarga
seakan-akan gadisnja tidak laku. Pun lial ini mungkin akan men-
datangkan peristiwa jan g tidak baik dibelakang hari. Supaja
dapat menghkidarkan hal 2 jan g tidak 'diingini, seperti keluarnja
dari rel susila, patutlah gadis itu selekas mungkin dipersuamikan.
Perkawinan mesti diiringi pula dengan perhelatan, jan g djuga
memakan perbelan'djaan jang tidak sedikit.
3. M enegakkan gelar pusaka, membangkit batamg terandam.
K alau pusaka tinggi (gelar pusaka penghulu) sudah lama terli-
pat., karena selama ini belum ada orang jauig akan memakainja,
tetapi sekarang telali ada, padahal wang ketika itu tak ada, ma­
ka diizinkan dalam peristiwa sematjam ini untuk menggadaikan
harta pusaka. Menegakkan gelar pusaka ini tidak sedikit mene-
lan ongkos. Sjarat ja n g serendah-rardahnja adalah memotong
seekor kerbau, dan menanak beras seratus sukat, seasam sega-
ramnja.
4. Pen elms malu, seperti kata adat : Kciin pcndinding miang, emas
pcndinding malu.
, Bagaimanakah tjaranja laki2 meaidjaga supaja harta pusaka 'dja­
ngan habis ?

Pantun aclat mengatakan :


A p a gwna kerbau bertali,
Lepas kerimba djadi binatang (kerbau
djalang)
A p a ffuna kita mentjari (bekerdja)
Untuk pemagar saivali dan ladang.

I I Tembilang emas. H arta jang didapat dengan tembilang emas,


adalah harta ja n g diperoleh karena pegang gadai atau karena bell
ka 'hak atas tanah ja n g digadaikan itu berada ditangan sipernegang.
K alau sipenggadai mau m engerdjakan sawah ja n g telah diga aivan-
n ia itu, maka ini bisa berlaku dengan keizinan ja n g memagang. -Jang
m e n g g a d a i m engerdjakannja dengan setjara m cnjeduai, artin ja lasi
saw ah itu dibagi dua. Sebagian untuk hasil djerih orang ja n g me­
n g e r d ja k a n dan sebagian sebagai rente (bu n g a) dari w ang ja n g
dipagangkan.
K alau sipemagang mati sedang gadai itu belum ditebus, ma ia
hak atas tanah prgangan itu turun pada w arisnja m enurut sepan-
djan g adat. K alau laki isteri ja n g memagang, maka berdualali m ere­
ka ja n g berkuasa atas tanah itu. K alau mereka bertjerai sebeium
gadai ditebus, maka diadakan perembukan diantara kedua, berapa
bulat mebulciti. K alau harta itu harta berbeli, malca ia akain dibagi
dua (perkara pagang gadai akan diterangkan dibelakng im ).

Tembilang besi. Jaitu harta sawah atau ladang ja n g didapat dengan


usaha sendiri jaitu ditambang diteruko. (telah diterangkan lebili
du lu dengan pan djan g lebar).

I I I . Hibah. Perkataan ini berasal dari perkataan A rab ja n g artin ja


beri.
Seperti kita ketaliui di Minangkabau adalah harta itu kepunjaan
kaum bersama-sama ('harta kom inal). K alau satu kaum sudah p u ­
tus tali w arisnja jan g sedarah, dan dia ada m em punjai anak ja n g
disajanginja, serta ia berkehendak untuk memberikan sebahagian
dari harta pusakanja itu kepada anaknja, maka pem berian ini d i-
namakan hibah. Oleh karena itu maka harta itu pindah dari satu
kaum kekaum ja n g lain. Memindahkan itu (m enghibahkan harta)
adalah m em punjai sjarat rukun ja n g tertentu pula tidak boleh se­
tjara serampangan sadja dikerdjakan.
Sungguhpun waris d a ri seorang menurut tali darah telah putus,
m enurut teori adat waris itu belum d ju ga putus, malalian tidak
putus 2n ja, karena masih ada lagi terdapat waris ja n g g e n g gang se-
djari, ataupun jang genggang setem pap, sehasta, dan sedepa, ja n g
boleh didjadikan waris. Memang adat mengatakan : P utus sutera bo­
leh diulas dengan kulindan, putus kulindan boleh diulas dengan
pandan. ’
H ibah ini dikerdjakan selagi hidup. K alau seseorang ja n g tidak
m em punjai waris jan g setali darah mati, pada hal' sewaktu ia liidup
ia tidak berwasiat apa2, maka pusakanja ini m endjadi pusaka gun-
tung. Pusaka guntung ini diterima oleh orang ja n g palin g dekat
pada simati m enurut pemeriksaan hakim adat, ataupun d jik a tak
ada pula orang seperti itu, harta itu pulang kepada suku.
D jik a seseorang bermaksud akan menghibahkan hartanja pada
anaknja, maka hendaklah dikum pulkan segala orang 2 jaaig patut
mewarisi harta itu, laki 2 dan perempuan, berkum pul dirum ah
orang tua sipenghibah. (tidak boleh dirumah isterinja atau ditem -
pat la in ). Jan g akan menerima hibak pun mesti hadir pula, begitu
pula pengliulu dari sipengliibah dan sipenerima timbal balik, serta
mereka ja n g berdjiran hartanja dengan harta ja n g akan dihibahkan
itu. P ek erdjaan ini mesti pula dilalaikan pada siang hari, jaitu
bersulv.il mat a hari.
Setelah hadir semuanja, maka sipenghibah menerangkan kepada
mereka ja n g patut menerima warisan itu sepandjang adat, bagaima-
na kasihnja pada anaknja, mati bapak berkalang analc, mati anak
berkalang bapak, putih kapas boleh dilihat, putih hati berkeadaan,
dan iapun meminta supaja mereka jan g patut mei2erima warisan ini
akan m en jetu d ju i hibahnja kepada anaknja ja n g bernama si PoJan,
terdiri dari beberapa pirin g sawah atau rumah misalnja, serta dise-
butkan pula batas 2nja.
K alau anak kemenakannja tadi setudju, maka terlaksanalah hi-
bah itu dan penghulunja lalu menjerahkan harta hibah itu pada
penghulu sianak. Maka dengan upatjara ini berpindalilah kekua-
saan atas tanah ja n g dihibahkan itu. Orang jan g sedjiran jan g jiadir
pu n diberi tahu, dengan siapa ia dimasa jang akan datang akan
sebatas. Surat diatas ,,zegel” diperbuatlah ditanda tangani oleh jang
pengliibah serta waris 2nja, disaksikan oleh penghulu kedua belah
pihak serta orang ja n g sedjiran serta dikuatkan oleh kepala negeri.
Saksi2 itu diberi w ang makan takuk namanja jaitu wang saksi.
A d a kalanja waris 2 djauh itu tidak sepakat mengliibahkan.
Seorang sadja diantara mereka jan g menghalangi, maka hibah ini
tidak berlangsung.
K arena itu ada dju ga orang menghibahkan hartanja setjara ile-
gal dengan istilah menggadai serta hibah. Karena gadai dan 'hibah
ada berlawaaian sifatnja, jaitu gadai boleh ditebus kembali sedang
hibah adalah pemberian langsung, tentu hibah setjara ilegal ini da­
pat diterima.
Pun harta pentjarian bapa ja n g akan diberikan. pada anak perlu
d ju ga m elalui prosedure hibah ini, sebab menurut adat, djika pen-
Ijarian bapa selama hajatnja belum ditentukannja siapa jang akan
memperolehnja setelah ia meninggal, maka dengan sendirinja harta
itu m e n d ja d i harta pusaka dan diwarisi oleh kemenakan.

Harta orang laki isteri.


Istilah adat mengatakan :
Harta tepatan ting gal,
Harta pembawaan kembali.
Seivarang dibagi,
Sekutu dibelah. »

K alau seorang djedjaka beristeri, maka menurut adat ia tinggal


dirum ah isterinja dan bekerdja disana untuk penghidupannja. Jang
dikerdjakannja disitu adalah harta isterinja semata-mata. _Hak punja,
dirum ah isterinja itu tidak ada padanja. Harta isterinja jang di-
kerdjakannja itu, adalah harta jang didapatinja disitu dan telah
tersedia lama. Namanja dalam adat : IIarid tcpato/n. Kalau sekiranja
untung djedjaka itu pendek dirumah isterinja itu, misalnja ia bei-
tjerai ataupun mati, maka ia ataupun familinja sebelah ibu tidak
akan dapat apa 2 dari harta jang dikerdjakannja itu. Iiarta tepatan
itu akan tinggal dirumah isterinja.
Ada djuga kedjadian, seorang laki2 beristeri kepada seorang pe­
rempuan jang tidak mempunjai sawah. Karena menurut adat ia
mesti tinggal dirumah isterinja, dibawanjalah sebahagian dari sawah
orang tuanja kentinah isterinja itu serta dikerdjakannja untuk be-
landja hidup laki isteri. Sawah jang serupa itu sawah pembaiuaan
namanja. Kalau laki2 tadi bert jerai dengan isterinja ataupun ia mati,
maka isterinja pun tidak akan mendapat apa 2 dari sawah pembawa-
an itu. Sawah pembawaan itu akan kembali ketempat asalnja.
Djika dua suami isteri sama2 meneruko sawah baru ataupun sa­
ma2 berbuat ladang, maupun membuat perusahaan lain dengan
pokok sama2 tulang delapan kerat, (hanja usaha tulang) sawah,
ladang ataupun perusahaan jang dikerdjakannja beidua itu berna­
ma harta seivarung. Kalau mereka bert jerai, maka harta itu dibagi
dua diantara mereka. Djika salah seorang mati, maka pembagian
jang mati itu diberikan pada fam ilinja sebelah ibu. Ini namanja
sewarang dibagi.
Djika sekiranja pula kedua laki isteri itu membuat suatu peru­
sahaan, biar usaha tani atau usaha lain2, dengan sama2 memasukkan
wang untuk mendjadi pokok, maka mereka bcrsekutu namanja. Ka­
lau mereka bertjerai, maka dipulangkan saham masing 2 serta
keuntungannja. Ini namanja sekutu dibelali. Kalau salah seorang
meninggal dunia maka pembagiamnja itu diserahkan pada familinja
sebelah ibu.
Dinegeri-negeri didalam Alam Surambi Sungai Pagu, (sebelah
Muara Labuh) dan dalam negeri2 jan g berpangkal tanah ke Alam
itu, dikenal sebuah adat jang istimewa tentang harta dalam soal
perkawinan, adat mana tidak terdapat dinegeri-negeri Minangkabau
lainnja.
Di Alam Surambi Sumgai Pagu tunganai rumah, bukanlah mamak
rumah jang tertua, melainkan x’ang semenda jang tertua, dan ia ini
mendapat nama djulukan : Andeh bapak = ibu bapa.
Djika sekiranja ada orang jang hendak bermenantu, maka andeh
bapak inilah jang utama 'dibawa bermufakat. Tentang hal ini andeh
bapak besar kekuasaannja, lebih besar dari kekuasaan mamak ru-
mah. Kepadaaja diberatkan untuk mentjari menantu, dan ia pula
jan g akan menimbang, siapa pula jan g patut diambil akan djadi
menantu. Sebab'nja maka demikian ialah oleh karena andeh bapak
itu pula kelak jang akan serumah tangga dengan menantu baru itu,
barang tentu akan ditjarinja orang jang akan sesuai rasanja dengan
dia dalam pergaulan berumah tangga.
D jika seorang laki2 dikawinkan dengan seorang gadis (randa),
maka setelah habis kenduri, perhelatan kawin, berkumpullah segala
P a k a ia n a d a t d i S u n g a i P e n u h foto : K em pen
sipangkalan dengan mesnantu baru tadi. K arena ia telah beristeri,
dengan sen dirin ja dia diberati dengan rasa tan ggu n g d ja w a b setjara
berumah tangga, D an oleh karena itu diberilah dia pokok untuk
penem puli samudera liidup, dengan segala kesulitannja, dengan
bcrup^ kata adat i

TIidup jan g berpenghadap — ja n g bertu d ju an


G eng gam jan g beruntuk — n ja ta (rieel)
l'
liid u p ja n g b& penghadap, genggam ja n g beruntuk in i adalah
berupa beberapa p irin g sawah atau kebun, ada kalanja diu w igi
pula dengan seekor djaw i untuk pengolah tanah, diam bil dari se­
bagian harta pusaka isterinja, diserahkan pada m enantu baru,
sebagai pokok untuk pem ulai liidup berdua dengan isterinja. D ari
mulai waktu itu keatas, suami isteri ja n g baru itu sudah m ulai liidup
terasing, sungguhpun m ereka masih serumah tin ggal dengan m eitua.
A d a t ja n g berbu n ji : Tepatan tinggal, pembawaan kem bah, se-
warang dibagi, sekutu, dibelah, di A lam Suram bi Sungai P a g u ini
sama 2 dihormati.

C. Pagang Gadai
P agan g gadai adalah nama istilah dalam adat, untulc m em indah-
kan hak atas tanah buat sementara waktu. K epindahan 'hak m i
terdjadin ja oleh karena wang. K alau seseorang berada dalam ke-
sempitan wang, sudah habis didjalanlcannja segala iehtiar untuk
m endapatnja 'dengan djalan m em indjam biasa tidak d ju g a dapat,
maka dipindjam lah w ang orang lain dengan memakai sawah atau
kebun atau rumah sebagai rungguan.
A d a kalanja diperbuat d ja n d ji antara sipenggadai dengan
sipemagang, setelah sekian -tahun gadai berlalu, baru boleh gadaian
itu ditebus. D an d jik a tidak ada p e rd ja n d jia n apa 2 disebutkan, m a­
ka m enurut adat ja n g lazim terpakai, penebusan b a ru boleh
dilakukan dalam tahun dua ketiga, ja itu setelah diberi kesem patan
pada sipemagang untuk m entjari keuntungan w an g n ja dalam 2 ta­
hun itu.
K arena pe.ngaruh agama Islam ja n g tidak mengesalikan pagan g
gadai setjara adat, maka dalam waktu belakangan ini, istilah gadai
itu ditukar nam anja dengan : D ju a l taklik = d ju a l dengan p e r­
djan djia n . Jan g membeli (m em agang) b e rd ja n d ji akan m en d ju al
kembali harta ja n g dia beli pada sipendjual dengan harga ja n g sa­
ma, setelah berlaku suatu masa ja n g ditentukan dalam p e rd ja n d jia n
djual beli tadi. (menerima tebusan).
K alau hasil sawah pagangan dipandang riba karena rente, maka
hasil ja n g diterim a dari harta ja n g dibeli taklik tad i d ip a n d a n g
seiva. R iba itu adalah haram, sedang sewa adalah halal. D em ikian-
lah pendapat sebagian ulama.
Mempertebuskan gadai dilarang djika benih untuk sawah itu te-
a i disemaikan. Biasanja pertebusan gadai dilakukanl orang
sosudah padi dituai.
Untuk melangsungkan pagang gadai hendaklah segala anggota
vaum m enjetudjuinja. Seorang sadja menghalangi, pagang gadai
tidak dapat berlaku.
belain dari ditebus, gadai itupun boleh pula diperdalam, artinja
climmta tambah wang gadaian pada jan g memagang semula. P.un
ia boleh pula diasak-asak, artinja ditukar orang jan g memagang.
Ivalau m isalnja si A memagang sawah si B dan'’pada suatu ketika
si A perlu wang, sedang si B belum sanggup untuk menebusnja,
maka atas persesuaian A dan B, sawah itu boleh digadaikan lagi
pada C. Sematjam gadai pula jan g sifatnja liampir sama dengan
equal, adalah sanclo agung. Barang itu akan tetap tersando (terga-
dai) selama gagah M i am, selama air hilir.
V. SITAMBO L A M A

A. Adat sebagai pimpinan

Simpanlah tjandai nan pilihan


Simpanlah, adakan gunanja
P e ti emas tjew ang kelangit
D jika ditjurai dipaparkan
Dibuka sitambo lama
lia r i panas clang berkxdit.

Berkulit, jaitu elang berbunji, clan bu n ji elang itu ialah ,,kulit-


k u lit” .
D jik a liari panas tjem erlang alam, langit nan tjerali b en v a m a
hidjau, dan kalau ketika itu burung elang berkulit, mau tak mau
pikiran kita m elajang kemasa bahari, kita m endjadi sentimentil.
Terkenang kemasa ja n g dahulu, kemasa hidup man makmur, negeri
aman sentosa, masa adat dipegang teguh oleh pem angkunja, ja itu
penghulu-nja.

Tatkala itu bersualah :


■Air djernih sajaltnja landai
le r a d ju nan betul (tidak palingan)
Bunghal (anak timbangaai) nan piawai (sudah d itera )
Sehingga keamanan terdapat begitu rupa :
A nak andjing (orang djalu.it) lepas berkungkung ( di-
kungkung oleh peraturan adat)
A nak randa berdjalan seorang (tid a k usah ditem an i)
A tr djernih ikannja djinak (harta benda tidak guna di-
djaga amat, sebab tak ada orang ja n g akan m en tju ri)
buaja menghunikan (d id ja ga oleh peraturan
dat Jang ku at).

K alau .^a'Pat^ a keadaan ja n g seperti itu ?


pepatali : & kita inap 2kan, maka kita akan bertem u dengan

M adjelis (bersih ) ditepi air


kenjan * P&rasaan sosial ja n g dalam) d ip eru t

P1;la akan didaPat m adjelis dan m ardesa itu ?


akan bersua pula dengan :

M entjam pak-tjam pak (membuancj d jala) kehulu


Uapatlah anak badar belang
A pakan tju pak dek penghulu
Ialah m em perm ain undang-undang.
T jupak, artinja tugas, memperniainkan (bukan mempermain-
mainkan) undang- artinja moletakkan sesuatu pada tempatnja, di-
masa dan waktu ja n g tepat serta mengingat pula patut dan mungkin.
Maka untuk m em peladjarinja lebili dalam, disini ditjobakan
memperagakan adat Minangkabau itu pada chalajak ramai.
A d a t dalam bahasa A rab artinja : sesuatu kebisaan jan g berlaku
berulang-ulang. Akan tetapi dalam bahasa Melaju, perkataan itu
mengambil pengertian jan g lain, jaitu, tala usaha dan tat a \negara.
Maka dalam garis besarnja adat ini dibagi atas 4 bahagian.
O
a. Axial jang sebcnar a d a t: jaitu undang 2 alam. Dimana sadja kita
berada, undang -2 ini serupa sadja berlakunja, misalnja : adat ta-
djam melukai, adat air membasahi, adat api menghanguskan dsb.

b. A d a t istia d a t: jaitu peraturan pedoman hidup diseluruh M i-"


nangkabau, jan g kita perturun pernaikkan selama ini, waris jang
didjawat, pusaka jan g ditolong. 3
Turun artinja : turun dari orang jang dulu kepada kita ;
naik artinja : apa jan g turun itu ditegakkan lagi menurut kemau-
aai masa, tetajn tidak menjalalii pangkal. Lebili tegas lagi
makna didjawat, jaitu diterima oleh orang jang dibawah dari
orang jan g diatas. Sedang ditolong, berarti setelah sudah didja­
wat itu maka ia ditolong pula menegakkan bersama-sama supaja
dapat kokoh berdiri.

c. A d at nan teradat, jaitu adat kebiasaan setempat-setempat jang


bisa ditambah dan bisa hilang menurut keperluan dan masanja,
tegasnja bisa berobah-obah. Misalnja, dinegeri A nu terdapat d ji­
ka orang berhelat, teradat disana memakai destar hitam. Tetapi
lama kelamaan memakai destar hitam itu tidak sesuai lagi ae-
ligan zam an, lalu orang berkopiah.

d. A d at jang diadatkan, jaitu adat jang bisa dipakai setempat2, mi­


salnja, kalau dinegeri A nu orang berkawin, diadatkan disitu
mempelai memakai pakaian kebesaran, kalau tidak dipakai
mungkin helat tidak mendjadi, tapi sckarang karena sukarnja
m entjari pakaian kebesaran itu, maka pakaiaai biasa sadja dipa­
kai oleh mempelai waktu dia kawin.

A d a t ja n g teradat ataupun adat jang diadatkan itu, adalah tidak


sama di Minangkabau pemakaiannja, lain padang lain belalang,
sungguhpun belalang, belalang djuga ;
lain lubuk lain ikannja, sungguhpun ikan gar in g -dan ikan pawas,
keduanja ikan djuga.
A d a t istiadat inilali jan g amat penting di Minangkabau, karena
sama pemakaiannja diseluruh alam (Minangkabau)
Dalam memperhatikan adat istiadat kita akan bertemu dengan :
l e K o ta empat dan 2e Kata empat.
I_ K o ta em pat ja itu :
a. Teratali
b. D u su n
c. K o to (kota)
d. N egeri.

a. A pakah ja n g dinam akan berSam a-sam a (ta p i ke-


Teratak ja itu tem pat orang beilax ^ ^ 0ran g
p u n ; aan berm asm g-m asin g), letalm^ ^ q1 d
ja n g berladang itu telali m em buat „ . d i rum ah n ja ba-
.sebab djauh berulang ^ asih 3ainamai dangau.
TO seruang- t o berumggals;™P“ j > g D ito o tak tidak bold.
D angau itu belum boleh b e r g ° n a j« “ b Se_ffal a2n 3 a ja n g
m endirikan rum ah lam , seperti memb • d ia d a k a n d i-
berhubung dengan pekerdjaan s0Sia^ nb ®1U1J da° 1! Le ,e r i ibu. In i
situ, dan sem uanja m asih bergan tung pad a n eg ei 1
glnnanja su paja susunan pem erintahan ^ j aitu
D iteratak tidak ada penghulu, h a n ja disitu dan bisa
orang ja n g dipilih diantara peladan*, _ .1 S
diberati dengan perasaan tan ggu ng djaw a .
D isetengah tem pat n am anja teratak itu m ng.
b. D u su n : D engan berkem bangnja teratak ter ja 1 a . k e]_um
Didus-m orang tdaH boleh membuat surau, ?etapi
boleh m em buat m esdjid. Rum ah telah bole e J L n ia i b ebe-
h an ja b e rg o n d jo n g dua, dan telah boleh pula
rapa ruang, tetapi h an ja berderet dua- xd ® . n g d ip ilih
disitu. T an ggu n g djaw ab dipik u l oleh Ti , t - o ' ia n g
d ju g a oleh anggota dusun. B erhelat \ m tu k dim akan
berkaki empat, belum boleh disana selam J • pe_
sadja. Sebabnja d ju ga su paja d ja n g a n m e r u s a ti jcaiu
merintahan, karena kata adat : B an jak tukang bm asa kaju.
O rang sem balijang D ju m a t masih pu lan g kenegeri 1 x .
e. K o lo : dusun m en djadi besar dan m en d ja d i koto. K o to 1 u *
kari oleh aur duri dan parit sekelilingnja. K o to a rtin ja rdialan
K oto telah m em punjai tju k u p sjarat 2n ja. Sudah berlebu h ( 3
ra ja ) bertepian (perm edanan tem pat anak m uda ero o
dan berm ain-m ain berm atjam -m atjam perm am an, seperti si
ta ri), berbalai (tem pat penghulu 2 berm usjaw arat, boleh d in a u u i
oleh orang ram ai sebagai penindjau. B alai 2 tidak b erp in tu
berdjen dela ja n g berhikmali, bahwa segala kerapatan adala
sifa t umum, untuk didengar seperti D P R sekarang m i, dan
m esd jid (tem pat beribadat berdjem aah ). 7 . . •
D alam koto ini telah ada penghulu 2 beserta kepakram bam j J
itu pembantuaija dalam pekerdjaan sehari-hari.
P en gh u lu 2 itu bertugas sebagai anggota dewan „legislatie
lam soal negeri dan anggota „ex cu tief ” dalam k a u m n j a m a g •
P u n ia adalah hakim sendiri dalam ltaum nja dan anggota
K ehakim an dalam persoalan hukum dalam negeri.
Ct. N e g e r i : negeri adalah landjutan dari Koto, karena anak buali
berkeltembangan dan telah membuat runjah 2 dan kampung 2 me-
lampaui lingkaran aur. duri, sehingga negeri tidak berpagar lagi.
II . Maka kita akan mendapat lagi perkataan kata.
K a ta dibagi empat pula :
a. K a ta pusaka
b. K a ta mufakat
c. K ata dahulu ditepati
d. K a ta kcmudian kata bertjari.

Telah m endjadi bua'h pantun :


K erbau berenang dalam tebat
Dalam tebat digigit lint ah
Kalau tak tahu dikata nan empat
Belumlah pandai memerintdh.
D an sebaliknja orang jan g paling bebal, disebutkan orang jang
tak tahu diempat.
1 . K a ta pusaka : jaitu kata jan g sebenarnja kata, seperti menum-
buk dilesung, bertanak diperiuk, mengudji sama merah, mengati
sama berat dsb.nja, jaitu kata3 jang tak lekang dek panas dan tak
lapuk dek liudjan tentang kebenarannja.
2. K a ta m u fa k a t: kalau suatu soal bar.u, tak bertemu dalam kata
pusaka, maka bermufakatlah penghulu2, untuk mempertimbang-
kan apaka'h soal itu patut diterima atau ditolak, diterima dengan
penerimaaimja, dan kalau ditolak dengan penolalmja, bersendi
pada halur dan patut.
lvalau dapat kata sepakat, maka kata itu dinamai kata mufakat.
3 . K a ta dahulu ditepati : berarti hendaklah konsekuen dan solider.
Seperti keadaan sckarang, sekali merdeka tetap merdeka.
4 . K a ta kemudian kata b e r tja r i: artinja kalau oleh sesuatu sebab
ja n g tidak disangka-sangka datangnja lebili dahulu, sehingga
kita terpalcsa memungkiri djandji jang telah diperbuat atau ka-
rang jan g telah diikat, misalnja kita akan menemui suatu
perd jan djian pada liari Ahad pukul 10 pagi, maka dengan
tidak disangka-sangka pada petang Sabtu hari liudjan lebat jang
mengakibatkan tanah runtuh, bandjir besar, djembatan hanjut,
sehingga mustahillah kita akan dapat menepati djandji pada
waktunja, maka ditjarilah mufakat baru, jang menerangkan se-
bab2n ja keuzuran kita, dan ketika itu dikarang djandji baru
dengan tidak berlawanan dengan kata jang dahulu.

III. Undanga. Undang 2 dibagi 4 pula :


1. Undang 2 negeri. (Tatanegara)
2. Undang2 isi inegeri. (Pidana Perdata)
3. Undang 2 Luhak dan rantau.
4. Undang2 nan 20.
1 . Undang2 nogeri jaitu berlebuh bertepian, berbalai berm esdjid,
berkorong berkampung, bersaivah berladang, d j end jang sawah
bandar buatan dsbnja.
2. Undang? isi negeri jaitu segala sesuatu peraturan jan g m cnuntut
keanianan, misalnja kalau berutang berbajarwn, kalau salah ma­
kan memuntahkan, salah tjotok melantingkan, salah tarik
■ mengembalikan, sawah diberi berpematang, ladang diberi ber-
bintalak dsbnja.
5 . Undang 2 Luhak dan rantau jaitu Luhak nan berpenghulu rantau
nan beradja, 'Jaitu mengatur tugas penghulu dan ra d ja 2 ditem-
,:p at masing 2
4. Undang2 20 jaitu undang 2 hukum dan undang 2 penjelesaikan
hukum. Undang 2 20 ini dibagi 'dua jaitu :

a. Undang2 nan delapan ( 8 ) .


b. Undang2 nan duabelas (1 2 ).

a. Undang- 8 jaitu djatuh pada fiil jaitu :


1 . Tikam-bumih
2. Upas-ratjun
3. Siar-bakar
4. M aling-tjuri
' 5. Samun-sakar
6. Dago-dagi
7. Umbuk-umbai
8 . Sumbang-salah.
Undang2 8 ini menundjukkan pada kesalahan kedjahatan ja n g besar.
Tikam artinja ditjotjok dengan barang jan g runtjing.
Bunuh artinja dimatikan (dibikin m ati).
Upas — ratjun terbuat dari ramuan.
Ratjun — ratjun biasa.
Siar = menjunu.
Bakar = menghanguskan.
Mating = tju ri diwaktu malam bertemu atau tidak, dikerdjakan
'dengan paksa.
T ju ri = memiliki barang orang dengan tak seizin orang ja n g em-
punja.
Samun — mengambil barang orang dengan paksa dan dinantikan
ditempat jang lenggang.
Sakar = samun disertai dengan bunuh. '
Dago — salah kemenakan kepada mamak atau durhaka.
Dagi = salah mamak kepada kemenakan.
Umbuk — menipu deaigan perkataan ja n g manis.
Umbai = menipu dengan mengantjam.
Sumbaing = perbuatan susila jan g salah m enurut pandangan m ata
Salah = perbuatan susila jan g salah dikerdjakan dengan actief.
b. L n dan g2 12 terbagi dua : enam buali djatuh pada tjemo, enam
buah pada titchih.
•Tang dikatakan tjemo, adalah sjak wasangka hati jang belum
cljelas, bahasa seseorang telah melaknkan suatu kedjahatan, se­
dang sangka itu hanja didasarkan kepada perasaan sadja, raisal :
1. Lerd.jedjak seperti berkik (sebangsa binatang ajam2an disawah),
bersurih seperti sipasin (sebangsa binatang lipan jang hidup
dilum pur).
2 . Berbau seperti embatjang, tenigiang~ sepertir, kokolc ajam.
3. Lnggang lalu atal djatuh, anak radja mati ditimpanja.
4. Runtjing ianduk = terkenal perangai jang suka merusakkan
orang lain
5. Tjantjang ranggah bangkah kenhig = suka berselisih.
6. Tersuidorong djedjalc mcnur-un, tertukik djedjak mendaki.
Jang dikatakan tuduh, adalah satu sangkaan jang mendekati ke-
njataan, 'dan telah tjukup djelas berlakunja satu kesalahan,
seliingga telah boleii didjadikan dalnva, seperti :
1 . terikat, terkebat.
2. tertanda, terb-ukti.
3. terJalah, terkedjar, ia- kata orang banjak — tertangkap tangan.
4. Bertali boleh diirit, bertangkai boleh didjindjing.
5. Bertungigid penebangan, ( — pantja r bahan), bersesap berdje-
rami. (sesap = bekas ladang padi. Djerami = batang padi jang
tinggal diladang setelali buahnja dituai).
G. Bersakai, berketerangan.
Tadi telah diterangkan bahwa undang2 dibagi atas 4 baliagian jaitu :

A. Undang2 negeri. (Tatanegara).

l-ndang2 negeri ini adalah apa jang boleh kita umpamakan seka-
rang dengiui undang2 tatanegara setjara kini. Kata2nja dalam
undang2 seperti : berlebuh bertepian, berbalai bermesdjid, berdusun
bernegeri, bersawah berladmig, berhuma berbendang, djendjang sa-
ivah bandar buatan.
Lebuh tepian menggambarkam keamanan perhubungan lain lintas
untuk melantjarkan pengangkutan dari perusahaan (ekonomi)
seperti kata adat, djalan raja titian batu, sedang kalau telah terda-
pat kemakmuran, tertjapailah tepian jang berarti permedanan,
untuk jan g muda2 berolah raga, sebagai mengumpuikan tenaga baru
sesudah bekerdja keras dalam lapangan kehidupan.
Berbalai mesdjid ialah gambaran pembagian kerdja antara kaum
adat dengan kaum agama. Balai, adalah tempat bermusjawarat ang-
gota legeslatip dalam negeri atau tempat pembagian kerdja bagi
mereka ja n g diserahi dengan pekerdjaam exutip, sedang mesdjid
fo to : K em pen

T a r i p ir in g '
M in a n g k a b a u

adalah tempat membitjarakan berbagai-bagai masaalah agama, dan


tempat beribadat. Dengan pembagian lapangan kerdja itu ditem pat
masing2, maka mereka jan g berkepentingan tidaklah ganggu m eng-
ganggu lagi dalam usaha masing2 sehingga mudah d itjap ai
persetudjuan seperti kata- adat : sjaralc mengata, adat memakai.
Berdusun bernegeri, mengatur pekerdjaan kepamongan.
Bersawah berladang, menggambarkan peraturan2 agraria ja n g
telah diterangkan dalam bab lain dengan pandjang lebaiv
Berhuma dan berbendang jaitu mengatur pertanian dan peterna-
kan ringan, seperti menanam sajur2an dan buah2an serta peterna-
kan ajam dan tebat ikan.
D j end jang sawah bandar buatan ialah pekerdjaan pengairam.
Buatan artinja ampangan atau beramban ja n g istimewa buatannja.

B. Undang2 isi negeri, (Pidana + Perdata)


Undang2 dalam negeri mengatur perhubungan antara negeri de­
ngan isinja seperti kata adat :
Berbuah rinibang di Malaka,
Berbuah sampai keuratnja,
Tcnggang negeri, djangan binasa,
T eng gang dengan sakit serta obatnja.
Ban mengatur perlmBungan antara isi negeri sesamanja.
Seperti mengatur utang-piutang, pagang- gadai, salah tarik
mengembalikan, salah tjotok melantingkan, salah makan memuntah-
kan. Seperti kata adat :
Orang Kubang membiwa air,
Orang Padang membawa beras,
Jang berutang jang menibajar,
Jang mentjentjang jang memempas.
Kalau ada seseorang tinggal dengan seorang dirinja ditempat
jan g lengang, misalnja diam diatas sebuak pulau jang tiada didia-
mi oleh manusia, maka adalah dia disitu berada dalam keadaan
jan g merdeka dalam arti kata jang sebenar-benarnja. Biar ia1 ber-
telandjang sekalipun, tiada siapa djua jang akan melarangnja, dan
tiada seorang djuga jang merasa tersinggung oleh karena itu. Akan
tetapi, djika ia telah mendapat seorang teman ditempat itu, maka
mau tak mau kemerdekaannja bertelandjang itu akan dikorbankan-
n ja tersebab :
a. ia sendiri mendjadi malu.
b. ia mesti menenggang perasaan kawannja.
Begitulah pula, djika penduduk suatu lapangan telah mendjadi
ramai, untuk mendjaga kelantjaran pergaulan horniat menghormati
sesamanja, diperbuatlah oleh orang2 jang berkuasa ditempat itu de­
ngan kata mufakat, beberapa peraturan jang maksudnja untuk
inengurangi kemerdekaan jang absolut dari anggota masjarakat di­
sana bagi kebaikan bersama dan pei'aturan ini dipaksakan kepada
mereka untuk menaatinja. Paksaan diiringi oleh antjaman hukum,
djika tidak diturut.

Hukum pidana

Seperti djuga hahija dengan tiap2 undang2 diatas dunia ini,


peraturan2 untuk mendjamin keamanan (hukum pidana) adalah
terbagi dua jaitu :
a. M enjuruli berbuat sesuatu, dan kalau tidak dikerdjakan, akan
diant jam dengan hukuman.
b. Menegah berbuat sesuatu, dan djika tegah itu tidak ditaati, ma­
ka sipelanggarnja diantjam pula dengan hukuman.
Pada lazimnja di Laras nan Dua, Luliak nan Tiga, tidak dikenal
orang hukuman badan. Jang dikenal hanja hukuman moril (budi).
Orang Minangkabau pada umumnja hidup dalam pertalian keke-
lu a r g a a n ,dan akan dikeluarkan dari pertalian kekeluargaan itu,
adalah suatu kehinaan baginja. Hina atau dihinakan adalah sesua-
tunja jang tidak tertahan oleh djiw a orang Minangkabau, sampai
m e n d j a d i pepatah :

Jang sakit, ialah kata = dimaki, atau disindir.


Jang malu, ialah tampak = semua orang melihat kekurangan budi,
" atau kekurangan susila awak.

ataupuQ. buah pantun :


0 Dek ribut Tjasahlah padi
D itjupak Datuk Tumenggung
Kalau hidup tidak berbudi
Duduk tegak kemari tjanggung.

oat.au :
A lu tertumbuk ditebing,
kalau tertumbuk di Pandan
Boleh ditanami tebu
Malu tertumbuk dikening
Kalau tertum buk dibadan
Boleh ditutup dengan badju.

atau kata mamang :


Kain pen din ding miang, emas pendin-
ding mala.

Undang2 jang mengatur perhubungan antara negeri dan isinja


adalah undang2 pidana dan jang mengatur antara isi negeri sesama-
nja adalah undang2 perdata.
Dalam kedua tjorak undang2 ini tidaklah seorangpun diperbo-
lehkan untuk m endjadi hakim aendiri ; djika seseorang merasa
dirin ja teraniaja, maka adalah sifat baginja untuk m engadu kepa­
da jang berkuasa ditempat terdjadinja aniaja itu, baik aniaja itu
setjara lahir ataupun aniaja setjara batin.

Ilukum perdata.
Hakim dalam soal hukum perdata, tidak terdiri dari satu orang
sadja melainkan atas kerapatan penghulu2.
Dalam tiap2 perkara jang dibawa kemuka hakim, hendaklah ada :

a. Pendakiva
b. terdakwa
e. jang didakiuakan
d. dan saksi lainnja.

Perkara2 jan g sampai kemuka hakim dalam soal hukum perdata


adalah dua matjam jaitu :
a. Jang bersangkutan dengan pusaka tinggi = gelar pusaka.
b. Jang bersangkutan dengan pusaka rendah = perkara harta, baik
ja n g berupa harta jan g tidak boleli diangkat-angkat, ataupun
setjara utang-piutang biasa.

D jik a sekiranja-ada terdjadi satu perkara dibawa kemuka hakim,


maka lebih dahulu hakim perlu bertanja kepada pendakwa dan ter­
dakwa, apakah dakwa jang dimadjukan itu tennasuk pusaka tinggi,
atau termasuk pusaka rendah.
Sesudah itu hakim meminta „tanda” pada kedua belah pihak,
jaitu tanda patuh, bahasa mereka telah menjesahkan perkaranja
bulat2 kepada hakim, pitaruJi tidak akan dihunjikan, pesan tidak
akan berturuti. Mereka telah pertjaja bulat2 kepada hakim jang iba-
rat sajak nan lamdai air nan djem ih untuk membawa penjelesaian
ja n g abadi. Dalam perkara pusaka tiaiggi, tanda itu berupa keris
(simbul adat), dan dalam perkara pusaka rendah berupa gelang
emas atau perliiasan jang lain jang berharga (simbul liarta). Sete­
lah tanda diterima, maka bar.ulah pemeriksaan dhnulai, berupa soal
dja,wab antara hakim dengan pendakwa, terdakwa dan saksi2 dan
sering djuga antara hakim dengan hakim, karena dalam sidang pe-
ngadilan itu orang2 tidak boleh menjembunjikan perasaannja
mengenai djalan pemeriksaan dan mengenai parkara itu.
Jang bersangkutan boleh berbitjara sepuas-puasnja unituk
membela pendirian masing2 selepas-lepas tali, sekenjancfJcenjang
banting (djaw i). Kalau pemeriksaan telah sempurna dilakukan, me-
rosok telah sehabis geli, mendjengkau telah sehabis gaung, maka
dilabuli (didjatuh) kanlah kata liukum, supaja api padam, pwntung
hanjut.
Tidak bidjaksana hakim jang mendjatuhkan hukum mengakibat-
kan : A p i padam, puntung berasap, rumah sudah tukul berbunji.
Kalau menurut pemeriksaan sidang pengadilan suatu dakwa
iera-ng, maka diterima dakwa itu (jang men dakwa manang perka­
ranja) dan kalau dakwa tidak djelas, maka dakwa ditolak (menang
ja n g terdakwa). Dan kalau sama2 kuat keterangan jang diundjuk-
kan oleh pendakwa dan terdakwa — biasanja dalam perkara harta
guntung — maka niestilah hakim mengandjurkan kepada timbal
balik agar harta itu aibagi dua sama banjak antara mereka. Sekira­
n ja mereka tidak mau menurut andjuran itu, maka terpaksalah
hakim melakukan hukuman bersumpah, menurut kata adat : Kalau
ierang berketerwngan, kalau, gaib berkalam mullah. Jang bersumpah
akan menerima 'harta jang diperkarakan, dan jang tidak bersumpah
melepaskannja.
Setelah hukum dilabuhkan, maka hakim menjuruli menebus tanda
pada jan g kalah. W ang tebusan itu namanja wang tahil emas dan
ditetapkan oleh hakim berapa besarnja dengan perbandingan harga
liarta ja n g diperkarakan, tapi tidak melebilii setahil sepaha = l '/4
tahil = 20 emas = 20 real. Dalam masa normal dahulu sebelum pe-
rang harganja f 40. Tentu sekarang dengan berobahnja harga barang
tidak mau lagi ukuran rupiah itu diambil. Kalau diambil harga
Putra dam p u tr i M in a n g k a b a u s e d a n g b e rta ri p ir in g foto : K em pen

emas tjara sekarang (sebab da hulu segala hukuman adat d ibajar


dengan emas), maka adalah dia berharga 20 X R p. 100 = R p. 2000.
W ang tahil emas ini dibagi antara hakim-. Kalau perkara itu
terdjadi didalam kelarasan Koto-piliang, maka pem bagiannja ber-
tingkat-tingkat, menurut kedudukan penghulu didalam adat.- A kan
tetapi kalau perkara itu terdjadi dalam kelarasan B u di-T jan iago
maka pembagiannja disama ratakan.
Uang tahil emas inilah satu2n ja penghasilan penghulu ja n g te­
lah hapus selama pendjadjahan Belanda, karena hukuman
penghulu2 menurut „ w e t” tidak kuat karena dia tidak memakai
„von n is” jang disahkan oleh pemerintah.
Bagaimana pulakah menurut adat sifat hakim 2 itu ?
Hakim2 hendaklah merupakan teradju jang betul, tidak palingan,
bungkal jang piaivai (sudah ditera), air nan djernih, sajak nan
landai, mengati sama berat, m engudji sama merah, m engukur sama
pandjang, tiba di mat a tidak dipedjamkaov, tiba diperut tidak di-
kempiskan. Ia tidak boleh menghukum berat sebelah, ibarat
membelah betung, sebelah diangkat dan sebelah lagi dipidjakkan.
Pun ia tidak pula boleh m endjadi hakim kepala koto (p ok rol).
D jik a dalam perkara utang-piutang, ja n g berutang segan raera-
bajar utangnja sungguhpun telah berkali-kali ditagili, maka
menurut adat boleh „beslag” 'dilaliukan atas hartanja. „B e s la g ”
ini menurut adat tarik namanja.
Dalam buku undang2 negara jan g terpakai sekarang' kita d ju m -
pai dua matjam tarik jaitu :
a- ^onservatoir beslag == beslag jang dilakukan sebelum perkaranja
dibawa kemuka hakim, djika jang berpiutang ehawatir kalau2
jaiig. bei-utang akan menjembunjikan barang2nja jang mungkin
cuambil atas perintak pengadilan untuk pelunaskan utangnja itu.
onservatoir beslag ini terlaksananja dengan seizin hakim.
b. Exceeutorial beslag = beslag jang dilakukan atas perintah .ha­
kim sesudah perkaranja diputuskan dimuka pengadilan.
m -U ^.e^aP^ adat. mengenal tiga matjam tarik :
• Tarik jang dilakukan dengan setahu hakim, baik sebeiUm atau
sesudah pemeriksaaiU dilakukan dimuka sidang pengadilan.
Tarik serupa itu tank usul namanja.
2. Tarik jang dilakukan dengan tipu daja, dan akal muslihat ja n g x
husuk diluar pengetahuan hakim, bernama tarik sangkutan.
6. Tarik jang didjalankan dengan sewenang-wenang serta kekera-
san oleli jang berpiutang, diluar pengetahuan hakim, dinamakan
tarik tjabuh.

Undang- isi negeripun mengatur pula soal tarik menarik ini. Ta-
^ seperti no. 2 dan no. 3 tidak diizinkan oleh adat dengan katanja :
isala i tjotok melantingkan, salah makan menmntahkan, salah tarik
mengembalikan.

H ukum pidana.
i

Untuk menjelesaikaji suatu perkara jang bersangkut dengan ke-


djahatan atau pelanggaran, perlulah ada :
1. 'hakim.
2. jan g bersalah sebagai terdakwa, karena dia telah salah melang-
gar salah satu .undang2 hukum.
3. jan g terdakwa sebagai saksi, karena dia telah menderita, tersebab
akibat pelanggaran undajig2 oleh terdakwa.
4. saksi2 jang lain jang akan membenarkan keshlalian terdakwa.
Kalau dikehendaki oleh terdakwa dia boleh memakai kepala koto.
Seperti djuga dalam pemeriksaan perkara perdata, hakim disini ti­
dak terdiri dari satu orang, melainkan dari kerapatan penghulu2
pula. D jalannja pcmeriksaaai ialah dengan tanja djawab antara
hakim2 dengan terdakwa dan dengan saksi2, sehingga diperoleh pe-
njelesaian jang memuaskan.
Kalau kenjataan bahasa terdakwa terang bersalah, maka dia di­
nt an-gk an ; berat ringannja .utang itu menurut kesalalian jang dia
perbuat. Paling kctjil utang itu meminta maaf dan dia diberi nasi-
hat : Berubah disapa, bertukar diasak.
Lebili dari itu diutangkan : Berabu didjentik. Ta mesti membuat
s e d i k i t perdjamuan dengan memotong seekor ajam dan sesudah ma­
kan ia meminta maaf kepada liadirin 'dengan menating tjerana berisi
sirih selengkapnja.
Lebih berat lagi dia diutangkan : Kumal (kotor) disasah (ditju-
t ji), artinja, dia sudah kotor karena dia telah membuat satu
kesalahan besar. A gar supaja ia bisa bersili lagi seperti anggota
lain dari hubungan kekeluargaan seperti jang laziin terpakai di
Minangkabau, perlu ia membersihkan diri, dengan memotong seekor
kambing atau kei'bau, menanak beras seratus sukat, seasam segaram-
nja serta memberi makan isi negeri. Dimuka chalajak ramai dia
disuruh meminta maaf dan ampun 'dengan membawa tjeraua jaaig
berisi sirik selengkapnja.
D jika ia engkar memenuhi utang ini, maka ia tidak tci’pakai da­
lam hubungan kekeluargaan dalam negeri, maka dilakukanlah
atasnja hukuman &uang, seperti jang telali diterangkan lebili daliu-
lu. J a tidak lagi dibawa sehilir semudik, kelurah tidak sama
menurun, kebukit tidak sama mendaki, ditempatkan dibulcit jan g
tak berangin, dilurali nan tidak berair, dipakulcan diawwng-aivang.
Tjarilah sendiri bumi tempat berdiri.
° Sungguhpun hukuman utang ini tidak mengenai badan seperti
hukuman pendjara, tetapi bagi orang Minangkabau hukuman ini
adalah,. amat berat, tidak sadja merupakan rugi ben'da, d ju ga m eru-
pakan lebih2 rugi budi, karena dia terpaksa atau dipaksa menjem bah
karena telah bersalah, sedang sembahnja itu disaksikan p u la oleh
orang banjak.
D juga hukum adat ada mengenai peraturan „ gratie” dan „a b o-
litie” dengan katanja : Selcali salah, seribu ampun dan bertju pa k
tidak selamanja penuh keatas, mengisi penuh~ meminta kuranvg2 asal
dinjatakan oleh jan g bersalah dia patut menerima hukuman, akan
tetapi tidak sanggup memenuhinja.
Bagi seseorang jang membunuh, ia dihukum membangun, artin ja
dia mesti menjerahkan dirinja pada orang tua ja n g kehilangan
anak, sebagai pengganti. Ia mesti bekerdja seumur h idu pn ja dengan
orang tua barunja itu. Kalau baik nasibnja memdjadilah dia anak,
dan sebaliknja kalau nasibnja buruk dia tetap m endjadi budak se-
lama-.lamanja.
Orang jang bersalah kepada radja misalnja durhalca, tidak d ju g a
dibunuh melainkan diinternir (andam ) dikam pung radja.
Ia akan mendjadi suruh2an radja selama-lamanja.
Oleh karena Ivid'ajj dalam kekeluargaan ini, ja n g m engatakan
gemuk djangan membuang lemak, tjerdik djangan m em buang ka-
wan, maka tidak diadakan hukuman badan, hanja fiiln ja sa d ja ja n g
dipersalahkan.

Satu tjeritera.
Menurut kata Sahibbul H ikajat :
Di Rantau X I I Koto dinegeri B idar A lam sekarang m em erintah
dahulunja seorang radja bernama Tuanku A n gat Garang. A d a p u n
Rantau X I I koto ini adalah rantau Daulat P agar R u ju n g , sedang
Tuanku A ngat Garang adalah hanja tepatan Daulat.
Salah seorang dari anak Daulat pergi ke B idar A lam sekarang
untuk bermain-main. Disana didapatnja orang sedang m engadakan
helat perkawinan. Oleh karena anak radja Pagar R u ju n g in i som -
on&> disangkanja dirinja kalau tegak tidak akan tersundak, kalau
me enggang tidak akan terpampas, tersebab ia anak Daulat, maka
anak dara jang sedang bersanding itu dirampasnja, seliingga ter-
jach perkelaliian. Anak radja itu seketika itu mati ditikam orang.
oam pai sekarang tempat perkelaliian itu jang telali mendjadi kam-
Pnng bernama kampung Batikam = bertikam.
Oleh karena peristiwa itu bergeraldah alam Minangkabau (bav,ja
1 agar R ujung) kesana untuk mengusul memeriksa kedjadian itu.
oanipai sekarang negeri itu bernama Bidar Alam jang asal nama
n ja Bergcrak Alam.
ICarena kesalalian anak radja itu belum patut dibunuh, karena
salahnja baru termasuk sumbang salah, paling tinggi rebut ranipas,
maka Tuanku Radja Angat Garang dipetjat, dan didjadikan andam
ke Pagar Rujung. Ia diganti dengan Tuanku Pajung Putih — pe-
lindung rakjat. Pajung = pelindung dan putih = sutji.

A dat memberi kelapangan pula tentang bangun dan andam ini


jaitu katanja : Beremas = (mempunjai wang penggantf atau
wang denda) hidup — (bebas), tak beremas mati = (tidak bebas).
Orang jang melakukan samun sakar, dianggap durhaka kepada ra­
dja, hukumannja andam djuga.
Berapakah banjaknja wang penebus bangun atau andam itu ?
Menurut kata2 adat wang tebusan itu adalah emas sebanjak :
seputjuk seulang dling, sekundi sekundio, sepating tali badjak, dan
sepenuh limas pasuk.
Setelah datang pendjadjahan Belanda maka hukum pidana ini
diambil oleh liakim Belanda dan dihukum menurut undang2nja ja ­
itu dengan hukuman pendjara : jang salah membunuh, dibuang atau
digantung, jang salah mentjuri dipendjarakan. Jang tinggal dalam
hukum adat adalah lagi adat sumbang salah (berzina dan melarikan
anak istcri orang = m entjotjok melarikan menggonggong mem­
bawa terbang), karena dalam undang2 Belanda, kesalalian ini
termasuk dalam pasail2 „klachtdelicten

C. Undang3 Luhak dan Rantau.


Sunggulipun disini disebutkan luhak dan rantau, menjatakan dua
buali barang jang terpisah antara satu dengan jang lain, akan te­
tapi dalam hakikatnja, djika menghadapi dunia luar dari
Minangkabau, adalah luhak dan rantau itu terdjadi dari suatu ba­
rang jang bersatu padu, tidak mau di-petjah2 dan tidak mau pula
di-pisali2. Saduran luhak dan rantau ini merupakan „Alam
Minangkabau” atau sekarang disebutkan djuga „-Minangkabau Ra­
y a ” . Buktinja, ialah bahwa segala mereka jang berasal dari „pesi-
s ir ” pun djika ada diluar Minangkabau, mereka menamakan dirinja,
atau dipanggilkan orang ditempa,t mereka tinggal dengan nama
„amak Minangkabau” . Mereka sekali-kali tidak mau dinamakan lain
dari pada itu. Luhak dan rantau itu hanja dalam soal kedalam,
m erupakan satu pei'pisahan itupun perpisahaji ja n g tidak nienga-
kibatkan pertjei'aian, tetapi hanja sekedar untuk menentukan mana
jang dikatakan tanah darat atau pangkal tanah, dan mana pula
jang dinamakan rantau, karena rantau itu tex’letak ditcpi sebelah ke-
luar dari territorium luhak.
Segala orang tua2 jan g telah membuat negeri baru dirantau itu,
aai’i telah mengetjap hidup rukun dan damai dipangkal tanah, ber-
kat susunan adat, barang tentu sekali, ditempat ja n g baru diperbuat
itu, tidafe akan meninggalkan adatnja jan g murni dengan begitu
sadja, melainkan Eftlatnja itu akan dibawanja pula ketempat ja n g
bar 16 itu serta dipupuk dan dipeliharanja baik-, bahkan akan diper-
eratnja dengam beberapa pei’aturan jan g sesuai dengan keadaan
ditempat itu, supaja tali jan g mengikat anggota masjarakat antara
satu sama lain mendjadi bertambah teguh djuga.
° Menurut pemeriksaan orang pandai2, Alam M inangkabau adalah
sebuah negeri tua jang telah mempunjai undang2 tata-negara ja n g
telah feerumur lebili dari 1000 tahun, jan g rantingnja mau berobali2
menurut keadaan zaman, sedang batangnja tetap seperti biasa sam-
pai kini, jaitu pembagian tugas dan pekerdjaan 'dari anggota m asju-
rakat jan g berwudjud inenudju pulau bahagia „bum i senang, padi
mendjadi, anak buali kembang biak” . A dat ketika itu dalam gai’is
besarnja' a (Ialah suatu peraturan jan g dibuat ber-sama2, dan ditaati
ber-sama2 akan guna kepentingan bersama pula ja n g m engaiidung
larangan dan pantangan serta suruli dan tuntutan pula, dan djik a
dilanggar lai’angan dan pantangannja, atau tidak dikerdjakan suruh
dan tuntutannja, ia akan menimbulkan tuntutan hukum atau p en je-
salan kepada sibersalali, ja n g bisa merugikannja setjara kebendaan,
misalnja didenda ataupun setjara kerohanian, ja itu tidak dibaw a
sehilir dan semudik.
Apabila suatu larangan dilanggar, maka kuat kuasa tuaitutan hu­
kum atasnja, datang dari luar diri sibersalali, sedang m e la n g 'g a r
pantangazi \idak mengakibatkan tuntutan hukum, melainkan m e-
nimbulkan penjesalan olehnja sendiri atas dirinja, m isalnja
seseorang jang menderita penjakit gula berpantajig memakain gula
akan tetapi pantangannja itu dilanggarnja 'djuga, maka tidak siapa
djuga jan g akan menuntut setjara hukum atasnja, melainkan dia
sendirilah jang menjesali dirinja sepei’ti kata patntun :

Am pat A ngkat perang d jo L in tau


Perang djo anak radja-radja.
Ob at lekat pantang dilampau
Mengulang pen jakit lama.

Oleh karena lama berkelamaan, negeri telah berkem bang d ju g a ,


anak buah pirn telah m endjadi kembang biak, maka pei-kembaaigan
masjarakatpun telah menjusul pula dengan sendirinja, maka dise-
belah adat jan g dibawa dari pangkal tanah tadi disusun pulalali
peraturan 2 ja n g hanja teruntuk bagi setempat2 melihat keadaan ser-
ta keperluan ditempat itu, sebab tidak mungkin manusia ini bisa
JiKlup dengan senipurna diluar liukuni masjarakat jang terat.ur.
i eraturan ini namanja undang2.
Oleh karena tjara terdjadinja negeri2 diluhak dan dirantau ada­
lah sama, sudah lenlu adatnja serta undang2nja sama pula, apalagi
adat dirantau itu adalah turasan dari adat dan undang-2 dipangkal
tanah. Undang2 jan g terpakai dipangkal tanah itu pula jang dipakai
dibagian rantau.
Seperti telah diakui kebenarannja, balnva dalam sedjarah bajigsa
iipajDun djuga, kedjadiau negeri terdjadi oleh karena orang2 tua
dimasa dahulu berkelana kian kemari, mentjari ranah jang baik
untuk penghidupan baru sebab tinggal tetap ditempat jang lama
bagi mereka tidak memuaskan lagi karena berbagai sebab keadaan.
Berkelana itu terdjadinja tidak dengan sekali gus, melainkan dengan
berkelompok-kelompok dan dengan bergelombang2. Kelompok2 dan
gelom bang2 itu sepandjang djalan berpetjah pula ; djika ber-
sua tempat jang baik menurut pendapat kepala rombongan masing2
untuk me.ndirikan negeri baru, maka disana mereka berhenti. Djika
sekiranja negeri2 jang baru diperbuat itu letaknja berdekatan jang
satu^ dengan jaiig lain, maka terdjadilah pertalian adat antara ne­
geri- itu, karena penunggu2nja a'dalah orang jang scketurunan.
Akan tetaju ada djuga kedjadian, negeri2 jang berdekatan letaknja
tidak mempunjai penduduk jang sama keturunannja dari pangkal
tanah, maka tidaklah terdapat pertalian adat antara negeri2 itu :
dalam soal adat melulu mereka tidak tjampur mentjampuri. Akan
tetapi tidak tjam pur mentjampuri ini tidaklah berarti, bahwa me­
reka tidak tahu menahu sama sekali, tidak, dalam soal sosial jaitu
tolong-bertolong tenaga untuk menjempurnakan satu pekerdjaan
umum atas dasar perembukan, terdapat djuga kerdja sama jang
erat. Beberapa negri jang mempunjai adat kebiasaan jang sama
dari pendu'duknja amatlah mudahnja untuk mempersatukan setja-
ra pederasi. Prinsip negeri2 di Minangkabau, adalah ia mau mer-
deka mengurus diri 2ija masing2 terhadap kedalam (tiap negeri
berdiri dengan adatnja) akan tetapi sebaliloija dia tidak berkebe-
ratan pula, ber-sama2 menghadapi soal terhadap keluar. Negeri2
ja n g berpederasi berhak pula atas permintaan dari negeri bahagian
ja n g berkepentingan untuk menolong menjelesaikan soal2 jang
ruwet dalam negeri bahagian itu menurut kata adat : kusut sajap
diselesaikan oleh paruh, kusut paruh dibersihkan oleh sajap” . Di-
ibaratkan pederasi itu dengan seekor burung.
A d a kalanja pula dalam satu pederasi, negeri2 bagian itu mem­
pu n jai pangkat dan tugas masing2 pula sebagai jang terdapat da- -
lam pederasi negeri 7 koto Sungai Langsat, ° terletak antara
T andju n g Gedang, penghabisan tanali darat bahagian Sidjundjung
dengan Pulau Pundjung permulaan rantau Batang Hari. Sungguh-
pun nam anja 7 koto, tetapi sekarang hanja tinggal 5 koto lagi,
karena 2 koto sudah pupus karena dizaman daliulu habis penduduk-
n ja diserang oleh penjakit tjatjar. Jang tinggal lagi ialah :
1. B ukit Sebela-h, bernama djandjang tua jaitu tangga jang per-
tama buat tunin dari tanah darat Ice Batang Hari (rantau).
2. Siaur, bernama analc timang-timangan, berbapa mudik beribu
hilir, Icetitiran diudjung tundjuk, mcnjesap ketapak tangan.
A rtin ja negeri Siaur itu diperbuat oleli scbagian penduduk ne-
geri Sungai langsat, itulali maka dinamai beribu hilir ; daji
sebagian oleli penduduk Bulcit Sebela-h, itulah maka dinamai bei-
bapa mudik. Oleh karena itu ia mendjadi analc timang2an analc
jan g dikasilii oleh kedua negeri itu, dan dimandjakan seperti
Icetitiran diudjung tundjuk dibawa lcesana lcemari dalam sang-
karnja, dan menjesap ketapak tangan, ti'dalc perlu mentjari
minum sendiri. Oleh karena itu ia tidak perlu mempunjai rimba
ulajat sendiri, tjukuplah ia bebas Iceluar masulc kedalam rimba
ulajat kedua negeri ibu bapanja.
3. Sungai Langsat sendiri bernama pusat djala pumpunan ikon,
jaitu ibu kota pederasi tadi, dimana terlaksana segala lcerapatan
jan g mengenai pederasi itu.
4. Lubulc Terantamg bernama kaki bimgkal, jaitu timah bungkal
djala jang bertugas menghimpunlcan anggota pederasi djika per­
lu diadakan lcerapatan, dan untuk memanggil rekan2 kekanan
dan kelciri, djika terdjadi perhelatan negeri menurut sepandjang
adat.
5. Muara Takung bernama djendjang bungsu, jaitu analc djendjang
jan g penghabisan turun dari darat keramtau atau djendjang jang
pertama untulc nailc dari rantau ketanah darat.
Pun ada pula pederasi jang tidak mempunjai pangkat dalam ne­
geri bagiannja hanja mempunjai perbilangan seperti jang terdapat
diwilajah Lembang D jaja sekarang, jaitu dilcabupaten Sololc :
Tanah sirah, sungainja djernih = Kampung Tanah Sirali dan kam-
pung Sungai Djernih mendjadikan negeri Koto Anau. Batu
Banjak kotanja luas = Banjak negeri2 jang menjusu kepada negeri
Batu Banjak seperti : le. Koto Lawas, 2e. Silajo Twang, 3e. Kam­
pung Batu Dalam, dan 4e. Tandjung nan Empat. Liman Lunggo
berdjendjang batu — Negeri Batu Berdjendjang adalah anak dan
negeri Limau Lu,nggo. Banjak lagi tjontoh jang lain jang didapat
dalam sebutan pederasi ditanah darat ataupun dirantau.
Fusi tidak terdapat di Minanglcabau, djuga dalam waktu seka­
rang ini tidak akan terdapat, karena dengan fusi itu perlu negerr
ja n g lcetjil dilebur lebih dahulu dan diatas pumg negeri- mi
didirikan sebuah negeri baru jang besar serta kuat.
Peleburan berarti membatalkan lcemerdekaain kampung sendiri -
untuk mengurus dirinja masing2, apalagi pepatah mengatalcan :
Tcgalc bersulcu memagar sulcu, tegak bernegeri memagar negeri.
Maka dari itu setcngah orang berpendapat, bahwa membentuk
wilaiah sekarang dengan fusi adalah satu pekerdjaan buatan jang
t i S J a d ja r n ja dan oleh karena ita tidak atom tekal pda hidop-
D jika peleburan atau pemusian itu terdjadi 'dari negeri" ,iau£
setali adat, maka kesulitan tidak akan terasa amat, akan tetapi kalau
alasan pemusian itu hanja didasarkan pada pandangan politis, eeo-
nomis atau geograpis, dan tidak mengatjuhkan hubungan
genealogis, maka ia akan menjulitkan djalannja pemerintahan.
T jara2 membuat negeri dirantau adalah sama dengan tjara
membuat negeri ditanah darat, dan begitu pula dirantau terdjadin ja
pederasi2 negei'i jang setali adat dan seketurunan, dengan membawa
adat kgbiasaan seperti jan g terdapat dipangkal tanah. Begitulah
sebabnja, tidak dflpat ditarik garis jan g tadjam tentang adat dan
peraturan susunan negeri antara tanah darat dan rantau, ja n g da-
pa? hanja tentang territoriumnja.
"Rantau bukanlah koloni dari tanah darat, melainkan adalah me-
' njerupakan sebuali commonwealth jang berautomi penuh. Tidak
’ pernah rantau mendapat peraturan2 pemerintahan ja n g didiktekan
oleh Pcmerintah ditanah Darat, seperti terdapat didalam sebuah
koloiy, dari tanah ibu dan tidak pernah pula seorang pembesar dari
tanah darat dikirimkan kerantau untuk m endjadi wakil pem crintah
pusat Minangkabau kesana, jang diberi tugas untuk m endjalankan
kekuasaan pengusaha (exekutip) atau pengelola (leg cs la tip ), bah-
kan putjuk atau pembesar dirantau itu adalah penduduk rantau
itu sendiri jang ditundjuk oleh isi rantau dengan hak turun temu-
run untuk mendjadi tepatan radja, atau menurut kata adat : Tak
ada raclja, akan ganti radja. Setelah berdiri keradjaan M inangkabau,
jang radjanja bersemajam di Pagar R ujung, maka adat ja n g telah
ada dii’antau ditambah lagi dengan satu peraturan : Luhak nan
berpenglmlu, rantau nan beradja. A rtin ja diluhak tetap penghulu
.jang memegang kekuasaan tampuk pemerintahan, sedang ra d ja h a ­
nja berkuasa kerantau, itupun hanja tentang perbelandjaan astana,
jang berupa hak datjing pengeluaran, ubur2, gantung kemudi, emas
manah, tungkup bubungan, uang kepala 3 kupang sebuah dapur
seperti lebih daliulu telah diterangkan. Bea2 tersebut ini tidak di-
antarkan oleh pembesar dirantau sebagai upeti (tidak p em a h
rantau ditaklukan oleh radja sehingga bea itu tidak m erupakan
upeti) ke Pagar Rujung, melainkan radja sendiri atau pesuruhnja
jang mendjalani batang rantau untuk mengambil perbelandjaa<n itu
jang telah dikumpulkan lebili dahulu oleh pembesar2 dirantau itu.
Ilasil- dirantau jang lain, seperti hasil ulajat ja n g berupa bu nga
kaju, bunga emping, bunga emas, dan pantjung alas tinggal 100%
dibatang rantau untuk keperluan rantau itu sendiri.
Adapun sebagian tanah Minangkabau ja n g terletak diantara tanah
darat dan rantau jaitu ekor darat kepala rantau, ada jamg m en je-
l up akan keradjgan dan ada pula m enjerupakan pederasi n egeri2
dengan nama perbilangannja. Salah satunja adalah :

Alam Surambi Sungaipagu.


Kalau kita perhatikan namanja, maka djelaslah kepada kita bahasa
Alam itu berdiri sendiri dan terletak ditepi M inangkabau, karena
perkataan surambi berarti langkan atau beranda. Alam ini menje-
I'upakan sebuah daerah jang- mendjadi batas antara tanah da rat
dengan Rantau X I I hota.
Menurut riwajat jan g Jazim terdengar di Minangkabau tentang
penciuduknja, maka sama sekali penduduk negeri2 di Minangkabau
sekarang berasal dari puntjak gunung Merapi, jang tatkala daliu-
■lunja merupakan sebuah pulau. Karena langit bersentak naik, bumi
mengliantam turun air laut mendjadi kering djuga terdjadilah
tanah daratan jan g kita ketaliui sekarang dan penduduk gunung
M erapipUn mulailah turun ketanah jang kering ila berkelana men-
tja'ri tanah jan g lambang jang baik untuk membuat negeri.
rixirunnja mereka itu dari gunung Merapi tidak sekali gus tapi
berkelompok-kelompok dan bergelombang-gelombang.
Sjahdan menurut riwajat djuga, sekelompok manusia jang ter:
d m dari 60 orang berkelana pula mentjari tanah, akan tetapi negeri*
jang- clitemjimlnija sudah bertunggu. Mereka terpasah kenegeri Batu
Banjak sekarajig jaitu diwilajali Lembang D jaja kabupaten Solok.
Dismipun negeri sudah bertunggu pula. Dinegeri ini mereka beris-
tirahat didalam sebuah ngalau jang biasanja mempunjai air tetes
clan atas. B unji tetesan air itu : Pagu-pagu, maka ngalau itu dina-
niai bungai Pagu. Oleh karena negeri Batu Banjak ini sudah
iei unggu pula, maka nenek jang 60 itu meneruskan perdjalanamija
djuga arah ke Pulau Kasik, jaitu negeri Alahan Pandjang kini. Dek
hatta takdir Allah salah seorang dari nenek itu bernama si Padeh
memnggal ditcngah djalan, dan dikuburkan pada sebuah bukit di­
bagian Batu Banjak djuga, dan sampai sekarang itu bernama bukit
si Padeh tinggal. Negeri Pulau Kasik telali bertunggu djuga, maka
mereka meneruskan perdjalanan arah keselatan. Disalah satu tempat,
salah seorang dari nenek jang kurang esa 60 itu terdjatuh tergelin-
tjir, 'dalam bahasa Minangkabau namanja tersiloloh, maka untuk
meniperingati kedjadiaai itu, tempat itu dinamai Lolo, sekarang
telah mendjadi negeri jang penduduknja berasal dari Alahan Pan­
djang. Mereka teruskan djuga perdjalanan mereka arah ke-selatan
djuga, tiba dihulu sungai Suliti sekarang. Karena disana jang
terdapat lain tidak dari hanja rimba sadja, maka oleh nenek nan
kurang esa 60 itu disurili (ditoreh) lah sebatang kaju menandakan
rimba sebelah hilir dari sungai Suliti mereka ambil untuk didjadi-
kan negeri. Tempat mereka menoreh kaju itu telah meaidjadi negeri
pula 'dan djuga penduduknja berasal dari Alahan Pandjang, dan
sampai sekarang masih bernama Surian. Negeri Surian inilali peng-
habisan tanah darat terhadap Alam Surambi Sungai Pagu.
Nenek nan kurang esa 60 ini lalu membuat negeri disana sampai
m endjadi Alam dan untuk meiigenangkan kawanrfja jarng tinggal
di Batu Banjak jaitu si Padeh jang mati itu, alam itu dinamakan
Alam Surambi Sungai Pagu, jaitu aiama ngalau, dimana mereka
penghabisan sekali ada ber-sama2. Karena letaknja alam baru itu
ditepi Minangkabau, itulah sebabnja maka dinamakan surambi. Adat
istiadat, adat jang sebenar adat adalah sebagai ditanah darat djuga.
Berkat lama berkelamaan negeri sudah m endjadi lebar d ju ga , se­
telah terdiri kota dan negeri didalam alam itu dengan sen d irin ja
a n a k buah bei’tambah banjak. K arena orang M i n a n g k a b a u tidak
boleh kawin dalam sukunja, maka untuk pemudahkan p e r k a w h i a n ,
maka suku ja n g ada, dipetjah m endjadi dju rai dan tiap 2 d ju ra i itu
m em punjai penghulu pula.
A

Suku m elaju m endjadi m elaju 4 nenek, jaitu :


1. M elaju Jcoto fyetjil
2. M elaju durian
3 . * M elaju beriang
4. M elaju Tengah.

o Suku panai m endjadi panai 3 ibu, jaitu :

1. panai tandjung
2 . pdnai bendang
3 . panai tengah.

S.uku kampai m endjadi kampai 4 djurai :

1 . kampai n jiu r gading


2 . kampai lundang
3 . kampai tengah
4. kampai bendang.
Suku 3 laras, m endjadi tiga laras berkepandjangan, ja itu :
1 . sikumbang (balaimansiang)
2 . tjaniago
3. djambak
4. tandjung
5. kutiranjir
6. koto.

Maka terbitlah dialam Surambi Sungai P agu 4 orang pem besar


ja n g berebut m endjadi pemuka ja n g utama ja itu seorang bergelar
Dt. Radja Melenggang dari suku sikumbang, seorang bergelar D t.
Radja Batuah dari suku kampai, seorang bergelar D t. R a d ja B a g in ­
da dari suku panai dan seorang lagi bergelar B aginda S utan B e sa r
dari suku melaju. Karena tidak dapat kata sepakat siapa ja n g p a ­
tut akan m enqjadi pemuka ja n g utama itu, maka sepakatlah isi
negeri untuk minta perhukuman kepada Daulat J a n g D ipertu an P a ­
gar R u jung. Maka oleh Daulat ja n g d i Pertuan ditanggalkanlah
mahkota baginda, jaitu mahkota kesaktian ja n g bernam a K u la h -
kamar, lalu disuruh angkat berganti2 oleh keem pat pem uka itu ,
dengan ketentuan barang siapa diantara mereka ja n g bisa m engang-
katnja, itulah ja n g akan m endjadi pemuka ja n g utam a didalam
A lam Surambi Sungai Pagu„ maka dengan tak dir A lla h
hanja Baginda Sutan Besar sadjalah jang bisa mengangkat ma 1vo a
lcesaktian itu, dan oleh karena itu bcliaululi dianggap mendjadi la-
clja di Alain Surambi Sungai Pagu ini dengan digelan l u a n M
Racljci Disembah jang berdarah putih. Sebab dikatakan jang bei-
darali putih karena beliau adalali lain dari jang lain, dan sega a
machluk lain hanja berdarah merah, untuk inemperbedakan jo lau
dari ja n g lain dikatakan berdarah putih. .
Setelah beliau mendjadi radja, tentu menurut adat jang iasa
terpakai di Minangkabau, seharusnja raclja itu makan keraiilau, can
tentnlah rantau itu, rantau jang telah diperbuatipula oleh orang
ja n g berasal dari alam ini sendiri jaitu dari rantau Pasir jang yc-
milang atau pesisir Bandar Sepuhih, seperti nama jang azim
sekai-ang.
Pengaruh H indu masili banjak terdapat didalam Alam Surambi
Sungai Pagu. Satu diantaranja dan tidak terdapat ditempat Jain
adalah apa jan g dinamakan orang Dimia berendam. Dunia diaiti-
kaji disini bukan dunia jan g tampak oleh kita seperti tanah, tetapi
dunia dalam arti kata bersuka-sukaan. Misalnja seperti terdapat
dalam kalimat untuk pelawan dunia orang, artinja bisa menandmgi
kemewahan orang lain. Orang perdunia = orang jang suka ber-
habis harta asal dapat memenuhi liawa nafsunja untuk dikatakan
oleh orang lain, bahasa dia adalali orang jang kaja. Orang baik
A d a p u n dunia berendam itu terd jad in ja sekali setahun ja itu pada
w a k tu sesu d a h m enjabit padi, sebagai pesta terima kasih kepada
ja n g maha kuasa, karena menerima panen baik, dengan harapan
pula agar panen tahun ja n g akan datang se-kurang2n ja sebaik pa-
nen ja n g baru diterim a liendaknja. T erd ja d in ja dunia berendam
ini a d a la h dinegeri ja n g tua d i A lam Surambi ini ja itu dinegeri
P a s ir Talang. M aka berm ufakatlah isi negeri membuat perahu ja n g
dih ia sf baik2 d e r a i l bunga2an. Perahu itu dilajarkan dibatang air
Suliti dan ditum pangi oleh ra d ja ja n g berem pat ja itu B aginda S u -
taii Besar (T u an k u D isem bah), Dt. R ad ja M alenggang, D t. R a d ja
B aginda dan Dt. R a d ja Batuah, serta orang baik 2 lain n ja sekedar
term uat diatas perahu itu. R a d ja 2 itu memakai pakaian kebesaran
a datn ja m asing2, begitu d ju ga penghulu2 ja n g serta naik perahu
itu m e m a k a i pakaian kebesaran penghulu dan orang baik 2 ja n g lain
m e m a k ai pakaian seperti pakaian ja n g lazim dipakai pada waktu
hari^raja. Perahu itu ditarik liilir m udik oleh anak buah ja n g ber-
suka ria, d ju ga memakai b ad ju ja n g bagus2, sedang para w anita
tidak ketinggalan m enonton serta membawa djambctr hidangan d e­
ngan pakaian ja n g bagus2 djuga. Dunia berendam ini dim ulai k ira2
pukul 10 pagi dan disudahi pukul 2 siang ; Setelah selesai u patjara
m enarik perahu h ilir — mu'dik didalam batang .air itu, maka berkum -
pullah ra d ja 2 serta penghulu2 dan orang berdj,abatan adat lain n ja
memakan djam ba (hidangan) ja n g dibawa oleh para w anita 'dalam
kampung. Sedang ja n g tua2 bersantap, maka ja n g m uda2 ber-m a-
in2 bergurau seaida memperlihatkan ketjakapannja m asing2, dalam
tari pentjak dan sebagainja.
D u n ia berendam ja n g merupakan menarik perahu kehilir dan
kemudik ja n g berisikan radja2 tadi membawa pilciran kita kepada
mandi sutji sekali setahun ja n g dilakukan bangsa H in d u disungai
Gangga di Hindustan.
Berburu di A lam Surambi ada dua m atjam nja, ja itu berburu
babi dan berburu rusa. K arena babi itu banjak d ju m lah n ja dan
banjak mendatangkan kerugian pada anak negeri, maka membasmi
babi itu tidak membawa peraturan ja n g istimewa, apalagi babi ada­
lah barang ja n g liaram pula.
A kan tetapi berburu rusa lain halnja. B erburu itu sebenarnja
dalam alam pikiran anak negeri bukan berburu, m elainkan m em inta
seekor rusa kepada siem punjanja. Maka diserulah nania ja n g em-
pu n ja ja itu :
1. Nenek Dewato mulio rajo = Dewata m ulia raja.
2. Nenek P italo guru = Batara Guru.
3. Nenek tuan ala taalo = Tuhan A llah Subhanahu wataala.
4. Nenek nabi Suleman.
Nenek nabi Suleman ini hanja dianggap ja n g m enggem balakan sa­
d ja sedang ja n g m em punjainja adalah nenek ja n g 3 tadi. M enje^u
itu adalah memakai upatjara ja n g tertentu pula, dan h an ja boleh
dilakukan oleh pawang (tua, buru). Setelah seruan itu dilakukan
maka bedil diasapi dengan kemenjan, dan diambil claim sitjerek lalu
diambungkan keatas. Kemana daun itu diembus angin, maka kearah
itulah pula b u m ditudjukan.
D jik a sckiraaija ada rezeki pemburu itu beroleh rasa, maka msa
itu tidak boleh dibawa begitu sadja melainkan mesti diperbuat dulu
beberapa upatjara. Rusa jan g telah mati itu mesti ditutupi lebi-h
dahulu dengan ranting kaju jan g berdaun. Dinamtikan sampai hulu
rusa itu sempmma tidur lebih dahulu. Maka lalu diambil ranting
penutupi rusa tadi dan diletakkan ketanali sertp, berkata : Rusa
saja tukari. Menurut kepertjajaan orang, rusa itu ada berbegu =
bersetan. Kalau tidak dilakukan upatjara seperti tersebut diatas.
maka mungkin pemburu itu akan kena sikadinja, jaitu satu penjakit
dalam tulang jan g memungkinkan tangan atau kaki orang, bisa
putus2, seperti terkena penjakit lepra.
Menurut adat berbur.u rusa, djika sekiranja ada seekor rusa jang
telah luka lari masuk pekarangan orang jang tidak serta berburu,
akan tetapi tertangkap ditempat itu, maka orang jang punja peka­
rangan itu mendapat bahagian pula dari rusa jang diburu itu
sungguhpun dia tidak serta memburu, sebanjak sepersepuluh baha­
gian.

Bandar Scpuluh.
Bandar artinja kota pelabuhan. Menurut riwajat jang diketahui
orang, adalah salah seorang dari nenek jang kurang esa enam puluh
jan g mentjentjang melateh Alam Surambi Sungai Pagu bernama
Elang Pelebah, jaitu seorang jang gagah berani. Elang adalah na­
ma burung dan pelebah artinja suka mengganggu lebah. Setelah
berdiri beberapa negeri di Alam Surambi Sungai Pagu, darah ber­
kelana itu tidak djuga mau berlienti, maka Elang Pelebah
meneruskan perdjalanannja meniti pematang pandjang (pematang
jaitu tulang bubungan bukit) sebelah kebarat, lalu terpasah ke Bu­
kit Sintuk jaitu sebuah bukit dekat negeri Kambang sekarang.
Disini beliau serta pengiringnja bermukim sebentar, dan oleh
karena tak tahan akan gangguan harimau, beliau serta pengiringnja
meneruskan perdjalanannja sampai kepantai. Disini rombongan tadi
berpetjah dua, sebagian menjusur pantai arah keselatan sampai lte-
negeri A ir H adji sekarang sedang jang serombongan lagi menjusur
pantai arah keutara sampai ke Bunga Pasang sekarang (dekat
Painan). Orang 2 jang datang itu berdiam disana dan dek lama
berkelamaan terdjadilah sepuluh buah negeri. Dan karena negeri
itu terletak ditepi laut dan kerap disinggahi oleh kapal2 jang ber-
lajar terdjadilah bandar. Bandar 2 jang sepuluh itu jaitu :
1. A ir Hadji,
2. Pelangai (Balai Selasa),
3 . Sungai Tunu, \
4 punggasan,
5 ' Lahitan,
q J£am bang,
7 A'mP^l(J P arak>
g Swantih,
9 liatang Kapas dan
jO paincm (B u n ga P asa n g).

H am ans a dated a mengatakan :


yertu m piian kaki ke A ir H adji.
Berkalang Imlu ke Bunga Pasang.
B erpusat djala pumpunan ikan ke Rambang-Lakitan.
Bandar Sepuluh ini mempunjai susunan adat ja n g sama dengan
Alam S u r a m b i Sungai Pagu, sampai sekarang orang2 di B andar X.
0 masih. mengatakan pulang kalau dalam perdjalanan m enudju
M u a r a Labuh. (Sungai P a g u ).
B u n ji lagu m enjanjinja adalah serupa jaitu ja n g terkenal de­
ngan' lagu si Kambang. Lagu ini diiringi dengan sebuah rebab ja n g
bertali empat berbentuk biola sedang menggeseknja ditunggitkan ke-
bawali.
Lama kelamaan karena perhubungan djalan antara A lam dan
rantau bertambah sulit djuga, maka berkuranglah utus mengutus
antara Alam dan rantau, ja n g mengakibatkan seperti biasa terdja-
■di pertalian m endjadi renggang, sedang tepatan radja dirantau
menganggap d irin ja telah m endjadi radja pula. Begitulah terd ja -
dinja radja 2 ketjil ja n g memp.unjai territorium hanja sekedar
sekeliling negerinja sadja.
Oleh karena bandar itu banjak disinggahi oleh kapal2 dan pe-
rahu 2 jan g nachodanja atau anak perahunja tidak selamanja orang
ja n g takluk pada adat Minangkabau, maka di-bandar 2 itu terda-
patlah 3 matjam kekuasaan :
Jaitu :

A . kekuasaan Radja
Pembagian. territorium nja adalali sebagai berikut. R a d ja me-
nguasai tanah 2 sehingga limbur pasang mudik. A rtin ja tanah 2 an­
tara pantai dengan penghabisan kekuatan air pasang m udik sungai,
itulah dianggap berada dalam kekuasaan radja.

R adja mempunjai penghasilan :


a. Laut dianggap kepunjaan radja. Tiap2 orang baru ja n g ber-
kehendak memukat atau m em antjing ikan diterritorium ra d ja
itu hendaklah meminta izin kepadanja. dengan m engisi adat
sebagai wang meterai. B anjaknja adalah 5 kupang kira 2 serin g -
git sekarang. W ang adat ini hanja sekali sadja dibajar, habis itu
dia mesti menjerahkan tiap 2 memukat sekerang (sekeran'djang)
pesnuh ikan buat radja : K elaut berkerang penuh.
A d a t jan g diisi untuk permisi menangkap ikan dilaut itu nama-
n ja adat Babang pemuJcatan. Babang artinja tepi langit (ufuk).
D ja d i orang ja n g telah mendapat izin itu tidak terbatas melaku-
kan penangkapan ikan dilaut asal tempat itu setentang dengan
tanah kekuasaan radja.
b. Solok berleng gadai. Solok adalah lekuk2 ditepi pantai jang"
baik untuk ditanami dengan nipali dan bakau (lenggadai).
K ulit lenggadai ini dipakai orang untuk mendjadi ubar pen-
t.jelup djala atau pukat. Tiap2 orang jang 0mau memb.uat
kebun nipah atau kebun lenggadai di Solok itu, mestilah me­
ngisi adat lebih dahulu kepada radja sebanjak 5 kupang, dan
setelah kebunnja itu memberi hasil, maka radja mendapat
pula kira2 10 % dari hasil kebun itu. (Segala solok2 itu diang-
gap ulajat radja.
c. Teluk pendjaringan. D juga segala teluk2 disungai-sungai
ja n g masuk territorium radja, dianggap pula mendjadi ulajat
radja. Diteluk itu banjak orang mentjari ikan dan udang.
Penangkapan ikan dan udang itu memerlukan pula izin radja,
jaitu dengan tjara mengisi adat kepadanja sebanjak tengah
tiga kupang jaitu kira 2 Rp. 1,25 sekarang. Adat jang diisi ini
ada ketjil djumlahnja dari adat babang pemukatan, karena
hasilnja mendjaring udang diteluk itu tidak seberapa pula.
R adja mendapat pula sebagian dari hasil djaring ini, tapi
tidak ditentukan djumlahnja karena hasilnja tidak sebanjak
hasil pukat dilaut, itupun sangat untung 2an.
d. Tungku pergaraman.
Setelah dinjatakan lebih dulu bahwa tanah2 jang dibawah ke­
kuasaan radja, hanja dari pantai hingga lembur pasang mu-
dik, maka pantai itu dengan sendirinja djatuh kebawah
kekuasaan radja. Dan dipantai itu kerap anak negeri mendi-
rikan tungku untuk membuat garam. Maka untuk membuat
tungku itu harus pula diminta izin dengan mengisi adat ke­
pada radja sebanjak 5 kupang. Selandjutnja ra'dja mendapat
pula kira 2 10 % dari hasil garam jang telah diperbuat.
e. Kalau misalnja ada orang jang membuat sawah baru dalam
lingkungan lembur pasang mudik maka adat tali ajam, tokolc
lantak, dan letjut lantak seperti jang telah diterangkan dalam
bab sekitar hak hutan tanah, radjalah jang menerimanja;
begitupun kalau : Tandjwng telah putus, pulau telah beralih,
pulanglah segala teruko2 itu kepada radja.
<>
B. kekuasaan penghulu.
Tanah2 jang terletak antara lembur pasang mudik dengan
bukit jang berkabut, jang merupakan teaigah padang nan ber-
tjapa berhilalang, bersekeduduli berupuk2, belukar dan hutan,
akar nan bepilin, rotan nan berdjelintas, kelumpang nan ber-ba-
nir^ tetap berada dalam kekuasaan penghulu, sebagai tanah
ulajat biasa.
Membuat teruko baru, dengan hinggap m entjengkam ter bang
bersitumpu (transm igrasi) dilakukan menurut hukum 2 dan
peraturan 2 seperti ditanah darat begitu d ju ga berlakunja
adat, tdkuk kaju, bunga kaju, pantjung alas dsb.

kekuasaan Sjah Bandar (Siak Banda)


Kekuasaan siak bandar (sjahbandar) adalah memberi penghi-
dupan pada orang dagang ja n g datang dari laut, 'dalam
lingkungan bandar itu, tapi tidak berupa menguasai tanah.
A d a t 2 jan g diterima oleh sjahbandar adalah ber.upa pem be­
rian dari orang dagang itu jan g tidak ditetapkan banjaknja.
O rang ja n g datang dari laut m entjari perlindungan hidup p a ­
da sjahbandar, adalah sematjam immigrasi sekarang, m enurut
adat nam anja dagang darat bertepatan, m entjari tem pat m e-
nepat jaitu ja n g bertali suku = transmigrasi, dan dagang la­
ut bertambangan, immigrasi. Tambang artin ja tali, d ja d i orang
ja n g bei’immigrasi itu m entjari tali pe?ida,rat pada sjahbaedar.
D inegeri Batang Kapas, sjahbandar ini memakai gelaran
menurut adat ja i t u : „A ja m P u tih ” karena ia t a n - ) kem dri
tampak dimana 2 didjum pai.
Rantau 12 koto ini terletak dibatang Sangir, dibahagian Muara
Labuli lama, jaitu antara negeri Lubuk Gedang dengan wilajah
Sungai Dareh.
Rantau 12 koto ini tidak dapat kita tjeraikan dengan keradja-
an „B atang Pasim pai” jan g radjanja bersemajam di kampung
D urian.Tarung dan bergelar Jang Dipertuan Maliaradja Bungsu.
Batang Pasimpai itu terletak sebelah Selatan dari Alam JSurarabi
Sungai Pagu. j
Menurut tjerita orang tua2, dimasa dahulu Jang Dipertuan,, Pa­
gar R u jung mempunjai seorang anak laki- jang hendak mendjadi
radja pula. Karena di Pagar Rujung beliau sedang mendjadi radja,
maka anak itu dibei’ilah keradjaau Batang Pasimpai ini, dan kepa-
danja dikurniakan nama Jang Dipertuan Maharadja Bungsu. '
Adapiui rantau 12 koto ini adalah rantau dari Jang Dipertuan
Pagar R ujung terletak sebelah hilir dari Durian Tarung. Sungguh­
pun namanja 12 koto, sebenarnja dibatamg rantau itu hanja terda­
pat 7 koto, dengan pepatah adatnja : Tudjuh tinggal di batang
rantau, lima pulang ke Minangkabau.

Jang tudjuh jaitu :


]. Sampu dengan tiang pandjangnja (putjuknja) Dt Radjo
Labih.
2. Lubuk Malako dengan t.iaiig pandjang Dt Bando putih.
3. Bidar Alam „ „ „ Dt Pajung putih.
4. Siqngit Dt Radjo putih.
5. Dusun Tengah „ ,, „ Dt Tambun Tahil.
6. Muara Sangir „ ,, „ Dt Malepoh Sati.
7. Lubuk Ulang A ling „ „ Dt. Radjo putih.

Sedang jang 5 pulang ke Minangkabau adalah Basa 4 balai de­


ngan Tuan Gedang di Batipuh.
Maka dapatlah kiranja ldta kesan disini, bahasa Pagar Rujung
dengan Rantau 12 koto beragih (== berbagi), tidak bertjerai.
Menurut adat, tiap 2 penobatan radja Jang Dipertuan Maharadja
Bungsu ini, mesti dilakukan oleh Putjuk dari negeri nan 7 koto itu,
diketuai oleh Dt R adjo Labih di Sampu. Untuk menetapkan, bahasa
tjalon jang akan diangkat itu adalah tjalon jang sah, maka ia ha-
rus memmdjukkan. pada putjuk nan bertudjuh itu pe.manahan
(manali =r pusaka) jaitu sebuah keris jang bersalut emas jang
beratnja 12 tahil. Adalah keris ini dipakai seakan-akam mendjadi
pegang gombak dalam penobatan itu. Gombak adalah rambut anak
ketjil laki2! jan g dip/indjangkan hanja dekat pusar2. Dahulu di Mi­
nangkabau biasa anak laki2 memakai gombak seperti orang Hindu.
Djika ia akan disunat rasulkan, maka gombaknja ini dipotong de­
ngan konduri, besar ketjil kenduri itu adalah menurut mampu tak
W a n ita b e r p a k a ia n a d a t (S aw ah L u n t o ) foto : K em pen
lnampunja orang tua anak itu. Kalau sudah dipegang gombak,
tentu telah djelas muka orangnja demikianlah simboliknja salut
ja n g dua belas tahil itu.
Karena rantau 12 koto itu adalah rantau dari Daulat Pagar Ru­
jun g, maka jan g Dipertuan Maharadja Bungsu itu diberi pula
rantau sendiri, jaitu sebelah perbatasan Muara Bungo di Djambi,
terkenal dengan Koto Ubi, koto Hilalang, D jundjung Sirih, Batu
Terbakar. Negeri 2 ini sekarang hanja tinggal bekas-’nja sadja lagi,
dan berganti dengan negeri ketjil2, seperti Sungai Limau, Batu
Kangkung, Indamar dll. ditepi sungai Djudjuhan dan Batang
Asa m.
*
Sungguhpun dalam garisketjilnja Koto Ubi, Koto Hilalang ini
adalah rantau Jang Dipertuan Maharadja Bungsu, tapi ia tetap
dibawah pengawasan Daulat Pagar Rujung. Maka ditanamlah diper-
antaraan Batang Pasimpai dan rantau itu seorang Tjermin Terms
sebagai pengawas keadaan2 politik dirantau ini, dan akan memberi
lapuran ke Batang Pasimpai, dan seterusnja ke Pagar Rujung.
Tjerm in Terus ini berkedudukan di Sungai Kunjit, berpangkat
Tiang Pandjang, bergelar Tan Tuah Radja Sailan, bertugas Time/
pandjang nan sebatang, pandjang se-pandjawg2, pandjang sampai
he Minangkabau.
Pada tiap 2 penobatan Jang Dipertuan Maharadja Bungsu, ia
wad jib hadir. Iamesti memeluk tjalon radja waktu akan dinobat-
kan, karena ia adalah kepertjajaan Radja.
Chabar perdjalanan „Si Pahit Lidah” jang masjhur di Sumatra
Selatan, tidak sampai ke Minangkabau, karena ia dikalahkan oleh
ketjerdikan orang Minangkabau dinegeri Muara Sangir, jaitu diba-
gian Rantau 12 koto ini.
Konon chabarnja, pada masa dahulu datanglah si „Pahit Lidah”
ini masuk ke Batang Hari, dengan bermaksud mudik ke Minang­
kabau. Si Pahit Lidah ini ada mempunjai satu kesaktian jaitu
kalau ia tidak scnang pada salah suatu perbuatan, maka siapa2
jan g tidak menjenangkan hatinja itu disumpahinja hingga mendja­
di batu.
Tentu orang rantau 12 koto ini, tidak mora.sa senang kalau si
Pahit Lidah masuk negerinja, dan terus ke Minangkabau. apalagi
orang Minangkabau bersifat berani rnen gat akan apa jang benar,
menurut kata hatinja.
Hendak dilawan si Pahit Lidah, tentu tidak terlawan, karena ia
ada menaruh kesaktian menjumpahi orang, sehingga boleh mendjadi
batu. Maka akal muslihat djuga rupanja jang dapat mengalahkan
ja n g kuat.
Oleh sebab itu dibuatlah perdjandjian, kalau si Pahit Lidah
pandai menganjam beras, maka ia diperbolehkan masuk negeri itu.
Karena beras adalah barang lepas butirnja satu sama lain, dan
perekatpun tidak ada, sedang jang mendjadi persoalan menganjam
beras sampai menjerupai tikar, maka tidak dapatlah si Pahit Lidah
mengerdjakannja, sedang kepandaiannja hanja menjumpah sadja.
Setelah dinjatakan oleh si Paliit Lidah, ia tidak saiiggup raeme-
nuhi pernrintaan orang di M uara Sangir itu, maka orang M uara
gan o-ir memperlihatkan pada si P ahit Lidah, kerak nasi, ja n g rupa-
nia*beras beranjam . Si Pahit Lidah mengakui kepintaran orang
M i n a n g k a b a u dan dengan m alu berlalulah ia dari situ.
Rantau Tjatri nun Bertiga.
R a n ta u ini terletak di B atang H ari merupakan sambungan dari
ra n ta u 12 K oto. Terletak disebelah h ilir Lubuk Ulamg A lin g , se-
p a n d ja n g Batang JTari, sampai ke T an dju n g Sim alidu (T a n d ju u g
a d a la h bagian D jam bi, dan Sim alidu adalah bahagian M inangka­
bau)°. D i T an dju n g Sim alidu ini sungai Batang Iia ri membuat se-
bu ah t a n d ju n g ja n g kalau diturut menurut air dengan peraliu,
adalah seten g ah hari berkajuh, akan tetapi kalau diturut didjalan
d a ra t, ditem pat ja n g genting lebarnja hanja kira 2 50 m .- Batas se-
te r u s n ja dengan D jam bi dju ga 'dengan bagian M uara Bunga,
s e p a n d i a n g batang Siat adalah terkenal dengan nama didalam
tambo adat (Sipisau-pisau hanjut, dan durian di Takuk R a d ja ).

T ja tri nan bertiga ini adalah :


1 R ad ja Siguntur.
2. „ Sitiung.
3 }! K ota Besar.

A dapu n negeri Siguntur ini menurut ahli purbakala, daliulu


adalah suatu keradjaan H in du ja n g bernama Darm a Sraja. Masih
didapat disini negeri ja n g bernama Padang Tjandi dan Padang
Rat jo ( = a rtja ). Malahan dibagian ini dju ga didusun Sungai
Langsat didapat orang sebuali patung ja n g tin ggin ja ± 5 m., seka­
rang disimpan digedung A r tja Djakarta.
A d a t 2 ja n g terpakai di Minangkabau itu d ju ga ja n g dipakai
disini untuk pemerintahaji.
K eradjaan radja Sitiung ini berbatas kerantau K uantan sedang
keradjaan K oto Besar adalah menghadapi Djam bi.
Rantau Kuantan.
Rantau ini bernama Rantau nan kurang esa dua pululi, dua
puluh dengan Muara (dakat S id ju n d ju n g ). Jamg dinamai K u an ­
tan, ja itu negeri 2 antara 2 Muara dengan T jirenti, dan hilir T jiren ti
namanja Indera Giri.
A dapu n orang Kuantan memakaikan adat Minamgkabau dengan
sedikit perobahan nama 2 istilah adat. Kalau di M inangkabau pen g-
hulu berpangkat penghulu keempat suku, dikuantan bernama
penghulu empat ditebing..
H an ja balai 2 disebelah kerantau Kuantan tidak seperti balai 2
adat di Minangkabau. Bentuknja adalah balai 2 sekerat, d;ui ber-
gon djon g dua, hanja sebelali sadja, tidak tim bul balik.
Rantau ja n g kurang esa 20 itu sekarang terkenal dengaai pederasi
negeri 2 :
a. IV K oto di Mudik = j|)u negcrijija Lubuk Ambatjang.
b- 5 di M udik = ' „ Djambi.
c- 3 „ Lubuk Ramo ■= Ramo.
d- 3 ,, di Tengah = „ Taluk.
e- 4 ,, di H ilir = ft Tjirenti.
R antau Kuantan ini berbatas dengan Teratak. A ir Hitam daji
Sialang Berlantak Besi sebelah ketimurmja.
O rang darat dari In dragiri,. bernama orang Talang mamak. Ta-
lang artinja ladang. Mereka adalah suatu suku bangsa jang ‘perada-
bann ja beliun seperti kita, tapi mereka menjatakan bahasa nenek
niojang mereka dahulu datang dari Minangkabau. Sedang susufom
m engatur hidup mereka, adalah menurut susunan adat Minangka­
bau.
Kepala mereka bergelar Datuk Patih. Agama mereka masih
agaraa animisme, disana disebutkan Langkah 1-ama sedang agama
Islam dinamakan Langkah baru.
Rantau X I V K oto.
A n tara inti Minangkabau dengam rantau Kuantan adalah satu
pederasi negeri jan g bernama 14 Koto, terletak antara Paru Me-
lintamg H ilir, dengam Tebat Bergenang Mudik. Dahulu adalah 14
K otanja, tetapi sekarang tidak tjukup lagi karena diantaranja
ada ja n g sudah habis sama sekali seperti negeri Belukar Dalam, ha-
bis karena penjakit tjatjar, tapi dalam perbilangan tetap: ada.
Sungguhpun negeri 2 ini terletak di perbatasan antara Minangka­
bau dengan rantau Ivuantan, tapi pekerdjaan negeri ini adalah
dipakai sebagai teropong untuk menghadapi Djambi. Kuantan ada­
lah Minangkabau djuga, termasuk dalam Minangkabau Raya sedang
batasnja dengan Tungkal bahagian Djambi adalah Teratak A ir H i­
tam, masih memakai adat Minangkabau. Djambi adalah negeri jang
hanja dibawah pengai’uh Minangkabau, bukannja rantau Minang-
kabau.
P aru M elintang H ilir, artinja kalau ada sudi dengan siasat datang
dari Minangkabau terhadap Djambi, maka pembesar2 dari 14 koto
datanglah melintangi dinegeri Paru dan bertaujakan apakah mak-
sud dan tudjuan dari sudi dengan siasat jang dibawa oleh utusan
M inangkabau terhadap D jam bi; maka pembesar2 inilah jang me-
n jusu n kembali rentjana 2 Minangkabau itu atau memberi adpis
ja n g perlu, supaja sudi dan siasat dari Minangkabau itu dapat le-
kas diterima oleh orang Djam bi, begitu pulalah kalau ada dakwa-
dakwi ja n g datang dari D jam bi terhadap Minangkabau, maka ber-
sama-samalah pula pembesar 2 14 Koto itu Mengenangi di Tebat
Timpah memeriksa dakwa-dakwi itu supaja lekas Iditerima oleh
ora 2ig Minangkabau. D jadi negei'i2 14 Koto ini bertindak sebagai
coordinator. Maka negeri 14 Koto ini terbagi pula atas 3 pederasi
ketjil, jaitu 5 K o to 'd i Mudik, 4 Koto ditengah, dan 5 koto dihilir.
T ia p 2 pederasi itu mempunjai 1 putjuk adat jang berpangkat
orang gedang dan 1 putjuk sjarak dan berpangkat radja ibadat.
K e b e sa r a n orang gedang itu terletak : pada kit Io'-) nan b crd a rik ;
( k a l o 2- t a l i kerbau dari rotaai), d ja d i diperlielatan ja u g membantai
kerbau.. Sorak, dan bersorai = bersuka-suka-an. T adji nan
herbentuk, burung berlaga = m enjabung. A r tin ja orang- gedang
itulah ja n g berhak memberi izin untuk berhelat segala rupa dan
m enjabung. R a d ja ibadat kebesarannja adalah dim esd jid nan ber-
pn n tjak, d ik u r ’an nan bertim bun, diehotbah nan berdjela.
K arena negeri ini rapat perliubungannja dengan D jam b i sebagai
c o o r d i n a t o r , maka adat M inangkabau dan D jam bi, adalah disini
pengaruh m em peygaruhi. D i D jam bi ada terdapat adat bertan-
dang, ja itu bertandang kerumah perempuan m enurut adat untuk
m e n d a p a t djodoh . Maka adat ja n g serupa itu ada pula disini ja itu :
A d a t bunga, disesap ( diisap) kumbang — adat bunibun m enjelara.
B unga (g a d is) disesap kum bang = didatangi djedjaka. Bum bun =
^timbunan dau n 2 (reuida), m enjelara (selara) = daun ja n g djatuh.
Ran da boleh pula didatangi. A kan tetapi adat istiadat ja n g lain
sei’upa benar dengan di Minangkabau. Jang aneh disini, adalah
pem ati (pasntang) laki 2 beristeri lebih dari seorang.
N egeri ini adalah dahulu tem pat pemuka 2 M inangkabau berlin-
dung, kalau ada bahaja ja n g mengantjam. N egeri inipun terkenal
dengan perdjalanan T jin d u r Mato, dari Gudam B alai D ja n g g o
( = ibu kota P agar R u ju n g ), mengantarkan alamat tanda putih
hati ke R engat (Ranali Sikelawi) kepada ajah putri B ungsu ketika
perkaw inannja dengan Im bang D ja ja ; adat tersebut dalam tjerita
T jin d u r M ato : Mendaki bukit M andiangan (A ir A n gat sekarang),
menurun bukit M arabono (P a ru ) menempuh Padang L undang
Landir (Sei B etu n g), dua penghulu naik nobat, seorang bergelar
D t B andaro Putih, seorang D t B andaro Ilitam . D ari sana m en je-
berangi batang K uantan di P in tu Batu, naik bukit Tam bun T u -
lang, turun ke B atang A sai Pangkalan D jam bu (Pangkalah In -
uarung-M uara Lem bu) terus ke Kuantan. '
Rantau Kam par.
Adapun. R antau Kam par ini terkenal dengan kata- adatn ja :
B andahara jan g empat puluh empat, empat puluh di T apung dan
di K am par (seorang dibawali P in tu R a y a ), empat didalam K apu r.
D an territorium nja adalah mulai dari P intu R aya h ilir (sebelah
kehulu K am par) sampai ke P entjuran Batang M udik (sebelah hilir
dari Tratak Buluh, jaitu sedikit sebelah hilir dari pertem uan K am ­
par K anan dan K am par K iri.
A da p u n daerah Sungai Batang T apung (sungai Siak) adalah
dibawali pengaruh K am par dju ga, dan Batang K apur, adalah
sebuah anak sungai dari K am par Kanan. Maka dalam w ilajah itu
ada 44 orang putjuk, ja itu 40 orang djum lahnja ja n g ada di K am ­
par k iri + K am par kanan + T apung sedang 4 orang ada masuk
w ilajah K apur.
D ari keempat puluh empat itu adalah seorang diam dibawah
P in tu Raya, jaitu batas M inangkabau inti dengan batang Rantai 1
Kam par.
, Menurut riwajat nama Kampar ini, adalah nama sungai ja?ig
Kembar, kemudian mendjadi Kampar. Sungai ini berasal dari Gu-
nung Emas didekat Rao Mampat Tunggul, terdjadi dari 2 buah
sungai. jaitu sebuah benjama Sungai Tamali dan sebuah lagi ber­
nama Sungai Pekajuran. Ivedua sungai itu bertemu di Lubuk
Pin an g. Pada masa itu, karena negeri sempit, karena kiri kanannja
adalah-bukit batu, tidak scmpat negeri itu mendjamin penghid'u-
pan anak negeri, seliingga patut sebagian dari penduduknja disuruh
ineninggalkan negeri itu. Maka diadakanlah undian jaitu. dengan
merentangkan sebuah batang pinang jang dikubak litjin diatas Lu­
buk Pinang ini, dan disuruh orang menitinja. Siapa jang sela.mat
sampai keseberang boleh tinggal disana, akan tetapi siapa jang
djatuh masuk air, maka diwadjibkan meninggalkan negeri itu.
Orang- jang berlalu itulah jang pergi ke Melaka dan berkembang
biak disana. Sendjata jan g ada ketika itu hanja dua matjam sadja,
jaitu sumpitan, dan tukul terap. Sumpitan dibawa ke Melaka.
(O rang sakai sampai sekarang masih bersendjatakan sumpitan)
dan tukul terap tinggal di Kampar.
Kam par kanan mendjadi ramai djuga seliingga terdjadi disana
satu keradjaan jang dinamakan Muara Takus. Orang Kampar Ka­
lian ini terus memakai adat Minangkabau, dan berltelana pula
mentjai'i tanah jang subur untuk membuat negeri2 baru, sampai
ke Kam par K iri dan Tapuaig (Siak). Orang Siak tidak semua
mempunjai suku dan sako seperti di Minangkabau, hanja ada
dibawah pengarulmja, sedang negeri2 disitu bertuan dua, setengah
ke Minangkabau, setengah ke Siak. Oleh sebab itu Tapung tidak
masuk perbilangan undang 2 didaerah Kampar.
Manakah perbilangan undang2nja ?
Undang djati (sedjati) = Undang 2 dasar di Ivampar Kanan.
U ndang 2 = segala undang 2 selain dari U.U.D. ada di Kampar
K iri.
Telaga Undang (Mahkamah Agung) di Muara Takus. Djadi
njatalah negeri Muara Takus adalah ibu negeri dari negeri jang
ada dibawah rantau Kampar Kanan dan Kampar Kiri. Negeri ini
ada perhubungannja dengan Sri W idjaja dan tidak dengan Palem-
bang, karena gelar Penghulu disini adalah Dt Sibidjajo (Sri 'Wi­
d ja ja ) dan tidak seorangpun jang bergelar Dt. Rad jo Palembang,
seperti ditanah darat. Apakah lain waktunja keradjaan Sri W i­
d ja ja dengan keradjaan Palembang, disebelah Kampar tidak dike-
tahui.
Disebelah hilir dari Negeri Muara Takus ini ada sebuah negeri
ja n g bernama Pungkai, dan putjuk adat disini bergelar Dt. Reno
(ratn a), karena ia ada mempunjai sebuah batu putih, seperti ka-
tja, besam ja sebesar telur ajam. Batu ratna ini adalah pemanahan
baginja, karena radja Sri W id ja ja dahulu ada pula mempunjai ba­
tu sematjam itu. D jadi batu reno itu menandakan bahasa perta-
lainnja dengan radja Sri W idjaja.
D hnuara Takus ini ada terdapat tjan d i ja n g terbuat dari batu
hata se r ta kotan ja berparit batu bata pula ja n g pan d jan g n ja kira 2
6 diam perdjalanan sedang tin gg in ja ± 3 m dan tebalnja Vi m.
M e n u r u t tjerita disana, dahulu tanah untuk pem buat batu bata
itu d id a ta n g k a n dari P ungkai ± 6 km dari M uara Takus, dan ber-
d irila h m a n u sia 6 baris, m enjerahkan tanah itu dari ja n g satu ke-
nada ja n g lai 11 dengan 'djalan beranting. Tem pat m engam bil taaiali
itu se k a ra n g m endjadi danau ketjil, dan bem am a dmuih galian.
P ula m en djadi perhatian dinegeri M uara Takus ini, satu tjerita
jan g terk en a l di ^Iinangkabau dengan tjerita si M alantjar, jaitu
seo ra n g ja n g lu tju dan selalu me-main2kan ra'dja. Perbuatan si M a­
l a n g ar ini adalah indeaitiek dengan perbuatan si L u n tjai di Malaka,
i^bu Nawas ditanah Irak, N asarudin di Turki dan T ijl Uilen Spiegel
di E ropa.
« I n ila li salah satu 'dari tjerita si M alantjar itu.

Si Malantjar dengan tanah radja.


R a d ja M uara Takus bem am a Dt. di Balai. D idalam istana ba­
ginda ada seorang djenaka bernam a si M alantjar. Si M alantjar ini
aidalali seorang badut ja n g amat djenaka dan terlam pau banjak
ulah, sebab itu 'disajangi oleh radja.
P ada suatu hari ia memohon kepada ra d ja D t. di Balai, supaja
aipin djam i sebidang tanah untuk diperbuat ladang padi.
K ebetulan tanah ja n g diberikan ra d ja kepadanja dengan setjara
pindjam , adalah sangat su b u m ja dan ia m endapat panen ja n g sa-
ngat baik.
Oleh sebab itu terbitlah hasrat dalam hati si M alantjar tidak
akan mengembalikan fanah itu kepada radja, dan sebaliknja hendak­
lah radja terpaksa membiarkan tanah itu buat si M alantjar se-la-
ina2n ja. Bagaimana akal ?
M enurut adat ja n g biasa, kalau kita diberi orang pin d jam tanah
untuk berladang padi, si em punja, 'diberi bunga em ping tanda p u ­
tih hati dan terima kasih. Maka oleh si M alantjar tadi, ditanalc-
njalah nasi dari hasil panennja tadi dan dipersem balikannja
kepada Dt. di Balai sebagai bunga emping. A kan tetapi sedjak
dari mulai nasi itu masak. sampai k eh a dap an radja, nasi itu terus
dikentutinja, sehingga m endjadi busuk. Setelah tiba dim uka radja
nasi ja n g bau kentut itu dipersembahkannja dengan k atanja :
„D aulat tuanku, liasil panen ditanah ja n g tuanku pindjam kan
kepada patik, adalah sangat baik. Inilali patik persembahkan bunga
em pingnja. Setelah radja menerima nasi ja n g bau kentut itu, lalu
radja bertanja : yM engapa nasi ini bau k e n tu t? ” D jaw ab si M a­
lan tjar : „B ukan nasinja ja n g salah tuanku, memaaig tanahnja ja n g
bau kentut, djadi bau itu terus masuk kodalam bcra.s, sehingga na­
sinja terus berbau l>usuk” . Lantas tit ah radja : „Ivalau memang
tanahnja ja n g berbau kentut, aku tak mau akan tanah itu lagi am-
billah untukmu tanah kentut itu ” .
Dengan tipu demikian si Malantjar telali dapat memiliki sebi-
tanah. Sampai sekarang tanah itu masih ada dan diwarisi
oleh aiiak tju tju si Malantjar itu.
C

A d at istiadat jang gandjil disini terasa oleli orang tanah darat.,


ja itu adat berbuka dalam puasa. Teradat ditanali darat, dalam puasa
niempersinggali orang berbuka. Orang jamg dipersinggah ini diberi
makan setjukupnja, dan 'dia tidak pula mau datang, kalau tidak
dengan undaaigan. Tapi lain halnja dibagian Kampar. Disini orang
aatang dengan tidak setjara dipanggil, nielainkan, kalau ia m&u ber­
buka ditempat kerabatnja atau ditempat sahabataija, maka ia datang
sendiri dengan membawa makanannja, se-olah2 ia disana hanja
menumpang tempat makan sadja.
Dipangkal tanah hal jang serupa itu mendjadi nista karena ada
larangannja : Tidak bolch bcrtandang membawa tikar.
Orang di Kampar lebili suka berladang padi 'dari bersawah,
kareaia bersawah itu berat pekerdjaannja.
Berladang itu ada pula memakai peraturan 2nja, serta laran^ dan
pantangannja. Oleh pengaruh kepertjajaan j>ada oranfj halus atau
kepertjajaan pada animisme, maka beberapa peraturan-i mesti diin-
dalikan.
Berladang itu ada beberapa pantangannja jang kalau dipikir
dengan setjara manthik (logica) adalah satii muslihat untuk me-
nj.uruh orang berladang mentjari tempat dengan setjara teratur,
djangan dengan setjara liar, sebabnja bekas ladang tahun ini tak
dapat tahuai datang diperladangi lagi, liarus ditinggalkan barang
5 atau 7 tahun, baru dapat dipakai kembali, bila kaju- jang tum-
buh disasok itu telali mendjadi belukar muda.
Pantangan itu adalah antjaman akan diganggu liarimau. lia -
l’imau dikampar diberi nama djulukaai Datuk Lengang karena
ia bisa memperlengang kampung.

Pantangan berladajig itu adalah 7 matjam.

1 . Dilarang bekerdja hari Ahad atau hari Djumat = untuk beris-


tirahat.
2. Edav kekanan — membuat ladang baru tidak boleli sebelah
kekanan dari ladang lama, sebab mungkin mendjauhkan diri
dari kampung.
а. A ta p tungku seperti membuat tungku, kosong diteagali-te
ngali djadi ladang tidak berangkai.
4. Sentak-sentakan akar antara ladang A dengan ladang B ada
berantara, sehingga tidak berangkai.
5, Soromg-lompatan
б. tindjau-tindjauan
7. M elompat mengharam, jaitu ladang jang katjau balau sadja,
sehingga susah menghadapi musuh bersama, sebab tidak ada
organisasinja.
Pun dinegeri ini orang amat lurus, djuga karena diantjam akan
clitranggu harim au kalau membuat peraturan ja n g l-ugi-merugikan
bagi angg°^a niasjarakat.
M is a ln ja , banjak asunrj fitnah, berguntang dua, artin ja lain
g a n ta n g u n tu k pembeli (besar) lain pula untuk pendjual * (leb ih
k e t jil), tim bangan tidak betul, dan sebagainja, ja itu perbuatan 2
ja n g tertjela. Begitulah m isalnja kelurusan orang disana, kalau
bsrdjualan pisang ditem pat ja n g lengang untuk m usafir lalu,
maka ditinggalkannja pisang disebuah pondok ditepi djala n de­
ngan a ir kahwa serta sebuah tempat wang, sedang ja n g pu n ja
pergi keladangnja entah kemana.
M usafir itu memakan pisang, dan meiuinum kahwa, serta m e-
ninggalkan w ang beli makanannja itu dalam lcotak ja n g telah
tersedia. Tidak sedikit d ju ga teringat oleh m usafir ja n g berikut,
kalau ia singgah pula disana akan mengemasi wang ja n g bersua
j olehnja dalam kotak itu, melainkan kalau ia singgah 'disana akan
diperbuatnja pula seperti orang ja n g lalu lebih dahulu dari pada-
nja. o

Rantau Tiku-Pariammn
R antau ini dalam kata 2 adat bernama Riak nan berdebur. Ia
adalah merupakan tanah rebutan antara M inangkabau dan A tjeh ,
sehingga adat disini berdjalan atas 2 dasar.
le . A d a t ja n g bertali 'dengan pusaka ja n g berupa barang, maka
ia turun kepada kemenakan seperti ditanali darat djuga, baik liu -
tan tinggi, baik hutan l'endah akan tetapi adat ja n g bertali dengan
gelar turun kepada anak.
Gelar itu ada 2 matjam . Gelar pusaka menurut adat turun kepa­
da kemenakan, m isalnja seorang bernama Djosan, gelar pusakanja
Si B id jo R adjo. Maka ia bernama D josan gelar Si B id jo R a d jo
menurut teradat dipangkal tanah. Tetapi D josan ini kalau bapak-
n ja bergelar Sutan, maka D josan akan menamakan d irin ja Sutan
D josan. Kalau bapaknja B agindo, ia akan menamakan d irin ja
B agindo Djosan, kalau bapaknja Sidi, maka ia akan menamakan 'diri­
n ja Sidi Djosan.
Kalau ibunja 4 kali bersuarni, dan 4 orang beranak laki2, sedang
suami ja n g pertama adalah seorang Sidi, maka nama anaknja Sidi
Djosan, kalau suami no. 2 seorang Bagindo, maka anaknja adalah
B agindo Rahim, kalau suami no. 3 seorang Sutan maka adalah
anaknja Sutan Amat, dan 'djika suami no. 4 seorang biasa atau
apa ja n g dinamakan disana uo datar, maka anaknja akan berna­
ma si A m at sadja. Kalau ia suka memakai gelar pusakanja tjara
ditanah darat bergelarlah ia Sutan M aradjo atau Sutan Bagindo,
tapi kalau gelar«pusakanja itu tidak lekat pula, maka ia d ip a n g g il-
lah menurut w am a kulitnja, atau perangainja seperti kak utih,
mak itam dsb.
Orang ja n g bergelar Sidi, keturunan A tjeh (A ra b ). B agindo,
keturunan pagar rujung. Sutan, keturunan pagar ru ju n g diangga1^
orang bangsawan.
Orang- ini kalau akan diambii djadi menantu untuk keturunan,
maka ia didjem put dengan wang^ artinja, kalau ia mau mendjadi
nienantu, maka si Laki2 diberi wang, sampai ratusan atau ribuan
rupiah, melihat deradjat orang itu pula dalam masjarakat.
Natal, Singkil, dan Tapalt Tuan, adalah serupa adatnja dengan
orang dari Riak Nan Berdabur.
B ajan g nan 7 , dan Tarusam Sebelas koto, jang terletak antara
P adang dan Painan dipesisir Selatan, adalah memakai adat jang
terpakai di Kubung tiga belas (bagian Solok) malahan Radja Ta-
rusan menurut adat mesti dinobatkan di Salajo.
Negeri sebelah ke B ondjol (R ad jo nan 4 selo), Lubuk Sikaping
(B asa nan 9), dan Rao mapat tjantjang adalah djuga negeri
masuk kelarasan Koto Piliang. Tjuma disini tentang memanggil
berhelat sepandjang adat, ada sedikit kelonggaran dari ditanah
darat. Panggilan sepandjang adat ditanah darat, maka dapat dina-
makan sah, djika djendjang sudah ditingkat, bendul sudah ditepik,
artinja diturut ia ketempat kedudukannja. Tetapi dinegeri-negeri
ja n g tersebut diatas ada diberi sedikit kelonggaran, mungkin'ber-
hubung dengan negerinja lengang, tapi atas kata mufakat djuga.
Disini boleh diutjapkan panggilan dimana bertemu, tidak usah
diturut kerulnah, menurut adatnja : Dimana duduk, disana balai,
dimana tegak, disaina istana.

Undang~ nan 20.


A dapun tiap 2 negeri jang teratur harus mempunjai suatu per­
aturan jang gun an j a supaja tiap 2 anggota masjarakat membantu
melaksanakan keamanan dalam negeri itu, karena tampa keamanan,
pembangunan apapun tidak akan terlaksana. Untuk mengudjudkan
peraturan keamanan itu, maka ‘ditjarilah dahulu sumber2 jang me-
nimbulkan kekatjauan.
Kekatjauan terdapat karena kedjahatan. Dan kedjahatan terdja-
di karena anggota masjarakat itu tidak mendapat kepuasan. Apa-
lagi achlak jan g buruk, dan tidak terdidiknja nafsu membantu
sangat akan timbuLnja kedjahatan itu. Untuk mendapat kestabilan,
maka kedjahatan itu musti diberantas. Memberantas itu mesti
setjara adil, mesti melalui proses pemeriksaan jang teliti, supaja
sibersalah itu hanja mendapat hukuman jang setimpal dengan ke-
salahannja.
A dapun membuat sesuatu kedjahatan adalah tersebab oleh be-
berapa faktor.
le . disengadja. A rtin ja sebelum kesalahan diperbuat telah ditim-
bang masak2 dengan otak jang dingin akan segala akibatnja.
2 e. tidak disengadja, tapi karena terluang kesompatan untuk
memperbuatnja, dan diketahui pula apa akibatnja.
3 e. sudah mendjadi tabiat padanja untuk membuat kesalahan,
dan mendjadi kesenangan pula baginja untuk membuat kesa­
lahan, misalnja oleh karena salah satu penjakit baginja, dalam
bahasa asing namanja ,,manie” .
4e. tidak dengan sengadja, lianja karena kealpaannja.
„Sia-sia utang tumbuh, antjak-antjak negeri alah” .
M a k a dalam pandangan orang pandai 2 M inangkabau dimasa
dahulu, ketika membuat undang-undang, kedjahatan 'dalam garis
b e s a r n ja adalah 8 m atjam , ja itu ja n g djatuh kepada fiil, j a i t u :
1 . tikam — bunuli,
2. upas — ratjuii,
3. samun — sakar,
o 4. siar — bakar,
5. malftig — t.juri,
6. dago — dagi,
7. umbuk — umbai,
8. sumbang — salah,
, sedang untuk m entjari keterangan, apa benar ja n g disanglca itu
bersalah, ada pula 12 m atjam peraturannja ; 6 dari padanja djatuh
kepada tjem o, sedang ja n g 6 lagi djatuh kepada tuduli. Pengei’-
tian f jem o dan tuduh sudah diberikan lebih dahulu.
K edua m atjam un Jan g-un clang ini, jaitu undang 2 ja n g delapan
dengan undang 2 ja n g 12 m endjadikan undang-undang nan 20 .
K edu a m atjam undang-undang itu tidak dapat ditjeraikan jan g
satu dengan ja n g lain, karena jan g 8 menundjukkan nama kesala­
han, dan ja n g 12 m enundjukkan djalan bagaimana membuktikan
kesalahan itu telah diperbuat, sehingga dapat dimacljukan kemuka
hakim, dan sibersalah dapat dihukum.
H ukum an ja n g ditim pakan kepada sibersalah tidaklah hukuman
ja n g diderita oleh badannja seperti hukuman pemerintali menurut
K .U .H .P . (K ita b U ndang 2 Ilukum Pidaaia) melainkan hukuman
ja n g diderita oleh djiw an ja, sehingga recidive ulangan membuat
kesalahan tidak m ungkin terdjadi, setidak-tidaknja akan amat
berkurang.
H ukum an cljiwa itu, adalah ia diberi malu, misalnja, djika sese-
orang ja n g salah (m en tju ri) tertangkap, maka badan sibersalah itu
dihungkus dengan kerisik (daun pisang jan g telah kering), pada
le h e m ja digantungkan clokoh tempurung, dikepalanja diletakkan
lekar atau sangkak ajam sebagai kopiah dan ia diarak dengan gen-
dang kaleng m injak tanah keliling negeri serta memangku barang
ja n g d itju rin ja itu.
B iasan ja malu ja n g sangat diderita oleli djiw a tidak memung-
kinkan ia m engulangi membuat kesalahan itu lagi, bahkan ia akan
meninggalktm kam pung halamannja karena : „tidak terlihat muka
vra n g” .
Tikam — bunuh.
1. Tikam dibuktikan dengan darah terserak.
B unuh dibuktikan dengan bangkai jan g luka terbudj.ur.
A d a p u n arti menikam ini hanja bare melukai seseorang dengan
barang tadjam , sehingga siterkena mengeluarkan darah. M ung­
kin luka ini, karena banjak dnrnh kolvifir, mendjadi kematian
Pekerdjaan menikam itu mungkin terdjadi dengaai sengadja,
,lanja untuk melukai sadja, mungkin djuga dengan sengadja untuk
mematikan. Dan perhuatan itu mungkin diperbuat dengan otak
Jang dingin, dan mungkin pula dengan otak jan g panas, dan
m ungkin pula terdjadi karena belapaksa (membela d iri).
Kalau terdapat maksud liendak membunuli, maka tikaman
ini ditim pakan kepada bagian badan jang lekas membawa matat.
M ungkin dju ga setelali terdjadi mata gelap, pikiran talc tenang
i^gi, bisa dju ga melukai orang dengan barang tadjam, sehingga
m cndjadikan kematian.
Dalam istilah sekarang, jaitu berpikir lebih dahulu dengan
otak ja n g tenting, baru melakukan tikam jan g mengakibatkan mati,
dinam ai pembunuhan, bisa dihukum mati, seumur hidup, atau hu-
kum an sementara setinggi-tingginja 20 tahun. Dalam adat, liuku-
m an n ja membawgun, ja n g mati diganti dengan jang hidup.
Ivalau bunuh itu terdjadi tidak dengan dipikirkan lebih dahulu,
melainkan dalam perkelahian biasa, siterkena mati karenania, ma-
ka dalam istilah sekarang dinamai penganiajaan berat jang me­
ngakibatkan kematian ; dan liukumannja hukuman badan sementara,
selam a-lam anja 15 tahun. Dalam adat liukumannja membangun
dju ga, tetapi diberi kesempatan untuk membajar uang bangun,
ja n g setinggi-tingginja segantanig seulang-aling = ekor sukatan
dipenuhi dengan emas urai. D jika dalam perkelahian itu siterkena
han ja mendapat luka sadja, maka liukumannja adalah menawas =
membuat sedikit djamuan, memotoug kambing atau ajam, melihat
parali atau tak parahnja luka, gunanja untuk mempersaksikan ke­
pad a ja n g hadir, bahwa sibersalah bersedia mengobat jang luka
sam pai sembuh.
Bela paksa mengakibatkan dibebaskan dari hukuman.
K alau lah tersesak padang kerimba, apa boleli buat untuk mem-
pertahankan diri, terpaksa ia membunuh.
Maka untuk mendjatuhkan tingkat2 liukiunan, segala hakim
niemperaktekkan undang- nan 12 ini sesaksama-saksamanja.

2. Upas — ratjun dibuktikan dengan sisa dimakan.


M ungkin orang jang terlampau banjak memakan ratjun men-
dapat reactie muntali2, atau mati sebentar itu. Untuk membuk-
tikannja setjara sekarang sisa makanan itu atau muntali orang
ja n g disangka terkena ratjun, dikirim ke „laboratorium ” , untuk
diperiksa lebih landjut, akan tetapi dimasa dahulu, sisa maka­
nan orang itu, atau muntahnja, diberikan kepada andjing atau
ajam untuk dimakannja; maka dilihat bagaimana „reactie” nja.
Itu nam anja : sisa dimakan. '
U p a s -r a t ju n ini adalah suatu kesalahan besar, karena keluarga
orang ja n g kena upas-ratjun itu, biasanja tidak akan mengadu
kepada hakim tentang peristiwa jang' menimpanja, melainkan
ia akan membalas dendam sendiri. Tiap 2 orang jang membuat
ratju n , melakukan pekerdjaannja dengan rahasia. liatjun atau
upas itu dilakukan deaigan memberi makanan atau minunian
kepada siapa jang ditudjunja, biasanja dalam perdjamuan.
Djika sekiranja orang jang ditudjunja terkena ratjun, sudult-
lah, adat liidup balas-membalas, sjarat palu-memalu, akan tetapi
kerap pula orang jang tak bersalah jang terkena.
Orang jang terkena upas-ratjun itu, biasanja muntali2 darah
seperti orang terkena penjakit T.B.C., hidupnja seperti kerakap
tumbuh dibatu, liidup s&gan mati tak mau, dan mendjadi beban
jang berat bagi keluarganja.
Akibat ratjun-gneratjun memusnahkan isi sekampung2. Huku-
mannja orang jang bersalah 'dihukum denda membajar emas,
segantang seulang-aling, sesudah itu disish oleh negeri.
Djangankan meratjun, menaruh ratj unpun sudah salah menu­
rut adat. Orang ini djuga dihukum dengan sisih, jaitu masjara-
o kat menghindarkan diri dari padanja.
3. Samun-sakar, mesti dibulctikan dengan pedang (sendjata ta-
djagi lain) berdarah, sebab samun-sakar ini terdjadi dengan
kekerasan, tidak peduli apa djiwa perlu melajang, asal dapat
jang disamun itu.
Samun sakar ini dilakukan 'ditempat jang tertentu, jaitu di­
tempat jang lengang, jaitu : disawang nan tidak ada pergantu-
ngan, artinja dimana pertolongan tidak bisa diberikan. Biasanja
samun sakar ini terdjadinja dibatas darat dan rantau, jaitu
dinegeri jang beradja-radja. Hukumannja biasanja andan ka-
ram, intem iran jang tidak lepas^nja.
4. Siar-bakar, dibulctikan 'dengan berpuntung suluh, sebab kalau
tidak ada puntung suluhnja mungkin terbakarnja rumah terse-
bab oleh karena api didapur, dan oleh kelalaian orang jang pu­
nja rumah, karena waktu hendak tidur, api di'dapur tidak
diperiksa lebih 'dahulu.
5. Malhig-tjuri, dibuktikan dengan upang 2 terkenak (djendjang
disandarkan untuk memandjat), dan dinding teretas (dilobangi-
nja) untuk bisa masuk kedalam rumah = pembongkaran.
H aling atau tjuri, jaitu mengambil barang orang lain dengan
tidak setahu atau seizin jang punja serta dengan melanggar
hak. Kalau pekerdjaan itu dikerdjakan dengan berkawan atau
sendiri, tapi waktunja malam liari, maka pekerdjaan ini mating
namanja dan djika dilakukan siang hari maka pekerdjaan ini
tju ri namanja.
Orang maling atau pentjuri sangat dibentji orang. Ia disisih
dalam negeri.
6 . Dago-dagi jaitu durhaka, tidak menurut disiplin jang tertentu,
baik 'dari mamak terhadap kemenakan ataupun 'dari kemenakan
terhadap pada mamak, atau dari pemerintah terhadap pada rak-
jat, 'dan sebaliknja^ dafii lakjat terhadap pada pemerintah se—
hiligga mendjadikan terkilirnja urat djalan pemerintahan ’
Kesalahan dago-dagi ini amat diambil berat, karena ia bisa°
menimbulkan kesusahan jang tidak diduga semula, jang mung­
kin pula mengakibatkan keketjewaan. Adat mengatakan : adil
radja (ketua-, pemimpin*) disembah (ditaati), zalim disanggah.
Peribahasa ini menundjukkan baliasa di Minangkabau, bukan
pribadinja jang dihormati, melainkan kelakuan dan acklaknja.
Oleh sebab itu segala ketua dan pemimpin mesti tahu benar di-
mana kedudukannja, supaja terus masin lidahnja terhadap anak
buahnja, apalagi orang Minangkabau amat bersifat kritis, seper­
ti kata pantun adat :

Setali pembeli kemenjan,


Sekupang pembeli Jcetaja.
Sekali lantjung keudjian,
Seumur hidup orang tak pertjaja.

Karena manusia ini masih tetap manusia djuga, tentu ada djuga
terdjadi perselisihan antara mamak dengan kemenakan, dan*un-
dang 2 ini tidak memilih bulu, siapa salah dihukum. menurut
kata adat : tangan menijentjang, balm memikul.
Maka untuk hukuman dago-dagi ini dipakai istilah : mamak
salah, menjembah malam, kemenakan salah menjembah siang,
artinja, kesalahan mamak kepada kemenakan dihukum djuga
tetapi tidak diumumkan berterang-terang, melainkan dihukum
bersunji-sunji, sebab kalau dihukum berterang-terang, maka ra­
sanja akan menepuk air didulang, mengojak badju didada dan
menurunkan martabat mamaknja. Kalau kesalahan mamak itu
besar dan berat, maka akan diusulkan kepadanja supaja ia me-
narik diri sadja, dengan hidup berkerilahan serta memakai
alasan, badan sakit2, bukitlah tinggi, lurahlah dalam dsb.
D jadi tidak lcentara kesalahannja terhadap kemenakannja. Se-
lain dari segan menepuk air didulang, mengojak badju didada,
kehormatan mamak mesti didjaga djuga.
D jadi mamak dalam undang^ no. 8 ini mendapat forum prepi-
ligum (hak istimewa).
Dalam adat istiadat jang penting kesalahan mamak kepada
kemenakan ialah memperisteri.djanda kemenakan. Sungguhpun
menurut sjarak pekerdjaan ini halal ’ainnja, tapi adat menen-
tukan timbang rasa jang tinggi mutunja. Bagaimanakah rasanja
liati kemenakan, kalau mamaknja jang patut melindunginja
membuat perbuatan serupa itu kepadanja; pada lial masih ada
kemungkinan pada kemenakan itu untuk rudjuk kembali. Maka
terasalah pada kemenakan, bahwa mamaknja itu tidak berbudi
halus, gadang melenda, pandjang 'melindis, luas menutup sadja.
Dan sebaliknja salah dagi itu menundjukkan bahwa kemena­
kan itu tidak taat pada disiplin adat, tidak mau menurut djalan
jang pasar, mentang 2 awak orang berami, orang kuat, orang ka-
ja, orang tjerdik, orang intelek, tidak patuh akan perhukuman
jan g ditjiptakan oleh masjarakat.
7. TJmbulc-umbai mendjadikan orang rugi setjara k e W a a n , atau
setjara budi, jang mungkin mengakibatkan ketjelakaan besai,
seperti mata2 mentjari rahasia negara (m endjual raliasia nega­
ra) dengan djalan bermulut manis.
8. Sumbang-salah = perbuatan susila jang salah pada pengliha-
tan, seperti bergurau dengan saudara perempuan jang bisa
mengakibatkan rusaknja liama keluarga atau perbuatan meia-
rikan anak isteri orang : „m entjotjok — melarikan — meng-
gunggung — membawa terbang” — atau pekerdjaan susila
sedjenis (homosexueel).
n
A da kalanja djuga bisa terdja'di, oleh karena „mata telah di­
paling. iblis, hati telah dipaling setan” , berbuat perhubungan raha­
sia antara orang bersaudara atau antara anak dengan bapak,
bersumbang kata orang Tapanuli, maka menurut hukuman setjara
lama, orang ini diikatkan diatas sebuah rakit, dan dihanjutkan
hiliv air sampai kelaut, artinja diusir terang-terangan keluar ne­
geri karena hukuman kesalahan jang diperbuatnja ini, tidak
tjukup dengan hukuman disisih sadja.

Kalau misalnja hukuman tikam bunuli, wad jib membangun, ma­


ka hukum bantah kelahi, adalah' bengkok mendamak, luka mena-
was. Damak jaitu obat 'dari daun2 jang bersifat mendinginkan jang
gunanja untuk menghilaoigkan bengkak, sedangkan tawas, adalah
obat luka (balsem).
Hukum bengkak mendamak, luka menawas ini 'diartikan, baliwa
jang bersalah wadjib memberikan sedjumlah wang menurut timba-
ngan hakim untuk pengobat siterkena.
Samun-sakar mempunjai djurai, jaitu rebut-rampas. Rebut ram-
pas itu dilakukan tidak menudju kepada djiw a dan tidak pula
mesti 'dilakukan ditempat jang lengang, malah kadang 2 rebut ram-
pas ini dilakukan karena kesombongam, karena diketahuinja bila
ia membuat kesalahan ini tidak ada seorang djuga jang akan berani
melarang, sebab ia orang berani, pemerintahan lemali, bila ia tegak
tidak bersondak, bila melenggang tidak terpampas.
Umbuk-umbai, adalah mempunjai 'djurainja, seperti tipu-tepok,
dan ketjoh-ketjang, untuk mentjari laba sendiri, dengan mengabui
mata orang lain 'dengan mulut manis, dan djandji jang murni. K e-
untungan jang didapat adalah ketjil dari umbuk-umbai.
Karena dalam undang 2 adat tidak ada didjelaskan kesalahan 2
jang tertentu, maka oleh hakim, tiap 2 ia menghadapi kesalahan
jang terdapat, dibawanjalah matjamnja kesalahan itu menurut
pendapatnja masing2, kepada salah satu undang 2 jang 8 ini
mana jang mirip menurut rasa hatinja.
Kebanjakan hukuman jang didjatulikan adalah berupa didenda
dengan menjembelih ajam, kambing, djadi menurut besar ketiil ke­
salahan, serta meminta maaf dengan menating tjerana kehadapan
orang'2 jang menghadiri djamuan jang diehususkan sebagai me-
njaksilcan pembajaran utang sepandjang adat.
Adapun midang nan 12 ini adalah satu alat untuk membuktikan
bahwa benar suatu kesalahan telali diperbuat, sehingga boleh diba-
wa kemuka hakim. Jang akan memberikan keterangan dalam tiap 2
perkara jaing terdjadi, adalah saksi, dan mungkin pula keterangan2*
ini diawal pemeriksaan menjerupakan keterangan jang samar2,
oleh sebab itu, disini pulalah letalaija kebidjaksanaan hakim .untuk
melakukan sudi dengan siasat, sehingga keterangan jang bermula
hanja baru meningkat taraf : bersurih bale sepasin, berdjedjak bcJc
berkik, mendjadi siang bah hari, terang bak bulan hingga bertali
boleh diirit, bertampuk boleh did.jindjin g. Kalau, dipanggil
ia datang, Icala-u djseru ia menjahut.
Melakukan sudi dan siasat ini, amatlah penting artinja untuk
meletakkan sesuatu hukum karena, kekurangan teliti atau sifat
tjeroboh boleh mengakibatkan siterdakwa lepas dari tuntutaai hu­
kum, karena menurut adat, dakiva itu adalah sebagai getah, sedang
djaxvab adalah sebagai minjak.
Keterangan 2 jang didapat, dengan perantaraam. undang-un-
dang nan 12 ini, menja'nggupkan hakim meletakkan berat ringan
hukuman jang harus didjatuhkan.
Adapun matjam hukuman menurut adat jang telali dipengaruhi
sjarak adalah 4 matjam :

1. Bernama hukum bainah, ialah hukum jang menghendaki saksi


dan keterangan.

2. Bernama hukum karcnah (kelakuan), jaitu siterdakwa hanja


dihukum melihat kelakuannja jang biasa tersua dengan tidak
mentjari pendjelasan jang lebih terang. Misahija kalau ada
orang kemalingan sedang si A terkenal orang jang runtjing tan-
duk, bengkak kening, maka ia lalu ditangkap, dan didakwa,
Kalau dalam pemeriksaan tak terdapat keterangan jang sjah, s(.-
perti keterangan dari saksi, ia dihukum djuga, sebab tjondong
perasaan hakim kepadanja sebagai seorang jang bersalah, sebab
melihat karenalmja selama ini.

3 . Bernama hulaim idjtihad, jaitu djika tidak terdapat saksi2 dan


keterangan jang sjah, bahasa siterdakwa bersalah, akam tetapi
sjak hati keras menjangka 'dia, maka atas idjtihad bersama-sa-
ma, djuga dihukum sibersalah itu.

4. Bernama hukum ihnu. H alnja seperti hukum idjtihad djuga,


tetapi putusan tidak diambil dengan kata bersama, melainlvan
atas kata perseorangan, dju ga berdasai'kan sjak-wasangka de­
ngan alasan mungkin.
Hukum seperti no. 2 — no. 4 tidaklah boleh dipakai. A da ke­
salahan itu termasuk dalam hukum amat (disengadja), maka be-
ratlah hukumannja.
Ada termasuk dalam hukum subu amat (tidak disengadja),
hukumannja adalah ringan sedikit.
A da pula jang termasuk chata amat artinja disesalkan kepa­
danja'karena kelalaiannja, maka hukumannja lebih ringan. Diza-
niam sebelum adat dipengaruhi oleh sjarak, maka perhukuman
adalah terbagi 3-menurut adat :
1.: Hukum meniti batang, artinja hakim berdjalan sama tengah,
tidak ada tenggang-menenggang, tiba dimata tidak dipedjam -
kan, tiba diperut tidak dikempiskan.
2. Hukum diguling batang, artinja hukum ditimpakan sadja ke­
pada siterdakwa, dan tidaldah dia diperiksa dengan seksama.
3. ilukum dibalik batang, artinja siterdakwa dihukum tanpa ha­
dir.

Disebelah kerantau Kampar adalah hukum jang tiga ini lain


pula sebutannja jang artinja serta u djudnja sama, jaitu :

1. Hukum sedia lama, jaitu hakim mesti menurut segala sjarat


rukun pemeriksaan atas kesalahan siterdakwa, baru hukum di-
labuhkan.

2. Hukum her sama-sama, jaitu 'dihondohkan sadja bersama-sama


menghukum siterdakwa tanpa pemeriksaan jang djitu. Huku­
man ini tersebab hanja sentimen salah seorang hakim jan g ber-
pengaruh dan hakim jang lain tak berani membantah, ataupun
mengeluarkan perasaannja.

3. Hukum segamo-gamo, jaitu menghukum siterdakwa dibalik be-


la angnja, sehingga siterdakwa tak sempat membela dirinja.
Tentu sadja procedure hukum no. 2 dam no. 3 ini tak dapat
clipergunakam.

B. Adat istiadat.

Adat istiadat ini adalah suasana peraturan jan g mengatur


tjaranja pergaulan antara masjarakat besar dan ketiil denean per-
antara p e ^ e o r a n S n Teri -

masing2. ^ fen om ati, dengan mengindahkan kedudukan

Ja n g tin ggi kedudukainnia akan tptan tinftm + *


l»ng, dan io„ g tetji, a k a A t a p
ialah seperti kata adat : Jang tua dipermulia, jang ketjil dika-
sihi, soTiid gedang mulia nianuliuhdn. Akan t 6tapi semuanja mesti
tunduk pula kepada peraturan" jang tertentu seperti : Jang tjerdik
LeralaJi, jang gedang merdesa. Orang tjerdik. t.jeaidekia mesti men-
dengarkan adpis 2 atau nasihat2 dari orang 2 jang adpisnja patut
diterima. Ia tidak boleh menjangka, bahwa ia sadjalah orang jang
pandai, sedang orang 2 jang diberati dengan memerintah dalam
berbagai tjorak, mesti memperhatikan pula peri kemanusiaen. Ia ti­
dak boleh menjangka bahwa katamja sadjalah jang betul.
Pergaulaai antara keluarga baik jang langsung seperti berajiak
berkemenakan, ataupun jang tidak langsuaig seperti beripar-berbe-
san, berandan persemandan, djuga diatur oleh susunan adat is­
tiadat. Oraaig jang mengeluar dari peraturan adat istiadat ini,
dinamakan orang jang tidak beradat. Tidak beradat ini adalah satu^
keliinaan jang amat sangat bagi orang Minangkabau.
Melamggar adat istiadat ini, tidak selamanja bisa dibawa lc-smuka
hakim, karena jang dilanggarnja itu tidaklah barang jang
„eonereet” , hanja perasaan dan rasa kehormatanlah jang dising-
gungnja. Misabija telah mendjadi kebiasaan pula kepada orang
Minangkabau, penjapa dan penegur, apabila bertemu dengan karib
dan baid ataupun dengan kenalan. D jika bei’temu dengan mereka
itu ditengah djalan, atau dimana sadja, sekiranja mereka tidak
disapa, maka telah terlanggarlah adat sopan santun. Betul jang
bersalah itu tidak bisa dihukum karena kesalahannja ini, akan te-
uapi perasaan kita telah tersinggung olelmja dan mudah Idta berpi-
kir, bahasa dia adalah sombong.
Pun beranalc bermenantu djuga dilcungkung pula oleh adat is­
tiadat itu. Menurut kata 2 jang lazim terpakai di Minangkabau,
menantu itu sifatnja adalah aim diatas tunggul. Dia hanja seorang
lain, tidak sesuku dengan isterinja, dan apabila angin tiba, maka
p.bu itu boleh dalam sekedjap mata sadja habis terbang ditiup
angin itu.
Tetapi sungguhpun begitu, adat istiadat tentangan menantu
itu diadakan pula. Karena dia adalah seorang asing, maka dia di
pandang sebagai seorang tamu jang akrab, dan dia tidak boleh
dipermudah-mudah begitu sadja. Orang jang tidak menghormati
tamu, dipandang tidak sopan. D jika sekiranja menantu itu mem­
buat salah satu kesalahan, ataupun sebuah keehilafan dirumah
isterinja (orang Minangkabau, kalau telah beristeri mesti tinggal
dirumah isterinja maka bukanlah menantu itu jang dipei"
salahkan melainkan anak kita, dengan perkataan adatnja : Pukul
anak, sindir menantu. Akan tetapi sebaliknja menantu itu tenkat
pula oleh beberapa peraturan2, supaja ia disajangi oleh mertuaiya
dan dihormati oleh keluarga isterinja.
Menurut adat, menantu dibagi pula pangkatnja menurut pan-
ciai tidaknja dia m endjadi menantu orang. Menantu itu dmama can
d ju ga orang semenda, oleh keluarga pihak jang perempuan.
Pembagian orang semenda adalah seperti berikut :

1 . Orang semencla nenek mamak. Ia adalali orang jang sama me-


ngatur barang sesuatu dalam keluarga isterinja itu 'dengan
tidak mengambil halt mamak rumah. Ia sama pula mengam-
* puwgkan mana jang Urserak, dan mendjemput man a jang ter-
.tjetjer, mengingatkan mana jang lupa, sehingga dalam kam­
pung isterinja itu, paliamnja dianggap sebagai paham neaiek
mamak. Dalam segala lial jang mungkin terdjadi disana, per-
timbangannja perlu diminta, dia tidak akan ditinggalkan orang
dalam tiap 2 perundingan 'dikampung itu.

2. Orang semenda bapak padja. Orang serupa ini hanja dipakai


untuk memperbanjak anak Adam sadja. D ia tidak ada menga-
tjuhkan apa jang terdjadi 'dikampung isterinja itu, padanja
lebih penting suasana lahir dan batin jang terdjadi dalam
kampungnja sendiri.

3. Orang semenda langau hidjau. Seperti kelakuan seekor langau


hidjau ia terbang kemari merongong, kesana merongong, serta
bertelur dalam sampah. Sudah itu terbang pula kemana dia su-
ka dengan tidak mempunjai pedoman jang tetap. Begitu pula-
lah sifatnja orang semenda jang mau berbini banjak (kemari
merongong kesana merongong) dan meninggalkan isterinja jang
telah hamil (mengandung bangan) dengan tidak memberinja
sedikit djuga bekal untuk djaminan hidup.

4. Orang semenda lapik buruk. Ia adalah orang semenda jang


amat pandir dan tidak mau keluar rumah untuk berusaha se­
perti kesawah dan keladang, bagi nafkah hidupnja anak ber-
anak.
Jang disulcainja ialah duduk bermenung ditepi bendul, karena
’ sifatnja jang pemalas itu.

5. Orang semenda katjang miang. Inilah orang semenda jan g pe-


ngatjau, pengharu-biru dalam kampung antara ipar dengan
besan, antara andan dengan persemandan, antara pem bajan se-
samanja (orang jang sama beristeri ketempat jang satu) dan
antara orang jang bersau'dara.

Katjang miang menerbitkan gatal jang amat sangat dan gatal jang
pindah memindali pada orang jang menghampirinja.
Dalam susunan adat istiadat itu djuga kata m empunjai lima
deradjat pula jaitu :

j . Kata mendaki, jaitu perkataan dari kemenakan kepada mamak,


atau dari anak kepada bapak, ataupun dari adik kepada kakak,
ataupun dari murid kepada guru.
Kata 2 itu berisi penuh dengan kata penghormatan.
2. Kata melereng, jaitu kata mertua kepada menantu, kata2nja
penuli berisi 'dengan kata kiasan dan kata sindiran. Oleh sebab
menantu itu dipandang sebagai seorang tamu jang "akrab, ti-
'daklah selesa mertua berkata tepat kepadanja.
3. Kata mendatar, jaitu kata 2 jang diutjapkan kepada sesama be­
sar, penuh pula berisi dengan perkataan hormat menghormati
serta tenggang menenggang perasaan, agar persahabatan jang
telah ada tetap mendjadi erat. o
O
4. Kata merendah, jaitu kata dari seorang perempuan mengambil
liati suaminja penuh pula dengan daja peaiarik. 1
5. Kata menurun, jaitu kata dari mamak terhadap kemenakan,
dari bapak kepada anak, dari kakak kepada adik, dari gury.
kepada murid, kata2 mana penuh berisi nasihat dan kasih sa-
jcing.
O
Begitupun adat istiadat mengatur pula tjara 2 pergaulan ber-
korong 'dan berkampung sampai bernegeri.
Kalau sekiranja kita bertemu dengan kerdja baik, mestilah
berhimbauan (panggil memanggil seru menjeru supaja sama2 me-
rasai nikmatnja) dan kalau tersua dengan kerdja buruk, maka
mestilah berhambauan (berlompatan untuk membasmi keburukan
itu 'dengan selekas mungkin).
Kalau tersua dengan pekerdjaan berat atau ringan didalam
korong (iinglmngan keluarga kita) jang patut dipersama-samakan
mengerdjakannja, maka pekerdjaan itu kalau berat akan berpikul,
kalau ringan akan berdjindjing, artinja anggota korong itu tidak
dapat mengelak, bagaimanap.un djuga alasan jang dikemukakan.
Mau tak mau ia akan kita kerdjakan djuga.
Kalau pekerdjaan serupa itu diketemukan didalam kampung,
maka kalau berat dia akan dipikul dan kalau ringan akan didjin-
djing. A rtin ja kita hanja bersifat untuk menolong sadja, sedang
berat ringan pekerdjaan itu ditanggung langsung oleh jang berke-
pentingan.
Kalau dia tersua didalam negeri, artinja adalah untuk umum
semata-mata maka adalah pekerdjaan itu berat sepikul, ringan
sedjindjing, artinja menjumbang sekedar kekuatan kita.
Pun untuk memelihara negeri serta isinja, ada pula susunan
peraturan adat istia'dat dengan katanja : Penghulu sebuah hukum,
alim ulama sebuah kitab, manti sama sekata, orang tua seundang-
undanff, hulubalang sama semalu, orang muda (anak buah) sepeti-
dapat. Untuk mentjapai itu hendaklah penghulu bersifat mulia —
tidak bertjatjat perangainja, basa andiko hendaklah bersifat kaja =
radjin memberi pertundjuk, dan panggatua bersifat sampai =
menjampaikan segala amanah.
Pun mereka hendaklah tjerdik, tahu, pandai.
Tjerdik — pandai memelihara barang sesuatu.
Tahu — pandai meletakkan sesuatu ditempatnja, 'djangan hendak-
n ja kuda diberi berkelaivan, djawi diberi berkekang.
Pandai = pandai melaksanakan sesuatu, awed hendaklah mengenal
achir, pandai memperhitungkan segala akibat jang mungkin terdja-
di. . . o •
P.ohani dikendalikan pula oleh adat istiadat, seperti kata-ai.]a.
Akal dipakai untuk pendjalani = berpikir untuk merentjanakan
sesuatu dan berpikir pula bagaimana kelantjaran pelaksanaan ren-
tjana itu.
Ilmu dipakai untuk mengetahui = dengan ilmu dapat dikira-kira
kan 'akibat apa jang mungkin terdjadi.
Paham adalah perulangan = paham itu dipakai tempat surut, ka­
lau perlu kembali : tertumbuk biduk dikelolckan, tertumbuk kata
dipikiri.
Budi adalah penaruhan = budi ini adalah suatu kekuatan rohani
jang kita t^ruh untuk peninggikan derad j at ldta jang harganja
tak 'dapat ditawar-tawar.
Adapun penghulu 2 jang mendjadi wakil rakjat dalam madjelis
kerapatan dibagi pula menurut pribadi masing 2 dalam beberapa
tingkatan, sungguhpun tinggikan itu tidak diingini seluruhnja oleh
adat, akan tetapi telah mendjadi pembawaan pribadi seseorang.
Penghulu jang diharapkan oleh adat adalah penghulu nenek
mamak, ialah seorang jang bidjaksana, pandai mengagak dengan
memberi, tahu dirasa dengan periksa, mengetahui bahasa •dizahir
orang menjembah, dibatin kita menjembah, bahwa penghulu adalah
untuk anak buah bukan sebaliknja anak buah untuk penghulu se­
perti kata pantun adat :
Belum berkilat telah berkelam.
Bulan nan sangkap tiga puluh.
Belum terlihat telah terpaham.
Lah njata tempat bekas tumbuh.

Adapula penghulu jang tjongkak serta sombong, menandakan


ia tidak berilmu, tan kemari melagalc sadja, tinggi ruap (buih) da-
ri botol, kokok tinggi arti tak ada-, londjak seperti labu dibenam, te-
leng bak tjupak hanjut, katanja barang terkatakan sadja, suara ha­
nja terbawa oleh nafas, rendah tjotok tinggi gelabung, tikamnja
dibawali sadja. Penghulu serupa itu dinamakan penghulu ajarn
gedang.
Adapula penghulu jang kurang berilmu dan tidak pula mau men­
tjari dan menambah ilmu jang kurang itu. Dalam madjelis kerapatan
ia hanja membisu sadja dan kalau ditarijakan bagaimana buah pi-
kirannja tentang sesuatu hal, maka dia tidak dapat memberinja,
malahan dia menumpang sadja pada paham orang lain. Penghulu
sematjam. itu dinamakan penghulu tmguk-taguk jaitu tong-tong,
jang sifatnja dipukul baru berbunji.
Adapula penghulu jang digelari penghidu pisak serawal, karena
akalnja busuk budinja haring, pandjat katjang nak berbvah, pilin
djering nak bcrisi, dan kerdjanja mengharu-biru, ketjuudang disini,
gili disana, bergundjing hilir dan mudik supaja boleh menghukum
ditengah-tengah diantara orang jang mendjadi bersengketa karena
kelakuannja.
Telali mendjadi lembaga pula bagi anak Minangkabau untuk
merantau kenegeri lain, pentjarikan punggung jang tidak bertutup,
kepala jang tidak bertudung seperti kata pantun adat :
Kerantau medang berbulu,
Berbuah berbunga belrnn,
Kerantau bud jang dahulu
Dirumah berguna belum.
Maka sebelum ia melangkah kaldnja menudju kenegeri lain itu,
ia ditundjuk diadjari lebih dahulu oleh nenek mamaknja serta ibu
bapanja bagaimana nanti dinegeri orang harus bertindak dan ber-
laku seperti bunji pantun ibarat :
Kalau pandai berkain pandjang,
Lebih sebaik kain sarung.
Kalau pandai berinduk semang
Lebih dari pada berinduk kandung.
Ia diadjar bermulut manis, berketjindan mwah, budi baik basa
ketudju, kalau menjauk dihilir-hilir, kalau berkata dibawah-bawah
nak sajang orang ke aivak. Kita disifatkan ^eperti membawa ajam
betina karena udjud kita tidak akan mentjari lawan, akan tetapi
kalau ajam betina itu digertak-gertak maka dia akan berkokok de­
ngan sendirinja. Telali mendjadi pakaian pula bagi anak Minang­
kabau, musuh tidak ditjan-tjari, bertemu pantang. dielakkan, esa
kilawg, dua terbilang, aivak si Bujung kata ibu.
Itulah sebabnja maka tiap 2 orang jang akan pergi meraaitau itu
diperlengkapi lebih dahulu dengan ilmu silat barang kadarnja dan
diadjarkan pula beberapa mentcra ilmu batin untuk mendjaga diri.
Adapun merantau itu ada dua matjamnja :
Pertama merantau setjara darat, dan kedua merantau setjara laut.
Orang merantau darat perlu mentjari tepatan atau induk semang
ditempat jang baru itu, sebagai tempat berlindung. Biasanja jang
mendjadi tepatan itu ialali orang jang sepersukuan atau jang sene-
geri (atau berdekatan negeri), karena kalau dekat mentjari suku,
djauh mentjari hindu.
Orang merantau laut tiukuplah mentjari perlindungan pada
orang jang berkuasa dikuala seperti sjahbandar atau tua pasar.
Namanja menurut adat : Dagang darat bertepatan, dagang laut
beriambangan. Tambang artinja tali djadi jang dimaksud tali pen-
darat.
A dat andan persemandan diatur pula serapi-rapui]a, supaja
perbauran antara laki isteri dapat kekal dan tidak dapat diganggu.
A dat istiadat di Minangkabau mengatakan atau mengliendaki dalam
peraturannja seperti berikut : nikah dengan isteri, kawin dengan
'kaum keluarga, dan palccng semenda pada orang kampung.
Akan mentjapai tjita 2 adat itu, tentulah mesti dimiliki acblak
serta budi pekerti jang tinggi mutunja. Jang mendjadi rang se-
menda mesti menginsjafi kedudukannja sebagai orang sememda,
dan fam ili ja n g perempuan wad jib pula menginsjafi kedudukannja
sebagai tempat orang bersemenda. Maka dari itu disjaratkan pada
orang jang baru sadja kawin, sesudali helat kawiai jang sebenarnja
selesai akan pergi berdua mendjelang famiU jamg laki2 dan fam ili
jang perempuan untuk memperkenalkan dii'i supaja nak djelas
siapa menantu awak, kalau sekiranja nanti bertemu ditengali djalan
boleh sapa menjapa.
Mereka jamg mendjelang itu didjamu oleh orang jang didje-
lang .dengan sepertinja.
Telah sama diketaliui pula bahwa pengaruh mertua sangat be­
sar dalam soal kehidupn orang berlaki isteri, kadang 2 pengaruh
mertua itu dapat pula membawa pertjeraian antara dua laki isteri
dan telah banjak tjontoli jang dilihat, tetapi sebaliknja pengaruh
mertua itu pulalah jang atjap kali dapat mempererat silaturahim
antara stiami isteri. Menurut adat-istiadat itu hendaklah ipar besan
hormat menghormati, kalau mereka berdekatan tempat tinggal hen­
daklah djelang-mendjelang dan djika kebetulan berdjauhan tem­
pat tinggal hendaklah mereka tjinta-mentjinta.
Telah mendjadi adat kebiasaan pula di Minangkabau, djika
orang akan masuk puasa dibulan Ramadan, ia berlimau lebih da­
hulu, mungkin berlimau itu peninggalan dari agama tua jang
dianut sebelum Islam datang.
Maka mendjadi utang jang pentinglah bagi si menantu untuk
menghantarkan limau ketika itu kepada mertuanja dan ia pula mesti
menghantarkannja sendiri, atau kalau dia berhalangan dian-
tarkan oleh ibunja atau saudaranja. Mungkin mcngantar limau itu
mempunjai hikmah, hubaja 2 mertuanja itu akan melakukan puasa-
nja dengan sesempuma-sempurnanja, dan akan diterima oleh
Tuhan Rabbulalamin. Begitu pula selama puasa berlangsung seku-
iang-kuramgnja sekali, si menantu mengantar perbukaan jaitu
djuadah untuk mertua itu sebagai penghiburannja, jang selama
ini wad jib menahan nafsu makan, dan supaja si mertua merasa se-
nang berpuasa. Tidak dikerdjakannja oleh menantu hal jang dua
tersebut diatas ini diambil berat oleh sang mertua, dam mungkin
akan membawa akibat pertjeraian dua orang laki isteri.
Pendek kata menantu mesti pandai mengambil hati mertua,
dan lebih menghormatinja dari menghormati ibu sendiri, sebab
ibu kita bagaimana djuga keadaanmja ia akan tetap men­
djadi ibu kita djuga,
Djika sekiranja terdjadi kerdja ringan atau berat dirumah
sang meitua, maka semendan perlu diberi tahu, dan dia mesti da-
tang tidak sebagai tamu tapi sebagai penolong melaksanakan peker-
djaam itu. Maka tampaklah oleh orang banjak, bahwa antara mer­
tua dan monantu antara a'ndan dan persemandan terdapat saling
mengerti jang erat, dan mereka hidup dalam suasana idamai.
Dalam helat perkawinan semandau jang muda 2 disuruh dudnk
mendjadi teman anak tiara, dan semandan jang lain jang lebih tua
akan menerima tamu atau disuruh mengurus apa jang kurang su­
paja helat itu mendjadi berseri-seri.
Dalam pekerdjaan sab it hirik (memotong padi) "semandan
perlu pula dipanggil untuk mengurus makanan orang jang beker-
dja.
Untuk mendjaga hati masjarakat dalam soal mengambil nie-
nantu, maka diadakan pula batas2 jang tidak boleh dilanggar begi-
tu sadja oleh jang berkepentmgan, dan kalau dilanggami/i djuga,
maka sibersalah akan diutangkan menurut adat, ;atau akan disisih-
kan dengan lain perkataan, jang bersalah keluar dari hub.migan
masjarakat.
Perlu kita ketahui perbedaan antara dibmng sepandjang adat,
dengan disisih sepandjang adat. Jang dibuang sepandjang adat ialah
mereka jang telah diutangkan lebih dahulu karena membuat salali
satu kesalahan akan tetapi engkar .untuk membajar utang. Maka
dia tidak dibawa sehilir semudik, kebukit tidak sama mendaki, ,ke-
lurah tidak sama menurun, ditempatkan dilurah jang tidak berair
■dibukit jang tidak berangin, dipakukan diawang3.
Akan tetapi dalam pengertian disisih, ia tidak pemail dibuang
oleh masjarakat, melainkan masjarakat jang menghindarkan diri
dari padanja, oleh karena perangainja selalu menggandjil, tidak
disukai oleh orang banjak, dan tidak, pula mau menerima nasihat
dari orang tua2 bagaimana liendaknja mesti bertindak. Disisih
adalah lebih berat dari dibuang, karena kalau jang dibuang itu mau
membajar utangnja nan sepandjang adat, maka dengan sendirinja
ia masuk kembali kedalam masjarakat. Akan tetapi orang jang
disisih tidak dapat berbuat seperti itu, karena ia tidak pernah
diutangkan, djadi utang apa jang akan dibajarnja.
Jang tidak dibolehkan menurut sepandjang adat dalam soal
mengambil menantu adalah sebagai berikut. Larangan itu tidak ber-
dasar atas putusan sjarak jang menentukan halal atau ha-
ramnja nikah, tetapi berdasarkan semata-mata kepada perasaan
peri kemanusiaan 'dalam masjarakat.

1. Tidak boleh memulangi djanda dari salah seorang anggota


keluarga kita jang sesuku dengan kita, djika ia masih hidup.
Kalau djanda kita diperisteri- orang, mau tak mau peristiwa itu
membawakan hal jang’ tidak enak bagi kita, ini sudah lumrah.
Akan tetapi djika jang memperisterinja itu saudara kita pula
menurut adat, maka rasa tidak enak ini akan bertambah,
•seolah-olah tidak ada penghargaannja_ kepada kita. Perbuatan
jan g begini bisa membawa pentjeraian antara oiang jang
berkarib.
2. Pun dilarang pula seorang laki2 mengawini seorang perenipuan
jang berfamili 'dengan bekas isterinja, djika bekas isterinja
itu masih hidup. Lain halnja djika bekas isterinja itu telah me-
ninggal, sehingga dalam hal jang seperti itu diizinkan untuk
mengambil adik atau kakak kandung dari bekas isterinja itu, un­
tuk didjadikan isteri. Menggantikan tikar namanja.
3. Dilarang pula seseorang kawin dalam sukunja, karena orang jang
bersaniaan suku dianggap bersaudara. Kalau ada djuga terdja­
di sekali2 orang jang kawin sepesukuan ini, karena hati telah di-
palingkan setan, mata telah dipalingkan iblis, mestilah jang
bersalah itu membajar kesalahan meruntuh adat dengan. me-
motong seekor kerbau serta mendjamu negeri.
4. Tidak dibolehkan pula mengawini perempuan jang berdekatan
rumah dengan. isteri atau bekas isteri, kalau ia masih hidup,
begitu djuga jang setepian dengan 'dia, karena hal ini bisa
mendatangkan sengketa jang tidak mau putus 2nja, dan tidak
ada akan membawa keamanan.
5. Tidak pula dibolehkan mengawini bekas isteri sahabat kita, djika
’ sahabat itu masih hidup. Mesti dipikirkan pula rasa hati sahabat
itu.
6. Tidak boleh mengawini bekas isteri mamak atau bekas isteri
kemenakan.
7. Tidak boleh menelangkai dalam telangkai, artinja mengawini
seorang perempuan jang masih dalam pinangan orang lain.

Oleh sebab itu dalam setiap perkawinan jang akan dilangsungkan


perlu dihadirkan wali adatnja (penghulunja atau mamaknja) jang
akan memberi keterangan ada tidaknja halangan menurut adat, dan
wali sjarak jang akan menerangkan pula ada tidaknja halangan me-
nurut sjarak. W ali sjarak adalah bapa dari si perempuan. D jika
sekiranja tidak ada halangan menurut adat dan menurut sjarak,
maka perkawinan dilangsungkan oleh wali sjarak atau dia boleh ber-
wakil mengawinkan anaknja kepada tuan kadli.
Halangan menurut sjarak adalah sebagai berikut :
1. Mengawini perempuan jang masih berlaki, artinja tak mempu-
njai surat tjerainja jang sah, atau surat fasahnja, ataupun
masih dalam idah.
2. Meaigawini ibu sendiri.
3. Mengawini nenek sendiri, baik nenek dari sebelah ibu ataupun
nenek dari sebelah bapa.
4. Mengawini saudara bapa, baik kakaknja atau adiknja
5. Mengawini saudara ibu baik kakaknja atau adiknja. '
6. Mengawini anak sendiri.
7. Mengawini anak perempuan dari saudara laki2.
8 . Mengawini anak perempuan dari saudai’a perempuan
9,. Mengawini tju tju sendiri.
10. Mengawini ibu tempat kita menjusu (bukan ibu jang melahir-
kan).
11 . Mengawini mertua.
12. Mengawini anak tiri.
13. Mengawini isteri2 ajah.
14. Mengawini isteri anak kandung.
15. Mengawini saudara kandung.
16. Meng-awini saudara sepesusuan.
17. Mengawini anak dari saudara perempuan dari ibu?
Adat istiadat ini mengatur pula tata tcrtib dalam tiap 2 perhela­
tan jang mesti diperhatikan, baik oleh orang jang punja lielat,
ataupun oleh para djamu.
Oleli karena tiap djamu mesti dihormati, maka tjara memanggil-
nja untuk menghadiri perhelatan jang akan diadakan meSti menu-
n it adatnja pula. Orang jan g ditanam oleh si IPangkalan” untuk
memanggil, mesti membawa sirih ditjerana mendjelang rdmah
tjalon djamu itu. Seboleh-bolehnja ia mesti bertemu sendiri dengan
orang jang dipanggil, djendjangnja ditingkat, bendulnja ditempik.
Kal^u kebetulan jang dipanggil itu tidak berada dirumahnja ketika
sii)emanggil datang, maka ditinggalkan oleh jang memanggil itu
sirih sekapur atau rokok sebatang, dan dititipkan pada salah se­
orang dirumah itu, sebagai tanda panggilan telah disampaikan. Ada
kalanja orang jang dipanggil itu kebetulan bertemu ditengah dj.alan,
maka tidaklah boleh panggilan dilakukan ditempat itu, karena ia
ada berumah tangga. Akan tetapi adat ada memberi sedikit kelong­
garan tentang itu, asal jang dipanggil itu mengizinkan ia dipanggil
ditempat mana ia bersua. Menurut adat, habis adat dengan kere-
lahan habis karangan dengan buatan.
Sipangkalan menurut adat adalah silang nan berpangkal =
segala mamak) dengan kerdja nan berdjundjung = segala rang
semonda.
Tiap 2 perhelatan jang diadakan dikepalai dan diatur oleh seorang
djenang, ialah seorang jamg tjekatan, tjepat kaki ringan tangan,
bidjak berkata-kata, jang tahu diereng gendeng jang tahu didju-
djur pangkuh, dan mendudukkan para djamu dikedudukannja
masing2. Djam u 2 itu mesti tunduk pula kepada adat istiadat :
liela t seperintah si Pangkalan. Djamu belum boleh duduk sebelum
dibawa duduk dan belum boleh makan sebelum dipersilakan
makan.
Setelah djam u duduk beredar, maka djenang meminta sifat
kepada salah seoramg djamu jang hadir. Minta sifat artinja minta
izin berbitjara. Oleh djamu, kepada siapa diminta sifat tadi itu
dibawa pulalah permkitaan djenang itu kepada kerapatan jang ha­
dir, dan setelah dapat kata sepakat maka diberilah djenang izin-
untuk berbitjara.
Mula 2 djenang menjembah : Dengan tidak diato/p (disusun)
dibilang (dihitung) gelar, sembah dan simpuli mendjalani. Kalau
ada salah silit, djudjur pangkuh, kedudukan jang patut dipangked
dibawa keudjung dan sebaliknja, dan keduclukan ditepi terbaiva
ketengah dan sebaliknja, maka ampun dam maaf dimintakan
•banjak2.

m
Tentano' kedudukan ini amatlah penting terasa oleh para tamu.
Sebelah kepangkal adalah tempat penghulu 2 jang mendjadi si-
nanokalan, sebelah keudjung tempat penghulu 2 jang semata-mata
diundang sebagai djamu, sebelah ketepi tempat tjerdik pandai alim
ulama d a n ' orang jang tua umur, sebelah ketengah tempat orang
muda3. Dengan dimintakan maaf oleh djenang djika sekiranja ke­
dudukan itu dengan tidak disengadja telah bertukar-tukar, maka
hati para djamu telah merasa senang.
Sudah itu dipersilakan para djamu makan bersantap. Sete­
lah selesii makan, maka dibawalah oleh djenang dupa dengan
kemenjan dan diminta pula pada jang tahu untuk membatja doa.
Setelah selesai pula membatja doa, maka terbit pula dari salah
seoramg djamu atas nama kawan2n ja meminta pada sipangkalan
karena kalau makan telah bernama kenjang, kalau minum telah
bernama secljuk, jang diamal telah petjah, jang dimaksud sudah
sampai, karena hari telah berembang petang djuga, dan dirumah
masing~ dua tiga kerdja menanti, mereka minta bermohon pulamg
ketem p"t masing2, minty dilepas dengan hati jang sutji dan muka
janff amat djernih.
Si Pangkalan membawa permolionan orang itu kepada mufakat
sesamanja dan kalau mereka telah sepakat melepas, maka dikabul-
kanlah permintaan para djamu itu.
Dalam hal bersawah dan berladang, ada pula adat istiadatnja
Kesawah dan keladang adalah pekerdjaan jang amat berat,
karena itu diadaka'n adat tolong menolong. A'da adat tdlomg meno-
long jang mengharapkan balasaii kembali, dan iada pula jang hanja
nienoloaig melulu sadja. A da tolong menolong jang mengharapkan
balasan kembali dinamai berdjulo-djulo atau berlambai hari, atau
berdjemputan huri. Mereka membuat kongsi persatuan jang terdiri
dari beberapa anggota jang tidak boleh banjak djumlahnja. A n g-
gota kongsi ini berganti-ganti bersama-sama mcngerdjakan sawah
atau ladang anggotanja tanpa upah dan ta'npa mendapat apa2.
Makanan waktu bekerdja itu dibawa sendiri dari rumah masing2.
Minta tolong dengan llianja me'nolong sadja dinamakan
menjeraja. (Seraia dalam bahasa Minangkabau artinja suruh).
biasanja orang jang diseraja itu baaijalc sedikitnja ada mempunjai
tali kepamilian dengan jamg menjeraja. Upah tidak diberi, hanja
makanan orang jang bekerdja sadja ditjukupkan, dan ditenggang
pula supaja mereka djangan mengumpat. Kadaaig 2 m enjeraja itu
lebih besar ongkosnja dari pada mengupah, karena jang diseraja
itu bebas melakukan pekerdjaannja sekehendak hatinja.
Seoiang jang kaja dikampung tidak akan dihargai oleh orang
banjak kalau dia tidak menenggang si miskin. Orang Minangkabau
adalah satu-nja bangsa jang- sombong. Malu baginja untuk me-
imnta. Maka dan itu jang kaja harus merdesa (mempunjai perasaan
sosial) Ia harus memperseduakan sebahagian dari sawahnja kepada
si miskm, terlebih dalmlu pada kaum kerabatnja jang mempunjai
kesusahan lndup. Tjaranja memperseduakan sawah itu mempunjai
Ladang tebu di Lawang (M atur) foto : Kempcn

adat pula. Jang puinja sawah mesti menjediakan bcnih. Dan kalau
padi telah mulai masak, maka orang jang menjeduai, perlu menuai
pa'di jang baru masak itu sedikit dan membawanja pada jang punja
sawah, mengambil hulu tahun namanja. Imi mendjadi tanda balnva
sawali2 jang dikerdjakan oleh jang menjeduai masih tetap kepu-
njaaJi jang punja semula. Kalau padi telah selesai dituai, maka
dipang'gillah orang jaaig punja sawah ketempat sawah itu, dan
iaiah jang membagi hasil antara jang punja dengan jang menje­
duai. Biasanja dilebihkan sedikit untuk orang jang mengerdjakan.
Dinegeri-negeri jang sukar mengerdjakan sawah, atau letak sawah
itu djauh dari kampung, maka pembagian adalah sepertiga untuk
jan g punja dan dua pertiga untuk jang mengerdjakan, itupun me­
nurut pei'djandjian.
Akan tetapi djika sawah itu dimusim pendiaman (musim setelah
hasil padi telali pulang-) dipakai oleh orang jang menjeduainja
untuk bertamam palawidja, maka hasil tanaman muda ini bulat2
pulang kepada jan g menjelenggarakan. Jang pirnja sawah tidak
dapat apa2. -
Dalam soal peternakan dipakai djuga sistim sedua menjeduai.
Sistim ini dipakaikan untuk meaiolong si miskin. Kedua belah
piliak mendapat laba. Jang punja tidak usah memelihara ternaknja
dia akan mendapat hasil sebelah dari keturunan binataaignja itu.
Jang memelihara mendapat hasil sebelah pula ditambah lagi dia-
I/oleh memakan ternak itu untuk pengolah sawahnja tampa menjewa.
Ada 'dua matjam perseduaan jaitu :
1. Sedua itik namanja. Ternak jang 'diperscduakan itu, tidak di-
patut harganja waktu diperscduakan. H anja anaknja sadja
nanti akan dibagi dua.
2. Sedua sambutan namanja.' Ternak jang tliperseduakan itu patut
(ditentukan) harganja ketika memberikannja kepada orang
jang menjeduai.

Kalau, pada suatu ketika jang menjeduai itu tidak betah lagi
untuk memelihara> ternak itu lebili lama, maka ternak itu dikemba-
likannja kepada jang punja semula dan ketika itu dipatut pula,
berapa harganja ternak itu. Kelebihan liarga ketika itu 'dari harga
patutan semula itulah bemama keuntungan berdua, dan masing2-
n;ja mendapat separuhnja. A dat istiadat tentang sedua menjeduai
°ternak itu ada pula diadakan.
•Tang punja ternak tiap2 bulan maulud hendaklah datang melihat
kandapg kctempat kerbaunja diseduakan. Dia membawa nasi kunjit
serta alat2 jang lain untuk mendoa seorang malim — sedekah ketjil
meminta supaja ternaknja kembang biak.
Kalau kerbau sudah beranak maka datang pula jang menjeduai
kepada jang punja untuk memberi tahu 'dengan membawa dadih
barang setabung dua sebagai tanda.
Penghasilan 'dadih (susu kental) selandjutnja adalah keuntungan
bagi sipemelihara.
Djika kerbau itu binasa karena tidak kesalahan sipenjodua, sc-
perti dimakan harimau didalam kandang, atau Sakit, tidald ah
mendjadi utang baginja, tetapi kalau ternak itu binasa karena ke­
salahan atau kelalaiamija misaktja dilukai orang 'didalam kebun.
oiang lain, atau djatuh masuk djurang tandanja kurang pemeli-
haraan, atau dilukai orang didalam kandang tanda keiakuan si
pemelihara tidak senonoh, maka sipemelihara wadjib mengganti,
engan sjaiat jang punja akan m entjutjuri, artinja akan mcng-
° an 1 ( en8'an temak baru tanpa dipatut harganja lebih dahulu.

01,a‘|
1^ bo;sar ^ Minangkabau tidak akan 'dipermulia orang;
f \ a meinPcrmulia panggilan orang untuk mengun-
menundiukk^n’t tidak sulia mendjenguk orang kematian
menundjukkan tanda berduka tjita.
M * « » * f c W F oleh
, jang ti'Jak suka bergaul. Biasanja menurut adat
istiadat (teruntuk
perempuan 2 sadja) tiap 2 ia pergi menda-
orang mati
lnr"no' l o i t e r ' T a i u b i 1!lclK^ienSuk umug mcmbaAva boras
man mcmijaAva ocras
Allah n>lertai Suka dan duka sesaina nmchluk
Telah baujak kedjadiam bahwa orang 2 jang tidak suka mendie-
d S 1 r°l 1' r BV natlr {anot mentd^pat raaksibah kematian pula, maka
dia tidak akan mendapat pci-tolongan sewadjarnja untuk penjela-
matkan si mati. ,
Perkawinan setjara adat di Bukit Tinggi. foto : Kempen

V I.

TJUPAK NAN DUA

Tiap 2 negeri jang mempunjai pemerintahan jang tersusun, ada


mempunjai ukuran asli dalam negeri itu, begitu djuga di Minang­
kabau.
Ukuran asli di Minangkabau jang dipergunakan untuk pengukur,
pamdjang, lebar dan dalam adalali depa, hasta, tempap dan djari.
Untuk pengukur luas dipakai budjur sangkar, rnituk pengukur
benat dipakai : beras,' kundi, buntjis, emas, tahil dan bungkal, se­
dang untuk pengukur isi dipakai tjupah dan sukat (gantamg).
1 sukat = 4 tjupak. ■
Tjupak adalali ukuran isi jang terbuat dari pada bambu, antara
dua ruas, jang sebelah ditutup oleh buku bambu dan jang sebelah
lagi terbuka. Karena ruas betung itu tidak sama, maka perlulah di-
adakan tjupak jan g betul, jang akan dipakai agar orang dalam
perdjual-beliajn djangan kena mengena. Maka diperbuatlah dimasa
aahulunja oleh orang tjerdik pandai, atas kata mufakat sebuah
tjupak jang betul, ja n g akan mendjadi tjupak teladan. Tjupak ini
namanja dalam arti kata jan g sebenarnja, tjupak usali, dan isinja
adalah seberat 12 tahil. (1 tahil beratnja 16 emas. 1 emas beratnja
21/2 gram. D jadi berat jang 12 tahil itu adalah 480 gram = lura-
1 pond .ul jiran tjara Barat). Nama tjupak usali ini dipakai djuga
dalam arti kata kiasan jang bei-arti peraturan 2 jang tak dapat di-
obah-obah. . .
Karena dalam arti kata sebenarnja tjupak itu adalah ukuran isi,
maka dalam kata kiasan ini ia menundjukkan sebagai tanda bahasa
adat itu ada pula isinja, dan isinja pulalah jang amat penting untuk
aiperhatikan, sampai telali djadi pepatah : Kubak kulit, tarik isi.
A t jap kali perkataan tjupak kita temui dalam pepatah ada!,
misalnja : Tjupak diisi, lembaga dituang. Lembaga artinja atjuan.
D jadi ibarat kita membuat kue, maka bakal kue itu kita masukkan
kedalam atjuannja, dan kue jang telah masak, berbentuklali seperti
Jicntuk atjuannja. Dalam ilmu hukum setjara sekarang lembaga
itu bernama kaidah (Norm ). Tjupak dililis (dikcrat) orang meng-
galas (saudagar), djalan dialih orang keladancj, A rtin ja peraturan 2
jang M ali ada diobah sekehendak hati oleh orang jang tidak berhak
mengobahnja untuk kepentingannja sendiri. «
Tjupak dalam arti jang dipergunakan dalam adat, adalah terbagi
dua pula, jaitu tjupak usali dan tjupak buatan. Inilah jang dina­
makan tjupak man dua seperti kepala karangan ini.
Tjupak usali dalam arti kata jang sebenarnja adalah tjupak jang
12 tahil seperti diterangkan diatas tadi, jaitu jang sudah diakui
kebenarannja, sudah ditera. Sedang tjupak buatan dalam arti kata
jang sebenarnja adalah tjupak jang dibuat-buat.
Dalam arti kata kiasan, tjupak usali itu adalah peraturan 2 jang
tertentu dan sedjak dahulu telah diakui kebenarannja, sedang
tjupak buatan, jaitu peraturan 2 jang clibuat kini, djika karena
perkembangan seperti sekarang amat sukar akan melakukan tjupak
usali, atau perkembangan itu sama sekali tidak tersua dalam per-
aturan lama. Maka untuk pelaksanaannja atas kata mufakat,
diperbuatlah peraturan- jang berdasarkan halur darn patut, untuk
memenuhi kehendak perkembangan itu dengan sjarat peraturan
jang dibuat baru itu dalam perinsipnja tidak boleh menjalahi \vu-
djud tjupak usali.
Pum ada djuga perkataan tjupak! itu diartikan dengan tugas
seperti jang kita ketemukan dalam hadis m elaju :
Mentjampak 2 ke hulu — mendjala
Dapatlah anak bedar belang.
Apakah tjupak dek Panghulu ?
Ialah, mempermain undang.

Dalam tjupak usali itu banjak terkandung peraturan 2 kehidupan


sehari-hari, seperti peraturan kemasjarakata'n, dan peraturan 2
upatjara dalam daerah2, supaja bisa terdapat kesenangan laliir dan
batin.
A pa rupanja adat- jang termasuk tjupak usali dan apa jang 1
termasuk tjupak buatan dalam tiap 2 negeri, tidak dapat diterangkan
disini satu persatu, karena teiialu banjak ragamnja, hanja terserah
pada negeri itu masing 2 menurut adat : Bersiang diiatas tumbuh,
bemilai cliatas rupa. „C odificatfenja” belum ada dan tidak pernah
dibuat.
Karena zaman beredar, musim beralih, maka sekarang telah terbit
pula aliran baru, jang berkehendak dengan berangsur-angsur (ada
djuga setengahnja dengan radikal) mengohah beberapa tjupak
usali ini baik dalam peraturan, maupun dalam upatjara, seperti
pengakuan : Tidak nan tua dari pada kakak, tidak nan tjerdik dari
pada mamak. Dalam adat arti kata mamak itu ialah pemimpin.
Dari orang 2 jang berhaluan kuno, mereka dapat tantangan, biar
setjara giat, biar setjara pasip, akan tetapi sebaliknja, dimana kaum
adat masih kuat, tantangan adat itu adalah giat. Lebih 2 dizaman
pendjadjahan Belanda, jang ketika itu menjukai adat kuno itu
untuk kepentingannja sendiri, djadi belum tentu oleh karena keja-
kinannja, maka banjaklah gerakan pemuda 2 itu jang terbentur dan
mendatangkan dendam kesumat antara mamak 'dengan kemenakan.
Maka sekarang terbitlah pertanjaan dalam hati kita : Manakah
jan g betul antara kedua faham ini, diobahkah atau diteruskankah
peraturan 2 adat ini ? A tau ada baiknjalah .kalau kita pertahankan 1
Untuk mempertahankan sesuatu hendaklah kita kadji lebih dahulu
buruk dan baik laba dan rugi, peraturan lama kalau ia akan 'dipakai
djuga dalam waktu seperti sekarang ini. Laba dan rugi itu d ja -
nganlah kita dasarkan semata-mata kepada kebemdaan. Seperti kita
ketahui orang Minangkabau lebih mengutamakan keutamaan budi
dari keutamaan benda, karena masjarakatnja adalah berdasarkan
„colektiviteit” (hidup bersama) hati gadjah sama dilapah, hati
iungau sama ditjatjah.
Pun 'dari pihak jang mau mengubah adat, hendaklah dikadji pula
untung dan rugi, buruk dan baik jang bisa diakibatkan oleh peru-
bahan itu. Satu m?3 al :
Dslam salah satu negeri di Minangkabau ladat perkawinan
menurut tjupak usali adalah memakai adat bernasi gedang namanja.
Nasi gedang ialah nasi kunjit seperti nasi mulia djuga jang biasa
dipakai orang dalam upatjara dinegeri-negeri seantero nusantara.
Nasi gedang itu diarak dengan beberapa peraturan jang tertentu.
Sekedar mengarak nasi gedang sadja adalah hanja soal gampang.
Tapi apakah hikmat jang terletak dibalik itu ?
.Jaitu menghormati tidak sadja bakal menantu, pun djuga kaum
kerabatnja.
Upatjara bernasi gedang itu diiringi pula dengan memotong
seekor djawi. Memotong djawi untuk perhelatan kawin bernasi
gedang itu adalah lain halnja dengan membeli daging dipasar se-
banjak daging seekor djawi, karena adat memotong djawi setjara
adat adalah dengan permisi penghulu. A pa pula hilcmatnja ini?
Inilah sindiran halus pada bakal menantu, supaja ia insjafi kesu-
sahan pihak anak dara jang berugi-rugi dan berpajah-pajah untuk
menghormati dia, dan oleh karena itu, setelah dia kawin djamgan-
lah terguris sedikit djuga 'dihatinja .untuk mentjeraikan isterinja
dengan tidak semena-mena. Pun mendjadi satu kiasan halus pula
bagi anak dara, jakni bagaimanapun djuga beratnja penderitaan
jang akan bertemu dalam pergaulan hidup setjara bersuami isteri,
kalau sumbing belum akan meluaki (luak = kurang) retak belum
akan menempuh tara (petjah), djanganlah dia lekas2 minta bertjerai.
Djerih pajah orang jang menjelenggarakan perhelatan itu, seperti
mengeping kaju, mendjemput air dan sebagainja tidaklah ada jang
memakan upah; hanjalah tolong bertolong semata-mata berdasarkan
pada „collectiviteit” tadi : Sajang nan berambilan, Icasih nan
berfaedah.
Pun pidato 2 adat diutjapkan sebagai kulijah bagaimana tjaranja
hiaup damai antara suami isteri untuk mentjapai kebahagiaan ru-
man tangga. Sesudah perkawinan selesai, maka dilaksanakan pula
upatjara mendjolting kandang, jaitu famili jang laki 2 pergi men-
djenguk tempat anaknja jang baru kawin dengan membawa buah
tangan sekedarnja. Disana berkatalah famili pihak jang perempuan :
Inilah kandang anak kakak rumah, nan tiris sudah kam i sisip,
nan umpang telah kami tutup, lihatlah supaja senang dalam hati.
Mendjawab pula fam ili pihak jang laki2: Kandang telah kami lihat,'
lah senang rasa perhatian, hanja ketahuilah anak kami tidak p e­
rangg-ut tali, (nakal). — Kuda jang peranggut (penarik) tali
berarti mata kerandjang.
Berilah dia rumput jang muda~. Artinja : Hormati^ah dia dan
hargailah dia. Betul peralatan bernasi gedang membawa ongkos
jang besar, dan pekerdjaan jang berat, tetapi hikmatnja besar
pnla.
Tjara modereai ldni orang berhelat perkawinan adalah tjara
mendjamu semata-mata dan orang jang mcnolong kebanjakan diberi
upah. Betul pekerdjaan serba ringkas, tetapi pertalian budi antara
orang jang berugi dengan 'orang jang berdjewh adalah amat ku­
rang, serta hikmat perkawinan tidak masuk perhatian amat. ,
Fekeidjaau bernasi gedang ini adalah tjupak usali. Tetapi pe­
kerdjaan jang seberat itu dapat pula diperingan dengan kata
mufakat, mendjadilah dia tjupak buatan. Sebab di Minangkabau,
bcrtjupak tidak selamanja penuh keatas, tapi boleh djuga penuh
kebawah, artinja mengisi penuh 2 meminta kurang2. Segala upatjara
jang memberati dihapuskan, hanja tinggal jang perlu sadja, jaitu
berarak kenunah anak dara dan sudah itu mendjelang kandang.
Tetapi mereka jang hendak mengubali adat itu dengan setjara
radikal, hanja mementingkan nikah sadja untuk menuntut sail
pertjampuran suami isteri menurut agama dan sesudah itu pergi
berbulan madu. Perbuatan radikal ini hanja membawa petjah belah
dalam kaum. Oleh sebab itu, pada pihak jang hendak mengobali
adat diandjurkan, djanganlah berti'ndak setjara radikal, tetapi se-
diakanlah pengganti adat lama itu dengan gantinja jang lebih baik
menurut kehendak zaman, karena adat itu adalah lapang : Elok
dipakai, buruk dibuang.
Ralat

Ilalaman 34 : Dari baris 8 dari atas sampai baris 13 dari atas :


Peristiwa kedatangan radja tadi ............... dst.
harus dibatja : Pcristiwa kedatangan radja tadi
serta selisih faham antara kedua pemimpin tadi
dikiaskan didalam tambo : Enggang datang dari
laut, ditembak Datuk nan berdua, bedil selaras
dua dentamnja. Putusan penghulu boleh diba­
wa serantau hilir dan serantau mudik. Orang
kota Piliang menganut adat, berdjendjang naik
bertangga turun. Putusan hukum boleh diban-
ding, tiap benar boleh diselusuh.

Ilalaman 3 8 : Baris 22 dari atas :


Perkataan berperintahan harus dibatja berpe-
mei’intahan.

Ilalaman 46 : Baris 19 dari atas :

Perkataan pengharap.an hendaknja dibatja


penghargaan.

Halaman 62 : Nama gambar :

Bukan tari piring Minangkabau, melainkan


pentjak Minangkabau.

Anda mungkin juga menyukai