A f D A N A D A T
P‘dU * BaKD^ cs A A S E L I:
MINANGKABAU
LUHAK NAN TIGA
LARAS NAN DUA
PENERB1T :
N. V. POESAKA ASELI
’ Dj Biduri 5 . BANDUNG • SURABAJA • AMSTERDAM
I SI B U K U
Halaman
Mukaddimah. ........................................................................... 7
I I I . Ra-ntau ..........................................................................................' 37
0 V. - 'L -V O tM
lo -y u roi
Iw^UO1*
TJsang-usang diperbaru
Lapuk-lapuk dikadjangi
K ATA SAMBUTAN
D jibril jaitu suatu maeliluk Allah jan g sutji dalam arti sebenar-
n ja dan nabi ialah manusia biasa jang maksum, artinja terpeliliara
dari i^ekerdjajm jan g tidak diingini T.ulian. Dengan pengertian
maksuni ini, terhindarlah ia dari pada dusta, dan segala kata-aja
ada la h perkataan Tuhan, tjuma nabi itu hanja saluran sadja.
Kirimun ehabar itu wahj-u namanja.
Maka sekarang kita analisir pula perkataan adat, maka kita akan
da pat pula pengertian kira 2 begini.
A dat adalah suatu perat.uran pula jang datang dari Tuliau pada
manusia dengan perantaraan orang 2 jang tidak ditanggung mak
sum, dan tidak dengan perantaraan wahju, melainkan ilham,
pikiran sehat, supaja dipikirkan bagaimana tjara2nja jang baik agar
anggota masjarakat ramai berbuat baik sesama manusia atau
machluk lain (keadilan sosial), dan bagaimana mendjaulii perbuatan
jang k cdji2, supaja clamai dekat, tjabuh djauh.
Didalam adat ini tidak terdapat pahala dan dosa diacliirat,
hanja amar m a-ruf daii nahi miuigkarnja se-mata- untuk hidup
didunia sadja.
Karena ilham ini datangnja dari Tuhan, maka dalam dasamja
tentu ser.upa sadja apa jang dinamakan baik dan apa jang dinama-
kan buruk dalam sjarak dan adat, dengan perbedaan begini, namun
sjarak tidak berobah-obah peraturannja, karena koran dan hadis
selamanja betul, seclang adat ini boleh dimisalkan dengan idjmak
dan kias.
Tadi dikatakan, bahasa Minangkabau istimewa 'dalam se-gala2nja
ter-lebih 2 dalam perga ulan. Orang Minangkabau mempunjai sifat
pandai sunggu’h membawakan diri.
Zaman beredar musim beralih, dari merdeka dizaman nenek 1110-
jaaig, oleli karena kekuatan sendjata musuh, meringkuk dalam
pendjadjahan. Pengaruh luar datang, baik setjara ekonomi, moril,
pembagian rezeki,v sosial, dll, namun daerali Minangkabau berkat
peraturan adatnja jang kokoh jang telali mendjadi darah daging
'bagi penduduknja memelihara kita dari kerusakan2 jang didatang-
kan itu. Tidak itu sadja, pendjadjah 2 itu memudji pula 'dan
mengakui kebaikan adat Minangkabau, tetapi dalam memudji itu
ditjarinja djalan 'hiiigga adat itu diperalatnja.
Satu misal politik petjah belah Belaada jang litjin :
Sewaktu Belanda datang ke Minangkabau, maka ditjarinjalah
kaki-tangannja untuk melakukan kehendakuja dalam rupa tuanku
Uras. Sungguhp.un ia tahu, bahasa Minangkabau ini diperintalii se
tjara adat, kemenakan bevadja kemamak, mamak beradja kepeng-
Jiulu, pemghulu beradja kemvfalcat, mufakat beradja kepada ben(ii
dan benar ini bersendi kepada patut dan mungkin. A da jang patut
tetapi tidak mungkin dan ada pula jang mungkin tetapi tidak patut.
Tuanku laras dipilih oleh rakjat dengan suara jang terbanjak.
Sungguhpun dalam teorinja baik, tetapi dalam prakteknja jang ter-
pilili ialah siapa jan g kuat membajar uang suap, baik pada pemilih,
baik pada pembesar ja n g ditugasi mengawasi pemililian itu.
A d a kalanja terdjadi, tukang kuda Residen terpilih mendjadi
tuanku laras. Tentu orang ja n g tidak patut diangkat m endjadi ke-
pala, diangkat m endjadi kepala, membawa kegelisahan dalain hati
rakjat. P etjah belah pertama sudah berlaku. Pet.ua Bunda kandung :
Kalau si Budah mendjadi radja, terdjual adat dengan pusaka.
Tuanku Laras jan g telali menghamburkan uangnja beratus-ratus
rupia'h tentulah hendakkan uangnja kembali, maka terdjadilah
penghisapan pada ,}'akjat jang dilindungi oleh orang atasannja.
Malahan tuanku laras ingin pula berkuasa dalain adat merebut
gelar pusaka orang lain jan g sesuku dengan dia. Akan tetapi berkat
susunan adat jang kuat, tuanku laras tadi dihapuskan dan diganti
dengan pegawai2 pangrehpradja jang tidak dibolehkan mempenga-
ruhi adat.
Dalam zaman pendjadjahan Belanda jang berlaku lebih dari tiga
setengah abad, Minangkabau djuga jan g boleli dikatakan sedilcit
menanggung kesengsaraan pendjadjahan, misalnja :
a. H utan tanahnja tidak dikuasai oleh liak verponding.
b. Landrente tidak berlaku.
e. Rimba2n ja tidak diexploiteer, sehingga pangairan terdjamin.
d. Tindakan pemerintah selalu dianibil dengan kata mufakat.
e. Guru ordonansi tidak berlaku d.s.b.nja, sedang dalam masa
pendjadjahan Djepang, dimana kemiskinan meradjalela dan
memuntjak sehingga : bangkai memakan bangkai, Minangkabau
In sja A llah terlepas dari baliaja romusja.
Apakah sebabnja itu ? Sebabnja ialah kemampuaai unluk inem-
persesuaikan diri am at tinggi.
Lembaga anak Minangkabau ialah merantau, dan peraturan
adatnja menjerukan : Tjupak sepandjang betung, adat sepandjang
djalan.
Tjupak, ialah takaran, betung ialah bambu. Pangkal betung ada-
lah besar, ia diambil akan djadi sukatan, dan udjung betung adalah
ketjij, diambil pula akan takaran lada katik (m eritja). Tjupak se
pandjang betung artinja tiap 2 pekerdjaan hendaklah menurut
takaran. Pepatah ini disambung dengan adat sepandjang djalan.
A rtin ja : kemana dju ga kita pergi, sopan santun tegur sapa djangan
diabaikan, supaja orang menaruh kasili sajang kepada kita. Masih
terpakai seltarang dengan tidak disadari, djika kita bertemu dengan
orang didjalan, maka ia disapa : hendalc kem ana? Dan djika ber
temu dengan orang ja n g tidak berdjalan : M engapa itu ? Tetapi amat
disajangkan, putra 2 Minangkabau lebih 2 kaum intelek, baik intelek
Barat ataupun intelek Timur, tidak suka meluangkan sedikit wakW
untuk mendalami adatnja. Malahaai tidak mengatjuhkan, dan ada
pula setengali mengatakan, adat ini reaksioner menghambat kema-
djuan, kano d.s.b.nja.
Benarlah kata seorang pudjangga : Orang Belanda inemBaratkaji
kita, orang Mesir mengArabkan kita, diinaiia kita ?
H anja sedikit intelek ilu lupa memcriksa, peraturan adatkali jang
salah atau orang jang memakainjakah jang tak tahu dongan adat
dimana ia berada.
Dengan sengadja kami karangkan naskah ketjil ini akan nien-
djelaskan sepandjang pengetahuan kami jang hanja sangat terfc-a-
tas pula, apakali itu adat, dan bagaimana sepak terdjangnja.
Karangan ini adalah pandangan objektif, tidak bertjampur dongeng
dan telah pula disesuaikau dengan keadaan sekprang.
Mudah2an dapat kita mengambil manfaat dari padanja. Dari pen
tjinta atau pembentji adat akan kami terima ketjaman 2 dengan
tangan terbuka, untuk mcmperbaiki keterangan2 raana jang salah
unt.uk dipakai dimasa jang akan datang.
Kepada J.M. Bapak Menteri Dalam Negeri, Prof. Mr. Dr. Haza-.
irin jan g mengandjurkan kepada kami supaja menerbitkan buku ini
setjepat-tjepatnja, kami utjapkan banjak 2 terima kasih, karena
andjuran bcliau itu, apalagi djandji beliau akan memberikan sepa-
tah kata sambutan, bagi kami adalah mendjadi satu tundjangan
moril dan dorongan untuk melaksanakan terdjadinja buku ini
selekas-lekasnja.
Ilonnat peiujarang,
A.M . D A T U K M A R U H U N B A TU AH
D.H. BAG1NDO T A N A M E H
I. M INANGKABAU DENGAN PEMERINTAIINJA
A. Alam Minangkabau
Berpadi- setumpung benih,
makanun orang tiga luhuk.
1. Gedang menjimpang.
Penghulu tambahan itu hendaklah terdjadi dari tali darah peng
hulu asal. Kalau gelar penghulu asal Datuk Sinaro, maka
penghulu gedang menjimpang bergelar Datuk Sinaro Pandjang.
2 . M enggunting sibar badju.
Sibar badj.u artinja tcpi. D jadi untuk pakaiannja diainbil dari
badju asal. Penghulu tambahan ini diambil dari tali budi peng
hulu asal. Kalau penghulu as'al bergelar Datuk Sinaro, maka
penghulu tambahan bergelar Datuk Sinaro nan Pandjang.
3. B adju sehelm clibagi dua.
Djika berebut akan djadi penghulu dan perdamaian antara jang
berebut tidak didapat, terpaksa keduanja didjadikan penghulu.
Keduanja memakai gelar asal jan g sama. Misalnja kalau gelar
penghulu asal Datuk Sinaro, maka kedua penghulu jang baru
diangkat itu masing2 bergelar Datuk Sinaro djuga.
4. Membuat penghulu baru.
Kalau kemenakan dibawah lutut telah kembang biak pula pei’lu
ditambah penghulu untuk dia jang sederadjat, maka dipilih sa-
la'h seorang dari mereka jang tjerdas dan diberi gelar dengan
gelar jang enak didengar ditelinga misalnja Datuk M endjindjing
Alam.
Bertegak penghulu :
Jang dinamakan dengan bertegak penghulu, ialah mengganti
penghulu jang lama dengan penghulu baru dengan menurut adat :
■waris didjawai, pusaka ditolong. Didjawat artinja menerima barang
dai’i atas kebawali, djadi dari mamak kekemeaiakan. Ditolono- artinia
ditolong supaja berdiri tegap. °
a. hidup berkerelahan.
b. Maii bertongkat budi.
Kedua ini telah diterangkan lebih dahulu.
c. M embanykit batang terendam.
Batang = k?,ju. Terendam = ada didalam air. Djikalau sese-
orang hendak membuat rumah, maka disediakan pekajuan.
Sedia pekajuan sadja belum tjukup. A tap mesti dibeli, paku
mesti diadakan, upah mesti disediakan. Maka djika belum ada
wang pembeli atap dan paku, dan Belum ada wang untuk upah,
maka supaja pekajuan djangan lapuk sadja dimakan hari, maka
poitajuan itu dircndamkan kedalam air sementara mentjari waiig
untuk penegakkan rumah. Setelah wang tjukup maka mulailaL
menegakkannja. Begitu djuga menegakkan penghulu menurut is-
tilah membangkit batang tex'endam, kax'ena menurut kata
pepatah : tjukup pada jang ada, sukar pada jang tidal;, tex'paksa
menegakkan gedang itu diundurkan sampai bertahun-tahun.
Sementara itu ia melekap pada penghulu jang setungku.
•I. Melekatkan badju berlipat.
B adju adalah pakaian. Ia dilipat kareaia tak ada jang akan me-
makai. D jadi dalam hal ini, bukan alat2 jang'kurang, melainkan
jan g akan memakai tak ada. Misalnja jang akan diangkat men
djadi penghulu ketika itu masih ketjil, belum balig bei’akal. Maka
pusakanja (badjunja) terpaksa dilipat menanti dapat dipakai-
-1ja. Sementara itu bermamak pada penghulu setungkunja. Kalau
lelah tiba masanja, maka baru badjurija itu dipakainja.
C. Pembantu penghulu
Tjondong bertopang,
Rebah bcrdcuh*).
Untuk kesempurnaaji mendjalankan pemerintahan dalam negeri
maka penghulu itu ditemani oleh beberapa orang :
1. Penongkat.
Karena untuk mentjari nafkah hidup masing-, kadang 2 peng-
lmlu 2 itu banjak merantau, meninggalkan kampung. Maka
ditinggalkannjala'h wakilnja, atau penongkatnja. Penongkat itu
ialah wakil mutlaknja dalam tiap 2 kerapatan jang memperbin-
tjangkan pemerintahan, tetapi lido/r dengan jang bersangkutan
dengan adat: Jang bersangkutan dengan adat ia diwakili oleh
!) diasak = dialih.
2) sipangkalan = jang mengadakan perhelatan.
3) dihereng-gendeng, didjudjuh pangkuh = peraturan.
4) berdauh = ditegakkan (cembali.
penghulu jan g sctungku. Penongkat diangkat bersama-saina
dengan angkatan penghulu dengan tjara membcritahu sadja. Ti
dak perlu ia mengadakan helat jang tertentu, karena adat
mcnjatakan : tcgak penghulu serta tongkat.
Biasanja penongkat. ini diambil dari anggota dari legaran jang
berikut, dengan tidak ada kepastian, bahwa djika penghulunja
diganti, ia sendiri akan djadi penggantinja. Pangkat penongkat
tidak turun temurun. Makanja diambil dari legaran jang berikut,
untuk menandakan, bahasa legarannja pula jang mestj meng-
gantikan penghulu sekarang. «
. 21alim. o
Dalam setengah negeri namanja imam. Ia berkewadjiban meme
riksa adat jang bersangkutan dengan agama, misalnja zakat
fitrah, nikali, kawin, talak, rudjuk. Dalam perselisihan anlara^
suami dengan isteri, perkara ada tidaknja pemberian nai'kah dari
suami, atau ada tidaknja taat ilari fihak isteri pada suaminja,
malimlah jang memeriksa lebih dahulu. Dalam soal perf.jisraian
ialah jang akan memeriksa apa sebab'-nja dan kalau mungkin
memj>erdamaikan.
Apabila ada harta guntung, jaitu peninggalan dari seseorang
ja n g telah putus warisnja dan datang beberapa orang jang me-
ngatakan, bahwa merekalah war is teivlekat jang masih tinggal
pada simati, maka ia pula jang akan memeriksa siapa diantara
mereka itu jang terdekat untuk mewarisi harta guntung itu. D ji
ka keterangan sama- kuat, dan kedua belah pihak tidak m'au
berdamai dengan djalan dibagi dua dan tiap 2 pihak mengatakan,
bahwa dia jang berhak mendjadi siwaris, jang lain tidak, maka
liukum terpaksa didjalankan dengan bersumpah, dengan menje-
but nama Allah, jaitu „Demi A llah ” . Inilah namanja gaib, ber-
kalam Allah. Kata malim bernama kata hakekat, jaitu kata jang
hak| tidak mempunjai helah.
Bersumpah ada 2 matjamnja :
a. sumpah biasa, jaitu bersumpah diantara 2 orang berperkara
dengan perantaraan surat Ivuran. Sumpah dilakukan oleh
malim. Lazimnja dinamakan sumpah sematjam itu sumpah
kantor. Sumpah ini tidak ditakuti orang betul, karena kutuk-
nja tertimpa hanja pada 2 orang jang bersumpah sadja.
b. sumpah sativ, nama lainnja, berlingkung putjuk.
Kedua belah pihak jang bersumpah, memeluk anak kemena-
kannja, dilingkungi dengan putjuk enau, mereka bersumpah
atas kebenaran pendapat masing 2 dengan utjapan :
Akan dimakan bisa kaivi, keatas tidak bcnirat, ditengah-te-
ngak dilarik (digerek dengan bentuk tak menentu) kumbang.
Kutuk sumpah jang seperti itu menghabiskan anak kemena
kan habis sekampung ; oleh sebab itu, atas kata sepakat
sekarang sumpah berlingkung putjuk itu dilarang oleh kera-
patan penghulu'2.
5. Manti.
Dalam setengah negeri nam anja chatib, artm ja djurutulis, 11 £
selcretaris. T ugasnja iala'h m enjam paikan segala perintah *ccj
wah dan m enjam paikan perasaan anak buali keatas. P a <u
sidang rapat memeriksa perkara, ia ditugaskan menerima daMva^
dan m enjam paikan putusan hakim. K atanja bernama kata <)ei
' hubung.
4 . Hulubalang = perwira.
H u lu artinja kepala. B a la (n g ) artinja tentera. H ulubalang i111"
?.ah ja n g akan menguatkan kata keputusan penghulu. Ia jang
akan menakik man a jang Iceras, m enjudu mana jang lunak-
K adang 2 ia bersifat polisi, ia mesti m endjaga keamanan c^an
berusalia supaja larangan dan pantangan adat djangan dilang-
gar orang. Ia m csti tahu dimana randjau jang telah lapuk patut
diganti, parit nan telah terham par patut dinaikkan. Ia m e le b ih -
l:aci djaga dari tidur, siang berselimut awan, malum b e r s e l i m u t
embun. Dimana randa dapat malu, dimana penghulu dapat basa
(penghinaan) ia lekas berada ditempat itu untuk memberi gaii-
djaran pada ja n g bersalah. Dahulu hulubalang ini m e m a k a i
b ad ju merah, berambut pan djan g sedang dipunggungnja tersisip
keris pandjang. K atan ja kata menderas.
5. Pegawai.
Pegawai, jaitu orang suruli2an jang tjepat kaki ringan tangan,
jan g tak tahu ditulang litak. Pegawai ini jan g disuruh m endjem -
pu t dan mengantar orang dan mengumpulkan orang u n tu k
pekerdjaan umum, seperti bergotong-rojong.
K adang 2 ia mesti berdusta m endjalankan tugasnja. Seumpama.
djika orang mesti berapat pukul 9, ia katakan pukul 7.
K alau perlu orang 15 orang, dikatakannja 30 sehingga pada
w aktunja dan tempatnja, segala perintah tertjapai. M engang-
kat pegawai ini boleli begitu sadja serta pangkataija tidak turun
temurun. K ata pegawai ini namanja kata berlipat.
Dalam pembantu penghulu jan g lima m atjam ini, maka malim,
manti, hulubalang, diangkat dalam adat dengan hale turun temuruai
seperti mengangkat penghulu djuga, hanja tidak seberat adat me-
ngangkat penghulu, sedang gelarnja tidak selamanja datuk. Mereka
masuk orang berdjenis. Orang 4 djenis, jaitu penglm lu, malim, man
ti dan hulubalang.
R u m ah a d a t d i B u k it T in g g i fo to . ICC’’
jan g mesti dilalui, hierarchie kata orang kini. Peraturan
m i tentu ada pula baiknja, jaifu tiap 2 orang mesti liormat, tidak
boleh melompat menghambur sadja sekehendak hati. Tata tertib mesti
dihormati. Begitulah tiap 2 masaalah jang akan disiasat, atau satu
perkara jan g akan diperiksa, dimulai dahulu dari bawa'h. Mula 2 di-
perilisa oleh iunganai rumah (mamak jang tertua) dan kalau tidak
terselesaikan olehnja, maka naik pada penghulu, dan kalau tidak
djuga beroleh kepuasan; kerapatan negeri pula jang akan dibawa
serta. D jika keputusan kerapatan negeri belum djuga memhawa ke-
puasan, maka banding boleh pula dimasukkan.p&da federasi negeri
^ ja n g bertali adat. Federasi adat inilah instansi jang paling $ing-
Bandingan mesti dilakukan menurut sjarat2nja jang tertentu
*•' ' jaitu keluar berpvmghalau, masuk berpenguntji, dalam tempo 2 kali
y 7 hari. Benar diselusuh, artinja bertanja kepada hakim setelah pu-
tusan djatuh, apakah jang mendjadi alasan bagi hakim untuk
/
^rembuat putusan setjara itu.
DinemeiJ^neoeri dalam kelarasan budi tjaniago, lain pula lialnja.
Disini tidak teivlapat adat berdjendjang naik bertangga turun, me
lainkan tiap 2 masaalah dibawa sekali pada kerapatan negeri. Tidak
diberi kesempatan membanding, karena kerapatan inilah malikamah
jan g terendah dan jang tertinggi. Disini berlaku pepatah : Rumah
sudali tukang dibunuh, tidak boleh dituras lagi. (ditiru bangunnja).
Karena itu hendaklah hakim 2 itu pintar santing, karena pemerik-
saan hukum tidak diadakan. Sedang banding gunanja akan '
inemperbaiki liukuman hakim jang tidak tepat.
Sungguhpun laras koto piliang dan laras budi tjaniago berlainan
tjorak melakukan hukum, jang satu berdjendjang naik bertangga
turun, jang satu lagi sama datar, tetapi kedua perliukuman itu
mempunjai dasar jang sama jaitu : Elok kata didalam mufakat. hu-
ruk kata diluar mufakat.
"Apakah sebabnja mufakat itu diutamakan ? Ialah karena orang
Minangkabau sedari daliuiu Indup dalam suasana kekeluargaan. Ka-
iau akan menerima sesuatu hendaklah seterima, kalau akan memberi
hendaklah seberi pula. Kepentingan perseorangan dikalahkan oleh
kepentingan bersama. D uduk seorang bersemmt-senwit. duduk ber-
sama hn.rlriAiri;iindnnwno djalan bermufakat dapfttlali
udji~HTSngi53jr_faham. Pepatah djugaTTntingiil'dk‘dli'T~Eertjupang
tempat bertjercii, sesuai maka terkenak. Bertjupang artinja berlainan
aliran. Didalam daerali Minangkabau tidak terdapat batas jang chas
antara kedua kelarasan itu, dan let aimj a negeri2 jang' berfaham
budi-tjaniago dan koto piliang, adalah sela menjela, pun adat jang
dipakai dalam kedua kelarasan itupun sudah tjampur aduk, mc-
njanggupi kemadjuan zaman. _ °
Tanda 2 jano- za'liir jang dapat kita liliat sekarang tentang keada
an kedua kelarasan itu ialah tentang balai2nja. Balai2 koto piliang
berandjung bertingkat-tin gkat bertimbal balik karena kedudukan
penghulu dalam kelarasan itu tidak sama. Sedang lantamja dite-
ngah-tengah putus (lebuh gadjah).
Ngarai-dibelakangnja Gunung Merapi
Ran tail adalah bahagian sungai antara dua buah kelok, sehingga
telali m endjadi pepatah : segan bergalah, hanjut serantau.
Pun ada pula arti kata rantau jan g lain, jaitu daerah takluk dari
sebuah negeri, atau suatu tempat, dimana anak negeri asal itu ine-
ngumpulkan kekajaan untuk dibawa pulang kepangkal tanah.
Sampai kini masih ber&rti pergi merantau itu, mentjari peng-
hidupan ditempat lain diluar daerah tempat tiynpah darah.
Orang Minangkabau pada umumnja perantau sehingga telali jnen-
d ja d i pantun :
on
Negeri2 dirantau adalah mempunjai autonomi jan g sepenuh-pe-
nulinja. Dengan pangkal tanah hubungannja hanja terbatas pada
Daulat Pagar R u jung serta hubungan urusan keluar.
Hak atas hutan tanah adalah hak azasi bagi penduduk Minang
kabau, dan orang jang tidak mempunjai tanah sedikit djuga,
dipandang sebagai orang kurang dalam pergaulan masjarakat.
Sungguhpun ia kaja raja dengan harta pagangan (tanah jang ia
pcrdapat dengan pagang gadai) namun dalam masjarak adat, ia
masih dipandang kurang martabatnja. Malahan ia disebut orang
datang ( — tidak sama datang nenek mojangnja dengan rombongan
pertama ketika membuat negeri dahulunja).
Orang datang ini tidak mempunjai pandam pekuburan. Pandam
pekuburan jaitu sebidang tanah pekuburan jang hanja boleh diisi
oleh orang jang sekaum sadja, karena menurut alam pikiran mereka,
sampai mati djanganlah hendaknja tali kekeluargaan itu putus sa
ma sekali.
Orang 2 jang tidak mempunjai pandam pekuburan sendiri, djika
mati dikuburkan dipekuburan dagang.
Orang datang seperti digambarkan diatas tadi tidak mempunjai
liubungan apa- dalam masjarakat adat, ia ibarat melukut diekor
gantang, masuk ia tak genap, keluarpnn ia tidak mendjadikan gan-
djil. 3lelompat ia tak bersitumpu ( — mempunjai pangkalan),
mentjentjang tak berlandasan.
Karena hak atas hutan tanah ini dipandang amat penting artinja,
maka ia dibagi dalam garis besarnja atas dua bahagian.
A . Ilutan ting,cfi.
B. Hutan rendah.
A . "'Hutan tinggi
2 . P antjung alas. Bea ini seperti bunga kaju dju ga tetapi dipungut
darx hasil selaia dari kaju, misalnja dari damar, rotan, manisan
lebah dsb.
3. B u n ga emas. Jaitu bea hasil tambang, tetapi djum lahnja ada
lebi'h ringan sekira-kira 2 V i% karena m entjari emas agak sukar,
dan hasilnjapun sangat untung 2an. Bea itu berdjum lah 1 kupang
dalam sebungkal ; sebiuigkal = V/4 tahil = 20 emas = 40 ku-
pang.
4. Takuk kaju. Jaitu bea permisi untuk berladang.
5. B u n ga em ping. Jaitu bea dari hasil ladang orang menumpang
berladang.
O
. . . 0
Bea no. 4 dan 5 ini tidak ditentukan berapa banjaknja, tetapi
adalah amat ringan.
Siapakah ja n g memungut bea itu ? A dat mengatakan :
P adang nan bercljaring, rimba nan perpatjet. D jaring dan patjet
ini adalah nama pangkat pegawai untuk menerimakan bea tadi. Pe
gawai itu boleh kita misalkan menteri kehutanan tjara kini.
U ntuk perbclandjaan mereka, sebagai penutup nafka'h liidupnja,
mereka mendapat pula komisi 10 % dari apa jan g mereka pungut.
Pem erintali H india Belanda almarhum, mengadakaai undang 2
„a g ra ria ” jan g menjatakan, baliwa segala tanah kosong, jaitu tanah 2
ja n g njata tidak dikerdjakan '(ditin gga lk a n ), tidak terpakai untuk
padang gembala bersama atau tidak mesndjadi tanah tjadangan,
untuk memperlebar kampung tidak dipergunakan untuk tanah pe-
ltuburan umuni, dianggap sebagai „Landsdom em ” (tanali radja).
Tentulah undang 2 ini berlakunja meratai bekas H india Belanda,
tidak ada ketjualinja, akan tetapi djiw a orang Minangkabau sampai
sekarang tidak mcngakui kebenaran undang 2 itu. Pun pemerintah
ketika itu masih ragu 2 serta sangsi untuk mendjalankan isi undang 2
itu setjara berterus terang.
D iluar Minangkabau, mungkin peraturan „dom einverklaring”
ini berdjalan pesat, sebab bagi penduduk disana adalah sama sadja
siapa ja n g berkuasa atas rimba, radjakah atau Gouvernement H in
di a Belandakah, karena disana tidak dikenal hak .ulajat seperti di
Minangkabau.
Apakah keterangannja pada kita, bahasa pemerintah H india Be
landa ragu2 mendjalankan undang2 „domeinverklaring” ini di
Minangkabau ?
sendiri ^,\ Inen8 ain*;)il kaju, bakal dipakai untuk pembuat rumah
taaian derio-™ pe diminta izin tertulis pada djawatan kehu-
jan g akan diambiT ^ d j u m l a h dan ukuran kaju
B. Hutan rendah
Sawah dan ladang serta kebun 2 dan parak, adalah hutan rendah.
I-lutan rendah terdapat oleh karena :
a. Dipusakai = diterim a dari nenek mo ja n g dalam garisan ibu, tu
run-tem urun dari nenek turun kemamak dari mamak turun ke-
*■ kemenakan.
b. Tem bilang emus = dapat oleh karena wang, baik oleh pagang
gadai, atau l>eli diwaktu ja n g achir 2 ini. Sebenarnja beli tidak
ada dalam adat. Jang ada hanja sando agung. Sando artin ja ga
dai, agung artinja besar. D ja d i sando agung itu berarti gadai
besar. Tetapi dalam waktu ja n g aehir 2 ini karena desakan eko-
iroini sudah ada dju ga tanah 2 ja n g terdjual, itupun kebanjakan
oleh mereka ja n g telali pupus keturunannja.
c. Tembilang besi = dapat dengan usaha badan sendiri, seperti di-
teruko.
d. Iliba h = pemberian. Ilibah ini adalah bahasa A rab ja n g artinja
pemberian. Biasanja hibah ini terdjadi antara bapak dan anak.
H arta bapak ja n g dihibahkan kepada anak itu telah keluar dari
kepunjaan suku bapak kepada suku anak.
1 . Ila rta pusaka ja n g diterima dari nenek m ojan g ja n g m entjen-
tja,ng dan melateh negeri dimasa dahulunja, adalah diturunkan
dalam g a n s ibu. Laki 2 -dalam kaum itu diw adjibkan hanja m endja-
ga supaja harta itu djangan habis.
l v ? S,cbabn'ia 'hanja ja n g perempuan diberi harta sedang ja n g
a i“ tidak . Ulama adat memberi keterangan tentang itu ada ber-
matj am-niatj am.
Setengah ada memberi keterangan, bahwa orang M inangkabau d i
masa a lulu hidup dalam masjarakat kominisme tua. Dalam faham.
itu’ 1 li i memPunjai kekuasaan atas segalagalanja, sebab ibu
d e w a s ^ Ih 'lan^ melaliirkan anak, dan memelihara anak sampai
I.,., ' arat seekor ajam sekarang, induk ajam itu pulala'h ja n g
utiKuasa atas anaknja.
Setengah ada pula ja n g memberi keterangan, bahwa perem puan
i u adalah djenis ja n g lemah, ja n g tidak betah bekerdja kuat. K alau
seorang perem puan ditim pa ltemiskinan, maka m udah sekali ia men-
1 "kvT '. irm j a- Sumgo-uhpun perasaan susila pada djenis perem puan
ebih tinggi dari pada perasaan susila laki2, namun karena desakan
ekonomi, ia akan tergelin tjir djuga. Kebenaran keterangan ini dapat
den^an ^jata, sebab dinegeri-negeri di M inangkabau bo-
leh dikatakan tidak ada pelatjuran, sebab ja n g akan dim akan nja
adalah tju ku p. H arta pusaka di M inangkabau pun boleh kita pan-
dang sebagai harta wakaf ja n g teruntuk pada kaum sadja. Pun ada
d jn g a persamaan antara liarla pusaka dan wakaf, karena kedua-
d u a n ja tidak kepunjaan perseorangan dan kedua-duanja tidak
boleh didju al.
Ila rta pusaka tidak boleh digadai (d id ju a l) selain untuk 4 per-
kara, itupun kalau sudah tersesak benar, kalau sudah tersesak
padang kerimba, sudah habis tcnggang dengan kelakar jaitu untu k ':
C. Pagang Gadai
P agan g gadai adalah nama istilah dalam adat, untulc m em indah-
kan hak atas tanah buat sementara waktu. K epindahan 'hak m i
terdjadin ja oleh karena wang. K alau seseorang berada dalam ke-
sempitan wang, sudah habis didjalanlcannja segala iehtiar untuk
m endapatnja 'dengan djalan m em indjam biasa tidak d ju g a dapat,
maka dipindjam lah w ang orang lain dengan memakai sawah atau
kebun atau rumah sebagai rungguan.
A d a kalanja diperbuat d ja n d ji antara sipenggadai dengan
sipemagang, setelah sekian -tahun gadai berlalu, baru boleh gadaian
itu ditebus. D an d jik a tidak ada p e rd ja n d jia n apa 2 disebutkan, m a
ka m enurut adat ja n g lazim terpakai, penebusan b a ru boleh
dilakukan dalam tahun dua ketiga, ja itu setelah diberi kesem patan
pada sipemagang untuk m entjari keuntungan w an g n ja dalam 2 ta
hun itu.
K arena pe.ngaruh agama Islam ja n g tidak mengesalikan pagan g
gadai setjara adat, maka dalam waktu belakangan ini, istilah gadai
itu ditukar nam anja dengan : D ju a l taklik = d ju a l dengan p e r
djan djia n . Jan g membeli (m em agang) b e rd ja n d ji akan m en d ju al
kembali harta ja n g dia beli pada sipendjual dengan harga ja n g sa
ma, setelah berlaku suatu masa ja n g ditentukan dalam p e rd ja n d jia n
djual beli tadi. (menerima tebusan).
K alau hasil sawah pagangan dipandang riba karena rente, maka
hasil ja n g diterim a dari harta ja n g dibeli taklik tad i d ip a n d a n g
seiva. R iba itu adalah haram, sedang sewa adalah halal. D em ikian-
lah pendapat sebagian ulama.
Mempertebuskan gadai dilarang djika benih untuk sawah itu te-
a i disemaikan. Biasanja pertebusan gadai dilakukanl orang
sosudah padi dituai.
Untuk melangsungkan pagang gadai hendaklah segala anggota
vaum m enjetudjuinja. Seorang sadja menghalangi, pagang gadai
tidak dapat berlaku.
belain dari ditebus, gadai itupun boleh pula diperdalam, artinja
climmta tambah wang gadaian pada jan g memagang semula. P.un
ia boleh pula diasak-asak, artinja ditukar orang jan g memagang.
Ivalau m isalnja si A memagang sawah si B dan'’pada suatu ketika
si A perlu wang, sedang si B belum sanggup untuk menebusnja,
maka atas persesuaian A dan B, sawah itu boleh digadaikan lagi
pada C. Sematjam gadai pula jan g sifatnja liampir sama dengan
equal, adalah sanclo agung. Barang itu akan tetap tersando (terga-
dai) selama gagah M i am, selama air hilir.
V. SITAMBO L A M A
l-ndang2 negeri ini adalah apa jang boleh kita umpamakan seka-
rang dengiui undang2 tatanegara setjara kini. Kata2nja dalam
undang2 seperti : berlebuh bertepian, berbalai bermesdjid, berdusun
bernegeri, bersawah berladmig, berhuma berbendang, djendjang sa-
ivah bandar buatan.
Lebuh tepian menggambarkam keamanan perhubungan lain lintas
untuk melantjarkan pengangkutan dari perusahaan (ekonomi)
seperti kata adat, djalan raja titian batu, sedang kalau telah terda-
pat kemakmuran, tertjapailah tepian jang berarti permedanan,
untuk jan g muda2 berolah raga, sebagai mengumpuikan tenaga baru
sesudah bekerdja keras dalam lapangan kehidupan.
Berbalai mesdjid ialah gambaran pembagian kerdja antara kaum
adat dengan kaum agama. Balai, adalah tempat bermusjawarat ang-
gota legeslatip dalam negeri atau tempat pembagian kerdja bagi
mereka ja n g diserahi dengan pekerdjaam exutip, sedang mesdjid
fo to : K em pen
T a r i p ir in g '
M in a n g k a b a u
Hukum pidana
oat.au :
A lu tertumbuk ditebing,
kalau tertumbuk di Pandan
Boleh ditanami tebu
Malu tertumbuk dikening
Kalau tertum buk dibadan
Boleh ditutup dengan badju.
Ilukum perdata.
Hakim dalam soal hukum perdata, tidak terdiri dari satu orang
sadja melainkan atas kerapatan penghulu2.
Dalam tiap2 perkara jang dibawa kemuka hakim, hendaklah ada :
a. Pendakiva
b. terdakwa
e. jang didakiuakan
d. dan saksi lainnja.
Undang- isi negeripun mengatur pula soal tarik menarik ini. Ta-
^ seperti no. 2 dan no. 3 tidak diizinkan oleh adat dengan katanja :
isala i tjotok melantingkan, salah makan menmntahkan, salah tarik
mengembalikan.
H ukum pidana.
i
Satu tjeritera.
Menurut kata Sahibbul H ikajat :
Di Rantau X I I Koto dinegeri B idar A lam sekarang m em erintah
dahulunja seorang radja bernama Tuanku A n gat Garang. A d a p u n
Rantau X I I koto ini adalah rantau Daulat P agar R u ju n g , sedang
Tuanku A ngat Garang adalah hanja tepatan Daulat.
Salah seorang dari anak Daulat pergi ke B idar A lam sekarang
untuk bermain-main. Disana didapatnja orang sedang m engadakan
helat perkawinan. Oleh karena anak radja Pagar R u ju n g in i som -
on&> disangkanja dirinja kalau tegak tidak akan tersundak, kalau
me enggang tidak akan terpampas, tersebab ia anak Daulat, maka
anak dara jang sedang bersanding itu dirampasnja, seliingga ter-
jach perkelaliian. Anak radja itu seketika itu mati ditikam orang.
oam pai sekarang tempat perkelaliian itu jang telali mendjadi kam-
Pnng bernama kampung Batikam = bertikam.
Oleh karena peristiwa itu bergeraldah alam Minangkabau (bav,ja
1 agar R ujung) kesana untuk mengusul memeriksa kedjadian itu.
oanipai sekarang negeri itu bernama Bidar Alam jang asal nama
n ja Bergcrak Alam.
ICarena kesalalian anak radja itu belum patut dibunuh, karena
salahnja baru termasuk sumbang salah, paling tinggi rebut ranipas,
maka Tuanku Radja Angat Garang dipetjat, dan didjadikan andam
ke Pagar Rujung. Ia diganti dengan Tuanku Pajung Putih — pe-
lindung rakjat. Pajung = pelindung dan putih = sutji.
1. panai tandjung
2 . pdnai bendang
3 . panai tengah.
Bandar Scpuluh.
Bandar artinja kota pelabuhan. Menurut riwajat jang diketahui
orang, adalah salah seorang dari nenek jang kurang esa enam puluh
jan g mentjentjang melateh Alam Surambi Sungai Pagu bernama
Elang Pelebah, jaitu seorang jang gagah berani. Elang adalah na
ma burung dan pelebah artinja suka mengganggu lebah. Setelah
berdiri beberapa negeri di Alam Surambi Sungai Pagu, darah ber
kelana itu tidak djuga mau berlienti, maka Elang Pelebah
meneruskan perdjalanannja meniti pematang pandjang (pematang
jaitu tulang bubungan bukit) sebelah kebarat, lalu terpasah ke Bu
kit Sintuk jaitu sebuah bukit dekat negeri Kambang sekarang.
Disini beliau serta pengiringnja bermukim sebentar, dan oleh
karena tak tahan akan gangguan harimau, beliau serta pengiringnja
meneruskan perdjalanannja sampai kepantai. Disini rombongan tadi
berpetjah dua, sebagian menjusur pantai arah keselatan sampai lte-
negeri A ir H adji sekarang sedang jang serombongan lagi menjusur
pantai arah keutara sampai ke Bunga Pasang sekarang (dekat
Painan). Orang 2 jang datang itu berdiam disana dan dek lama
berkelamaan terdjadilah sepuluh buah negeri. Dan karena negeri
itu terletak ditepi laut dan kerap disinggahi oleh kapal2 jang ber-
lajar terdjadilah bandar. Bandar 2 jang sepuluh itu jaitu :
1. A ir Hadji,
2. Pelangai (Balai Selasa),
3 . Sungai Tunu, \
4 punggasan,
5 ' Lahitan,
q J£am bang,
7 A'mP^l(J P arak>
g Swantih,
9 liatang Kapas dan
jO paincm (B u n ga P asa n g).
A . kekuasaan Radja
Pembagian. territorium nja adalali sebagai berikut. R a d ja me-
nguasai tanah 2 sehingga limbur pasang mudik. A rtin ja tanah 2 an
tara pantai dengan penghabisan kekuatan air pasang m udik sungai,
itulah dianggap berada dalam kekuasaan radja.
Rantau Tiku-Pariammn
R antau ini dalam kata 2 adat bernama Riak nan berdebur. Ia
adalah merupakan tanah rebutan antara M inangkabau dan A tjeh ,
sehingga adat disini berdjalan atas 2 dasar.
le . A d a t ja n g bertali 'dengan pusaka ja n g berupa barang, maka
ia turun kepada kemenakan seperti ditanali darat djuga, baik liu -
tan tinggi, baik hutan l'endah akan tetapi adat ja n g bertali dengan
gelar turun kepada anak.
Gelar itu ada 2 matjam . Gelar pusaka menurut adat turun kepa
da kemenakan, m isalnja seorang bernama Djosan, gelar pusakanja
Si B id jo R adjo. Maka ia bernama D josan gelar Si B id jo R a d jo
menurut teradat dipangkal tanah. Tetapi D josan ini kalau bapak-
n ja bergelar Sutan, maka D josan akan menamakan d irin ja Sutan
D josan. Kalau bapaknja B agindo, ia akan menamakan d irin ja
B agindo Djosan, kalau bapaknja Sidi, maka ia akan menamakan 'diri
n ja Sidi Djosan.
Kalau ibunja 4 kali bersuarni, dan 4 orang beranak laki2, sedang
suami ja n g pertama adalah seorang Sidi, maka nama anaknja Sidi
Djosan, kalau suami no. 2 seorang Bagindo, maka anaknja adalah
B agindo Rahim, kalau suami no. 3 seorang Sutan maka adalah
anaknja Sutan Amat, dan 'djika suami no. 4 seorang biasa atau
apa ja n g dinamakan disana uo datar, maka anaknja akan berna
ma si A m at sadja. Kalau ia suka memakai gelar pusakanja tjara
ditanah darat bergelarlah ia Sutan M aradjo atau Sutan Bagindo,
tapi kalau gelar«pusakanja itu tidak lekat pula, maka ia d ip a n g g il-
lah menurut w am a kulitnja, atau perangainja seperti kak utih,
mak itam dsb.
Orang ja n g bergelar Sidi, keturunan A tjeh (A ra b ). B agindo,
keturunan pagar rujung. Sutan, keturunan pagar ru ju n g diangga1^
orang bangsawan.
Orang- ini kalau akan diambii djadi menantu untuk keturunan,
maka ia didjem put dengan wang^ artinja, kalau ia mau mendjadi
nienantu, maka si Laki2 diberi wang, sampai ratusan atau ribuan
rupiah, melihat deradjat orang itu pula dalam masjarakat.
Natal, Singkil, dan Tapalt Tuan, adalah serupa adatnja dengan
orang dari Riak Nan Berdabur.
B ajan g nan 7 , dan Tarusam Sebelas koto, jang terletak antara
P adang dan Painan dipesisir Selatan, adalah memakai adat jang
terpakai di Kubung tiga belas (bagian Solok) malahan Radja Ta-
rusan menurut adat mesti dinobatkan di Salajo.
Negeri sebelah ke B ondjol (R ad jo nan 4 selo), Lubuk Sikaping
(B asa nan 9), dan Rao mapat tjantjang adalah djuga negeri
masuk kelarasan Koto Piliang. Tjuma disini tentang memanggil
berhelat sepandjang adat, ada sedikit kelonggaran dari ditanah
darat. Panggilan sepandjang adat ditanah darat, maka dapat dina-
makan sah, djika djendjang sudah ditingkat, bendul sudah ditepik,
artinja diturut ia ketempat kedudukannja. Tetapi dinegeri-negeri
ja n g tersebut diatas ada diberi sedikit kelonggaran, mungkin'ber-
hubung dengan negerinja lengang, tapi atas kata mufakat djuga.
Disini boleh diutjapkan panggilan dimana bertemu, tidak usah
diturut kerulnah, menurut adatnja : Dimana duduk, disana balai,
dimana tegak, disaina istana.
Karena manusia ini masih tetap manusia djuga, tentu ada djuga
terdjadi perselisihan antara mamak dengan kemenakan, dan*un-
dang 2 ini tidak memilih bulu, siapa salah dihukum. menurut
kata adat : tangan menijentjang, balm memikul.
Maka untuk hukuman dago-dagi ini dipakai istilah : mamak
salah, menjembah malam, kemenakan salah menjembah siang,
artinja, kesalahan mamak kepada kemenakan dihukum djuga
tetapi tidak diumumkan berterang-terang, melainkan dihukum
bersunji-sunji, sebab kalau dihukum berterang-terang, maka ra
sanja akan menepuk air didulang, mengojak badju didada dan
menurunkan martabat mamaknja. Kalau kesalahan mamak itu
besar dan berat, maka akan diusulkan kepadanja supaja ia me-
narik diri sadja, dengan hidup berkerilahan serta memakai
alasan, badan sakit2, bukitlah tinggi, lurahlah dalam dsb.
D jadi tidak lcentara kesalahannja terhadap kemenakannja. Se-
lain dari segan menepuk air didulang, mengojak badju didada,
kehormatan mamak mesti didjaga djuga.
D jadi mamak dalam undang^ no. 8 ini mendapat forum prepi-
ligum (hak istimewa).
Dalam adat istiadat jang penting kesalahan mamak kepada
kemenakan ialah memperisteri.djanda kemenakan. Sungguhpun
menurut sjarak pekerdjaan ini halal ’ainnja, tapi adat menen-
tukan timbang rasa jang tinggi mutunja. Bagaimanakah rasanja
liati kemenakan, kalau mamaknja jang patut melindunginja
membuat perbuatan serupa itu kepadanja; pada lial masih ada
kemungkinan pada kemenakan itu untuk rudjuk kembali. Maka
terasalah pada kemenakan, bahwa mamaknja itu tidak berbudi
halus, gadang melenda, pandjang 'melindis, luas menutup sadja.
Dan sebaliknja salah dagi itu menundjukkan bahwa kemena
kan itu tidak taat pada disiplin adat, tidak mau menurut djalan
jang pasar, mentang 2 awak orang berami, orang kuat, orang ka-
ja, orang tjerdik, orang intelek, tidak patuh akan perhukuman
jan g ditjiptakan oleh masjarakat.
7. TJmbulc-umbai mendjadikan orang rugi setjara k e W a a n , atau
setjara budi, jang mungkin mengakibatkan ketjelakaan besai,
seperti mata2 mentjari rahasia negara (m endjual raliasia nega
ra) dengan djalan bermulut manis.
8. Sumbang-salah = perbuatan susila jang salah pada pengliha-
tan, seperti bergurau dengan saudara perempuan jang bisa
mengakibatkan rusaknja liama keluarga atau perbuatan meia-
rikan anak isteri orang : „m entjotjok — melarikan — meng-
gunggung — membawa terbang” — atau pekerdjaan susila
sedjenis (homosexueel).
n
A da kalanja djuga bisa terdja'di, oleh karena „mata telah di
paling. iblis, hati telah dipaling setan” , berbuat perhubungan raha
sia antara orang bersaudara atau antara anak dengan bapak,
bersumbang kata orang Tapanuli, maka menurut hukuman setjara
lama, orang ini diikatkan diatas sebuah rakit, dan dihanjutkan
hiliv air sampai kelaut, artinja diusir terang-terangan keluar ne
geri karena hukuman kesalahan jang diperbuatnja ini, tidak
tjukup dengan hukuman disisih sadja.
B. Adat istiadat.
Katjang miang menerbitkan gatal jang amat sangat dan gatal jang
pindah memindali pada orang jang menghampirinja.
Dalam susunan adat istiadat itu djuga kata m empunjai lima
deradjat pula jaitu :
m
Tentano' kedudukan ini amatlah penting terasa oleh para tamu.
Sebelah kepangkal adalah tempat penghulu 2 jang mendjadi si-
nanokalan, sebelah keudjung tempat penghulu 2 jang semata-mata
diundang sebagai djamu, sebelah ketepi tempat tjerdik pandai alim
ulama d a n ' orang jang tua umur, sebelah ketengah tempat orang
muda3. Dengan dimintakan maaf oleh djenang djika sekiranja ke
dudukan itu dengan tidak disengadja telah bertukar-tukar, maka
hati para djamu telah merasa senang.
Sudah itu dipersilakan para djamu makan bersantap. Sete
lah selesii makan, maka dibawalah oleh djenang dupa dengan
kemenjan dan diminta pula pada jang tahu untuk membatja doa.
Setelah selesai pula membatja doa, maka terbit pula dari salah
seoramg djamu atas nama kawan2n ja meminta pada sipangkalan
karena kalau makan telah bernama kenjang, kalau minum telah
bernama secljuk, jang diamal telah petjah, jang dimaksud sudah
sampai, karena hari telah berembang petang djuga, dan dirumah
masing~ dua tiga kerdja menanti, mereka minta bermohon pulamg
ketem p"t masing2, minty dilepas dengan hati jang sutji dan muka
janff amat djernih.
Si Pangkalan membawa permolionan orang itu kepada mufakat
sesamanja dan kalau mereka telah sepakat melepas, maka dikabul-
kanlah permintaan para djamu itu.
Dalam hal bersawah dan berladang, ada pula adat istiadatnja
Kesawah dan keladang adalah pekerdjaan jang amat berat,
karena itu diadaka'n adat tolong menolong. A'da adat tdlomg meno-
long jang mengharapkan balasaii kembali, dan iada pula jang hanja
nienoloaig melulu sadja. A da tolong menolong jang mengharapkan
balasan kembali dinamai berdjulo-djulo atau berlambai hari, atau
berdjemputan huri. Mereka membuat kongsi persatuan jang terdiri
dari beberapa anggota jang tidak boleh banjak djumlahnja. A n g-
gota kongsi ini berganti-ganti bersama-sama mcngerdjakan sawah
atau ladang anggotanja tanpa upah dan ta'npa mendapat apa2.
Makanan waktu bekerdja itu dibawa sendiri dari rumah masing2.
Minta tolong dengan llianja me'nolong sadja dinamakan
menjeraja. (Seraia dalam bahasa Minangkabau artinja suruh).
biasanja orang jang diseraja itu baaijalc sedikitnja ada mempunjai
tali kepamilian dengan jamg menjeraja. Upah tidak diberi, hanja
makanan orang jang bekerdja sadja ditjukupkan, dan ditenggang
pula supaja mereka djangan mengumpat. Kadaaig 2 m enjeraja itu
lebih besar ongkosnja dari pada mengupah, karena jang diseraja
itu bebas melakukan pekerdjaannja sekehendak hatinja.
Seoiang jang kaja dikampung tidak akan dihargai oleh orang
banjak kalau dia tidak menenggang si miskin. Orang Minangkabau
adalah satu-nja bangsa jang- sombong. Malu baginja untuk me-
imnta. Maka dan itu jang kaja harus merdesa (mempunjai perasaan
sosial) Ia harus memperseduakan sebahagian dari sawahnja kepada
si miskm, terlebih dalmlu pada kaum kerabatnja jang mempunjai
kesusahan lndup. Tjaranja memperseduakan sawah itu mempunjai
Ladang tebu di Lawang (M atur) foto : Kempcn
adat pula. Jang puinja sawah mesti menjediakan bcnih. Dan kalau
padi telah mulai masak, maka orang jang menjeduai, perlu menuai
pa'di jang baru masak itu sedikit dan membawanja pada jang punja
sawah, mengambil hulu tahun namanja. Imi mendjadi tanda balnva
sawali2 jang dikerdjakan oleh jang menjeduai masih tetap kepu-
njaaJi jang punja semula. Kalau padi telah selesai dituai, maka
dipang'gillah orang jaaig punja sawah ketempat sawah itu, dan
iaiah jang membagi hasil antara jang punja dengan jang menje
duai. Biasanja dilebihkan sedikit untuk orang jang mengerdjakan.
Dinegeri-negeri jang sukar mengerdjakan sawah, atau letak sawah
itu djauh dari kampung, maka pembagian adalah sepertiga untuk
jan g punja dan dua pertiga untuk jang mengerdjakan, itupun me
nurut pei'djandjian.
Akan tetapi djika sawah itu dimusim pendiaman (musim setelah
hasil padi telali pulang-) dipakai oleh orang jang menjeduainja
untuk bertamam palawidja, maka hasil tanaman muda ini bulat2
pulang kepada jan g menjelenggarakan. Jang pirnja sawah tidak
dapat apa2. -
Dalam soal peternakan dipakai djuga sistim sedua menjeduai.
Sistim ini dipakaikan untuk meaiolong si miskin. Kedua belah
piliak mendapat laba. Jang punja tidak usah memelihara ternaknja
dia akan mendapat hasil sebelah dari keturunan binataaignja itu.
Jang memelihara mendapat hasil sebelah pula ditambah lagi dia-
I/oleh memakan ternak itu untuk pengolah sawahnja tampa menjewa.
Ada 'dua matjam perseduaan jaitu :
1. Sedua itik namanja. Ternak jang 'diperscduakan itu, tidak di-
patut harganja waktu diperscduakan. H anja anaknja sadja
nanti akan dibagi dua.
2. Sedua sambutan namanja.' Ternak jang tliperseduakan itu patut
(ditentukan) harganja ketika memberikannja kepada orang
jang menjeduai.
Kalau, pada suatu ketika jang menjeduai itu tidak betah lagi
untuk memelihara> ternak itu lebili lama, maka ternak itu dikemba-
likannja kepada jang punja semula dan ketika itu dipatut pula,
berapa harganja ternak itu. Kelebihan liarga ketika itu 'dari harga
patutan semula itulah bemama keuntungan berdua, dan masing2-
n;ja mendapat separuhnja. A dat istiadat tentang sedua menjeduai
°ternak itu ada pula diadakan.
•Tang punja ternak tiap2 bulan maulud hendaklah datang melihat
kandapg kctempat kerbaunja diseduakan. Dia membawa nasi kunjit
serta alat2 jang lain untuk mendoa seorang malim — sedekah ketjil
meminta supaja ternaknja kembang biak.
Kalau kerbau sudah beranak maka datang pula jang menjeduai
kepada jang punja untuk memberi tahu 'dengan membawa dadih
barang setabung dua sebagai tanda.
Penghasilan 'dadih (susu kental) selandjutnja adalah keuntungan
bagi sipemelihara.
Djika kerbau itu binasa karena tidak kesalahan sipenjodua, sc-
perti dimakan harimau didalam kandang, atau Sakit, tidald ah
mendjadi utang baginja, tetapi kalau ternak itu binasa karena ke
salahan atau kelalaiamija misaktja dilukai orang 'didalam kebun.
oiang lain, atau djatuh masuk djurang tandanja kurang pemeli-
haraan, atau dilukai orang didalam kandang tanda keiakuan si
pemelihara tidak senonoh, maka sipemelihara wadjib mengganti,
engan sjaiat jang punja akan m entjutjuri, artinja akan mcng-
° an 1 ( en8'an temak baru tanpa dipatut harganja lebih dahulu.
01,a‘|
1^ bo;sar ^ Minangkabau tidak akan 'dipermulia orang;
f \ a meinPcrmulia panggilan orang untuk mengun-
menundiukk^n’t tidak sulia mendjenguk orang kematian
menundjukkan tanda berduka tjita.
M * « » * f c W F oleh
, jang ti'Jak suka bergaul. Biasanja menurut adat
istiadat (teruntuk
perempuan 2 sadja) tiap 2 ia pergi menda-
orang mati
lnr"no' l o i t e r ' T a i u b i 1!lclK^ienSuk umug mcmbaAva boras
man mcmijaAva ocras
Allah n>lertai Suka dan duka sesaina nmchluk
Telah baujak kedjadiam bahwa orang 2 jang tidak suka mendie-
d S 1 r°l 1' r BV natlr {anot mentd^pat raaksibah kematian pula, maka
dia tidak akan mendapat pci-tolongan sewadjarnja untuk penjela-
matkan si mati. ,
Perkawinan setjara adat di Bukit Tinggi. foto : Kempen
V I.