UKM
PROGRAM KESEHATAN OLAHRAGA
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Pedoman Internal, Program Olahraga
di Puskesmas. Pedoman ini merupakan pedoman pelaksanaan berbagai kegiatan Program Olahraga bagi
masyarakat yang ada di wilayah kerja Puskesmas . Tentunya amat penting keberadaan pedoman ini agar
pemberian pelayanan kesehatan bagi masyarakat akan lebih efesien, efektif, proporsional,
rasional ,komprehensif dengan harapan agar lebih berhasil guna dan berdaya guna.
Dalam kesempatan ini tidak lupa saya sampaikan terimakasih kepada teman-teman yang telah
membantu penyusunan pedoman ini. Tentunya dalam penyusunan pedoman ini masih ditemukan banyak
kekurangan, untuk itu adanya kritik dan masukan yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami
harapkan agar dalam penyusunan Pedoman diwaktu mendatang dapat lebih sempurna lagi.
A. LATAR BELAKANG
Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan mempunyai peran penting dalam
meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia. Untuk mencapai tujuan
pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya kesehatan secara
menyeluruh, berjenjang, dan terpadu.
Upaya kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang bertujuan untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran jasmani melalui aktifitas fisik dan olahraga.
Dalam rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat tahun 2010, program
kesehatan olahraga
merupakan salah satu program dari pokok program prilaku hidup sehat dan pemberdayaan
masyarakat. Kesehatan olahraga telah ditetapkan sebagai
salah satu indicator keberhasilan perilaku hidup bersih sehat (PHBS).
Namun, dengan majunya dunia tekhnologi memudahkan semua kegiatan sehingga
menyebabkan kita kurang gerak (Hypokinetic), seperti penggunaan remote control, computer
lift dan tangga berjalan, tanpa diimbangi dengan aktifitas fisik yang akan menimbulkan
penyakit akibat kurang gerak.
Gaya hidup duduk terus - menerus dalam bekerja (sedentary) dan kurang gerak
ditambah dengan adanya factor risiko, berupa merokok, pola makan yang tidak sehat,dapat
menyebabkan penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung, pembulu darah, penyakit
tekanan darah tinggi, penyakit kencing manis, berat badan berlebih, osteoporosis, kanker
usus, depresi, dan kecemasan.
Studi WHO pada factor – factor risiko menyatakan bahwa gaya hidup duduk terus
menerus dalam bekerja adalah 1 dari 10 penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Lebih
dari dua juta kematian setiap tahun disebabkan oleh kurangnya bergerak / aktifitas fisik. Pada
kebanyakan Negara diseluruh dunia antara 60% hingga 85% orang dewasa tidak cukup
beraktifitas fisik. Untuk memelihara fisik mereka. Menurut penelitian yang
bekerjasama dengan WHO tahun 1999, menyatakan bahwa penyakit tidak menular atau
degenerative merupakan penyebab 60% kematian dan 43% beban penyakit global.
Tahun 2020 diperkirakan penyakit tidak menular menjadi penyebab 73% kematian dan
60% beban penyakit global. Demikian juga Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT),
Proposi penyakit kardiovaskuler meningkat dari tahun ke tahun sebagai akibat kematian; 5,9%
tahun1975, 9,1% tahun 1986, 16% dan pada tahun 1995 19%. Diberbagai Negara maju dan
berkembang, lebih dari 25 tahun terakhir penyakit tidak menular tersebut menjadi penyebab
kematian nomor satu.
Hasil penelitian Dede Kusmana tahun 2002 memperlihatkan bahwa orang yang
mempunyai gaya hidup tidak merokok, berolahraga secara teratur, dan melakukan kerja fisik,
ternyata berpeluang lima kali lebih tinggi terhindar dari penyakit jantung dan stroke dari pada
yang bergaya hidup sebaliknya.
Selanjutnya menurut Manoefris Kasim, tahun 2002 menambahkan
bahwa factor kegemukan, kurang gerak, riwayat keluarga terkena penyakit kardiovaskuler,
serta penyakit diabetes mempunyai resiko terkena penyakit
jantung coroner empat kali lebih tinggi disbanding yang tidak menderita diabetes.
Agar masyarakat terhindar dari penyakit – penyakit tersebut. WHO dalam
memperingati Hari Kesehatan Se-dunia ke-54, 7 April 2002 menetapkan tema “Fit For Health”
yang berkembang menjadi “Move For Health” Diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia menjadi
:Bergerak Agar Sehat dan Bugar”. Oleh karena itu kegiatan aktifitas fisik/latihan fisik dan atau
olahraga perlu menjadi gerakan masyarakat.
Aktifitas fisik dan olahraga dapat memberikan dampak positif bila dilakukan secara
baik, benar, terukur dan teratur. Sebaliknya bila dilakukan tidak sesuai dengan kaidah tersebut
dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau cidera yang mungkin akan berakibat fatal.
Upaya kesehatan olahraga dapat dilaksanakan diberbagai institusi pelayanan
kesehatan seperti Puskesmas, Balai Kesehatan Olahraga Masyarakat (BKOM), rumah sakit,
dan institusi kesehatan lain baik pemerintah maupun swasta. Untuk tercapainya visi
pembangunan kesehatan.
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan
upaya kesehatan masyarakat serta merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama.
Upaya kesehatan puskesmas dikelompokkan menjadi upaya kesehatan
wajib dan upaya kesehatan pengembang. Upaya kesehatan wajib harus diselenggarakan
oleh setiap puskesmas, dan upaya kesehatan pengembang ditetapkan berdasarkan
permasalahan kesehatan puskesmas. Harapan kedepannya kegiatan program
kesehatan olahraga diwilayah kerja puskesmas Wonosari dapat berjalan secara
optimal sehingga kegiatan program kesehatan olahraga dapat memenuhi
target serta pelaporannya bisa dipertanggung jawabkan.
B. TUJUAN
Tersedianya acuan dalam melaksanakan program Kesehatan Olahraga di
Puskesmas Wonosari dan jejaringnya.
C. SASARAN
Sasaran dari pedoman ini adalah semua petugas kesehatan (dokter, bidan,
perawat) yang terkait dengan pelaksanaan program Kesehatan Olahraga di
Puskesmas Wonosari.
D. RUANG LINGKUP
Kesehatan Olahraga meliputi pelayanan kesehatan pada kegiatan olahraga dan
pemanfaatan olahraga untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kebugaran
jasmani yang diselenggarakan secara terpadu dan menyeluruh melalui
pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.
1. Pendekatan Promotif diharapkan dapat meningkatkan kebugaran jasmani dan
daya tahan tubuh terhadap penyakit.
2. Pendekatan Preventif diharapkan dapat mencegah timbulnya penyakit atau
penyulit akibat kurang gerak serta memperlambat proses penuaan.
3. Pendekatan kuratif diharapkan dapat memberikan alternative untuk upaya
penyembuhan penyakit (Exercise is Medicine).
4. Pendekatan rehabilitative diharapkan dapat memulihkan gangguan fungsi
tubuh akibat penyakit kecacatan.
E. BATASAN OPERASIONAL
1. Pembinaan pada kelompok / club olahraga yang dibina yaitu jumlah kelompok
lahraga disekolah, club antara lain jantung sehat, senam asma, senam usila,
senam ibu hamil, senam diabetes, senam osteoporosis, kebugaran jamaah
haji, dan kelompok olahraga/latihan fisik lainnya yang dibina selama periode
januari sampai dengan desember.
2. Pengukuran kebugaran jasmani calon jamaah haji yaitu Calon jamaah haji
yang sudah pasti berangkat pada tahun berjalan dari sumber data KEMENAG.
Pengukuran kebuagaran jasmani CJH sesuai dengan pedoman yang ada
selama periode januari sampai dengan desember
3. Pengukuran kebugaran jasmani pada anak sekolah yaitu Anak SD kelas 4 – 6 ,
yang berada diwilayah puskesmas. Pengukuran kebuagaran jasmani pada
anak sekolah sesuai dengan pedoman yang ada selama periode januari
sampai dengan desember.
Melaksanakan
4. Petugas Pelaksana Bidan
pelayanan
Perawat kesehatan dalam
program Kesehatan
Olahraga dengan
baik
B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
C. JADWAL KEGIATAN
Upaya Program Kesehatan Olahraga dilaksanakan menyesuaikan Rencana
Usulan Kegiatan setiap tahunnya, yang dianggarkan melalui Dana BOK.
BAB III
STANDAR FASILITAS
B. STANDAR FASILITAS
1. FASILITAS FISIK
a. Stopwatch
b. Tensi meter
e. Metlin
f. Bendera Lintasan
g. Peluit
h. Oksimeter
i. Nomor dada
BAB IV
LANGKAH - LANGKAH KEGIATAN
A. Tujuan
- Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat
melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat akibat cidera pada saat kegiatan.
- Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya
mempunyai resiko tinggi mengalami cidera dilingkungan tempat kerjanya, untuk
menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip
“Patient Safety”.
Pembinaan pada kelompok olahraga ditahun 2016 capaian 40% dari target
25%
PEDOMAN EKSTERNAL KESEHATAN OLAHRAGA PUSKESMAS WONOSARI
TAHUN 2022
Buku Pedoman Pembinaan Kebugaran jasmani jama’ah Haji Bagi Petugas Kesehatan di
Puskesmas, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Direktorat Jendral Bina
Kesehatan Kerja dan Olahraga. 2012