FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS BHAYANGKARA JAKARTA RAYA
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................0
DAFTAR TABEL....................................................................................................2
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
BAB II....................................................................................................................19
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................19
2. 1. Uraian Variabel....................................................................................19
2. 2. Dinamika Penelitian.............................................................................24
2. 3. Hipotesis Penelitian.............................................................................24
BAB III..................................................................................................................26
METODE PENELITIAN.......................................................................................26
BAB IV..................................................................................................................35
BAB V....................................................................................................................49
5. 1 Kesimpulan..............................................................................................49
5. 2 Saran........................................................................................................50
1
DAFTAR TABEL
2
DAFTAR LAMPIRAN
3
BAB I
PENDAHULUAN
dewasa, masa ini harus lebih diperhatikan oleh orang tua (Arif, 2016).
Kenakalan pada remaja merupakan semua perbuatan yang tidak sesuai dari nilai
dan norma yang dapat menimbulkan keonaran dalam masyarakat (Dinar, 2019).
Berdasarkan data Badan Sensus Amerika, terdapat 60% dari populasi remaja
terpapar tindakan kekerasan baik yang dilakukan oleh mereka sendiri seperti
tawuran dan aksi criminal ataupun dari orang lain seperti pemerkosaan, tindak
pelajar, bullying, palak atau pungli (Pungutan Liar), putus sekolah, kekerasan
lalu lintas, kepemilikan senjata tajam, dan aborsi. Dan berdasarkan data Badan
Pusat Statistik (BPS) Kota Samarinda Tahun 2016 didapatkan data dari
4
Kenakalan remaja merupakan sumber keprihatinan dan mencakup semua
kegiatan kriminal yang dilakukan oleh remaja yang melanggar norma. Tidak
dapat dipungkiri bahwa perilaku ini sangat merugikan remaja, keluarganya, dan
dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial hingga pelanggaran dan
Saat ini banyak sekali kasus kenakalan remaja. Beberapa remaja berperilaku
bahwa perilaku ini hanya sebagai simbol keberanian, tetapi bagi kebanyakan
orang perilaku negatif ini adalah perilaku yang sangat mengkhawatirkan bagi
Masa remaja juga sering disebut sebagai masa pemberontakan. Individu yang
selama periode ini, meninggalkan keluarga dan mengalami banyak masalah baik
(2020) Kenakalan remaja saat ini dikatakan sudah melampaui batas wajar.
Banyak remaja dan anak di bawah umur yang akrab dengan rokok, narkotika,
seks bebas (free sex), pencurian, dan banyak terlibat dalam kegiatan kriminal
lain yang menyimpang dari norma sosial dan hukum. Menurut beberapa
5
melanggar aturan masyarakat. Walaupun begitu, dimata masyarakat fenomena
Kabupaten Buleleng menjelaskan tentang kenakalan remaja pada saat ini, bentuk
bebas, dll. Kenakalan remaja kebanyakan dilakukan oleh mereka yang gagal
dalam mengembangkan emosi jiwanya, mereka tidak bisa menahan diri terhadap
hal baru yang masuk ke dalam dirinya, yang menimbulkan sikap yang tidak
seharusnya dilakukan. Kenakalan remaja adalah wujud dari konflik yang tidak
terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun pada saat remaja
(disperkimta, 2018).
Masa remaja adalah waktu untuk mencari jati diri. Pada tahap pencarian
identitas ini, kaum muda seringkali menghadapi berbagai persoalan yang terkait
(2002), hal terpenting pada masa remaja adalah untuk pertama kalinya
perkembangan fisik, kognitif dan sosial begitu maju sehingga individu dapat
permintaan dari berbagai pihak yang membuatnya merasa bahwa ini adalah
masa yang paling sulit bagi remaja. Remaja harus mampu membentuk sesuai
dengan keinginan orang tua dan keluarganya. Segala persyaratan yang ada pada
kenakalan remaja.
6
Kenakalan remaja merupakan manifestasi dari stres akibat adanya berbagai
tekanan yang tidak dapat diatasi dengan baik. Gunarsa (2006), juga menyatakan
emosi, dan remaja terjebak dalam masa storm and stress yang rentan terhadap
ciri-ciri remaja yang selalu menjadi masalah bagi orang tua dan keluarga.
Hampir semua keputusan yang diambil orang tua cenderung menjadi masalah
bagi para remaja, dan banyak remaja yang memprotes dengan keras. Selain
pembicaraan, tidak sabaran, acuh tak acuh, mengabaikan tata krama, dan
memiliki tata krama yang tidak baik. Perseteruan ini disebabkan karena
kebanyakan orang tua belum siap untuk membuat remaja membangun masa
tahapan remaja ini memiliki cara aktualisasi diri yang sangat berbeda. Siswa
7
berdampak buruk pada perkembangan remaja, yang memungkinkan timbulnya
perkembangan dengan baik. Willis (2014), remaja yang tidak melakukan tugas
sosial.
Kapolda Metro Jaya Irjen Puput Bayu Seno Ajiseno mengungkapkan bahwa
tahun di tahun 2012. Total kasus kenakalan remaja terjadi selama 2012
mencapai 41 kasus, sementara pada tahun 2011 hanya 30 kasus (dalam Fatimah
& Umuri, 2014). Diungkapkan juga melalui situs Badan Kependudukan dan
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bahwa dari 2,4 juta kasus aborsi,
dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) dan Universitas Indonesia (UI)
juga menemukan bahwa jumlah pengguna narkoba sebesar 1,5 persen dari
Indonesia atau 3,2 juta orang (dalam Fatimah & Umuri, 2014). Berdasarkan data
kasus tawuran pelajar 2012 di wilyah hukum Polda Metro Jaya, sudah terjadi
puluhan kasus tawuran pelajan yang menimbulkan korbal luka dan meninggal
8
Kepala bidang Pengembangan Kapasitas Satpol PP Kota Surabaya, Deny C.
793 kasus. Dengan jumlah 597 laki-laki dan 196 perempuan. Angka ini
terjadi berbagai perubahan mulai dari fisik dan mental. Beberapa perubahan
psikologis yang terjadi antara lain remaja yang cenderung melanggar aturan
melakukan apa yang dianggap sebagai nakal yang melampaui batas. Namun
karena faktor alami, kenakalan remaja sudah tidak dapat ditoleransi lagi oleh
masyarakat. Oleh karena itu, peran orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap
Menurut data dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) yang diliput dalam
CNN Indonesia (2014), 18,3 persen pelajar Indonesia sudah punya kebiasaan
merokok, dengan 33,9 persen berjenis laki-laki dan 2,5 persen perempuan.
GYTS 2014 juga menunjukkan bahwa sebagian besar perokok pelajar tersebut
masih merokok kurang dari lima batang sehari. Tapi, ternyata 11,7 persen
perokok pelajar laki-laki dan 9,5 persen pelajar perempuan sudah mulai merokok
separuh (47,2 persen) pelajar perokok Indonesia ternyata sudah dalam status
adiksi.
Kenakalan remaja juga dipengaruhi oleh pengasuhan orang tua. Pola asuh
pada orang tua berpengaruh pada perkembangan emosional remaja, orang tua
9
harus dapat menyesuaikan tindakan dan pola asuh yang baik agar perkembangan
emosional remaja semakin optimal (Fitri & Sasmita, 2019). Pola asuh orang tua
ialah pola perilaku yang diterapkan pada anak yang bersifat relative konsisten
dari waktu kewaktu. Pola asuh pada remaja ini dapat dilakukan oleh anak dari
segi negatif maupun positif (Fitri & Sasmita, 2019). Terdapat empat macam pola
asuh orang tua, yaitu: pola asuh demokratis, pola asuh otoriter, pola asuh
Tidak semua orang tua tahu bagaimana menyikapi perubahan pada anak.
Akibatnya, orang tua mengeluh tentang perilaku anak-anak yang tidak terkendali
dan kadang-kadang bahkan mengambil tindakan terhadap anak. Hal ini sering
kebingungan atau kecemasan. Kejadian tindakan yang beresiko ini sangat umum
Semua anak sangat membutuhkan kasih sayang baik dari orang tua, guru,
merasa kurang kasih sayang, sebaliknya, merasa terisolasi, memiliki harga diri
belajar, dan dapat menyebabkan tingkah laku maladaptif atau tidak mampu
10
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya (Desmita dalam Savitri,
2020).
remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor risiko yang dapat dibagi menjadi faktor
internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
remaja, dan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri remaja. Ada
negatif karena pengaruh eksternal. Kedua faktor usia, usia yang sangat beresiko
bagian otak dari manusia belum berfungsi untuk mengelola stimulus informasi
dari luar. Papalia (2008), membenarkan bahwa hal tersebut berpengaruh pada
keputusan. Ketiga, peran gender dimana anak laki-laki lebih memiliki kebebasan
Selain faktor internal, terdapat juga tiga faktor eksternal yang dapat
11
(2002), menyatakan bahwa popularitas teman sebaya merupakan motivasi yang
kuat bagi kebanyakan anak. Penelitian sebelumnya oleh Siti Ainiyah (2013)
ketika mengambil keputusan. Hasil penelitian dari Siti Ainiyah (2013), tentang
bagi tumbuh kembang remaja, dan jika kondisi keluarga kurang baik maka akan
7,8%. Keluarga broken home adalah keluarga yang tidak lagi utuh dan keluarga
Salah satu peranan orang tua yang sangat penting dalam mengasuh anak
adalah pola asuh. Penerapan pola asuh yang tepat maka anak akan tumbuh
kembang menjadi pribadi yang lebih baik begitupun sebaliknya. Hal yang sangat
12
keluarga adalah pola asuh yang diberikan oleh orang tua. Sikap, serta perilaku
dan kebiasaan orang tua akan dilihat anak dan kemudian akan ditiru hingga
menjadi karakter anak. Karakter ini akan terus ada didalam diri anak hingga
menuju dewasa. Apabila remaja diperlakukan oleh kedua orang tuanya dengan
perlakuan kejam, dididik dengan pukulan yang keras dan ejekan, serta diliputi
dengan penghinaan dan pemberian label-label negatif maka yang akan muncul
adalah citra diri negatif pada remaja dan hal tersebut merupakan pola asuh yang
membatasi ruang gerak anak serta lebih sering menghukumnya. Orang tua
tersebut memaksa anak untuk mengikuti arahan. Orang tua menentukan batasan
serta kendali yang kuat kepada anak, pola asuh ini ditandai dengan sedikit
obrolan diantara orangtua dan anak. Authoritative parenting, pola asuh ini yang
mana orangtua mendorong anak untuk lebih mandiri akan tetapi orangtua juga
memantau atau membimbing atas tindakan anak. Pola asuh ini ditandai dengan
Orangtua bersikap hangat kepada anak. Neglectful parenting, pola asuh ditandai
dengan orangtua tidak ikut andil dalam kehidupan anak. Pola pengasuhan
anak, dimana anak kurang dalam mengotrol dirinya. Indulgent parenting, yaitu
13
pola asuh yang mana orangtua sangat ikut andil dalam kehidupan anak, akan
Gaya pengasuhan atau parenting style orang tua telah banyak dianalisis
sebagai penyebab kenakalan remaja (Ryan D.S. & Thomas J.M., dalam Savitri,
setelah dewasa (Gunarsa dalam Savitri, 2020). Menurut survei Masngudin dalam
Savitri 2020, salah satu penyebab kenakalan remaja adalah sikap orang tua
adaptif keluarga bagi keluarga, yaitu ketika berhasil memenuhi tantangan hidup,
Proses-proses yang ada dalam keluarga merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kenakalan remaja. Hal ini didukung oleh Willis (2014), yang
hubungan keluarga, yaitu hubungan dengan ayah, ibu, dan anggota keluarga lain
yang tinggal bersama anak sampai dewasa. Keluarga merupakan bagian sosial
bagaimana pola asuh yang diterapkan dalam keluarga. Oleh karena itu, perilaku
berhubungan langsung dan tidak langsung dengan anak dan insentif diatur
14
melalui berbagai bentuk komunikasi antara orang tua dan anak. Kondisi keluarga
tidak semua keluarga dapat menciptakan kondisi keluarga yang baik. Teori
Setiap orang tua menerapkan gaya pengasuhan yang berbeda dalam keluarga.
Pola asuh tidak selalu nyaman dan memuaskan bagi remaja terhadap bentuk pola
asuh yang ada. Baumrind berpendapat bahwa orang tua tidak boleh menghukum
atau mengasingkan remaja, dan orang tua harus dapat menetapkan aturan dan
dengan membesarkan orang tuanya cenderung lebih memilih diam dan menolak
pemberontakan atau perlawanan remaja terhadap pola asuh yang diberikan oleh
orang tua dan dapat menjadi tidak nyaman dan membuat stres. Oleh karena itu,
terdapat berbagai bentuk kenakalan remaja yang ada sebagai bentuk pelampiasan
perasaan yang dialami tentang keadaan lingkungan keluarga dan pola asuh yang
diterima dari orang tua. Berbagai kenakalan remaja yang terjadi saat ini sangat
15
Dari berbagai faktor yang melatarbelakangi terhadap kejadian kenakalan
18,7% terhadap kejadian kenakalan remaja. Penelitian lain yang dilakukan oleh
sebesar 66,8% perilaku kenakalan remaja. Dari survei yang diperoleh, menurut
survei yang dilakukan oleh Sriyanto (2014), pola asuh hanya berpengaruh
sebesar 18,7%, namun ada sedikit hasil bahwa pola asuh merupakan faktor yang
Hasil dari Penelitian yang dilakukan oleh Ana Stevi dalam Savitri, 2020,
terdapat hubungan antara pola asuh permisif orang tua dengan perilaku
Kabupaten Talaud. Demikian juga Menurut Luthfiah Nur Aini dalam Savitri,
Sidoarjo, dimana semakin tinggi tingkat pola asuh orang tua otoriter, maka
tingkat kenakalan remaja juga semakin tinggi. Tanusree, dkk (dalam Savitri,
(100 anak diliquents dan 100 anak non-deliquents), menunjukkan pola asuh
authoritative adalah pola asuh yang terbaik, sedangkan pola asuh penelantaran
16
Hasil penelitian kualitatif oleh Utami (2021) menyatakan bahwa, terdapat
remaja yang masuk kedalam Lembaga Pembinaan Kelas Anak (LPKA) akibat
kedekatan dengan salah satu orang tua yaitu Ibu, namun tidak dengan Ayah.
Kedekatan yang dimiliki dengan Ibu, menghasilkan perilaku otonomi pada anak
akibat kemauan yang selalu dipenuhi oleh Ibu. Berbanding terbalik dengan
gabungan, yang salah satunya merupakan pola asuh otoriter tidak dapat
ada hubungan pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja SMA Negeri 1
(2013) hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
persepsi jenis pola asuh orang tua terhadap risiko perilaku bullying siswa di
SMA Triguna Utama Ciputa. Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Sayekti
(2016), menemukan adanya hubungan terkait pola asuh orang tua dengan
mengkaji berbagai kajian pustaka yang berkaitan dengan pola asuh orangtua
literatur data dan informasi yang dapat memberikan wawasan tentang parenting
17
tentang psikologi remaja, faktor kenakalan remaja yang dipengaruhi oleh
meneliti kembali apakah ada pengaruh yang signifikan antara parenting style
penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh dari parenting style
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Uraian Variabel
2.1.1 Kenakalan Remaja (Dependent Variable)
2.1.1.1 Definisi Kenakalan Remaja
Santrock (2018), mengartikan kenakalan remaja sebagai kumpulan
dari berbagai perilaku, dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial
oleh individu dalam kategori usia tertentu (pada umumnya usia remaja).
19
Dilakukan oleh anak remaja yang merupakan gejala penyakit sosial pada
tersebut tidak dapat diterima secara sosial. Terdapat tiga aspek dalam
narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya, dan perilaku seksual pra-
nikah.
a. Kurangnya kasih sayang dan perhatian dari pihak keluarga dan juga
20
c. Adanya pengaruh dari teman sebaya untuk melakukan tindakan yang
A. Faktor internal
Krisis identitas dan kontrol diri dari individu yang lemah.
B. Faktor eksternal
Pola asuh orangtua, kurangnya perhatian dan kasih sayang orang
pola asuh atau parenting merupakan faktor yang berasal dari eksternal
angket ini didasarkan atas teori yang sejalan dengan tujuan penelitian dan
fokus utama pada kenakalan remaja terkait dengan perilaku berisiko yang
corak, model, system, cara kerja, bentuk (struktur) yang tetap. Ketika pola
21
diberi arti bentuk (struktur) yang tetap, maka hal ini semakna dengan
istilah “kebiasaan”. Asuh yang berarti mengasuh, satu bentuk kata kerja
Ersta, 2016).
asuh atau parenting style adalah cara atau metode pengasuhan yang
tiga jenis gaya pengasuhan yang berbeda yaitu; otoritatif, otoriter, dan
permisif. Menurut (Uma & Manikandan, 2014), pola asuh orang tua
pola asuh orang tua adalah metode mengasuh orang tua terhadap anak
22
melatih, yang terwujud dalam bentuk kedisiplinan, pemberian tauladan,
berfungsi agar anak dapat tumbuh menjadi individu yang dewasa secara
gaya pengasuhan yang berbeda yaitu; otoritatif, otoriter, dan permisif. Berikut
penjelasannya:
terdapat tiga jenis pola asuh, yaitu : otoritatif, otoritarian dan permisif
(Uma & Manikandan, 2014). Pemilihan alat ukur didasarkan pada teori
23
yang sejalan dengan angket dan alat ukur ini telah digunakan pada
berbagai penelitian terdahulu yang juga meneliti terkait pola asuh orang
tua.
2. 2. Dinamika Penelitian
Masa Remaja identik dengan masa dimana remaja sedang mencari
identitas diri atau jati diri. Dalam mencari jati dirinya kadang seseorang
dari norma-norma yang berlaku secara sosial dan merugikan diri sendiri
dan orang lain. Kenakalan remaja dapat dikatakan sebagai perilaku yang
rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima secara sosial
eksternal yaitu keluarga. kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tua,
penerapan pola asuh yang kurang, sehingga berhasil atau tidaknya peran
orang tua dalam mendidik anaknya terlihat ketika seorang anak atau
24
2. 3. Hipotesis Penelitian
H0 : Tidak terdapat pengaruh signifikan parenting style terhadap
kenakalan remaja.
Parenting Style
Kenakalan Remaja
25
BAB III
METODE PENELITIAN
terhadap data serta penampilan dari hasilnya. Penelitian ini termasuk penelitian
penelitian itu sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau segala
peran atau yang disebut variabel bebas dan variabel mana yang bersifat
26
mengikut atau variabel terikat. Berikut akan dijelaskan mengenai variable
angket pola asuh orang tua berdasarkan teori hasil penelitian Baumrind
(Santrock, 2018).
biasanya dilakukan oleh remaja yang berusia 16-18 tahun dan perbuatan
27
pelanggaran hukum dan pada tindak kriminal (berjudi, mencuri, aborsi,
sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti. Populasi dalam
penelitian ini adalah remaja dengan rincian remaja berusia 15-18 tahun yang
sebagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat
Utara. Maka setiap siswa SMK yang tinggal di 12 Kecamatan yang ada
28
di Kota Bekasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel
penelitian ini
seratus orang lebih baik diambil semua, sedangkan apabila lebih dari
seratus orang, maka diambil 10%-25% atau lebih. Hal ini juga mengacu
kurang dari 100, lebih baik diambil seluruhnya. Jika subjeknya lebih
terbagi menjadi 570 Pria dan 243 Perempuan. Maka untuk melakukan
n = 10% x N
n = 10% x 813
n = 81,3
Keterangan:
n: Besar sampel
N: Besar populasi
merata.
29
3.6. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan oleh
3.6.1 Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
kriteria kelas X sampai kelas XII. Data yang nantinya akan di ambil
dari kuesioner, berupa data tentang hubungan pola asuh orang tua
benar-benar sama.
30
sikap. Pernyataan sikap terdiri atas dua macam, yaitu pernyataan
lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
Style Scale yang menjelaskan terdapat tiga jenis pola asuh, yaitu;
31
skala ini dapat digunakan untuk mengukur variabel dengan aspek
Total 30
Mengonsumsi narkotika,
2 3, 4, 5 3
psikotropika dan zat terlarang.
32
3 Perilaku seksual pra-nikah. 6, 7, 8, 9 4
Total 9
isi. Uji validitas akan dilakukan pada angket pola asuh dan kenakalan
remaja.
ditentukan berdasarkan nilai optimal yang berkisar antara 0,7 hingga 0,9
untuk melakukan analisis data meliputi uji asumsi yaitu normalitas dan
33
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi sebuah
didasarkan pada (Sig. > 0,05) yang menunjukkan bahwa data memiliki
sebaran data yang terdistribusi normal dan data bersifat tidak signifikan.
bahwa data memiliki sebaran data yang tidak terdistribusi secara normal
linear. Apabila data memiliki nilai (Sig. >0,05), maka data hubungan
remaja. Maka dari itu, pada penelitian ini uji hipotesis menggunakan
hipotesis.
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Persiapan Penelitian
4.1.1 Ijin Penelitian
Peneliti mempersiapkan informed consent yang akan digunakan untuk
terdapat 4 item dengan koefisien daya beda dibawah 0,3. Item tersebut
adalah item A1, A10, A19, dan A25. Setelah keempat item tersebut
35
digugurkan, didapatkan koefisien daya beda item dengan rentang
terdapat 3 item dengan koefisien daya beda dibawah 0,3. Item tersebut
adalah item A2, A17, dan A29. Setelah ketiga item tersebut
terdapat 3 item dengan koefisien daya beda dibawah 0,3. Item tersebut
adalah item A3, A6, dan A15. Setelah ketiga item tersebut
Maka berdasarkan rentang skor korelasi item atau daya beda item,
SMK dengan ketentuan berdomisili di Bekasi Utara dan berstatus aktif sebagai
36
siswa. Berdasarkan ketentuan tersebut, didapatkan perolehan subjek dengan
deskripsi berikut.
remaja dalam sampel ini terdiri dari usia 15 hingga 18 tahun. Sementara
35,31%.
37
Anak pertama 20 19,60%
Anak tengah 48 47,05%
Anak terakhir 34 33,33%
Total 102 100%
anak yang berada pada posisi tengah dalam urutan kelahiran. Anak
19,60%.
Kenakalan Remaja
N 102
Kolmogorov-Smirnov Z 1.033
Asymp. Sig. (2-tailed) .237
uji yang dilakukan, nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,237. Maka
38
dimensi Parenting Style terhadap Kenakalan Remaja, dilakukan
relatif tinggi jika nilai p (> 0,05). Adapun perhitungan statistika yang
17,85 dengan standar deviasi sebesar 3,72 Selain itu mean empirik
39
4.3.1.2 Nilai Mean Hipotetik dan Empirik Variabel Parenting Style
Tabel 9 Nilai Hipotetik dan Empirik Work Curiosity
remaja dan dimensi parenting style terbagi menjadi; rendah, sedang, dan
adalah:
40
Berdasarkan mean hipotetik setiap variabel dalam penelitian ini, maka
> 33 Tinggi 0 0%
Kenakalan
33 - 20 Sedang 19 36%
Remaja
≤ 21 Rendah 83 63%
remaja di Bekasi Utara sebesar 63% berada pada kategori rendah, 36%
pada kategori sedang, dan 0% berada pada kategori tinggi. Sehingga dapat
kenakalan rendah.
parenting style pada remaja di Bekasi Utara, sebesar 20,58% berada pada
kategori tinggi, 58,82% pada kategori sedang, dan 20,58% berada pada
Jumla
Variabel Rentang Nilai Kategori h Persentase
41
> 25,66 Tinggi 13 12,74%
Authoritarian 17 - 25 Sedang 40 39,21%
≤ 16,34 Rendah 49 48,03%
parenting style pada remaja di Bekasi Utara, sebesar 12,74% berada pada
kategori tinggi, 49,21% pada kategori sedang, dan 48,03% berada pada
Jumla
Variabel Rentang Nilai Kategori h Persentase
> 25,66 Tinggi 7 6,86%
Permissive 17 - 25 Sedang 52 50,98%
≤ 16,34 Rendah 43 42,15%
parenting style pada remaja di Bekasi Utara, sebesar 6,86% berada pada
kategori tinggi, 50,98% pada kategori sedang, dan 42,15% berada pada
42
openness to people’s ideas (X4) terhadap Kenakalan Remaja pada pekerja
tinggi skor setiap dimensi pada Parenting Style maka semakin tinggi
Change Statistics
Std.
Error of R
R Adjusted the Square F Sig. F
Model R Square R Square Estimate Change Change Change
43
4. 3. 4 Hasil Uji Parsial
Tabel 16 Koefisien Model Regresi Parsial
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta
1 (Constant) 21.498 2.172 9.899 .000
Autoritative -.305 .073 -.400 -4.154 .000
Authoritarian .177 .067 .300 2.654 .009
Permissive .058 .071 -.083 -.822 .413
a. Dependent Variable: Kenakalan Remaja
Berdasarkan hasil uji parsial dalam tabel diatas, dapat dilihat pengaruh
44
Berdasarkan koefisien B dalam tabel 16, dapat diuraikan persamaan
Authoritarian)
sebagai berikut:
sebesar 0,305.
sebesar 0,177.
kehidupan anak-anak menju masa kediupan orang dewasa awal yang ditandai
merupakan masa yang sangat rentan karena cenderung lebih menyukai dan ingin
45
mencoba hal-hal baru dari apa yang mereka lihat dan mereka dengar. Akan tetapi,
secara jangka pendek maupun panjang (Shidiq & Raharjo, 2018). Masa remaja
sering diliputi dengan berbagai macam kebutuhan yang disebabkan gejolak dalam
tidak takut dengan hal yang mengancam maupun membahayakan diri mereka
dapat diterima secara sosial sampai tindakan kriminal. Kenakalan remaja adalah
perbuatan yang dilakukan oleh individu maupun berkelompok dalam kategori usia
tertentu (pada umumnya usia remaja). Kebanyakan anak remaja terlibat dalam
beberapa bentuk perilaku yang melanggar hukum selama masa remaja, tetapi
2021), terdapat empat area yang merupakan perilaku berisiko yang sering terpapar
pada remaja. Mencakup penyalahgunaan alkohol dan zat lain, kenakalan dan
(Qurroti et al., 2021), terdapat tiga aspek dalam perilaku berisiko yang
Namun, kenakalan remaja bukanlah dorongan dari diri anak tersebut untuk
berperilaku nakal. Hal itu dapat disebabkan oleh lingkungan tempat ia tinggal dan
46
parenting style. Parenting style juga sering dikenal sebagai gaya orang tua dalam
mendidik anak dalam memenuhi kebutuhan sang anak seperti makan, minum,
perlindungan dan kasih saying. Parenting style adalah pola asuh yang digunakan
oleh orang tua agak anak – anaknya dapat tumbuh menjadi individu yang dewasa
kenakalan remaja dengan sig 0.000<0.05. hal itu dikarenakn parenting style
kepada sang anak akan dampak pembuatan yang baik dan buruk. Hal itu
bersahabat, memiliki rasa percaya diri yang tinggi, dapat mengontrol diri dan
mengidentifikasi orang tuanya sebagai role model yang baik. Dengan demikia
anak akan tumbung dengan bertanggung jawab dan bebas, sehinga orang tua akan
dengan hasil dalam penelitian ini. Hasil uji statistic pada penelitian diperoleh hasil
47
dengan tingkat kenakalan remaja. Hal tersebut sesuai dengan hasil uji hipotesis
cenderung emosional dan bersikap menolak. Hal ini selaras dengan penelitian
otoriter menjadi pendorong anak untuk berperilaku secara agresif. Sikap otoriter
dan kekerasa yang dilakukan dalam parenting style mengakibatkan anak memiliki
kepercayaan diri yang rendah, tingkat emosi yang kurang stabil sehingga memicu
perilaku anak yang cenderung tertutup terhadap orang tuanya namun terbuka
tingkat kenakalan remaja dengan sig 4.13>0.05. Sehingga diperoleh melalui uji
tingkat kenakalan remaja namun tidak signifikan. Hal itu dikarenaken parenting
(responsiveness). Sikap orang tua dengan parenting style permisif memiliki ciri 1)
berdampak pada perilaku anak yang menjadi impulsive, suka memberontak dan
kurang memiliki rasa percaya diri dan pengendalian diri. Oleh karena itu, anak
48
akan bersikap impulsive, sering memberontak dan kurang dalam pengendalian
diri.
BAB V
dilakukan oleh remaja dengan dampak negative baik terhadap lingkungan maupun
dirinya sendiri dan ditolak oleh norma sosial. Kenakaln remaja terjadi dikarenakan
masa transisi dari masa kanak – kanak ke masa dewasa awal. Pada masa ini, anak
perilaku seks pra-nikah dikarenakan usia mental remaja yang belum matang,
remaja masih memerlukan pengawasan dan Pendidikan oleh orang tua. Karena
orang tua memiliki peran penting dalam tumbuh dan berkembang anak untuk
sampe dengan membentuk perilaku anak sesuai dengan norma dan nilai yang baik
dan sesuai dengan kehidupan masyrakat. Terdapat 3 dimensi parenting style yang
49
1. Terdapat pengaruh negatif signifikan antara dimensi parenting style
5. 2 Saran
1. Saran Metodologis
yang sesuai dengan norma dan budaya yang belaku di Indonesia. Sebagaiman
dalam penelitian ini yang mengadopsi metode adaptasi bahasa pada alat ukur yang
sudah ada, sekiranya tampak kurang memiliki validitas konstruk. Pada alat ukur
yang digunakan dapat dilihat pada bagian lampiran, terdapat item yang memiliki
lebih dari satu makna. Selain itu beberapa item masih ditemukan kata frekuensi,
tepat dan efektif untuk sang anak. Diharapkan juga peneliti selanjutnya dapat
50
mengembangkan penelitian ini dengan metode studi yang berbeda seperti
2. Saran Praktis
a. Orang tua diharapkan mengerti parenting style yang baik demi tumbuh kembang
sang anak. Dikarenakan pola asuh yang akan membentuk kepribadian dan
b. Orang tua diharpkan dapat memnimalsir kenakaln remaja dengan parenting style
yang lebih efektif dan efisien guna merespon kebutuhan ada dan mendorong anak
untuk lebih percaya diri, dan bertanggung jawab dengan pilihan yang mereka buat
marak terjadi dengan mengetahui dampak buruk apa saja yang akan tercipta jika
51
DAFTAR PUSTAKA
Adristinindya Citra Nur Utami., Santoso Tri Raharjo (2021). Pola Asuh Orang
Tua dan Kenakalan Remaja. Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial. Vol. 4. No. 1.
Hal: 1-15. Juli 2021
Creswell, J. W., & Poth, C. N. (2018). Qualitative Inquiry and Research Design
Choosing Among Five Approaches (4th Edition ed.). California: Sage
Publishing
Damon, D., & Learner, R.M. (2006). Handbook of child psychology. Sixth
edition. Canada : John Wliley & Son.
52
Damon, D., & Learner, R.M. (2006). Handbook of child psychology. Sixth
edition. Canada : John Wliley & Son.
Diane Papalia, Sally Olds., & Ruth Feldman. (2009). Human Development
McGraw-Hill Education
Evi, Aviyah & Muhammad Farid. (2014). Religiusitas, Kontrol Diri dan
Kenakalan Remaja. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia. Volume 3. No.02.
Hlm. 126 - 129
Evi, Aviyah & Muhammad Farid. (2014). Religiusitas, Kontrol Diri dan
Kenakalan Remaja. Persona, Jurnal Psikologi Indonesia. Volume 3. No.02.
Hlm. 126 - 129
Fitri, Ainil., & Sasmita. (2019). Faktor –Faktor Yang Memengaruhi Masalah
Mental Emosional Remaja Di Sekolah Menengah Kejuruan (Smk) Swasta
Se Kota Padang Panjang Tahun 2018. Jurnal Keperawatan Abdurrab. Vol.
2. No. 2
Fraenkel, Jack. R., and Norman E. Wallen. (2011). How to Design and Evaluate
Research in Education 8th Edition. Boston: McGraw-Hill Higher
Education.
53
Husaini. (2013). Hubungan Antara Persepsi Jenis Pola Asuh Orangtua Terhadap
Resiko Perilaku Bullying Siswa di SMA Triguna Utama Ciputat. Skripsi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lerner, R. M., & Damon, W. (Eds.). (2006). (6th ed.). John Wiley & Sons Inc.
Moh. Abdus Sofa (2014). Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Kenakalan
Remaja pada Siswa-Siswi SMAN 1 Kepohbaru, Bojonegoro. Skripsi. UIN
Maulana Malik Ibrahim.
54
Santrock. (2018). Life-Span Development, Seventeenth Edition. New York: Mc
Graw Hill.
Savitri, Suryandari. (2020). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kenakalan
Remaja. Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar (JIPD). Vol. 4., Hal. 23-29.
Savitri, Suryandari. (2020). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Kenakalan
Remaja. Jurnal Inovasi Pendidikan Dasar (JIPD). Vol. 4., Hal. 23-29.
Sayekti, S., & Sunaryanti, H. (2016). Relationship The Parenting Pattern And The
Juvenile Delinquency At State Senior Secondary School 8 Surakarta, 3(2).
Shochib, Mohammad. 2014. Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak
Mengembangkan Disiplin Diri. Rineka Cipta. Jakarta.
Sri Sulasmi, Tiwuk., & Lydia Ersta K. (2016). Pengaruh Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Kemandirian Anak Usia 3-4 Tahun. Jurnal AUDI. Vol. 1. No. 2.
Hal 54-110
Sujoko.(2012). Hubungan Antara Keluarga Broken Home, Pola Asuh Orang Tua
dan Interaksi Teman Sebaya Dengan Kenakalan Remaja. Tesis (tidak
diterbitkan). Surakarta: Umiversitas Setia Budi.
55
Yoga, Pratama. (2016). Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku Bullying
Remaja di SMPN 4 Gamping Sleman. Ilmu Keperawatan. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Jendral Achmad Yani. Yogyakarta
Yoga, Pratama. (2016). Hubungan Pola Asuh Orangtua dengan Perilaku Bullying
Remaja di SMPN 4 Gamping Sleman. Ilmu Keperawatan. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Jendral Achmad Yani. Yogyakarta
56
LAMPIRAN
57
Lampiran 1
Alat Ukur
Penelitian
58
Lampiran 2
Pengujian Alat
Ukur
59
Lampiran Pengujian Alat Ukur Kenakalan Remaja
Pengujian daya beda item skala kenakalan remaja
Item-Total Statistics
Cronbach's
Alpha
Based on
Cronbach' Standardize N of
s Alpha d Items Items
,720 ,749 9
60
Lampiran Pengujian Alat Ukur Parenting Style Dimensi Authoritative
Pengujian Daya Beda Item Skala Parenting Style Dimensi Authoritative
Item-Total Statistics
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized N of
Alpha Items Items
,797 ,795 6
Cronbach's
Alpha Based
on
Cronbach's Standardized N of
Alpha Items Items
,865 ,865 7
61
Pengujian Daya Beda Item Skala Parenting Style Dimensi Permissive
Item-Total Statistics
Cronbach's
Alpha
Based on
Cronbach Standardiz N of
's Alpha ed Items Items
,857 ,855 7
62
Lampiran 3
Uji Asumsi
Klasik
63
Lampiran Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
KR
N 102
Mean 17.8529
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 3.72680
Absolute .102
Most Extreme Differences Positive .102
Negative -.085
Kolmogorov-Smirnov Z 1.033
Asymp. Sig. (2-tailed) .237
64
Pengujian Linearitas Kenakalan Remaja dengan Dimensi Permissive
ANOVA Table
65
Lampiran 4 Uji
Hipotesis
66
Model Summary
ANOVAa
Coefficientsa
67