1. Pendahuluan
Desa Sungai Kakap merupakan salah satu dari 12 desa yang secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Sungai
Kakap, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat. Orbitasi Desa Sungai Itik berjarak 7 Km dari pusat Kecamatan Sungai Kakap
dan berjarak 37 Km dari ibukota Kabupaten Kubu Raya. Sedangkan jarak Desa Sungai Kakap dari Universitas Tanjungpura
sekitar 25 Km atau dengan jarak tempuh sekitar 56 menit.
Wilayah Desa Sungai Kakap dilintasi garis khatulistiwa yang beriklim tropis, terletak pada ketinggian 0,1 - 1,5 meter dari
permukaan laut dengan suhu rata-rata 32oC, dengan iklim dua musim yaitu musim hujan dan kemarau. Batas wilayah administrasi
Desa Sungai Itik pada sebelah timur berbataskan dengan Desa Pal IX, sebelah barat dengan Desa Tanjung Saleh, sebelah Selatan
dengan Desa Sungai Kakap dan sebelah selatan dengan Desa Sungai Belidak. Luas wilayah Desa Sungai Kakap kurang lebih
2.862 Ha, yang terdiri dari 5 Dusun yaitu Dusun Nirwana, Dusun Merak, Dusun Merpati, Dusun Garuda dan Dusun Cendrawasih
dengan sebagian besar wilayahnya 17 % yang belum diolah, 16 % digunakan untuk pemukiman dan 67 % untuk perkebunan dan
pertanian. Jumlah penduduk yang ada di Desa Sungai Itik hingga sebanyak 13.639 jiwa yang terdiri dari 6.972 laki-laki dan 6.667
100
F. Imansyah, I arsyad, J Marpaung, A Hiendro, I Sujana Buletin Al-Ribaath 18 (2022) 100-110. E-ISSN: 2579-9495, P-ISSN: 1412-7156.
perempuan. Tingkat pendidikan masyarakat Desa Sungai itik sebanyak 23,99% belum selesai pendidikan wajib 9 tahun (SD dan
SMP), tamat SMP 32,43%, tamat SMA 16,76%, Perguruan Tinggi 4,82%, tidak tamat/tamat SD 13,34% dan belum sekolah
8,66% (Kecamatan Sungai Itik Dalam Angka 2020).
Kecamatan Sungai Kakap khususnya Desa Sungai Itik merupakan satu di antara daerah pesisir sebagai penghasil ikan
yang potensial di Kalimantan Barat. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala bagian statistik dan produksi perikanan kantor
Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kubu Raya diperoleh informasi bahwa kondisi perikanan laut di Kecamatan Sungai Kakap
masih menunjukkan kondisi yang baik. Produksi perikanan laut di Kecamatan Sungai Kakap mencapai 3.993,60 ton dan sekitar
1.400,20 ton atau 35,06% berasal dari penghasilan nelayan Desa Sungai Itik. Desa Sungai Itik merupakan desa penghasil ikan
kedua terbesar setelah Desa Sepok Laut. Terdapat 20,13% penduduk Desa Sungai Itik yang berprofesi sebagai nelayan bagan
tancap.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Resort Perikanan Kecamatan Sungai Kakap menyatakan bahwa hasil
produksi perikanan tangkap di Desa Sungai Itik sangat beragam yaitu meliputi ikan bilis, kepetek, gulama, layur, kembung, selar,
udang rajungan hingga ikan jenis-jenis komersial seperti bawal, kakap, senangin, tenggiri, dan tongkol. Hal senada
diiinformasikan oleh Badan Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) bahwa usaha penangkapan ikan merupakan
penyumbang terbesar dari jumlah produksi perikanan di Kabupaten pemekaran ini, yaitu mencapai sekitar 80%.
Gambar 1.
Kegiatan Nelayan Desa Sungai Itik Di Muara Sungai Kakap
Kawasan perairan kakap, Kecamatan Kakap, Kabupaten Kubu Raya merupakan salah satu sentral penghasil komoditas
perikanan baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Perikanan tangkap yang dikembangkan oleh nelayan berupa penangkapan
ikan dengan perahu ketingting maupun perahu modern. Selain itu juga dikembangkan penangkapan ikan dengan teknik bagan tancap
yang dilakukan oleh nelayan tradisional dengan teknologi yang sangat sederhana. Selain perikanan tangkap, tentunya terdapat juga
perikanan budidaya. Kakap terkenal sebagai kawasan penghasil ikan besar maupun kecil yang dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat di sekitar Kecamatan Kakap maupun untuk Kota Pontianak.
Bagan tancap adalah alat tangkap yang digolongkan ke dalam kelompok jaring angkat (lift net). Menurut (Aliyubi et al.,
2015). Pengoperasian alat tangkap bagan sendiri tak lepas dari alat bantu penangkapan yang menggunakan cahaya lampu untuk
menarik perhatian ikan yang bersifat fototaksis positif. Bagan merupakan salah satu alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di
Kecamatan Kakap. Pengoperasian bagan umumnya dilakukan pada keadaan bulan gelap. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
efektivitas kegiatan penangkapan.
Bagan Tancap merupakan salah satu jaring angkat yang dioperasikan di perairan pantai pada malam hari dengan
menggunakan cahaya lampu sebagai faktor penarik ikan (Fauziyah et al., 2012). Bagan ukurannya bervariasi tetapi umumnya
menggunakan jaring dengan panjang total 15 m dan lebar 15 m, membentuk segi empat bujur sangkar dengan ukuran mata jaring
0,5 cm dan bahannya terbuat dari waring. Jaring ini dirangkai satu demi satu sehingga membentuk segi empat besar. Pada bagian
tepi jaring terdapat tali ris yang digunakan untuk menguatkan tepi jaring sehingga tidak terbelit. Setiap tepi jaring dilengkapi
dengan tali yang berfungsi untuk menurunkan dan mengangkat jaring pada saat pengoperasiannya Pada bagian tengah
bangunan bagan ini terdapat rumah yang berfungsi sebagai tempat istirahat, tempat generator listrik, tempat untuk
menurunkan dan mengangkat lampu, bahan bakar serta perlengkapan lainnya, biasanya berukuran 2 x 1 m (Gustaman et al.,
2012).
Teknik penangkapan ikan yang banyak digunakan oleh nelayan yakni teknik menggunakan bagan. Bagan merupakan salah satu
alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan dengan atraktor cahaya. Atraktor cahaya yang digunakan pada bagan bertujuan
untuk mengumpulkan ikan yang mempunyai sifat fototaksis positif. Ikan yang bersifat fototaksis positif akan berkumpul di daerah cahaya
lampu, sehingga memudahkan nelayan untuk menangkap ikan (Hasan, 2008). Kegiatan perikanan di wilayah perairan Kakap
didominasi oleh perikanan tangkap Bagan Tancap. Pengoperasian alat tangkap bagan sendiri tak lepas dari alat bantu penangkapan
yang menggunakan cahaya lampu untuk menarik perhatian ikan yang bersifat fototaksis positif (Silitonga dan Hartoko, 2014).
Waring adalah sebagai komponen penting dalam kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap bagan
tancap yang terbuat dari polyamide monofilament berwarna hitam ukuran mata jarring 0,5-0,7 cm, dan panjang jaring 16 meter.
Lampu LED merupakan sumber cahaya dan alat bantu penangkapan ikan pada alat tangkap bagan tancap yang berjumlah 4 unit.
Lampu LED dipasang di bagian tengah bangunan. Menurut (Himam dan Mawardi, 2018). Nelayan bagan sudah beralih
menggunakan lampu dengan sumber energi listrik untuk menghasilkan cahaya pemikat ikan.
Pengoperasian unit penangkapan bagan tancap di mulai pada pukul 19.00 WIB. Persiapan yang dilakukan meliputi
menyiapkan bahan bakar minyak, membersihkan bola lampu LED, dan persiapan konsumsi untuk keperluan perbekalan nelayan
101
F. Imansyah, I arsyad, J Marpaung, A Hiendro, I Sujana Buletin Al-Ribaath 18 (2022) 100-110. E-ISSN: 2579-9495, P-ISSN: 1412-7156.
terutama konsumsi. Pengoperasian bagan dimulai dengan menurunkan waring secara perlahan-lahan hingga kedalaman 15-20
meter menurut (Silitonga dan Hartoko, 2014) kedalam bagan tancap yang di operasikan di perairan sungai kakap adalah 5-15
meter. Setelah waring selesai di turunkan nelayan mempersiapkan lampu LED untuk dinyalakan. Proses hauling rata-rata
dilakukan 2-3 jam seleah proses setting. Putaran roller semakin cepat ketika sudah mendekati permukaan air, hal ini bertujuan
untuk ikan agar tidak terkejut dan meloloskan diri dari permukaan air. Langkah terakhir pengoperasian bagan tancap adalah
memindahkan hasil tangkapan yang berbeda di waring ke jaring dengan menggunakan serok. Setelah itu, ikan yang sudah
tertangkap di kelompokkan berdasarkan jenis ikan. Proses pengoperasian bagan dapat di ulangi hingga 3-4 kali setting setiap
malamnya (Bahari et al., 2019).
Usaha penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan Desa Sungai Itik termasuk dalam usaha penangkapan yang
tergolong sederhana. Salah satu kelompok nelayan yang ada di Desa Sungai Itik dan berusaha di bidang perikanan bagan tancap
yaitu kelompok KKPI Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya. Ikan hasil tangkapan kelompok KKPI tersebut berupa
ikan segar utuh.
Pembangunan untuk penduduk di pesisir pantai dalam usaha pengembangan perikanan dapat dilakukan dengan penerapan
teknologi yang bertujuan untuk: a) mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang belum tereksploitasi dan rendah tingkat
pengusahaannya, b) mengindentifikasi sumber daya baru, c) mengurangi discard mortality (kematian yang tidak terkendali), d)
mengembangkan dan menggunakan teknik dan alat tangkap yang selektif, ramah lingkungan dan ekonomis.
Dalam kaitan dengan pengabdian ini, sejalan dengan perkembangan kebutuhan akan energi listrik pada stabilitas sistem
merupakan salah satu usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas cadangan listrik dengan harapan agar kontinuitas dan
keandalan penyediaan listrik kepada beban semakin meningkat. Sehingga dengan kerja interkoneksi (switch on-off) pada sistem
baterai, daya listrik yang dibutuhkan oleh beban dapat dipenuhi (Sumardi et al., 2018). Sebagai salah contoh bagaimana suatu
peralatan yang dibuat oleh pelaksana dengan melihat kenyataan dari dekat masyarakat pesisir pantai dengan salah satu cara
penangkapan ikan mengunakan sistem bagan yang dilengkapi perahu kecil serta bambu-bambu dan pancangan (kayu nibong)
dengan bantuan lampu petromaks untuk menarik perhatian ikan.
Gambar 2.
Profile Sebuah Bagan Tancap dan Aktivitas Nelayan
Hal ini juga didasarkan pada kenyataan yang berkembang di masyarakat yaitu tidak adanya sentuhan teknologi untuk
peningkatan kapasitas ikan tangkapan. Hal ini belum sinergi dengan kebijakan pemerintah dalam hal pengembangan produksi di
bidang perikanan laut yang memprioritaskan dan pengikutsertaan masyarakat banyak, serta pengembangan produksi hendaknya
tersebar di semua daerah terutama sekali untuk mencapai kelompok perikanan yang maju (Sudirman dan Nessa, 2015).
Peningkatan produktivitas usaha penangkapan terutama sekali ditujukan pada usaha, antara lain: modernisasi perahu layar,
modernisasi bahan dan alat penangkapan dari serat alam menjadi serat sintesis, perubahan jenis alat tangkap ke arah yang lebih
produktif, dan pemakaian alat tangkap tambahan disamping alat utama (Susanti et al., 2013).
Dengan alasan tersebut maka kegiatan pengabdian ini disamping menunjang program pemerintah di bidang perikanan
yaitu khususnya peningkatan produktivitas perikanan laut yang juga memanfaatkan energi sumber DC baterai dan lampu celup
bawah air laut pada bagan nelayan. Kegiatan ini akan merubah atau menggantikan lampu petromaks untuk nelayan bagan menjadi
lampu listrik yang sederhana yang dapat dijangkau oleh masyarakat (para nelayan), sehingga diharapkan dalam waktu tertentu
dapat meningkatkan baik dari segi jumlah maupun produktivitas masing-masing nelayan bagan, dengan demikian program
pemerintah mengenai ikan murah dapat tercapai.
Lacuba merupakan lampu yang dipakai dalam air untuk menarik perhatian ikan. Ikan tertarik pada cahaya melalui
penglihatan (mata) dan rangsangan melalui otak (pineal region pada otak) (Sulaiman et al., 2015). Peristiwa ikan tertarik pada
cahaya disebut fototaksis. Dengan demikian, ikan yang tertarik oleh cahaya hanyalah ikan-ikan fototaksis, yang umumnya adalah
ikan-ikan yang tidak tertarik oleh cahaya atau menjauhi cahaya biasa disebut fotofobi. Ada beberapa alasan mengapa ikan tertarik
oleh cahaya antara lain adalah penyesuaian intensitas cahaya dengan kemampuan mata ikan untuk menerima cahaya. Dengan
demikian, kemampuan ikan untuk tertarik pada suatu sumber cahaya sangat berbeda-beda. Ada ikan yang senang pada intensitas
cahaya yang rendah, tetapi ada pula ikan yang senang pada intensitas yang tinggi. Namun ada ikan yang mempunyai kemampuan
untuk tertarik oleh cahaya mulai dari intensitas yang rendah sampai intensitas tinggi (Sudirman et al., 2013).
Adapun beberapa kendala yang dihadapi oleh mitra kelompok KKPI dalam rangka penangkapan ikan pada bagan tancap
saat ini diantaranya adalah nelayan yang tergabung dalam kelompok KKPI Desa Sungai Itik melakukan penangkapan ikan pada
bagan tancap masih menggunakan teknologi sederhana untuk mendapatkan ikan di malam hari, yaitu menggunakan lampu
petromaks. Kelemahan lampu petromaks dalam merangsang ikan untuk berkumpul pada tancap antara lain (Jalil, 2013), yaitu: a)
hanya bisa digunakan di atas permukaan air, b) terbatas waktu pemakaian, jika bahan bakarnya habis maka harus diisi ulang, c)
sulitnya untuk mendapatkan bahan bakar, d) jika ada cuaca buruk maka lampu petromaks rentan terhadap tiupan angin dan
siraman air hujan sehingga tidak bisa dioperasikan saat cuaca buruk.
Tim PKM Bina Desa yang berasal dari Fakulas Teknik Untan menawarkan solusi terhadap permasalahan yang pokok yang
102
F. Imansyah, I arsyad, J Marpaung, A Hiendro, I Sujana Buletin Al-Ribaath 18 (2022) 100-110. E-ISSN: 2579-9495, P-ISSN: 1412-7156.
dihadapi nelayan bagan tancap yang tergabung dalam kelompok KKPI, yaitu mengganti alat bantu tangkap yang sebelumnya
menggunakan lampu petromaks diganti dengan lampu celup bawah air yang disingkat dengan Lacuba yang bertenaga listrik.
Disamping penggantian, Lacuba dilengkapi dengan sistem pengisian tenaga listrik setempat yang berasal dari tenaga matahari,
yaitu menggunakan Panel Surya (Solar Panel) dan perangkat pendukungnya.
Dengan menerapkan Lacuba maka penerangan untuk merangsang ikan berkumpul tidak lagi di permukaan air, namun di
bawah air sampai kedalaman 12 meter. Pada umumnya ikan berkumpul di bawah permukaan air dengan kedalaman 2 meter
sampai 10 meter (Sudarwan, 2016), sehingga dengan penerapan Lacuba diharapkan hasil tangkapan nelayan menjadi bertambah
banyak dan ikan yang ditangkap bertambah ragam/jenisnya, dengan demikian terjadi peningkatan kesejahteraan nelayan yang
bekerja ada bagan tancap (Susanti et al., 2013). Gambar 3 berikut ini adalah gambaran teknologi yang akan diterapkembangkan
dilapangan.
Gambar 3.
Keterlibatan Mahasiswa Program Bina Desa dalam Mensetting Peralatan PLTS Dan Lacuba serta Pengujian
Pengisian Baterai di Laboratorium
2. Metode
Gambar 4.
Sosialisasi di Laboratorium bersama Mahasiswa dan Sosialisasi Dengan Mitra KPPI
103
F. Imansyah, I arsyad, J Marpaung, A Hiendro, I Sujana Buletin Al-Ribaath 18 (2022) 100-110. E-ISSN: 2579-9495, P-ISSN: 1412-7156.
Untuk mencapai tujuan pelaksanaan desiminasi PKM maka dirancang tahapan kegiatan sebagai berikut:
1). Orientasi lapangan, meliputi: a) survey lokasi PKM, b) pernyataan kesediaan mitra, c) tempat sosialisasi di lokasi mitra.
2). Invetarisir kebutuhan desiminasi teknologi, meliputi: a) jumlah alat yang akan didesiminasikan, b) biaya yang pelatihan, c) transportasi
air menuju bagan tancap.
3). Transfer pengetahuan melalui pelatihan dan praktek penggunaan produk teknologi, meliputi: a) penjelasan tentang perikanan dan
kelautan, b) penjelasan praktis lacuba, c) demonstrasi peralatan yang akan digunakan.
4). Pelaksanaan di lapangan, meliputi: a) uji coba daya tahan Lacuba dengan variasi kedalaman, b) uji coba ketahanan baterai tanpa henti,
pelaksanaan dalam proses penangkapan ikan.
5). Monitoring dan evaluasi. Pada tahapan ini tim desiminasi PKM akan mengunjungi lokasi untuk mendapatkan informasi real terhadap
hasil penangkapan ikan setelah menggunakan alat yang didesiminasikan.
Penjelasan tahapan di atas diringkas kembali dalam diagram blok gambar 5 sebagai berikut:
Gambar 5.
Diagram Blok Ringkasan Metoda Pelaksanaan
104
F. Imansyah, I arsyad, J Marpaung, A Hiendro, I Sujana Buletin Al-Ribaath 18 (2022) 100-110. E-ISSN: 2579-9495, P-ISSN: 1412-7156.
dari komponen elektrik lampu (Sumardi et al., 2019). LED merupakan singkatan dari ligth-emitting diode artinya kurang lebih dioda
pancaran cahaya.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengoperasian Lacuba di bagan tancap (discharge) adalah sebagai
berikut (Putra, 2014):
• Masukkan jala penangkap ikan pada kedalaman yang ditentukan.
• Posisikan baterai dan alat ukur ditempat yang stabil, dengan permukaan alas yang rata dan kering dan
aman/terhindar dari percikan air laut maupun hujan.
• Sambungkan terminal kabel lacuba dengan po sisi: terminal warna merah ke tanda + pada baterai dan terminal
warna hitam ke tanda – pada baterai.
• Perhatikan lacuba dalam kondisi menyala dan sinarnya stabil (tdak berkedip) dan perhatikan pembacaan alat ukur
listrik.
• Celupkan lacuba ke dalam air laut secara perlahan dengan cara mengulur kabel sampai jarak yang ditentukan dan
berada di atas jala berjarak antara 1 -1,5 meter di atas jala.
• Amati sinar lampu dan pembacaan alat ukur.
• Tunggu dan amati berkumpulnya ikan di sekitar lampu di atas jala.
• Jika diperkirakan ikan yang berkumpulkan cukup banyak maka angkat jala bersama -sama dengan lacuba.
• Setelah selesai pengemasan ikan yang tertangkap maka ulangi langkah -langkah di atas.
• Perhatikan tegangan baterai pada alat ukur, jika tegangan kerja masih 12V (+/ - 10%) maka baterai masih bisa
digunakan untuk mensuplai daya ke Lacuba.
3). Baterai (Accu/Battery)
Baterai merupakan sumber tenaga yang diperlukan oleh lacuba. Oleh karena lacuba mempunyai tegangan
kerja 12V maka digunakan baterai yang mempunyai tegangan terminal sebesar 12 V juga. Disamping tegangan
terminal, besar kecil suatu baterai ditentukan oleh kapasitasnya. Kapasitas suatu baterai ditentukan oleh besar arus
yang dapat dialirkan selama kurun waktu tertentu, satuan kapasitas baterai adalah Ah (Ampere hour atau amperer
jam). Proses penangkapan ikan di malam hari biasanya dimulai dari jam 20.00 sampai dengan 04.00, yaitu berkisar
8 jam. Besar kapasitas baterai minimal untuk lacuba di atas adalah 0,83A x 8h = 6,64 Ah. Artinya dengan
pemakaian arus 0,83 A selama 8 jam maka kapasitas baterai akan habis. Baterai tidak dijinkan bekerja sampai
kapasitasnya habis karena bisa merusak sel-sel di dalam baterai tersebut. Karena itu kapasitas baterai harusnya
lebih besar dari konsumsi arus dan jam kerja lampu. Untuk lebih amannya digunakan baterai dengan kapasitas 32
Ah dengan tegangan kerja 12V.
Baterai merupakan komponen PLTS yang diperlukan untuk menyimpan energi listrik yang dihasilkan oleh
panel surya. Penggunaan baterai sebagai penyimpan energi dapat digunakan untuk menghidupkan peralatan listrik.
Ketersediaan baterai secara nasional sudah tersedia d engan baik dari sisi kapasitas dan distribusi. Keberadaan ini
didukung oleh aplikasi baterai yang sangat luas di berbagai bidang, namun harus tetap diperhatikan bahwa
karakteristik baterai untuk PLTS berbeda.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengisian baterai (charging) adalah sebagai berikut:
• Posisikan baterai ditempat yang aman dengan permukaan alas yang rata dan bersih, terhindar dari percikan air
dan jauh dari jangkauan anak-anak.
• Posisikan alat cas dalam keadaan aman dengan permukaan alas yang rat a, terhindar dari percikan air dan jauh
dari jangkauan anak-anak. Atur tegangan yang digunakan pada posisi 12V DC.
• Sambungkan terminal kabel warna merah dari charger ke tanda (+) pada baterai dan terminal warna hitam ke
tanda (-) dari baterai.
• Proses pengisian baterai berjalan dalam beberapa jam.
• Perhatikan penunjukkan jarum Ampere-meter pada battery charger, jika sudah menunjukkan angka 0 maka
pengisian baterai sudah selesai dan baterai sudah siap untuk digunakan kembali pada bagan tancap untuk
menangkap ikan.
4). Battery control unit (BCU)
Battery control unit berfungsi untuk mengatur pengisian Baterai, istilah nya adalah cas yang berasal dari kata
charge. Untuk memulihkan kapasitas baterai diperlukan alat cas, alat ini memiliki tegangan kerja lebih besar dari
tegangan baterai, jika baterai bekerja pada tegangan 12 V maka tegangan kerja alat cas lebih besar dari 12 V, agar
ada arus listrik mengalir dari alat cas ke baterai (prinsip hukum listrik).
BCU biasa juga disebut solar charge controller atau biasanya disebut battery charge regulator (BCR) adalah
komponen di dalam sistem PLTS terpusat yang berfungsi sebagai pengatur arus listrik ( current regulator) baik
terhadap arus yang masuk dari panel surya maupun arus beban keluar/ yang digunakan. BCR berfungsi untuk
menjaga baterai dari pengisian yang berlebihan (over charge), dan mengatur tegangan dan arus dari panel surya ke
batterai.
5). Kelengkapan panel surya
Yang termasuk dalam kelengkapan panel surya adalah tiang besi supaya panel surya pada ketinggian di atas
tubuh manusia, bracket yang berfungsi sebagai dudukan panel surya, baut dan mur agar setiap elemen berada pada
posisi yang kokoh dan kabel listrik sebagai media untuk menghubungkan lemen-elemen yang bertenaga listrik.
Penghantar atau kabel dan material mekanis lainnya yang diperlukan dalam PLTS sudah tersedia secara luas di
Indonesia. Hal ini disebabkan industri tersebut sudah baik dan mapan. Komponen pe ndukung lainnya seperti lampu
LED, lampu hemat energi, TV, dan peralatan elektronik lainnya baik yang menggunakan listrik AC atau DC sudah
tersedia di pasaran Indonesia.
105
F. Imansyah, I arsyad, J Marpaung, A Hiendro, I Sujana Buletin Al-Ribaath 18 (2022) 100-110. E-ISSN: 2579-9495, P-ISSN: 1412-7156.
Jenis luaran dari kegiatan Bina Desa Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura ini adalah berupa hibah bantuan produk
teknologi berupa Lacuba dan Sistem Tenaga Surya yang diterapkan pada bagan tancap atau ambay dalam upaya meningkatkan
kapasitas ikan tangkapan. Target luaran dari kegiatan Bina Desa Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura bersama mitra
Kelompok KKPI Desa Sungai Kakap adalah sebagai berikut:
1). Pemberian bantuan atau hibah suatu produk teknologi berupa Lacuba dan Sistem Tenaga Surya yang dipasang pada bagan
tancap atau ambay milik nelayan.
2). Mitra nelayan kelompok KKPI mampu mengoperasikan dan memelihara produk teknologi yang dihibahkan.
3). Mitra kelompok nelayan KKPI diharapkan mampu meningkatkan kapasitas ikan tangkapan dengan bantuan produk teknologi
yang dihibahkan.
4). Mitra nelayan kelompok KKPI diharapkan selalu melakukan komunikasi dengan tim PKM Bina Desa terkait produktivitas
dan perubahan yang terjadi dengan penerapan produk teknologi Lacuba ini, agar dapat dievaluasi demi kesejahteraan nelayan.
Salah satu yang menjadi perhatian serius terhadap perikanan tangkap terutama bagi nelayan yang menggantungkan hidupnya
mencari ikan dengan bagan tancap yaitu ketersediaan penerangan/pencahayaan pada malam hari untuk menarik ikan di sekitar bagan.
Ketergantungan yang tinggi terhadap ketersediaan energi listrik dirasakan oleh masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan di Kawasan
106
F. Imansyah, I arsyad, J Marpaung, A Hiendro, I Sujana Buletin Al-Ribaath 18 (2022) 100-110. E-ISSN: 2579-9495, P-ISSN: 1412-7156.
perairan Kakap. Energi listrik menjadi sangat penting karena digunakan untuk penyinaran penangkapan ikan di bagan tancap oleh
nelayan.
Alat tangkap bagan tancap termasuk salah satu alat yang menggunakan lampu listrik, kebanyakan masih menggunakan lampu
boohlam yang dinyalakan dengan genset sebagai sumber penerang di alat bagan tancap ada juga yang menggunakan petromak. Untuk
membantu perkembangan teknologi yang dimiliki oleh nelayan, Perguruan Tinggi perlu berperan serta dalam suatu penelitian terkait
dengan permasalahan ini. Salah satu alternatif yang akan ditawarkan melalui kegiatan bina desa ini adalah mengembangkan lampu LED
sebagai pengganti lampu bohlam atau petromak dalam perikanan lampu (light fishing) listrik.
Permasalahan listrik memang menjadi kendala utama dalam penangkapan ikan di bagan tancap karena tanpa adanya
pencahayaan/penerangan maka nelayan mengalami kesulitan menangkap ikan. Adanya lampu penerangan digunakan oleh nelayan untuk
daya tarik berkumpulnya ikan. Selama ini, untuk sumber listrik, nelayan pemilik bagan tancap menggunakan baterai dan dicas di
rumah masing-masing. Selain itu bagan tancap yang lokasinya berdekatan dengan pemukiman dapat mengalirkan listrik PLN dari rumah
masing-masing nelayan ke bagan tancapnya melalui jaringan kabel namun nampaknya ini beresiko tinggi karena jaringan listrik tersebut
dapat menyebabkan terjadinya korban jiwa apabila kabelnya terputus. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka beberapa tujuan dalam
kegiatan pengabdian ini yaitu:
1). Demontrasi teknologi panel surya pada bagan tancap sebagai penyedia sumber listrik untuk memenuhi kebutuhan nelayan dalam
menangkap ikan.
2). Peningkatan pengetahuan melalui pelatihan penggunaan teknologi panel surya kepada kelompok Koperasi Kelautan dan Perikanan
Indonesia (KKPI) Kabupaten Kubu Raya.
3). Menyusun strategi keberlanjutan kegiatan melalui optimalisasi peran lembaga KKPI Kabupaten Kubu Raya serta kerjasama dengan
para pihak.
Kegiatan penerapan teknologi panel surya dan Lacuba pada bagan tancap untuk peningkatan tangkapan ikan dilaksanakan selama
satu bulan. Kegiatan ini dikerjakan oleh mitra kelompok KKPI Desa Sungai Kakap yang difasilitasi pendanaan maupun bimbingan
teknis dari tim pengabdian Fakultas Teknik Untan melalui dukungan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Untan (program
Bina Desa). Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk pemanfaatan teknologi ramah lingkungan rendah emisi untuk sektor perikanan.
Manfaat yang diterima dalam kegiatan ini yaitu pengisian baterai yang sedianya dilakukan nelayan di rumah akan lebih dekat dengan
ketersediaan terminal di bagan tancap panel surya untuk pengecasan baterai.
Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan didapatkan bahwa berdasarkan karakteristik yang dilakukan, yaitu; jarak
bagan tancap dari pesisir pantai, lebar jaring, jenis penerangan dan jumlah penerangan yang digunakan pada bagan tancap
terdapat dua karaktersitik yang mempengaruhi hasil tangkapan nelayan bagan tancap, yaitu; Jarak bagan tancap dari pesisir pantai,
dan Jumlah penerangan yang digunakan. Pada karakteristik bagan tancap berupa jarak bagan dari pesisir pantai didapatkan hasil
bahwa semakin jauh bagan tancap dari pesisir pantai semakin besar jumlah hasil tangkapan dan semakin beragam jenis ikan yang
didapatkan. Pada karakteristik Jumlah penerangan yang didapatkan pada bagan tancap didapatkan hasil bahwa jumlah penerangan
yang digunakan pada bagan tancap mempengaruhi jumlah hasil tangkapan dan jenis ikan yang didapatkan. Pada karakteristik
Jumlah penerangan yang didapatkan pada bagan tancap didapatkan hasil bahwa jumlah penerangan yang digunakan pada
bagan tancap mempengaruhi jumlah hasil tangkapan dan jenis ikan yang didapatkan. Semakin besar jumlah penerangan atau watt
yang digunakan, sebanyak jumlah hasil tangkapan dan jenis ikan yang didapatkan.
107
F. Imansyah, I arsyad, J Marpaung, A Hiendro, I Sujana Buletin Al-Ribaath 18 (2022) 100-110. E-ISSN: 2579-9495, P-ISSN: 1412-7156.
Gambar 6.
Sistem Alur dan Implementasi Pemasangan Jaringan Panel Surya
Lampu LED digunakan dalam kegiatan ini karena lampu tersebut tersedia banyak dipasaran. Hal ini berdasarkan informasi
dari berbagai pihak bahwa lampu LED dapat memikat ikan cepat. Namun hal ini juga dilakukan dengan serangkaian proses
penelitian dan uji coba agar bisa sesuai dengan kebutuhan nelayan. Misalnya, penelitian harus memperhatikan jenis alat tangkap
dan target ikan tangkapan. Sumber energi lampu LED selain dari generator listrik juga dapat menggunakan energi lainnya yang
lebih ramah lingkungan. Sumber energi terbarukan lain yang dapat digunakan sebagai sumber energi listrik untuk menyalakan
lampu LED antara lain sinar matahari melalui pemanfaatan panel surya, pembangkit listrik tenaga angin maupun pembangkit listrik
tenaga air laut. Kombinasi pemanfaatan sumber energi terbarukan sebagai sumber listrik akan meningkatkan efisiensi usaha
perikanan di masa mendatang. Aplikasi lampu LED juga dapat dikombinasikan dengan sistem kendali mikro, sehingga warna dan
intensitas yang diinginkan dapat diatur sesuai dengan target tangkapan yang diinginkan.
Kombinasi teknologi LED, kendali mikro dan sumber energi terbarukan diharapkan mampu menghasilkan teknologi lampu
pintar sehingga dapat menghasilkan lampu yang ideal untuk perikanan bagan. Hal ini penting dilakukan mengingat konsep
pengembangan teknologi ini juga belum dilakukan di luar negeri pada perikanan tangkap skala kecil.
Secara umum, respons ikan terhadap sumber cahaya dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu bersifat phototaksis
positif (ikan yang mendekati datangnya arah sumber cahaya) dan bersifat phototaksis negatif (ikan yang menjauhi datangnya arah
sumber cahaya) (Sukardi et al., 2017). Ikan-ikan yang bersifat phototaksis positif secara berkelompok akan bereaksi terhadap
datangnya cahaya dan berkumpul di sekitar cahaya pada jarak dan rentang waktu tertentu. Selain menghindari serangan predator
(pemangsa), juga untuk kegiatan mencari makan. Menurut (Rudin et al., 2017) mengemukakan perbedaan warna cahaya lampu
yang digunakan nelayan dalam penangkapan ikan akan memberikan hasil yang berbeda pada jumlah tangkapan, perbedaan ini
akibat dari jenis ikan tersebut senang atau tertarik pada warna dan intensitas sinar tertentu.
Gambar 7.
Uji Coba Lacuba Dengan Variasi Warna dan Foto Bersama Tim Bina Desa
Namun demikian, dengan adanya pelatihan ini paling tidak upaya menuju pemenuhan kebutuhan nelayan dapat dilakukan secara
mandiri tentunya tujuan peningkatan pengetahuan nelayan dapat terlaksana dengan baik. Target utama berupa penguasaan anggota
kelompok KKPI terhadap operasionalisasi peralatan panel surya sebagai sumber listrik untuk pengisian baterai yang akan dimanfaatkan
sebagai sumber listrik penerangan lampu dapat dikuasai oleh semua peserta. Hasil evaluasi terhadap penguasaan peserta pelatihan
menunjukkan bahwa materi pelatihan baik secara teoritis maupun teknis telah dipahami dengan baik oleh anggota KKPI Kabupaten
Kubu Raya yang hadir sebagai peserta pelatihan.
108
F. Imansyah, I arsyad, J Marpaung, A Hiendro, I Sujana Buletin Al-Ribaath 18 (2022) 100-110. E-ISSN: 2579-9495, P-ISSN: 1412-7156.
Pada saat simulasi sekaligus pelatihan operasional dimana pemanfaatan sumber listrik dengan lampu LED menggunakan baterai
kering berdaya DC. Pengisian baterai deep cycle dilakukan oleh sel surya yang dipasang pada alat bagan tancap. Hasil yang didapatkan
berupa ikan teri. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah penggunaan cahaya sebagai alat bantu untuk memancing ikan berkumpul di
area penangkapan (catchable area) lalu kemudian menangkapnya. Ikan laut memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap cahaya. Tingkah
laku ikan kaitannya dalam merespon sumber cahaya yang sering dimanfaatkan oleh nelayan adalah kecenderungan ikan untuk
berkumpul di sekitar sumber cahaya (Sari, 2013).
Dalam demonstrasi ini juga dipraktekkan bagaimana cara melakukan pengecasan baterai untuk penyimpanan listrik. Batterai
atau accu berfungsi untuk menyimpan arus/energi listrik yang dihasilkan panel surya. Kegunaan baterai dalam sistem Pembangkit Listrik
Tenaga Surya (PLTS) sangat berguna untuk menyimpan arus/energi listrik yang dihasilkan dari solar cell/panel pada waktu siang hari dan
dapat digunakan ke beban yang dibutuhkan pada malam hari maupun siang.
Penggunaan PLTS sebagai sumber energi listrik untuk dapat diterapkan di dunia perikanan khususnya sebagai sumber
energi listrik di bagan nelayan sangat memungkinkan. Hal ini didukung oleh ketersediaan dari sistem PLTS itu sendiri di
Indonesia. Penggunaan PLTS juga dapat memberikan dampak positif kepada para nelayan. Dampak ini seperti peningkaatan
kesehatan, ekonomi, kelestarian lingkungan dan membangun nelayan yang mandiri. Metode pengoperasian Lacuba yaitu langkah
awal yang dilakukan dalam kegiatan ini adalah: a) persiapan PLTS dan Lacuba yang akan digunakan untuk operasi penangkapan,
setelah persiapan lampu selesai kemudian jaring bagan diturunkan atau setting, b) penurunan jaring dilakukan pada pukul 19:00
WIB mengkuti kebiasaan nelayan karena pada saat itu hari sudah mulai gelap. Penurunan jaring menggunakan roller sampai
kedalaman 15 meter sampai ke dasar perairan dibawah permukaan air, setelah menurunkan jaring Lacuba dan lampu setting
dihidupkan, c) perendaman jaring tidak selalu sama setiap Hauling karena menunggu ikan yang akan berkumpul di bawah cahaya
Lacuba. Selama jaring direndam dilakukan pengamatan secara langsung yaitu pengamatan tanda-tanda ikan berkumpul bawah
cahaya lampu dan mengamati keadaan arus, gelombang, dan angina, d) hauling dilakukan jika ikan sudah berkumpul disekitar
bawah sumber cahaya Lacuba. Pada tahap ini Lacuba diganti dengan lampu hauling. Jaring angkat secara vertikal kearah
permukaan air menggunakan roller dengan perlahan dengan kecepatan maksimum, e) setelah jaring bagan sampai ke permukaan
air, maka hasil tangkapan dapat diambil dengan menggunakan serok sebagai alat bantu. Pelatihan penggunaan Teknologi
Panel Surya kepada KKPI Kabupaten Kubu Raya dapat menambah pengetahuan dan wawasan anggota KKPI. Pengetahuan yang
diperoleh tersebut akan berguna dalam operasionalisasi bagan tancap terutama pemanenan energi surya menjadi listrik serta penyimpanan
listrik pada baterai yang akan digunakan oleh nelayan pada malam harinya untuk menangkap ikan.
Di bidang pengembangan sub sektor perikanan, rendahnya tingkat penerapan dan penguasaan teknologi tampaknya bukan
terkait dengan alih teknologi, namun juga berhubungan dengan masalah pengembangan teknologinya itu sendiri. Guna mengatasi
berbagai kendala tersebut maka sudah selayaknya penerapan dan pengembangan IPTEK mutlak segera dan secara serius di segala
bidang yang berhubungan dengan perikanan. Peningkatan kemampuan dan kemauan nelayan untuk meningkatkan muatan iptek
dalam usahanya perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah dan pihak lain yang berkepentingan dengan pembinaan nelayan.
Tugas tersebut memang tidak mudah mengingat masih rendahnya tingkat pendidikan mereka. Perlu juga jadi perhatian bahwa
penerapan, pengembangan dan penguasaan iptek perikanan juga menuntut perubahan sikap dari masyarakat umum, khususnya
para konsumen. Iptek perikanan sangat diperlukan utamanya untuk mendukung program pembangunan perikanan, termasuk
didalamnya pengelolaan sumber daya perikanan, mendukung terwujudnya jaringan agribisnis dan agroindustri yang tangguh dan
berkelanjutan. Kegiatan ini diharapkan dapat mewujudkan modernisasi usaha perikanan yang diikuti alokasi sarana dan prasarana
yang diperlukan agar nelayan mampu mengembangkan usahanya sebagai usaha yang tangguh dan memiliki daya saing yang kuat,
serta meningkatkan produktivitas dan modernisasi usaha perikanan sehingga dapat dicapai perbaikan sistem pengembangan usaha
perikanan serta pengolahan dan pemanfaatan sumber daya alam (SDA) yang ada di lokasi usaha perikanan agar ketersediaan ikan
selalu terpenuhi. Penggunaan energi terbarukan khususnya PLTS dan Lacuba dalam bidang perikanan tangkap sudah lumayan
banyak dipergunakan, namun penggunaan ini hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan listrik dari bagan nelayan dan kemampuan
109
F. Imansyah, I arsyad, J Marpaung, A Hiendro, I Sujana Buletin Al-Ribaath 18 (2022) 100-110. E-ISSN: 2579-9495, P-ISSN: 1412-7156.
dari nelayan. Investasi yang besar dan biaya perawatan juga menjadi tantangan dalam pemanfaatan PLTS. Diharapkan kepada
nelayan menggunakan Lacuba sebagai alat bantu penangkapan. Guna mendapatkan hasil yang maksimal perlu dilakukan
penelitian lanjutan tentang Lacuba dengan perlakuan panjang gelombang yang berbeda (warna), waktu hauling dan musim
penangkapan. Pengembangan perikanan diarahkan kepada peningkatan nilai tambah dari produksi hasil tangkapan, diharapkan
dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Strategi Keberlanjutan yang dilakukan dengan mengoptimalkan peran para pihak terutama
KKPI Kabupaten Kubu Raya melalui adanya inisiatif KKPI untuk dapat melakukan kerjasama dengan para pihak untuk semakin
mengembangkan penangkapan ikan dengan teknologi ramah lingkungan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Teknik dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Universitas Tanjungpura, yang telah membantu pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini. Penulis juga mengucapkan
terimakasih kepada mitra Koperasi Kelautan dan Perikanan Indonesia (KKPI) Kabupaten Kubu Raya beserta seluruh anggotanya
yang ikut mensukseskan kegiatan pengabdian ini, beserta seluruh pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Daftar Pustaka
Aliyubi, F., Boesono, H., & Setiyanto, I. (2015). Analisis Perbedaan Hasil Tangkapan Berdasarkan Warna Lampu pada Alat
Tangkap Bagan Apung dan Bagan Tancap di Perairan Muncar, Kabupaten Banyuwangi. Journal of Fisheries Resources
Utilization Management and Technology, 4(2), 93-101.
Bahari, D. B., Nelwan, A., & Zainuddin, M. (2019). Studi Tentang Komposisi Jenis Hasil Tangkapan Purse Seine Study of Catch
Composition Species of Purse Seine Based on Fishing Ground Location in Tanah Beru Coastal Waters. Jurnal IPTEKS
PSP, 6 (April), 21-43.
Fauziyah, Saleh, K., Hadi, & Supriyadi, F. (2012). Respon Perbedaan Intensitas Cahaya Lampu Petromak Terhadap Hasil
Tangkapan Bagan Tancap di Perairan Sungsang, Sumatera Selatan. Maspari J., 4(2), 215-224.
Gustaman, G., Fauziyah, & Isnaini. (2012). Efektifitas Perbedaan Warna Cahaya Lampu Terhadap Hasil Tangkapan Bagan
Tancap di Perairan Sungsang Sumatera Selatan. Maspari J., 4(1), 92-102.
Hasan (2008). Uji Coba Penggunaan Lampu Lacuba Tenaga Surya pada Bagan Apung Terhadap Hasil Tangkapan Ikan di
Pelabuhan Ratu, Jawa Barat. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia, 2(3), 11-18.
Himam, M. I. & Mawardi, W. (2018). Efektivitas Lampu Led Celup Sebagai Lampu Hauling Effectiveness of Submersible
LED Light as Hauling Lamp on Boat Liftnet Oleh: Mahasiswa Magister Program Studi Teknologi Perikanan Laut, Sekolah
Pascasarjana IPB. II (1).
Jalil, A. R. (2013). Distribusi Kecepatan Arus Pasang Surut pada Muson Peralihan Barat-Timur Terkait Hasil Tangkapan Ikan
Pelagis Kecil di Perairan Spermonde. Depik, 2(1), 26-32.
Putra, A. P. S. (2014). Optimasi Panjang Gelombang Cahaya Lampu Celup dalam Air Sebagai Alat Bantu Penangkapan Ikan di
Bagan Apung Perairan Barru, Sulawesi Selatan. [skripsi]. Departemen Fisika. IPB.
Rudin, M. J., Irnawati, R., & Rahmawati, A. (2017). Perbedaan Hasil Tangkapan Bagan Tancap dengan Menggunakan Lampu
CFL dan LED dalam Air (Leda) di Perairan Teluk Banten. Jurnal Perikanan Dan Kelautan, 7(2), 167-180.
Sari, P.E. (2013). Efektivitas Hasil Tangkapan Nelayan Berdasarkan Waktu Hauling pada Bagan Tancap di Desa Kurau. [skripsi]
FPPB Universitas Bangka Belitung.
Silitonga, P. M. F. & Hartoko, A. (2014). Analisa Sebaran Bagan Tancap dan Hasil Tangkapan di Perairan Bandengan, Jepara,
Jawa Tengah. Journal of Fisheries Resources Utilization Management and Technology, 3, 77-84.
Sudarwan (2016). Analisis Hasil Tangkapan Pancingan Cumi Menggunakan Lacuda (Lampu Celup Dalam Air). [skripsi].
Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan Pertanian Dan Biologi. Universitas Bangka Belitung. Bangka Belitung.
Sudirman & Nessa (2015). Perikanan Bagan: Akankah Menjadi Ancaman Terhadap Marine Protected Area. Bunga Rampai
Pengeloaan Kawasan Konservasi Perikanan. UNHAS. Makassar.
Sudirman, Najamuddin, & Mahpud, P. (2013). Efektifitas Penggunaan Berbagai Jenis Lampu Listrik untuk Menarik Perhatian
Ikan Pelagis Kecil pada Bagan tancap. Jurnal Perikanan, 13(3).
Sukardi, Yanto, S., & Kadirman. (2017). Pengaruh Warna Cahaya Lampu Dan Intensitas Cahaya yang Berbeda Terhadap
Respons Benih Ikan Bandeng (chanos-chanos forskal) dan Benih Ikan Nila (oreochromis niloticus). Jurnal Pendidikan
Teknologi Pertanian, 3.
Sulaiman, Muhammad, Baskoro, M. S., Taurusman, A. A., Wisudo, S. H., & Yusfiandayani, R. (2015). Tingkah Laku Ikan pada
Perikanan Bagan Petepete yang Menggunakan Lampu LED. Jurnal Ilmu Dan Teknologi Kelautan Tropis, 7(1), 205-224.
Sulaiman, M. (2015). Pengembangan Lampu Light Emitting Diode (LED) Sebagai Pemikat Ikan Pada Perikanan Bagan Tancap
Petepete Di Sulawesi Selatan. Disertasi. Insttitut Pertanian Bogor (IPB).
Sumardi, Wisudo, H., Sugeng, Mawardi, W., & Baskoro, M. S. (2018). Intensitas Cahaya Hpl 50 Watt Berdasarkan Arus Maju
Sebagai Dasar dalam Desain Konstruksi Alat Bantu Pemikat Ikan 50 Watts Hpl Light Intensity Based on Forward Current as a
Basis in Construction Design of Fish Attractor Device. Universitas Muhammadiyah Tangerang, 7(1), 100-106.
Sumardi, Wisudo, H., Sugeng, Mawardi, W., & Baskoro, M. S. (2019). Light Intensity PWM Design as a Tool to Attract Fish in
Microcontroller-Based Stationary Lift Net.
Susanti, W., Nelwan, A. F. P., & Kurnia, M. (2013). Produktivitas Daerah Penangkapan Ikan Bagan Tancap yang Berbeda Jarak
dari Pantai di Perairan Kabupaten Jeneponto. Jurnal Akuatika, 4(1), 68-79.
110