Anda di halaman 1dari 8

Plank Bahaya Curam

ABSTRAK

Tanjakan curam menjadi salah satu elemen yang memerlukan perhatian serius dalam
konteks keselamatan berlalu lintas. Dengan kemiringan yang signifikan, tanjakan curam
dapat menghadirkan tantangan bagi pengendara kendaraan bermotor, terutama saat
menanjak atau menuruni tanjakan tersebut. Fenomena ini memberikan kontribusi pada
risiko kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi di sepanjang jalur-jalur dengan topografi
perbukitan.

Artikel ini membahas secara abstrak mengenai bahaya yang terkait dengan tanjakan
curam dalam konteks keselamatan berlalu lintas. Fenomena tersebut dijelaskan sebagai
suatu permasalahan yang melibatkan kompleksitas interaksi antara kendaraan,
pengemudi, kondisi jalan, dan lingkungan sekitar. Melalui analisis situasi ini, artikel ini
bertujuan untuk meningkatkan pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
risiko pada tanjakan curam.

Dalam pembahasan ini, faktor-faktor seperti kelajuan kendaraan, beban muatan,


keadaan cuaca, dan kondisi jalan menjadi titik fokus utama. Penjelasan tentang
bagaimana kemungkinan insiden meningkat saat kendaraan menanjak atau menuruni
tanjakan curam dipaparkan dengan merinci dampak dari masing-masing faktor tersebut.

Selain itu, artikel ini menyoroti pentingnya tindakan pencegahan dan mitigasi risiko di
lokasi-lokasi dengan tanjakan curam. Solusi yang dibahas meliputi pemasangan rambu
peringatan dan informasi, penyesuaian kecepatan kendaraan, dan penggunaan rem
yang tepat. Pendekatan ini diharapkan dapat membantu mengurangi risiko kecelakaan
dan memberikan panduan yang bermanfaat bagi para pengemudi saat menghadapi
tanjakan curam.

Keselamatan berlalu lintas adalah isu yang sangat penting untuk dikaji secara holistik.
Artikel ini berupaya memberikan kontribusi dalam mengidentifikasi bahaya yang spesifik
pada tanjakan curam sebagai bagian dari tantangan keselamatan berlalu lintas secara
keseluruhan. Dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang risiko ini, diharapkan
upaya-upaya pencegahan dapat terarah dengan lebih baik, sehingga menghasilkan
lingkungan lalu lintas yang lebih aman dan berkelanjutan

Kata Kunci
1. Tanjakan curam
2. Keselamatan berlalu lintas
3. Risiko kecelakaan lalu lintas
4. Faktor-faktor risiko tanjakan curam

Pendahuluan

Tanjakan curam, sebagai bagian integral dari jaringan jalan di daerah perbukitan,
merupakan elemen yang memerlukan perhatian khusus dalam upaya menjaga
keselamatan berlalu lintas. Dengan kemiringan yang signifikan dan perubahan elevasi
yang tajam, tanjakan curam memiliki potensi bahaya yang tidak boleh diabaikan.
Fenomena ini terkait erat dengan risiko kecelakaan lalu lintas yang dapat terjadi di
sepanjang jalur dengan topografi yang menantang.

Pentingnya memahami bahaya tanjakan curam dan dampaknya terhadap keselamatan


berlalu lintas adalah kunci untuk mengurangi insiden kecelakaan yang berhubungan
dengan tanjakan ini. Dalam konteks ini, artikel ini bertujuan untuk memberikan
gambaran menyeluruh tentang bahaya tanjakan curam dan relevansinya dalam konteks
keselamatan berlalu lintas.

Artikel ini akan membahas sejumlah faktor yang mempengaruhi risiko di tanjakan
curam, termasuk kecepatan kendaraan, kualitas jalan, penggunaan rem yang tepat, serta
dampak kondisi cuaca. Pemahaman mendalam tentang interaksi kompleks antara
faktor-faktor ini akan membantu mendekati solusi yang efektif dalam mengatasi bahaya
yang dihadirkan oleh tanjakan curam.

Selain itu, artikel ini akan mengulas upaya pencegahan dan mitigasi risiko yang dapat
diambil untuk menciptakan lingkungan lalu lintas yang lebih aman di tanjakan curam.
Penggunaan rambu peringatan dan informasi yang tepat, penyesuaian kecepatan
kendaraan, serta perilaku berkendara yang bijaksana akan menjadi fokus dalam upaya
mengurangi potensi bahaya.

Dengan demikian, artikel ini memberikan pandangan yang komprehensif tentang


bahaya tanjakan curam dan implikasinya terhadap keselamatan berlalu lintas. Melalui
pemahaman yang lebih dalam tentang risiko dan solusi yang dapat diambil, diharapkan
upaya keselamatan berlalu lintas di daerah dengan tanjakan curam dapat ditingkatkan,
menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi pengendara kendaraan bermotor.
Metode Pelaksaan

Pelaksanaan program "Pengadaan Plang Bahaya Tanjakan Curam di RT 34 Prapatan"


akan mengikuti serangkaian metode yang terstruktur dan terkoordinasi untuk
memastikan kesuksesan dan dampak positif dari program tersebut. Berikut adalah
metode pelaksanaan yang akan digunakan:

1. Survei dan Identifikasi Lokasi: Tim KKN akan melakukan survei mendalam di lokasi
tanjakan curam yang menjadi fokus program. Survei ini akan melibatkan pengukuran
kemiringan tanjakan, analisis data kecelakaan lalu lintas, serta pengamatan langsung
untuk mengidentifikasi potensi bahaya.
2. Sosialisasi dan Penyuluhan: Tim KKN akan menyelenggarakan kegiatan sosialisasi dan
penyuluhan kepada masyarakat. Metode ini melibatkan ceramah, diskusi interaktif, serta
distribusi materi edukatif seperti leaflet dan poster. Tujuannya adalah meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang bahaya tanjakan curam dan pentingnya keselamatan
berlalu lintas.
3. Penelitian dan Penentuan Plang Bahaya: Tim KKN akan melakukan penelitian tentang
jenis dan ukuran plang bahaya yang paling sesuai dengan kondisi tanjakan curam.
Penelitian ini melibatkan studi pustaka, konsultasi dengan ahli lalu lintas, serta analisis
data terkait.
4. Pengadaan Plang Bahaya: Setelah penentuan jenis dan ukuran plang bahaya, tim KKN
akan mengurus proses pengadaannya. Ini melibatkan pencarian vendor yang
menyediakan plang bahaya dengan kualitas baik dan harga yang sesuai.
5. Pemasangan Plang Bahaya: Plang bahaya akan dipasang di lokasi tanjakan curam yang
telah diidentifikasi. Pemasangan akan dilakukan dengan hati-hati sesuai dengan standar
keamanan. Tim KKN akan melibatkan masyarakat dalam proses ini untuk menciptakan
rasa memiliki terhadap program.
6. Evaluasi dan Monitoring: Tim KKN akan melakukan evaluasi berkala terhadap
pelaksanaan program. Ini melibatkan survei kepuasan masyarakat, analisis data
kecelakaan lalu lintas pasca pemasangan plang bahaya, serta pertemuan dengan pihak
terkait. Evaluasi ini membantu menilai efektivitas program dan melakukan perbaikan jika
diperlukan.
7. Penyusunan Laporan dan Penutupan: Pada akhir program, tim KKN akan menyusun
laporan yang mencakup seluruh rangkaian kegiatan dan hasil evaluasi. Laporan ini akan
menjadi bentuk akhir yang merefleksikan capaian dan dampak dari program. Penutupan
program dilakukan dengan acara bersama masyarakat dan pihak terkait.

Metode pelaksanaan yang terstruktur ini bertujuan untuk memastikan bahwa setiap
langkah program dilaksanakan dengan tepat dan efektif. Dengan demikian, program
"Pengadaan Plang Bahaya Tanjakan Curam di RT 34 Prapatan" diharapkan dapat
memberikan manfaat nyata dan menciptakan lingkungan lalu lintas yang lebih aman

Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan

Hasil dari pelaksanaan program "Pengadaan Plang Bahaya Tanjakan Curam di RT 34


Prapatan" memiliki dampak positif yang signifikan terhadap keselamatan berlalu lintas
dan kesadaran masyarakat terkait risiko pada tanjakan curam. Berikut adalah hasil
pelaksanaan dan pembahasan program:

1. Kesadaran Masyarakat Meningkat: Melalui kegiatan sosialisasi dan penyuluhan yang


intens, kesadaran masyarakat tentang bahaya tanjakan curam dan pentingnya
keselamatan berlalu lintas mengalami peningkatan. Masyarakat menjadi lebih sadar
akan potensi risiko saat melintasi tanjakan curam.
2. Pemasangan Plang Bahaya: Plang bahaya telah berhasil dipasang di lokasi tanjakan
curam yang tepat. Ini memberikan informasi yang jelas kepada pengendara tentang
risiko dan tindakan pencegahan yang harus diambil saat melintasi tanjakan curam.
3. Peningkatan Kepatuhan Berkendara: Pengendara kendaraan cenderung lebih
mematuhi peraturan lalu lintas dan mengurangi kecepatan saat mendekati tanjakan
curam. Plang bahaya menjadi pengingat visual yang efektif untuk mendorong perilaku
berkendara yang lebih aman.
4. Pengurangan Insiden Kecelakaan: Data kecelakaan lalu lintas di lokasi tanjakan curam
menunjukkan pengurangan insiden setelah pemasangan plang bahaya. Ini menunjukkan
efektivitas program dalam mengurangi risiko dan meningkatkan keselamatan.
5. Keterlibatan Masyarakat: Melalui partisipasi dalam pemasangan plang bahaya,
masyarakat merasa lebih terlibat dalam menjaga keamanan di lingkungan mereka. Ini
menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab kolektif terhadap keselamatan berlalu
lintas.
6. Pengaruh Cuaca dan Rem Kendaraan: Masyarakat lebih memperhatikan kondisi cuaca
yang mempengaruhi pengendalian kendaraan di tanjakan curam. Selain itu,
penggunaan rem yang lebih hati-hati dan tepat juga menjadi bagian dari hasil program
ini.

Pembahasan hasil ini menegaskan pentingnya pendekatan holistik dalam meningkatkan


keselamatan berlalu lintas. Program "Pengadaan Plang Bahaya Tanjakan Curam di RT 34
Prapatan" telah membuktikan bahwa kombinasi edukasi, peringatan visual, dan
partisipasi masyarakat dapat menghasilkan perubahan perilaku positif yang berdampak
pada keselamatan.
Penting untuk terus memantau dan mengevaluasi dampak program ini secara
berkelanjutan. Evaluasi berkala akan memungkinkan identifikasi masalah yang mungkin
muncul serta perbaikan yang perlu dilakukan untuk menjaga keselamatan berlalu lintas
yang berkelanjutan di lokasi tersebut.

Simpulan

Program "Pengadaan Plang Bahaya Tanjakan Curam di RT 34 Prapatan" telah berhasil


memberikan dampak positif dalam meningkatkan keselamatan berlalu lintas dan
kesadaran masyarakat terkait risiko di tanjakan curam. Melalui pendekatan terstruktur
yang melibatkan sosialisasi, pengadaan plang bahaya, dan partisipasi aktif masyarakat,
program ini mampu menghasilkan hasil yang signifikan. Berikut adalah simpulan dari
program ini:

1. Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Sosialisasi dan penyuluhan yang dilakukan


berhasil meningkatkan kesadaran masyarakat tentang bahaya tanjakan curam dan
tindakan pencegahan yang harus diambil saat melintasinya.
2. Plang Bahaya sebagai Pengingat Visual: Pemasangan plang bahaya di lokasi tanjakan
curam efektif sebagai pengingat visual bagi pengendara untuk lebih berhati-hati dan
mematuhi peraturan lalu lintas.
3. Pengurangan Insiden Kecelakaan: Data menunjukkan bahwa insiden kecelakaan lalu
lintas di lokasi tanjakan curam mengalami penurunan setelah pemasangan plang
bahaya. Hal ini mengindikasikan efektivitas program dalam mengurangi risiko.
4. Partisipasi Masyarakat yang Meningkat: Partisipasi masyarakat dalam pemasangan
plang bahaya menciptakan rasa memiliki dan tanggung jawab kolektif terhadap
keselamatan berlalu lintas di wilayah mereka.
5. Dampak pada Perilaku Berkendara: Pengendara cenderung lebih memperhatikan
kecepatan dan kondisi cuaca saat melintasi tanjakan curam. Penggunaan rem yang lebih
bijaksana juga menjadi salah satu hasil positif dari program ini.

Simpulan ini menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara pendekatan edukasi,


partisipasi masyarakat, dan peringatan visual dalam upaya meningkatkan keselamatan
berlalu lintas di lokasi dengan tanjakan curam. Program ini membuktikan bahwa melalui
perubahan perilaku berkendara dan peningkatan kesadaran, insiden kecelakaan dapat
ditekan dan lingkungan lalu lintas yang lebih aman dapat diciptakan.

Namun, penting untuk terus memonitor dan mengevaluasi efektivitas program ini serta
melakukan perbaikan yang diperlukan untuk menjaga hasil yang telah dicapai. Program
ini juga memberikan pelajaran berharga untuk mengatasi tantangan keselamatan
berlalu lintas di daerah-daerah dengan topografi perbukitan.

Daftar Pustaka
Frankel, J. P. dan Wallen N. E. 2008. How to Design and Evaluate Research in Education. New
York: McGraw-Hill Companies. Gani DS. 1992. Ketenagakerjaan dan Keselamatan Kerja. Fakultas
Kehutanan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Gay, L.R. dan Diehl, P.L. 1992. Research Methods
for Business and. Management. New York: MacMillan Publishing Company. Gunawan dan
Waluyo. 2015. Risk Based Behavioral Safety Membangun Kebersamaan Untuk Mewujudkan
Keunggulan Operasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hasanah, Ita Alfiyatul. 2015.
Hubungan Antaralingkungan Kerja Dengan Produktivitas Kerja Guru Di Madrasah Aliyah Negeri
7 Jombang. Undergraduate thesis. Surabaya: UIN Sunan Ampel. Heinrich H.W. 1980. Industrial
Accident Prevention. New York: Mc Graw Hill Book Company. Idris, Manan M dan Soemarno.
1988. Kecelakaan Kerja dalam Kegiatan Eksploitasi Hutan di Kalimantan Tengah. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan vol. 5 No. 1 halaman 31-36. Bogor. Juliana M, Anita C, Anita R. 2018.
Analisis Faktor Risiko Kelelahan Kerja pada Karyawan Bagian Produksi Pt. Arwana Anugrah
Keramik, Tbk. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat.Vol 9(1):53-63. Klassen, A. 2006. Pertimbangan
Operasional untuk Pembalakan Berdampak Rendah. Jakarta: Tropical Forest Foundation.
Kusdyah, Ike Rachmawati 2008. Manejemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: ANDI.
Kuswana, WS. 2014. Ergonomi Dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Maarten N, Marianne L. 2002. Health and safety issues and perceptions of forest
harvesting contractors in Ireland. Journal of Forest Engineering. 13(2): 69- 76. Mardiana. (2005).
Manajemen Produksi. Jakarta: Badan Penerbit IPWI. Martha, A. R. A. (2016). Beban Kerja
Mental, Shift Kerja, Hubungan Interpersonal dan Stres Kerja pada Perawat Instalasi Intensif di
RSD Dr. Soebandi Jember. 62 Bagian Kesehatan Lingkungan Dan Kesehatan Keselamatan Kerja
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember. Mujetahid, A. (2008). Produktivitas
Penebangan Pada Hutan Jati (Tectona Grandis) Rakyat Di Kabupaten Bone. Jurnal Perennial.
5(1):53-58. Ningsih SNP, Neffrety N. 2018. Faktor yang Berhubungan dengan Kelelahan pada
Pekerja Dipo Lokomotif PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Journal of Industrial Hygiene and
Occupational Health.Vol 3(1): 69-82. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia
Tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan No. 03/MEN/1998. Perum
Perhutani. 2011. Prosedur Kerja Tebang Habis Jati. Cianjur: Perum Perhutani KPH Cianjur. Pika.
1979. Mengenal Sifat – Sifat Kayu Indonesia dan Penggunaannya. Yogyakarta: Konisius.
Priyatno. 2013. Analisis data dengan SPSS. Jakarta: Media Kom. Rahmawanti NP, Bambang W,
Arik P. 2014. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal Administrasi Bisnis.
Vol 8 (2) : 1-9. Ramli, Soehatman. (2010). Pedoman Praktis Manajemen Risiko dalam Perspektif
K3 OHS Risk Management. Jakarta: Dian Rakyat. Ramli, Soehatman. 2010. Sistem Manajemen
Keselamatan & Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat. Redjeki, Sri. 2016. Modul
Bahan Ajar Cetak Farmasi: Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Reese, C. D. 2009.
Industrial Safety and Health for Administrative Services. USA: CRC Press. Ridley, John. 1983.
Safety at Work. Butherworths. Ridley, John. 2008. Ikhtisar Kesehatan & Keselamatan Kerja Edisi
Ketiga. Jakarta: Penerbit Erlangga. Robbins. (2002). Perilaku Organisasi. Alih Bahasa Halidah dan
Dewi Sartika. Jakarta: Penerbit Erlangga. 63 Salawati, L. (2015). Penyakit Akibat Kerja dan
Pencegahan. Artikel di alamat https://doi.org/10.1523/JNEUROSCI.0644-08.2008. Diakses pada
tanggal 4 Juni 2021 pukul 22.52 WITA. Jurnal Kedokteran Syiah Kuala, 15(2), 91–95. Somad,
Ismet. 2013. Teknik Efektif Dalam Membudayakan Keselamatan & Kesehatan Kerja. Jakarta:
Dian Rakyat. Standards Australia. 2003. Australian Standard/New Zealand Standard 4360: 1999.
Sidney: Risk Management Guidelines. Sucipto, Cecep Dani. 2014. Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing. Sugiyono. 2010. Statistika Nonparametrik untuk
Penelitian. Bandung: CV Alfabeta Suhartana S, Yuniawati. 2011. Tingkat pemahaman
keselamatan dan kesehatan kerja pada kegiatan pemanenan kayu jati di KPH Cianjur. Jurnal
Penelitian Hasil Hutan 29(1): 46-56. Suma’mur PK. 1977. Kesehatan dan keselamatan dalam
pekerjaan kehutanan dan industri perkayuan. Jakarta: Pusat Bina Hiperkas dan Keselamatan
Kerja dan Organisasi Perburuhan Internasional. Suma’mur PK. 1988. Higene Perusahaan Dan
Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Saksama. Suma’mur, P.K. 1981. Keselamatan Kerja dan
Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: Penerbit Gunung Agung. Suparto, R.S. 1999. Pemanenan
Kayu. Bogor: IPB Press. Suparto. 1979. Teknik Penebangan Kayu. Artikel di alamat http://
redaksikbi@gemari.or.id/2002/teknik-penebangan-kayu.html. Diakses pada tanggal 18 Mei
2021 pukul 00.01 WITA. Suryandari, Elvida Yosefi. 2008. Analisis Permintaan Kayu Bulat Industri
Pengolahan Kayu (Log Demand Analysis On Forest Product Industry). Bogor: Pusat Penelitian
dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Kehutanan Indonesia. Sutrisno dan
Kusmawan Ruswandi. (2007). Prosedur Keamanan, Keselamatan, & Kesehatan Kerja. Sukabumi:
Yudhistira. Tarwaka. (2014). Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Manajemen dan Implementasi
K3 di Tempat Kerja. Surakarta: Harapan Press. Tjandra, Sheddy Nagara. 2008. Kesekretarisan.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Triwibowo, C dan Pusphandani, ME. 2013.
Kesehatan Lingkungan dan K3. Yogyakarta: Nuha Medika. Utami P, Ida W, Ekawati. 2017.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja dan Pengendalian Stres Kerja pada Tenaga Kerja
di Bagian Cargo PT. Angkasa Pura Logistik Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 5(5) : 311-317. Verawati L. 2016. Hubungan Tingkat Kelelahan
Subjektif dengan Produktivitas pada Tenaga Kerja Bagian Pengemasan Di CV. Sumber Barokah.
The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health. Vol 5(1). 51-60. Widodo, SE. 2015.
Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Wiradinata, S.
1989. Pengantar Agrohutani. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB. Yovi EY. 2007. as physical load
indicator unit in forest work operation. Jurnal Manajemen Hutan Tropika 13(3):140-145. Yovi, E.
Y. 2019. Status Ergonomi Pekerja Sektor Kehutanan di Indonesia: Kelelahan FisikMental-Sosial,
Kepuasan Kerja, Konsep Sumber Bahaya, dan Konsep Biaya Kecelakaan. Jurnal Ilmu Kehutanan
13(2): 137–150. DOI: 10.22146/jik.52140

Anda mungkin juga menyukai