Anda di halaman 1dari 4

PENETAPAN DAN KLASIFIKASI BALITA

GIZI BURUK DI FASILITAS PELAYANAN


KESEHATAN

S No. Dokumen SOP/ /PKM-


SKR/ 2020
O
No.Revisi 00
P
Tanggal Terbit 12 Desember 2020

Halaman 1/4

UPT. PUSKESMAS dr.Hj Mida Sari


SUNGAI KARIAS NIP.197403012005012012

1. Pengertian Kegiatan penetapan status gizi balita dan kondisi klinis


untuk dapat menentukan klasifikasi kasus masalah gizi
balita yang ditemukan dan dirujuk oleh kader atau
anggota masyarakat terlatih, sehingga dapat ditata
laksana dengan cepat dan tepat.
2. Tujuan Sebagai acuan bagi tenaga Kesehatan untuk melakukan
tindak lanjut balita gizi buruk atau yang beresiko
mengalami gizi buruk dan gizi kurang yang dirujuk ke
fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Kebijakan Surat Keputusan Kepala Puskesmas Sungai Karias
Nomor :445/017/PKM-SKR/2020 tentang Tim
Tatalaksana Gizi Buruk di UPT Puskesmas Sungai Karias.
4. Referensi - Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 2 Tahun 2020
Tentang Standar Antropometri Anak.
- Buku saku Pencegahan dan Tatalaksana Gizi Buruk
Pada Balita di Layanan Rawat Jalan Bagi Tenaga
Kesehatan Tahun 2020.
5. Prosedur 1. Petugas memakai Alat Pelindung Diri (APD) lengkap
2. Menyiapkan Formulir Tatalaksana Gizi Buruk
3. Melakukan Identifikasi Pasien
4. Melaksanakan Anamnesa Pasien (Riwayat Kelahiran,
imunisasi, menyusui dan makan, Riwayat penyakit
Anak dan Keluarga)
5. Petugas menentukan ada atau tidaknya
kegawatdaruratan atau komplikasi medis pada balita.
Bila menemukan kegawatdaruratan petugas
melakukan penanganan sesuai kondisi dan melakukan
persiapan rujukan ke fasilitas rawat inap.
6. Melakukan Pemeriksaan Antropometri
A. Menimbang berat badan balita
B. Mengukur lingkar lengan atas (LiLA) balita usia 6–
59 bulan dengan menggunakan pita LiLA berwarna
C. Mengidentifikasi kemungkinan adanya pitting
edema bilateral
D. Menentukan status gizi balita berdasarkan tabel Z-
skor, LILA dan pitting edem bilateral.
E. Menentukan klasifikasi kondisi balita untuk

3/4
menentukan tata laksana. Sesuai dengan hasil
pemeriksaan kondisi umum, kegawatdaruratan
medis atau komplikasi medis dan konfirmasi status
gizi, berikut langkah yang perlu dilakukan:
1) Balita gizi buruk usia 6-59 bulan dengan
komplikasi medis dirujuk ke rawat inap
2) Bayi gizi buruk usia < 6 bulan dan balita gizi
buruk usia ≥ 6 bulan dengan BB < 4 kg dirujuk ke
rumah sakit.
3) Balita gizi buruk usia 6-59 bulan tanpa
komplikasi medis diberikan tata laksana gizi buruk
di layanan rawat jalan.
7. Petugas melakukan pencatatan dan pelaporan
Hal-hal berikut penting untuk didokumentasikan,
termasuk diantaranya:
 Jumlah balita yang dirujuk berdasarkan jenis
rujukan (misalnya LiLA hijau, LiLA kuning, LiLA
hijau tapi tampak sangat kurus, atau dengan
hambatan pertumbuhan) oleh kader atau anggota
masyarakat terlatih lain.
 Jumlah kasus gizi buruk dengan komplikasi medis.
 Jumlah kasus gizi buruk tanpa komplikasi medis.
 Jumlah kasus gizi buruk dengan penyakit
penyerta.
 Lama hari perawatan.
 Jumlah kasus gizi buruk berdasarkan usia (bayi <
6 bulan, balita 6-59 bulan)
 Jumlah kasus yang dirawat inap sesuai usia (bayi <
6 bulan, balita ≥ 6 bulan dengan BB < 4 kg, balita
6-59 bulan): 1) Sembuh; 2) Masih dirawat; 3) Drop
out; 4) Meninggal; 5) Pindah ke layanan rawat
jalan; 6) Pindah ke layanan rawat inap lain (RS,
Puskesmas/ TFC).
 Jumlah kasus balita usia 6-59 bulan di layanan
rawat jalan:
1) Sembuh;
2) Masih dirawat;
3) Drop out;
4) Meninggal;
5) Pindah ke layanan rawat inap;
6) Pindah ke layanan rawat jalan lain
8. Petugas Bersama kepala puskesmas melakukan
pemantauan (Monitoring dan Evaluasi)
Hal-hal yang perlu dipantau, termasuk diantaranya:
 Efektivitas alur pelayanan/ pemeriksaan balita di
fasilitas pelayanan kesehatan.
 Akurasi alat antropometri yang digunakan dengan
melakukan kalibrasi rutin.
 Kualitas pemeriksaan antropometri, pemeriksaan
pitting edema bilateral dan tes nafsu makan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan.
 Status balita yang dirujuk oleh kader atau
anggota masyarakat terlatih dengan hasil
konfirmasi oleh tenaga kesehatan untuk menilai
seberapa besar adanya kasus positif palsu atau
negatif palsu. Hal ini penting sebagai bahan
evaluasi untuk penguatan kapasitas masyarakat
dalan penemuan kasus.
6. Diagram alir
Memakai
APD

Menyiapkan Formulir Tata


Laksana Gizi Buruk

Identifikasi pasien

Anamnesa Pasien

Menentukan kegawatdaruratan
atau tidak

Pemeriksaan Antropometri

Pencatatan dan Pelaporan

Monitoring
dan Evaluasi

7. Unit Terkait 1. UGD


2. Perawatan (Tim Tata Laksana Gizi Buruk)
3. Laboratorium
4. KIA dan Gizi
5. Promkes
6. Surveilans
8. Rekaman Historis
Perubahan

No Yang diubah Isi Perubahan Tanggal mulai


diberlakukan

Anda mungkin juga menyukai