Anda di halaman 1dari 3

HUBUNGAN PWK DENGAN KEWARGANEGARAAN

Sila 1 Ketuhanan yang maha esa

Sila 2 kemanusiaan yang adil dan beradab

Sila 3 persatuan Indonesia

Sila 4 kerakyatan yang dipimpin oleh hikamt kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

Sila 5 keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Merupakan isi dari kelima sila dalam pancasila, sebuah symbol dan dasar negara yang menjadi sumber
dari segala sumber hukum dan perundang undangan di Indonesia. Pencasila lahir atas dasar dan tekad
kuat dalam mewujudkan bangsa yang merdeka, mandiri dan sejahtera.

Masalah pembangunan adalah salah satu dari sekian banyak persoalan yang dihadapi Indonesia. Banyak
formulasi kebijakan untuk menangani pembangunan pun telah banyak dibuat dan salah satuya adalah
formulasi kebijakan tentang penataan ruang. Lahirnya uu no 24 tahun 1992 mengawali
penyelenggaraan tata ruang di Indonesia, sebelum akhirnya disempurnakan dengan uu no 26 tahun 2k7.
Uu tersebut mengandung aturan legal dalam penyelenggaraan tata ruang di Indonesia sekaligus jadi
pedoman dalam penyusunan doumen RTRTW.

Seiring berjalannya waktu dinamika pembangunan di Indonesia kian pesat begitu juga dengan tata
ruangnya. Pelbagai kebijakan menyangkur penyelenggaraan penataan ruang telah banyak dibuat melalui
RTRW, RPJP, RPJM dan lainnya.

Sebagai instrument penyelenggaraan pembangunan, fungsi tata ruang sangatlah penting yaitu sebagai
alat control negara dalam penggunaan dan pengelolaan sumber daya khususnya sumber daya lahan.

Ketahanan Nasional sebenarnya merupakan bagian dari terjemahan isi Pancasila. Melalui tata ruang
inilah, Ketahanan Nasional dibangun atas dasar kesamaan hak dan kewajiban dalam usaha untuk
melindungi dan mengelola sumber daya dengan arif dan bijaksana sesuai yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Dasar 1945. Sebagaimana yang dijelaskan dalam Undang-Undang nomor 26 tahun 2007
bahwa “Ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, baik sebagai kesatuan wadah yang meliputi
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi, maupun sebagai sumber daya,
merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia yang perlu disyukuri, dilindungi, dan
dikelola secara berkelanjutan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat sesuai dengan amanat yang
terkandung dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta
makna yang terkandung dalam falsafah dan dasar negara Pancasila.

Makna penting yang terkandung dalam kalimat Undang-Undang nomor 26 tahun 2007 tersebut
mencerminkan isi dari Pancasila yaitu sebagai berikut :

Sila Kesatu, “Ketuhanan Yang Maha Esa” menegaskan bahwa segala sumber daya yang berbentuk ruang-
ruang di bumi telah dikaruniakan oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia. Maka sudah
menjadi kewajiban bagi setiap warga Negara untuk mensyukuri, melindungi dan mengelola dengan baik
demi kemakmuran rakyat dan bangsa Indonesia.

Sila Kedua, “Kemanusiaan yang adil dan beradab” menjelaskan bahwa tata ruang merupakan instrument
dalam menciptakan ruang wilayah yang humanis dan berperikemanusiaan.Tetapi kenyataannya masih
banyak ditemukan fenomena perwujudan tata ruang di Indonesia yang angkuh dan jauh dari konsep
humanis. Setiap orang yang tinggal di suatu wilayah atau kota seharusnya mendapatkan kesempatan dan
hak yang sama dalam penggunaan ruang sesuai dengan peraturan yang telah ditetepkan, dengan begitu
tidak akan terjadi disparitas sosial di masyarakat.

Sila Ketiga, “Perastuan Indonesia” menjelaskan bahwa sebagai Negara kepulauan yang berbentuk
kesatuan sudah semestinya seluruh wilayah milik Negara Indonesia diikat kuat oleh suatu alat kebijakan.
Disinilah peran tata ruang hadir dalam mengikat wilayah satu dengan wilayah lainnya yang beragam
dalam satu kebijakan penataan ruang yang saling terintegrasi sebagaimana semboyan “Bhineka Tunggal
Ika”. Tata ruang yang tidak mencerminkan persatuan akan menimbulkan konflik yang berbuntut pada
perpecahan. Melalui tata ruang yang baik akan tercipta harmonisasi dalam perbedaan geografis, budaya,
sumber daya, dan keanekaragaman kehidupan masyarakat di Indonesia, dengan begitu semangat
persatuan dan kesatuan bangsa akan senantiasa terjaga.

Sila keempat, “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan”, dijabarkan dalam pasal 65 Undang-Undang nomor 26 tahun 2007 tentang Hak, Kewajiban
dan Peran Masyarakat yaitu hak bagi setiap warga Negara untuk mengetahui rencana tata ruang sekaligus
ikut dilibatkan bersama pemerintah dalam penyusunan rencana tata ruang. Melalui keterlibatan
masyarakat inilah, timbul kesamaan persepsi dan tujuan penataan ruang, sekaligus mengikat pelbagai
kepentingan untuk kemudian diformulasikan dalam suatu bentuk kebijakan penataan ruang yang
transparan, adil dan akuntabel. Dengan begitu setiap warga Negara dapat melaksanakan kewajibannya
dalam mentaati aturan sesuai dengan pedoman penataan ruang yang telah disepakati bersama,
bertanggung jawab dan siap menerima risiko apabila peraturan yang ada nantinya dilanggar

Sila kelima, “keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” mengamanatkan bahwa tata ruang yang
dibuat hendaknya memiliki prinsip-prinsip keadilan, persamaan hak dan kewajiban serta mampu
menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Tata ruang memiliki hubungan yang saling
bersinergi dengan berbagai aspek, yaitu aspek sosial, ekonomi, politik, dan hankam. Pengelolaan dan
distribusi sumber daya yang tepat harus mampu dilakukan melalui intervensi kebijakan melalui tata
ruang.

Setiap suatu bangsa mempunyai sejarah perjuangan dari orang-orang terdahulu yang terdapat nilai”
nasionalis, patriolis dll yang menempel erat tiap jiwa warga negaranya. Seiring berkembangsanya zama
dari kemajuan teknologi yang pesat nilai” tersebut makin lama makin hilang oleh karena itu perlu
adanya pembelajaran untuk mempertahankan nilai” tersebut.
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengingatkan kita akan pentingnya nilai-nilai hak
dan kewajinan suatu warga negara agar setiap hal yang di kerjakan sesuai dengan tujuan dan cita-cita
bangsa dan tidak melenceng dari apa yang di harapkan.

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan kesadaran
bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan
nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus bangsa yang sedang dan
mengkaji dan akan menguasai imu pengetahuaan dan teknologi serta seni. Selain itu juga bertujuan
untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yang berbudi luhur, berkepribadian, mandiri, maju,
tangguh, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Melalui pendidikan Kewarganegaraan , warga negara Republik indonesia diharapkan mampu


“memahami”, menganalisa, dan menjawab masalah-masalah yang di hadapi oleh masyarakat , bangsa
dan negaranya secra konsisten dan berkesinambungan dalam cita-cita dan tujuan nasional seperti yang
di gariskan dalam pembukaan UUD 1945.

Anda mungkin juga menyukai