Anda di halaman 1dari 23

RINGKASAN EKSEKUTIF

Pre-Feasibility Study Investasi Tangki Fame, Sarana Prasarana, Pipa dan


Pencampuran di 10 Titik Serah Pencampuran Fame PT. Pertamina (Persero)
Nomor Perjanjian: PRJ-145/DPKS/2018

Jakarta, 18 Desember 2018


OUTLINE

1. Latar Belakang
2. Metodologi
3. Efisiensi Ongkos Angkut (OA)
4. Prioritas 10 Titik Pencampuran
5. Gambaran Umum Aspek Teknis dan Kebutuhan Sarana Prasarana
6. Model Pembiayaan
7. Aspek Legal
8. Rekomendasi
9. Kebutuhan Informasi Tambahan dan Tindak Lanjut
Trade Deficit, Kebijakan
Mandatori B20, dan
Realisasi
Trade Defisit Perdagangan Indonesia s.d Juni 2018

• Selama 2018 (Jan-Juni) Defisit Perdagangan Mencapai (USD1,03 Miliar), salah satu penyebab utama adalah
besarnya defisit Indonesia akan Migas yang sejak Januari-Juni 2018 sudah mencapai defisit (USD5,4 Miliar)
• Apabila kita melaksanakan program substitusi impor solar dengan biodiesel, penghematan bisa mencapai
antara USD 2,1 billion – USD 2,4 billion

Defisit Defisit Surplus Defisit Defisit Surplus Defisit


Perbandingan Neraca Perdagangan Jan-Juni
Jan-Jun Jan-Jun Jan-Jun Jan-Jun
-0,8 -0,1 1,1 -1,6 -1,5 1,7 -1,03
2014
2018 2015
2015 2016 2017
2017
7.65
Jan 18 Feb 18 Mar 18 Apr 18 Mei 18 Juni 18 Jan- 4.48 4.13
Juni 18
Miliar USD

Tahun Ekspor Impor Neraca


-1.03
-1.13
2009 116.5 96.8 19.7
Terdorong Defisit Migas Walaupun Non Migas Surplus Miliar USD
2010 157.8 135.7 22.2
Jan-
2011 203.5 177.4 26.1 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Juni
2018
2012 190.0 191.7 -1.7
Migas -1.4 0.0 0.6 0.8 -5.6 -12.6 -13.4 -6.0 -5.6 -8.6 -5.4
2013 182.6 186.6 -4.1 Non
9.7 19.6 21.5 25.3 3.9 8.6 11.2 13.7 15.2 20.5 4.3
MIgas
2014 176.0 178.2 -2.2
Rata-rata
2015 150.4 142.7 7.7 Juni 2018 Nilai Nilai
Perubahan
Juni 2015-2017 Jan-Juni Jan-Juni
Jan-Juni 2018
2016 145.2 135.7 9.5 yoy Mtm yoy 2017 2018
mtm (%) (%ytd)
(%) (%) (%) (Miliar USD) (Miliar USD)
2017 168.8 156.9 11.9
Ekspor 0,6 -8,8 -19,8 11,5 80,0 88,0 10,1
Jan-Juni 2018 88.02 89.05 -1.03 Impor -2,3 -13,8 -36,3 12,7 72,3 89,0 23,1
Realisasi Produksi dan Pemanfaatan Biodiesel Tahun 2018

Namun, penyerapan Biodiesel sebelumnya masih bergantung pada sektor PSO karena penyerapan Biodiesel
pada sektor Non PSO (exclude pembangkit) belum optimal.
B2 – B7,5 B10 B15 B20
4,500,000
4,000,000
3,500,000
3,000,000
Volume (kL)

2,500,000
2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
-
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Produksi 190,000 243,000 1,812,000 2,221,000 2,805,000 3,961,081 1,652,801 3,656,359 3,416,417 2,352,970
Domestik 119,000 223,000 359,000 669,000 1,048,000 1,844,663 915,460 3,008,474 2,571,569 1,308,800
Ekspor 70,000 20,000 1,453,000 1,552,000 1,757,000 1,629,262 328,573 476,937 187,349 481,511
Keterangan:
Subsidi APBN Insentif BPDP-KS

Keterangan: Data per tanggal 2 Agustus 2018


• Hilangnya subsidi BBN pada APBN-P 2015
Total Penyaluran Domestik – Januari s.d Juni 2018 • Pemberian insentif dari BPDPKS yang efektif pada akhir
Agustus 2015
Sektor Penyerapan Persentase

Sektor PSO +
1.222.920 KL 93%
Pembangkit Listrik
Penyebab penyerapan di sektor non-PSO masih rendah:
Sektor Non PSO 85.880 KL 7% 1. Disparitas harga biodiesel yang masih lebih tinggi
dari harga solar
Jumlah 1.308.800 KL 100% 2. Aspek teknis
Metodologi
Metodologi Pre-Feasibility Study

Dalam Menyusun Kajian Pre-Feasibility Study diperlukan 2 Metodologi Makro dan Mikro yang Dapat Menjelaskan Kajian
Secara Komprehensif

Pendekatan Kajian Pre-Feasibility Study dengan Pendekatan Detail Kajian Pre-Feasibility Study dengan
Pendekatan Makro (Aggregate 10 Titik Serah) Pendekatan Mikro (Masing-Masing Titik Serah)

Efisiensi Biaya Ongkos Angkut Secara Agregat Menggunakan Analisa Kelayakan Proyek Serta Prioritas Proyek Per Titik Serah
Kerangka Kerja
Score
No Indicator Weight Sub Score
5 4 3 2 1

Input : A Total Score 100%

1 Volume, Jarak, dan Biaya OA


1 Keuntungan Pembangunan Tanki/Sarfas
1.1 Perbandingan Annual Cash Flow dengan Skenario lain
1.2 Nilai IRR
2 Multiplier Effet
20%

25%
50%
50%
Positive
>30% 20 - 30%
Similar
10 - 20% 6 - 10%
Negative
<6%

2.1 Regional Coverage 45% >11 TBBM 8 - 11 TBBM 5 - 8 TBBM 2 - 5 TBBM 2 TBBM
Retail, Industri,
Retail dan
2.2 Sector Coverage 55% PLN, dan Retail
Industri
Lainnya

Proses: 3 Ketersediaan Lahan


4 Infrastruktur Pendukung
4.1 Akses Jalan Utama
25%
15%
40%
Tersedia

>2KM 2 - 4 KM
KSO

4 - 6 KM 6 - 8 KM
Harus Akusisi

>8 KM

1. Faktor Alokasi, constraint mempertahankan alokasi tiap BU 4.2 Pelabuhan


5 Ketersediaan FAME 15%
60% Ada
>4 Pabrik 3 - 4 Pabrik 2 - 3 Pabrik 1- 2 Pabrik
Tidak Ada
1 Pabrik

BBN
2 2. GAMS (General Algebraic Modelling System), constraint
Kapasitas Produksi BU BBN
Hasil Penilaian Pre-Feasibility
Studies pada 10 titik
1
Output :
Parameter :
2 3
Rute Optimum, Biaya OA Minimum
3 1. Analisa Keuangan
2. Multiplier Effect
3. Ketersediaan Lahan
Prioritas usulan penyusunan
Tools
4. Infrastruktur Pendukung feasibility studies
Model Statistics : Set Data : 5. Ketersediaan FAME berdasarkan penilaian
General Algebraic 1. Pabrik FAME
Modeling System 2. RU/TBBM Tindak Lanjut
Parameter :
1. Supply FAME dari Pabrik BU BBN
2. Permintaan Per RU/TBBM
3. Biaya pengiriman per unit
Penyusunan
kajian feasibility
“Pendekatan ini dapat mencari optimalisasi pengiriman studies
dan efisiensi biaya dari ongkos angkut yang
ditanggung BPDP KS
Metodologi Pembiayaan BPDP Kelapa Sawit

Untuk dapat memasukan Pembiayaan BPDP KS pada simpliffikasi titik serah dan investasi, maka biaya pembangunan
tanki dan sarfas dapat dimasukan dalam rumus HIP Biodiesel.
• HIP Biodiesel yang semula adalah HIP Biodiesel = Rata-rata harga CPO + 100USD/Ton + Ongkos Angkut menjadi
• HIP Biodiesel = Rata-rata harga CPO + 100USD/Ton + Ongkos Angkut + Capex dan Opex Sarfas

KONDISI EXISTING OPTIMALISASI

Produsen TBBM/ TBBM/ Produsen 6 RU + TBBM/


FAME DEPOT DEPOT FAME 4 TBBM DEPOT

B1 B1 C1
A1 C1 A1

B2 A2 B2 C2
A2 C2

B116 Cn A19 B10 Cn


A19

BCA = Benefit x n tahun / Cost Jumlah Ongkos Angkut Baru Capex+Opex Sarpras (C3)
Jumlah Ongkos = (C1 -C2 ) x n tahun / C3 (C2)
Angkut Lama (C1)
Melalui revisi peraturan HIP Biodiesel, diharapkan
BCA > 1 Layak dilanjutkan BPDP KS secara tidak langsung dapat membiayai
program pembangunan tanki dan sarfas pada 10 titik
BCA < 1 Tidak layak dilanjutkan serah
Efisiensi Ongkos Angkut
Pada 10 Titik Serah
Efisiensi Ongkos Angkut

Melalui Program Optimalisasi Logistik terdapat Potensi Penghematan Ongkos Angkut Pada 10 Titik
Serah. Pada penghitungan manual potensi penghematan 10 titik mencapai Rp25,8 miliar/ bulan
sedangkan melalui program GAMS penghematan dapat mencapai Rp55,4 miliar/Bulan

Perbandingan Ongkos Angkut Bermacam Titik Serah


(dalam miliar Rupiah)

Keterangan

1. Distribusi FAME 2019 (BAU 25


Titik Pencampuran)
memperlihatkan penghematan
OA Rp. 9,6 miliar per bulan
terhadap Kondisi Eksisting
(Kemenko) yang digunakan
sebagai referensi.

2. Penghematan OA hasil kajian


minimum sebesar Rp. 25,8 miliar
per bulan, sedangkan
maksimumnya sebesar Rp. 55,4
miliar per bulan
Cost and Benefit Analysis Pembangunan Tangki

Secara Aggregate Berdasarkan Asumsi yang telah ditentukan Pembangunan Tanki dan Sarfas akan
mencapai Break Even Point pada tahun ke 5. Berdasarkan asumsi depresiasi selama 20 tahun, pada akhir
periode kumulatif benefit yang dapat dicapai Rp8,2 Triliun
Analisa Cost and Benefit Pembangunan Tanki
dan Sarfas

Cost Benefit Analysis


Asumsi:
1. Investasi Rp. 2,6 Triliun (Rp1,5 Triliun
Pembangunan Jetty)
2. Penghematan OA = Rp. 665.2 Miliar/Tahun
3. Alokasi biaya operasi dari Penghematan
OA Rp. 128,6 Miliar/Tahun
4. Usia tangki 20 tahun

“Penghitungan Manfaat tersebut Belum


Memperhitungkan Opportunity dari
terhindar dari Denda Bila Tidak Membangun
tanki dan Sarfas”
Kebutuhan Sarana
Prasarana di 10 Titik
Pencampuran
Rekonfigurasi Jaringan Pasokan FAME dan Distribusi B20:
Pemusatan Blending B20 di 10 Titik Utama Pertamina

Agar proses distribusi dan logistik B20 bisa lebih efektif maka pemusatan pengiriman FAME serta pencampuran
hanya dilakukan pada 10 titik utama yang terdiri dari 7 kilang dan 6 titik impor

Pabrik Biodiesel Solar Import


• Penyaluran FAME dari pabrik
biodiesel hanya untuk 10 titik
utama
• Solar B0 hanya bisa beredar
untuk 4 titik impor (solar impor)

01
RU II Dumai 09 04 06
TBBM Sambu RU V RU VII
Balikpapan Kasim
05 • 10 titik utama yang terdiri :
10
RU VI • 6 Refinery Unit
Balongan
TBBM Medan • 4 titik impor
• Proses pencampuran solar
02 07 dengan FAME hanya dilakukan
RU III Plaju TBBM Pulau Laut pada 10 titik utama

03 08
RU IV Cilacap TBBM Tuban
Titik Impor (TBBM) Refinery Unit

• Penyaluran biodiesel B20 untuk


106 TBBM 106 TBBM lainnya dari 10 titik
lainnya utama
Perkiraan Nilai dan Jenis Investasi per Titik Pencampuran

Perkiraan nilai dan jenis investasi didasarkan dari perkiraan kebutuhan FAME perbulan dalam KL yang ada di 10
titik pencampuran tersebut:
Kapasitas
Kebutuhan Kebutuhan Jumlah
Penyimpanan Kebutuhan tangki Kapasitas Tangki Perpipaan
10 Titik Utama FAME per Kapasitas Tangki Turn Over Metering (Unit)
FAME Saat ini FAME (KL) Blending (KL) (Meter)
bulan (KL) FAME per bulan (KL) per bulan
(KL)
Medan 25.051 8,192 16,859 3 7,000 7,000 5.000 3
Sambu 10,557 10,557 2 6,500 6,500 3.000 3
Tuban 52.092 - 52,092 3 21,000 21,000 5.000 3
Pulau Laut 25.375 20,000 5,375 4 5,000 5,000 - 3
RU II - Dumai &
97,624 - 97,624 4 30,000 30,000 4.000 3
Pakning
RU III - Plaju 53,905 - 53,905 2 32,500 32,500 5.000 3
RU IV - Cilacap 124,836 - 124,836 2 75,000 75,000 15.000 3
RU V - Balikpapan 195,474 - 195,474 2 118,000 118,000 4.000 3
RU VI - Balongan 74,645 - 74,645 2 45,000 45,000 5.000 3
RU VII - Kasim 3,473 - 3,473 1 4,200 4,200 2.000 3

Insfrastruktur Biaya (juta USD)

10 Titik Utama Membangun Membangun/


Alokasi Storage Membeli STS Menyewa STS Tangki Blending Membeli STS Menyewa STS
Storage Baru alokasi Storage

Medan V x x V 0.77 0.77 - 2.81


Sambu V x x V 0.71 0.71 - 2.61
Tuban V x x V 2.30 2.30 - 8.43
Pulau Laut V x x V 0.22 0.22 - 0.8
RU II - Dumai & Pakning V x x V 3.29 3.29 - 12.05
RU III - Plaju V x x V 3.57 3.57 - 13.05
RU IV - Cilacap V x x V 8.23 8.23 - 30.11
RU V - Balikpapan V x x V 12.95 12.95 - 47.38
RU VI - Balongan V x x V 4.94 4.94 - 18.07
RU VII - Kasim V x x V 0.46 0.46 - 1.69
JUMLAH INVESTASI 37.44 37.44 - 136.99
Hasil Kajian Awal Kelayakan Investasi (2/2)

Dari indikator pemeringkatan yang telah ditetapkan yang merupakan hasil penggabungan indikator kualitatif dan
kuantitatif maka hasil penilaian awal terhadap 10 titik pencampuran adalah sebagai berikut:

Indikator

Nama Titik Multiplier Infarstruktur Produsen


Arus Kas Lahan Scoring
Effect Pendukung FAME
(20%) (25%) Result
(25%) (15%) (15%)

RU VI - Balongan A

RU IV - Cilacap A

TBBM Sambu A

RU III - Plaju B

RU V - Balikpapan B

TBBM Tuban B

RU II Dumai & Pakning B

TBBM Medan B

RU VII - Kasim C

TBBM Pulau Laut C

• Ke sepuluh titik menunjukan peringkat akhir A, B dan C, dimana semuanya masuk dalam kategori proyek prioritas dan
memiliki kelayakan investasi.
• Hasil scoring C menunjukkan titik tersebut masih layak untuk menjadi pengembangan, meski harus diuji lebih lanjut
• Namun demikian perlu beberapa assessment lanjutan diantaranya aspek legal perlu dilakukan sebagai persyarat lanjutan
dimulainya pembangunan titik pencampuran sebagaimana dijelaskan pada slide berikut
USULAN 10 TITIK UTAMA PENCAMPURAN BIODIESEL PERTAMINA
PETA 10 TITIK PENCAMPURAN – CASE TBBM TUBAN

Untuk menjadikan
1 polaUSULAN
distribusi 10 TITIK
FAME UTAMA
menjadi lebihPENCAMPURAN BIODIESEL
sederhana, digunakan PERTAMINA utama yang
10 titik pencapampuran
harus di supply FAME, yaitu TBBM Medan, Sambu, Tuban, Pulau Laut, RU II Dumai, RU III Plaju, RU IV Cilacap, RU V
Balikpapan, RU3 VI Balongan dan RU VII Kasim.

2
1 10 Keterangan Tambahan :
8
Kilang Pertamina
4 TBBM
3
P
9
2
10
8
L
G
4 M
5 7
P Jumlah FAME
6
9 yang di Supply
Case TBBM Tuban
Keterangan Tambahan : 7
L
Kilang Pertamina G B
M
TBBM 5 7 A
6 PT Musim Mas (Medan)
Profil TBBM Tuban TBBM Sambu 1.925 KL
Luas Lahan 54 Ha
RU III Plaju 13.656 KL
Keterangan Tambahan :
Potensi suplier Wilmar Nabati TBBM Tuban
Kilang Pertamina PT Wilmar Bioenergi Indonesia PT Tunas Baru Lampung PT SMART PT Bayas
Potensial Biofuels
suplier untuk mensuplai FAME PT LDC Indonesia4.084 KL
Jumlah FAME FAMA dan Batara Elok
TBBM RU II Dumai 8.307 KL RU III Plaju 696 KL RU V Balikpapan 6.189 KL RU II Dumai 36.872 KL RU III Plaju 20.648 KL
yang di Supply Ketersediaan Terdapat 2 opsi 16.511 KL ke TBBM Tuban adalah PT. Wilmar Nabati
RU VI Balongan 27.933 KL RU IV Cilacap TBBM Pulau Laut 12.653 KL
RU IV Cilacap Lahan
32.341 KL lokasi lahan Indonesia danPerkasa
PT Ciliandra PT. Batara ElokPTSemesta
Batara Elok Semesta Terpadu

10
Kebutuhan Terpadu
RU II Dumai 12.291 KL RU V Balikpapan 12.291 KL
PT Darmex Biofuel PT Cemerlang Energi Perkasa
74.645 KL
PT Intibenua Perkasatama Titik Pencampu
RU V Balikpapan FAME RU IV Cilacap RU IV Cilacap
PT Dabi Biofuels PT Kutai Refinery
Utama Nusantara
12.291 KL 29.497 KL 18.928 KL
PT Musim Mas (Medan) PT Tunas Baru Lampung
PT Wilmar Bioenergi Indonesia PT SMART RU IIPT Bayas Biofuels
Dumai 17.698 KL RU VPT LDC Indonesia
Balikpapan 17.944 KL
Jumlah FAME 1.925 KL
TBBM Sambu PT PermataKebutuhan
RU II Dumai
Hijau Palm Oleo 45.000PTKL Sinarmas Bioenergi PT Multinabati Sulawesi B PT. Batara Elok Semesta Terpadu
yang di Supply Tangki8.307
FAME KL RU III Plaju 696 KL RU V Balikpapan 6.189 KL RU II Dumai 36.872 KL
PT Pelita Agung Agriindustri
RU III Plaju 20.648 KL
PT Wilmar Nabati Indonesia
RU III Plaju 13.656 KL TBBM Medan
RU VI Balongan 3.011 KL
27.933 KL RU
RU IV
IV Cilacap
Cilacap 5.896 KL
16.511 KL RU V Balikpapan
TBBM Pulau Laut 18.103
12.653 KL
KL
TBBM Tuban 4.084 KL TBBM SambuPerkiraan
14.835 RU V Balikpapan 12.946 KL RU VII Kasim
A PT.
RUPT
Wilmar
CiliandraNabati
II Dumai PerkasaIndonesia PT Batara
RU Elok Semesta
V Balikpapan Terpadu
RU IV Cilacap 32.341 KL USD 4.6 juta 2.250 KL 9.832 KL 71.236 KL
investasi RU II Dumai 12.291 KL RU V Balikpapan 12.291 KL
PT Darmex Biofuel PT Cemerlang Energi Perkasa PT Intibenua Perkasatama
RU V Balikpapan RU IV Cilacap RU IV Cilacap
PT Dabi Biofuels PT Kutai Refinery Nusantara
12.291 KL 29.497 KL 18.928 KL
PT Musim Mas (Medan) 1 TBBM Medan 3 RU II Dumai 5 RU VI Balongan 7 TBBM Tuban 9 TBBM Pulau Laut

10
RU II Dumai 17.698 KL RU V Balikpapan 17.944 KL
TBBM Sambu Titik Pencampuran PT Permata Hijau Palm Oleo PT Sinarmas Bioenergi PT Multinabati Sulawesi
1.925 KL
Utama PT V
Pelita Agung Agriindustri PT VII
Wilmar Nabati Indonesia
RU III Plaju 13.656 KL 2 TBBM
TBBMMedan
Sambu 3.011 KL 4 RU
RUIVIIICilacap
Plaju 5.896 KL 6 RU
RU VIVBalikpapan
Cilacap 18.103 KL 8 RU Balikpapan 10 RU Kasim
TBBM Tuban 4.084 KL TBBM Sambu 14.835 KL RU V Balikpapan 12.946 KL RU VII Kasim 2.250 KL RU II Dumai 9.832 KL RU V Balikpapan 71.236 KL
Kajian Aspek Legal Formal

Kajian Aspek Legal Formal dilakukan berdasarkan kondisi yang ada saat ini yang secara umum diketahui sebagai
dasar untuk melakukan kajian hukum lebih lanjut, guna terlaksananya program investasi. Kajian Hukum dilakukan
di level korporasi (Pertamina atau Business Owner) maupun di level TBBM/RU dimana investasi akan dilakukan.

Aspek Legal Formal

Kajian Keselamatan Kerja dan


Kajian Perizinan Kajian Skema Pembiayaan Kajian Kasus & Sengketa Hukum
Lingkungan

• Rencana Tata Ruang dan • Kajian dan penyusunan • Loan Agreement dan • Kajian kasus dan sengketa
Wilayah; pelaksanaan regulasi K3 Perjanjian Wali Amanat hukum di tiap titik tangki
• Rencana Detil Tata Ruang termasuk Rencana Kerja (Obligasi); dan rencana instalasi
• Amdal dan Izin Lingkungan; Lingkungan • Skema Public Private
• Izin Usaha Partenership (PPP) /
Penyimpanan/Storage/Tang Kerjasama Pemerintah
ki dan instalasi pipa yan Badan Usaha (KPBU).
dibutuhkan • Kajian Pemberian Hibah
• Izin Mendirikan Bangunan dan/atau Pinjaman dari BLU
(IMB) jika diperlukan . termasuk rancangan
landasan hukum yang
diperlukan
• Kajian perjanjian sewa
menyewa armada
• Kajian kontrak dengan
supplier dan buyer terkait
B20

Legal due diligence lanjutan termasuk penugasan pihak ketiga untuk melakukan kajian terhadap aspek hukum
pembangunan storage penyimpanan (AMDAL), menjadi landasan hukum utama dilakukannya investasi tangki dan
instalasi pipa yang dibutuhkan.
Skema Pembiayaan

Aspek Legal Skema Pembiayaan dibutuhkan untuk mengetahui skema pembiayaan yang manakah yang paling
mungkin digunakan untuk membiayai investasi dimaksud

Loan Agreement Kondisi Saat Ini Potensi


dan Perjanjian • Penerbitan Obligasi yang nilainya • Kajian lebih rinci terhadap batasan-
Wali Amanat secara total hampir mencapai USD batasan dalam perjanjian sindikasi
18 milyar, tentunya memiliki dan penerbitan obligasi;
covenant perlunya persetujuan • Kapasitas Pertamina untuk
penambahan pinjaman dari kreditur memperoleh pinjaman cukup tinggi
dan batasan rasio keuangan mengingat Debt/EBITDA Pertamina
lainnya. masih dibawah 3X.

Public Private Kondisi Saat Ini Potensi


Opsi Skema
Partnership • Belum masuk dalam Public Private • Pemerintah dapat menawarkan
Pembiayaan
(PPP/KPBU) Partnership Book yang dirilis oleh skema ini kepada pihak badan
Kementerian Perencanaan usaha swasta sehingga tidak
Pembangunan Nasional/Badan menghambat perkembangan
Perencanaan Pembangunan implementasi kebijakan
Nasional (PPN/Bappenas).

Dana Kondisi saat ini Potensi


Pungutan • Ada potensi penggunaan dana • Pasal 18 ayat (1) dan ayat (2)
BPDP KS pungutan untuk pembangunan Perpres 66/2018 membatasi
tangka baru; penggunaan pungutan hanya untuk
• Terganjal dengan peraturan, pasal membayar selisih kurang antara
18 ayat (1) dan ayat (2) Perpres harga indeks pasar BBN Biodiesel
66/2018; dengan solar dan pembayaran
Pembiayaan • BPDP KS tunduk pada peraturan diberikan kepada BU BBN Biodiesel;
Sendiri yang berlaku. • Perlu ada penyesuaian peraturan.

Indikasi dari kajian awal, ada potensi pembiayaan melalui skema KPBU dan menggunakan dana pungutan
BPDP KS, meskipun opsi dana BPDP KS memerlukan penyesuaian dalam peraturan yang berlaku saat ini
Asumsi Legal Formal

Asumsi Legal Formal disusun berdasarkan kajian terbatas khususnya terkait dengan perijinan pembangunan
proyek storage/penyimpanan.

Rencana Tata Ruang Data saat ini Data yang diperlukan


dan Wilayah • Peta RTRW tiap daerah di • Dokumen kepemilikan lahan
lokasi dimana tangki akan beserta detil area;
(RTRW dan RDTR) • Kasus hukum dan sengketa
dibangun.
terkait lahan serta status
penyelesaian terkini.
• Kepastian lokasi dimana
investasi akan dilakukan

Kajian Amdal dan Izin Data saat ini Data yang diperlukan
Lingkungan • Asumsi bangunan yang • Rencana detil
Perizinan
sudah ada saat ini maka pembangunan tangki;
amdal dan izin lingkungan • Kasus hukum dan sengketa
sudah tersedia untuk terkait lingkungan;
lokasi yang sudah ada. • Kajian pembaruan amdal
dan izin lingkungan (KA,
ANDAL, RKL dan RPL)

Izin Usaha Data saat ini Data yang diperlukan


Penyimpanan • Asumsi tangki yang ada • Rencana detil
saat ini sudah memiliki pembangunan tangki;
Izin Usaha Penyimpanan • Kajian pembaruan Izin
Usaha Penyimpanan

Kelengakapan data yang diperlukan ini kemudian digunakan sebagai landasan untuk melakukan Legal Due Dilligence
TINJAUAN ASPEK LEGAL

Kajian Undang Undang perlu dicermati agar tidak membatasi penggunaan dana sehingga bisa dipergunakan untuk
menciptakan kondisi yang mendukung terlaksananya program yang diharapkan

SKEMA PENDANAAN PROS CONS

CAPEX disiapkan dari awal • Dalam rangka melaksanakan ketentuan • Perlu revisi UU 39/2014 dan atau PP
01 oleh BPDPKS, disalurkan ke Pasal 71 ayat 1 dan ayat 2 huruf c UU 24/2015 dengan tambahan
BU. OPEX dibayar BPDPKS ke 39/2014 penjelasan ruang lingkup sarana
Operator Depot • Dimungkinkan menurut ketentuan prasarana perkebunan mencakup
Pasal 4 huruf d dan Pasal 8 PP 24/2015 aspek hulu dan hilir
• Dalam rangka melaksanakan ketentuan • Perlu revisi Perpres 66/2018
Pasal 9 ayat 2 huruf b dan Pasal 15, PP diantaranya ketentuan Pasal 18
24/2015 dengan menambahkan lingkup
• Dimungkinkan sebagai BLU sesuai penggunaan dana termasuk
ketentuan Pasal 19 PP 23/2005 jo PP pembangunan sarana prasarana
74/2012 dengan persetujuan Menteri dalam rangka menciptkan kondisi
Keuangan yang menghasilkan harga
biodoesel yang menguntungkan
Pelaku Usaha Perkebunan
• Perlu persetujuan Menteri
Keuangan
• Perlu revisi PMK 114/2015,
diantaranya Ketentuan Pasal 2

CAPEX dan OPEX oleh BU. • Perlu revisi Kepmen ESDM 350/2018
02 Dimungkinkan menggunakan
tentang Perhitungan HIP BBN Jenis
BPDPKS mengembalikan ketentuam Pasal 18 Penpres 66/2018
CAPEX dan OPEX ke BU Biodiesel dengan menambahkan
melalui mekanisme HIP komponen ongkos storage yang
merefleksikan CAPEX dan OPEX
Rekomendasi
Rekomendasi Tindak Lanjut

Rekomendasi tindak lanjut untuk menfinalisasi studi kelayakan proyek pembangunan infrastruktur
penyimpanan FAME pada 10 titik pencampuran perlu dimulai dengan kajian legal termasuk penunjukan
pihak yang akan melakukan AMDAL:

Rekonsiliasi dengan
PERTAMINA mengenai jenis
3 nilai Capital Expenditure
sesuai dengan perkiraan
awal

Melakukan legal due diligence Penetapan opsi struktur


termasuk rancangan aturan permodalan yang dapat
2 yang diperlukan dan
penunjukan pihak ketigas untuk
memberikan benefit yang
paling optimal bagi semua
4
melakukan AMDAL pihak

Menyusun asumsi baru dan


Site visit ke setiap lokasi
1 titik pencampuran yang
belum sempat dilaksanakan
me-run model sesuai
dengan asumsi baru yang 5
ditetapkan
Kebutuhan Informasi Tambahan dan Tindak Lanjut

Ada beberapa hal yang harus diputuskan dan didapatkan untuk memastikan keberlangsungan dan
implementasi 10 titik pencampuran

AMDAL TIMEFRAME

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di setiap titik Perlu diputuskan jangka waktu penyelesaian
wajib dilakukan pihak yang memiliki kapabilitas khusus agar bisa diatur prioritas pembangunan sarana
untuk pelaksanaannya prasarana di 10 titik tersebut, Info dari Pertamina
untuk pembangunan tanki dan jetty perlu waktu
sekitar 2 tahun

AMANDEMEN REGULASI STUDI LANJUTAN

• Perlu dilakukan studi lanjutan untuk titik – titik yang sudah


Perlunya amandemen regulasi agar bisa mengakomodir
diperkirakan layak untuk dijadikan prioritas dalam kajian
rencana penyaluran dana hibah dari BPDPKS untuk awal.
pembangunan sarana prasarana di 10 titik • Perlu ditetapkan ruang lingkup yang perlu didalami dalam
studi lanjutan tersebut

Anda mungkin juga menyukai