1. Latar Belakang
2. Metodologi
3. Efisiensi Ongkos Angkut (OA)
4. Prioritas 10 Titik Pencampuran
5. Gambaran Umum Aspek Teknis dan Kebutuhan Sarana Prasarana
6. Model Pembiayaan
7. Aspek Legal
8. Rekomendasi
9. Kebutuhan Informasi Tambahan dan Tindak Lanjut
Trade Deficit, Kebijakan
Mandatori B20, dan
Realisasi
Trade Defisit Perdagangan Indonesia s.d Juni 2018
• Selama 2018 (Jan-Juni) Defisit Perdagangan Mencapai (USD1,03 Miliar), salah satu penyebab utama adalah
besarnya defisit Indonesia akan Migas yang sejak Januari-Juni 2018 sudah mencapai defisit (USD5,4 Miliar)
• Apabila kita melaksanakan program substitusi impor solar dengan biodiesel, penghematan bisa mencapai
antara USD 2,1 billion – USD 2,4 billion
Namun, penyerapan Biodiesel sebelumnya masih bergantung pada sektor PSO karena penyerapan Biodiesel
pada sektor Non PSO (exclude pembangkit) belum optimal.
B2 – B7,5 B10 B15 B20
4,500,000
4,000,000
3,500,000
3,000,000
Volume (kL)
2,500,000
2,000,000
1,500,000
1,000,000
500,000
-
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Produksi 190,000 243,000 1,812,000 2,221,000 2,805,000 3,961,081 1,652,801 3,656,359 3,416,417 2,352,970
Domestik 119,000 223,000 359,000 669,000 1,048,000 1,844,663 915,460 3,008,474 2,571,569 1,308,800
Ekspor 70,000 20,000 1,453,000 1,552,000 1,757,000 1,629,262 328,573 476,937 187,349 481,511
Keterangan:
Subsidi APBN Insentif BPDP-KS
Sektor PSO +
1.222.920 KL 93%
Pembangkit Listrik
Penyebab penyerapan di sektor non-PSO masih rendah:
Sektor Non PSO 85.880 KL 7% 1. Disparitas harga biodiesel yang masih lebih tinggi
dari harga solar
Jumlah 1.308.800 KL 100% 2. Aspek teknis
Metodologi
Metodologi Pre-Feasibility Study
Dalam Menyusun Kajian Pre-Feasibility Study diperlukan 2 Metodologi Makro dan Mikro yang Dapat Menjelaskan Kajian
Secara Komprehensif
Pendekatan Kajian Pre-Feasibility Study dengan Pendekatan Detail Kajian Pre-Feasibility Study dengan
Pendekatan Makro (Aggregate 10 Titik Serah) Pendekatan Mikro (Masing-Masing Titik Serah)
Efisiensi Biaya Ongkos Angkut Secara Agregat Menggunakan Analisa Kelayakan Proyek Serta Prioritas Proyek Per Titik Serah
Kerangka Kerja
Score
No Indicator Weight Sub Score
5 4 3 2 1
25%
50%
50%
Positive
>30% 20 - 30%
Similar
10 - 20% 6 - 10%
Negative
<6%
2.1 Regional Coverage 45% >11 TBBM 8 - 11 TBBM 5 - 8 TBBM 2 - 5 TBBM 2 TBBM
Retail, Industri,
Retail dan
2.2 Sector Coverage 55% PLN, dan Retail
Industri
Lainnya
>2KM 2 - 4 KM
KSO
4 - 6 KM 6 - 8 KM
Harus Akusisi
>8 KM
BBN
2 2. GAMS (General Algebraic Modelling System), constraint
Kapasitas Produksi BU BBN
Hasil Penilaian Pre-Feasibility
Studies pada 10 titik
1
Output :
Parameter :
2 3
Rute Optimum, Biaya OA Minimum
3 1. Analisa Keuangan
2. Multiplier Effect
3. Ketersediaan Lahan
Prioritas usulan penyusunan
Tools
4. Infrastruktur Pendukung feasibility studies
Model Statistics : Set Data : 5. Ketersediaan FAME berdasarkan penilaian
General Algebraic 1. Pabrik FAME
Modeling System 2. RU/TBBM Tindak Lanjut
Parameter :
1. Supply FAME dari Pabrik BU BBN
2. Permintaan Per RU/TBBM
3. Biaya pengiriman per unit
Penyusunan
kajian feasibility
“Pendekatan ini dapat mencari optimalisasi pengiriman studies
dan efisiensi biaya dari ongkos angkut yang
ditanggung BPDP KS
Metodologi Pembiayaan BPDP Kelapa Sawit
Untuk dapat memasukan Pembiayaan BPDP KS pada simpliffikasi titik serah dan investasi, maka biaya pembangunan
tanki dan sarfas dapat dimasukan dalam rumus HIP Biodiesel.
• HIP Biodiesel yang semula adalah HIP Biodiesel = Rata-rata harga CPO + 100USD/Ton + Ongkos Angkut menjadi
• HIP Biodiesel = Rata-rata harga CPO + 100USD/Ton + Ongkos Angkut + Capex dan Opex Sarfas
B1 B1 C1
A1 C1 A1
B2 A2 B2 C2
A2 C2
BCA = Benefit x n tahun / Cost Jumlah Ongkos Angkut Baru Capex+Opex Sarpras (C3)
Jumlah Ongkos = (C1 -C2 ) x n tahun / C3 (C2)
Angkut Lama (C1)
Melalui revisi peraturan HIP Biodiesel, diharapkan
BCA > 1 Layak dilanjutkan BPDP KS secara tidak langsung dapat membiayai
program pembangunan tanki dan sarfas pada 10 titik
BCA < 1 Tidak layak dilanjutkan serah
Efisiensi Ongkos Angkut
Pada 10 Titik Serah
Efisiensi Ongkos Angkut
Melalui Program Optimalisasi Logistik terdapat Potensi Penghematan Ongkos Angkut Pada 10 Titik
Serah. Pada penghitungan manual potensi penghematan 10 titik mencapai Rp25,8 miliar/ bulan
sedangkan melalui program GAMS penghematan dapat mencapai Rp55,4 miliar/Bulan
Keterangan
Secara Aggregate Berdasarkan Asumsi yang telah ditentukan Pembangunan Tanki dan Sarfas akan
mencapai Break Even Point pada tahun ke 5. Berdasarkan asumsi depresiasi selama 20 tahun, pada akhir
periode kumulatif benefit yang dapat dicapai Rp8,2 Triliun
Analisa Cost and Benefit Pembangunan Tanki
dan Sarfas
Agar proses distribusi dan logistik B20 bisa lebih efektif maka pemusatan pengiriman FAME serta pencampuran
hanya dilakukan pada 10 titik utama yang terdiri dari 7 kilang dan 6 titik impor
01
RU II Dumai 09 04 06
TBBM Sambu RU V RU VII
Balikpapan Kasim
05 • 10 titik utama yang terdiri :
10
RU VI • 6 Refinery Unit
Balongan
TBBM Medan • 4 titik impor
• Proses pencampuran solar
02 07 dengan FAME hanya dilakukan
RU III Plaju TBBM Pulau Laut pada 10 titik utama
03 08
RU IV Cilacap TBBM Tuban
Titik Impor (TBBM) Refinery Unit
Perkiraan nilai dan jenis investasi didasarkan dari perkiraan kebutuhan FAME perbulan dalam KL yang ada di 10
titik pencampuran tersebut:
Kapasitas
Kebutuhan Kebutuhan Jumlah
Penyimpanan Kebutuhan tangki Kapasitas Tangki Perpipaan
10 Titik Utama FAME per Kapasitas Tangki Turn Over Metering (Unit)
FAME Saat ini FAME (KL) Blending (KL) (Meter)
bulan (KL) FAME per bulan (KL) per bulan
(KL)
Medan 25.051 8,192 16,859 3 7,000 7,000 5.000 3
Sambu 10,557 10,557 2 6,500 6,500 3.000 3
Tuban 52.092 - 52,092 3 21,000 21,000 5.000 3
Pulau Laut 25.375 20,000 5,375 4 5,000 5,000 - 3
RU II - Dumai &
97,624 - 97,624 4 30,000 30,000 4.000 3
Pakning
RU III - Plaju 53,905 - 53,905 2 32,500 32,500 5.000 3
RU IV - Cilacap 124,836 - 124,836 2 75,000 75,000 15.000 3
RU V - Balikpapan 195,474 - 195,474 2 118,000 118,000 4.000 3
RU VI - Balongan 74,645 - 74,645 2 45,000 45,000 5.000 3
RU VII - Kasim 3,473 - 3,473 1 4,200 4,200 2.000 3
Dari indikator pemeringkatan yang telah ditetapkan yang merupakan hasil penggabungan indikator kualitatif dan
kuantitatif maka hasil penilaian awal terhadap 10 titik pencampuran adalah sebagai berikut:
Indikator
RU VI - Balongan A
RU IV - Cilacap A
TBBM Sambu A
RU III - Plaju B
RU V - Balikpapan B
TBBM Tuban B
TBBM Medan B
RU VII - Kasim C
• Ke sepuluh titik menunjukan peringkat akhir A, B dan C, dimana semuanya masuk dalam kategori proyek prioritas dan
memiliki kelayakan investasi.
• Hasil scoring C menunjukkan titik tersebut masih layak untuk menjadi pengembangan, meski harus diuji lebih lanjut
• Namun demikian perlu beberapa assessment lanjutan diantaranya aspek legal perlu dilakukan sebagai persyarat lanjutan
dimulainya pembangunan titik pencampuran sebagaimana dijelaskan pada slide berikut
USULAN 10 TITIK UTAMA PENCAMPURAN BIODIESEL PERTAMINA
PETA 10 TITIK PENCAMPURAN – CASE TBBM TUBAN
Untuk menjadikan
1 polaUSULAN
distribusi 10 TITIK
FAME UTAMA
menjadi lebihPENCAMPURAN BIODIESEL
sederhana, digunakan PERTAMINA utama yang
10 titik pencapampuran
harus di supply FAME, yaitu TBBM Medan, Sambu, Tuban, Pulau Laut, RU II Dumai, RU III Plaju, RU IV Cilacap, RU V
Balikpapan, RU3 VI Balongan dan RU VII Kasim.
2
1 10 Keterangan Tambahan :
8
Kilang Pertamina
4 TBBM
3
P
9
2
10
8
L
G
4 M
5 7
P Jumlah FAME
6
9 yang di Supply
Case TBBM Tuban
Keterangan Tambahan : 7
L
Kilang Pertamina G B
M
TBBM 5 7 A
6 PT Musim Mas (Medan)
Profil TBBM Tuban TBBM Sambu 1.925 KL
Luas Lahan 54 Ha
RU III Plaju 13.656 KL
Keterangan Tambahan :
Potensi suplier Wilmar Nabati TBBM Tuban
Kilang Pertamina PT Wilmar Bioenergi Indonesia PT Tunas Baru Lampung PT SMART PT Bayas
Potensial Biofuels
suplier untuk mensuplai FAME PT LDC Indonesia4.084 KL
Jumlah FAME FAMA dan Batara Elok
TBBM RU II Dumai 8.307 KL RU III Plaju 696 KL RU V Balikpapan 6.189 KL RU II Dumai 36.872 KL RU III Plaju 20.648 KL
yang di Supply Ketersediaan Terdapat 2 opsi 16.511 KL ke TBBM Tuban adalah PT. Wilmar Nabati
RU VI Balongan 27.933 KL RU IV Cilacap TBBM Pulau Laut 12.653 KL
RU IV Cilacap Lahan
32.341 KL lokasi lahan Indonesia danPerkasa
PT Ciliandra PT. Batara ElokPTSemesta
Batara Elok Semesta Terpadu
10
Kebutuhan Terpadu
RU II Dumai 12.291 KL RU V Balikpapan 12.291 KL
PT Darmex Biofuel PT Cemerlang Energi Perkasa
74.645 KL
PT Intibenua Perkasatama Titik Pencampu
RU V Balikpapan FAME RU IV Cilacap RU IV Cilacap
PT Dabi Biofuels PT Kutai Refinery
Utama Nusantara
12.291 KL 29.497 KL 18.928 KL
PT Musim Mas (Medan) PT Tunas Baru Lampung
PT Wilmar Bioenergi Indonesia PT SMART RU IIPT Bayas Biofuels
Dumai 17.698 KL RU VPT LDC Indonesia
Balikpapan 17.944 KL
Jumlah FAME 1.925 KL
TBBM Sambu PT PermataKebutuhan
RU II Dumai
Hijau Palm Oleo 45.000PTKL Sinarmas Bioenergi PT Multinabati Sulawesi B PT. Batara Elok Semesta Terpadu
yang di Supply Tangki8.307
FAME KL RU III Plaju 696 KL RU V Balikpapan 6.189 KL RU II Dumai 36.872 KL
PT Pelita Agung Agriindustri
RU III Plaju 20.648 KL
PT Wilmar Nabati Indonesia
RU III Plaju 13.656 KL TBBM Medan
RU VI Balongan 3.011 KL
27.933 KL RU
RU IV
IV Cilacap
Cilacap 5.896 KL
16.511 KL RU V Balikpapan
TBBM Pulau Laut 18.103
12.653 KL
KL
TBBM Tuban 4.084 KL TBBM SambuPerkiraan
14.835 RU V Balikpapan 12.946 KL RU VII Kasim
A PT.
RUPT
Wilmar
CiliandraNabati
II Dumai PerkasaIndonesia PT Batara
RU Elok Semesta
V Balikpapan Terpadu
RU IV Cilacap 32.341 KL USD 4.6 juta 2.250 KL 9.832 KL 71.236 KL
investasi RU II Dumai 12.291 KL RU V Balikpapan 12.291 KL
PT Darmex Biofuel PT Cemerlang Energi Perkasa PT Intibenua Perkasatama
RU V Balikpapan RU IV Cilacap RU IV Cilacap
PT Dabi Biofuels PT Kutai Refinery Nusantara
12.291 KL 29.497 KL 18.928 KL
PT Musim Mas (Medan) 1 TBBM Medan 3 RU II Dumai 5 RU VI Balongan 7 TBBM Tuban 9 TBBM Pulau Laut
10
RU II Dumai 17.698 KL RU V Balikpapan 17.944 KL
TBBM Sambu Titik Pencampuran PT Permata Hijau Palm Oleo PT Sinarmas Bioenergi PT Multinabati Sulawesi
1.925 KL
Utama PT V
Pelita Agung Agriindustri PT VII
Wilmar Nabati Indonesia
RU III Plaju 13.656 KL 2 TBBM
TBBMMedan
Sambu 3.011 KL 4 RU
RUIVIIICilacap
Plaju 5.896 KL 6 RU
RU VIVBalikpapan
Cilacap 18.103 KL 8 RU Balikpapan 10 RU Kasim
TBBM Tuban 4.084 KL TBBM Sambu 14.835 KL RU V Balikpapan 12.946 KL RU VII Kasim 2.250 KL RU II Dumai 9.832 KL RU V Balikpapan 71.236 KL
Kajian Aspek Legal Formal
Kajian Aspek Legal Formal dilakukan berdasarkan kondisi yang ada saat ini yang secara umum diketahui sebagai
dasar untuk melakukan kajian hukum lebih lanjut, guna terlaksananya program investasi. Kajian Hukum dilakukan
di level korporasi (Pertamina atau Business Owner) maupun di level TBBM/RU dimana investasi akan dilakukan.
• Rencana Tata Ruang dan • Kajian dan penyusunan • Loan Agreement dan • Kajian kasus dan sengketa
Wilayah; pelaksanaan regulasi K3 Perjanjian Wali Amanat hukum di tiap titik tangki
• Rencana Detil Tata Ruang termasuk Rencana Kerja (Obligasi); dan rencana instalasi
• Amdal dan Izin Lingkungan; Lingkungan • Skema Public Private
• Izin Usaha Partenership (PPP) /
Penyimpanan/Storage/Tang Kerjasama Pemerintah
ki dan instalasi pipa yan Badan Usaha (KPBU).
dibutuhkan • Kajian Pemberian Hibah
• Izin Mendirikan Bangunan dan/atau Pinjaman dari BLU
(IMB) jika diperlukan . termasuk rancangan
landasan hukum yang
diperlukan
• Kajian perjanjian sewa
menyewa armada
• Kajian kontrak dengan
supplier dan buyer terkait
B20
Legal due diligence lanjutan termasuk penugasan pihak ketiga untuk melakukan kajian terhadap aspek hukum
pembangunan storage penyimpanan (AMDAL), menjadi landasan hukum utama dilakukannya investasi tangki dan
instalasi pipa yang dibutuhkan.
Skema Pembiayaan
Aspek Legal Skema Pembiayaan dibutuhkan untuk mengetahui skema pembiayaan yang manakah yang paling
mungkin digunakan untuk membiayai investasi dimaksud
Indikasi dari kajian awal, ada potensi pembiayaan melalui skema KPBU dan menggunakan dana pungutan
BPDP KS, meskipun opsi dana BPDP KS memerlukan penyesuaian dalam peraturan yang berlaku saat ini
Asumsi Legal Formal
Asumsi Legal Formal disusun berdasarkan kajian terbatas khususnya terkait dengan perijinan pembangunan
proyek storage/penyimpanan.
Kajian Amdal dan Izin Data saat ini Data yang diperlukan
Lingkungan • Asumsi bangunan yang • Rencana detil
Perizinan
sudah ada saat ini maka pembangunan tangki;
amdal dan izin lingkungan • Kasus hukum dan sengketa
sudah tersedia untuk terkait lingkungan;
lokasi yang sudah ada. • Kajian pembaruan amdal
dan izin lingkungan (KA,
ANDAL, RKL dan RPL)
Kelengakapan data yang diperlukan ini kemudian digunakan sebagai landasan untuk melakukan Legal Due Dilligence
TINJAUAN ASPEK LEGAL
Kajian Undang Undang perlu dicermati agar tidak membatasi penggunaan dana sehingga bisa dipergunakan untuk
menciptakan kondisi yang mendukung terlaksananya program yang diharapkan
CAPEX disiapkan dari awal • Dalam rangka melaksanakan ketentuan • Perlu revisi UU 39/2014 dan atau PP
01 oleh BPDPKS, disalurkan ke Pasal 71 ayat 1 dan ayat 2 huruf c UU 24/2015 dengan tambahan
BU. OPEX dibayar BPDPKS ke 39/2014 penjelasan ruang lingkup sarana
Operator Depot • Dimungkinkan menurut ketentuan prasarana perkebunan mencakup
Pasal 4 huruf d dan Pasal 8 PP 24/2015 aspek hulu dan hilir
• Dalam rangka melaksanakan ketentuan • Perlu revisi Perpres 66/2018
Pasal 9 ayat 2 huruf b dan Pasal 15, PP diantaranya ketentuan Pasal 18
24/2015 dengan menambahkan lingkup
• Dimungkinkan sebagai BLU sesuai penggunaan dana termasuk
ketentuan Pasal 19 PP 23/2005 jo PP pembangunan sarana prasarana
74/2012 dengan persetujuan Menteri dalam rangka menciptkan kondisi
Keuangan yang menghasilkan harga
biodoesel yang menguntungkan
Pelaku Usaha Perkebunan
• Perlu persetujuan Menteri
Keuangan
• Perlu revisi PMK 114/2015,
diantaranya Ketentuan Pasal 2
CAPEX dan OPEX oleh BU. • Perlu revisi Kepmen ESDM 350/2018
02 Dimungkinkan menggunakan
tentang Perhitungan HIP BBN Jenis
BPDPKS mengembalikan ketentuam Pasal 18 Penpres 66/2018
CAPEX dan OPEX ke BU Biodiesel dengan menambahkan
melalui mekanisme HIP komponen ongkos storage yang
merefleksikan CAPEX dan OPEX
Rekomendasi
Rekomendasi Tindak Lanjut
Rekomendasi tindak lanjut untuk menfinalisasi studi kelayakan proyek pembangunan infrastruktur
penyimpanan FAME pada 10 titik pencampuran perlu dimulai dengan kajian legal termasuk penunjukan
pihak yang akan melakukan AMDAL:
Rekonsiliasi dengan
PERTAMINA mengenai jenis
3 nilai Capital Expenditure
sesuai dengan perkiraan
awal
Ada beberapa hal yang harus diputuskan dan didapatkan untuk memastikan keberlangsungan dan
implementasi 10 titik pencampuran
AMDAL TIMEFRAME
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan di setiap titik Perlu diputuskan jangka waktu penyelesaian
wajib dilakukan pihak yang memiliki kapabilitas khusus agar bisa diatur prioritas pembangunan sarana
untuk pelaksanaannya prasarana di 10 titik tersebut, Info dari Pertamina
untuk pembangunan tanki dan jetty perlu waktu
sekitar 2 tahun